EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

  EVALUASI EMPIRIS TRANSPARANSI DAN VISIBILITAS PRAKTIK PELAPORAN KEUANGAN PERBANKAN BASIS INTERNET (INTERNET FINANCIAL REPORTING)

  

  Universitas Riau Abstract

  Internet Financial Reporting (IFR) is not only related to the voluntary publication of financial reporting, but also regard to transparency and visibility when applied in cyberspace. This study aimed to examine the effect of direct and indirect variables to measure the visibility of internet banking, Good Corporate Governance (GCG), financial performance and e-transparency in Internet Financial Reporting (IFR) of Banking companies which listed the Jakarta Stock Exchange by using Structural Equation Modeling (SEM).

  This study is applied to 33 Banking Financial Institutions which listed in Indonesia Stock Exchange. The Purposive sampling method applied for institutions which applied Internet Financial Reporting-IFR. Ninedirect hypotheses and four indirect hypotheses used to observe the relationship between the variables in this study. The dependent variable of this research is e-transparency, while size of the company, practice of good corporate governance, financial performance act as independent variable while the visibility of the Internet act as an intervening variable. All variables are latent variables which measured by several indicator which measure as observe variables.

  Hypothesis Testing using Partial Least Square, shows that bank size variables significantly influence the e-transparency, internet visibility, and good corporate governance. Internet visibility variables have a significant relationship with the variable e-transparency. The value of R-Square indicates that the variables are jointly bank size, good corporate governance, internet visibility contributed to the dependent variable (e- transparency) of 67.14% while the remaining 32.86% is explained by other variables outside of the model study.

  Keyword: Internet Financial Reporting, e-transparency, link popularity, internet visibility.

  

PENDAHULUAN

  Penggunaan internet dalam dunia bisnis telah mempengaruhi bentuk tradisional penyajian informasi perusahaan (Seetharaman dkk., 2006). Perusahaan menggunakan

  

website bukan hanya untuk menyebarkan informasi non finansial tetapi juga informasi

  finansial (Septiarsi, 2013). Menurut Jones et al., (2003) internet merupakan alternatif baru dalam pelaporan keuangan yang dikenal dengan Internet Financial Reporting (IFR). IFR adalah suatu upaya pencantuman informasi keuangan perusahaan melalui internet atau website (Lai et al., 1999).

  Pengungkapan informasi keuangan dalam website perusahaan merupakan suatu bentuk pengungkapan sukarela yang telah dipraktikkan oleh banyak perusahaan (Emrinaldi, 2011). Penggunaan internet ini menyebabkan pelaporan keuangan menjadi lebih cepat dan mudah, sehingga dapat diakses oleh siapa pun, kapan pun dan dimana pun (Debreceny et al., 2002; Marston dan Polei, 2004). Selain itu, penyebarluasan informasi keuangan melalui internet dapat menarik investor dan memberikan image yang baik bagi perusahaan (Ettredge et al.,2001). Faktor tersebut selanjutnya mendorong banyak perusahaan mulai menerapkan IFR. Dâmaso dan Lourenço (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan dengan dampak lingkungan yang signifikan lebih bersifat terbuka di websitenya.

  Penelitian IFR sebelumnya lebih diarahkan pada aspek kondisi penerapan IFR dan pemicu diadopsinya IFR (Asbaugh, 1999; Debrecency et al, 2002; Chariri dan Lestari, 2005; Suripto, 2006). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini fokus amatan lebih diarahkan pada konsep transparansi dalam praktik IFR berupa e-

  transparency yang umumnya belum banyak dilakukan serta visibilitasnya.

  Bushman dan Smith (2003) mendefinisikan transparansi perusahaan sebagai ketersediaan relevansi yang tersebar luas, informasi yang dapat dipercaya mengenai kinerja perusahaan dalam suatu periode. Transparansi dalam penelitian ini diartikan dengan tingkatan pengungkapan sukarela informasi perusahaan dan seberapa mudah tingkat akses informasi yang dipublikasi pada media internet. Transparansi diukur dengan menggunakan tiga indikator berupan eDIS1, eDIS2 dan eDIS3. Selanjutnya, variabel laten yang mempengaruhi transparansi dalam IFR adalah bank size, praktik Good Corporate Governance,financial performance , dan visibilitas internet.

  Variabel laten pertama dalam penelitian ini adalah bank size. Perusahaan yang skalanya besar cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial daripada bahwa semakin besar suatu perusahaan maka biaya keagenan yang muncul juga semakin besar, untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan cenderung mengungkapkan informasi yang lebih luas yang pada akhirnya akan meningkatkan transparansi. Variabel ini diamati dengan total aset, jumlah cabang dan karyawan.

  GCG sebagai variabel kedua dalam penelitian ini merupakan seperangkat aturan dalam rangka pengendalian perusahaan untuk menghasilkan value added bagi para

  

stakeholders, hal ini dikarenakan dengan adanya GCG akan terbentuk pola kerja

  manajemen yang transparan, bersih, dan profesional (Effendi, 2009). Emrinaldi (2012) mengatakan bahwa keberadaan transparansi tidak lepas dari penerapan praktik Good

  

Corporate Governance (GCG) yang dituang dalam mekanisme corporate governance.

