PENGARUH PENGGUNAAN Virgin Coconut Oil (VCO) SEBAGAI Pengaruh Penggunaan Virgin Coconut Oil (VCO) Sebagai Emolient Terhadap Sifat Fisik Dan Stabilitas Vitamin C Dalam Sabun Transparan.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN Virgin Coconut Oil (VCO) SEBAGAI

EMOLIENT TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS

VITAMIN C DALAM SABUN TRANSPARAN

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

FATIMAH KASOR

K 100 100 013

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA


(2)

(3)

1

PENGARUH PENGGUNAAN Virgin Coconut Oil (VCO) SEBAGAI EMOLIENT

TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS VITAMIN C DALAM SABUN TRANSPARAN

EFFECT Virgin Coconut Oil (VCO) AS EMOLIENT ON PHYSICAL PROPERTIES AND STABILITY OF VITAMIN C IN TRANSPARENT SOAP

Fatimah Kasor, Anita Sukmawati

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Sabun transparan vitamin C dibuat dengan berbagai variasi jumlah VCO yaitu VCO 7,5%, VCO 15%, dan VCO 30%. Evaluasi pada sediaan meliputi uji pH, uji stabilitas busa, uji kekerasan sabun, dan uji stabilitas vitamin C selama 8 minggu. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa VCO berpengaruh signifikan terhadap nilai pH sabun dengan nilai Sig. 0,00 (Sig.<0,05) dan juga terhadap uji stabilitas busa dengan nilai Sig. 0,024 (Sig.<0,05). Stabilitas busa yang paling baik terdapat pada sabun yang mengandung VCO 30%.Pada hasil uji kekerasan sabun vitamin C dapat disimpulkam bahwa dengan semakin tinggi konsentrasi VCO maka akan menghasilkan sabun yang semakin lunak. Uji stabilitas vitamin C menunjukkan penurunan konsentrasi VCO akan tidak berpengaruhi secara signifikan terhadap stabilitas vitamin C. Uji validasi metode pengukuran kadar vitamin C memiliki nilai persen recovery sebesar 169,42±13,86 %

Kata kunci : VCO (Virgin Coconut Oil), sabun transparan, vitamin C ABSTRACT

Vitamin C transparent soap made with various amount of VCO i.e 7.5%, 15%, 30%. Evaluation was done on products for pH, foam stability test, hardness of soap, and stability of vitamin C for 8 weeks. The results showed that the VCO had significant effect on the pH value of the soap with the Sig. 0,00 (Sig. <0.05) and the stability of the foam with the Sig. 0,024 (Sig. <0.05). The best foam stability was found in soap containing VCO 30%. From the soap hardness test can be conluded that the higher concentration of the VCO increased the softness of soap. The stability test of vitamin C showed a decrease in the concentration of the VCO no significant effect on the stability of vitamin C. The validation of method for analysis of vitamin C had recovery values of 169.42 ± 13.86%


(4)

2

PENDAHULUAN

Sabun digunakan sebagai bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat sebagai lemak atau minyak dengan cara mengemulsikan lemak atau minyak. Untuk menghindari rasa kering pada kulit akibat pemakaian sabun diperlukan bahan yang tidak saja meminyaki kulit tetapi juga berfungsi untuk membentuk sabun yang lunak, misalnya asam lemak bebas, gliserol, lanolin, paraffin lunak, dan minyak almond, bahan sintetik ester asam sulfosuksinat. Bahan-bahan tersebut selain meminyaki kulit juga dapat menstabilkan busa dan berfungsi sebagai plasticizers.

Pada Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan minyak alamiah berkualitas tinggi yang diperoleh dari santan kelapa segar. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO, dapat berfungsi untuk melembutkan kulit, peningkat penetrasi,

moisturizer dan mempercepat penyembuhan pada kulit. Disamping itu, VCO aman

digunakan pada kulit karena tidak mengiritasi.Terkait dengan aktivitasnya, VCO ternyata juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri.

