IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURAKARTA NO.2 TAHUN 2008 TENTANG KESETARAAN DIFABEL TERHADAP AKSEBILITAS SARANA TRANSPORTASI THE IMPLEMENTATION OF SURAKARTA REGIONAL REGULATION NUMBER 2 YEAR 2008 ABOUT DISABILITY EQULITY OF TRANSPORTATION FACILITY ACCESSIBILITY
TALREV
Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 92-106. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURAKARTA NO.2 TAHUN 2008
TENTANG KESETARAAN DIFABEL TERHADAP AKSEBILITAS
SARANA TRANSPORTASI
THE IMPLEMENTATION OF SURAKARTA REGIONAL
REGULATION NUMBER 2 YEAR 2008 ABOUT DISABILITY
EQULITY OF TRANSPORTATION FACILITY ACCESSIBILITY
Kuni Nasihatun Arifah
Pusat Kajian Hukum Otonomi Daerah dan Demokrasi Semarang State University
JL. Sekaran, Gunung Pati, Sekaran, Gn. Pati, Kota Semarang, Central Java, Indonesia
Telp./Fax: +62-24- 8508087 Email: [email protected]
Submitted: Jun 22, 2017; Reviewed: Jun 24, 2017; Accepted: Jun 29, 2017
Abstrak
Pemenuhan HAM adalah salah satu indikator sebuah Negara Hukum, Indonesia sebagai Negara hukum mengamanatkan didalam batang tubuh UUD NRI 1945 tentang
kewajiban Negara dalam memenuhi HAM bagi setiap warga Negara nya tanpa kecuali
termasuk terhadap difabel, difabel adalah salah satu warga Negara yang rawan terkena diskrimasi.Perda Kota Surakarta No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel
mengatur mengenai hak dan kewajiban difabel serta kewajiban pemerintah dalam
mewujudkan kesetaraan difabel termasuk didalamnya aksebilitas fisik didalam sarana
transportasi publik dan pelayanan publik. Supaya Perda tersebut bisa diimplementasikan disusunlah Perwali. Bentuk impelemntasi aksebilitas sarana transportasi publik di
Surakarta ialah dengan adanya BST,Halte, dan bus Begawan Abiyasa.Setelah implementasi dijalankan ada upaya untuk peningkatan aksebilitas yakni dengan pengawasan
perda,pembangunan terminal tirtonadi,dan koordinasi.Hambatan yang dialamai
Pemerintah dalam upaya pemenuhan hak aksebilitas sarana transportasi public ialah
permasalahan dana dan koordinasi antar lembaga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi hak aksebilitas Perda No.2 Tahun
2008 tentang kesetaraan difabel di Surakarta melalui tiga proses yakni sosialisasi,
koordinasi dan pelaksanaan serta pengawasan dan penilaian, yang semuanya sudah
berjalan cukup baik namun masih memerlukan banyak pembenahan terutama dalam
hal koordinasi pelaksanaan.
Kata Kunci: Aksebilitas; Kesetaraan Difabel; Surakarta; Transportasi
Abstract
The fulfillment of Human Rights is one of the indicators of a Legal State, Indonesia as a State of
law mandated in the body of the 1945 Constitution of the State's obligation to fulfill human
rights for every citizen of his country without exception including to the disabled, disabled is
one of the citizens who are prone to discrimination. Perda Kota Surakarta No.2 Year 2008
about disability equality regulates the rights and obligations of the disabled and the obligation
of government in realizing equality of disability including physical accessibility in public transportation and public service. In order to implement the regulation, regulation can be imple-
□ 92
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
mented. The form of impelemntasi aksebilitas public transportation facilities in Surakarta is
with the BST (Bus Trans Surakarta) , halte bus and bus Begawan Abiyasa. After implementation is run, there is an effort to increase Accessibility that is with the supervision of local regulations, the construction of tirtonadi terminal, and coordination.Hambatan that the Government
in the effort to fulfill the right of accessibility Public transportation is a matter of funds and coordination between agencies.
The result of the research shows that the implementation of the rights of Perda No.2 of 2008 on
disability equality in Surakarta through three processes namely socialization, coordination and
implementation and supervision and assessment, all of which have been running well but still
require a lot of improvement especially in terms of coordination of implementation.
Keywords: Accessibility; Disabilityequlity; Surakarta; Tranportations
PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara
hukum, hal ini termaktub dalam Pasal 1
dang Disabilitas (Convention on the Right
Of Person with Disabilities).2
“Disabilitas
ayat 3 UUD 1945,sebagai salah satu nega-
adalah
orang
yang
ra hukum Indonesia menjunjung tinggi
memiliki keterbatasan fisik, mental, intel-
dan
Manusia
ektual, atau sensorik dalam jangka waktu
(HAM). Jaminan akan penegakan HAM di
lama yang dalam berinteraksi dengan
Indonesia diatur dalam BAB X UUD 1945
lingkungan
tentang penegakan HAM.Sebagai amanat
dapat menemui
dari UUD 1945 terbentuklah UU No.39
litkan untuk berpartisipasi penuh dan
mengakui
Hak
Asassi
Tahun 1999 Tentang HAM.
1
dan
sikap
masyarakatnya
hambatan yang menyu-
efektif berdasarkan persamaan hak.”
HAM melekat pada semua manusia
Dalam Undang-undang ini ditegas-
tanpa kecuali, termasuk bagi penyandang
kan bahwa penyandang disabilitas bebas
Disabilitas.UU No.19 Tahun 2011 tentang
dari perlakuan diskriminatif yang berpo-
Pengesahan Konvensi hak hak penyan-
tensi
merendahkan
martabat
manu-
sia.Dalam Undang-undang ini diamanatkan untuk menjaga dan memenuhi persa-
1
Pandangan filosofis atas UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM. Pertama, secara ontologis setiap individu adalah orang yang bebas, ia memili hak-hak
dan kewajiban yang sama antara satu dengan yang
lain dalam konteks sosial. Kedua, Secara efistimologis, jaminan persamaan atas setiap hak-hak dasar
kemanusiaan berikut kewajiban-kewajiban yang
melekat di dalamnya, mesti dibatasi oleh hukum
(hukum HAM). Ketiga, tujuan dibuatnya hukum
HAM adalah sebagai hukum materil yang mengatur
proses penegakan HAM di masyarakat.
2
Sidang Paripurna DPR yang dihadiri seluruh
fraksi dan Komisi VIII sepakat mengesahkan
Convention on the Right of Persons with Disabilities (CRPD/ Konvensi mengenai Hak Penyandang Disabilitas) menjadi undang-undang
pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011
pukul 11.40 WIB. http://www.kumhamjogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiahlainnya/360-ratifikasi-konvensi-internasionalhak-hak-penyandang-cacat
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
maan hak bagi penyandang disabilitas sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan.
Lebih lanjut lagi diterangkan dalam
Undang Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat bahwa:
“Setiap penyandang cacat
1. Belum adanya perlindungan terhadap penyandang difabel
ken-
daraan pribadi.
2. Penyeberangan masih menyulitkan
bagi
penyandang
difabel
untuk
melintas.
mempunyai hak dan kesempatan
3. Terminal dan halte belum didesain
yang sama dalam segala aspek ke-
secara aksibel bagi penyandang
hidupan dan penghidupan,”
difabel, contohnya loket yang terlalu
Hak konstitusional menurut Prof.
tinggi,emplasemen yang tidak se-
Jimly Asshiddiqie adalah hak hak yang
jajar dengan lantai bus,perbedaan
dijamin didalam dan oleh UUD 1945.
lantai tanpa ram, dan lain lain.
Setelah amandemen UUD 1945 yang
4. Bus atau kendaraan public lainya
merupakan konstitusi Negara Indonesia,
masih jarang yang menggunakan sa-
maka prinsip-prinsi HAM telah tercantum
rana khusus bagi difabel.
dalam konstitusi Indonesia sebagai ciri
khas prinsip konstitusi modern.3
Hak konstitusional dapat juga dilihat
5. Rambu dan marka serta informasi
masih belum bisa diterima semua
orang.
secara timbal balik dengan kewajiban
6. Staf bus masih belum semua bisa
konstitusional Negara. Setiap kewajiban
melayani dengan baik bagi penyan-
konstitusional sebagai bagaian yang tidak
dang difabel.
dapat dipisahkan daripadanya atau yang
melekat pada kewajiban Negara tersebut.
Adapun kondisi difabel di Jawa
Hak mereka juga bagian dari tanggung
Tengah sesuai yang dirilis oleh data resmi
jawab pemerintah dan menjadi hak konsti-
terakhir Dinas Sosial Jawa Tengah adalah
tusional yang wajib dipenuhi oleh Negara.
sebagai berikut
Beberapa permasalahan berkaitan
“Di
Jawa
Tengah
sendiri
Pe-
dengan mobilitas dan aksebilitas bagi
nanganan pemerintah terhadap penyan-
difabel sendiri menurut Komisi Nasional
dang disabilitas masih dinilai cukup ren-
Difabel (2010) sebagai berikut:
dah,ditandai dengan minimnya sarana
khusus
bagi
penyandang
disabilitas
3
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sekjend dan Kepantiteraan MK. Jakarta. 2006
dengan jumlah PMKS disabilitas yang
□ 94
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
banyak. Berdasarkan data yang dirilis oleh
lenggarakan aksebilitas terhadap kaum
Seksi Pengembangan Pelyanan Kese-
difabel, khususnya dibidang transportasi,
jahteraan Sosial , Dinas Sosial Provinsi
karena di Surakarta terdapat bus khusus
Jawa
penanganan
untuk penyandang difabel, hal ini selaras
penyeleng-
dengan Peraturan Daerah yang telah di-
garaan Kesejahteraan Sosial, diketahui
miliki Surakarta tentang kesetaraan Difa-
bahwa populasi Penyandang Masalah
bel.
Tengah
pemerintah
tentang
dalam
rangka
Kesejahteraan Sosial (PMKS) khusus
Berdasarkan latar belakang terse-
penyandang disabilitas, terakhir pada ta-
but penulis mengkaji mengenai “Imple-
hun 2012 sebanyak 237.400 jiwa.Jumlah
mentasi Perda Kota Surakarta No.2 Ta-
yang cukup besar dan sudah seharusnya
hun 2008 Tentang Kesetaraan Difabel
pemerintah serius menangani pemenuhan
Terhadap
hak aksebilitas bagi mereka.Misal dalam
portasi.”