  Tujuan dari mekanismenya adalah mendorong pengelolaan perusahaan yang terbuka (transparent) dan accountable sehingga pemegang saham mempunyai kesempatan untuk mengkaji berbagai keputusan dan dasar pengambilan keputusan tersebut, serta menilai keefektifan keputusan yang telah diambil oleh manajemen (Emrinaldi, 2012).

  Variabel laten ketiga dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perbankan. Variabel kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan beberapa indikator yaitu, Return on Equity (ROE), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performance Loan (NPL). Perbankan dengan kinerja keuangan yang baik dinilai akan meningkatkan pengungkapan sukarela dan pelaporan yang lebih tepat waktu sehingga menghasilkan transparansi yang lebih tinggi.

  Visibilitas internet merupakan variabel intervening didalam penelitian ini. Visibilitas adalah kemampuan yang secara akurat dan lengkap untuk melihat proses, transaksi, dan kegiatan lain yang beroperasi di perusahaan (Margaret Rouse, 2013).

  Visibilitas dalam internet berkaitan dengan seberapa mudah suatu website dikunjungi. DrÄ•ze dan Zufryden (2004) menyatakan bahwa visibilitas online memiliki tingkatan yang lebih tinggi dan memberikan dampak keuangan yang signifikan dari pada brand

  

awareness (penghargaan) atau advertising (iklan).Dalam penelitian ini, visibilitas

  internet diukur dengan banyaknya link mengarah ke website perusahaan (link popularity ).

  Pengamatan dilakukan terhadap lembaga keuangan perbankan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013. Pemilihan dilakukan mengingat karakteristik industrinya yang sangat bersentuhan dengan Teknologi Informasi dan telah menerapkan sistem pelaporan keuangan basis internet (IFR). Berdasarkan pemaparan variabel ukuran perbankan terhadap visibilitas internet, Good Corporate Governance (GCG), kinerja keuangan dan e-transparansi dalam praktik Internet Financial Reporting (IFR) dengan menggunakan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM). Bagian berikutnya dari artikel ini memuat kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis, metode penelitian, kesimpulan, implikasi dan keterbatasan penelitian.

  KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Pengungkapan (Disclosure)

  Kata disclosure memiliki arti tidak menutupi atau tidak menyembunyikan (Ghozali dan Chariri, 2007). Hendriksen (2002) menyatakan bahwa pengungkapan dalam arti luas adalah berarti hanya penyampaian (release) informasi. Evans (2003) mengidentifikasi konsep mengenai tingkat pengungkapan sehubungan dengan kualitas laporan keuangan menjadi tiga, yaitu adequate disclosure (memadai), fair disclosure (wajar), dan full disclosure (lengkap).Selain tingkat pengungkapan, pengungkapan juga dibedakan berdasarkan tingkat kewajiban pengungkapannya. Dahlan (2003), disclosure dibedakan atas dua jenis, yaitu : Mandatory Disclosure merupakan pengungkapan yang wajib dikemukakan oleh perusahaan dan Voluntary Disclosure merupakan pengungkapan yang diberikan oleh perusahaan diluar item-item yang diwajibkan. Salah satu bentuk pengungkapan sukarela tersebut adalah penyajian informasi keuangan menggunakan internet (Internet Financial Reporting)

  Pelaporan Keuangan Basis Internet (Internet Financial Reporting-IFR) Internet Financial Reporting adalah suatu upaya pencantuman informasi

  keuangan perusahaan melalui internet atau website (Lai et al., 1999). IFR merupakan bentuk pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), bukan karena isi pengungkapannya tetapi karena alat yang digunakan (Marston, 2003; Prabowo dan Angkoso, 2005).Penyebaran informasi keuangan melalui internet dapat menarik perhatian investor dan memberikan image yang baik bagi perusahaan (Ettredge et al., 2001). Artinya dengan media internet perusahaan mampu mengeksploitasi kegunaan teknologi untuk lebih membuka diri dengan menginformasikan laporan keuangannya (aspek disclosure) (Almilia, 2008).

  Teori Utama dan Teori Pendukung Teori Utama (Teori Keagenan--Agency Theory)

  Teori keagenan mengidentifikasi adanya potensi konflik kepentingan antara berbagai pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan (Emrinaldi, 2012). Konflik tersebut disebabkan perbedaan tujuan masing-masing pihak berdasarkan posisi dan kepentingan terhadap perusahaan (Jensen dan Warner, 1988). Alasan yang mendasari perlunya praktik pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan kepada

  

shareholder dijamin dalam hubungan antara prinsipal dan agen. Laporan keuangan

  merupakan sarana akuntabilitas manajemen kepada pemilik. Sehingga sebagai wujud pertanggungjawaban, agen akan berusaha memenuhi seluruh keinginan prinsipal, dalam hal ini adalah pengungkapan sukarela yang lebih luas.

  Teori Pendukung Teori Sinyal (Signal Theory)

  Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Jama’an, 2008). Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk et al., 2000). Pengungkapan keuangan tersebut dapat dilakukan melalui IFR.

  Variabel Amatan Company Size

  Menurut McNally et al., (1982) ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang dominan dalam praktik pengungkapan oleh karena tekanan yang dialami perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan. Menurut Amran et al. (2009) semakin besar ukuran perusahaan, maka akan semakin meningkat pula jumlah stakeholder yang terlibat di dalamnya.

  Good Corporate Governance

  Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2004) mendefenisikan GCG sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalan jangka lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku Di sektor perbankan, Bank Indonesia telah mempunyai Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance di Bank Umum.

