Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama Sekecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur

EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA SEKECAMATAN NGGAHA ORI ANGU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
(Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori
Angu Sub District Sumba Timur District)

ARTIKEL
Diajukan kepada
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan
untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh
Riwa Rambu Hada Enda
NIM 942013017

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
2016

EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS SEKOLAH

MENENGAH PERTAMA SEKECAMATAN NGGAHA ORI ANGU
KABUPATEN SUMBA TIMUR
(Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori
Angu Sub District Sumba Timur District)
Riwa Rambu Hada Enda
Email: iluvscorose@gmail.com
Prof. Dr. Slameto, M.Pd
Email: Slameto_uksw@yahoo.com
ABSTRAK
Riwa Rambu Hada Enda. Nim: 942013017. 2015. Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa
Inggris Sekolah Menengah Pertama Sekecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur.
Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan. Universitas Kristen Satya Wacana.
Pembimbing: Prof. Dr. Slameto, M.Pd. 81 Halaman.
Dalam mengevaluasi kinerja mengajar guru Bahasa Inggris dilihat dari kompetensi dalam
pengelolaan pembelajaran, yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian
hasil belajar, dan pelaksanaan tindak lanjut hasil belajar. Dalam menganalis data digunakan
model evaluasi ketimpangan. Subjek penelitian adalah guru-guru Bahasa Inggris sekecamatan
Nggaha Ori Angu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa merencanakan pembelajaran, guru belum
mampu merancanakan rencana pembelajaran yang menarik, kreatif, inovatif dan sesuai dengan
alokasi waktu dan sesuai dengan karakteristik peserta didik; dalam pelaksanaan pembelajaran,

guru Bahasa Inggris belum mampu melaksanakan pembelajaran yang efektif sesuai dengan
alokasi waktu; dalam penilaian hasil belajar, guru tidak mencantumkan instrumen penilaian hasil
belajar dalam RPP; sedangkan dalam tindak lanjut hasil belajar, guru belum menggunakan hasil
belajar peserta didik untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya. Implikasi penelitian ini
adalah Guru Bahasa Inggris hendaknya meningkatkan mutu kinerja mengajar dan
profesionalisme sehingga pembelajaran Bahasa Inggris peserta didik dapat mencapai kompetensi
yang diinginkan, juga guru Bahasa Inggris dapat meningkatkan mutu kinerja mengajar dengan
mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris; kepala sekolah
hendaknya memotivasi guru Bahasa Inggris secara terus-menerus untuk meningkatkan kinerja
mengajarnya.

Kata Kunci: Evaluasi Ketimpangan, Kinerja Mengajar, Guru Bahasa Inggris

ABSTRACT

Evaluation Of English Teachers’ Teaching Performance In Middle School Of Nggaha Ori
Angu Sub District Sumba Timur District

In evaluating English teachers’ teaching, it shows learning management competency, it is learning
plan, implementation of learning, assessment of learning outcomes, the implementation of the

follow-up of learning outcomes. In analyzing the data is used Discrepancy Evaluation model. The
subjects of this research are English teachers in Nggaha Ori Angu. The result of this research
shows that the teachers cannot effort planning the learning plan which interesting, creative,
innovative using the time allocation and students’ characteristics; in implementation of learning,
teachers cannot effort implementing the learning which effective as the time allocation; in
assessment of learning outcomes, teachers don’t include the assessment of learning outcomes’
instrument in learning plan yet; in the implementation of the follow-up of learning outcomes,
teachers don’t use the assessment of learning outcomes for making the next learning plan yet. The
implication of this research is to English teachers who should improve their qualities in teaching
and professionalism, also English teachers improve their teaching performance by meeting with
other English teacher; and as the headmasters and headmistress should motivate the teachers to
improve their teaching performance.

Keywords: Discrepancies Evaluation Model, Teaching Performance, English Teacher.