Aksebilitas
Sarana
Trans-
hal yang sangat dekat dengan kehidupan
sehari-hari
contohnya
adalah
sarana
METODE PENELITIAN
Pendekatan
Transportasi publik.4
Namun berbeda dengan yang terjadi
di Kota Surakarta, mencanangkan diri sebagai kota ramah difabel dengan programnya penyelenggaraan aksebilitas bagi
kaum difabel. Dengan upayanya tersebut
Surakarta berhasil meraih Piagam Ke-
lenggara nominasi aksebilitas difabel, melalui sertifikat tersebut disampaikan bahwa Solo memenuhi standar aksebilitas
terhadap difabel khususnya dalam bidang
transportasi, informasi dan komunikasi.
Patut sekiranya untuk dikaji lebih lanjut
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Yuridis Sosiologis. Penelitian
Yuridis Sosiologis adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hukum itu dilaksanakan termasuk proses
penegakan hukum (law enforcement).5
Dalam Penelitian ini, peneliti ter-
bijakan Inovatif pada tahun 2014 lalu dari
zero project International, selaku penye-
penelitian
lebih
dahulu
mengkaji
kebijakan
pemerintah dalam fasilitasi aksebilitas
transportasi publik bagi penyandang difabel sesuai dengan Peraturan Daerah yang
ada.
Selanjutnya
peneliti
mengkaji
mengenai persepsi (sudut pandang) penyandang difabel terkait model kebijakan
bagaimana pemerintah Surakarta menye5
4
(www.dinsos.jatengprov.go.id diakses pada 3
Januari 2015)
Amiruddin. 2012.Pengantar Metode
Penelitian Hukum .Jakarta:Rajagrafindo Persada
□ 95
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
tersebut apakah sudah memenuhi hak-
PEMBAHASAN
haknya.
Gambaran umum penyandang difabel
Kemudian
peneliti
mengkaji
mengenai pelaksanaan implementasinya
di Surakarta
serta upaya peningkatanya.
Kota Surakarta merupakan sebuah
Jenis penelitian yang digunakan da-
kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah
penelitian
penelitian
yang terkenal dengan keramahanya. Se-
analitif.
bagai salah satu kota terpadat di Indone-
Penelitian deskriptif adalah penelitian
sia, maka kota ini memiliki berbagai
yang
melukiskan
macam keunggulan salah satunya adalah
/menggambarkan tentang sesuatu hal di
mengenai pembangunanya dan julukan
daerah tertentu dan pada saat tertentu.
Kota ramah difabel. Hal ini dikarenakan
Hasil penelitian yang diperoleh nantinya
Surakarta sebagai tempat tinggal dan
akan dianalisis menggunakan teori-teori
domisili difabel baik permanen maupun
yang berkaitan dengan permasalahan yang
sementara waktu terutama bagi yang se-
diteliti.6
dang mengikuti pelatihan-pelatihan. Un-
lam
deskriptif
ini
kulaitatif
bertujuan
Dalam
adalah
berbasis
untuk
penelitian
ini,
peneliti
mengkaji mengenai model afirmatif kebijakan
pemerintah
dalam
tuk itulah Surakarta merupakan kota pusat
difabel.7
aksebilitas
Informasi
tentang
banyaknya
penyediaan sarana transportasi publik bagi
penduduk penyandang difabel dan jenis
penyandang difabel di Kota Surakarta.
kedifabelannya sangat diperlukan dalam
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
memberikan program pelayanan publik
gambaran tentang peran pemerintah Kota
yang ramah
Surakarta dalam penyediaan aksebilitas
Selama ini perhatian pemerintah dianggap
sarana transportasi bagi penyandang difa-
kurang dan masih banyak perlakuan dis-
bel melalui model kebijakan yang dipilih
krimintaif dalam pelayanan publik kepada
sebagai upaya pemenuhan hak aksebili-
kelompok ini. Informasi jumlah penyan-
tas.Kebijakan tersebut yang nantinya akan
dang difabel terutama difabel fisik dapat
dianalisis menggunakan teori-teori yang
digunakan untuk dasar perencanaan pem-
relevan dengan hak-hak penyandang difa-
bangunan berbagai fasilitas umum yang
bel dan sesuai dengan peraturan perun-
ramah penyandang difabel, pelayanan
dangan yang ada.
fasilitas
bagi penyandang difabel.
transpoprtasi,
penddikan,
6
Ali, Zainudin.2009. Metode Penelitian
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
7
(YJP, nomor 65:123,166)
□ 96
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
kesehatan, kesempatan kerja dan lain se-
parto menyebut bahwa jumlah SLB
bagainya. Data SIAK mencakup data ten-
sebanyak 20 sekolah, yang dirasa sudah
tang penyandang difabel, data ini di-
mencukupi
peroleh dari pendataan terakhir oleh
difabel.9
Salah satu prestasi membanggakan
Disdukcapil yang dirilis dalam website
resmi.8
dalam menampung jumlah
dibidang kesetaraan difabel ialah pada
Selama ini, Surakarta dikenal se-
tanggal 28 Agustus 2014 Kota Surakarta
bagai Kota seni dan budaya, kota wisata,
menerima Piagam Kebijakan Inovatif Ta-
kota kuliner, kota batik, kota karnaval,
hun 2014 dari Zero Project International
kota hijau, kota kreatif, kota ramah, ter-
selaku penyelenggara nominasi aksesibili-
masuk kota pendidikan. Namun ada
tas bagi difabel. Melalui sertifikat tersebut
sebutan yang akhir-akhir ini menjadi ke-
disampaikan bahwa Kota Solo memenuhi
banggaan sekaligus tantangan tersendiri
standar aksesibilitas terhadap difabel khu-
bagi Kota Surakarta ialah Kota inklusi
susnya dalam bidang transportasi, infor-
atau ramah difabel. Tagline Surakarta Ko-
masi dan komunikasi.
ta ramah difabel muncul seiring keinginan
Sebagai unggulan Kota Surakarta
Pemerintah Surakarta membangun Kota
yang tidak dimiliki daerah lain adalah
yang ramah terhadap teman-teman difa-
adanya Perda kesejahteraan difabel yang
bel. Saputro dalam majalah Novum edisi
tidak dimiliki kota lainnya di Indonesia,
24/XXV/2014 menjelaskan upaya yang
sehingga dengan aturan tersebut maka
dilakukan dilihat melalui pembenahan dan
akan muncul budaya peduli dan ramah
pembangunan tempat-tempat umum serta
difabel dan SKPD terkait sebagai leading
fasilitas kota yang ada di Kota Solo agar
sector.
lebih ramah Difabel. Keseriusan Kota Su-
wajibkan mendorong sarana pada penye-
rakarta sebagai Kota ramah difabel,
diaan akses transportasi dengan running
ditandai dengan banyaknya sekolah yang
tex dan pengeras suara, penyediaan rambu
menampung
bagi difabel dan penyediaan zona parkir
anak
kebutuhan
khusus
(ABK), ABK ini merupakan bagian dari
(http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20XIV/i
ndex.php/id/2014-05-21-04-43-06/2014-05-2108-47-11/kuantitas-penduduki/item/67penduduk-sosialdiakses pada tanggal 5 Juli
2015)
Dishubkominfo
di-
difabel.
Beberapa keunggulan yang dimiliki
komunitas difabel di Kota Surakarta. Su8
Misalnya
Kota
Surakarta
tersebut
memberikan
konsekuensi bagi Pemerintah Kota Sura9
Majalah Novum,18-19:2014.
□ 97
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
karta untuk selalu berbenah, sehingga
Julius Stahl salah satu unsur penting
sebutan Surakarta Kota ramah difabel tid-
Rechtstate
ak sekedar tagline politik semata.
ialah
pengakuan HAM.
Perlindungan
dan
11
Landasan sosiologis pembentukan
Gambaran Umum Sarana Transportasi
Difabel di Surakarta
Perda kesetaraan difabel di Surakarta ialah
jumlah difabel yang terus berkembang
Bahwa Dinas Perhubungan sedang
dalam upaya perbaikan seluruh halte.
Terutama halte BST yang didesain akan
disempurnakan sesuai kebutuhan Difabel.
Karena diawal pembangunan nya, Halte
BST sempat dinilai curam dan terlalu
tinggi, sehingga tidak bisa diakses oleh
difabel. Oleh bantuan TAD kemudian
diteruskan ke Pemerintah Kota, sehingga
nantinya dapat tercapai kondisi halte yang
ramah difabel. Atas usulan TAD dan
koordinasi maka sekarang sedang dalam
serta wujud nyata pemerintah Surakarta
dalam mewujudkan aksebilitas menuju
kesetaraan difabel.Raperda tentang Perda
No.8 Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel diawali dengan munculnya keresahan
difabel yang memperjuangkan hak-hak
nya melalui LSM peduli difabel, kemudian Raperda tersebut disusun dan dibicarakan di DPRD dan atas inisiatif DPRD itu
sendiri, akhirnya Raperda tersebut menjadi PERDA No.2 Tahun 2008 tersebut
disahkan pada tanggal 11 Juli 2008.
proses perbaikan ramp-nya sehingga bisa
akses bagi Difabel.10”
Perda
No.2
Tahun
mengenai ketentuan perundang-undangan
2008
Tentang
yang
lebih
tinggi
yang
melandasi
penyusunan Perda tersebut.
Kesetaraan Difabel
Landasan
Landasan yuridis Perda ini ialah
filosofis
pembentukan
Perda kesetaraan difabel ialah asas kepastian hukum bagi difabel, serta asas
pemenuhan Hak Asasi Manusia bagi difabel sesuai yang tertuliskan dalam pasal 28
Implementasi Hak Aksebilitas Sarana
Transportasi Penyandang Difabel di
Surakarta
Menurut Black (1981)dalam buku
yang ditulis Magribi12
A-J UUD NRI 1945.Hal ini merupakan
hukum
Aksebilitas adalah suatu ukuran
(rechtstate)yang dianut Indonesia.Menurut
kenyamanan atau kemudahan lokasi ta-
bagian
dari
unsur
Negara
11
10
Wawancara, Singgih: Selasa 1 September
2015
Ibid. hlm.112
Magribi, Muhammad.1970.Geografi Transportasi.Yogyakarta:Pasca Sarjana UGM.
12
□ 98
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
ta guna lahan berinteraksi satu sama
faktor yang
lain,dan mudah atau sulitnya lokasi di-
plementasi ialah sikap pelaksana, komu-
capai melalui transportasi. Menurut
nikasi,
Magribi bahwa aksebilitas adalah uku-
birokrasi. Sedangkan Proses implementasi
ran kemudahan yang meliputi biaya,
Perda No.2 Tahun 2008 ini sendiri terdiri
waktu, dan usaha dalam melakukan
dari 1) sosialisasi 2) Pelaksanaan dan 3)
perpindahan antara satu tempat dengan
Pengawasan.