  Financial Performance

  Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Siallagan, 2006). Penilaian kinerja perbankan dapat dinilai dari kinerja tahun lalu maupun yang sedang berjalan dengan menganalisis laporan keuangan (Pathon, 2013).

  Internet Visibility

  Disaat perusahaan telah membuat keputusan strategis untuk mempertahankan eksistensi yang sukses di Web, mereka akan memperoleh visibilitas yang lebih baik serta mengungkapkan informasi secara terbuka (Serrano-Cinca et al., 2007). Salah satu determinan penting dari pelaporan online adalah teknologi (Debreceny et al., 2002). Xiao et al., (2004) menyatakan perusahaan yang berorientasi teknologi informasi lebih mungkin untuk mengadopsi praktik pelaporan perusahaan secara online karena mereka memiliki sumber daya untuk menjadi pemimpin dalam teknologi baru.

  E-transparency

  Transparansi diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan (Hapsari, 2011). Bushman, Piotroski, dan Smith (2001) menyatakan transparansi perusahaan adalah ketersediaan informasi yang relevan, informasi yang dapat dipercaya tentang kinerja periodik, posisi keuangan, investasi peluang, pemerintahan, nilai, dan resiko publik perusahaan.

  Pengembangan Hipotesis Pengaruh Bank Size terhadap E-transparency dalam praktik IFR

  Terdapat beberapa argumentasi yang mendasar hubungan ukuran perusahaan dengan tingkat pengungkapan. Pertama, perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya untuk menghasilkan lebih banyak informasi dalam sistem informasi pelaporannya.

  Kedua

  , perusahaan besar memiliki insentif untuk menyajikan pengungkapan sukarela, karena perusahaan besar dihadapkan pada tekanan politik yang lebih tinggi.

  

Ketiga ,perusahaan kecil cenderung untuk menyembunyikan informasi penting membuktikan bahwa ukuran perusahaan secara positif dan signifikan mempengaruhi luas pengungkapan sukarela perusahaan yang akan menjadi pemicu faktor transparansi (Meek, Roberts dan Gray, 1995; Asbaugh et al. 1999; Larrán dan Giner, 2002; Amalia dan Dessy, 2005; Spica, 2007; Wulansari, 2008; dan Kristina, 2009).Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H1a : Bank size berpengaruh signifikan terhadap e-transparency dalam praktik IFR.

  Pengaruh Bank Size terhadap Visibilitas Internet dalam Praktik IFR

  Chan dan Chung (2002) menyatakan bahwa perusahaan berukuran kecil dengan sumber daya dan keahlian yang terbatas tidak akan mampu mengembangkan kemampuan teknologi yang diperlukan dengan sendirinya. Ellinger et al. (2003) juga menegaskan bahwa pengembangan dan implementasi website membutuhkan keterampilan dan sumber daya yang mungkin hanya perusahaan besar yang mampu melakukannya. Kowtha dan Choon (2001) menemukan bahwa variabel ukuran dan daya bersaing perusahaan secara positif dan signifikan mempengaruhi pengembangan situs

  web perusahaan.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H1b : Bank size berpengaruh signifikan terhadap visibilitas internet dalam praktik IFR. H1e: Bank size yang dimoderasi oleh visibilitas internet memiliki pengaruh signifikan terhadap e-transparency dalam praktik IFR.

  

Pengaruh Bank Size terhadap praktik Good Corporate Governance dalam Praktik

  IFR

  Pramono (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan karakteristik perusahaan yang paling dominan dalam praktik pengungkapan Good Corporate

  Governance karena tekanan yang dialami perusahaan baik dari dalam maupun luar.

  Ariff et al. (2007) juga menganalisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap penerapan GCG di Malaysia dan berpendapat bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik GCG. Dalam teori agensi semakin besar ukuran perusahaan, maka peranan dari praktik CG semakin dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan informasi antara agen dan prinsipal. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H1c : Bank size berpengaruh signifikan terhadap Good Corporate Governance dalam praktik IFR.

  Pengaruh Bank Size terhadap Financial Performance dalam Praktik IFR

  Darmawati (2004) menyatakan bahwa perusahaan besar pada dasarnya memiliki kekuatan finansial yang lebih besar dalam menunjang kinerja. Hesti dan Uyun (2010) dalam penelitiannya menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan dengan aset besar biasanya akan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat, sehingga perusahaan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangannya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H1d : Bank size berpengaruh signifikan terhadap financial performance dalam praktik IFR. H1f : Bank size yang dimoderasi oleh Good Corporate Governance memiliki

  pengaruh signifikan terhadap financial performance dalam praktik IFR.

  

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Visibilitas Internet dalam Praktik

  IFR

  Menurut Puspitasari (2009), perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas, dikarenakan alasan perusahaan asing lebih lama mengenal konsep praktik GCG dan menuntut informasi yang transparan. Konsep transparansi bukan hanya mencakup tingkat keluasan pengungkapan informasi di media internet, namun juga berkaitan dengan seberapa mudah suatu

  

website diakses oleh pengguna. Kemudahan akses informasi disebut juga dengan

  visibilitas internet. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan : H2a : Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap visibilitas internet dalam praktik IFR.

