BAB IV PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG IV.1 Geografi dan Administrasi Wilayah - DOCRPIJM 66f4308c44 BAB IVBAB IV 2015 2019 (gambaran umum wilayah) (Repaired)

BAB IV PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG IV.1 Geografi dan Administrasi Wilayah Luas wilayah Kabupaten Klungkung

  adalah 315 km² atau 5,60% dari luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan, terdiri atas 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusa Penida memiliki luas terbesar mencapai 202,84 km2atau 64,40% dari luas Kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Banjarangkan 45,73 km2 (14,52%), Kecamatan Dawan 37,38 km²(11,87%) dan yang terakhir adalah Kecamatan Klungkung, yang mana merupakan wilayah terkecil diantara tiga kecamatan lainnya dengan luas wilayah 29,05km² atau 9,22% dari wilayah kabupaten. Letak geografis Kabupaten Klungkung adalah 115.21’28”- 115.37’43’ Bujur Timur dan 008.27º37º- 008.49º00º Lintang Selatan.

  Wilayah Kabupaten Klungkung

  Prosentase Luas Lahan Per

  sepertiga bagian (112,16 km²)

  Kecamatan Tahun 2014

  terletak di daratan pulau Bali dan

  9%

  dua pertiga bagian (202,84 km²)

  Klungkung 15% Banjarangkan 12%

  lagi merupakan kepulauan yaitu

  64% Dawan

  Nusa Penida, Nusa Lembongan

  Nusa Penida

  dan Nusa Ceningan. Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh ±1 jam perjalanan, lewat Sanur dengan menumpang perahu boat jarak tempuh ± 1,5 jam perjalanan, lewat Kusamba dengan menumpang jukung/sampan jarak tempuh ±1,5 jam perjalanan, sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang perahu boat dengan waktu tempuh ± 1 jam perjalanan atau dengan menggunakan Kapal Ferry RoRo dengan jarak waktu ± 1,5 jam perjalanan.

  Secara administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

  • Sebelah utara adalah Kabupaten Bangli - Sebelah timur adalah Kabupaten Karangasem - Sebelah selatan adalah Samudera Hindia - Sebelah Barat adalah Kabupaten Gianyar Jarak Pusat Kota Semarapura ke beberapa ibu kota Kabupaten/Kota se-Bali yang terdekat berjarak sekitar 12 Km dan terjauh 93,1 Km. Sedangkan jarak ke beberapa Ibu Kota Kecamatan se-Kabupaten Klungkung yang terdekat adalah dengan Kecamatan Klungkung (asumsi Puspem sebagai jantung kota) berjarak 0 Km, dan terjauh adalah Kota Kecamatan Nusa Penida dengan jarak 25 Km, adapun rinciannya seperti dibawah ini :

  Tabel IV.1 Administrasi Wilayah Kabupaten Klungkung

Tabel 4.1. Jarak dari kota Semarapura ke Ibukota Kecamatan Tahun 2014

  

No Ke Ibu Kecamatan Jarak (Km) Waktu Tempuh (Menit)

  1 Nusa Penida (Sampalan)

  25

  60

  2 Banjarangkan (Banjarangkan) 5,50

  10

  3 Klungkung (Semarapura)

  4 Dawan (Dawan) 6,50

  12 Sumber : Bappeda Kabupaten Klungkung Tahun 2014

  Gambar IV.1 Administrasi Wilayah Kabupaten Klungkung

IV.2 Demografi

  Kondisi Demografi atau kependudukan suatu daerah merupakan indikator pembangunan sumber daya manusia menyangkut kondisi kesehatan, pendidikan termasuk ekonomi yang secara komposit terukur dalam suatu nilai indeks yaitu indeks pembangunan manusia (IPM).

  Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Kependudukan dan Catatan Sipil seperti yang telah tertuang dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 disyaratkan bahwa; setiap penduduk wajib mendaftarkan dan mencatatkan peristiwa kependudukannya dari sejak kelahiran sampai kematiannya

  Penduduk merupakan salah satu unsur penyusun suatu pemerintahan. Tercapainya kesejahteraan penduduk merupakan tujuan utama dari pembangunan di Kabupaten Klungkung. Sejauh ini belum terjadi pertumbuhan penduduk yang terlalu besar di Kabupaten Klungkung seperti kota-kota metropolitan. Namun yang menjadi perhatian adalah penyebarannya, wilayah Nusa Penida yang merupakan kecamatan terluas, hanya dihuni oleh 26,07% penduduk Klungkung, sisanya 73,93% berada di daratan Klungkung (Banjarangkan, Dawan dan Klungkung). Hal ini disebabkan oleh akses ke Nusa Penida masih terbatas karena dipisahkan lautan, banyak penduduk Nusa Penida transmigrasi ke luar Bali, ketersediaan lapangan kerja yang minim serta kondisi lahan kering dan tandus sehingga menyulitkan untuk bercocok tanam.