PENDAHULUAN
Bagi seorang guru Bahasa Inggris menguasai keterampilan berbahasa Inggris dengan baik
dan bisa mengembangkan model pembelajaran yang menarik dan kreatif agar mampu menarik
minat peserta didik adalah hal yang utama. Namun, beberapa hal yang terjadi di lapangan
tidaklah sesuai seperti hal ideal di atas. Fenomena yang dialami oleh guru-guru Bahasa Inggris,

khususnya di daerah-daerah adalah: (1) Guru Bahasa Inggris masih belum mampu membuat
pelajaran Bahasa Inggris menarik untuk disukai oleh peserta didik; (2) Guru Bahasa Inggris
masih belum mampu mengembangkan metode pengajaran dan pembelajaran yang kreatif,
menarik dan inovatif; (3) Guru Bahasa Inggris masih belum terampil menggunakan Bahasa
Inggris dengan baik dan benar; (4) Guru Bahasa Inggris masih belum bisa menggunakan
teknologi yang ada dengan baik.
Fenomena pertama tentang guru Bahasa Inggris yang masih belum bisa membuat
pelajaran Bahasa Inggris menarik dan disukai oleh peserta didik. Hal ini bisa dilihat dari
ketidaksukaan siswa pada pelajaran Bahasa Inggris, seperti yang dituturkan Iwan Permadi (2012).
Dia mengatakan bahwa di Indonesia pelajaran Bahasa Inggris masih menjadi momok bagi para
siswa. Penyebab hal itu bisa dikatakan bahwa guru Bahasa Inggris dibenci siswa sehingga gagal
memberikan ilmunya.
Pelajaran Bahasa Inggris yang menjadi momok dan guru Bahasa Inggris yang dibenci
siswa dalam pernyataan di atas bisa terjadi karena beberapa hal, seperti (1) Guru Bahasa Inggris
membuat pelajaran Bahasa Inggris tampak sulit dengan menyuruh siswa menghafal kosakata
bahasa Inggris, menghafal rumus tenses, menghafal pola kalimat dan hal sulit lainnya; (2) Guru
Bahasa Inggris bisa saja adalah guru galak yang menyuruh siswa konsisten menggunakan
grammar dan pronounciation yang tepat.
Fenomena kedua, Guru Bahasa Inggris masih belum mampu mengembangkan metode
pengajaran dan pembelajaran yang kreatif, menarik dan inovatif. Guru Bahasa Inggris sering

memperlakukan Bahasa Inggris layaknya pelajaran Sejarah, Geografi, dan Matematika. Peserta
didik diharuskan untuk menghafal kosakata, rumus tenses, pola-pola kalimat yang tentu saja
membuat siswa semakin sulit untuk belajar. Setelah hafal, proyeksi selanjutnya adalah
mengerjakan soal. Diharapkan melalui hafalan-hafalan melelahkan yang sudah dilewati, peserta
didik mampu mendapatkan nilai tinggi di ujian. Guru Bahasa Inggris masih menggunakan metode

pengajaran yang lama, seperti memfokuskan keberhasilan siswa pada seberapa mampu siswa
tersebut menghapal kata Bahasa Inggris dalam sehari.
Fenomena ketiga, guru Bahasa Inggris masih belum terampil menggunakan bahasa
Inggris dengan baik dan benar. Maksud dari pernyataan ini adalah bahwa masih ada guru Bahasa
Inggris yang belum bisa mengucapkan kata Bahasa Inggris sesuai dengan mengucapannya yang
sebenarnya. Beberapa ucapan dalam bahasa Inggris sering salah diucapkan guru, karena masih
terpengaruh dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing, sehingga peserta didik
juga akan salah mengucapkan kata tersebut. Hal ini bisa disebabkan karena guru Bahasa Inggris
jarang menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas dan guru Bahasa Inggris
juga jarang menggunakan bahasa Inggris dengan sesama guru bahasa Inggris di sekolah. Hal
seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan sering-sering mendengarkan Bahasa Inggris yang
diucapkan oleh penutur asli, melalui siaran berita Bahasa Inggris, atau lagu Bahasa Inggris.
Ataupun membentuk klub bahasa Inggris di suatu wilayah agar sesama guru Bahasa Inggris bisa
bertemu dan saling berdiskusi dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Fenomena keempat, guru Bahasa Inggris masih belum bisa menggunakan teknologi yang
ada dengan baik. Pengajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah di pedesaan masih menggunakan
metode pengajaran yang konservatif, yaitu semua sumber ilmunya dari guru. Guru sendiri hanya
mengandalkan buku cetak sebagai sumber ajar. Guru Bahasa Inggris jarang memanfaatkan media
lain seperti tape, sebagai alat bantu materi listening, dan juga membantu siswa untuk
mendengarkan pengucapan (pronounciation) yang benar.
Fenomena pengajaran Bahasa Inggris tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebuah penelitian
tahun 2013 berjudul Analysis of the Inadequacy of Teachers' Competency Leading to Mass
Failure in the Subject of English in Pakistan oleh Muhammad Shahbaz Arif dan Shahla Qasim
menunjukkan bahwa masalah-masalah yang terjadi pada pengajaran Bahasa Inggris di Pakistan
adalah ketidakcakapan professional skill guru Bahasa Inggris, kompetensi keterampilan
komunikasi Bahasa Inggris yang kurang dan tragedi guru-guru Bahasa Inggris yang tidak
menyadari tentang pendekatan pendidikan yang modern.
Konsekuensi dari masalah-masalah di atas Muhammad Shahbaz Arif dan Shahla Qasim
menyimpulkan bahwa pelajar mendapat pelajaran yang buruk, keterampilan berkomunikasi
peserta didik baik lisan maupun tulisan, juga ikut berpengaruh, dan peserta didik tidak akan
mampu mengatasi tantangan dunia global. Selanjutnya, menurut keduanya, cara untuk mengatasi