  

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Financial Perfomance dalam

Praktik IFR

  Mekanisme GCG menjamin investor dalam perusahaan menerima return yang cukup atas investasi mereka (Che Haat et al., 2008). Klapper dan Love (dalam Darmawati, 2005) menemukan korelasi positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA) dan Tobin’s Q. Menurut Siallagan (2006), penerapan Good Corporate Governance dipercaya dapat meningkatkan kinerja atau nilai perusahaan.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H2b : Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap financial performance dalam praktik IFR.

  Pengaruh Financial Performance terhadap E-transparency dalam Praktik IFR

  Giner-Inchausti (1997) juga mengatakan bahwa teori politik membenarkan hubungan ini dengan asumsi bahwa perusahaan yang sukses akan mengungkapkan informasi secara luas dan transparan untuk membenarkan keuntungan yang besar. Beberapa penelitian terdahulu menemukan korelasi positif antara kinerja keuangan dengan pengungkapan sukarela (Singhvi, 1968; Singhvi dan Desai, 1971; Wallace et al., 1994; Breliastiti Ririn, 2013).Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H3a : Financial performance berpengaruh signifikan terhadap e-transparency dalam praktik IFR.

  Pengaruh Financial Performance terhadap Visibilitas Internetdalam Praktik IFR

  Dalam perkembangan teknologi, perusahaan membutuhkan visibilitas internet yang kuat untuk menarik pengguna website agar menjadi pelanggannya. Trueman et al. (2003) menemukan hubungan yang signifikan antara kinerja keuangan perusahaan dan pertumbuhan matrik web. Dapat dikatakan bahwa perusahaan dengan kinerja keuangan yang baik akan berupaya mencapai posisi yang teratas di internet untuk menghasilkan lebih banyak kunjungan ke website mereka. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H3b : Financial performance berpengaruh signifikan terhadap visibilitas internet dalam praktik IFR. H3c : Financial performance yang dimoderasi oleh visibilitas internet memiliki pengaruh signifikan terhadap e-transparency dalam praktik IFR.

  Pengaruh Visibilitas Internet terhadap E-transparency dalam Praktik IFR

  Serrano-Cinca et al. (2004) menganalisis sampel bank dan menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan internet sebagai alat komunikasi strategis dalam menjangkau pelanggan cenderung untuk mengungkapkan informasi lebih luas melalui

  

website mereka. Debreceny et al. (2002) menyatakan teknologi adalah determinan

  penting sebuah perusahaan atas pelaporan basis internet. Keterbukaan yang dilakukan perusahaan melalui IFR yang melahirkan transparansi mendorong peningkatan kunjungan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan :

  H4a : Visibilitas internet berpengaruh signifikan terhadap e-transparency dalam praktik IFR.

  

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

  Populasi pada penelitian ini adalah lembaga keuangan perbankan yang memiliki

  website

  . Dengan menggunakan metode purposive sampling sampel dari penelitian ini adalah seluruh lembaga keuangan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013. Jumlah sampel 33 perbankan. terdaftar di BEI.

  Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

  Pada penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah bank size, financial

  performance

  , praktik Good Corporate Governance, internet visibility dan e-

  

transparency. Adapun variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini adalah

internet visibility. Sedangkan variabel dependen adalah e-transparency.

  E-transparency

  Variabel E-transparency diukur dengan 3 indikator. Indikator pertama (eDIS1) memberikan informasi tentang tahap perkembangan pelaporan perusahaan. Klasifikasi tersebut didasarkan pada pengelompokan yang disarankan oleh Lymer et al. (1999), yaitu opaque, bare, paper lovers, HTML account, internet portal, multimedia, dan Web

  2.0. Indikator kedua (eDIS2) mengukur informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan perbankan. Marston dan Polei (2004) menyatakan indikator tersebut meliputi laporan keuangan utama, laporan direksi, laporan auditor, dan historic accounting

  

information . Indikator ketiga (eDIS3) menurut Carlos Serrano (2006) menunjukkan

  jenis informasi tambahan selain dari laporan finansial mereka. Item Indikator disajikan pada tabel 1.

  Bank Size

  Variabel bank size dalam penelitian ini diukur menggunakan 3 indikator, yaitu total aset, jumlah karyawan dan jumlah cabang. Total aset dapat diukur dengan penjumlahan aktiva lancar dan tidak lancar. Indikator jumlah karyawan dan jumlah cabang dinilai dari jumlah karyawan dan cabang perusahaan.

  Good Corporate Governance

  Praktik GCG dalam penelitian ini diukur dengan 4 indikator, yaitu proporsi komisaris independen, komite audit, kepemilikan saham oleh institusi (institutional dewan komisaris dilihat dari proporsi komisaris independen yang ada dalam dewan komisaris sebuah perusahaan. Sedangkan independensi komite audit adalah anggota yang ada di luar emiten atau perusahaan publik. Foreign ownership diukur berdasarkan persentase saham yang dimiliki oleh pihak asing terhadap total saham perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional diukur berdasarkan persentase saham yang dimiliki pihak institusi atas keseluruhan saham perusahaan.

  Financial Performance

  Indikator kinerja keuangan dalam variabel ini diukur dengan besarnya imbal hasil ekuitas (return on equity), rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio), kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio) dan kredit bermasalah (non

  performance loan ).Indikator tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut : 1.

