Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ancaman dari Istri Bukan Yahudi: suatu tinjauan sosio-feminis terhadap kewajiban menceraikan perempuan asing menurut Ezra 9-10 T2 752013026 BAB V

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setiap orang selalu berupaya untuk membentuk identitasnya yang dapat membedakan
diri dengan orang lain dalam suatu kelompok masyarakat. Identitas terbentuk dari kesamaan
pengalaman yang mengakibatkan seseorang dikelompokan dalam kelas-kelas tertentu, dan
saling berinteraksi dalam kehidupan sosialnya. Inilah yang dipaparkan dalam Ezra 9-10,
pengalaman membentuk suatu konsep yang membedakan identitas orang-orang Israel dari
pembuangan dan orang negeri. Identitas juga berdampak buruk ketika seseorang atau
kelompok orang dengan sengaja membentuk identitas eksklusifisme, karena akan membuka
ruang-ruang dimana orang lain tersingkirkan dari realitas yang diciptakan itu. Identitas
perempuan dalam teks Ezra 9-10, terbentuk oleh tuduhan-tuduhan dan pelabelan yang
merekonstruksi perempuan sebagai yang asing, bahkan pelabelan tersebut berdampak pada
pengusiran perempuan asing dari komunitas Israel.
Perempuan dalam teks Ezra 9-10 hadir dalam ambigusitasnya, mereka sama sekali
tidak diperhitungkan atau memberikan pembelaan terhadap berbagai tuduhan yang
dialamatkannya. Namun disisi lain perempuan dalam narasi disimbolkan sebagai ancaman
bagi komunitas Israel, hal ini juga merujuk pada konsep perempuan sebagai yang lain.
Perempuan dianggap sebagai ancaman terhadap status laki-laki dalam tatanan sosial,
kekuatiran inilah yang membuat laki-laki beraksi, konsep ini juga dapat menjelaskan

bagaimana masalah identitas yang dihadap bangsa Israel sebagai masyarakat diaspora.
Pada akhirnya kisa Ezra dan perempuan asing dalam Ezra 9-10 telah memberikan
petunjuk bahwa sangat sulit hidup dengan identitas yang eksklusif, karena setiap
perjumapaan akan mengasilkan wajah baru. Namun ketika konsep ini tetap dipaksakan maka
1

kehidupan yang dijalani hanya dikelilingi oleh orang-orang yang terbuang serta tersisihkan
karena tidak dapat diperhitungan untuk menjadi bagaian dari diri.
B. Saran
Untuk dapat hidup berdampingan tanpa menyamkan ciri tertentu memerlukan suatau
kemampuan dalam hal penerimaan. Ini yang menjadi tantangan dikehidupan sekarang ini,
sehingga sangat dibutuhkan kerja sama antar individu. Namun juga bantuan-bantuan
lemabaga-lmebaga keagamaan dalam memberikan dasar serta dorongan. Gereja misalnya,
sebagai lembaga keagamaan memiliki fungsi dalam pembekalan terhadp umat tentang
pentingnya kehidupan yang penuh dengan kasih, suatau kehidupan yang melihat perbedaan
sebagai keunikan. Dengan demikian terciptanya kehidupan yang tentram dan aman,
kehidupan yang berlandaskan kasih.

2