Minyak kelapa ini juga sering digunakan sebagai masker muka, dan body lotion. Kulit halus, elastis, dan kuat, dipengaruhi oleh jaringan konektif di seluruh tubuh. Peran VCO disini adalah berfungsi sebagai pelembut sekaligus mencegah terjadinya bercak di kulit karena proses penuaan, dan melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Penggunaan paling mutakhir dari VCO, sebagai bahan penbuatan sabun (Herlambang, 2005).

Sabun transparan sendiri memiliki penampilan yang mewah dan berkelas. Transparansinya menimbulkan kesan alami dan menarik. Oleh karena itu, sabun transparan umumnya ditujukan untuk segmen pasar menengah ke atas, sebagai sabun kecantikan atau perawatan. Sebagai sabun premium, sabun transparan dibuat dengan menggunakan bahan-bahan yang berkualitas dan bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Bahan dasar sabun transparan sama dengan sabun padat biasa, yaitu minyak kelapa. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pembuatan sabun transparan tidak lagi menggunakan minyak kelapa, melainkan minyak kelapa murni. Karakteristik minyak kelapa murni yang lebih tahan panas, tidak mudah terdegradasi, mengandung asam lemak jenuh, serta memiliki warna dan aroma yang lebih baik dibanding minyak kelapa, memberikan keunggulan tersendiri pada produk perawatan kulit dan kecantikan. Selain itu, minyak kelapa murni dihasilkan melalui proses ekstraksi yang menjaga komponen aktif biologis, seperti vitamin E dan polifenol. Oleh karena itu, penggunaannya dalam sabun transparan tidak hanya sebagai bahan baku, tetapi juga memberi nilai tambah pada produk (Kailaku, 2011).


(5)

3 Vitamin C atau asam askorbat merupakan salah satu antioksidan yang larut dalam air yang paling penting, yaitu hadir dalam jumlah tinggi dalam kulit. Salah satu penemuan paling awal dari manfaat vitamin C pada kulit adalah pengamatan yang merangsang sintesis kolagen dalam fibroblas dermal(Weber et al., 2009). Vitamin C memiliki efek fisiologis yang penting pada kulit, termasuk menghambat melanogenesis, promosi biosintesis kolagen dan pencegahan pembentukan radikal bebas, oleh karena itu vitamin C memainkan peran penting dalam mencegah proses penuaan kulitdan dapat digunakan untuk produk perawatan kulit kosmetik (Austria R., et al., 1997)

METODE PENELITIAN

A.Kategori dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan bersifat eksperimental. Adapun variabel penelitiannya sebagai berikut :

1. Variabel bebas

Variasi bebas dalam penelitian ini adalah variasi jumlah VCO yang berbeda- beda yaitu 7,5%, 15% dan 30%

2. Variabel tergantung

Variasi tergantung dalam penelitian ini sifat fisik (pH, uji organoleptis) stabilitas busa, dan stabilitas vitamin C dalam sabun.

3. Variabel kendali

Variasi kendali dalam penelitian ini adalah suhu, pH dan waktu penyimpanan selama 8 minggu

B.Alat dan Bahan

1. Alat

Alat–alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1601, oven, wadah, rotary evaporator, krus porselen, stopwatch, tabung reaksi, timbangan analitik (Denver Instrument®), alat gelas, pH meter AB 15 (Fisher scientific®), mortir, stamper, inkubator, autoklaf, baskom, dan penangas air.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Vitamin C, VCO, asam stearate, NaOH, Gliserin, Etanol 96%, asam sitrat, cocoamide DEA dan aquadest.


(6)

4

C.Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

D.Jalan penelitian

1. Pembuatan sabun

Dibuat 3 rancangan formula sabun yang akan digunakan dengan perbedaan jumlah VCO digunakan. Formula I VCO7,5% , Formula II VCO 15 %, Formula III VCO 30%.