  ROE dirumuskan menurut SE BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011 :

  ROE = Laba setelah pajak x 100% Rata-rata ekuitas

  2. CAR dirumuskan menurut Kasmir (2010) :

  CAR = Modal x 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

  3. LDR dirumuskan menurut SE BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011:

  LDR = Kredit x 100% Dana Pihak Ketiga

  4. NPL dirumuskan menurut Kusumawati (2008):

  NPL Kredit Bermasalah x 100%

  =

   Total Kredit Visibilitas Internet

  Indikator didalam visibilitas internet ini diukur dengan besaran jumlah link masuk (incoming links)yang berasal dari situs lain terhadap website perusahaan.Incoming links diukur dengan 3 engine search yang terdiri dari Google, Yahoo, dan Bing.

Metode Analisis Data

  Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modelling.

  Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least Square)dengan alasan, yaitu : (1) Model ini tidak mengasumsikan rasio, (2) Variabel yang digunakan dalam penelitian merupakan variabel laten, dan (3) Jumlah sampel dalam penelitian ini (n = 33), besarnya sampel masuk interval 30 sampai 100 seperti yang direkomendasikan oleh PLS. Model PLS disajikan pada gambar 2.

  Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa korelasi dari setiap variabel disajikan pada gambar 2. Hasil ini diperoleh dengan menilai outer model (measurument model) dengan mengamati discriminant validity berdasarkan nilai Cross

  

Loading. Nilai korelasi indikator terhadap konstruknya harus lebih besar dibandingkan

  nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya. Berdasarkan tabel cross loading pada tabel 2 didapati nilai loading indikator e-transparency mempunyai nilai lebih besar dibandingkan nilai korelasi indikator konstruk lainnya.Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan inner model. Pengujian dilakukan melakukan bootstrapping model yang telah memenuhi kriteria discriminant validity. Hasil pengujian yang dilakukan disajikan pada gambar 3. Output dari hasil pengolahan yang dilakukan disajikan pada Path Coefficients dan R-Square pada tabel 3 dan tabel 4

  Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil Pengaruh Bank Size terhadap E-Transparency (H1a)

  Pengolahan data yang dilakukan menunjukkah bahwa Bank size dengan nilai original sample (O) sebesar 0,437 dan signifikan yang ditunjukkan dengan nilai T- statistik 2,375 yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,96 signifikan pada 0,05. Sehingga disimpulkan H1a diterima,yaitu ukuran sebuah perbankan memiliki pengaruh signifikan terhadap e-transparansi dalam praktik Internet Financial Reporting (IFR). Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh Carlos Serrano-Cinca et al., (2006) dan Somayyeh Mahmoudi (2011) yang memberikan hasil bahwa ukuran perbankan memberikan pengaruh positif terhadap e-transparansi dari informasi perusahaan.

  Berkaitan dengan transparansi yang berperan besar didalam tingkatan pengungkapan sukarela, beberapa penelitian terdahulu menemukan hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan luas pengungkapan sukarela (Chow & Wong Boren, 1987; Cooke, 1992; Ahmed & Nicholls, 1994; Suripto, 2000). Hal ini akan melakukan pengungkapan lebih luas dan mampu membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal (Sudarmadji, 2007).

  Hasil Pengaruh Bank Size terhadap Visibilitas Internet(H1b)

  Tabel 4 menunjukkan bahwa Bank size memiliki pengaruh yang ditunjukan dengan nilai original sample (O) sebesar 0,722 dan signifikan yang ditunjukkan dengan nilai T-statistik 4,969 yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,96 signifikan pada 0,05. Maka dapat dikatakan H1bditerima yaitu ukuran perbankan memiliki pengaruh terhadap internet visibility dan pengaruh tersebut signifikan. Hasil studi ini konsisten dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Carlos Serrano-Cinca et al., (2006) pada lembaga keuangan perbankan di Spanyol dan telah membuktikan bahwa bank size berpengaruh signifikan terhadap visibilitas internet.

  Septiarsi (2013) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih percaya diri (confidence) dan mampu menginvestasikan banyak sumberdaya dalam pembuatan

  website

  perusahaan.Perusahaan besar juga menggunakan cara-cara yang inovatif dalam pengungkapan informasi keuangan sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, misalnya melalui website perusahaan (Linda Agustina, 2012).

  Hasil Pengaruh Bank Size terhadap Good Corporate Governance (H1c)

  Hasil pengolahan yang dilakukan menunjukkan bahwa Bank size memiliki pengaruh yang ditunjukan dengan nilai original sample (O) sebesar 0,672 dan signifikan yang ditunjukkan dengan nilai T-statistik 4,701 yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,96 signifikan pada 0,05. Maka dapat dikatakan H1cditerima yaitu ukuran perbankan memiliki pengaruh terhadap Good Corporate Governancedan pengaruh tersebut signifikan.Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh Klapper & Love, 2004; Darmawati, 2006; dan Ariff et al., 2007. Pamungkas (2013) menyatakan besarnya ukuran perusahaan menarik investor untuk berinvestasi di dalam perusahaan maka dengan bertambahnya shareholders, tanggung jawab manajemen pun semakin besar. Oleh karena itu, kinerja manajemen perlu dibenahi dengan penerapan GCG.

