STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN ROKAN HULU
“Tema: 6 Rekayasa sosial dan pengembangan perdesaan”
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS
PADI SAWAH DI KABUPATEN ROKAN HULU
Oleh
Defidelwina, Anton Ariyantodan Yulfita „Aini
Universitas Pasir Pengaraian
Jl. Tuanku Tambusai Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu
ABSTRAK
Program pencapaian kemandirian pangan sudah menjadi salah satu program kerja pada tiap periode perubahan kepemimpinan Indonesia. Peningkatan jumlah dana yang digulirkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas padi belum mampu memberikan imbal hasil yang memuaskan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan srtategi peningkatan produksi dan produktivitas padi di Kabupaten Rokan Hulu. Anallisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan ekternal usahatani padi. Data dikuantifikasi dengan menggunakan
Quantitave Strategic
Planning Matrix (QSPM). Strategi prioritas yang disarankan adalah membentuk manajemen
pembiayaan oleh organisasi yang mengakomodir dan mengatur proses usahatani dari hulu hingga hilir. Kata kunci: usahatani padi, produksi, produktivitas, SWOT, QSPM
ABSTRACT
The program of achieving food self-sufficiency has become one of the works program in each
period of change of leadership of Indonesia. Increasing the amount of funds for increased
production and productivity of rice has not been able to offer satisfactory returns. This study
aims the strategy how to figure increased production and productivity of rice in Rokan Hulu
Regency. we use SWOT analysis to show the internal and external environment of rice
farming. The data are quantified using the Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The
recommended priority strategy is to show a financing management by an organization that
accommodates and regulates farming processes from upstream to downstream.Keywords: rice farming, production, productivity, SWOT, QSPM PENDAHULUAN
Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan bahwa beras merupakan komoditas yang menduduki posisi strategis dalam proses pembangunan pertanian, karena beras telah menjadi komoditas politik dan menguasai hajat hidup rakyat Indonesia (Pujiasmanto, 2015). Sebagai komoditas strategis, padi menjadi indikator perekonomian Indonesia. Dimana harga beras menjadi cerminan kemampuan suatu negara dalam mengelola ekonominya. Kondisi ini memiliki kaitan yang erat dengan manajemen produksi padi yang berpengaruh terhadap pengelolaan konsumsi dan memiliki multiplier efek terhadap sektor lain(Aji, Satria, & Hariono, 2014). Swasembada beras tanaman pangan ini.
Kabupaten di Propinsi Riau yang memiliki target swasembada pangan tahun 2016 adalah Kabupaten Rokan Hulu. Hal ini dimaksudkan dalam rangka mendukung program swasembada pangan pemerintah Republik Indonesia (RI) tahun 2018 (Surbakti, 2015). Namun hingga tahun 2017 pasokan beras Rokan Hulu masih bergantung pada luar daerah. Langkah yang dilakukan pemerintah saat ini adalah membentuk Tim kelompok kerja (Pokja) Teknis Dewan Ketahanan pangan (DKP) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) yang bertugas merumuskan draf terkait ketahanan pangan yang dijadikan sebagai acuan DKP Rohul dalam menjalankan program ketahanan pangan di Rohul, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Rohul Nomor: Kpts.800/DKPP.349/2017 tertanggal 12 Juni 2017. Hasil rumusan tim ini diharapkan mampu mengurangi pasokan pangan dari Luar Rohul (riauterkini.com, 2017)
Karena padi adalah komoditas yang memiliki persoalan spesifik pada lingkungan yang spesifik maka dibutuhkan identifikasi masalah produksi dan produktifitas padi dilapangan. Agar produksi dan produktifitas padi dapat ditingkatkan. Untuk itu dibutuhkan strategi yang efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Ayub, Aslam, Razzaq, & Iftekhar, 2013). Analisis
strengths-weaknesses-opportunities-threats (SWOT) merupakan alat analisis yang ppopuler dalam
menentuakan strategi suatu organisasi (Coman & Ronen, 2009). Dimana, analisis SWOT mampu menggambarkan suatu usaha dalam kontek internal pada sisi kekuatan dan kelemahan dan kontek ekternal usaha pada sisi peluang dan ancaman (Valentin, 2005). Dengan analisis SWOT akan membantu para peneliti dan perencana untuk mengidentifikasi dan menentukan prioritas tujuan dari suatu usaha (Ommani, 2011). Rencana strategi merupakan salah satu tugas penting dari seorang manajer karena hal ini menyangkut perluasan dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi, peningkatan daya saing, serta pertumbuhan dari suatu organisasi (Hashemi, Mazdeh, Razeghi, & Rahimian, 2011). Meskipun analisis SWOT merupakan analisis yang sudah lama, akan tetapi kerangka kerjanya telah teruji oleh waktu dan mampu menggabungkan gagasan dari pendekatan yang lebih baru seperti sumber perencanaan dan kompetensi dasar serta pengembangan skenario (Dyson, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi pencapaian swasembada beras di kabupaten Rokan Hulu. Strategi ini dirumuskan melalui evaluasi lingkungan internal dan eksternal usahatani padi sawah.Penyusunan stategi pencapaian swasembada beras merupakan salah satu cara yang efektif untuk mempercepat tercapainya tujuan yang dicanangkan. Karena dengan rumusan strategi dapat ditentukan kelemahan dan kekutan yang kita miliki serta mampu melihat peluang dan ancaman yang mungkin terjadi.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu sentra produksi beras di Kabupaten Rokan Hulu yang terdiri dari Kecamatan Rambah, Kecamatan Rambah samo dan Kecamatan Rokan IV Koto. Penelitian dilakukan selama 8 (delapan) bulan, terhitung mulai Maret s.d. Oktober 2016.
Penentuan Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang diambil adalah sebanyak 100 sampel petani yang diambil secara
disproporsional random sampling terhadap jumlah petani yang ada pada masing-masing lokasi
penelitian. Untuk mencapai tujuan yang dicanangkan, responden penelitian juga diambil dari beberapa informan kunci yaitu Kepala Dinas Kabupaten Rokan Hulu, 3 orang penyuluh pertanian yang berhubungan dengan sample penelitian, 3 orang kepala desa dan 3 orang tokoh masyarakat.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Metode Rapid Rural Apraisal. Pada tahap ini peneliti akan melakukan :
1. Review Data Sekunder, hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peningkatan produksi beras di Kabupaten Rokan Hulu.
2.
quisioner semi tersruktur, Observasi Langsung sekaligus wawancara dengan menggunakan
artinya quisioner yang dirancang masih ada kemungkinan untuk dikembangkan lagi pada saat wawancara. Wawancara ini dilakukan terhadap petani yang memiliki keterkaitan dengan program swasembada beras.
3. Wawancara dengan informan kunci dalam hal ini adalah aparatur daerah (kepala dinas
Tanaman Pangan dan Hortikultura, penyuluh pertanian dan kepala desa serta tokoh masyarakat.
Metode Analisis Data
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT Analysis ) terhadap lingkungan internal dan eksternal usahatani digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini. Tujuan dari analisis SWOT ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang bisa meningkatkan produksi dan produktivitas usahatani. Hasil analisis akan disajikan dalam bentuk matrik. Prosedur analisis yang dilakukan adalah : 1.
Evaluasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan ekternal (peluang dan ancaman)
2. Internal Factors Evaluation ) dan EFE ( External Factor Evaluation )
Penyusunan matrik IFE ( 3. Penyusunan matrik SWOT dan penentuan strategi alternatif (strategi SO, WO, ST dan WT)
(Tabel 2)
4. Quantitative Strategy Planning Matrix )
Penyususnan QSPM ( 5. Pengambilan keputusan tentang alternatif strategi yang terbaik
Kekuatan (Internal) Kelemahan (Internal) List faktor kekuatan 1-10 List faktor kelemahan 1-10
Peluang (eksternal) List faktor peluang 1-10 Strategi SO Strategi WO Ancaman (Eksternal) List faktor ancaman 1-10 Strategi ST Strategi WT
Sumber : David et al., (2009); Wang (2003)
HASIL DAN PEMBAHASAN
N TERN A L F A CTORS E VA LU A TI ON
Analisis Lingkungan Internal dan Matrik I (IFE)
Identifikasi kekuatan seperti luas lahan yang dimiliki, status kepelikikan lahan, kendali lingkungan budidaya, pengalaman berusahatani, pendapatan diluar usahatani dan keikutsertaan dalam organisai yang menunjang kegiatan usahatani. Dan identifikasi kelemahan seperti proses produksi, persepsi petani terhadap usahatani, kepemilikan lahan petani, kemampuan adopsi teknologi, tingkat pendidikan, ketersediaan modal usaha pada tiap periodenya dan ketersediaan air irigasi. Tabel 2 menunjukkan matrik IFE. Nilai weight berada antara 0 dan 1. Nol menunjukkan faktor yang kurang penting, sedangkan satu menunjukkan bahwa faktor tersebut sangat berpengaruh. Rating menunjukkan nilai seberapa efektif organisasi merespon faktor yang ada. Dan
weighted score ( Wscore ) menunjukkan hasil kali weight dan rating . Hasil evalusi matrik internal
adalah 2,71 hal ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan lebih besar dibandingkan kelemahan.Key Internal Factors Weight Rating Wscore Strengths (S)
Luas areal sawah irigasi 1.097 ha
1 0,09 4 0,36
Sebahagian besar status kepemilikan lahan adalah milik sendiri
2 0,05 3 0,15
Usahatani padi merupakan usaha keluarga yang telah dilakukan 3 secara turun temurun 0,02 2 0,04
Kondisi wilayah yang mendukung untuk budidaya padi
4 0,07 4 0,28
Rata-rata pengalaman berusahatani yang cukup lama
5 0,05 3 0,15
Petani memiliki pendapatan lain diluar usahatani padi
6 0,04 3 0,12
Petani sudah tergabung dalam kelompok tani sehingga lebih 7 memudahkan dalam mengakses bantuan pemerintah 0,07 4 0,28
Weaknesses (W)
1 Adanya Proses Penanaman yang tidak serentak 0,07 2 0,14 Petani masih menganggap usahatani padi sebagai usaha 2 sampingan
0,06 1 0,06
3 Luas Lahan usahatani tergolong sempit 0,09 2 0,18 Petani belum mau menerapkan mekanisasi dan benih unggul
4 0,07 3 0,21
5 Rata Pendidikan Petani rendah 0,04 1 0,04 Kurangnya jumlah tenaga penyuluh terutama bidang hama 6 penyakit
0,07 3 0,21 Petani tidak memiliki anggaran usahatani yang pasti pada setiap 7 awal periode
0,08 2 0,16
8 Air irigasi tidak sampai ke lahan usahatani 0,07 3 0,21
9 Generasi muda tidak tertarik untuk melakukan usahatani padi 0,06 2 0,12 Total XTERN A L A CTOR 1,00 2,71 VA LU A TI ON
F E
Analisis Lingkungan Eksternal dan Matrik E (EFE)
Identifikasi peluang seperti kebijakan pemerintah daerah, jumlah penduduk, teknologi, harga, perkembangn hilirisasi produk, ketersediaan sumberdana eksternal dan asuransi. Dan identifikasi Ancaman seperti harga, prosedur pinjaman dana, kondisi iklim, regulasi pemerintah, ketidakpastian usahatani. Tabel 3 menunjukkan matrik EFE Hasil evalusi matrik eksternal adalah 2,93 hal ini menunjukkan bahwa nilai peluang lebih besar dibandingkan ancaman. Key External Factors Weight Rating Wscore Opportunities (O)
Adanya Anggaran Peningkatan Produktivitas padi dari 1 pemerintah 0,12 4 0,48
2 Jumlah penduduk yang selalu meningkat 0,07 3 0,21 Berkembangnya teknologi informasi, mekanisai dan varietas 3 unggul baru
0,09 3 0,27
4 Turunnya harga produk tanaman perkebunan 0,02 1 0,02 Semakin berkembangnya produk pangan yang berasal dari beras
5 0,07 3 0,21
Banyak tersedia perbankan sebagai sumberdana
6 0,05 3 0,15
7 Adanya Asuransi Pertanian 0,05 3 0,15
Treats (T)
1 Harga beras dari luar wilayah lebih murah 0,09 3 0,27 Adanya peningkatan harga-harga input pertanian secara terus menerus yang tidak sebanding dengan peningkatan harga
2 produksi 0,12 3 0,36
3 Adanya pinjaman bank yang mengharuskan adanya jaminan 0,05 2 0,10
4 Terjadinya perubahan iklim 0,09 3 0,27 Adanya regulasi pemerintah dengan penetapan HET (harga 5 eceran tertinggi) dari hasil produksi padi 0,08
3 0,24
6 Adanya hama yang resisten terhadap dosis pestisida 0,10 2 0,20 Total
1,00 2,93
Strategi Alternatif
Strategi alternatif sebagai bentuk pemecahan persoalan yang ada diperolah dari analisis pada matrik SWOT ditunjukkan oleh Tabel 4. Dengan mengkombinasikan faktor internal dan eksternal maka diperoleh strategi Strengths - Opportunities (SO), Weaknesses - Opportunities (WO), Strengths Treats (ST), Weaknesses Treats (WT).
- – –
Faktor Internal Faktor Eksternal 1.
5. Semakin berkembangnya produk pangan yang berasal dari beras
Opportunities
(O) SO WO 1.
Adanya Anggaran
Peningkatan Produktivitas padi dari pemerintah
2. Jumlah penduduk yang selalu meningkat
3. Berkembangnya teknologi informasi, mekanisai dan varietas unggul baru
4. Turunnya harga produk tanaman perkebunan
6. Banyak tersedia perbankan sebagai sumberdana 7.
8. Air irogasi tidak sampai ke lahan usahatani
Adanya Asuransi
Pertanian 1.
Menerapkan manajemen
pembiayaan oleh badan atau organisasi tertentu
2. Peningkatan produksi dan produktivitas melalui penerapan teknologi baru dan varietas unggul baru
1. Membuat ujicoba adaptasi teknologi dan varietas unggul baru untuk masing-masing wilayah 2.
Memberi insentif bagi
pemuda yang mau berusahatani padi
9. Generasi muda tidak tertarik untuk melakukan usahatani padi
7. Petani tidak memiliki anggaran usahatani yang pasti pada setiap awal periode
Luas areal sawah irigasi
Petani sudah tergabung
1.097 ha 2.
Sebahagian besar status
kepemilikan lahan adalah milik sendiri
3. Usahatani padi merupakan usaha keluarga yang telah dilakukan secara turun temurun
4. Kondisi wilayah yang mendukung untuk budidaya padi 5.
Rata-rata pengalaman
berusahatani yang cukup lama
6. Petani memiliki pendapatan lain diluar usahatani padi 7.
dalam kelompok tani sehingga lebih memudahkan dalam mengakses bantuan pemerintah 1.
penyuluh terutama bidang hama penyakit
Adanya Proses
Penanaman yang tidak serentak
2. Petani masih menganggap usahatani padi sebagai usaha sampingan
3. Luas Lahan usahatani tergolong sempit
4. Petani belum mau menerapkan mekanisasi dan benih unggul 5.
Rata Pendidikan Petani
rendah 6.
Kurangnya jumlah tenaga
Treats (T) ST WT
Harga beras dari luar
usahatani yang efisien 2.
Prioritas Alternatif Strategi
penyuluh pertanian terutama bidang hama dan penyakit
Menambah tenaga
unggul yang tahan terhdap kekeringan dan perubahan iklim 2.
Penggunaan benih
bagaimana cara menghadapi perubahan iklim pada sektor usahatani padi
Melakukan penyuluhan
Menerapkan sistem
wilayah lebih murah 2.
6. Adanya hama yang resisten terhadap dosis pestisida
pemerintah dengan penetapan HET (harga eceran tertinggi) dari hasil produksi padi
Adanya regulasi
iklim 5.
Terjadinya perubahan
3. Adanya pinjaman bank yang mengharuskan adanya jaminan 4.
harga-harga input pertanian secara terus menerus yang tidak sebanding dengan peningkatan harga produksi
Adanya peningkatan
Hasil perhitungan QSPM pada Tabel 5 menunjukkan bahwa alternatif strategi yang memiliki nilai tertinggi adalah strategi SO1. Yaitu Menerapkan manajemen pembiayaan oleh badan atau organisasi tertentu. Penerapan manajemen pembiayaan oleh pihak tertentu baik dari pemerintah atau swasta akan lebih menertibkan petani dalam pengelolaan usahataninya. Dengan adanya badan yang bertanggungjawab atas pembiayaan usahatani akan lebih memudahkan dan memotivasi petani dalam pengelolaan usahataninya. Bentuk pengelolaan yang bisa diadopsi adalah petani diupah untuk bekerja diusahatani yang dikelolanya dan akan mendapatkan bonus jika produksi melebihi target yang ditetapkan. Pada sisi manajemen ada ahli yang mengawasi jalannya usahatani. Sehingga usahatani dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hasil produksi ditampung dan dipasarkan oleh organisasi pembiayaan. Dengan kata lain ada kepastian harga yang diterima oleh petani. Hal ini dapat dituangkan dalam sebuah kontrak antara petani dan badan pembiayaan. Disisi lain dengan luasan lahan dalam skala besar maka badan atau organisasi pemberi biaya bisa mengasuransikan usahatani yang dikelola .