Tabel 1. Rancangan formulasi sabun vitamin C

Bahan Satuan Formula

I Formula II Formula III Formula IV Vitamin C VCO Asam stearat NaOH Gliserin Etanol 96% Gula Asam sitrat Cocamid DEA Akuades ad g mL mL mL mL mL g mL mL mL 1 7,5 6,5 10 10 5 5 4 15 100 1 15 6,5 10 10 5 5 4 15 100 1 30 6,5 10 10 5 5 4 15 100 - 15 6,5 10 10 5 5 4 15 100 Keterangan :

Formula I : VCO 7,5 %. Formula II : VCO 15 %. Formula III : VCO 30 %.

Formula IV : tanpa penambahan VCO

Proses pembuatan sabun diawali dengan mereaksikan asam stearat dengan VCO. Asam stearat dengan VCO akan dilelehkan dengan pemanasan (70ºC) sampai mencair. Setelah asam stearat dan VCO homogen, kemudian ditambahkan larutan NaOH pada keadaan pemanasan dengan suhu 60-70C. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukan terbentuknya sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehingga pengadukan lebih mudah dilakukan. Penambahan sukrosa dilakukan secara bertahap sambil terus dilakukan pengadukan hingga sukrosa terlarut sempurna. Setelah larutan menjadi homogen, selanjutnya ditambahkan cocamid DEA, etanol, asam sitrat dan tahap terakhir ditambahkan bahan aktif vitamin C yang dilarutkan terlebih dahulu dalam sedikit aquadest. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang.

2. Derajat keasaman (pH) : Dilakukan pengukuran pH dengan cara memasukan pH meter yang telah dikalibrasi dalam sampel

3. Uji stabilitas busa : Uji kemampuan stabilitas dan tinggi busa menggunakan metode Cylinder shake yang telah dimodifikasi


(7)

5 Stabilitas busa = ... (1)

4. Uji kekerasan sabun :Pengukuran tingkat kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan alat uji kekerasan tablet, sabun yang lebih keras akan mempunyai hasil yang lebih tinggi

5. Uji stabilitas vitamin C :Dilakukan pemantauan kadar vitamin C dalam waktu penyimpanan 8 minggu setiap 7 hari. Kadar vitamin C ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV dengan cara dibuatkan larutan stok dengan konsentrasi 1000 µg/mL (0,1%), dimasukkan dalam kuvet dan dicari panjang gelombang maksimal (λ max). Dibuatkan kurva baku dari larutan stok dengan seri konsentrasi 500 µg/mL, 250 µg/mL, 125 µg/mL, 62,5 µg/mL, 31,25 µg/mL, 15,625 µg/mL dan 7,8125 µg/mL, dibaca absorbansi pada λ max yang sudah ditentukan kemudian dibuat persamaan regresi linier, hubungan antara konsentrasi (x) vs absorbansi (y) sehingga akan dapat persamaan kurva baku y = bx + a.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi hasil sabun

Formula I Formula II

Formula III Formula IV

Gambar 1.Hasil sabun vitamin C Keterangan :

Formula I : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 7,5% Formula II : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 15% Formula III : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 30% Formula IV : Formulasi sabun vitamin C dengan tanpa penambahan VCO


(8)

6 Sabun yang dapat dihasilkan dengan pemerian warna putih, keras dan permukaan halus dengan bentuk sesuai dengan cetakkannya dan berat bobot rata-rata adalah 99,64± 2,37 g.