  Hasil Pengaruh Bank Size terhadap Financial Performance (H1d)

  Berdasarkan hasil yang diperoleh Bank size memiliki pengaruh yang ditunjukan dengan nilai original sample (O) sebesar -0,159 dan signifikan yang ditunjukkan dengan Maka dapat dikatakan H1d ditolak yaitu ukuran perbankan tidak memiliki pengaruh terhadap financial performanceHasil studi ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Francis (2009) dengan sampel 2746 perusahaan di United Kingdom kisaran tahun 1981-2002. Mereka mendapati hubungan yang negatif antara

  size

  dengan kinerja keuangan. Bahkan, hubungan negatif tersebut tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah reformasi praktik tata kelola perusahaan di Inggris pada tahun 1990-an. Hasil ini juga didukung oleh temuan (Yermack, 1996; Huther, 1997; Hermalin and Weisbach, 2003; Mak and Kusnadi, 2005; Haniffa dan Hudaib ,2006; Coles et al., 2008).

  Hasil Pengaruh GCG terhadap Visibilitas Internet (H2a)

  Hasil pada tabel 4 menunjukkan bahwa Good Corporate Governancememiliki pengaruh sebesar 0,0249 dengan tingkat signifikan yang lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,96 pada alpha 0,05. Maka dapat dikatakan H2a ditolak.Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh HaniffadanCooke(2002); danWan-Hussin (2009) yang menyatakan bahwa GCG berupa konsentrasikepemilikantidak signifikan terhadappelaporan keuangan internet yang mewakili internet visibility.

  Hasil Pengaruh GCG terhadap Financial Performance (H2b)

  Tabel 4 mrnunjukkan bahwa Good Corporate Governancememiliki pengaruh sebesar 0,634 dengan tingkat lebih kecil dari t-tabel pada Alpha 0,05. Sehingga disimpulkan H2b ditolak. Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh Fosberg (1989) yang menyatakan tidak ada korelasi antara praktik

  Corporate Governance

  dengan kinerja keuangan. Hubungan yang tidak signifikan diantara kedua konstruk tersebut juga dibuktikan dengan hasil studi empiris terdahulu seperti Dalton et al., 1998; Heracleous, 2001; Bhagat dan Black, 2002; Chang dan Leng, 2004. Hasil ini mengindikasikan bahwa praktik GCG tidak berhubungan lurus dengan peningkatan kinerja keuangan perusahaan.

  Hasil Pengaruh Financial Performance terhadap E-Transparency (H3a)

  Hasil pengolahan data pada tabel 4 menunjukkan bahwa financial

  

performance dengan nilai original sample (O) sebesar -0,311, memiliki tingkat

  signifikansi dibawah nilai t-tabel sebesar 1,96 pada Alpha 0,05. Oleh karenanya H3a ditolak.

  Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh

  

performance terhadap e-transparency. Hasil ini mengindikasikan kinerja keuangan yang

  diperoleh perusahaan tidak selalu berhubungan dengan jumlah informasi yang disajikan di website perusahaan. Hal ini dimungkinkan selain jenis dan jumlah informasi yang disajikan tersebut pemanfaatan website perusahaan juda dipengaruhi teknologi informasi yang digunakan.

  Hasil Pengaruh Financial Performance terhadap Visibilitas Internet (H3b)

  Tabel 4 menunjukkan bahwafinancial performancedengan nilai original sample (O) sebesar 0,036 memiliki tingkat signifikansi yang lebih rendah dari nilai t-tabel sebesar 1,96 signifikan pada 0,05. Oleh karenanyaH3b ditolak.Hasil studi ini konsisten dengan hasil studi sebelumnya yang dilakukan oleh Carlos Serrano-Cinca et al. (2006) bahwa terdapat hubungan tidak signifikan antara financial performance dan visibilitas internet.Tidak signifikannya hubungan diantara dua konstruk tersebut memungkinkan, karena visibilitas sangat dipengaruhi seberapa banyak kunjungan yang dilakukan pengguna informasi terhadap informasi keuangan perusahaan yang bisa jadi tidak seluruhnya diungkapkan didalam IFR mereka. Ini terbukti pada H3b, hubungan tersebut juga tidak mendapat dukungan.

  Hasil Pengaruh Visibilitas Internet terhadap E-Transparency (H4a)

  Hasil olahan yang dilakukan menunjukkan bahwa dengan nilai original sample (O) sebesar 0,468 dan tingkat signifikan yang lebih besar dari t-tabel sebesar 1,96 signifikan pada 0,05. Maka dapat dikatakan H4a diterima.Hal ini mengindikasikan bahwa tuntutan dari pengguna informasi keuanganakan implementasi penggunaan internet pada perbankan di Indonesia sangat tinggi. Sehingga, perbankan mau melakukan pengungkapan secara terbuka dan transparan pada media internet. Hasil yang diperoleh tersebut juga menunjukkan bahwa besarnya

  Selain itu untuk melihat seberapa traffic pada IFR suatu perusahaan menunjukkan bahwa informasi yang disajikan pada IFR mampu memenuhi kebutuhan pengguna informasi keuangan tersebut.

