Kapitalisme Politik dalam Pendidikan. pdf

Bab 1 Pendahuluan

A. Latar belakang Kapitalisme pada jaman sekarang seperti menjadi syarat wajib jika suatu negara

ingin bertarung di pentas peperangan ekonomi dunia, jika menggunakan istilah sempit kapitalisme adalah kekuasaan dipegang oleh kapital atau pemilik uang/kekuasaan bisa jadi investor atau elite pemerintahan karena sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Hampir seluruh dunia menggunakan politik ini walaupun atas nama sosialis atau komunisme bahkan demokrasi sekali pun masih menginginkan kepentingan pribadi atau kelompok mayoritas maupun minoritas.

Memandang segala hal hanya dari segi ekonomi, memiliki kepentingan pribadi diatas kepentingan bersama adalah hal yang sama dari kapitalisme. Sering terjadi di indoneia bahwa sebuah kebijakan akan memihak pada suatu kepentingan bagi sebuah kelompok atau elit, padahal Indonesia adalah negara demokrasi dan pancasila. Karena kapitalisme yang sekarang bukan lah sekedar politik semata namun hegemoni dan gaya hidup.

Pandangan orang yang berpikiran bahwa segala yang ada di luar negeri apa bila diterapkan di Indonesia akan berjalan sama atau selaras dengan masyarakat. Yang terjadi sebaliknya bahwa pemahaman pemahaman dari luar justru menggiring pemikiran masyarakat untuk tidak nasionalis dan berpikir eropasentrik.

Terlebih lagi pendidikan diperlakukan sebagai komoditi diperkuat sejak dokembangkannya di tandatanganinya kesepakatan GATT, di mana dunia secara global telah memihak pada ke kepentingan pasar. Hal itu dilakukan demi membuka peluang bagi Trans National Coreporation (TNC) untuk ekspansi. Salah satu usaha strategis nya adalah mempengaruhi kebijakan negara negara berkembang untuk me”licin”kan jalan bagi TNC untuk beroperasi. Mekanisme dan proses globalisasi yang diperjuangkan oleh aktor utama, Globalisasi yakni TNC, IMF, melalui kesepakatan yang dibuat oleh WTO,sesungguhnya Terlebih lagi pendidikan diperlakukan sebagai komoditi diperkuat sejak dokembangkannya di tandatanganinya kesepakatan GATT, di mana dunia secara global telah memihak pada ke kepentingan pasar. Hal itu dilakukan demi membuka peluang bagi Trans National Coreporation (TNC) untuk ekspansi. Salah satu usaha strategis nya adalah mempengaruhi kebijakan negara negara berkembang untuk me”licin”kan jalan bagi TNC untuk beroperasi. Mekanisme dan proses globalisasi yang diperjuangkan oleh aktor utama, Globalisasi yakni TNC, IMF, melalui kesepakatan yang dibuat oleh WTO,sesungguhnya

bebas”. Harga menjadi tanda apa yang harus diproduksi itulah alasan mengapa neoliberal

ekonomi ridak ingin pemerintah ikut campur, serahkan saja ppada mekanisme dan hukum pasar untuk bekerja. Keputusan individual atas interest probadi diharapkan mendapat bimbingan dari invisible hand sehingga masyarakat akan mendapatkan berkah dari ribuan keputusan individual tersebut.

Paham inilah yang sejak lama berusaha untuk membatasi peran pemerintah dan lebih memberi kesempatan pada perusahaan swasta untuk menjadi aktor dalam bidang ekonomi di bawah situasi persaingan bebas yang diciptakan oleh gagasan pasar bebas. Biarkan pasar menentukan harga. Akibat dari pendirian pasar bebas tersebut ada sehumlah akibat yang nantinya akan berpengaruh terhadao visi pendididkan dan akan memaksa komodifikasi pendidikan terjadi.

Hal yang berkaitan tentang kapitalis ini tidak hanya terjadi dalam sisi pemerintahan di Indonesia tetapi juga dalam pendidikan indonesia yang dalam UU sidiknas saja di tuliskan 18 karakter yang seharusnya dibentuk namun yang terjadi di realitanya tetap tidak ada perubahan, karakter yang harusnya dibangun di masa-masa sekolah justru tidak terinternalisasi di setiap pemahaman tanpeserta didik

Dalam hal lain pendidikan di Indonesia banyak yang masih berpikiran bahwa sekolah hanya untuk mencari pekerjaan, dengan kata- kata “sekolah adalah in vesstasi pendidikan” secara tidak langsung peran kapitalis masuk dalam sekolah atau pendidikan orientasi masyarakat yang seharusnya pendidikan itu untuk membuat lebih cerdas agar dapat menghadapi masalah atau sebagainya justru menjadi sekolah hanyalah untuk mencetak pekerja.

Bahwa pendidikan, setelah dikaji secara politik ekonomi, ternyata telah menjadi alat dari kepentingan yang mengingkari hakekat pendidikan, yakni sebagai strategi budaya kemanusiaan untuk memanusiakan manusia. Apa yang menjadi visi dari misi kemanusiaan dari pendidikan, yakni oendidikan sebagai suatu strategi kebudayaann manusia. Semua sistem dan struktur ekonomi kapitalistik telah membuat praktek pendidikan justru melanggengkan kelas sosial dan ketidak adilan sosial.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengaruh politik kapitalisme terhadap pendidikan

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui pengaruh politik kapitalisme terhadap pendidikan.

BAB II Pembahasan

A. Sejarah kapitalisme Kapitalisme yang dibuat oleh Lorens Bagus, berasal dari bahasa inggris, capitalisme atau kata latin caput yang berarti kepala. Kapitalisme itu sendiri adalah sistem perekonomian yang menekankan peranan kapital atau modal poin poin penting yang dapat diambil dalam mengartikan kapitalisme adalah:

1. Kapitalisme adalah ungkapan kapitalis klasik yang dikaitkan dengan apa yang dimaksud oleh Adam smith sebagai permainnan pasar yang memiliki aturan sendiri. Ia yakin bahwa dengan kompetisi, pekerjaan daru tangan yang tidak kelihatan akan menaikkan harga pada tingkat alamiah dan mendorong tenaga kerja atau modal mengalami pergeseran dari perusahaan yang kurang menguntungkan. Berarti kapitalisme merupakan usaha-usaha kompetitif manusia yang akan dengan sendirinya berubah menjadi kepentingan bersama atau kesejahteraan sosial.