B.Derajat keasaman (pH)

Nilai pH sabun setelah dilakukan formula didapatkan pH rata-rata pada sabun yang mengandung VCO 7,5% nilai sebesar 10,50±0,035, sabun yang mengandung VCO 15% nilai sebesar 10,51±0,021, dan sabun yang mengandung VCO 30% nilai sebesar 10,22±0,036. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa perbedakan konsentrasi VCO terhadap nilai pH sabun vitamin C dengan nilai sig. 0,00 (Sig.<0,05), sehingga dilakukan uji Poct hoc yang menunjukan bahwa rata-rata pH sabun dengan VCO 30% sedikit berbeda dengan sabun VCO 7,5% dan VCO 15%, dari hasil tersebut akan disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO mempengaruhi nilai pH sabun secara signifikan

Gambar 2. Hubungan antara kadar VCO dengan nilai pH sabun vitamin C, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali replikasi

C.Uji stabilitas busa

Pada pengukuran terhadap kestabilan busa pada sabun yang diteliti menunjukkan nilai tertinggi diperoleh dari sabun dengan penambahan VCO 30% yaitu 47,75±2,105 %, nilai terendah diperoleh dari sabun dengan penambahan VCO 7,5% yaitu 41,51±2,047 %, sedangkan sabun dengan penambahan VCO 15% stabilitas busanya 46,11±2,026 %. Hasil uji statistik dengan metode ANOVA satu jalan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan stabilitas busa sabun vitamin C dengan hasil nilai Sig. 0,024 (Sig.<0,05). sehingga dilakukan uji Poct hoc yang menunjukan bahwa rata-rata stabilitas busa sabun dengan VCO 7,5% sedikit berbeda dengan sabun VCO 15% dan VCO 30%. Stabilitas busa terbaik diperoleh pada Formula dengan penambahan VCO 30% dengan nilai sebesar 47,75%.


(9)

7 Gambar 3. Hubungan antara kadar VCO dengan stabilitas busa sabun vitamin C, bar menunjukkan

nilai SD dari 3 kali replikasi

D.Uji kekerasan sabun

Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kekerasan sabun padat berkisar antara 0,962- 1,29 kg. Nilai tertinggi diperolehi dari Formula I yang mengandung VCO 7,5% dengan nilai 1,29±0,384 kg, sedangkan Formula II yang mengandung VCO 15% memperoleh nilai 1,113±0,203 kg, dan Formula III yang mengandung VCO 30% akan memperoleh serata 0,962±0,139 kg. Dari hasil yang didapat maka sabun yang memiliki kekerasan paling tinggi adalah sabun dengan Formula I yaitu sabun yang menggandung VCO yand paling sedikit yaitu 7,5% sedangkan sabun yang paling lunak adalah sabun dari Formula III yaitu sabun yang menggandung VCO paling tinggi yaitu 30%. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukan bahwa konsentrasi VCO terhadap kekerasan sabun vitamin C tidak berpengaruh secara signifikan.

Gambar 4. Hubungan antara kadar VCO dengan kekerasan sabun vitamin C, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali replikasi

E.Uji validasi metode dengan parameter persen recovery5

Tabel 2 : Tabel hasil uji validasi metode penentuan kadar vitamin C dalam sabun dengan spektrofotometri UV dengan parameter % recovery

Replikasi Absorbansi (y)

Kadar vitamin c terukur (µg/ml)

Vitamin C sebenarnya

(µg/ml)

% recovery x100%

x ±SD

1 0,625 36,63 21 174,42 169,42±

13,86 %

2 0,636 37,82 21 180,09


(10)

8 Hasil persen recovery yang didapat adalah 169,42% sedangkan nilai persen recovery yang baik adalah sekitar 95 – 105 % sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar vitamin C secara spektrofotometri UV yang digunakan adalah tidak valid karena nilainya terlalu tinggi.

F.Uji stabilitas vitamin C

Hasil yang terdapat adalah sabun dengan sabun yang mengandung VCO 7,5% mengalami penurunan kadar vitamin C yang hilang dari minggu pertama hingga minggu kedelapan adalah 25,54 µg/mL atau sekitar 9,99 %. Untuk sabun yang mengandung VCO 15% kadar vitamin C yang hilang dari minggu pertama hingga minggu kedelapan adalah 37,38 µg/mL atau sekitar 13,75 %. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA menunjukkan penurunan konsentrasi VCO akan tidak berpengaruhi secara signifikan terhadap stabilitas vitamin C dengan nilai Sig. 0,303 (Sig. >0,05).

