ANALISIS KADAR UNSUR DAN SENYAWA KIMIA L

ANALISIS KADAR UNSUR DAN SENYAWA KIMIA LIMBAH
CANGKANG KERANG TOTOK (Geloina sp) HASIL
TANGKAPAN MASYARAKAT DESA BULUPAYUNG
KABUPATEN CILACAP DI SUNGAI SERAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana (S-1)
PendidikanPada Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh :
SATRIA RAMADHAN
1201070052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2015

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latarbelakang Masalah
Wilayah Kabupaten Cilacap memiliki beragam ekosistem seperti: ekosistem
estuarin, ekosistem mangrove, dan pantai berpasir. Hal ini menjadikan Cilacap
memiliki biota laut yang beragam. Salah satu biota laut tersebut berasal dari
Phylum Mollusca laut misal: kerang-kerangan (Bivalvia).
Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis
kerang Totok (Geloina sp). Jenis kerang ini hidup di daerah estuarin, hutan
mangrove, sungai-sungai besar yang menjadi pertemuan antara air laut dan air
tawar. Salah satu sungai yang menjadi pertemuan antara air laut dan air tawar
adalah sungai Serayu. Kerang Totok (Geloina sp) yang hidup di sungai Serayu
Kabupaten Cilacap berada pada kedalaman yang berkisar antara 3,5-10,7 meter
dengan substrat yang berlumpur dan berpasir. Endang & Chrisna (2005)
mengemukakan bahwa substrat yang cocok sebagai habitat Geloina sp
mengandung 80%-90% pasir kasar berlumpur, dengan diameter lebih besar dari
40 µ dan memiliki pH berkisar antara 5,35-6,40.
Sungai Serayu di Kabupaten Cilacap secara administratif melintasi beberapa
desa, salah satunya desa Bulupayung Kecamatan Kesugihan. Berdasarkan data
dari Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa pada tahun 2014
jumlah penduduk desa Bulupayung sebesar 5.126 jiwa. Mayoritas masyarakat

desa Bulupayung bermatapencaharian utama sebagai petani, dengan persentase

1

50%-55% dari 5.126 jiwa (Dirjen PMD, 2014). Sisanya bermatapencaharian
antara lain sebagai penambang pasir atau batu, serta peternak ikan dan unggas.
Masyarakat di desa Bulupayung biasanya menambah hasil pendapatan
ekonomi mereka dengan beralih profesi sewaktu-waktu sebagai nelayan pencari
kerang Totok di sungai Serayu. Masyarakat memanfaatkan hasil tangkapan kerang
Totok sebagai pendapatan alternatif lain untuk memenuhi dan menambah
pendapatan ekonomi mereka, dengan menjual hasil tangkapan kerang Totok yang
diperoleh dari sungai Serayu.
Jumlah Totok hasil tangkapan nelayan tergantung pada musim. Menurut
informasi dari nelayan desa Bulupayung, terdapat dua musim yang mempengaruhi
banyaknya jumlah Totok yang dapat diperoleh yaitu pada musim penghujan dan
musim kemarau. Pada musim penghujan, jumlah tangkapan nelayan rata-rata
sekitar 5 ember (1 ember = 5 kg) Totok per-hari, sehingga dapat diasumsikan
jumlah hasil tangkapan Totok per-hari mencapai sekitar 25 kg. Pada musim
kemarau, jumlah tangkapan nelayan rata-rata lebih sedikit daripada saat musim
penghujan yaitu sekitar 2 ember (1 ember = 5 kg) Totok per-hari. Jumlah hasil

tangkapan Totok dapat diasumsikan hanya sekitar 10 kg per-hari pada musim
kemarau.
Perbedaan hasil tangkapan tersebut disebabkan karena pada musim
penghujan (Oktober-Maret) terjadi peningkatan debit air sungai akibat
meningkatnya curah hujan yang tinggi. Meningkatnya debit air sungai ini
menyebabkan arus air sungai menjadi deras, sehingga memudahkan nelayan
mengambil Totok yang melekat pada substrat di dasar sungai. Pada musim