2. Kapitalisme merupakan ungkapan prancis lais-sez-faire,laissez-passer, yang berarti semaunya, yang dilekatkan sebagai ungkapan penyifat. Ungkapan lasissez-faire menekankan sebuah pandangan bahwa dalam sistem ini kepentingan ekonomi dibiarkan berjalan sendiri agar perkembangan berlangsung tanpa pengendalian negara dan dengan regulasi seminim mungkin.

3. Bahwa ada keterkaitan antara bangkitny kapitalisme dengan protestanisme. Kapitalisme merupakan bentuk sekuler dari penekanan protestanisme pada individualisme dan keharusan mengusahakan keselamatan pribadi.

Perluasan demi perluasan dengan argumentasi produktivitas yang dilakukan selanjutnya menghadirkan fenomena dramatis dengan munculnya kolonialisasi atau imperialisme ke daerah-daerah lain yang tak memiliki keseimbangan Perluasan demi perluasan dengan argumentasi produktivitas yang dilakukan selanjutnya menghadirkan fenomena dramatis dengan munculnya kolonialisasi atau imperialisme ke daerah-daerah lain yang tak memiliki keseimbangan

Budiman melalui Nur Sayid S.S, menyebutkan bahwa kapitalisme seolah menjadi pesolek tanpa tanding dalam merebut pehatian para teoritasi sosial dunia. Salah satu hal yang membuat kapitalisme bertahan adalah kelunturan produk yang ditawarkan . produk-produk yang disediakan bersifat adaptif dengan zamannya. Cita-cita yang disodorkan tidak pernah dibiarkan begitu saja dan menjadi sebentuk keksombonga ideologis yang menejneuhkan, melainkan disesuaikan dengan berbagai desakan pluralisasi wacana kehidupan. Kapitalisme berhasil tetap bertahan karena ia mampu menghadirkan demokrasi ekonomi dan politik sebagai bentuk keinginan umat manusia yang paling mutakhir, tetapi sebatas citra, demokrarsi yang semu.produk kapitalisme yang menggairahkantersebut dipandang sebagai trap , bahwa saat ini kapitalisme sedang menyiapkan perangkat kebudayaan yang mengantarka umat manusia pada kondisi komoditi yang final dan melelahkan.

Dalam kapitalisme ditingkat yang lebih tinggi adalah pemfungsian institusi negara sebagai jaminan kontrol dari doktrin mekanisme pasar. Bahkan, para kapitalis dengan sengaja berani membiayai dan merekayasa negara. Tujuannya dalah untuk mengatasi kemungkinan terjadinya disintegrasi sistem sosial dalam struktur masyarakat yang diakibatkan oleh kontradiksi-kontradiksi dalam tubuh kapitalisme itu sendiri. Asumsi ini diperkuat oleh fakta pertumbuhan industri- industri kapitalisme hingga menciptakan korporasi-korporasi modern ternyata memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kekuasaan politik.

Keterkitan negara-kapitalis yang ditunjukan dengan bergesernya mekanisme kapitalisme bisa dipahami dari negara amerika. Yang terjadi di Amerika dewasa Keterkitan negara-kapitalis yang ditunjukan dengan bergesernya mekanisme kapitalisme bisa dipahami dari negara amerika. Yang terjadi di Amerika dewasa

1. Asas kebebasan Dengan maksud bebas bekonsumsi dan berinvestasi serta oembatasan investasi pemerintah sekaligus mengikhtiarkan model politik yang demokratis.

2. Asas keseimbangan Dengan maksud adanya difusi antara kekuatan politik dan ekonomi adanya bergaining power yang sama untuk produsen dan konsumen serta adanya kesempatan yang sama sekaligus upaya untuk mencipyakan pemerataan.

3. Asas keadilan Dengan pengertian sebuah upaya untuk menghindari praktik yang tidak adil seperti adanya upah buruh yang ridak memenuhi standar, hubungan tuan dan majikan yang eksploitatif dan sebagainya. Oleh karena itu, setiap praktik ekonomi harus dilandasi dengan sikap yang penuh dengan kejujuran dan keterbukaan.

4. Asas kesejahteraan Adanya pertimbangn efisiensi alokasi dan produksi. Parameter kesejahteraan bisa diketahui melalui pengawasan pemerintah terhadao stabilitas harga serta upaya untuk menciptakan kondisi ketenagakerjaan bisa diketahui melalui pengawasan pemerintah terhadap stabilitas harga sera upaya untuk menciptakan kondisi ketenafa kerhaan yang bersifat full employment . Kesehran dan keselamatan lingkkkkungan hidup juga dapat perhatian yang besar.

5. Asas pertimbihan berkesinambungan

Pertumbuhan pendapatan riil dan kemajuan teknologi. Ada beberapa pemerintah Amerika yang menjadi prioritas dalam menjamin kebesaran kapitalisme. Di antaranya adalah kebijaksanaan yang menjamin terciptanya kompetisi seperti terciptanya UU anti trust. Tujannya untuk mencegah persaingn yang tidak sehat di antara pihaj yang bersaing. Peraturan ini secara teknis bertujuan untuk menjamin kebebasan dan keamanan dalam beinvestasi, kemudian kebijaksaaan yang mengatur kemana arah kompetisi digerakkan.

Menurut Paul M Sweezy melalui nur sayyid S K dalam kapitalisme negara dan masyarakat, kapitalisme sebagai suatu sistem dunia bermula pada akhir abad ke

15 dan awal abad ke 16 ketika orang-orang eropa yang menguasai pengetahuan pelayaran jarak jauh, menghambur keluar dan mengarungi dunia untuk merampas dan berniaga. Sejak itu kapitalisme terdiri dari dua bagian yang berberda tajam: di satu pihak ada sejumkah kecil egara-negara dominanyamg memeras, dan di pihak lain, dengan jauh lebih besar negara-negara yang dikuasai dan di peras. Keduanya terjalin secara tak terpisahkan dan tidak ada kejadian dalam kedia negara itu yang dapat dimengerti jika dilihat dari sistem itu yang menjadii sebuah keharusan. Penting untuk menekankan bahwa hal itu benar, baik untuk kapitalisme modern, dalam arti sistem kapitalisme merkantilis dari masa sebelum revolusi industri.

Scholte menyatakan bahwa globalisasi berlangsung sejak 1960-an, hal ini telah membantu memperjangkauan dalam tiga komodifikasi dalam tiga wilayah. Pertama , konsumerisme yang terhubungkan dengan produk=produk global yang diperluas oleh kapitalisme industri. Kedua, pertumbuhan lembaga-lembaga yang beroprasi dalam lingkup global seperti global banking

dan global secutrities sehingga memperluas jamgkauan modal uang. Ketiga, globalisasi telah mendorong perluasan komodifikasi dalam wilayanh baru melibatkan informasi dan komunikasi sebagai akibatnya, item-item software komputer dan telepon paggil telah menjadi objek akumulasi.