hal ini adalah dengan meningkatkan kualifikasi guru dan mengadakan pelatihan-pelatihan untuk
meningkatkan profesionalisme. Guru juga harus meningkatkan diri dengan menggunakan metode

belajar yang modern dalam proses pembelajaran, dan bahasa Inggris harus digunakan dalam
berinteraksi dengan peserta didik.
Rekomendasi penelitian di atas bisa diterapkan juga bagi guru-guru di Indonesia.
Misalnya, pelatihan-pelatihan profesionalisme guru Bahasa Inggris, seperti MGPM guru Bahasa
Inggris yang wajib diikuti guru Bahasa Inggris. Di kecamatan Nggaha Ori Angu sendiri, selain
MGMP Matematika, yang diikuti semua guru mata pelajaran, belum pernah diadakan MGMP
khusus Bahasa Inggris.
Menggunakan metode pelajaran yang modern bukan merupakan usulan baru bagi guruguru di Indonesia. Kesulitan bagi guru-guru di kecamatan Nggaha Ori Angu adalah metode
pembelajaran yang modern juga menggunakan media pembelajaran yang modern. Dan hal itu
menjadi kendala karena ketidakmampuan guru menggunakan media pembelajaran yang modern.
Sedangkan berinteraksi menggunakan bahasa Inggris dengan para siswa sudah banyak
dilakukan oleh guru-guru Bahasa Inggris untuk meningkatkan minat dan kemampuan siswa.
Namun, bagi guru-guru di kecamatan Nggaha Ori Angu hal ini tidak dilakukan, entah terkendala
respon siswa atau hal lain.
Penelitian lain dari Mohammad Mahbubur Rahman and Karen Malan tahun 2014 yang
berjudul An Exploratory Study into Factors Affecting Achievement in English among
Bangladeshi College Students: An Investigation of Teachers and Students Perceptions
menunjukkan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan siswa dalam pelajaran Bahasa
Inggris di Bangladesh dari sudut pandang guru dan siswa. Menurut mereka faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah materi pembelajaran, metode pengajaran, penilaian, guru yang terlatih,

latar belakang sosial dan pendidikan siswa. Hasil penelitian menunjukkan buruknya materi
pembelajaran, kurangnya guru yang terlatih, kesalahan dalam sistem penilaian dan dasar
pendidikan siswa yang masih rendah.
Penelitian di atas memberi kejelasan bahwa materi pembelajaran, metode pengajaran dan
penilaian merupakan beberapa faktor yang menyebabkan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar. Jadi, seorang guru Bahasa Inggris harus pandai-pandai merencanakan pembelajaran,
menggunakan metode yang kreatif dan menarik dalam pelaksanaan pembelajaran, dan menilai
hasil belajar peserta didik berdasarkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian kualitatif evaluatif ini untuk mengevaluasi kinerja mengajar guru Bahasa Inggris di
sekolah menengah pertama kecamatan Nggaha Ori Angu dengan menggunakan model evaluasi
diskrepansi (Discrepancy Evaluation Model) yang dikembangkan oleh Malcolm Provus. Menurut
Widoyoko model ini berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program,
evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard)
dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan (discrepancy) antara kedua yaitu standar yang ditetapkan dan kinerja yang
sesungguhnya (2013: 186). Dengan demikian, peneliti akan membandingkan standar dan
performa kinerja mengajar guru Bahasa Inggris se-Kecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten
Sumba Timur.


METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian evaluasi kualitatif. Penelitian ini difokuskan pada kinerja
mengajar guru Bahasa Inggris, khususnya dalam perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan
pembelajaran, proses penilaian hasil belajar, dan proses pelaksanaan tindaklanjut hasil penilaian.
Keempat ruang lingkup tugas pengajar ini akan dievaluasi dengan menggunakan evaluasi
ketimpangan. Objek penelitian adalah empat guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama seKecamatan Nggaha Ori Angu.
Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi kelas, studi dokumen
dan wawancara dengan kepala sekolah. Teknik analisis data adalah pertama, memilah-milah data,
yaitu dengan membaca berulang-ulang data yang diperoleh dan memilah dengan memastikan
bahwa data yang diperoleh sesuai atau tidak, lalu membuang data yang tidak sesuai; kedua,
mengelompokkan data dalam beberapa kategori sesuai dengan tema atau topik; ketiga, mencoba
membuat hipotesis pada kelompok-kelopok data tersebut; keempat, mencari penjelasanpenjelasan untuk hasil hipotesis; dan yang terakhir adalah menulis laporan penelitian.

HASIL PENELITIAN
Dalam perencanaan pembelajaran ditemukan beberapa ketimpangan. Pertama, responden
tidak merancangkan rencana pembelajaran sendiri, responden mengambilnya dari internet atau
mengambilnya dari teman guru yang berasal dari sekolah lain. Jadi, meskipun guru mengerti

karakteristik peserta didiknya sendiri, tujuan pembelajaran yang tertulis dalam RPP bisa sesuai

atau mungkin tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik. Kedua, bahan ajar yang ada di RPP
meskipun runut, logis, konstektual dan mutakhir, tentunya bahan ajar bisa sesuai atau tidak
sesuai, jika tidak ada sumber yang sesuai dengan yang tertulis di RPP. Ketiga, alokasi waktu
dalam RPP tidak sesuai dengan tingkat intektualitas peserta didik di tempat responden. Terakhir,
sumber dan media pembelajaran dalam RPP tidak bisa digunakan dalam proses belajar mengajar.
Penyimpangan

utama

adalah

responden

yang

tidak

merencanakan

rancangan


pembelajaran sendiri. Hal ini bisa disebabkan oleh sebab. Pertama, pemerintah telah menyiapkan
secara lengkap silabus untuk seluruh mata pelajaran pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan
(Majib, 2005:4). Termasuk dalam pelajaran Bahasa Inggris telah ditetapkan silabus tersendiri,
sehingga di seluruh Indonesia rencana pembelajarannya mungkin akan sama, jadi guru merasa
malas membuat RPP sendiri dan mengambilnya di Internet atau dari teman sesama guru,
meskipun mungkin karakteristik peserta didik di tempat lain berbeda dengan karakteristik di
tempat guru tersebut. Kedua, guru Bahasa Inggris memang mencintai pekerjaannya sebagai guru
Bahasa Inggris, tapi hanya karena mereka akan mendapat gaji setiap bulan dan merupakan
tuntutan dalam pekerjaan. Tetapi, guru Bahasa Inggris tidak memiliki gairah terhadap pelajaran
tersebut, tidak memiliki semangat untuk mengubah pelajaran Bahasa Inggris menjadi pelajaran
yang menarik, kreatif dan inovatif. Ketiga, meskipun dinas pendidikan mengharuskan semua guru
membuat rencana pembelajaran, tapi sekolah tidak menuntut guru Bahasa Inggris memiliki
rencana pembelajaran, jadi guru merasa tidak perlu membuat rencana pembelajaran.
Cara menghilangkan ketimpangan bisa dilakukan beberapa hal. Pertama, sesama guru
Bahasa Inggris harus merencanakan dan mengadakan pertemuan-pertemuan di luar sekolah, yang
bisa digunakan untuk berbagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam mengajar, saling memberi
motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme. Dengan adanya pertemuan ini,
guru akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas membelajaran Bahasa Inggris dan terinspirasi
untuk membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta
didik. Kedua, guru Bahasa Inggris harus lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan, seminarseminar keguruan untuk meningkatkan profesionalisme. Ketiga, kepala sekolah harus selalu
memberikan nasihat dan terus memotivasi guru untuk membuat rencana pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ada beberapa ketimpangan. Pertama, guru Bahasa
Inggris belum mampu melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, yaitu guru belum bisa