2

kemarau (April-September) terjadi penurunan debit air akibat menurunnya curah
hujan yang terjadi. Menurunnya debit air sungai secara langsung menurunkan
kecepatan arus air sungai, sehingga pada kondisi tersebut menyulitkan nelayan
mengambil Totok yang melekat pada substrat di dasar sungai.
Totok hasil tangkapan tiap nelayan Bulupayung langsung dijual ke tempattempat pengepul dengan harga jual per-ember sekitar Rp.8.000-Rp.10.000.
Masing-masing pengepul kemudian mengolah Totok dengan cara merebus Totok
terlebih dahulu untuk memisahkan daging dan cangkangnya. Setelah diolah, para
pengepul biasanya menjual daging Totok ke warung atau rumah-rumah makan
langganan yang menyajikan menu masakan daging kerang. Harga jual daging
Totok per-kilo sebesar Rp.12.500.

Pada umumnya kegiatan pengolahan kerang menghasilkan limbah padat
berupa cangkang kerang yang cukup tinggi. Kegiatan pengolahan kerang Totok di
desa Bulupayung sampai saat ini belum sampai pada usaha pemanfaatan limbah
cangkang kerang Totok yang dihasilkan. Masyarakat biasanya membuang
cangkang Totok hasil pengolahan di sekitar bantaran sungai. Kegiatan yang sudah
dilakukan selama bertahun-tahun ini membuat limbah cangkang Totok berserakan
dan menumpuk di sekitar bantaran sungai Serayu.
Dampak dari penumpukan limbah cangkang Totok ini menyebabkan
terjadinya penyempitan badan sungai. Penyempitan badan sungai yang terjadi
menyebabkan kurangnya jumlah pasokan air dari sungai ke daerah pertanian,
sehingga proses irigasi pertanian terganggu. Hal ini secara tidak langsung

3

berimbas pada sektor pertanian masyarakat Bulupayung dengan menurunnya hasil
produksi para petani Bulupayung.
Berdasarkan hasil obervasi, tiap nelayan dalam sehari rata-rata dapat
menghasilkan sekitar 25 kg limbah cangkang Totok. Dengan demikian, hanya
dalam waktu seminggu rata-rata 10 orang nelayan bisa menghasilkan 1 ton lebih
limbah cangkang Totok. Sampai saat ini penumpukan limbah cangkang Totok di

sekitar bantaran sungai mencapai radius 62,3 meter dari bantaran sungai ke
rumah-rumah penduduk. Jika penumpukan berton-ton limbah cangkang Totok ini
dibiarkan tanpa adanya penanggulangan, maka akan terjadi penyempitan area di
dasar sungai Serayu secara terus-menerus. Hingga saat ini dampak yang
ditimbulkan dari limbah cangkang Totok di desa Bulupayung belum teratasi.
Pemanfaatan secara intensif terhadap limbah cangkang Totok di desa Bulupayung
juga belum ada dan belum pernah dilakukan.
Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan, pemanfaatan limbah
cangkang kerang dapat dilakukan dengan memanfaatkan kandungan nutrisi yang
ada di dalam cangkang kerang tersebut, sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah (added value). Pada umumnya, nutrisi di dalam cangkang kerang
mengandung beberapa unsur mineral dan senyawa kimia yang bermanfaat cukup
tinggi. Kandungan nutrisi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur
mineral dan senyawa kimia alami pada berbagai produk yang diversifikasi
(Agustini., dkk. 2011). Upaya dalam pemanfaatan unsur mineral dan senyawa
kimia alami yang terkandung di dalam limbah cangkang kerang dapat diterapkan