Soedjatmoko melalui Nur Sayyid mengatakan bahwa perkembangan konstelasi politik-ekonomi internasional adalah efek globalisasi yang telah masuk ke segala sendi kehiduupan manusia di dunia internasional. Dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan telah timbuk berbagai masalah. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan tidak mampu mengatasi, jurangyang besar antara negara kaya dan miskin, masyarakat marginal, kelaparan, kemiskinan internasional, dan masalah perkembangan indigeneous technology di dunia ketiga.

Pokok-pokok penfirian neo-liberal meliputi, pertama, bebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah, misalnya juahkan pemerintah dari campur tangan di bidang perburuhan, investasim harga serta biarkan perusahaan itu mengatur diri sendiri untuk tumbuh dngan menyediakan kawasan pertumbuhan. Kedua, hentikan subsidi negara kepada rakyat karena bertentangan dengan prinsip pasar dan persaingan bebas. Negara harus melakukan swastanisasi semua perusahaan negaram karena perusahaan negara dibuat untuk melaksanakan subsidi negara pada rakyat. Ini juga menghambat persaingan bebas. Ketiga, hapuska ideologi kesejahteraan bersama dan pemilikan komunal seperti yang masih banyak dianut oleh masyarakat tradisional karena menghalangi pertumbuhan. Serahkan manajemen sumber daya alam kepada ahlinya bukan kepada masyarakat tradisiional yang tidak mampu mengelola sumber daya alam secara efisien dan efektif.

B. Hegemoni kultural, ideologi, dan politik Proses pembangunan dan industrialisasi yang terjadi di negara dunia ketiga bukan

berarti kehadiran barang, jasa, tekhnologi dan informasi belaka. Tetapi konsep pembangunan itu syarat dengan beban berat nilai-nilai dan budaya negara maju yang pada akhirnya menciptakan hegemoni kultural pada negara-negara dunia ketiga. Modernisasi adalah contoh terbaol bagaimana hegemoni berkangsung. Karena modernisasi pada dasarnya menciptakan ideologi baru dengan pengaruh kultural dan politik, melalui penciptaan diskursus sisremik dan terstruktur, serta berarti kehadiran barang, jasa, tekhnologi dan informasi belaka. Tetapi konsep pembangunan itu syarat dengan beban berat nilai-nilai dan budaya negara maju yang pada akhirnya menciptakan hegemoni kultural pada negara-negara dunia ketiga. Modernisasi adalah contoh terbaol bagaimana hegemoni berkangsung. Karena modernisasi pada dasarnya menciptakan ideologi baru dengan pengaruh kultural dan politik, melalui penciptaan diskursus sisremik dan terstruktur, serta

Menurut saiful arief melalui Nur sayyid santoso, Proses ini bekerja dengan baik di negara dunia ketiga ketika modernisasi dipahami sebagai perubahan perilaku tradisional secara kolektif kepada perilaku yang cenderung mengadopsi nilai dan budaya negara kapitalis maju atau negara barat. Dan ini berakibat terjadinya perombakan tatanan sistem sosio-budaya dan ekonomi masyarakat dunia ketiga, sistem ekonomi yang semula bersifat fatalistik dan substesnsial didekonstruksikan secara total oleh perangkat-perangkat kapitalisme dengan orientasi pemenuhan kebutuhan individu sebesar-besarnya. Budaya lokal dinegasikan dan diganti dengan nilai dan budaya barat. Karena itu pola, gaya hidup sera ringkah laku masyarakat dunia ketiga hampir sama dengan pola dan aya hidup masyarakat kapitalis yang profit oriented untuk mencapai high mass consumption yang menggunakan budaya konsumtif di dalam masyarakat yang berprestasi.

Globalisasi gaya hidup yang acap ditunjukkn sebagai determinasi imperialisme budaya atau imperialisme media ini, boleh dikatakan sebagai hedonisasi masyarakat dunia ketiga, terutama untuk elite kelas menengahnya. Dennnis goulet mengibaratkan industrialisasi dan tekhnologi logisasi yang terjadi di negara dunia ketiga bagaikan sebilah pedang bermata dua, yakni sebagai pembawa dan penghancur nilai-nilai. Sebagai pembawa nilai-nilai yang borjuis kapitalis barat yang rasionalistik, individualistik, positivistik tetapi juga sekaligus penghancur nilai budaya lokal yang religius-asketis, fatalis serta memgang teguh prinsip- prinsip collective colligia. Negara dunia ketiga terjebak pada upaya mengejar ketinggalan dan bisa sejajar dengan negara maju melalui pertumbuhan ekonomi , yang berdampak pada pemusatan yang berlebih pada pembangunan ekonomi. Konsentrasi berlebih ini, cenderung melupakan aspek pembangunan nilai-nilai dan budaya lokal dan lebih menikmati kehadiran budaya asing yang erinfiltrasi lewat teknologi informasi.

Proses hegemoni kiltural di negara di negara dunia ketiga itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui berbagai macam strategi yang bisa menopang berkembangnya ideologi kapitalis, yaitu melliputi jenis pendidikan yang diberikan di sekolah, media massa, cetak, radio, dan TV juga semua jenis lembaga, gereja, dan lembaga keagamaan lainnya. Dengan berbagai strategi yang ditanamkan itu, akhir na gagasan dan ideologi kelas berkuasa diambil oleh rakyat yang dikuasai dan mereka menerima gagasan tersebut.

Para ahli ilmu-ilmu sosial memainkan peran yang besar dalam mengglobalkan ideologi pembangunan dengan mmemngajukan gagasan kepada pemerintah Amerika serikat untuk menggunakan berbagai cara dalam rangka mendesiminasikan ideologi ideologi development dan modernisisasi dengan target khusus negara dunia ketiga. Sarana pertama dengan menggunakan pangaruh amerika terhadap kebijakan dan perencanaan ekonomi negara yang dibantu nya. Para ahli ilmu sosial amerika sangat memahami bahwa USAID sangat efektif mempengaruhi kebijakan dan perencanaan ekonomi. Sarana kedua, adalah mendididk pemimpin dunia ketiga, baik dalam bentuk latihan maupun perjalanan observasi ke amerika serikat. Strategi ini konon di usulkan berdasar pengalaman pemimpin mahasiswa dalam menghancurkan pemerintahan nasionalis di Indonesia tahun 1996. Sarana ketiga yaitu dengan menggunakan agama. Banyak studi agama diarahkan pada peran penyebarluasan diskursus dan penafsiran yang mendukung developmentalisme, sehingga perlunya sekularisasi menjadi bahasa resmu pemimpin agama dunia ketiga. Hal inilah yang pada akhirnya menggusur ajaran agama yang bercorak egalitarian, anti eksploitasi, teologi pembebasan serta agama keadilan sosial lalinnya. Sedangkan sarana yang terakhir, adalah dengan menggunakan fungsi training dan riset dari tenaga universitas amerika serikat yang bekerja di luar negeri.