  Analisis Tambahan (Addition Analysis)

  Selain pembahasan Sembilan hipotesis diatas, terdapat 3 (tiga) analisis yang merupakan bagian penelitian. Analisis tambahan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui :

  1) Apakah terdapat pengaruh Tidak Langsung Bank Size Terhadap E-Transparency

  Melalui Visibilitas Internet sebagai variabel Intervening 2)

  Apakah terdapat pengaruh Tidak Langsung Bank Size Terhadap Financial

  Performance Melalui Good Corporate Governance sebagai variabel Intervening

  3) Apakah terdapat pengaruh Tidak Langsung Financial Performance Terhadap E-

  Transparency Melalui Visibilitas Internet sebagai variabel Intervening

  Berikut adalah penjelasan analisis tambahan tersebut :

  

Analisis Pengaruh Tidak Langsung Bank Size Terhadap E-Transparency Melalui

Visibilitas Internet sebagai variabel Intervening

  Total perhitungan pengaruh tidak langsung konstruk Bank Size Terhadap E- Transparency Melalui konstruk Visibilitas Internet adalah sebagai berikut.

  

Tabel 5

Perhitungan Pengukuran Bank Size Terhadap E-Transparency dengan

Visibilitas Internet sebagai variabel Intervening

Pengaruh Pengaruh Pengaruh Pengaruh

  Langsung Langsung Langsung Tidak Keterangan A – Y A – D D – Y Langsung (a) (b) (c) a + (bxc)

  A – D – Y 0,438 0,722 0,469 0,776 Berdasarkan perhitungan diatas, bahwa konstruk visibilitas internet memediasi pengaruh antara bank size terhadap e-transparency. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung, dimana pengaruh langsung lebih kecil daripada pengaruh tidak langsung.

  

Analisis Pengaruh Tidak Langsung Bank Size Terhadap Financial Performance

Melalui Good Corporate Governance sebagai variabel Intervening

  Total perhitungan pengaruh tidak langsung konstruk Bank Size terhadap Financial Performance melalui konstruk Good Corporate Governance adalah sebagai berikut.

  

Tabel 6

Perhitungan Pengukuran Bank Size Terhadap Financial Performance Melalui Good Corporate Governance sebagai variabel Intervening Pengaruh Pengaruh Pengaruh Pengaruh Langsung Langsung Langsung Tidak Keterangan A – C A – B B – C Langsung (a) (b) (c) a + (bxc)

  A – B – C -0,160 0,673 0,634 0,266 Berdasarkan perhitungan diatas, bahwa konstruk Good Corporate Governance memediasi pengaruh antara bank size terhadap financial performance. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung, dimana pengaruh langsung lebih kecil daripada pengaruh tidak langsung.

  

Analisis Pengaruh Tidak Langsung Financial Performance Terhadap E-

Transparency Melalui Visibilitas Internetsebagai variabel Intervening

  Total perhitungan pengaruh tidak langsung konstruk Financial Performance Terhadap E-Transparency melalui konstruk Visibilitas Internet adalah sebagai berikut.

  

Tabel 7

Perhitungan Pengukuran Financial Performance Terhadap E-Transparency Melalui Visibilitas Internet sebagai variabel Intervening Pengaruh Pengaruh Pengaruh Pengaruh Langsung Langsung Langsung Tidak Keterangan C – Y C – D D – Y Langsung (a) (b) (c) a + (bxc)

  C – D – Y -0,311 0,036 0,469 -0,294 Berdasarkan perhitungan diatas, bahwa konstruk visibilitas internet memediasi pengaruh antara financial performance terhadap e-transparency. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung, dimana pengaruh langsung lebih kecil daripada pengaruh tidak langsung.

  KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN PENELITIAN Kesimpulan

  Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil analisis yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

  1. Pengujian pengaruh variabel bank size dengan e-transparency menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan didalam praktik Internet Financial

  

Reporting. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan

  maka tuntutan transparansi akan semakin meningkat. Perusahaan besar memiliki lebih banyak external users seperti pelanggan, kreditur, pemegang saham dan masyarakat yang menginginkan keterbukaan informasi secara luas serta kemudahan akses dari informasi tersebut. Alasan atas tuntutan transparansi adalah bahwa pasar melihat perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab atas kebijakan dan pelaporan kinerja mereka.

  2. Hasil yang diperoleh pengujian pengaruh variabel bank size dengan visibilitas internet menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan. Ini membuktikan bahwa perusahaan besar cenderung mengadopsi penerapan internet didalam pengungkapan informasi mereka. Perusahaan besar memiliki sumber daya keuangan, sumber daya manusia dan intellectual capital seperti teknologi yang lebih baik, sehingga implementasi internet dengan mudah diterapkan. Bank yang lebih besar memiliki situs web yang interaktif dan dinamis sehingga perkembanganperbankanelektronik dapat berkembang terus menerus. Hal ini menyimpulkan bahwa perusahaan besar memberikan dan menawarkan berbagai layanan untuk klien dan internet surfers.

  3. Pengujian pengaruh variabel bank size dengan Good Corporate Governance menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, maka peranan dari praktik CG semakin dibutuhkan untuk mengurangi kesenjangan informasi antara agen dan prinsipal. Sejalan dengan hal tersebut, pemegang saham melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap manajemen sehingga mengakibatkan tingginya penilaian CG kepada perusahaan.

  4. Pengamatan terhadap hubungan variabel bank size dengan financial performance menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa besarnya lembaga keuangan perbankan di Indonesia belum hubungan negatif ini adalah bahwa banyak perusahaan besar yang hanya berfokus pada besaran dan banyaknya aset yang dimiliki, namun mengesampingkan kinerja sehingga hasil yang diperoleh perusahaan tersebut tidak efektif dan efisien.

  5. Pengujian pengaruh variabel Good Corporate Governance dengan visibilitas internet menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang tidak signifikan. Ini membuktikan bahwa dengan adanya praktik GCG didalam suatu perusahaan, tidak memberikan pengaruh terhadap sumber daya teknologi yang dihasilkan perusahaan tersebut.

  6. Hubungan antara variabel Good Corporate Governance dengan financial

  performance menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang tidak signifikan. Temuan

  penelitian ini menunjukkan penerapan praktik GCG tidak menjamin sebuah perusahaan tersebut akan memiliki kinerja yang baik. Implementasi praktik GCG biasanya membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan, jika pengambilan keputusan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan benar maka akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang buruk.

  7. Pengujian pengaruh variabel financial performance dengan e-transparency menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa transparansi yang diterapkan perusahaan tidak dapat dipengaruhi oleh kinerja. Dengan adanya kinerja yang baik, tidak membuktikan bahwa perusahaan mau mengungkapkan seluruh informasi yang ada. Perusahaan mungkin akan mempertimbangkan beberapa faktor lain dalam mengungkapkan informasi.

  8. Pengaruh variabel financial performance dengan visibilitas internet menunjukkan bahwa financial performance tidak memiliki pengaruh terhadap visibilitas internet.

  Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja keuangan tidak ada hubungannya dengan visibilitas suatu perusahaan.

  9. Pengujian terhadap variabel visibilitas internet dengan e-transparency mendapati bahwa visibilitas internet memiliki pengaruh signifikan terhadap e-transparency.

  Hasil penelitian ini membuktikan dengan adanya implementasi teknologi akan meningkatkan faktor transparansi. Karena dengan media penyampaian informasi yang baik, maka transparansi informasi tersebut akan tersampaikan kepada nasabah atau pengguna. Kemudian pengguna dapat mengakses informasi tersebut tanpa adanya privacy pada website perusahaan.

  Implikasi Penelitian

  Penelitian ini memberikan beberapa implikasi, yaitu; 1. Besaran perusahaan memberikan kontribusi pada peningkatan pengungkapan yang memberikan manfaat bagi pengguna. Pengungkapan tidak hanya berkaitan dengan media tradisional basis kertas, namun juga media elektronik berupa internet. Pengungkapan juga bukan hanya berkaitan dengan besaran jumlah informasi yang diungkapkan, namun juga berkaitan dengan seberapa besar akses atas informasi yang disediakan tersebut.

  Hal ini dimungkinkan karena semakin terbukanya perusahaan,makan akan semakin besar visibilitas dan pengungkapan melalui transparansi.

  3. Visibilitas berkaitan dengan besaran pengungkapan dan pengungkapan yang semakin luas berhubungan searah dengan transparansi yang dilakukan oleh perusahaan. Pernyataan ini mendorong defenisi pengungkapan yang lebih luas, yang tidak hanya berkaitan dengan jumlah informasi namun akses atas informasi tersebut.

  Keterbatasan Penelitian

  Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan maupun kelemahan. Keterbatasan yang perlu diperbaiki pada penelitian-penelitian selanjutnya adalah :

Dokumen yang terkait

ANGGARAN WAKTU AUDIT DAN KOMITMEN PROFESIONAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT ABDUL HALIM Universitas Gajayana Malang Abstract - 081 ANGGARAN WAKTU AUDIT DAN KOMITMEN PROFESIONAL, kualitas aud

0 0 26

FUNGSI MEDIASI ELEMEN INSTITUSIONAL BUDAYA TERHADAP HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN TINGKAT PENGUNGKAPAN NILAI-NILAI ISLAM PADA LAPORAN TAHUNAN BANK ISLAM: STUDI LINTAS NEGARA

0 6 27

080 INDEPENDENSI DAN CONFLICT OF INTEREST AUDITOR

0 0 26

PENGARUH BIAS SELF FULFILLING PROPHECY DAN INISIATIF PERUBAHAN MANAJEMEN SEBAGAI UPAYA PENGURANGBIASAN GOING CONCERN JUDGMENT

0 0 27

PENGARUH KOMPETENSI, SKEPTISME, HUBUNGAN KLIEN DENGAN AUDITOR, UKURAN KAP TERHADAP KEPUASAN KLIEN DAN KEGUNAAN UNTUK STAKEHOLDER EKSTERNAL DALAM PERSPEKTIF KLIEN IBNU IRAWAN LILI SUGENG WIYANTORO HELMI YAZID EWING YUVISA IBRANI Universitas Sultan Ageng Ti

1 2 21

PERSEPSI PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN DI INDONESIA TERHADAP INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)

0 0 23

PERAN KEKHAWATIRAN MENDAPAT SANKSI PROFESIONAL DALAM PROFESIONALISMA DAN INDEPENDENSI AUDITOR: PENGUJIAN TEORI KOGNITIF SOSIAL FRANCISCA RENI RETNO ANGGRAINI Universitas Sanata Dharma ZAKI BARIDWAN SUWARDJONO HARDO BASUKI Universitas Gadjah Mada Abstract

0 0 20

Universitas Airlangga Abstract - 075 PENGARUH UMUR, GENDER, DAN PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU

0 1 27

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP PENENTUAN OPINI AUDIT

1 3 21

PENDAPAT GOING CONCERN: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PERUSAHAAN YANG MENGALAMI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 - 2013)

1 1 34