mampu membuat pelajaran Bahasa Inggris menarik, kreatif dan inovatif dan sesuai dengan
alokasi waktu. Kedua, guru Bahasa Inggris belum bisa memanfaatkan sumber belajar dan media
pembelajaran yang dimiliki sendiri maupun sekolah. Misalnya peralatan audio/visual, yaitu
komputer/laptop yang dimiliki guru ataupun yang dimiliki sekolah. Peralatan komputer/laptop ini
bisa digunakan guru Bahasa Inggris untuk mencari sumber belajar dari internet, atau
menggunakannya sebagai media untuk materi listening, sehingga peserta didik akan mendengar
langsung dari native speaker. Ketiga, guru Bahasa Inggris menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pertama. Dalam pelajaran Bahasa Inggris, bahasa Inggris seharusnya menjadi
bahasa pertama dan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua. Sebaliknya, yang dilakukan guruguru Bahasa Inggris di kecamatan Nggaha Ori Angu adalah menjadikan bahasa daerah atau
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dan hanya sekali-kali menggunakan bahasa Inggris.
Ada beberapa alasan penyebab ketimpangan. Pertama, tingkat kemampuan pemahaman
peserta didik untuk memahami satu pelajaran berbeda-beda. Dalam pelajaran Bahasa Inggris,
peserta didik memiliki berbagai macam kesulitan untuk memusatkan perhatian pada pelajaran itu,
jadi peserta didik terlambat memahami sehingga guru Bahasa Inggris harus mengulang materi
tertentu beberapa kali, sehingga alokasi waktunya terlewat. Peneliti memperhatikan beberapa
faktor yang menyebabkan kesulitan peserta didik untuk memusatkan perhatian: (1) Faktor peserta
didik itu sendiri, misalnya tingkat pemahamannya yang kurang dan tidak adanya minat pada
pelajaran Bahasa Inggris; (2) Guru Bahasa Inggris yang pasif, yang belum mampu
mengembangkan metode pengajaran yang menarik, kreatif dan inovatif. Sekiranya, guru bahasa
Inggris bisa mengembangkan suatu metode pengajaran yang menarik, peserta didik mungkin
akan lebih memusatkan perhatian. Kedua, guru Bahasa Inggris mungkin belum atau tidak ingin
melakukan perubahan pada rutinitas pembelajaran yang sering dilakukannya. Penyebab guru
Bahasa Inggris yang malas melakukan perubahan ini mungkin karena guru tidak menghargai
profesi sendiri dan tidak berusaha untuk mengembangkan profesi tersebut, sehingga mutu
pembelajaran pun terhambat. Ketiga, guru Bahasa Inggris tidak membiasakan diri untuk berbicara
dengan peserta didik menggunakan bahasa Inggris. Peneliti memperhatikan, saat berbicara
dengan peserta didik di luar kelas pun guru menggunakan bahasa daerah, sehingga peserta didik
terbiasa menggunakan bahasa daerah dengan guru.
Menghilangkan ketimpangan bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, guru Bahasa
Inggris harus membuat rencana pembelajaran yang menarik, inovatif dan kreatif, dan mengatur

alokasi waktu sendiri yang sesuai dengan karakteristik peserta didik di tempatnya mengajar.
Kedua, kepala sekolah harus selalu memberikan motivasi pada guru bahasa Inggris agar mau
melakukan perubahan. Ketiga, guru Bahasa Inggris mengembangkan proses pengkondisian di
mana guru Bahasa Inggris mengkondisikan suatu keadaan untuk memicu peserta didik bicara
Bahasa Inggris, yaitu guru Bahasa Inggris menyapa peserta didik dengan Bahasa Inggris setiap
hari baik di kelas, maupun di luar kelas. Kalau peserta didik tidak mengerti, guru bisa pelan-pelan
menjelaskan artinya tanpa berhenti menggunakan bahasa tersebut.
Dalam penilaian hasil belajar ada sebuah ketimpangan, yaitu instrumen penilaian yang
dirancangkan guru tidak terdapat dalam RPP. Penyebab ketimpangan adalah seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya adalah karena guru tidak merancang rencana pembelajaran sendiri.
Instrumen itu dibuat guru sesuai keadaan yang sebenarnya peserta didik dalam proses belajar
mengajar. Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris memotivasikan diri sendiri
untuk merencanakan pembelajaran yang lengkap, beserta instrumen penilaian yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
Dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian, penyimpangannya adalah guru tidak
memanfaatkan rencana pembelajaran untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.
Penyebab ketimpangan, guru Bahasa Inggris mungkin belum atau tidak ingin melakukan
perubahan pada rutinitas pembelajaran yang sering dilakukannya. Penyebab guru Bahasa Inggris
yang malas melakukan perubahan ini mungkin karena guru tidak menghargai profesi sendiri dan
tidak berusaha untuk mengembangkan profesi tersebut, sehingga mutu pembelajaran pun
terhambat. Cara mengatasi ketimpangan, guru Bahasa Inggris mengikuti pelatihan-pelatihan
untuk meningkatkan profesionalismenya.