Gambar 5. Hubungan antara lama penyimpanan selama 8 minggu pada suhu 25 °c dengan kadar vitamin C dalam sabun berbagai variasi konsentrasi VCO, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali

replikasi

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO hanya sedikit yang berpengaruhi terhadap perubahan pH sabun dan stabilitas busa. Dan VCO tidak berpengaruh terhadap kekerasan sabun dan stabitasas vitamin C.


(11)

9

B.Saran

Pada uji stabilitas vitamin C sebaiknya dipantau kadar vitamin C dari minggu ke 0 lagi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Ibu Anita Sukmawati, Ph.D., Apt dan seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

DAFTAR ACUAN

Herlambang, Adrian S., 2005, Terapi minyak Nabati keampuhan VCO & 16 Minyak Ajaib, 16, Jakarta.

Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan Antijamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.), Bul. Litro, Vol 21 (2), 192-205.

Kailaku, Sari Intan, 2011, Teknologi Pengolahan Sabun Transparan Skala Rumah Tangga, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 33 No.5, 14-16.

R, Austria et al, 1997, Stability of vitamin C derivatives in solution and topical formulation, J. Pharm. Biomed.Anal. 15(1997) 795-801.

Supandi, Gantini Seri Nevi, Tanpa tahun, Formulasi sabun transparan minyak nilam sebagai obat jerawat, Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.


(1)

4 C.Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

D.Jalan penelitian 1. Pembuatan sabun

Dibuat 3 rancangan formula sabun yang akan digunakan dengan perbedaan jumlah VCO digunakan. Formula I VCO7,5% , Formula II VCO 15 %, Formula III VCO 30%.

Tabel 1. Rancangan formulasi sabun vitamin C

Bahan Satuan Formula

I Formula II Formula III Formula IV Vitamin C VCO Asam stearat NaOH Gliserin Etanol 96% Gula Asam sitrat Cocamid DEA Akuades ad g mL mL mL mL mL g mL mL mL 1 7,5 6,5 10 10 5 5 4 15 100 1 15 6,5 10 10 5 5 4 15 100 1 30 6,5 10 10 5 5 4 15 100 - 15 6,5 10 10 5 5 4 15 100 Keterangan :

Formula I : VCO 7,5 %. Formula II : VCO 15 %. Formula III : VCO 30 %.

Formula IV : tanpa penambahan VCO

Proses pembuatan sabun diawali dengan mereaksikan asam stearat dengan VCO. Asam stearat dengan VCO akan dilelehkan dengan pemanasan (70ºC) sampai mencair. Setelah asam stearat dan VCO homogen, kemudian ditambahkan larutan NaOH pada keadaan pemanasan dengan suhu 60-70C. Pada saat penambahan NaOH ini, adonan akan menjadi keras dan lengket yang menunjukan terbentuknya sabun. Pengadukan terus dilakukan sampai homogen kemudian dilakukan penambahan gliserin sehingga pengadukan lebih mudah dilakukan. Penambahan sukrosa dilakukan secara bertahap sambil terus dilakukan pengadukan hingga sukrosa terlarut sempurna. Setelah larutan menjadi homogen, selanjutnya ditambahkan cocamid DEA, etanol, asam sitrat dan tahap terakhir ditambahkan bahan aktif vitamin C yang dilarutkan terlebih dahulu dalam sedikit aquadest. Selanjutnya sabun dituangkan dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang.