Sedangkan menurut teori efektifitas
yang
dikemukakan
Lawrence
Friedman, mengemukakan dimana untuk
mengkaji suatu peraturan perundangundangan digunakan tiga indikator atau
ukuran yakni faktor substansi yang berisi
kajian terhadap peraturan hukum yang
mengatur, struktur yang berisi kajian terhadap aparat yang melaksanakan dan
menegakan peraturan, dan kultur yang
berisi kajian terhadap budaya dan perilaku
masyarakat dalam menanggapi hukum
tersebut. Jadi yang menjadi sebuah tolak
ukur sebuah hukum dikatakan sudah efektif atau belum ialah dari implementasi
yang baik dan benar, serta memenuhi tri
cita hukum dan diterima masyarakat.
Pelaksanaan Peraturan Daerah atau
implementasi yang dimaksud ialah tentang
kasus
pelaksanaan
sumber
daya,
dana
struktur
Sosialisasi
tempat lainya.
hukum
mempengaruhi proses im-
aksebilitas
sarana
transportasi bagi penyandang difabel oleh
Pemerintah Kota Surakarta. Dalam membahas kebijakan ini,sesuai dengan teori
yang dikemukakan Lawrence Friedman,
Tahap awal dari suatu kebijakan
diimplementasikan ialah melalui proses
sosialisasi.
Sosialisasi
ditujukan
agar
masyarakat sebagai kelompok sasaran
mengetahui maksud dan tujuan kebijakan
tersebut dibuat. Sosialisasi merupakan hal
yang memegang peranan penting dan
utama dalam menentukan tahapan berikutnya, meski suatu kebijakan telah
disusun dengan baik tetapi jika tidak
dibarengi dengan sosialisasi yang bagus
dan tersistematis maka pelaksanaan kebijakan mengalami kesulitan teknis. Sosialisasi berpengaruh sangat besar dalam
keberhasilan suatu kebijakan, yaitu mengulas dari tahap implementasi, monitoring
hingga pelaporan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, sosialisasi Perda tersebut
ialah sebagai berikut13:
“Sosialisasi
Perda
tersebut
dil-
akukan oleh Dinas Sosial bersama Tim
Advokasi
Difabel(TAD)
dan
Dinas
13
Wawancara Hasyim, DPRD 5 Juli 2015
□ 99
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Perhubungan sebagai upaya keseriusan
rana transportasi publik ialah kepada Di-
Pemerintah
nas Perhubungan dan Dinas Sosial sebagai
dalam
upaya
memenuhi
pelaksana Perda dilapangan.” (Wawancara
kesetaraan difabel.”
DPRD Kota Surakarta 5 Juli 2015)
Pelaksanaan
Apabila dikaitkan dengan teori Te-
Perda No.2 Tahun 2008 tentang
dengan
ori Bottom-up yang dikemukakan oleh
pemenuhan hak-hak difabel dalam aspek
Michael Lypsky, keberadaan Perda terse-
aksebilitas sarana transportasi ini disahkan
but tidak cukup pada pengesahan saja,
pada 10 Juli 2008. Namun ternyata, hal itu
namun juga ada upaya dari pemerintah
baru sekedar aturan tertulis. Perda tersebut
Kota Surakarta untuk melaksanaan im-
bisa dikatakan belum bisa dilaksanakan
plementasi hingga ke tahap pengawasan.
kesetaraan
difabel
dikaitkan
secara optimal dikarenakan belum ada
aturan pelaksanaya kala itu, menanggapi
hal tersebut pihak pemerintah kota Sura-
Pelaksana Implementasi
karta membuat Perwali No.19 Tahun 2013
Berbicara mengenai Kota Surakarta,
tentang petunjuk pelaksanaan Perda No.2
Surakarta merupakan satu dari segelintir
Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel.
wilayah yang telah memiliki Perda Difa-
Pengawasan
bel yang telah berperspektif HAM seperti
Menurut Umar Hasyim, wakil ketua
yang tercantum didalam UNCRPD. Ber-
DPRD Surakarta menjelaskan
beda dengan daerah lain yang masih
“Bahwa dalam pengawasan Perda
mengacu pada sektor-sektor tertentu. Per-
No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan difa-
da kesetaraan Difabel telah menjamin per-
bel, Pihak dari DPRD telah melakukan
samaan hak bagi Difabel disemua sektor.
koordinasi secara berkala, hal pertama
Setelah diajukan pada tahun 2005 Perda
yang dilakukan adalah dengan upaya
ini baru disahkan pada 2008 dan disosial-
koordinasi secara kontinyu dengan komisi
isasikan resmi pada 2013 serta diiringi
IV DPRD Surakarta yang membidangi
dengan disahkan nya Perwali No.19 Ta-
kesejahteraan masyarakat, upaya koordi-
hun 2013 tentang petunjuk pelaksanaan
nasi ini bertujuan untuk mengetahui
Perda
bagaimana keluhan masyarakat dan juga
kesetaraan difabel.
No.2
Tahun
2008
tentang
upaya pengawasan bersama kepada SKPD
Dengan disahkannya Perwali No.19
terkait, yakni khusus untuk aksebilitas sa-
Tahun 2013 tentang Petunjuk pelaksanaan
□ 100
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
tentang
Raya dan Grobogan (Pemkot Surakarta,
ada
Pemkab. Karanganyar, Pemkab. Boyolali,
keseriusan dari Pemerintah Kota Surakarta
Pemkab. Klaten, Pemkab. Sragen, Pem-
dalam upaya pemenuhan Hak bagi para
kab. Wonogiri) dan Pemkab. Grobogan
difabel. Pemkot selaku eksekutif yang
dengan programnya Pemberdayaan Difa-
memiliki wewenang menjalankan Perda
bel dalam RBM.
Perda
No.2
kesetaraan
Tahun
2008
difabel.Ini
berarti
sebagai bentuk pelayanan publik, secara
implementatif
peraturan
mendorong pengarusutamaan isu-isu difa-
pelaksana dalam Perwali tersebut supaya
bel dalam proses pembangunan di daerah
Perda
tentang
masing-masing. Otonomi daerah telah
kesetaraan difabel bisa diimplementasikan
memberikan hak dan kewenangan kepada
dengan baik dan benar.
pemerintah kabupaten dan kota untuk
No.2
menuangkan
Pembentukan TAD ditujukan untuk
Tahun
2008
mengelola pemerintahan. PPRBM melihat
peluang
sekaligus
tantangan
untuk
melakukan inovasi strategi advokasi hak-
TAD (Tim Advokasi Difabel)
Pembentukan Tim Advokasi Difabel
hak difabel ditingkat kabupaten dan kota .
(TAD) merupakan strategi inovasi yang
PPRBM mengambil inisiatif dan menfasil-
dikembangkan oleh Pusat Pelatihan dan
itasi terbentuknya Tim Advokasi Difabel
Pengembangan
Ber-
(TAD) yang anggotanya lintas dinas dan
(PPRBM)
lintas sektor, termasuk dari unsur perwaki-
sumberdaya
Rehabilitasi
Masyarakat
dengan pendekatan hak dan pembangunan
lan organisasi difabel.
TAD dalam upaya pemenuhanya
inklusi. Pusat Pelatihan dan PengemBersumberdaya
melaksanakan Koordinasi dan advokasi
Masyarakat (PPRBM) Solo atau Commu-
mengenai isu-isu Difabel. TAD dibentuk
nity Based Rehabilitation Development
sebagai wadah dalam upaya pemenuhan
and Training Center (CBR – DTC) Solo
hak
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
Menurut Ketua PPRBM Sunarman, TAD
(LSM) yang bekerja dibidang Rehabitasi
berfungsi untuk melaksanakan koordinasi
difabel
lintas sektor untuk mendorong isu-isu
bangan
Rehabilitasi
Bersumberdaya
Masyarakat
(RBM).
bagi
para
penyandang
difabel.
difabel yang cenderung terdiskriminasi
PPRBM Solo saat ini bekerjasama
secara struktur, sistemis dan massif. Se-
dengan 7 Pemerintahan Kab/Kota se-Solo
hingga TAD diarahkan untuk membangun
□ 101
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
struktur juga sistem. Pada intinya TAD
difabel.
dibentuk untuk mengurangi diskrimasi
aksebilitas
pada difabel termasuk pada aspek penye-
melaksanakan koordinasi dengan semua
diaan fasilitas umum melalui koordinasi
SKPD yang terkait dengan pemenuhan
lintas sektor TAD. Koordinasi dan ad-
aksebilitas Difabel, dalam hal transportasi
vokasi yang sudah berjalan ialah melalui
umum,Dinsos
edukasi, persuasi, dan kolaborasi pro-
dengan Dishub. Dinas sosial melakukan
gram,anggaran,pendampingan.
pendataan jumlah difabel serta mem-
Dalam
upaya
difabel,
pemenuhan
Kota
melakukan
Surakarta
koordinasi
Tahun 2014 Kota Surakarta menge-
berikan aksebilitas berupa kemudahan
luarkan SK terbaru melalui SK Walikota
akses didalam bangunan publik khususnya
Surakarta No. 420.05/7-M/1/2014 ter-
di kantor Dinsos, serta memberikan kes-
tanggal 20 Januari 2014. Melalui SK ter-
empatan bagi para penyandang difabel
sebut TAD tengah menggalakan gerakan
untuk mengikuti magang kerja di Dinsos.
berbasis kelurahan dengan FGD (Forum
Sedang untuk aksebilitas sarana trans-
Gerak
portasi publik Dinsos bersama dishub
Strategi
Difabel)
ditingkat
ini
diharapkan
kelurahan.
mampu
melakukan
koordinasi
dengan
SKPD
mengangkat isu difabel mulai pada tingkat
terkait yang nantinya bersama sama
yang paling dekat dengan masyarakat,
melaksanakan
yakni kelurahan.14
memberikan saran kepada Dishub untuk
amanat
Perda
dengan
Organisasi Perangkat Daerah yang
menyediakan sarana transportasi publik,
menaungi urusan Difabel adalah Dinas
baik berupa kendaraan angkutan umum
Sosial. Dinas sosial sebagai dinas yang
maupun halte.
menaungi urusan sosial di Surakarta mem-
Jenis pemenuhan oleh dinas sosial
iliki peran yang signifikan dalam upaya
terkait dengan aksebilitas sarana trans-
perwujudan aksebilitas bagi difabel. Dinas
portasi ialah dengan bergabungnya pada
Sosial Kota Surakarta beralamat di Jalan
TAD. Sesuai sub bab sebelum ini Dinsos
Slamet Riyadi No.396 Surakarta. Dinas
ialah salah satu dinas yang menjadi ang-
Sosial
gota TAD.
Surakarta
menindaklanjuti
mengenai urusan sosial yang berada di
Selain Dinas Sosial OPD yang
Kota Surakarta, termasuk didalamnya
menaungi bidang transportasi adalah Di-
mengenai urusan kesetaraan penyandang
nas Perhubungan. Berikut adalah beberapa
14
.www.pprbmsolo.org diakses pada tanggal 2
Agustus 2015
permasalahan di lapangan yang harus
□ 102
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
diselesaikan oleh Dinas Perhubungan da-
Advokasi Difabel (TAD) kota Surakarta
lam hal aksebilitas difabel di Surakarta.
yang juga Kepala Dinas Sosial, Tenaga
Hal ini seperti yang dikutip dari website
Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaker-
resmi Solider (Kantor Berita Difabel In-
trans) dr. Sumartono Karjo.FX. Hadi
donesia)
Rudyatmo walikota Surakarta yang lang-
Surakarta.
Berikut
uraian
deskribtif permasalahan yang dihadapi
sung menanggapi
yang
aksesibilitas yang masih belum ramah ter-
harus
diselesaikan
oleh
Dinas
berbagai persoalan
hadap difabel dengan beberapa pernyataan
Perhubungan.
Dalam Sarasehan HDI yang dihadiri
di antaranya telah diajukan upaya pem-
oleh 200 difabel dari berbagai komunitas
rograman teknologi untuk difabel netra
di Solo dan para siswa YPAC. Direktur
pada BST.Walikota akui belum maksimal
Pusat Pengembangan dan Rehabilitasi
pihaknya mengakui bahwa selama ini baru
Berbasis Masyarakat (PPRBM) Surakarta
mampu
menyoroti aksesibilitas yang masih kurang
maksimal dalam bekerja. “Tahun 2015, 11
pada sarana transportasi khususnya Batik
koridor BST serempak bisa dioperasi-
Solo Trans (BST). Hal itu diungkapkan
kan.”15
memperhatikan
dan
belum
setelah mendengar pernyataan difabel dari
Secara Umum Pelaksanaan imple-
berbagai komunitas. Faktor risiko yang
mentasi Perda Difabel di bidang trans-
menghambat difabel antara lain belum
portasi oleh OPD terkait adalah :
semua shelter ada jembatannya. Juga be-
1. Penyediaan Sarana Transportasi
lum semua tersedia teknologi untuk difa-
ramah difabel (Batik Solo Trans (BST),
bel netra pengumuman berupa suara untuk
Bus Khusus Difabel Bengawan Abiyasa,
setiap
Halte Ramah Difabel)
pemberhentian.
Sunarman
menekankan pentingnya difabel, masyarakat, dan lembaga difabel yang didukung
oleh pemerintah mempunyai konsepsi ber-
2. Sosialisasi Pemenuhan Aksebilitas
Sarana Transportasi bagi pengemudi
3. Pengawasan atau Pemantauan
sama.
Masih adanya kekurangan dari imAcara
yang
bertema
“Dengan
lplementasi, membuat pemerintah harus
teknologi tepat guna, kita wujudkan pem-
segera berbenah.Kritik yang disampaikan
bangunan yang berkelanjutan” dihadiri
juga oleh narasumber lain Ketua YPAC
dr. Tunjung Hanurdaya dan Ketua Tim
15
.(http://solider.or.id/2014/12/03/sarasehanhdi-2014-soroti-aksesibilitas-saranatransportasi-kota-solodiakses pada 2 Agustus
2015)
□ 103
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
terkait implementasi Perda disampaikan
turan itu dilaksanakan maupun pada tata-
oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Sura-
ran pengawasanya. Dengan adanya be-
karta Asih Sunjoto, mengatakan
berapa permasalahan yang sudah dijelas-
”bahwa implementasi Perda Sura-
kan dalam sub bab sebelumnya maka
karta No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan
pemerintah Kota Surakarta melakukan
difabel masih ada kekurangan, Sunjoto
pembenahan
mengatakan beberapa waktu lalu DPRD
termasuk langkah pengawasan oleh DPRD
masih menerima keluhan dari masyarakat
yang menjadi kewajiban DPRD.
difabel yang masih ada kesulitan dalam
mengakses
tempat
transportasi
publik
dalam
implementasinya,
DPRD selaku legislatif memiliki tu-
publik, khususnya
gas disamping menyusun sebuah pera-
di
kere-
turan namun juga pengawasan terhadap
ta.Sehingga dia berkesimpulan bahwa
peraturan tersebut, apakah sudah berjalan
meski Perda ini telah ada sejak 2008 na-
dengan baik didalam masyarakat,apakah
mun masih belum dijalankan dalam im-
masih sesuai dengan kondisi di di-
plementasinya secara maksimal.16
masyarakat, apakah perlu diadakan pem-
stasiun
Teori hukum responsif mengatakan
baharuan atas peraturan tersebut.Dan yang
bahwa hukum sebagai fasilitator dari
paling penting apakah masyarakat sudah
berbagai respon terhadap kebutuhan dan
merasakan manfaat dari peraturan terse-
aspirasi sosial. Karakter produk hukum
but. Apabila ditafsirkan teori hukum re-
yang mencerminkan pemenuhan atas as-
sponsif sangat tersebut sangatlah pas un-
pirasi masyarakat, baik individu maupun
tuk dijadikan acuan didalam pengawasan
berbagai kelompok sosial, sehingga secara
Perda, karena setelah Perda disahkan tidak
relative lebih mampu mencerminkan rasa
lantas berhenti disitu saja, namun juga
keadilan didalam masyarakat.Proses nor-
perlu diawasi serta melihat masyarakat
matifikasinya mengundang secara terbuka
(difabel) sudahkah puas dengan adanya
partisipasi dan aspirasi masyarakatnya.17
Peraturan daerah tersebut.
Dengan melihat teori tersebut bahwa
Secara umum Kendala dan hambat-
perlu adanya partisipasi masyarakat dalam
an dalam implementasi Perda ialah masih
rangka mewujudkan sebuah kebijakan
ada
atau peraturan yang baik, baik saat pera-
terselesaikan yakni sejumlah Stasiun di
beberapa
masalah
yang
belum
Surakarta yang sama sekali tidak aksesbel
16
wawancara, DPRD Surakarta 5 Juli 2015
17
Nonet, Philip & Senznick Philip.1978.Hukum
Responsif (Terjemahan):Harper & Row.
terhadap difabel dikarenakan kurangnya
□ 104
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
koordinasi dengan KAI (Kereta Api Indo-
isasi resmi pada tahun 2013, diikuti
nesia), selain itu permasalahan dana men-
dengan pembentukan Perwali No.9 Tahun
jadi kendala Bagi dinas. Sosial, serta per-
2013 tentang Petunjuk pelaksanaan Pera-
masalahan bentuk protes dari masyarakat
turan Daerah Kota Surakarta No.2 Tahun
terhadap keberadaan halte BST (Bus Solo
2008 tentang Kesetaraan Difabel, Koordi-
Trans), hal yang menjadi kendala Dinas
nasi antar dinas terkait (TAD, Dinsos,
Perhubungan selanjutnya ialah sulitnya
Dishub) diikuti pelaksanaan, pengawasan
pemilihan lokasi halte dikarenakan ter-
dan evaluasi.
Perwali No.9 Tahun 2013 tentang
bentur juga dengan Perda pelarangan
penebangan pohon.
Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah
PENUTUP
Kota Surakarta No.2 Tahun 2008 tentang
Peraturan Daerah Kota Surakarta
Kesetaraan Difabel selanjutnya dijadikan
No.2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan
rule application dalam pelaksanaan im-
Difabel merupakan inisiatif DPRD Sura-
plementasi, namun didalam Perwali ini
karta
masih
dalam
upaya
mewujudkan
belum
begitu
jelas
substansi
kesetaraan bagi Difabel, serta jaminan
pelaksanaanya.Jenis Implementasi yang
proteksi kepada para penyandang difabel
sudah dilakukan ialah TAD melalui ad-
dari segala bentuk diskriminatif. Aksebili-
vokasinya
tas fisik bagi penyandang difabel didalam
penyelenggaraan BST (Bus Solo Trans),
Perda tersebut terdapat didalam Pasal 12
selanjutnya sebagai hasil advokasi TAD,
ayat 1 dan 2. Pemenuhan Aksebilitas dil-
Dishub menyediakan sarana transportasi
aksanakan berdasarkan Prinsip persamaan
ramah difabel yakni BST (Bus Solo
dalam pemenuhan Hak Asasi Manusia
Trans) dan Bus Begawan Abiyasa, mem-
sebagai kewajiban sebuah Negara hukum
bangun halte amah difabel, sedangkan Di-
sebagaimana sebagaimana dijelaskan da-
nas Sosial melakukan pendataan jumlah
lam Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 28.
difabel kemudian berkoordinasi terhadap
terhadap
penyediaan
dan
Pelaksanaan Implementasi Peraturan
Dishub dan TAD. Implementasi sudah
Daerah Kota Surakarta No.2 Tahun 2008
cukup baik namun masih ada kekurangan
tentang
didalam
seperti kurang pahamnya Dinas terhadap
transportasidil-
peraturan yang sudah ada, sehingga sub-
Kesetaraan
aksebilitas
sarana
Difabel
aksanakan melalui tiga tahapan setelah
stansi
implementasi
disahkannya Perda tersebut, yakni sosial-
dengan baik.
kurang
mengena
□ 105
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Nonet,
&
Senznick
Phil-
Metode
ip.1978.Hukum
Responsif
(Ter-
Hukum
jemahan):Harper & Row.
BIBLIOGRAFI
Amiruddin.
2012.Pengantar
Penelitian
Philip
Majalah Novum,18-19:2014.
.Jakarta:Rajagrafindo Persada
Ali, Zainudin.2009. Metode Penelitian
www.dinsos.jatengprov.go.id diakses pada
3 Januari 2015
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konsti-
http://www.kumham-jogja.info/karya-
tusionalisme Indonesia, Sekjend dan
ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/360-
Kepantiteraan MK. Jakarta. 2006
ratifikasi-konvensi-internasional-hak-hak-
Magribi,
Muhammad.1970.Geografi
Transportasi.Yogyakarta:Pasca Sar-
penyandang-cacat
http://solider.or.id/2014/12/03/sarasehanhdi-2014-soroti-aksesibilitas-sarana-
jana UGM.
transportasi-kota-solodiakses pada 2
Agustus
2015)
***
□ 106
Volume 2 Issue 1, June 2017: pp. 92-106. Copyright ©2017 TALREV.
Faculty of Law Tadulako University, Palu, Central Sulawesi, Indonesia.
ISSN: 2527-2977 | e-ISSN: 2527-2985.
Open acces at: http://jurnal.untad.ac.id/index.php/TLR
IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURAKARTA NO.2 TAHUN 2008
TENTANG KESETARAAN DIFABEL TERHADAP AKSEBILITAS
SARANA TRANSPORTASI
THE IMPLEMENTATION OF SURAKARTA REGIONAL
REGULATION NUMBER 2 YEAR 2008 ABOUT DISABILITY
EQULITY OF TRANSPORTATION FACILITY ACCESSIBILITY
Kuni Nasihatun Arifah
Pusat Kajian Hukum Otonomi Daerah dan Demokrasi Semarang State University
JL. Sekaran, Gunung Pati, Sekaran, Gn. Pati, Kota Semarang, Central Java, Indonesia
Telp./Fax: +62-24- 8508087 Email: [email protected]
Submitted: Jun 22, 2017; Reviewed: Jun 24, 2017; Accepted: Jun 29, 2017
Abstrak
Pemenuhan HAM adalah salah satu indikator sebuah Negara Hukum, Indonesia sebagai Negara hukum mengamanatkan didalam batang tubuh UUD NRI 1945 tentang
kewajiban Negara dalam memenuhi HAM bagi setiap warga Negara nya tanpa kecuali
termasuk terhadap difabel, difabel adalah salah satu warga Negara yang rawan terkena diskrimasi.Perda Kota Surakarta No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel
mengatur mengenai hak dan kewajiban difabel serta kewajiban pemerintah dalam
mewujudkan kesetaraan difabel termasuk didalamnya aksebilitas fisik didalam sarana
transportasi publik dan pelayanan publik. Supaya Perda tersebut bisa diimplementasikan disusunlah Perwali. Bentuk impelemntasi aksebilitas sarana transportasi publik di
Surakarta ialah dengan adanya BST,Halte, dan bus Begawan Abiyasa.Setelah implementasi dijalankan ada upaya untuk peningkatan aksebilitas yakni dengan pengawasan
perda,pembangunan terminal tirtonadi,dan koordinasi.Hambatan yang dialamai
Pemerintah dalam upaya pemenuhan hak aksebilitas sarana transportasi public ialah
permasalahan dana dan koordinasi antar lembaga.
Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi hak aksebilitas Perda No.2 Tahun
2008 tentang kesetaraan difabel di Surakarta melalui tiga proses yakni sosialisasi,
koordinasi dan pelaksanaan serta pengawasan dan penilaian, yang semuanya sudah
berjalan cukup baik namun masih memerlukan banyak pembenahan terutama dalam
hal koordinasi pelaksanaan.
Kata Kunci: Aksebilitas; Kesetaraan Difabel; Surakarta; Transportasi
Abstract
The fulfillment of Human Rights is one of the indicators of a Legal State, Indonesia as a State of
law mandated in the body of the 1945 Constitution of the State's obligation to fulfill human
rights for every citizen of his country without exception including to the disabled, disabled is
one of the citizens who are prone to discrimination. Perda Kota Surakarta No.2 Year 2008
about disability equality regulates the rights and obligations of the disabled and the obligation
of government in realizing equality of disability including physical accessibility in public transportation and public service. In order to implement the regulation, regulation can be imple-
□ 92
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
mented. The form of impelemntasi aksebilitas public transportation facilities in Surakarta is
with the BST (Bus Trans Surakarta) , halte bus and bus Begawan Abiyasa. After implementation is run, there is an effort to increase Accessibility that is with the supervision of local regulations, the construction of tirtonadi terminal, and coordination.Hambatan that the Government
in the effort to fulfill the right of accessibility Public transportation is a matter of funds and coordination between agencies.
The result of the research shows that the implementation of the rights of Perda No.2 of 2008 on
disability equality in Surakarta through three processes namely socialization, coordination and
implementation and supervision and assessment, all of which have been running well but still
require a lot of improvement especially in terms of coordination of implementation.
Keywords: Accessibility; Disabilityequlity; Surakarta; Tranportations
PENDAHULUAN
Negara Indonesia adalah negara
hukum, hal ini termaktub dalam Pasal 1
dang Disabilitas (Convention on the Right
Of Person with Disabilities).2
“Disabilitas
ayat 3 UUD 1945,sebagai salah satu nega-
adalah
orang
yang
ra hukum Indonesia menjunjung tinggi
memiliki keterbatasan fisik, mental, intel-
dan
Manusia
ektual, atau sensorik dalam jangka waktu
(HAM). Jaminan akan penegakan HAM di
lama yang dalam berinteraksi dengan
Indonesia diatur dalam BAB X UUD 1945
lingkungan
tentang penegakan HAM.Sebagai amanat
dapat menemui
dari UUD 1945 terbentuklah UU No.39
litkan untuk berpartisipasi penuh dan
mengakui
Hak
Asassi
Tahun 1999 Tentang HAM.
1
dan
sikap
masyarakatnya
hambatan yang menyu-
efektif berdasarkan persamaan hak.”
HAM melekat pada semua manusia
Dalam Undang-undang ini ditegas-
tanpa kecuali, termasuk bagi penyandang
kan bahwa penyandang disabilitas bebas
Disabilitas.UU No.19 Tahun 2011 tentang
dari perlakuan diskriminatif yang berpo-
Pengesahan Konvensi hak hak penyan-
tensi
merendahkan
martabat
manu-
sia.Dalam Undang-undang ini diamanatkan untuk menjaga dan memenuhi persa-
1
Pandangan filosofis atas UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM. Pertama, secara ontologis setiap individu adalah orang yang bebas, ia memili hak-hak
dan kewajiban yang sama antara satu dengan yang
lain dalam konteks sosial. Kedua, Secara efistimologis, jaminan persamaan atas setiap hak-hak dasar
kemanusiaan berikut kewajiban-kewajiban yang
melekat di dalamnya, mesti dibatasi oleh hukum
(hukum HAM). Ketiga, tujuan dibuatnya hukum
HAM adalah sebagai hukum materil yang mengatur
proses penegakan HAM di masyarakat.
2
Sidang Paripurna DPR yang dihadiri seluruh
fraksi dan Komisi VIII sepakat mengesahkan
Convention on the Right of Persons with Disabilities (CRPD/ Konvensi mengenai Hak Penyandang Disabilitas) menjadi undang-undang
pada hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011
pukul 11.40 WIB. http://www.kumhamjogja.info/karya-ilmiah/37-karya-ilmiahlainnya/360-ratifikasi-konvensi-internasionalhak-hak-penyandang-cacat
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
maan hak bagi penyandang disabilitas sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan.
Lebih lanjut lagi diterangkan dalam
Undang Undang No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat bahwa:
“Setiap penyandang cacat
1. Belum adanya perlindungan terhadap penyandang difabel
ken-
daraan pribadi.
2. Penyeberangan masih menyulitkan
bagi
penyandang
difabel
untuk
melintas.
mempunyai hak dan kesempatan
3. Terminal dan halte belum didesain
yang sama dalam segala aspek ke-
secara aksibel bagi penyandang
hidupan dan penghidupan,”
difabel, contohnya loket yang terlalu
Hak konstitusional menurut Prof.
tinggi,emplasemen yang tidak se-
Jimly Asshiddiqie adalah hak hak yang
jajar dengan lantai bus,perbedaan
dijamin didalam dan oleh UUD 1945.
lantai tanpa ram, dan lain lain.
Setelah amandemen UUD 1945 yang
4. Bus atau kendaraan public lainya
merupakan konstitusi Negara Indonesia,
masih jarang yang menggunakan sa-
maka prinsip-prinsi HAM telah tercantum
rana khusus bagi difabel.
dalam konstitusi Indonesia sebagai ciri
khas prinsip konstitusi modern.3
Hak konstitusional dapat juga dilihat
5. Rambu dan marka serta informasi
masih belum bisa diterima semua
orang.
secara timbal balik dengan kewajiban
6. Staf bus masih belum semua bisa
konstitusional Negara. Setiap kewajiban
melayani dengan baik bagi penyan-
konstitusional sebagai bagaian yang tidak
dang difabel.
dapat dipisahkan daripadanya atau yang
melekat pada kewajiban Negara tersebut.
Adapun kondisi difabel di Jawa
Hak mereka juga bagian dari tanggung
Tengah sesuai yang dirilis oleh data resmi
jawab pemerintah dan menjadi hak konsti-
terakhir Dinas Sosial Jawa Tengah adalah
tusional yang wajib dipenuhi oleh Negara.
sebagai berikut
Beberapa permasalahan berkaitan
“Di
Jawa
Tengah
sendiri
Pe-
dengan mobilitas dan aksebilitas bagi
nanganan pemerintah terhadap penyan-
difabel sendiri menurut Komisi Nasional
dang disabilitas masih dinilai cukup ren-
Difabel (2010) sebagai berikut:
dah,ditandai dengan minimnya sarana
khusus
bagi
penyandang
disabilitas
3
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Sekjend dan Kepantiteraan MK. Jakarta. 2006
dengan jumlah PMKS disabilitas yang
□ 94
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
banyak. Berdasarkan data yang dirilis oleh
lenggarakan aksebilitas terhadap kaum
Seksi Pengembangan Pelyanan Kese-
difabel, khususnya dibidang transportasi,
jahteraan Sosial , Dinas Sosial Provinsi
karena di Surakarta terdapat bus khusus
Jawa
penanganan
untuk penyandang difabel, hal ini selaras
penyeleng-
dengan Peraturan Daerah yang telah di-
garaan Kesejahteraan Sosial, diketahui
miliki Surakarta tentang kesetaraan Difa-
bahwa populasi Penyandang Masalah
bel.
Tengah
pemerintah
tentang
dalam
rangka
Kesejahteraan Sosial (PMKS) khusus
Berdasarkan latar belakang terse-
penyandang disabilitas, terakhir pada ta-
but penulis mengkaji mengenai “Imple-
hun 2012 sebanyak 237.400 jiwa.Jumlah
mentasi Perda Kota Surakarta No.2 Ta-
yang cukup besar dan sudah seharusnya
hun 2008 Tentang Kesetaraan Difabel
pemerintah serius menangani pemenuhan
Terhadap
hak aksebilitas bagi mereka.Misal dalam
portasi.”
Aksebilitas
Sarana
Trans-
hal yang sangat dekat dengan kehidupan
sehari-hari
contohnya
adalah
sarana
METODE PENELITIAN
Pendekatan
Transportasi publik.4
Namun berbeda dengan yang terjadi
di Kota Surakarta, mencanangkan diri sebagai kota ramah difabel dengan programnya penyelenggaraan aksebilitas bagi
kaum difabel. Dengan upayanya tersebut
Surakarta berhasil meraih Piagam Ke-
lenggara nominasi aksebilitas difabel, melalui sertifikat tersebut disampaikan bahwa Solo memenuhi standar aksebilitas
terhadap difabel khususnya dalam bidang
transportasi, informasi dan komunikasi.
Patut sekiranya untuk dikaji lebih lanjut
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Yuridis Sosiologis. Penelitian
Yuridis Sosiologis adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui bagaimana
hukum itu dilaksanakan termasuk proses
penegakan hukum (law enforcement).5
Dalam Penelitian ini, peneliti ter-
bijakan Inovatif pada tahun 2014 lalu dari
zero project International, selaku penye-
penelitian
lebih
dahulu
mengkaji
kebijakan
pemerintah dalam fasilitasi aksebilitas
transportasi publik bagi penyandang difabel sesuai dengan Peraturan Daerah yang
ada.
Selanjutnya
peneliti
mengkaji
mengenai persepsi (sudut pandang) penyandang difabel terkait model kebijakan
bagaimana pemerintah Surakarta menye5
4
(www.dinsos.jatengprov.go.id diakses pada 3
Januari 2015)
Amiruddin. 2012.Pengantar Metode
Penelitian Hukum .Jakarta:Rajagrafindo Persada
□ 95
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
tersebut apakah sudah memenuhi hak-
PEMBAHASAN
haknya.
Gambaran umum penyandang difabel
Kemudian
peneliti
mengkaji
mengenai pelaksanaan implementasinya
di Surakarta
serta upaya peningkatanya.
Kota Surakarta merupakan sebuah
Jenis penelitian yang digunakan da-
kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah
penelitian
penelitian
yang terkenal dengan keramahanya. Se-
analitif.
bagai salah satu kota terpadat di Indone-
Penelitian deskriptif adalah penelitian
sia, maka kota ini memiliki berbagai
yang
melukiskan
macam keunggulan salah satunya adalah
/menggambarkan tentang sesuatu hal di
mengenai pembangunanya dan julukan
daerah tertentu dan pada saat tertentu.
Kota ramah difabel. Hal ini dikarenakan
Hasil penelitian yang diperoleh nantinya
Surakarta sebagai tempat tinggal dan
akan dianalisis menggunakan teori-teori
domisili difabel baik permanen maupun
yang berkaitan dengan permasalahan yang
sementara waktu terutama bagi yang se-
diteliti.6
dang mengikuti pelatihan-pelatihan. Un-
lam
deskriptif
ini
kulaitatif
bertujuan
Dalam
adalah
berbasis
untuk
penelitian
ini,
peneliti
mengkaji mengenai model afirmatif kebijakan
pemerintah
dalam
tuk itulah Surakarta merupakan kota pusat
difabel.7
aksebilitas
Informasi
tentang
banyaknya
penyediaan sarana transportasi publik bagi
penduduk penyandang difabel dan jenis
penyandang difabel di Kota Surakarta.
kedifabelannya sangat diperlukan dalam
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
memberikan program pelayanan publik
gambaran tentang peran pemerintah Kota
yang ramah
Surakarta dalam penyediaan aksebilitas
Selama ini perhatian pemerintah dianggap
sarana transportasi bagi penyandang difa-
kurang dan masih banyak perlakuan dis-
bel melalui model kebijakan yang dipilih
krimintaif dalam pelayanan publik kepada
sebagai upaya pemenuhan hak aksebili-
kelompok ini. Informasi jumlah penyan-
tas.Kebijakan tersebut yang nantinya akan
dang difabel terutama difabel fisik dapat
dianalisis menggunakan teori-teori yang
digunakan untuk dasar perencanaan pem-
relevan dengan hak-hak penyandang difa-
bangunan berbagai fasilitas umum yang
bel dan sesuai dengan peraturan perun-
ramah penyandang difabel, pelayanan
dangan yang ada.
fasilitas
bagi penyandang difabel.
transpoprtasi,
penddikan,
6
Ali, Zainudin.2009. Metode Penelitian
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
7
(YJP, nomor 65:123,166)
□ 96
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
kesehatan, kesempatan kerja dan lain se-
parto menyebut bahwa jumlah SLB
bagainya. Data SIAK mencakup data ten-
sebanyak 20 sekolah, yang dirasa sudah
tang penyandang difabel, data ini di-
mencukupi
peroleh dari pendataan terakhir oleh
difabel.9
Salah satu prestasi membanggakan
Disdukcapil yang dirilis dalam website
resmi.8
dalam menampung jumlah
dibidang kesetaraan difabel ialah pada
Selama ini, Surakarta dikenal se-
tanggal 28 Agustus 2014 Kota Surakarta
bagai Kota seni dan budaya, kota wisata,
menerima Piagam Kebijakan Inovatif Ta-
kota kuliner, kota batik, kota karnaval,
hun 2014 dari Zero Project International
kota hijau, kota kreatif, kota ramah, ter-
selaku penyelenggara nominasi aksesibili-
masuk kota pendidikan. Namun ada
tas bagi difabel. Melalui sertifikat tersebut
sebutan yang akhir-akhir ini menjadi ke-
disampaikan bahwa Kota Solo memenuhi
banggaan sekaligus tantangan tersendiri
standar aksesibilitas terhadap difabel khu-
bagi Kota Surakarta ialah Kota inklusi
susnya dalam bidang transportasi, infor-
atau ramah difabel. Tagline Surakarta Ko-
masi dan komunikasi.
ta ramah difabel muncul seiring keinginan
Sebagai unggulan Kota Surakarta
Pemerintah Surakarta membangun Kota
yang tidak dimiliki daerah lain adalah
yang ramah terhadap teman-teman difa-
adanya Perda kesejahteraan difabel yang
bel. Saputro dalam majalah Novum edisi
tidak dimiliki kota lainnya di Indonesia,
24/XXV/2014 menjelaskan upaya yang
sehingga dengan aturan tersebut maka
dilakukan dilihat melalui pembenahan dan
akan muncul budaya peduli dan ramah
pembangunan tempat-tempat umum serta
difabel dan SKPD terkait sebagai leading
fasilitas kota yang ada di Kota Solo agar
sector.
lebih ramah Difabel. Keseriusan Kota Su-
wajibkan mendorong sarana pada penye-
rakarta sebagai Kota ramah difabel,
diaan akses transportasi dengan running
ditandai dengan banyaknya sekolah yang
tex dan pengeras suara, penyediaan rambu
menampung
bagi difabel dan penyediaan zona parkir
anak
kebutuhan
khusus
(ABK), ABK ini merupakan bagian dari
(http://dispendukcapil.surakarta.go.id/20XIV/i
ndex.php/id/2014-05-21-04-43-06/2014-05-2108-47-11/kuantitas-penduduki/item/67penduduk-sosialdiakses pada tanggal 5 Juli
2015)
Dishubkominfo
di-
difabel.
Beberapa keunggulan yang dimiliki
komunitas difabel di Kota Surakarta. Su8
Misalnya
Kota
Surakarta
tersebut
memberikan
konsekuensi bagi Pemerintah Kota Sura9
Majalah Novum,18-19:2014.
□ 97
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
karta untuk selalu berbenah, sehingga
Julius Stahl salah satu unsur penting
sebutan Surakarta Kota ramah difabel tid-
Rechtstate
ak sekedar tagline politik semata.
ialah
pengakuan HAM.
Perlindungan
dan
11
Landasan sosiologis pembentukan
Gambaran Umum Sarana Transportasi
Difabel di Surakarta
Perda kesetaraan difabel di Surakarta ialah
jumlah difabel yang terus berkembang
Bahwa Dinas Perhubungan sedang
dalam upaya perbaikan seluruh halte.
Terutama halte BST yang didesain akan
disempurnakan sesuai kebutuhan Difabel.
Karena diawal pembangunan nya, Halte
BST sempat dinilai curam dan terlalu
tinggi, sehingga tidak bisa diakses oleh
difabel. Oleh bantuan TAD kemudian
diteruskan ke Pemerintah Kota, sehingga
nantinya dapat tercapai kondisi halte yang
ramah difabel. Atas usulan TAD dan
koordinasi maka sekarang sedang dalam
serta wujud nyata pemerintah Surakarta
dalam mewujudkan aksebilitas menuju
kesetaraan difabel.Raperda tentang Perda
No.8 Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel diawali dengan munculnya keresahan
difabel yang memperjuangkan hak-hak
nya melalui LSM peduli difabel, kemudian Raperda tersebut disusun dan dibicarakan di DPRD dan atas inisiatif DPRD itu
sendiri, akhirnya Raperda tersebut menjadi PERDA No.2 Tahun 2008 tersebut
disahkan pada tanggal 11 Juli 2008.
proses perbaikan ramp-nya sehingga bisa
akses bagi Difabel.10”
Perda
No.2
Tahun
mengenai ketentuan perundang-undangan
2008
Tentang
yang
lebih
tinggi
yang
melandasi
penyusunan Perda tersebut.
Kesetaraan Difabel
Landasan
Landasan yuridis Perda ini ialah
filosofis
pembentukan
Perda kesetaraan difabel ialah asas kepastian hukum bagi difabel, serta asas
pemenuhan Hak Asasi Manusia bagi difabel sesuai yang tertuliskan dalam pasal 28
Implementasi Hak Aksebilitas Sarana
Transportasi Penyandang Difabel di
Surakarta
Menurut Black (1981)dalam buku
yang ditulis Magribi12
A-J UUD NRI 1945.Hal ini merupakan
hukum
Aksebilitas adalah suatu ukuran
(rechtstate)yang dianut Indonesia.Menurut
kenyamanan atau kemudahan lokasi ta-
bagian
dari
unsur
Negara
11
10
Wawancara, Singgih: Selasa 1 September
2015
Ibid. hlm.112
Magribi, Muhammad.1970.Geografi Transportasi.Yogyakarta:Pasca Sarjana UGM.
12
□ 98
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
ta guna lahan berinteraksi satu sama
faktor yang
lain,dan mudah atau sulitnya lokasi di-
plementasi ialah sikap pelaksana, komu-
capai melalui transportasi. Menurut
nikasi,
Magribi bahwa aksebilitas adalah uku-
birokrasi. Sedangkan Proses implementasi
ran kemudahan yang meliputi biaya,
Perda No.2 Tahun 2008 ini sendiri terdiri
waktu, dan usaha dalam melakukan
dari 1) sosialisasi 2) Pelaksanaan dan 3)
perpindahan antara satu tempat dengan
Pengawasan.
Sedangkan menurut teori efektifitas
yang
dikemukakan
Lawrence
Friedman, mengemukakan dimana untuk
mengkaji suatu peraturan perundangundangan digunakan tiga indikator atau
ukuran yakni faktor substansi yang berisi
kajian terhadap peraturan hukum yang
mengatur, struktur yang berisi kajian terhadap aparat yang melaksanakan dan
menegakan peraturan, dan kultur yang
berisi kajian terhadap budaya dan perilaku
masyarakat dalam menanggapi hukum
tersebut. Jadi yang menjadi sebuah tolak
ukur sebuah hukum dikatakan sudah efektif atau belum ialah dari implementasi
yang baik dan benar, serta memenuhi tri
cita hukum dan diterima masyarakat.
Pelaksanaan Peraturan Daerah atau
implementasi yang dimaksud ialah tentang
kasus
pelaksanaan
sumber
daya,
dana
struktur
Sosialisasi
tempat lainya.
hukum
mempengaruhi proses im-
aksebilitas
sarana
transportasi bagi penyandang difabel oleh
Pemerintah Kota Surakarta. Dalam membahas kebijakan ini,sesuai dengan teori
yang dikemukakan Lawrence Friedman,
Tahap awal dari suatu kebijakan
diimplementasikan ialah melalui proses
sosialisasi.
Sosialisasi
ditujukan
agar
masyarakat sebagai kelompok sasaran
mengetahui maksud dan tujuan kebijakan
tersebut dibuat. Sosialisasi merupakan hal
yang memegang peranan penting dan
utama dalam menentukan tahapan berikutnya, meski suatu kebijakan telah
disusun dengan baik tetapi jika tidak
dibarengi dengan sosialisasi yang bagus
dan tersistematis maka pelaksanaan kebijakan mengalami kesulitan teknis. Sosialisasi berpengaruh sangat besar dalam
keberhasilan suatu kebijakan, yaitu mengulas dari tahap implementasi, monitoring
hingga pelaporan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, sosialisasi Perda tersebut
ialah sebagai berikut13:
“Sosialisasi
Perda
tersebut
dil-
akukan oleh Dinas Sosial bersama Tim
Advokasi
Difabel(TAD)
dan
Dinas
13
Wawancara Hasyim, DPRD 5 Juli 2015
□ 99
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Perhubungan sebagai upaya keseriusan
rana transportasi publik ialah kepada Di-
Pemerintah
nas Perhubungan dan Dinas Sosial sebagai
dalam
upaya
memenuhi
pelaksana Perda dilapangan.” (Wawancara
kesetaraan difabel.”
DPRD Kota Surakarta 5 Juli 2015)
Pelaksanaan
Apabila dikaitkan dengan teori Te-
Perda No.2 Tahun 2008 tentang
dengan
ori Bottom-up yang dikemukakan oleh
pemenuhan hak-hak difabel dalam aspek
Michael Lypsky, keberadaan Perda terse-
aksebilitas sarana transportasi ini disahkan
but tidak cukup pada pengesahan saja,
pada 10 Juli 2008. Namun ternyata, hal itu
namun juga ada upaya dari pemerintah
baru sekedar aturan tertulis. Perda tersebut
Kota Surakarta untuk melaksanaan im-
bisa dikatakan belum bisa dilaksanakan
plementasi hingga ke tahap pengawasan.
kesetaraan
difabel
dikaitkan
secara optimal dikarenakan belum ada
aturan pelaksanaya kala itu, menanggapi
hal tersebut pihak pemerintah kota Sura-
Pelaksana Implementasi
karta membuat Perwali No.19 Tahun 2013
Berbicara mengenai Kota Surakarta,
tentang petunjuk pelaksanaan Perda No.2
Surakarta merupakan satu dari segelintir
Tahun 2008 tentang kesetaraan difabel.
wilayah yang telah memiliki Perda Difa-
Pengawasan
bel yang telah berperspektif HAM seperti
Menurut Umar Hasyim, wakil ketua
yang tercantum didalam UNCRPD. Ber-
DPRD Surakarta menjelaskan
beda dengan daerah lain yang masih
“Bahwa dalam pengawasan Perda
mengacu pada sektor-sektor tertentu. Per-
No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan difa-
da kesetaraan Difabel telah menjamin per-
bel, Pihak dari DPRD telah melakukan
samaan hak bagi Difabel disemua sektor.
koordinasi secara berkala, hal pertama
Setelah diajukan pada tahun 2005 Perda
yang dilakukan adalah dengan upaya
ini baru disahkan pada 2008 dan disosial-
koordinasi secara kontinyu dengan komisi
isasikan resmi pada 2013 serta diiringi
IV DPRD Surakarta yang membidangi
dengan disahkan nya Perwali No.19 Ta-
kesejahteraan masyarakat, upaya koordi-
hun 2013 tentang petunjuk pelaksanaan
nasi ini bertujuan untuk mengetahui
Perda
bagaimana keluhan masyarakat dan juga
kesetaraan difabel.
No.2
Tahun
2008
tentang
upaya pengawasan bersama kepada SKPD
Dengan disahkannya Perwali No.19
terkait, yakni khusus untuk aksebilitas sa-
Tahun 2013 tentang Petunjuk pelaksanaan
□ 100
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
tentang
Raya dan Grobogan (Pemkot Surakarta,
ada
Pemkab. Karanganyar, Pemkab. Boyolali,
keseriusan dari Pemerintah Kota Surakarta
Pemkab. Klaten, Pemkab. Sragen, Pem-
dalam upaya pemenuhan Hak bagi para
kab. Wonogiri) dan Pemkab. Grobogan
difabel. Pemkot selaku eksekutif yang
dengan programnya Pemberdayaan Difa-
memiliki wewenang menjalankan Perda
bel dalam RBM.
Perda
No.2
kesetaraan
Tahun
2008
difabel.Ini
berarti
sebagai bentuk pelayanan publik, secara
implementatif
peraturan
mendorong pengarusutamaan isu-isu difa-
pelaksana dalam Perwali tersebut supaya
bel dalam proses pembangunan di daerah
Perda
tentang
masing-masing. Otonomi daerah telah
kesetaraan difabel bisa diimplementasikan
memberikan hak dan kewenangan kepada
dengan baik dan benar.
pemerintah kabupaten dan kota untuk
No.2
menuangkan
Pembentukan TAD ditujukan untuk
Tahun
2008
mengelola pemerintahan. PPRBM melihat
peluang
sekaligus
tantangan
untuk
melakukan inovasi strategi advokasi hak-
TAD (Tim Advokasi Difabel)
Pembentukan Tim Advokasi Difabel
hak difabel ditingkat kabupaten dan kota .
(TAD) merupakan strategi inovasi yang
PPRBM mengambil inisiatif dan menfasil-
dikembangkan oleh Pusat Pelatihan dan
itasi terbentuknya Tim Advokasi Difabel
Pengembangan
Ber-
(TAD) yang anggotanya lintas dinas dan
(PPRBM)
lintas sektor, termasuk dari unsur perwaki-
sumberdaya
Rehabilitasi
Masyarakat
dengan pendekatan hak dan pembangunan
lan organisasi difabel.
TAD dalam upaya pemenuhanya
inklusi. Pusat Pelatihan dan PengemBersumberdaya
melaksanakan Koordinasi dan advokasi
Masyarakat (PPRBM) Solo atau Commu-
mengenai isu-isu Difabel. TAD dibentuk
nity Based Rehabilitation Development
sebagai wadah dalam upaya pemenuhan
and Training Center (CBR – DTC) Solo
hak
adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
Menurut Ketua PPRBM Sunarman, TAD
(LSM) yang bekerja dibidang Rehabitasi
berfungsi untuk melaksanakan koordinasi
difabel
lintas sektor untuk mendorong isu-isu
bangan
Rehabilitasi
Bersumberdaya
Masyarakat
(RBM).
bagi
para
penyandang
difabel.
difabel yang cenderung terdiskriminasi
PPRBM Solo saat ini bekerjasama
secara struktur, sistemis dan massif. Se-
dengan 7 Pemerintahan Kab/Kota se-Solo
hingga TAD diarahkan untuk membangun
□ 101
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
struktur juga sistem. Pada intinya TAD
difabel.
dibentuk untuk mengurangi diskrimasi
aksebilitas
pada difabel termasuk pada aspek penye-
melaksanakan koordinasi dengan semua
diaan fasilitas umum melalui koordinasi
SKPD yang terkait dengan pemenuhan
lintas sektor TAD. Koordinasi dan ad-
aksebilitas Difabel, dalam hal transportasi
vokasi yang sudah berjalan ialah melalui
umum,Dinsos
edukasi, persuasi, dan kolaborasi pro-
dengan Dishub. Dinas sosial melakukan
gram,anggaran,pendampingan.
pendataan jumlah difabel serta mem-
Dalam
upaya
difabel,
pemenuhan
Kota
melakukan
Surakarta
koordinasi
Tahun 2014 Kota Surakarta menge-
berikan aksebilitas berupa kemudahan
luarkan SK terbaru melalui SK Walikota
akses didalam bangunan publik khususnya
Surakarta No. 420.05/7-M/1/2014 ter-
di kantor Dinsos, serta memberikan kes-
tanggal 20 Januari 2014. Melalui SK ter-
empatan bagi para penyandang difabel
sebut TAD tengah menggalakan gerakan
untuk mengikuti magang kerja di Dinsos.
berbasis kelurahan dengan FGD (Forum
Sedang untuk aksebilitas sarana trans-
Gerak
portasi publik Dinsos bersama dishub
Strategi
Difabel)
ditingkat
ini
diharapkan
kelurahan.
mampu
melakukan
koordinasi
dengan
SKPD
mengangkat isu difabel mulai pada tingkat
terkait yang nantinya bersama sama
yang paling dekat dengan masyarakat,
melaksanakan
yakni kelurahan.14
memberikan saran kepada Dishub untuk
amanat
Perda
dengan
Organisasi Perangkat Daerah yang
menyediakan sarana transportasi publik,
menaungi urusan Difabel adalah Dinas
baik berupa kendaraan angkutan umum
Sosial. Dinas sosial sebagai dinas yang
maupun halte.
menaungi urusan sosial di Surakarta mem-
Jenis pemenuhan oleh dinas sosial
iliki peran yang signifikan dalam upaya
terkait dengan aksebilitas sarana trans-
perwujudan aksebilitas bagi difabel. Dinas
portasi ialah dengan bergabungnya pada
Sosial Kota Surakarta beralamat di Jalan
TAD. Sesuai sub bab sebelum ini Dinsos
Slamet Riyadi No.396 Surakarta. Dinas
ialah salah satu dinas yang menjadi ang-
Sosial
gota TAD.
Surakarta
menindaklanjuti
mengenai urusan sosial yang berada di
Selain Dinas Sosial OPD yang
Kota Surakarta, termasuk didalamnya
menaungi bidang transportasi adalah Di-
mengenai urusan kesetaraan penyandang
nas Perhubungan. Berikut adalah beberapa
14
.www.pprbmsolo.org diakses pada tanggal 2
Agustus 2015
permasalahan di lapangan yang harus
□ 102
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
diselesaikan oleh Dinas Perhubungan da-
Advokasi Difabel (TAD) kota Surakarta
lam hal aksebilitas difabel di Surakarta.
yang juga Kepala Dinas Sosial, Tenaga
Hal ini seperti yang dikutip dari website
Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnaker-
resmi Solider (Kantor Berita Difabel In-
trans) dr. Sumartono Karjo.FX. Hadi
donesia)
Rudyatmo walikota Surakarta yang lang-
Surakarta.
Berikut
uraian
deskribtif permasalahan yang dihadapi
sung menanggapi
yang
aksesibilitas yang masih belum ramah ter-
harus
diselesaikan
oleh
Dinas
berbagai persoalan
hadap difabel dengan beberapa pernyataan
Perhubungan.
Dalam Sarasehan HDI yang dihadiri
di antaranya telah diajukan upaya pem-
oleh 200 difabel dari berbagai komunitas
rograman teknologi untuk difabel netra
di Solo dan para siswa YPAC. Direktur
pada BST.Walikota akui belum maksimal
Pusat Pengembangan dan Rehabilitasi
pihaknya mengakui bahwa selama ini baru
Berbasis Masyarakat (PPRBM) Surakarta
mampu
menyoroti aksesibilitas yang masih kurang
maksimal dalam bekerja. “Tahun 2015, 11
pada sarana transportasi khususnya Batik
koridor BST serempak bisa dioperasi-
Solo Trans (BST). Hal itu diungkapkan
kan.”15
memperhatikan
dan
belum
setelah mendengar pernyataan difabel dari
Secara Umum Pelaksanaan imple-
berbagai komunitas. Faktor risiko yang
mentasi Perda Difabel di bidang trans-
menghambat difabel antara lain belum
portasi oleh OPD terkait adalah :
semua shelter ada jembatannya. Juga be-
1. Penyediaan Sarana Transportasi
lum semua tersedia teknologi untuk difa-
ramah difabel (Batik Solo Trans (BST),
bel netra pengumuman berupa suara untuk
Bus Khusus Difabel Bengawan Abiyasa,
setiap
Halte Ramah Difabel)
pemberhentian.
Sunarman
menekankan pentingnya difabel, masyarakat, dan lembaga difabel yang didukung
oleh pemerintah mempunyai konsepsi ber-
2. Sosialisasi Pemenuhan Aksebilitas
Sarana Transportasi bagi pengemudi
3. Pengawasan atau Pemantauan
sama.
Masih adanya kekurangan dari imAcara
yang
bertema
“Dengan
lplementasi, membuat pemerintah harus
teknologi tepat guna, kita wujudkan pem-
segera berbenah.Kritik yang disampaikan
bangunan yang berkelanjutan” dihadiri
juga oleh narasumber lain Ketua YPAC
dr. Tunjung Hanurdaya dan Ketua Tim
15
.(http://solider.or.id/2014/12/03/sarasehanhdi-2014-soroti-aksesibilitas-saranatransportasi-kota-solodiakses pada 2 Agustus
2015)
□ 103
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
terkait implementasi Perda disampaikan
turan itu dilaksanakan maupun pada tata-
oleh Sekretaris Komisi IV DPRD Sura-
ran pengawasanya. Dengan adanya be-
karta Asih Sunjoto, mengatakan
berapa permasalahan yang sudah dijelas-
”bahwa implementasi Perda Sura-
kan dalam sub bab sebelumnya maka
karta No.2 Tahun 2008 tentang kesetaraan
pemerintah Kota Surakarta melakukan
difabel masih ada kekurangan, Sunjoto
pembenahan
mengatakan beberapa waktu lalu DPRD
termasuk langkah pengawasan oleh DPRD
masih menerima keluhan dari masyarakat
yang menjadi kewajiban DPRD.
difabel yang masih ada kesulitan dalam
mengakses
tempat
transportasi
publik
dalam
implementasinya,
DPRD selaku legislatif memiliki tu-
publik, khususnya
gas disamping menyusun sebuah pera-
di
kere-
turan namun juga pengawasan terhadap
ta.Sehingga dia berkesimpulan bahwa
peraturan tersebut, apakah sudah berjalan
meski Perda ini telah ada sejak 2008 na-
dengan baik didalam masyarakat,apakah
mun masih belum dijalankan dalam im-
masih sesuai dengan kondisi di di-
plementasinya secara maksimal.16
masyarakat, apakah perlu diadakan pem-
stasiun
Teori hukum responsif mengatakan
baharuan atas peraturan tersebut.Dan yang
bahwa hukum sebagai fasilitator dari
paling penting apakah masyarakat sudah
berbagai respon terhadap kebutuhan dan
merasakan manfaat dari peraturan terse-
aspirasi sosial. Karakter produk hukum
but. Apabila ditafsirkan teori hukum re-
yang mencerminkan pemenuhan atas as-
sponsif sangat tersebut sangatlah pas un-
pirasi masyarakat, baik individu maupun
tuk dijadikan acuan didalam pengawasan
berbagai kelompok sosial, sehingga secara
Perda, karena setelah Perda disahkan tidak
relative lebih mampu mencerminkan rasa
lantas berhenti disitu saja, namun juga
keadilan didalam masyarakat.Proses nor-
perlu diawasi serta melihat masyarakat
matifikasinya mengundang secara terbuka
(difabel) sudahkah puas dengan adanya
partisipasi dan aspirasi masyarakatnya.17
Peraturan daerah tersebut.
Dengan melihat teori tersebut bahwa
Secara umum Kendala dan hambat-
perlu adanya partisipasi masyarakat dalam
an dalam implementasi Perda ialah masih
rangka mewujudkan sebuah kebijakan
ada
atau peraturan yang baik, baik saat pera-
terselesaikan yakni sejumlah Stasiun di
beberapa
masalah
yang
belum
Surakarta yang sama sekali tidak aksesbel
16
wawancara, DPRD Surakarta 5 Juli 2015
17
Nonet, Philip & Senznick Philip.1978.Hukum
Responsif (Terjemahan):Harper & Row.
terhadap difabel dikarenakan kurangnya
□ 104
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
koordinasi dengan KAI (Kereta Api Indo-
isasi resmi pada tahun 2013, diikuti
nesia), selain itu permasalahan dana men-
dengan pembentukan Perwali No.9 Tahun
jadi kendala Bagi dinas. Sosial, serta per-
2013 tentang Petunjuk pelaksanaan Pera-
masalahan bentuk protes dari masyarakat
turan Daerah Kota Surakarta No.2 Tahun
terhadap keberadaan halte BST (Bus Solo
2008 tentang Kesetaraan Difabel, Koordi-
Trans), hal yang menjadi kendala Dinas
nasi antar dinas terkait (TAD, Dinsos,
Perhubungan selanjutnya ialah sulitnya
Dishub) diikuti pelaksanaan, pengawasan
pemilihan lokasi halte dikarenakan ter-
dan evaluasi.
Perwali No.9 Tahun 2013 tentang
bentur juga dengan Perda pelarangan
penebangan pohon.
Petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah
PENUTUP
Kota Surakarta No.2 Tahun 2008 tentang
Peraturan Daerah Kota Surakarta
Kesetaraan Difabel selanjutnya dijadikan
No.2 Tahun 2008 tentang Kesetaraan
rule application dalam pelaksanaan im-
Difabel merupakan inisiatif DPRD Sura-
plementasi, namun didalam Perwali ini
karta
masih
dalam
upaya
mewujudkan
belum
begitu
jelas
substansi
kesetaraan bagi Difabel, serta jaminan
pelaksanaanya.Jenis Implementasi yang
proteksi kepada para penyandang difabel
sudah dilakukan ialah TAD melalui ad-
dari segala bentuk diskriminatif. Aksebili-
vokasinya
tas fisik bagi penyandang difabel didalam
penyelenggaraan BST (Bus Solo Trans),
Perda tersebut terdapat didalam Pasal 12
selanjutnya sebagai hasil advokasi TAD,
ayat 1 dan 2. Pemenuhan Aksebilitas dil-
Dishub menyediakan sarana transportasi
aksanakan berdasarkan Prinsip persamaan
ramah difabel yakni BST (Bus Solo
dalam pemenuhan Hak Asasi Manusia
Trans) dan Bus Begawan Abiyasa, mem-
sebagai kewajiban sebuah Negara hukum
bangun halte amah difabel, sedangkan Di-
sebagaimana sebagaimana dijelaskan da-
nas Sosial melakukan pendataan jumlah
lam Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 28.
difabel kemudian berkoordinasi terhadap
terhadap
penyediaan
dan
Pelaksanaan Implementasi Peraturan
Dishub dan TAD. Implementasi sudah
Daerah Kota Surakarta No.2 Tahun 2008
cukup baik namun masih ada kekurangan
tentang
didalam
seperti kurang pahamnya Dinas terhadap
transportasidil-
peraturan yang sudah ada, sehingga sub-
Kesetaraan
aksebilitas
sarana
Difabel
aksanakan melalui tiga tahapan setelah
stansi
implementasi
disahkannya Perda tersebut, yakni sosial-
dengan baik.
kurang
mengena
□ 105
Tadulako Law Review | Vol. 2 Issue 1, June 2017
Nonet,
&
Senznick
Phil-
Metode
ip.1978.Hukum
Responsif
(Ter-
Hukum
jemahan):Harper & Row.
BIBLIOGRAFI
Amiruddin.
2012.Pengantar
Penelitian
Philip
Majalah Novum,18-19:2014.
.Jakarta:Rajagrafindo Persada
Ali, Zainudin.2009. Metode Penelitian
www.dinsos.jatengprov.go.id diakses pada
3 Januari 2015
Hukum. Jakarta: Sinar Grafika
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konsti-
http://www.kumham-jogja.info/karya-
tusionalisme Indonesia, Sekjend dan
ilmiah/37-karya-ilmiah-lainnya/360-
Kepantiteraan MK. Jakarta. 2006
ratifikasi-konvensi-internasional-hak-hak-
Magribi,
Muhammad.1970.Geografi
Transportasi.Yogyakarta:Pasca Sar-
penyandang-cacat
http://solider.or.id/2014/12/03/sarasehanhdi-2014-soroti-aksesibilitas-sarana-
jana UGM.
transportasi-kota-solodiakses pada 2
Agustus
2015)
***
□ 106