PEMBAHASAN
Hasil evaluasi menunjukkan masih adanya ketimpangan yang terjadi pada kinerja
mengajar guru Bahasa Inggris sekolah menengah pertama sekecamatan Nggaha Ori Angu.
Ketimpangan-ketimpangan ini, yaitu pertama, guru Bahasa Inggris yang tidak merencanakan
rencana pembelajaran sendiri; kedua, guru Bahasa Inggris masih menggunakan metode
pengajaran yang membosankan, yang tak menarik, tak kreatif, dan tak inovatif; ketiga, alokasi
waktu yang tak sesuai dengan rencana pembelajaran, sehingga masih ada beberapa materi yang
tak diberikan pada peserta didik; keempat, guru Bahasa Inggris belum mampu memanfaatkan

sumber/media pengajaran dengan baik; kelima, guru Bahasa Inggris masih lebih banyak
menggunakan bahasa Indonesia/bahasa daerah dalam pelajaran Bahasa Inggris; keenam, guru
Bahasa Inggris sudah membuat instrumen menilaian yang beragam, tapi tak tercantum dalam
RPP; ketujuh, guru Bahasa Inggris belum memanfaatkan hasil penilaian sebagai umpan balik dan
untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.
Penyebab ketimpangan yang utama adalah guru Bahasa Inggris yang masih kurang
antusias terhadap pembelajaran Bahasa Inggris. Guru Bahasa Inggris mengajar Bahasa Inggris
sebagai kewajibannya karena setiap bulan menerima gaji dari pemerintah. Karena itulah, guru
Bahasa Inggris tidak mempersiapkan proses pengajarannya dengan baik, tak ada rencana
pembelajaran yang dibuat oleh guru itu sendiri. Dan karena kurang antusias ini juga, maka
peserta didik, yang bisa merasakan kurang antusiasnya guru Bahasa Inggris, tidak akan tertarik
mengikuti pelajaran Bahasa Inggris; mereka akan lebih sering membolos dan menganggap
pelajaran Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang sulit, dan bisa jadi membenci pelajaran Bahasa
Inggris. Jika peserta didik sudah membenci pembelajaran Bahasa Inggris, maka kompetensi
pelajaran Bahasa Inggris tak akan tercapai. Penyebab lain, yaitu guru Bahasa Inggris di
kecamatan Nggaha Ori Angu lebih memfokuskan pelajaran Bahasa Inggris pada reading dan
writing. Dalam Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan bahwa
ruang lingkup pelajaran Bahasa Inggris meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu, Listening,
Reading, Writing dan Speaking. Namun guru Bahasa Inggris mengabaikan dua keterampilan
Listening dan Speaking dan memfokuskan pada keterampilan Reading dan Writing. Alasan guru
adalah karena ketidaktersediaan laboratorium bahasa. Padahal dengan mendengarkan penutur asli
berbicara secara terus-menerus kemampuan peserta didik dalam keterampilan Speaking dan juga
Listening dalam hal pengucapan (pronounciation), intonasi, ataupun struktur kalimat, akan lebih
meningkat. Sebenarnya, dengan memfokuskan pembelajaran Bahasa Inggris pada keempat
keterampilan tersebut, guru Bahasa Inggris tentu bisa memanfaatkan sumber atau media yang ada
di sekitarnya. Misalnya, guru Bahasa Inggris dapat menggunakan peralatan audio/visual seperti
laptop sendiri atau milik sekolah untuk memutar audio bagi keterampilan Listening. Penyebab
berikutnya adalah tingkat kemampuan peserta didik. Di kecamatan Nggaha Ori Angu yang ratarata penghasilan penduduknya adalah dari pertanian dan perternakan yang musiman, bisa
dikatakan bahwa orangtua tidak mampu memberikan gizi yang memadai pada anak-anaknya,
orangtua juga tidak mampu membelikan buku-buku pengetahuan lain yang membantu peserta