2. Derajat keasaman (pH) : Dilakukan pengukuran pH dengan cara memasukan pH meter yang telah dikalibrasi dalam sampel

3. Uji stabilitas busa : Uji kemampuan stabilitas dan tinggi busa menggunakan metode Cylinder shake yang telah dimodifikasi


(2)

5 Stabilitas busa = ... (1)

4. Uji kekerasan sabun :Pengukuran tingkat kekerasan sabun dilakukan dengan menggunakan alat uji kekerasan tablet, sabun yang lebih keras akan mempunyai hasil yang lebih tinggi

5. Uji stabilitas vitamin C :Dilakukan pemantauan kadar vitamin C dalam waktu penyimpanan 8 minggu setiap 7 hari. Kadar vitamin C ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri UV dengan cara dibuatkan larutan stok dengan konsentrasi 1000 µg/mL (0,1%), dimasukkan dalam kuvet dan dicari panjang gelombang maksimal (λ max). Dibuatkan kurva baku dari larutan stok dengan seri konsentrasi 500 µg/mL, 250 µg/mL, 125 µg/mL, 62,5 µg/mL, 31,25 µg/mL, 15,625 µg/mL dan 7,8125 µg/mL, dibaca absorbansi pada λ max yang sudah ditentukan kemudian dibuat persamaan regresi linier, hubungan antara konsentrasi (x) vs absorbansi (y) sehingga akan dapat persamaan kurva baku y = bx + a.

HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi hasil sabun

Formula I Formula II

Formula III Formula IV

Gambar 1.Hasil sabun vitamin C

Keterangan :

Formula I : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 7,5% Formula II : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 15% Formula III : Formulasi sabun vitamin C dengan penambahan VCO 30% Formula IV : Formulasi sabun vitamin C dengan tanpa penambahan VCO


(3)

6 Sabun yang dapat dihasilkan dengan pemerian warna putih, keras dan permukaan halus dengan bentuk sesuai dengan cetakkannya dan berat bobot rata-rata adalah 99,64± 2,37 g.

B.Derajat keasaman (pH)

Nilai pH sabun setelah dilakukan formula didapatkan pH rata-rata pada sabun yang mengandung VCO 7,5% nilai sebesar 10,50±0,035, sabun yang mengandung VCO 15% nilai sebesar 10,51±0,021, dan sabun yang mengandung VCO 30% nilai sebesar 10,22±0,036. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA menunjukkan bahwa perbedakan konsentrasi VCO terhadap nilai pH sabun vitamin C dengan nilai sig. 0,00 (Sig.<0,05), sehingga dilakukan uji Poct hoc yang menunjukan bahwa rata-rata pH sabun dengan VCO 30% sedikit berbeda dengan sabun VCO 7,5% dan VCO 15%, dari hasil tersebut akan disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO mempengaruhi nilai pH sabun secara signifikan

Gambar 2. Hubungan antara kadar VCO dengan nilai pH sabun vitamin C, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali replikasi

C.Uji stabilitas busa

Pada pengukuran terhadap kestabilan busa pada sabun yang diteliti menunjukkan nilai tertinggi diperoleh dari sabun dengan penambahan VCO 30% yaitu 47,75±2,105 %, nilai terendah diperoleh dari sabun dengan penambahan VCO 7,5% yaitu 41,51±2,047 %, sedangkan sabun dengan penambahan VCO 15% stabilitas busanya 46,11±2,026 %. Hasil uji statistik dengan metode ANOVA satu jalan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan stabilitas busa sabun vitamin C dengan hasil nilai Sig. 0,024 (Sig.<0,05). sehingga dilakukan uji Poct hoc yang menunjukan bahwa rata-rata stabilitas busa sabun dengan VCO 7,5% sedikit berbeda dengan sabun VCO 15% dan VCO 30%. Stabilitas busa terbaik diperoleh pada Formula dengan penambahan VCO 30% dengan nilai sebesar 47,75%.