C. Hegemoni pengetahuan Semua orang beranggapan bahwa pengetahuan adalah bidang yang netral,objektif

dan tak berdosa. Kesadaran orang tumbuh ketika Foucault,, melalui diskursus dan tak berdosa. Kesadaran orang tumbuh ketika Foucault,, melalui diskursus

Pengetahuan pengembangunan dan modernisasi bukan sekedar hasrat untuk mengendalikan dan menguasai. Jadi antara pengetahuan dijadikan sebagai sarana dan kekuasaan tidak dapat dipisahkan. Pengetahuan dijadikan sebagai sarana dan alat untuk melanggengkan ideologi dan kultut dominan melalui proses hegemoni dalam Mansyour Fakih melalui Nur Sayyid. Disini peran lembaga-lembaga ilmu pengetahuan berjasa melanggengkan proses kelas. Misalnya ketika Taylor menciptakan ilmu manajemen, ternyata atas pesanan kaum indutrialis. Tujun ilmu manajemen Taylor adalah untuk memotivasi buruh (baca: menjinakkan) demi keuntungan perusahaan melalui peningkatan produktivitas kerja. Bukankah hakekat ilmu kepemimpinan dan motivasi dalam manajemen yang dikembangkan Mcgrgor adalah buruh yang menjual tenaganya itu “merasa memiliki perusahaan” yang dalam kenyataannya bukan milik mereka.

Hasrat itulah yang menganut Foucault memberi pengaruh terhadap kekuasaan antara birokrat dan intelektual universitas modern, ilmiah dan positivistik dan masyarakat adat atau masyarakat awam, yang tradisionnal suku terasing, perambah hutan, tidak ilmiah, takhayul, tidak mampu mengelola SDA dan belum berbudaya sehingga perlu dibudayakan atau diperdayakan. Pengetahuan pembangunan yang dikirimkan kepada negara dunia ketiga pada dasarnya bukanlah pengetahuan netral. Bahkan sejak diskursus pembangunan mendominasi dunia ketiga, diskursus menjadi satu-satunya bentuk pengetahuan, ekonomi, politik, dan kultur yang sah. Oleh karena itu, sikursus pembangunan mengharamkan bentuk-bentuk cara mengetahui yang non-positivistik lainnya, Hasrat itulah yang menganut Foucault memberi pengaruh terhadap kekuasaan antara birokrat dan intelektual universitas modern, ilmiah dan positivistik dan masyarakat adat atau masyarakat awam, yang tradisionnal suku terasing, perambah hutan, tidak ilmiah, takhayul, tidak mampu mengelola SDA dan belum berbudaya sehingga perlu dibudayakan atau diperdayakan. Pengetahuan pembangunan yang dikirimkan kepada negara dunia ketiga pada dasarnya bukanlah pengetahuan netral. Bahkan sejak diskursus pembangunan mendominasi dunia ketiga, diskursus menjadi satu-satunya bentuk pengetahuan, ekonomi, politik, dan kultur yang sah. Oleh karena itu, sikursus pembangunan mengharamkan bentuk-bentuk cara mengetahui yang non-positivistik lainnya,

D. Tatanan ekonomi politik internasional Dinamka ekonomi politik internasional sejak dulu hingga saat ini menunjukkan

bahwa ekonomi politik internasional merupakan interaksi dari berbagai aspek, dan bukan suatu sistem yang berjalan dengan sendirinya. Mekanisme pasar, kepemimpinan, pemerintah, maupun hegemoni bertujuan untuk menjaga stabilitas dunia. Ditambah dengan semakin berkembangnya globalisaasi, menuntut semua aspek dalam tatanan ekonomi politik internasional untuk meningkatkan kualitas interaksinya. Menurut Gilpin melalui Nur Sayyid setidak nya ada tiga teori yang menerangkan tatanan ekonomi politik internasional. Ketiga teori tersebut adalah teori dualisme ekonomi, modern world system, dan hegemonic stability.

Teori dualisme ekonomi berasumsi bahwa pembangunan ekonomi yang terjadi saat ini merupakan perubahan sektor-sektor yang pada awalnya bersifat tradisional menjadi modern. Sektor tradisional di sini maksudnya adalah belum banyak nya modernisasi dan efisieensi sera self-sufficiency, sedangkan sektor modern berarti banyak modernisasi dan efisiensi. Secara tradisional, kegiatan produksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, tetapi dalam perkembangannya kini proses produksinya dibuat lebih efisien bahkan mengintegrasikan keseluruhan aktivitas perekonomian negara-negara. Dengan demikian, institusi-institusi da pasar terintegrasi secara global meningkatkan persaingan yang memicu para produsen untuk terus berkembang dan berinovasi. Teori ini bersifat liberalis karena menganggap manusia akan selalu berusaha menjadi baik.

Teori kedua adalah teori modern world system. Teori sistem dunia modern didefinisikan sebagai sebuah unit dengan devisi buruh tunggal dan sistem budaya yang jamak. Teri ini menganut ideologi marxisme karena masih memercayai adanya class struggle yakini adanya dominasi suatu kelas terhadap kelas yang lain. Wallerstein yang menganut marxisme membagi dunia menjadi tiga kelas yaitu core,periphery, dan semi periphery. dalam sistem dunia modern, core atau Teori kedua adalah teori modern world system. Teori sistem dunia modern didefinisikan sebagai sebuah unit dengan devisi buruh tunggal dan sistem budaya yang jamak. Teri ini menganut ideologi marxisme karena masih memercayai adanya class struggle yakini adanya dominasi suatu kelas terhadap kelas yang lain. Wallerstein yang menganut marxisme membagi dunia menjadi tiga kelas yaitu core,periphery, dan semi periphery. dalam sistem dunia modern, core atau

Teori ketiga adalah hegemonic stability. Menjelaskan tentang tatanan dunia ekonomi yang liberal dan terbuka, yang didalamnya terdapat keterlibatan kekuatan negara-nefara hegemoni. Menyadari sulitya kerja sama tanpa ada komando yang jelas dari satu negara untuk mengarahkan negara-negara yang tergabung dalam aktivitas ekonomi internasional, maka eksistensi kekuasaan dominan diperlukan. Hegemoni tidak hanya akan menjadi pemimpin perekonomian internasional, tatapi juga bertindak sebagai stabilisator yang mengawasi kelancaran perekonomian dunia, membatasi konflik antarnegara, mendorong kerja sama dalam keseimbangan dan mencegah terjadinya kecurangan. Contohnya adalah Amerika serikat yang berhasil memulihkan perekonomian internasional setelah perang dunia kedua. Tanpa adanya amerika yang muncul sebagai hegemon, kemingkinan perekonomian dunia akan terus mengalami kekacauan.