didik dalam pembelajaran. Sebagai tambahan, sebagian peserta tidak memiliki waktu untuk
belajar di rumah karena mereka harus membantu orangtua dari siang, sepulang sekolah sampai
malam. Inti dari hal ini adalah peserta didik mendapat ilmu pengetahuan dalam bidang akademis
dan belajar hanya di sekolah. Karena hal inilah, guru Bahasa Inggris harus pandai-pandai
merencanakan pembelajaran yang mempertimbangkan keadaan ini.
Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu
harus meningkatkan gairah mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris dengan sesering mungkin
mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris, baik guru Bahasa Inggris
di kecamatan Nggaha Ori Angu atau di luar kecamatan Nggaha Ori Angu. Dengan adanya
pertemuan-pertemuan di luar sekolah seperti ini maka guru Bahasa Inggris akan bisa saling
memotivasi, saling membagi pengetahuan, berbagi pengalaman dalam mengajar, saling memberi
motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan profesionalisme. Dengan adanya pertemuan ini,
guru akan termotivasi untuk meningkatkan kualitas membelajaran Bahasa Inggris dan terinspirasi
untuk membuat rencana pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan karakteristik peserta
didik setempat. Selain itu, kepala sekolah-sekolah sewilayah bisa mengadakan MGMP Bahasa
Inggris yang dihadiri oleh guru-guru Bahasa Inggris untuk sama-sama menyusun rencana
pembelajaran bersama. Kepala sekolah juga harus selalu memberikan motivasi pada guru-guru
Bahasa Inggris untuk meningkatkan profesionalisme mereka.
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi guru-guru Bahasa Inggris kecamatan
Nggaha Ori Angu dan guru-guru Bahasa Inggris di seluruh Indonesia yang mengalami
ketimpangan yang sama dalam pengajaran Bahasa Inggris. Manfaatnya yang bisa diperoleh oleh
penelitian ini adalah guru Bahasa Inggris mengetahui bahwa merencanakan pembelajaran sendiri
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan menggunakan metode yang menarik, kreatif
dan inovatif, sangatnya perlu dilakukan agar tidak terjadi ketimpangan dengan alokasi waktu, dan
bisa mencapai seluruh kompetensi yang ingin dicapai oleh peserta didik.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ketimpangan
yang terjadi pada kinerja mengajar guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu dalam
merencanakan pembelajaran, guru belum mampu merancanakan rencana pembelajaran yang
menarik, kreatif, inovatif dan sesuai dengan alokasi waktu dan sesuai dengan karakteristik peserta

didik; dalam pelaksanaan pembelajaran, guru Bahasa Inggris belum mampu melaksanakan
pembelajaran yang efektif sesuai dengan alokasi waktu, guru belum mampu memanfaatkan
sumber dan media pembelajaran yang dimiliki pribadi ataupun sekolah, dan guru Bahasa Inggris
masih lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dalam pembelajaran
Bahasa Inggris; dalam penilaian hasil belajar, guru tidak mencantumkan instrumen penilaian hasil
belajar dalam RPP; sedangkan dalam tindak lanjut hasil belajar, guru belum menggunakan hasil
belajar peserta didik untuk membuat rencana pembelajaran selanjutnya.
Penyebab ketimpangan yang utama adalah guru Bahasa Inggris yang masih kurang
antusias terhadap pembelajaran Bahasa Inggris, sehingga mereka tak membuat rencana
pembelajaran sendiri, guru-guru Bahasa Inggris juga memfokuskan pelajaran Bahasa Inggris pada
keterampilan Reading dan Writing dan mengabaikan keterampilan lain karena kurangnya media
pembelajaran dan tingkat kemampuan peserta didik.
Cara mengatasi ketimpangan adalah guru Bahasa Inggris sekecamatan Nggaha Ori Angu harus
meningkatkan gairah mereka terhadap pelajaran Bahasa Inggris dengan sesering mungkin
mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris, baik guru Bahasa Inggris
di kecamatan Nggaha Ori Angu atau di luar kecamatan Nggaha Ori Angu. Selain itu, kepala
sekolah-sekolah sewilayah bisa mengadakan MGMP Bahasa Inggris yang dihadiri oleh guru-guru
Bahasa Inggris untuk sama-sama menyusun rencana pembelajaran bersama. Kepala sekolah juga
harus selalu memberikan motivasi pada guru-guru Bahasa Inggris untuk meningkatkan
profesionalisme mereka.