Prioritas Alternatif Strategi
Nilai Menerapkan manajemen pembiayaan oleh badan atau organisasi
SO 1 9,24
I tertentu Peningkatan produksi dan produktivitas melalui penerapan
SO 2 7,78
II teknologi baru dan varietas unggul baru Membuat ujicoba adaptasi teknologi dan varietas unggul baru
WO1 6,88
III untuk masing-masing wilayah WO2
1,75
VIII Memberi insentif bagi pemuda yang mau berusahatani padi
ST1 6,21
IV Menerapkan sistem usahatani yang efisien Melakukan penyuluhan bagaimana cara menghadapi perubahan
ST2 2,81
VI iklim pada sektor usahatani padi Penggunaan benih unggul yang tahan terhdap kekeringan dan
WT1 2,56
VII perubahan iklim Menambah tenaga penyuluh pertanian terutama bidang hama dan
WT2 5,63
V penyakit Keberadaan manajemen pembiayaan juga dapat menjadi solusi persoalan tenaga penyuluh yang sekaligus sudah tercakup dalam manajemen pembiayaan. Selain itu, masalah spesifik lokasi juga dapat ditanggulagi dan kelola oleh badan/organisai pembiayaan.
KESIMPULAN
Analisis SWOT digunakan pada usahatani padi sawah di Kabupaten Rokan Hulu dalam rangka meningkatkan produksi dan peroduktivitas. Matrik IFE memberikan informasi bahwa bahwa kekuatan lebih besar dari pada kelemahan. Dan weighted scores matrik EFE mengindikasikan bahwa peluang lebih besar dibandingkan ancaman. Berdasarkan hasil analisis QSPM diperoleh strategi yang direkomendasikan adalah membentuk badan pembiayaan yang membiayai dan mengawasi jalannya sistem agribisnis usahatani padi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan
Tinggi Republik Indonesia (RISTEK DIKTI) yang telah mendanai dan Universitas Pasir
Pengaraian yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.DAFTAR PUSTAKA
Aji, A. A., Satria, A., & Hariono, B. (2014). Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Padi dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan Kabupaten Jember. Jurnal Manajemen & Agribisnis ,
11 (1),
60 Retrieved from –67.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=177144&val=237&title=STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS PADI DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN JEMBER
Ayub, A., Aslam, M. S., Razzaq, A., & Iftekhar, H. (2013). A conceptual framework on evaluating
European Journal of Business and Social Sciences , 2 (1), 91
- –98. Retrieved from
http://www.ejbss.com/recent.aspx Coman, A., & Ronen, B. (2009). Focused SWOT: diagnosing critical strengths and weaknesses.
International Journal of Production Research , 47 (20), 5677 –5689.
https://doi.org/10.1080/00207540802146130 David, M. E., David, F. R., & David, F. R. (2009). The Quantitative Strategic Planning Matrix
(Qspm) Applied To A Retail Computer Store. The Coastal Business Journal ,
8 (1), 42 –52.
Retrieved from http://www.strategyclub.com/CBJ Article.pdf Dyson, R. G. (2004). Strategic development and SWOT analysis at the University of Warwick.
European Journal of Operational Research , 152 (3), 631
- –640. https://doi.org/10.1016/S0377-
2217(03)00062-6 Hashemi, N. F., Mazdeh, M. M., Razeghi, A., & Rahimian, A. (2011). Formulating and Choosing
Strategies Using Swot Analysis and Qspm Matrix : a Case Study of Hamadan Glass
Company. In Proceedings of the 41st International Conference on Computers and Industrial
Engineering (pp. 366
- –371). Retrieved from http://www.proceedings.com/18699.html
Ommani, A. R. (2011). Strengths, weaknesses, opportunities and threats (SWOT) analysis for farming system businesses management: Case of wheat farmers of Shadervan District , Shoushtar Township, Iran. African Journal of Business Management ,
5 (22), 9448 –9454.
Retrieved from http://www.academicjournals.org/journal/AJBM/article-full-text- pdf/21F95E420498 Pujiasmanto, B. (2015). Perkuat Ketahanan Pangan Nasional Kita. Surakarta. riauterkini.com. (2017). Pemkab Rohul Berupaya Kurangi Ketergantungan Pasokan Pangan dari
Luar Daerah. Retrieved October 29, 2017, from http://www.riauterkini.com/rohul.php?arr=125640 Surbakti, M. (2015, January 20). Pemerintah Pusat Optimis , Rohul Bisa Capai Swasembada
Pangan. Rohultoday.co , pp. 1
- –5. Retrieved from http://rohultoday.co/news/pemerintah-pusat-
optimis-rohul-bisa-capai-swasembada-pangan-.html
Valentin, E. K. (2005). Away With SWOT Analysis : Use Defensive / Offensive Evaluation
Instead. The Journal of Applied Business Research ,
21 (2), 91
- –105. Retrieved from
http://www.repiev.ru/doc/Away-With-SWOT-Analisis.pdf Wang, K. (2003). A Process View of SWOT Analysis . Transformation . Taipei, Taiwan, R.O.C.