(4)

7

Gambar 3. Hubungan antara kadar VCO dengan stabilitas busa sabun vitamin C, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali replikasi

D.Uji kekerasan sabun

Hasil penelitian menunjukan nilai rata-rata kekerasan sabun padat berkisar antara 0,962- 1,29 kg. Nilai tertinggi diperolehi dari Formula I yang mengandung VCO 7,5% dengan nilai 1,29±0,384 kg, sedangkan Formula II yang mengandung VCO 15% memperoleh nilai 1,113±0,203 kg, dan Formula III yang mengandung VCO 30% akan memperoleh serata 0,962±0,139 kg. Dari hasil yang didapat maka sabun yang memiliki kekerasan paling tinggi adalah sabun dengan Formula I yaitu sabun yang menggandung VCO yand paling sedikit yaitu 7,5% sedangkan sabun yang paling lunak adalah sabun dari Formula III yaitu sabun yang menggandung VCO paling tinggi yaitu 30%. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal-Wallis menunjukan bahwa konsentrasi VCO terhadap kekerasan sabun vitamin C tidak berpengaruh secara signifikan.

Gambar 4. Hubungan antara kadar VCO dengan kekerasan sabun vitamin C, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali replikasi

E.Uji validasi metode dengan parameter persen recovery5

Tabel 2 : Tabel hasil uji validasi metode penentuan kadar vitamin C dalam sabun dengan spektrofotometri UV dengan parameter % recovery

Replikasi Absorbansi (y)

Kadar vitamin c terukur (µg/ml)

Vitamin C sebenarnya

(µg/ml)

% recovery

x100%

x ±SD

1 0,625 36,63 21 174,42 169,42±

13,86 %

2 0,636 37,82 21 180,09


(5)

8 Hasil persen recovery yang didapat adalah 169,42% sedangkan nilai persen recovery yang baik adalah sekitar 95 – 105 % sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar vitamin C secara spektrofotometri UV yang digunakan adalah tidak valid karena nilainya terlalu tinggi.

F.Uji stabilitas vitamin C

Hasil yang terdapat adalah sabun dengan sabun yang mengandung VCO 7,5% mengalami penurunan kadar vitamin C yang hilang dari minggu pertama hingga minggu kedelapan adalah 25,54 µg/mL atau sekitar 9,99 %. Untuk sabun yang mengandung VCO 15% kadar vitamin C yang hilang dari minggu pertama hingga minggu kedelapan adalah 37,38 µg/mL atau sekitar 13,75 %. Berdasarkan hasil uji statistik ANOVA menunjukkan penurunan konsentrasi VCO akan tidak berpengaruhi secara signifikan terhadap stabilitas vitamin C dengan nilai Sig. 0,303 (Sig. >0,05).

Gambar 5. Hubungan antara lama penyimpanan selama 8 minggu pada suhu 25 °c dengan kadar vitamin C dalam sabun berbagai variasi konsentrasi VCO, bar menunjukkan nilai SD dari 3 kali

replikasi

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi VCO hanya sedikit yang berpengaruhi terhadap perubahan pH sabun dan stabilitas busa. Dan VCO tidak berpengaruh terhadap kekerasan sabun dan stabitasas vitamin C.


(6)

9 B.Saran

Pada uji stabilitas vitamin C sebaiknya dipantau kadar vitamin C dari minggu ke 0 lagi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada Ibu Anita Sukmawati, Ph.D., Apt dan seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

DAFTAR ACUAN

Herlambang, Adrian S., 2005, Terapi minyak Nabati keampuhan VCO & 16 Minyak Ajaib, 16, Jakarta.

Hernani., Bunasor, T.K., dan Fitriati, 2010, Formula Sabun Transparan Antijamur Dengan Bahan Aktif Ekstrak Lengkuas (Alpinia galanga L.Swartz.), Bul. Litro, Vol 21 (2), 192-205.

Kailaku, Sari Intan, 2011, Teknologi Pengolahan Sabun Transparan Skala Rumah Tangga, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 33 No.5, 14-16.

R, Austria et al, 1997, Stability of vitamin C derivatives in solution and topical formulation, J. Pharm. Biomed.Anal. 15(1997) 795-801.

Supandi, Gantini Seri Nevi, Tanpa tahun, Formulasi sabun transparan minyak nilam sebagai obat jerawat, Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta.