Hak asasi manusia di Indonesia

Hak asasi manusia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hak Asasi Manusia adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma,[1] yang menggambarkan
standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur sebagai hak-hak hukum dalam
hukum kota dan internasional.[2] Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak [3] sebagai hakhak dasar "yang seseorang secara inheren berhak karena dia adalah manusia, " [4] dan yang"
melekat pada semua manusia "[5] terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau
status lainnya.[3] Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang universal, [1] dan ini
egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang. [3] HAM membutuhkan empati dan aturan
hukum[6] dan memaksakan kewajiban pada orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang
lain.[1][3] Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan keadaan
tertentu;[3] misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari penjara melanggar
hukum , penyiksaan, dan eksekusi.[7]
Doktrin dari hak asasi manusia telah sangat berpengaruh dalam hukum internasional, lembagalembaga global dan regional.[3] Tindakan oleh negara-negara dan organisasi-organisasi nonpemerintah membentuk dasar dari kebijakan publik di seluruh dunia. Ide HAM [8] menunjukkan bahwa
"jika wacana publik dari masyarakat global mengenai perdamaian dapat dikatakan memiliki bahasa
moral yang umum, itu merujuk ke hak asasi manusia." Klaim yang kuat yang dibuat oleh doktrin hak
asasi manusia terus memprovokasi skeptisisme yang cukup besar dan perdebatan tentang isi, sifat
dan pembenaran hak asasi manusia sampai hari ini. Arti yang tepat dari hak asasi memicu
kontroversial dan merupakan subyek perdebatan filosofis yang berkelanjutan; [9] sementara ada
konsensus bahwa hak asasi manusia meliputi berbagai hak [5] seperti hak untuk mendapatkan
pengadilan yang adil, perlindungan terhadap perbudakan, larangan genosida, kebebasan berbicara,

[10]
atau hak atas pendidikan, ada ketidaksetujuan tentang mana yang hak tertentu harus
dimasukkan dalam kerangka umum hak asasi manusia; [1] beberapa pemikir menunjukkan bahwa
hak asasi manusia harus menjadi persyaratan minimum untuk menghindari pelanggaran terburuk,
sementara yang lain melihatnya sebagai standar yang lebih tinggi.[1]
Dalam teori perjanjian bernegara, adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis. Pactum Unionis
adalah perjanjian antara individu-individu atau kelompok-kelompok masyarakat membentuik suatu
negara, sedangkan pactum unionis adalah perjanjian antara warga negara dengan penguasa yang
dipiliah di antara warga negara tersebut (Pactum Unionis). Thomas Hobbes mengakui adanya
Pactum Subjectionis saja. John Lock mengakui adanya Pactum Unionis dan Pactum Subjectionis
dan JJ Roessaeu mengakui adanya Pactum Unionis. Ke-tiga paham ini berpenbdapat demikian.
Namun pada intinya teori perjanjian ini meng-amanahkan adanya perlindungan Hak Asasi Warga
Negara yang harus dijamin oleh penguasa, bentuk jaminan itu mustilah tertuang dalam konstitusi
(Perjanjian Bernegara).
Dalam kaitannya dengan itu, HAM adalah hak fundamental yang tak dapat dicabut yang mana
karena ia adalah seorang manusia. , misal, dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika atau Deklarasi
Perancis. HAM yang dirujuk sekarang adalah seperangkat hak yang dikembangkan oleh PBB sejak
berakhirnya perang dunia II yang tidak mengenal berbagai batasan-batasan kenegaraan. Sebagai

konsekuensinya, negara-negara tidak bisa berkelit untuk tidak melindungi HAM yang bukan warga

negaranya. Dengan kata lain, selama menyangkut persoalan HAM setiap negara, tanpa kecuali,
pada tataran tertentu memiliki tanggung jawab, utamanya terkait pemenuhan HAM pribadi-pribadi
yang ada di dalam jurisdiksinya, termasuk orang asing sekalipun. Oleh karenanya, pada tataran
tertentu, akan menjadi sangat salah untuk mengidentikan atau menyamakan antara HAM dengan
hak-hak yang dimiliki warga negara. HAM dimiliki oleh siapa saja, sepanjang ia bisa disebut sebagai
manusia.
Alasan di atas pula yang menyebabkan HAM bagian integral dari kajian dalam disiplin ilmu hukum
internasional. Oleh karenannya bukan sesuatu yang kontroversial bila komunitas internasional
memiliki kepedulian serius dan nyata terhadap isu HAM di tingkat domestik. Malahan, peran
komunitas internasional sangat pokok dalam perlindungan HAM karena sifat dan watak HAM itu
sendiri yang merupakan mekanisme pertahanan dan perlindungan individu terhadap kekuasaan
negara yang sangat rentan untuk disalahgunakan, sebagaimana telah sering dibuktikan sejarah
umat manusia sendiri. Contoh pelanggaran HAM:
Penindasan dan merampas hak rakyat dan oposisi dengan sewenang-wenang.
Menghambat dan membatasi kebebasan pers, pendapat dan berkumpul bagi hak rakyat dan
oposisi.
Hukum (aturan dan/atau UU) diperlakukan tidak adil dan tidak manusiawi.
Manipulatif dan membuat aturan pemilu sesuai dengan keinginan penguasa dan partai tiran/otoriter
tanpa diikut/dihadir rakyat dan oposisi.
Penegak hukum dan/atau petugas keamanan melakukan kekerasan/anarkis terhadap rakyat dan

oposisi di manapun.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia

Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Hak Asasi Manusia adalah hak dari orang yang ada sejak ia masih dalam kandungan.
HAM berlaku secara universal.
Pada tanggal 10 Desember setiap tahun diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia.
Momentersebut diperingati oleh setiap manusia di dunia dengan harapan hak asasi
manusia di tahun mendatang lebih baik dari tahun sebelumnya. Karena ada banyak
kasus pelanggaran hak asasi manusia nasional dan internasional, baik ringan atau
berat tidak ditangani secara optimal.
Deng sehingga gagasan hak asasi manusia (HAM) itu sendiri adalah hak dasar atau
kewarganegaraan yang melekat pada individu sejak lahir oleh alam yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak dapat disita dan dicabut keberadaa
n dan harus dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Oleh karena itu, hak asasi manusia yang universal, yang berarti bahwa mereka

berlaku di mana-mana, kepada siapa pun, dan tidak dapat mengambil siapa pun.
Hak-hak individu untuk melindungi diri Dam martabat manusia yang diperlukan,
serta dalam pengembangan seagai moral dasar bergaul dengan sesama
manusia. Dikutip dari: http://dokumen.tips/

Sejarah Ham Di Indonesia
Sejarah Hak Asasi Manusia Di Indonesia
Sebelum dibahas lebih mendalam tentang ha manusia di Indonesia, pertama-tama
kita membahas dan menentukan sejarah perembangan hak asasi manusia di dunia.
Di mana semua orang ingin t ersebut benar ditegakkan. SM, filsafat Yunani Socrates
(470-3 SM) dan Plato (428-322) mengajarkan pemerintah Hars dengan kekuatan
kehendak dan keinginan warga.
Hak Asasi Manusia di Indonesia bersumber dan menyebabkan Pancasila. Yang
berarti bahwa hak asasi manusia menerima jaminan yang kuat filosofi bangsa,
Pancasila. Bermuara pada Pancasiladimaksudkan bahwa pelaksanaan hak asasi
manusia harus memperhatikan garis yang telah ditentukan dalam ketentuan
Pancasila.
Setiap hak akan dibatasi oleh hak orang lain. Jika dalam melaksanakan hak, kita
tidak memperhatikan hak orang lain, maka ada konflik hak atau kepentingan dalam
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Republik Indonesia mengakui dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan manusia sebagai hak yang
secara kodrati melekat dan tidak terpisahkan dari manusia yang harus dilindungi,
dihormati dan ditegakkan dalam rangka meningkatkan kemanusisan martabat,
kesejahteraan, kebahagiaan, dan kecerdasan serta keadilan. Dikutip
dari: http://www.pengertiansejarah.com/
Hak Asasi Manusia atau HAM adalah hak-hak mereka yang telah diselenggarakan
sejak ia masih dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar hak
asasi manusia yang terkandung dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat
(Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik
Indonesia, seperti pada pasal 27, ayat 1, pasal 28, pasal 29, ayat 2, pasal 30, ayat 1
dan Pasal 31 ayat 1.

Oleh aris kurniawan 19/10/15

http://www.gurupendidikan.com/sejarah-hak-asasi-manusia-di-indonesia-secara-singkat/

Rabu, 13 Agustus 2014

Rangkuman Pengertian HAM, Sejarah HAM
di Indonesia, dan Hakikat HAM

A. Pengertian Hak Asasi Manusia (Human Rights)

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia (yang biasanya disingkat menjadi HAM)
adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

B. Sejarah Hak Asasi Manudia di Indonesia

Pemahaman HAM di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang hidup di masyarakat, dan acuan
bertindak pada dasarnya berlangsung cukup lama. Secara garis besar, Prof. Bagir Manan pada buku Pekembangan
Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001), membagi perkembangan dan pemikiran HAM di Indonesia
dalam dua periode, yaitu periode sebelum kemerdekaan (1908 - 1945) dan periode setelah kemerdekaan (1945 sekarang).

1. Periode sebelum kemerdekaan (1908 - 1945)
a) Budi Oetomo dengan pemikirannya, "Hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat."
b) Perhimpunan Indonesia dengan pemikirannya, "Hak untuk menentukan nasib (the right of
self determination)."


c) Sarekat Islam dengan pemikirannya, "Hak penghidupan yang layak dan bebas dari
penindasan dan diskriminasi rasial."
d) Partai Komunis Indonesia dengan pemikirannya, "Hak sosial dan berkaitan dengan
alat-alat produksi."
e) Indische Partij dengan oemikirannya, "Hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta
mendapatka perlakukan yang sama dan hak kemerdekaan."
f) Partai Nasional Indonesia dengan pemikirannya yang lebih mengedepankan pada hak
untuk memperoleh kemerdekaan.

2. Periode setelah kemerdekaan (1945 - sekarang)
1) Periode 1945 - 1950
a) Hak untuk merdeka (self determination).
b) Hak untuk kebebasan berserikat melalui organisasi politik yang didirikan.
c) Hak untuk menyatakan pendapat terutama di parlemen.
2) Periode 1950 - 1959
Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan pada semangat demokrasi liberal
yang berintikan kebebasan individu.
3) Periode 1959 - 1966
Pada periode ini, pemikiran HAM tidak mendapat ruang kebebasan dari pemerintah, yaitu
hak sipil, seperti hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan

tulisan.
4) Periode 1966 - 1998
a) Tahun 1967, berusaha melindungi kebebasan antar manusia yang ditandai dengan
adanya hak uji materiil yang diberikan kepada Mahkamah Agung (MA).
b) Tahun 1970 - 1980, pemerintah melakukan pemasungan HAM dengan sikap defensive
(bertahan), represif (kekerasan) yang dicerminkan dengan produk hukum yang bersifat
restriktif (membatasi) terhadap HAM.
c) Tahun 1990-an, pemikiran HAM tidak lagi hanya bersifat wacana saja melainkan

sudah dibentuk lembaga penegakan HAM.
5) Periode 1998 - sekarang
HAM mendapat perhatian resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UndangUndang Dasar 1945 guna menjamin HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang hak asasi manusia. Artinya, bahwa pemerintah memberi perlindungan
yang signifikan terhadap kebebasan HAM dalam semua aspek, yaitu aspek hak politik,
sosial, ekonomi, budaya, keamanan, hukum, dan pemerintah.

C. Hakikat Hak Asasi Manusia

1) HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.

2) HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis,
pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
3) HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM apabila sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM.
Diposkan oleh Vidya Ryeowook di 07.11

http://bookandfanfic.blogspot.co.id/2014/08/tugas-ppkn-rangkuman-pengertian-ham.html

Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM)
Ahmad Fathoni 23.00
Sejarah Hak Asasi Manusia dimulai dari gagasan hak asasi manusia. Gagasan hak asasi
manusia muncul sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan penguasa yang memerintah secara
otoriter. Munculnya penguasa yang otoriter mendorong orang yang tertekan hak asasinya untuk
berjuang menyatakan keberadaannya sebagai makhluk bermartabat. Nah, Zona Siswa pada
kesempatan kali ini akan membahas mengenai Sejarah Hak Asasi Manusia (HAM). Semoga
bermanfaat. Check this out!!!

A. Sejarah HAM di Dunia


Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas
pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya
tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi
Prancis.

1. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta.
Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta
keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan.
Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh
para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem
konstitusional
Inggris.

2. Revolusi Amerika (1776)

Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi
Amerika.Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi
negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.


3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI)
yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du
citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis.
Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan
persaudaraan (fraternite).

4. African Charter on Human and People Rights (1981)
Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU)
mengadakan konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara
tegas berkomitment untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk
mengkoordinasikan dan mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik bagi masyarakat Afrika.

5. Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)
Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negaranegara anggota Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan
gambaran umum pada Islam tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai
satu-satunya sumber. Deklarasi ini menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi
negara anggota OKI di bidang hak asasi manusia.
6. Bangkok Declaration (1993)
Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam
konferensi ini, pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya
terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka
menyatakan pandangannya saling ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia dan
menekankan perlunya universalitas, objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.

7. Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993
Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota
PBB di ibu kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya
adalah mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini
sesungguhnya adalah re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta
penyesuaian yang disetuju semua anggota PBB, termasuk Indonesia.

B. Sejarah HAM di Indonesia
Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang memiliki penghargaan yang
sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi latar belakang perlunya penegakan hak asasi
manusia. Manusia dengan teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh
manusia lainnya. Bangsa yang satu dengan semena-mena menguasai dan menjajah bangsa lain.
Untuk melindungi harkat dan martabat kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia,
hak asasi manusia dibutuhkan. Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.

1. Pada masa prakemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia
pertama yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng
Kartini. Pemikiran itu diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum
proklamasi kemerdekaan.

2. Pada masa kemerdekaan
Pada
masa
orde
lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang
gigih membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah
Mohammad Hatta dan Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya
sedikit nilai-nilai HAM yang diatur dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM
diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.

Pada
masa
orde
baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi terutama karena HAM
dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila.
Karena itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada
tahun 1993. Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik.
Berbagai pelanggaran HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran
HAM berat. Hal itu akhirnya mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri
kekuasaan orde baru.
Pada
masa
reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad dan komitmen yang kuat
dari segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai
dengan membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik.
Dokumen itu meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak
Asasi Manusia, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen
yang sangat penting dalam penegakan HAM, yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 2005, dan
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menjadi Undang-Undang No.
12 tahun 2005.

Semoga artikel Kewarganegaraan tersebut di atas tentang Sejarah Hak Asasi Manusia
(HAM) bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan sobat sekalian. Apabila ada suatu
kesalahan baik berupa penulisan maupun isi, mohon kiranya kritik dan saran yang membangun
untuk kemajuan bersama. Jangan lupa like dan share juga ya sobat. Teirma kasih.. ^^Maju Terus
Pendidikan Indoensia ^^
http://www.zonasiswa.com/2014/07/sejarah-hak-asasi-manusia-ham.html

BENTUK DAN SISTEM HAM DI
INDONESIA
Peraturan Perundang-undangan dan Lembaga HAM di
Indonesia
1.

Perlindungan HAM sebagaimana Terdapat dalam UUD 1945

Indonesia seperti negara-negara lain di dunia, mengalami pasang surut dalam
perkembangan dan proses penegakan HAM. Proses penegakan HAM di Indonesia
sejak Indonesia merdeka hingga dewasa ini mengalami perubahan dan
perkembangan yang lebih baik. Hal ini karena adanya kesadaran dari masyarakat
Indonesia sendiri dan adanya tekanan serta opini masyarakat internasional tentang
pentingnya penegakan hak asasi manusia.
Sejak indonesia merdeka, sesungguhnya telah memberikan pengakuan dan
perlindungan HAM bagi warga negaranya, jauh sebelum PBB mencetuskan Universal
Declaration of Human Rights (Pernyataan sedunia hak-hak asasi manusia).
Pengakuan dan perlindungan HAM bagi warga negara Indonesia tersebut diabadikan
dalam konstitusi negara yaitu dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan
piagam HAM bagi bangsa Indonesia.

Landasan Hukum Penegakan HAM di Indonesia, yaitu :

Landasan idiil (Pancasila) sila ke-2: “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Landasan idiil merupakan landasan filosofis dan moral bagi bangsa indonesia untuk
senantiasa memberikan penghormatan, pengakuan dan perlindungan terhadap hak
asasi manusia.
Landasan konstitusional (UUD 1945) yakni:
-

Pembukaan UUD 1945 alinea ke-1 dan ke-4.

Pasal 27, pasal 28, pasal 28 A sampai pasal 28 J, pasal 29, pasal 30, pasal
31, pasal 32, pasal 33, dan pasal 34 UUD 1945.
UUD 1945 menjadi landasan yuridis bagi bangsa dan negara Indonesia dalam
memberikan penghormatan, pengakuan, perlindungan serta pengakuan HAM di
Indonesia.

Landasan operasional, yakni landasan pelaksanaan bagi penegakan HAM di
Indonesia yang meliputi aturan-aturan pelaksana, seperti:
TAP MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Ketetapan ini
menugaskan kepada lembaga-lembaga negara dan seluruh aparatur pemerintahan
untuk menghormati, menegakkan dan menyebarluaskan pemahaman tentang HAM.
Ketetapan ini juga mengatur tentang kewajiban asasi manusia, antara lain setiap
orang wajib menghormati hak asasi orang lain, setiap orang wajib untuk ikut serta
dalam usaha pembelaan negara dan setiap orang wajib tunduk kepada undangundang dalam menjalankan hak dan kebebasannya.
-

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Undang-undang ini menjadi landasan pelaksana yang amat penting dalam upaya
penekan HAM di Indonesia.
Undang-undang ini selain berisi tentang aturan-aturan dalam penghormatan dan
perlindungan HAM, juga berisikan sanksi-sanksi bagi para pelaku pelanggaran HAM.
Hak asasi manusia yang diatur oleh UU No. 39 Tahun 1999 antara lain hak untuk
hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak
memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak memperoleh rasa aman,
hak atas kesejahteraan, hak wanita, dan hak anak.
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia: Undangundang ini mengatur pelaksanaan proses pengadilan bagi para pelaku kejahatan
kemanusiaan.
Namun undang-undang ini tidak dapat berlaku surut artinya para pelaku kejahatan
kemanusiaan atau pelanggar hak asasi manusia itu jika terjadi sebelum undangundang ini disahkan maka mereka tidak dapat dituntut di muka pengadilan, dan
para pelanggar hak asasi tersebut akan luput dari jeratan hukum.
Kepres No. 50 Tahun 1993 tentang pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (KOMNAS HAM.
Komisi ini dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan perlindungan terhadap hak
asasi manusia, dan menjadi tonggak sejarah dalam proses penegakkan hak asasi
manusia di Indonesia. Meskipun telah banyak produk hukum dibuat untuk
memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, namun pelanggaran dan
pelecehan terhadap hak asasi manusia masih tetap terjadi di dalam masyarakat.
Banyak kasus pelanggaran dan pelecehan hak asasi manusia yang terjadi karena
tidak dipahaminya aturan-aturan yang ada, baik oleh aparatur penegak hukum
ataupun oleh masyarakat itu sendiri.
2.

HAM sebagaimana Terdapat dalam UU No. 39 Tahun 1999

Dengan dibuatnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM),
menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia berusaha untuk menerapkan HAM
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM, hak
asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan
manusia sebagai makhluk Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak-hak asasi manusia (HAM) yang terdapat di dalam UU No. 39 Tahun 1999, yaitu :
Hak untuk hidup
Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf
kehidupannya, serta setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera lahir dan batin. Selain itu, setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat.
Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
Setiap orang berhak membentuk suatu keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah. Perkawinan yang sah hanya dapat berlangsung atas
kehendak bebas calon suami dan calon istri yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak mengembangkan diri
Setiap orang berhak atas periindungan bagi pengembangan pribadinya, untuk
memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan kualitas
hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, bertanggung jawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia.
Hak memperoleh keadilan
Setiap orang tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana,
perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan
tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang
obyektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan
benar.
Hak atas kebebasan pribadi
Setiap orang berhak memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik secara
pribadi maupun kolektif untuk membangun masyarakat bangsa, dan negaranya.
Hak atas rasa aman

Setiap orang berhak mencari suaka untuk memperoleh perlindungan politik dari
negara lain dan setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai
manusia pribadi di mana saja ia berada.
Hak atas kesejahteraan
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama dengan
orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga, bangsa dan masyarakat dengan
cara yang tidak melanggar hukum.
Hak turut serta dalam pemerintahan
Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum
berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Hak wanita
Wanita berhak memperoleh haknya dalam bidang pendidikan, pengajaran di semua
jenis, jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan. Wanita juga berhak untuk memilih, dipilih diangkat dalam pekerjaan,
jabatan, dan profesi yang sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundangundangan.
Hak anak
Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
dan meningkatkan taraf kehidupannya. Selain itu, setiap anak berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental,
penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam pengasuhan
orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut.
Oleh karena sedemikian berat tanggung jawab yang harus dipikul oleh anak-anak,
maka ia perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan akhlaknya. Selain
itu, anak-anak perlu mendapatkan perlindungan untuk pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Agar hal ini dapat terwujud, maka
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjamin pelaksanaan hak anak tersebut.
Di dalam pasal 13 UU No. 23 Tahun2002 tentang perlindungan anak, dijelaskan
bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali atau pihak lain
manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat
perlindungan dari perlakuan:

diskriminasi
eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual
penelantaran
kekejaman, kekerasan dan penganiayaan
ketidakadilan
perlakuan salah lainnya
Sedangkan di dalam pasal 15 undang-undang tersebut dijelaskan tentang kewajiban
setiap anak yaitu :
menghormati orang tua, wali dan guru
mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman
mencintai tanah air, bangsa dan negara d. menunaikan ibadah sesuai dengan
ajaran agamanya
melaksanakan etika dan akhlak mulia
Didalam pasal 26 Undang-undang itupun dijelaskan tentang kewajiban dan
tanggung jawab orang tua yaitu:
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak
menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya
mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak
Dalam hal orang tua tidak ada, atau tidak diketahui keberadaanya, atau karena
suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya, maka
kewajiban dan tanggung jawab tersebut dapat beralih kepada keluarga, yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pada pasal 48 dan 50 undang-undang tersebut menjelaskan tentang hak pendidikan
yang dimiliki setiap anak. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa pemerintah wajib
menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun untuk semua
anak. Adapun pendidikan tersebut diarahkan pada:
pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan
mental dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal
pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi

pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa dan
nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional dimana anak bertempat tinggal, dari mana
anak berasal, dan oeradaban-peradaban yang berbeda-beda dari peradaban sendiri
persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab
pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup
3.

Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM

Upaya-upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Perlindungan
Sejarah pekembangan Hak Asasi Manusia dimulai sejak adanya kesadaran dari
umat manusia akan arti pentingya nilai-nilai kemanusiaan.
Munculnya kesadaran untuk memperjuangkan dan menegakkan hak asasi manusia
dilatarbelakangi oleh peristiwa penindasan, ketidakadilan, penistaan dan kezaliman
yang dilakukan oleh penguasa. Dalam upaya melawan segala bentuk kezaliman dan
penindasan para penguasa, lahirlah para tokoh, pejuang hak asasi manusia, yang
disertai lahirnya dokumen atau piagam hak asasi manusia untuk mencegah
terjadinya kembali penindasan dan kezaliman terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Oleh karena itulah, Pemerintah Indonesia melakukan upaya penghormatan,
pemajuan, pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia bagi semua warga
negara berdasarkan prinsip-prinsip kesatupaduan, keseimbangan dan pengakuan
atas kondisi nasional. Prinsip kesatupaduan itu berarti bahwa hak-hak sipil, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan hak pembangunan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisah-pisahkan baik dalam penerapan, pemantauan, maupun dalam
penilaian pelaksanaannya.
Banyak sekali upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pemajuan,
penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia, antara lain :
Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) tahun 2000-2004 dengan pembentukan kelembagaan dan pembuatan
peraturan perundangan yang berkaitan dengan hak asasi manusia.
Dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan Keputusan Presiden Nomor 50
Tahun 1993 yang kemudian dikukuhkan dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999.
Pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan dengan Keputusan
Presiden Nomor 181 Tahun 1998.
Pembentukan Kantor Menteri Negara Hak Asasi Manusia tahun 1999 yang kemudian
digabung dengan Departemen Hukum dan Perundang-undangan, kemudian
berubah menjadi Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
Disahkannya Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pengesahan peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan hak asasi
manusia dan penambahan pasal-pasal khusus mengenai hak asasi manusia dalam
amandemen UUD 1945.
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Indonesia Tahun 1998-2003 yang
selanjutnya direvisi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
2003.
RANHAM Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan rencana umum untuk
meningkatkan penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan hak asasi
manusia, termasuk untuk melindungi masyarakat yang rentan terhadap
pelanggaran hak asasi manusia.
Di dalam Propenas Tahun 2000-2004 tercantum visi bangsa Indonesia di masa
depan mengenai masyarakat dan hukum sebagai berikut:
Terwujudnya kondisi aman, damai, tertib dan ketenteraman masyarakat
Terwujudnya sistem hukum nasional yang menjamin tegaknya supremasi hukum
dan hak asasi manusia berlandaskan keadilan dan kebenaran.
Sementara itu, di dalam Keputusan Presiden No. 40 Tahun 2004 tentang Rencana
Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) Indonesia tahun 2004-2009. Di
dalamnya dijelaskan bahwa RANHAM Indonesia adalah untuk menjamin
peningkatan, penghormatan pemajuan, pemenuhan dan perlindungan hak asasi
manusia di Indonesia dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, adat istiadat,
dan budaya bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Program utama RANHAM Indonesia tahun 2004 – 2009 ada enam, yaitu:
Pembentukan dan penguatan institusi pelaksana RANHAM.
Persiapan ratifikasi instrumen hak asasi manusia internasional.
Persiapan harmonisasi peraturan perundang-undangan,
Diseminasi dan pendidikan hak asasi manusia.
Penerapan norma dan standar hak asasi manusia.
Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
4.

Hambatan dalam Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM

Upaya dalam memberikan pemajuan, penghormatan, dan perlindungan hak asasi
manusia di Indonesia pada kenyataannya masih menghadapi kendala atau
hambatan dan tantangan yang besar. Hambatan dalam pemajuan, penghormatan,
dan perlindungan HAM justru datang dari aparatur negara yang bertanggung jawab
dan berkewajiban menegakkan hak asasi manusia. Seringkali aparatur negara
bertindak demi hukum dan tugas melampaui batas wewenangnya sehingga
menimbulkan pelanggaran dan pelecehan terhadap hak asasi manusia. Akan tetapi
tidak sedikit kasus hak asasi manusia disebabkan oleh masyarakat itu sendiri.
Masyarakat terlalu egois dan memaksakan kehendak agar hak asasinya dipenuhi,
tetapi masyarakat lupa bahwa mereka juga punya kewajiban hak asasi yang harus
dilaksanakannya.
Secara garis besar hambatan yang dihadapi dalam penegakan hak asasi manusia di
Indonesia dapat kita identifikasi seperti berikut:
a. Masalah sosial budaya
Rendahnya keadaan masyarakat akan pentingnya hak asasi manusia yang
terjadi akibat ketimpangan stratifikasi sosial masyarakat.
Adanya norma adat dan budaya masyarakat yang berkaitan dengan
kebiasaan, upacara, kedudukan sosial yang bertentangan dengan HAM.
Rendahnya sumber daya manusia khususnya aparatur penegak hukum
seperti hakim, jaksa sehingga menghambat proses penegakan HAM.
Adanya konflik sosial yang sering terjadi di masyarakat sebagai konsekuensi
masyarakat majemuk yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM.
b. Masalah informasi dan komunikasi
Terhambatnya informasi dan komunikasi tentang pentingnya penegakan HAM
sebagai akibat keadaan dan kedudukan geografis Indonesia.
Rendahnya sarana dan teknologi komunikasi, menyebabkan tidak
maksimalnya kemampuan informasi dan berkomunikasi di seluruh wilayah
Indonesia.
Terbatasnya sosialisasi tentang HAM di seluruh wilayah Indonesia karena
rendahnya teknologi informasi dan komunikasi.
c. Masalah kebijakan pemerintah
Adanya kebijakan pemerintah yang mengedepankan kepentingan stabilitas
nasional sehingga mengabaikan masalah hak asasi manusia.
Masih lemahnya pengawasan dari lembaga DPR dan masyarakat terhadap
kebijakan pemerintah.

Adanya arogansi aparatur pemerintah, yang sering mendorong kritik dan
kontrol sosial dari tindakan pembangkangan.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan aparatur penegak hukum,
sehingga menghambat kinerja penegakan hak asasi manusia dan lain-lain.
d. Masalah perangkat perundang-undangan
Sulitnya merealisasikan aturan perundang-undangan tentang HAM dalam
kehidupan masyarakat.
-

Belum disyahkannya hasil konvensi internasional tentang HAM di Indonesia.

Selain hambatan-hambatan seperti diatas, proses penegakan hak asasi manusia di
Indonesia juga menghadapi tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan
itu antara lain :
Amandemen UUD 1945 pasal 28 yang mengedepankan asas non retroaktif, yang
artinya hukun tidak dapat berlaku surut. Ini memungkinkan para tersangka atau
terdakwa lepas dari jeratan hukum.
Adanya prinsip universalitas, artinya bahwa hak asasi manusia bersifat
fundamentalis dan berlaku secara umum (universal). Hal ini melahirkan kewajiban
kepada setiap anggota PBB untuk menghormati, mengakui dan menjamin
penegakan hak asasi manusia.
Adanya prinsip negara demokrasi, yang artinya suatu negara disebut negara
demokrasi apabila hak-hak asasi manusia diakui, dihormati dan dilindungi oleh
negara. Negara memberikan jaminan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia.
Adanya prinsip negara hukum, yang artinya bahwa hukum harus dijalankan dan
ditegakkan oleh negara untuk menjamin keadilan dan tegaknya HAM.
Namun kenyataannya hukum belum menjadi panglima di negeri ini, kepentingan
dan kekuasaanlah yang diutamakan. Sehingga terjadilah penyimpanganpenyimpangan hukum yang pada akhirnya menghambat proses penegakan HAM.
Adanya prinsip keseimbangan, yang artinya bahwa hak dan kewajiban asasi setiap
warga negara sama. Oleh karena itu pencapaian dan penerapan keduanya haruslah
didasarkan pada prinsip keseimbangan. Akan tetapi kenyataan di masyarakat,
kecenderungan secara umum masyarakat lebih mengutamakan kepentingan hakhaknya dan mengabaikan kewajiban asasinya. Sehingga ini mengakibatkan
terjadinya konflik kepentingan yang akhirnya menghambat proses penegakan HAM.
5.

Instrumen HAM Nasional

Hak asasi manusia menggelora di Indonesia diawali ketika terjadi revolusi sosial
tahun 1997. Ditandai turunnya kepimpinan orde baru, mulailah babak baru yang
disebut dengan era reformasi. Dalam era reformasi ini menggema berbagai
tuntutan perlunya menegakkan hak asasi manusia.
Ketika Presiden BJ Habibie berkuasa, terbentuklah suatu undang-undang yang
mengatur tentang hak asasi manusia, yaitu UU No. 39 Tahun 1999. Walaupun jauh
sebelumnya telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
melalui Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1993, perlindungan, dan penegakan
terhadap hak asasi manusia terabaikan.
Beberapa instrumen yang dapat dijadikan tolok ukur pelaksanaan hak asasi
manusia di Indonesia adalah:
Bab XA Pasal 28A – 28J UUD 1945
Deklarasi universal hak asasi manusia tahun 1948
UU No. 39 Tahun 1999
Upaya Pemajuan, Penghormatan, dan Penegakan HAM
Sebagai warga negara, tanpa harus membedakan kedudukan atau status sosialnya,
mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama besarnya dalam proses
penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Partisipasi yang dapat diberikan oleh setiap warga negara dalam upaya penegakan
HAM antara lain:
a)
-

Penegakan HAM dalam kehidupan bermasyarakat
Mematuhi norma dan aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Bersama-sama dengan warga masyarakat ikut mencegah perbuatan yang
mengarah pada pelanggaran HAM.
Menghindari sikap dan perbuatan yang dapat merendahkan, melecehkan
dan menodai nilai-nilai kemanusiaan.
b)

Penegakan HAM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:

Mematuhi dan menaati berbagai peraturan hukum yang berlaku dalam
negara.
Menghindari sikap perbuatan yang dapat mengakibatkan terjadinya
pelanggaran HAM.
Bersama-sama aparat penegak hukum mencegah terjadinya perbuatan yang
mengarah pada pelanggaran HAM.

Melaporkan kejadian atau peristiwa pelanggaran HAM yang terjadi di
masyarakat kepada aparat atau pihak berwajib (Komnas HAM).
Bersedia menjadi saksi dalam proses peradilan dalam upaya penegakan
HAM.
Melakukan upaya dalam pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM dalam
lingkungan masyarakat
Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam upaya pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM di lingkungan masyarakat. Salah satunya adalah dengan
pemantapan budaya penghormatan hak asasi manusia melalui usaha sadar untuk
menyemaikan, menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan dan rasa kesadaran
ke seluruh anggota masyarakat, terutama aparat pemerintah, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, para pendidik dan aktivis Lembaga
Swadaya Masyarakat.
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai hak asasi manusia dapat
disemaikan dan ditumbuhkan serta ditingkatkan melalui diseminasi dan pendidikan
hak asasi manusia. Cara dan sarana penyampaian hendaknya memperhatikan
tingkat, sifat, tempat dan waktu yang ada dan dipandang tepat.
Penghormatan, pemajuan, pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia
memerlukan proses panjang, mengingat sifat hak asasi manusia sarat dengan nilai.
Pendidikan hak asasi manusia merupakan proses yang dapat berlangsung di mana
saja, kapan saja dan oleh siapa saja dalam rangka pembentukan pengetahuan sikap
dan tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap pemecahan
masalah-masalah hak asasi manusia yang berdimensi hak sipil, politik, ekonomi,
sosial, budaya, serta hak atas pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pemajuan, penghormatan dan
perlindungan HAM dalam lingkungan masyarakat antara lain:
Melakukan himbauan untuk menghentikan berbagai macam konflik yang sedang
terjadi antar-kelompok manusia, kelompok etnis, kelompok bangsa tidak terkecuali
antar-penganut agama, baik dalam agama yang sama maupun yang berbeda.
Menyadarkan berbagai lapisan masyarakat yang sedang dilanda perpecahan dan
konflik untuk mencari penyelesaian melalui dialog. Adapun dialog antar-pihak yang
terlibat konflik dapat terjadi apabila :
-

Ada kemauan yang tulus dari pihak yang berdialog.

Semua pihak peduli dan bertekad mencapai titik temu, saling menghormati,
menempatkan diri dipihak yang diajak berdialog.

Peserta dialog mempunyai tempat berpijak yang nyata dalam penghayatan
keberadaan-Nya.

Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi
dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undangundang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Hampir dapat dipastikan dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan pelanggaran hak asasi
manusia, baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain. Pelanggaran itu, bisa dilakukan oleh
pemerintah maupun masyarakat, baik secara perorangan ataupun kelompok.
Kasus pelanggaran HAM ini dapat dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :
a. Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat, meliputi :
Pembunuhan masal (genisida)
Pembunuhan sewenang-wenang atau di luar putusan pengadilan
Penyiksaan
Penghilangan orang secara paksa
Perbudakan atau diskriminasi yang dilakukan secara sistematis
b. Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi :
Pemukulan
Penganiayaan
Pencemaran nama baik
Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya
Menghilangkan nyawa orang lain
Setiap manusia selalu memiliki dua keinginan, yaitu keinginan berbuat baik, dan keinginan
berbuat jahat. Keinginan berbuat jahat itulah yang menimbulkan dampak pada pelanggaran hak
asasi manusia, seperti membunuh, merampas harta milik orang lain, menjarah dan lain-lain.
Pelanggaran hak asasi manusia dapat terjadi dalam interaksi antara aparat pemerintah dengan
masyarakat dan antar warga masyarakat. Namun, yang sering terjadi adalah antara aparat

pemerintah dengan masyarakat
Apabila dilihat dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia, ada beberapa peristiiwa besar
pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi dan mendapat perhatian yang tinggi dari pemerintah
dan masyarakat Indonesia, seperti :
a. Kasus Tanjung Priok (1984)
Kasus tanjung Priok terjadi tahun 1984 antara aparat dengan warga sekitar yang berawal dari
masalah SARA dan unsur politis. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pelanggaran HAM dimana
terdapat rarusan korban meninggal dunia akibat kekerasan dan penembakan.
b. Kasus terbunuhnya Marsinah, seorang pekerja wanita PT Catur Putera Surya Porong, Jatim
(1994)
Marsinah adalah salah satu korban pekerja dan aktivitas yang hak-hak pekerja di PT Catur Putera
Surya, Porong Jawa Timur. Dia meninggal secara mengenaskan dan diduga menjadi korban
pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan dan pembunuhan.
c. Kasus terbunuhnya wartawan Udin dari harian umum bernas (1996)
Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin) adalah seorang wartawan dari harian Bernas
yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan akhirnya ditemukan sudah tewas.
d. Peristiwa Aceh (1990)
Peristiwa yang terjadi di Aceh sejak tahun 1990 telah banyak memakan korban, baik dari pihak
aparat maupun penduduk sipil yang tidak berdosa. Peristiwa Aceh diduga dipicu oleh unsur
politik dimana terdapat pihak-pihak tertentu yang menginginkan Aceh merdeka.
e. Peristiwa penculikan para aktivis politik (1998)
Telah terjadi peristiwa penghilangan orang secara paksa (penculikan) terhadap para aktivis yang
menurut catatan Kontras ada 23 orang (1 orang meninggal, 9 orang dilepaskan, dan 13 orang
lainnya masih hilang).
f. Peristiwa Trisakti dan Semanggi (1998)
Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 (4 mahasiswa meninggal dan puluhan lainnya lukaluka). Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998 (17 orang warga sipil meninggal)
dan tragedi Semanggi II pada 24 September 1999 (1 orang mahasiswa meninggal dan 217 orang
luka-luka).
g. Peristiwa kekerasan di Timor Timur pasca jejak pendapat (1999)
Kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia menjelang dan pasca jejak pendapat 1999 di timor timur
secara resmi ditutup setelah penyerahan laporan komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP)

Indonesia – Timor Leste kepada dua kepala negara terkait.
h. Kasus Ambon (1999)
Peristiwa yang terjadi di Ambon ni berawal dari masalah sepele yang merambat kemasala
SARA, sehingga dinamakan perang saudara dimana telah terjadi penganiayaan dan pembunuhan
yang memakan banyak korban.
i. Kasus Poso (1998 – 2000)
Telah terjadi bentrokan di Poso yang memakan banyak korban yang diakhiri dengan bentuknya
Forum Komunikasi Umat Beragama (FKAUB) di kabupaten Dati II Poso.
j. Kasus Dayak dan Madura (2000)
Terjadi bentrokan antara suku dayak dan madura (pertikaian etnis) yang juga memakan banyak
korban dari kedua belah pihak.
k. Kasus TKI di Malaysia (2002)
Terjadi peristiwa penganiayaan terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesia dari persoalan
penganiayaan oleh majikan sampai gaji yang tidak dibayar.
m. Kasus-kasus lainnya

Selain kasusu-kasus besar diatas, terjadi juga pelanggaran Hak Asasi Manusia seperti
dilingkungan keluarga, dilingkungan sekolah atau pun dilingkungan masyarakat.
Contoh kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga antara lain:
Orang tua yang memaksakan keinginannya kepada anaknya (tentang masuk sekolah, memilih
pekerjaan, dipaksa untuk bekerja, memilih jodoh).
Orang tua menyiksa/menganiaya/membunuh anaknya sendiri.
Anak melawan/menganiaya/membunuh saudaranya atau orang tuanya sendiri.
Majikan dan atau anggota keluarga memperlakukan pembantunya sewenang-wenang dirumah.
Contoh kasus pelanggaran HAM di sekolah antara lain :
Guru membeda-bedakan siswanya di sekolah (berdasarkan kepintaran, kekayaan, atau
perilakunya).
Guru memberikan sanksi atau hukuman kepada siswanya secara fisik (dijewer, dicubit,

ditendang, disetrap di depan kelas atau dijemur di tengah lapangan).
Siswa mengejek/menghina siswa yang lain.
Siswa memalak atau menganiaya siswa yang lain.
Siswa melakukan tawuran pelajar dengan teman sekolahnya ataupun dengan siswa dari sekolah
yang lain.
Contoh kasus pelanggaran HAM di masyarakat antara lain :
Pertikaian antarkelompok/antargeng, atau antarsuku(konflik sosial).
Perbuatan main hakim sendiri terhadap seorang pencuri atau anggota masyarakat yang
tertangkap basah melakukan perbuatan asusila.
Merusak sarana/fasilitas umum karena kecewa atau tidak puas dengan kebijakan yang ada.

http://mellamela3.blog.com/bentuk-dan-sistem-ham-di-indonesia/
agustus 2014

Kasus-Kasus Pelanggaran HAM yang terjadi di
Indonesia
Ensiklopedi Asli Monday, September 14, 2015 Label: Pendidikan, PPKN
Kasus-Kasus Pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia (Lengkap)
- Banyak kasus pelanggaran hak asasi manusia yang disebabkan karena manusia
lebih mengedepankan hak daripada kewajiban asasinya. Pernahkah Kalian
mendengar atau membaca berita tentang kasus pelanggaran HAM? Tentu saja bila
kalian rajin mengikuti berita dari media elektronik atau media cetak, kasus-kasus
pelanggaran HAM sangat sering kita dengar.
Ada beberapa kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia, di
antaranya sebagai berikut.

1. Peristiwa Tanjung Priok

Image By : www.kaskus.co.id

Peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tanggal 12 September 1984 di Tanjung
Priok, Jakarta, Indonesia, yang mengakibatkan sebanyak 24 orang tewas, 36
orang luka berat dan 19 luka ringan. Peristiwa ini berlangsung dengan latar

belakang dorongan pemerintah Orde Baru waktu itu agar semua organisasi
masyarakat menggunakan azas tunggal yaitu Pancasila. Penyebab peristiwa ini
adalah tindakan perampasan brosur yang mengkritik pemerintah pada saat itu di
salah satu mesjid di kawasan Tanjung Priok dan penyerangan oleh massa terhadap
aparat.

2. Pelanggaran HAM di Daerah Operasi Militer (DOM),
Aceh

Image By : sekilasinfoaceh.blogspot.com

Peristiwa ini telah menimbulkan bentuk bentuk pelanggaran HAM terhadap
penduduk sipil yang berupa penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan yang
berulang-ulang dengan pola yang sama. Kasus-kasus dari berbagai bentuk tindakan
kekerasan yang dialami perempuan yang terjadi dari ratusan kekerasan seputar
diberlakukannya Daerah Operasi Militer selama ini tidak pernah terungkap.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan informasi ini tidak diketahui oleh
masyarakat luas dan dunia internasional seperti :



Korban pemerkosaan terutama di Aceh, sering dianggap aib dan memalukan.
Akibatnya korban atau keluarga selalu berusaha untuk me