E. Masuknya kapitalisme ke indonseia Dalam wahid hasyim, Setelah pemerintah soekarno berhasil ditumbangkan atas

bantuankekuatan kapitalisme-modernisme, maka dengan mudah kepentingan- kepentingan negara kapitalis dijalankan di Indonesia. Sejak saat pemerintahan dibawahi oleh orba komando amerika sangat terasa dalam beberapa strategi sosial, politik dan ekonomi yang dibangun oleh negara-negara kapitalis mulai diterapkan dibawah payung ideologi developmentalisme. Ideologi ini mulai diterapkan oleh pemerintah orba pada tahun 1968. Hal ini tercermin dalam undang-undang no 2 tahun 1968 mengenai penanaman asing di Indonesia. Sejak saat itu developmentalisme menguasai kereta kekuasaan di Indonesia. Untuk bantuankekuatan kapitalisme-modernisme, maka dengan mudah kepentingan- kepentingan negara kapitalis dijalankan di Indonesia. Sejak saat pemerintahan dibawahi oleh orba komando amerika sangat terasa dalam beberapa strategi sosial, politik dan ekonomi yang dibangun oleh negara-negara kapitalis mulai diterapkan dibawah payung ideologi developmentalisme. Ideologi ini mulai diterapkan oleh pemerintah orba pada tahun 1968. Hal ini tercermin dalam undang-undang no 2 tahun 1968 mengenai penanaman asing di Indonesia. Sejak saat itu developmentalisme menguasai kereta kekuasaan di Indonesia. Untuk

F. Kapitalisme Pendidikan Pasar adalah sesuatu yang anonim dan ideologis.dibalik pasar nbukan

sekedar para pelaki pasar, penawar, permintaan, tetapi siapa yang kuat mengkontrol sarana-sarana ekonomi dan alokasinya. Dalam situasi ekonomi yang timpang dalam hal pengontrol sarana ekonomi dan alokari, maka yang menentukan akhirnya pengkontrol dan mengelola paling kuat. Pada jaman globalisasi ekonomi, mereka adalah kaum pengontrol modal dan manajer profesional yang disewanya. Dengan istilah pengontrol artinya untuk mampu mempergunakannya tidak harus memilikinya. Sebagai contoh adalah para penguasa negara yang korup dan pengusaha yang kroni . dengan kekuasaan politik mereka mengontrol penggunaan uang negara, uang rakyat untuk kepentingannya sendiri, bahkan untuk tetap mengontrol rakyar secara politik.bahi prlaku kapitalis liberal, seperti pengusaha linitas negara, maupun kapitalis feeodalis, pengusaha- pengusaha, gerak ekonomi diarahkan ke pelebaran dan oenguasaan pasar untuk akumulasi kapital lebihi banyak lagi. Arah pendidikan dibuat sedenujuab rupa sehingga [endidikan menjadi pabrik tenaga kerja yanf cocok intil tujuan ekonomi kapitalis tersebut. Kurikulum juga diisi dengan pengetahuan dan keahlian untuk industrialisasi, baik manufaktur maupun agroindustri. Pertahanan ekonomi lama dari sebagian besar ralyat, seperti pertanian, perkebinan rakyat, dijadikan tumbal, untuk memberikkan pelayanan berupa tenaga kerja murah eks sektor primer, tanah dan makanan untuk buruh sektor industri. Mengapa industrualisasi? Sebab pasar selalu mencati nilai tukar produk yang tertinggi. Nilai produk yang teknolohi dan pengetahuan lebih unggl. Itu adalah produk hasil karya negara-negara bermodadl besear. Itu yang menjajah pasar negara berkembang maupun menjajah sistem nilai tukar barang. Akhirnya juga menjajah secara nilai tukar uang yang terkait dengan sistem IMF dengan SDR nya dan world bank dengan kredit pembangunannya , sekedar para pelaki pasar, penawar, permintaan, tetapi siapa yang kuat mengkontrol sarana-sarana ekonomi dan alokasinya. Dalam situasi ekonomi yang timpang dalam hal pengontrol sarana ekonomi dan alokari, maka yang menentukan akhirnya pengkontrol dan mengelola paling kuat. Pada jaman globalisasi ekonomi, mereka adalah kaum pengontrol modal dan manajer profesional yang disewanya. Dengan istilah pengontrol artinya untuk mampu mempergunakannya tidak harus memilikinya. Sebagai contoh adalah para penguasa negara yang korup dan pengusaha yang kroni . dengan kekuasaan politik mereka mengontrol penggunaan uang negara, uang rakyat untuk kepentingannya sendiri, bahkan untuk tetap mengontrol rakyar secara politik.bahi prlaku kapitalis liberal, seperti pengusaha linitas negara, maupun kapitalis feeodalis, pengusaha- pengusaha, gerak ekonomi diarahkan ke pelebaran dan oenguasaan pasar untuk akumulasi kapital lebihi banyak lagi. Arah pendidikan dibuat sedenujuab rupa sehingga [endidikan menjadi pabrik tenaga kerja yanf cocok intil tujuan ekonomi kapitalis tersebut. Kurikulum juga diisi dengan pengetahuan dan keahlian untuk industrialisasi, baik manufaktur maupun agroindustri. Pertahanan ekonomi lama dari sebagian besar ralyat, seperti pertanian, perkebinan rakyat, dijadikan tumbal, untuk memberikkan pelayanan berupa tenaga kerja murah eks sektor primer, tanah dan makanan untuk buruh sektor industri. Mengapa industrualisasi? Sebab pasar selalu mencati nilai tukar produk yang tertinggi. Nilai produk yang teknolohi dan pengetahuan lebih unggl. Itu adalah produk hasil karya negara-negara bermodadl besear. Itu yang menjajah pasar negara berkembang maupun menjajah sistem nilai tukar barang. Akhirnya juga menjajah secara nilai tukar uang yang terkait dengan sistem IMF dengan SDR nya dan world bank dengan kredit pembangunannya ,

Pelaku yang mengarahkan kepada pendidikan adalah negara. Itulah yang terjadi di negara-negara otoriter termasuk nnegara diktaktor proletariat pada sistem komunisme penguasaan partai. Pemerintah atau partai berkuasa tahu yang terbaik bahi rakyatnya. Yang terjadi adalah teror dan penyeragaman dimana- mana. Ideologi yang melestarikan status quo di indoktrinasikan, dipompakan, melalui antara lain upacara bendera sampai kuis tebak cermat. Suasana itu pula yang dirasakan selama ordr baru. Nilai pelajaran dapat dipesan, seragam bukan hanya dadlam hal pakaian, tetapi kurikulum, pengkatrolan nilai, bahkan muatan lokal yang seragam untuk seluruh Nusantara yang beranekaragam. Pendekatan dari atas kebawah menjadi panutan dimana-mana. Gaji guru dipatok rendah agar posisi tawar-menawar hidupnya lemah, sehingga pilihan hidup ditukar sengan pilihan sebuah partai pemerintah . sikap kritis dipasung, hasil penelitian direkayasa, laporan kertas bertumpuk-tumpuk , semuanya tidak lain untuk membuat langgeng birolrasi yng btosros. Acuan moral cima satu yaitu pedoman penghayatan dan pengamalan panasila, tafsiran tunggal pancasila dasar negara. Akhirnya, pendidikan menjadi pembodohan dan pembohongan generasi. Dan semua diajarkan untuk otoriter, serba menurut petunjuk, mendungukan diri atau didungukan, jauh dari demokratis dan cinta damai, karena kekuasaan bukan hukum adil dan hormat pada manusia lain, akhirnya mana kala kehendak rudak terpenuhhi seperti anak-anaik kecil yang manja atau yang tertekan, mudah mekedak, beramuk dan suka mempergunakan kekerasan. Di era globalisasi, di mana komunikasi menyatukan dunia menjadu satu desa raksasa. Dimana kemenangan di tentukan oleh kepintaran orak dan pengelolaanharta, semua Pelaku yang mengarahkan kepada pendidikan adalah negara. Itulah yang terjadi di negara-negara otoriter termasuk nnegara diktaktor proletariat pada sistem komunisme penguasaan partai. Pemerintah atau partai berkuasa tahu yang terbaik bahi rakyatnya. Yang terjadi adalah teror dan penyeragaman dimana- mana. Ideologi yang melestarikan status quo di indoktrinasikan, dipompakan, melalui antara lain upacara bendera sampai kuis tebak cermat. Suasana itu pula yang dirasakan selama ordr baru. Nilai pelajaran dapat dipesan, seragam bukan hanya dadlam hal pakaian, tetapi kurikulum, pengkatrolan nilai, bahkan muatan lokal yang seragam untuk seluruh Nusantara yang beranekaragam. Pendekatan dari atas kebawah menjadi panutan dimana-mana. Gaji guru dipatok rendah agar posisi tawar-menawar hidupnya lemah, sehingga pilihan hidup ditukar sengan pilihan sebuah partai pemerintah . sikap kritis dipasung, hasil penelitian direkayasa, laporan kertas bertumpuk-tumpuk , semuanya tidak lain untuk membuat langgeng birolrasi yng btosros. Acuan moral cima satu yaitu pedoman penghayatan dan pengamalan panasila, tafsiran tunggal pancasila dasar negara. Akhirnya, pendidikan menjadi pembodohan dan pembohongan generasi. Dan semua diajarkan untuk otoriter, serba menurut petunjuk, mendungukan diri atau didungukan, jauh dari demokratis dan cinta damai, karena kekuasaan bukan hukum adil dan hormat pada manusia lain, akhirnya mana kala kehendak rudak terpenuhhi seperti anak-anaik kecil yang manja atau yang tertekan, mudah mekedak, beramuk dan suka mempergunakan kekerasan. Di era globalisasi, di mana komunikasi menyatukan dunia menjadu satu desa raksasa. Dimana kemenangan di tentukan oleh kepintaran orak dan pengelolaanharta, semua

Pelaku yang mengarahkan pendidikan adalah rakyat yang mencari hati diri kemanusiaanya dan menuntut keadilan sosial yakni hak mendapat pendidikan yang sama. Dalam hal ini, negara dapat bercampur tangan, tetapi tidak lebih dari sekedar menjadi fasilitator. Keafasillitatoran negara ini perlu ditekankan, sebab kecenderungannya adalah yang mengontrol uang , mengontrol pula manusianya. Palagi kini negara mulai hendakmelepas pendidikan swasta, yanf negero diberi kesempatan untuk otonom, artinya untuk berswasta. Yang swasta dibiarkan mencari tekanan kerja perusahaan-perusahaan. Negara sebagai fasilitator artinya juga sebagai penjaga nilai- nilai kemanisaan, sebagai moderator keadilan sosial, namum tetap membiarkan peserta didik berkreasi menurut kebutuhan anak didik dan konteks regionalnya . perebutan jelajah antaradi satu pihal pendidikan yang dikehendali oleh rakyat dan di lain pihak pendidikan yang dimaui oleh perusahaan swasta, dimana negara lebih condong ke yang terakhir adalah eilayah dari kajian ekonomi dan pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan sebgai alat, perebutan tersebut dapat dirumuskan sebgai pendidikan itu diusajakan untuk membuat orang menang berkompetisi yang dilawankan dengan pendidikan untuk menyiapkan orang sehingga mampu mandiri. Masyarakat dihadapkan pada pilihan antara pendidika kompetisi ekonomi yang mencari kemenangan diri fan pendidikan keadilan sosial yang menhamin kemandirian.

Pembangunan di Dunia Ktiga sejak pertengahan 1970-an yang umumnya memuat satu tema dominan: yaitu meningkatnya kekuatan negara berhadapan dengan masyarakt. Dalam tradisi ini, masalah-masalah pembangunan dipahami dari perspektif hubungan neegara-masyarakat, yang dianggap bisa mengarahkan analis politik pada inti persoalan, yang dianggap bisa mengarahkan analisis politik pada inti persoalan, yaitu dinamika politik dari proses pembangunan. Sedangka, episentrum dari dinamika itu adalah negara. Literatur itu menilak pandangan Eastonian, yang menganggap negara sebagai blackbox yang sekedar menerima input yang datang dari lingkungannta (masyarakat) dan Pembangunan di Dunia Ktiga sejak pertengahan 1970-an yang umumnya memuat satu tema dominan: yaitu meningkatnya kekuatan negara berhadapan dengan masyarakt. Dalam tradisi ini, masalah-masalah pembangunan dipahami dari perspektif hubungan neegara-masyarakat, yang dianggap bisa mengarahkan analis politik pada inti persoalan, yang dianggap bisa mengarahkan analisis politik pada inti persoalan, yaitu dinamika politik dari proses pembangunan. Sedangka, episentrum dari dinamika itu adalah negara. Literatur itu menilak pandangan Eastonian, yang menganggap negara sebagai blackbox yang sekedar menerima input yang datang dari lingkungannta (masyarakat) dan

Ada tiga alasan yang diajukan oleh Amartya Sen melalui Nur sayyid perihal mengapa demokrasi sangat dibutuhkan:

1. Demokrasi

individu karena memberikannya lebih banyak kebebasan dan menjmin bahwa kebebasan yng diberikan kepadanya dapat dinikmati tanpa terlalu terhalang. Jaminan inidiberika oleh hak-hak politik dan hak-hak sipil seorang individu.

dapat memperkaya

seorang

2. Demookrasi dapat menolong sebuah rezim yang memerintah, karena memberikan insentif politik kepada pemerintah yang sanggup memberikan respins yang cepat kepada keluhan, tuntutan atau kebutuhan rakyatnya.

3. Demokrasi juga mendoronglahirnya proses yang lebih terbuka dalam masyarakat untuk mengafakan berbagai dialog, dikusi, pertukaran pikiran, perdebatan, kompetisi dan bentuk-bentuk lainya.

Menurut Paulo freire membaca sebagaimana juga usaha lain untuk melakukan studi bukan hanya sekedar tindakan rekreatif namun usaha serius dimana seseorang mencari kejelasan atas apa uang msig terasa pekat. Membaca adalah menulis ulang, bukannya menghafal, apayang sedang dibacanya. Kita perlu menyingkirkan anggaapan bahwa membaca adalah mengkonsumsi apa yang kita baca.

G. Pendidikan dalam anatomi ekonomi politik Setelah arah pendidikan atau visi dan misi dicanangkan, untuk memulai

suatu usaha mencapai tujuan pendidikan dibutuhkan pendekatan dan cara kerja , yakni metode. Setelah pendekatan dipancangkan orang memerlukan alat kerja, yakni kurikulum, laboratorium, alat peraga dan ilmu pengetahuan. Untuk menggerakan alat kerja dibutuhkan guru. Guru hanya mungkin melaksanakan kerjanya kalau ada murid. Murid dan guru mungkin bertemu kalau ada lembaga pendidikan kendatipun itu hanya berupa kelas pribadi agar semuanya berlangsung terus menerus fibutuhkan biaya. Biaya ini berarti penanaman modal pokok atau investasi dan modal berjalan. Modal terkumpul karena diusahakan oleh masyarakat. Masyarakat yang terlibat dalam pendidikan adalah pemerintah dan orangtua. Pada gilirannya setelah bekerja mahasiswa dan murid akan memetik perolehan finansial dan non finansial(prestige). Sebagian perolehan finansial akan kembali ke lembaga pendidikan melalui sumbangan atau iuran pendidikan dari orang tua bagi anak-anak mereka. Masyarakat mengumpulkan modal dalam sistem dan kondisi sosial ekonomi tertentu. Sistem dan kondisi sosial ekonomi tertentu ditentukan dan tercipta karena pilihan masyarakat luas, negara dan swasta, nasional dan transnasional. Dari ini jrlas sudah keterkaitan antara pendidikan dengan ekonomi. Pendidikan dengan visi misi, pendekatan dan metode, olmu pengetahuandan teknologinya, guru dan murid nya, lembaga dan investasi serta biaya operasionalnya, dan sistem ekonomi politik yamg menjadi kerangka arah dan dan motor penggeraknya, sedang wkonomi degan sistem dan kebijakannya,budget dan peluang usaha serta kerjanya, sengan preoduksi, distribusi dan kosumsinya, inovasi dan perangkat hukum pengaturnya, ekonomi dapat menjadi alasan pendidikan, penyedia sarana maupun tujuan pendidikan.

Pendidikan dikepung oleh ekonomi, namun juga ikut menggerakkan ekonomi. Dengan mempergunakan unsur-unsur anatomi ekonomi dari pendidikan, dengan menganalisis pendidikan dari pisau indikator-indikator ekonomi, kita hendak menilai pendidikan kita. Pertanyaan dasarnya apakah pendidikan Indoneisa secara oprasional ekonominya mengarah penyiapan orang untuk Pendidikan dikepung oleh ekonomi, namun juga ikut menggerakkan ekonomi. Dengan mempergunakan unsur-unsur anatomi ekonomi dari pendidikan, dengan menganalisis pendidikan dari pisau indikator-indikator ekonomi, kita hendak menilai pendidikan kita. Pertanyaan dasarnya apakah pendidikan Indoneisa secara oprasional ekonominya mengarah penyiapan orang untuk

H. Kesalahan Paradigma dan Pendekatan dari hasil buku dari Francis Wahono persoalan pokok pendidikan yang pertama adalah menyangkut kesalahan paradigma dan pendekatan. Kesalahan ini sudah bermula dan merupakan warisan pemerintah kolonoal Belanda. Oleh Pemerintah orde baru sampai kini masih dilanjutkan tanpa sadar, warisan kolonial belanda itu disangkutkan dengan kapitalisme liberal dan fasisme kolonial jepangmenjadi sistem kependidikan yang liberalis feodalis. Sistem kependidikan yang liberalis feodalis itu memakai payung paradigma global yakni paradigma kompetisi. Sekilas paradigma kompetisi adalah wajar-wajar saja, tetapi dalam khazanah orde baru adalah kamuflase dari mempertahankan status quo ekonomi sosial yang timpang. Sebagai conto, pembedaan alokasi subsidi yang bias pada sekolah-sekolah negeri top dan di ibu kota yang mengnktirikan sekolah sekolah negeri bawahan dan jauh dari pusat, di ibu kota kevamatan atau kabuppatenn pelosok tanah air. Contoh kedua adalah pembedaan perlakuan antara sekolah-sekolh yang dikelola oleh negara dan sekolah sekolah swasta. Yang dikelola oleh negara adalah anak emas, yang fikelola oleh swsta adalah anak tiri. Pembedaan inni adalah pembedaan sistematis, artinya untuk maksuf tujuan politik ekonomi tertentu. Di jaman kolonial untuk politik ekonomu kontrol oleh negra induk dan pengusaha Belanda. Di jaman rezim orde baru untuk politik ekonomi kontrol oleh pemerintah yang militeristik. Kesalahan paradigma demikian seharusnya sudah dirubah, namun elite politik Indoesia masih sibuk ntuk bagi-bagi jatah pangkat dan kalau bisa pesangon negara atau pelaku bisnis advonturis, entah sumber uang nya dari sembarang mana: dari pajak rakyat atau daru santunak hutanf daru IMF dan akhirnya juga jadi beban generasi mendatang. Paradigma harus nya diganti menjadi keadilan sosial.

Paradigma pendidikan keadilan sosial itu adalah paradigma yang direkomendasikan oleh pembukaan UUD 1945 dan pasal 27. Yang pertama menhadikan “ikut mencerdaskan kehidupan bangsa” alasan atau rasion d’etre berdirinya NKRI. Yang kedua menjamin “hak memperoleh pendidikan untuk semua ”. P-4 atau istilahnya pendidikan pancasila itu telah diindoktrinisasikan ke mana-mana bertahun-tahun tetapi para pengelola dan pentelenggara pendidikan nasional seolah ternina bobokkan mengikuti saja pikiran-pikiran pragmatis pemerintah kala itu. Bahkan hingga kini, ketika jaman reformasi semestinya sudah mulai menuju kearah yang lebih baik. Jangan-jangan ini menegaskan kalau kita memang msih bangsa yang kerdil dengan ahli-ahlidan penyelenggara pendidikn yang kerdil pula.

Paradigma pendidikan keadilan sosial menuntut dijadikannya dasar membangun sistem persekolahanmaupun pendidikan masyarakat luas usaha-usaha secara preferensial untuk mensubsidi eserta didik yang tertinggal secara sosial ekonomi. Subsidi tidak hanya berupa materi termasuk uang, tetapi berupa juga pendampingan ekstra. Maksudnya,agar beban ekonomi sosial tidak menjadi kendala untuk mengembangkan kepandaian otak dan keluhuran watak. Lebih jauh dari itu adalah pengakuan akan fakta bahwa fondasi pendidikan, baik dari pihak guru maupun murid, adalah desa. Murid di dkota terutama kota lecamatan sebagian besar dari desa. Dan dari desa itu artinya bukan dari keluarga kaya lahan di desa. Mereka sekarang menjadu dasar bangunan sistem persekolahan di Indonesia, karena subsidi yang dilakukan oleh keluarga desa dan kebanyakan pada masa sebelum ada program sekolah Inpres, juga dilakukan oleh sekolah- sekolah swasta yang kini masih eksis dirundung dua kesulitan: langka murid dan susah dana. Paradigma keadilan sosial meminta eksistensi seperti itu dikukuhkan secara konkret dalam alokasi dana budget dan sumbangan tenaga pemerintah yang lebih nyata. Kecenderungan sekarang justru dengan menghentikan subsidi pada sekolah swasta. Padahal sekolah swasta lah yang menjadi perintis dan penerobos daerah desa sekaligus pengabdi kemanusiaan dan pensubsidi bangsa.

Maka dari itu untuk menyadarkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih membawa kepentingan-kepentingan pribadi maupun kelompok yang memegang suatu kekuasaan dibutuhkan lah pendidikan kritis yang didalam nya mengedepankan keadilan sosial yang membantu kaum-kaum tertindas karena dalam paradigma pendidikan kritis sekolah diyakini memainkan peranan yang berlebihan dalam membentuk kehidupan politik dan kultural. Sekolah adalah media untuk menyiapkan dan melegitimasi bentuk-bentuk tertentu kehidupan sosial. Pendidikan dimaknai lebih dari sekedar persoalan penguasaan teknik- teknik dasar yang diperlukan dalam masyarakat industri, tetapi juga diorientasikan untuk lebih menaruh perhatian pada isu-isu fundamental dan esensial, seperti meningkatkan harkat kemanusiaan, menyiapkan manusia untuk hidup di dan bersama

dunia, dan mengubah sistem sosial dengan berpihak pada kaum marjinal.

Titik berangkat pendidikan kritis adalah pada kecintaan dan penghargaan yang tinggi terhadap manusia. Sebagai manusia, peserta didik dipersepsi sebagai subyek yang merdeka dan punya potensi untuk menjadi manusia yang aktif, bukan sebafai obyek yang hanya bisa beradaptasi dengan dunia. Jika peserta didik diasumsikan sebagai obyek maka pendidikan akan dapat menjadi arena penindasan karena yang terjadi adalah proses domestikasi (penaklukan) dan penegasian kapasitas self-reflection peserta didik. Sebaliknya, jika peserta didik dianggap sebagai subyek maka pendidikan akan dapat menjadi aksi kultural untuk pembebasan karena yang terjadi adalah proses liberaso dan pengafirmasian kapasitas self-reflection peserta didik.

Yang terjadi pada realita nya adalah peserta didik masih diajarkan dengan metode yang sama yaitu menganggap bahwa peserta didik adalah subyek dari pendidikan itu sendiri di tingkat SD, namun jika enam tahun di ajarkan dengan metode itu hingga smp karakter itu sudah tertanam dan di lingkungan smp peserta didik menjadi pasif dan takut untuk mengemukakakn pendapat atau hanya sekedar bertanya kepada guru.

Seharusnya guru tidak dianggap sebagai pusat segalanya. Guru bukan satu-satunya sumber pemilik otoritas kebenaran dan pengetahuan. Dia bukan pemmilik tunggal kelas. Hubungan guru-murid bukanlah bersifat vertikal seperti di pabrik yang membuat terlihat seperti atasan dan bawahn atau manajer dengan buruh, tapi bersifat horizontal dan egalitarian. Guru dan murid adalah sama-sama learner. Subyek yang belajar bersama. Saat ini harus diakui masih banyak guru atau dosen yang menganggap dirinya berkuasa penuh di kelas, merasa paling tahu tentang ilmu, merasa sebagai sumber otoritas tunggal yang tidak bisa dibantah. Hal demikian jelas tidak sehat karena sekolah hanya akan menjadi arena indoktrinasi, bukan pencerdasan intelektual dan penyemaian hati nurani.

Pendidikan harus berorientasi kepada pengenalan realitas manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan itu tidak cukup hanya bersifat objektif atau subjektif, tapi harus kedua-duanya. Kebutuhan objektif untuk merubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan kemampun subjektif untuk mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya adalah objektif. Objektifitas dan subjektifitas dalam pengertian ini menjadi dua hal yang tidak saling bertentangan, bukan suatu dikotomi dalam pengertian psikologis. Kesadaran subjektif dan kemampuan objektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kkenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Oleh karena itu, pendidikan harus melibakan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yakni pengajar, peserta didik, dan realitas dunia.