4

pada sektor-sektor kehidupan yang lainnya seperti: sektor peternakan, sektor

produk bahan makanan, lingkungan, serta bahan bangunan.
Pada sektor peternakan, penambahan cangkang kerang yang sudah diolah
menjadi bentuk grit (tepung) pada produk ransum (pakan unggas) dapat
meningkatkan kualitas pada telur yang dihasilkan unggas tersebut. Kualitas yang
dihasilkan berupa ketebalan kerabang dan kualitas kuning telur. Penambahan
sumber mineral dari cangkang kerang pada ransum juga berpengaruh pada
pembentukan darah serta pengatur sistem jaringan tubuh seperti: hati, otot, dan
syaraf pada unggas (Meisji, 2012).
Dalam sektor produk bahan makanan, terdapat beberapa penelitian yang
sudah dilakukan dalam upaya pemanfaatan kandungan mineral di dalam cangkang
kerang. Menurut Agustini dkk. (2001) penambahan tepung cangkang kerang
simping (7,5%) sebagai sumber kalsium ke dalam bahan pembuatan cookies
(biskuit) dapat meningkatkan nilai gizi biskuit dibandingkan dengan biskuit
komersial. Fitria (2012) mengemukakan bahwa penambahan 10% tepung
cangkang kerang hijau pada adonan kerupuk meningkatkan kalsium yang dapat
diserap oleh tubuh sebesar 156.77 mg/100 g kerupuk yang dikonsumsi. Angka ini
lebih besar dibandingkan dengan kerupuk komersial sebesar 4.90 mg/100 g.
Pemanfaatan cangkang kerang hijau dengan metode fortifikasi dilakukan untuk
meningkatkan kadar kalsium dan fosfor pada produk susu bubuk. Penambahan
tepung cangkang kerang hijau dengan menambahkan hanya 1% dari bobot susu

bubuk dapat meningkatkan kalsium dan fosfor masing-masing 740 mg dan 20-40
mg per-saji (Rohadi dkk., 2010).

5

Pada sektor lingkungan, senyawa kalsium karbonat (CaCO3) yang
terkandung dalam cangkang kerang bersifat basa, jika direaksikan dengan asam
kuat seperti HCl dan logam yang terlarut dalam air dapat mengendapkan
kandungan logam dan menurunkan kekeruhan air meskipun dengan konsentrasi
yang rendah (Sinardi dkk., 2013). Grit (tepung) cangkang kerang dapat juga
digunakan sebagai bahan campuran atau tambahan pada pembuatan beton.
Penambahan grit cangkang kerang ini akan menjadikan campuran beton lebih
reaktif (Shinta, 2009).
Limbah cangkang dari hasil pengolahan Totok di desa Bulupayung sampai
saat ini belum termanfaatkan secara optimal oleh masyarakat setempat.
Masyarakat biasanya hanya memanfaatkan cangkang Totok sebagai tambahan
campuran pada pembuatan pondasi-pondasi bangunan tanpa adanya pengolahan
cangkang Totok terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap potensi yang terdapat di dalam limbah cangkang Totok.
Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk

menganalisis kadar unsur dan senyawa kimia limbah cangkang kerang Totok
(Geloina sp) hasil tangkapan masyarakat desa Bulupayung di sungai Serayu.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah tersebut, maka perumusan masalah
penelitian ini adalah: “Bagaimana kadar unsur dan senyawa kimia limbah
cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil tangkapan masyarakat desa
Bulupayung di sungai Serayu?”.

6

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini memiliki
tujuan yaitu: “Untuk mengetahui kadar unsur dan senyawa kimia limbah
cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil tangkapan masyarakat desa
Bulupayung di sungai Serayu”.

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:
Bagi masyarakat:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat desa Bulupayung mengenai
kadar unsur dan senyawa kimia pada cangkang kerang Totok (Geloina sp).
2. Memberikan informasi kepada masyarakat desa Bulupayung mengenai
pemanfaatan kadar unsur dan senyawa kimia pada cangkang kerang Totok
(Geloina sp) untuk menunjang perekonomian masyarakat setempat.
Bagi peneliti:
3. Sebagai langkah awal peneliti maupun orang lain untuk rujukan jika

nantinya ada penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalisasi potensi limbah
cangkang kerang Totok (Geloina sp) di sungai Serayu desa Bulupayung
Cilacap.

7