IMPLIKASI
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan bagi wacana perkembangan
kinerja para guru Bahasa Inggris, terutama dalam hubungannya dengan kinerja mengajar guru
Bahasa Inggris. Guru Bahasa Inggris hendaknya meningkatkan mutu kinerja mengajar dan
profesionalisme sehingga pembelajaran Bahasa Inggris peserta didik dapat mencapai kompetensi
yang diinginkan. Guru Bahasa Inggris dapat meningkatkan mutu kinerja mengajar dengan
mengadakan pertemuan-pertemuan dengan sesama guru Bahasa Inggris. Kepala sekolah
hendaknya memotivasi guru Bahasa Inggris secara terus-menerus untuk meningkatkan kinerja
mengajarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad Shahbaz dan Shahla Qasim. 2013. Analysis of the Inadequacy of Teachers'
Competency Leading to Mass Failure in the Subject of English in Pakistan. Jurnal
Language

in

India.

19302940,

December

2013,

Volume

13,

Issue

12.

http://web.a.ebscohost.com/mobsmart/citations/citation?sid=8f734fc8-abba-4f91-917567a9fc1f05c7%40sessionmgr4001&vid=0&hid=4107&bdata=JkF1dGhUeXBlPQ%3d
%3d#db=ufh&AN=92684891 Diakses tanggal 16 November 2014, jam 11:35 WIB.
Majib, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Pengembangan Standar Kompetensi Guru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Permadi, Iwan. 2012. Mengapa Bahasa Inggris. Artikel dalam edukasi.kompasiana.com, tanggal
7 November 2012; jam 2:50. http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/07/mengapabahasa-inggris-507138.html Diakses tanggal 2 November 2014; jam 9:20 WIB.
Rahman, Mohammad Mahbubur dan Karen Malan. 2014. An Exploratory Study into Factors
Affecting Achievement in English among Bangladeshi College Students: An Investigation
of Teachers and Students Perceptions. Jurnal Language in India. 19302940, June 2014,
Volume

14,

Issue

6.

http://web.a.ebscohost.com/mobsmart/citations/citation?

sid=7a5fbbb0-7317-44d0-bd0c-113ed1439e4b
%40sessionmgr4002&vid=0&hid=4107&bdata=JkF1dGhUeXBlPQ%3d
%3d#db=ufh&AN=96418956 Diakses tanggal 16 November 2014, jam 12:50 WIB.
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik
dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wirawan. 2012. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Proses (Contoh Aplikasi Evaluasi
Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan, Kurikulum, Perpustakaan, dan Buku Teks).
Jakarta: Rajawali Pers.

DAFTAR GAMBAR
Mengembangkan
desain dan standar
kinerja

Menyusun aktifitas untuk
menghilangkan
ketimpangan

Merencanakan
evaluasi
menggunakan model
evaluasi
ketimpangan

Menentukan
alasan
penyebab ketimpangan

Menjaring
data
mengenai kinerja

Mengidentifikasi
ketimpangan antara
kinerja
dengan
standar

Langkah-langkah proses model evaluasi ketimpangan (Wirawan, 2012: 106)

CURRICULUM VITAE

Yang bertanda tangan di bawah ini :
DATA PRIBADI
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat, tanggal lahir
Kewarganegaraan
Agama
Alamat

: Riwa Rambu Hada Enda, S.S
: Perempuan
: Sumba Timur, 06 September 1985
: Indonesia
: Kristen Protestan
: Makamenggit, RT/RW 01/02, Kecamatan Nggaha Ori Angu, Kabupaten
Sumba Timur.
Pendidikan Terakhir : S-1 Sastra Inggris
No. HP
: +6285290403140
E-mail
: iluvscorose@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Katolik Andaluri, lulus tahun 1995
2. SD Masehi Payeti 01, lulus tahun 2000
3. SMP Negeri 01 Waingapu, lulus tahun 2002
4. SMA Negeri 01 Waingapu, lulus tahun 2004
5. S-1 Sastra Inggris STiBA Satya Wacana, lulus tahun 2009
6. S-2 MMP Universitas Kristen Satya Wacana, lulus tahun 2016

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Sekolah Menengah Pertama Sekecamatan Nggaha Ori Angu Kabupaten Sumba Timur

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembiayaan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Wonosobo

0 1 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah dalam Penempatan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Sumba Timur

0 1 23

EVALUASI KINERJA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS PASCASERTIFIKASI DI SMA NEGERI SEKECAMATAN DEMAK

0 0 15

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 38

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 14

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Mengajar Guru Bahasa Inggris Pascasertifikasi Di SMA Negeri Sekecamatan Demak Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

0 1 47

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Guru Bersertifikasi di SMA Negeri 1 Waingapu, Kabupaten Sumba Timur

0 0 59