  Berdasarkan hasil registrasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung pada Tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung Tahun 2013 adalah sebanyak 173.900 jiwa yang terdiri dari 86.000 jiwa penduduk laki-laki dan 87.900 jiwa penduduk perempuan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 1.000 jiwa jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Tahun 2012 yang berjumlah 172.900 jiwa.

  Secara umum dapat dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk disuatu wilayah atau daerah yaitu : mutasi penduduk, Kelahiran, migrasi keluar dan masuk, transmigrasi, tingginya angka kematian dan validitas data yang terjadi karena kesalahan perhitungan oleh petugas terkait.

  Tabel. 4.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin per Kecamatan Tahun 2013

  Penduduk No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

  1 Nusa Penida 22.550 22.790 45.340

  2. Banjarangkan 19.030 19.120 38.570

  3. Klungkung 27.800 28.770 56.570

  4. Dawan 16.620 17.220 33.840 Jumlah 86.000 87.900 173.900

  Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

Gambar 4.1. Diagram Jumlah Penduduk berdasarkan jenis Kelamin Per Kecamatan

  

PERBANDINGAN JUMLAH PENDUDUK PER

KECAMATAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

28,770 27,800 22,790 19,120 22,550 19,030 17,220 16,620

  Nusa Penida Banjarangka Klungkung Dawan

n

Laki-laki 22,550 19,030 27,800 16,620

Perempuan

  22,790 19,120 28,770 17,220 Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014 Meningkatnya jumlah penduduk diiringi oleh meningkatnya jumlah rumah tangga namun peningkatannya tidak begitu signifikan yaitu di Tahun 2012 jumlah rumah tangga mencapai 43.225 RT meningkat menjadi 43.475 RT di Tahun 2013 namun ratio beban tanggungan tetap yaitu 53%.

  Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu.

  97 Kabupaten Klungkung

  97

  99 100

  97

  97

  99

  99

  1

  

Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan

  Gambar. 4.2. Rasio Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2011-2013 Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

  98 Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

  98

  98

  97

  Berikut ini akan disajikan data rasio jenis kelamin per kecamatan dalam tiga tahun terakhir : Tabel. 4.2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2011-2013

  97

  4. Dawan

  97

  96

  97

  3. Klungkung

  99 99 100

  2. Banjarangkan

  99

  98

  1. Nusa Penida 100

  No. Kecamatan Rasio Jenis Kelamin (%) 2011 2012 2013

  97 RASIO JENIS KELAMIN PER KECAMATAN 2011 2012 2013

4.1.1. Kepadatan Penduduk

  Kepadatan penduduk (density) adalah jumlah rata-rata penduduk yang mendiami suatu wilayah administratif atau politis tertentu, biasanya dinyatakan dalam jiwa/Km2.

  Bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, menyebabkan terjadinya peningkatan kepadatan penduduk di Kabupaten Klungkung namun dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung cenderung menurun sehingga tingkat kepadatan penduduk pun cenderung menurun.

  Dalam periode tahun 2011-2013, kepadatan penduduk di Kabupaten Klungkung meningkat 2 penduduk per Km²dari 549 jiwa/km² pada tahun 2012 menjadi 552jiwa/km² pada tahun 2013. Apabila ditinjau dari statistik kepadatan penuduk per kecamatan, secara relatif wilayah yang terpadat adalah di Kecamatan Klungkung kemudian Kecamatan Dawan dan Banjarangkan serta yang paling rendah kepadatan penduduknya adalah di Kecamatan Nusa Penida. Perkembangan kepadatan penduduk masing-masing kecamatan di Kabupaten Klungkung periode 2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3. Kepadatan Penduduk Per Kecamatan dari tahun 2011-2013

  No Kecamatan Penduduk/Km² 2011 2012 2013

  

1. Nusa Penida 223 223 224

  

2. Banjarangkan 821 827 834

  

3. Klungkung 1920 1933 1947

  

4. Dawan 896 900 905

Klungkung 546 549 552

  Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

4.1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk

  Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu kelahiran, kematian, migrasi masuk dan migrasi keluar.Laju pertumbuhan penduduk untuk Kecamatan Klungkung Tahun 2000 yaitu 48.017 jiwa di tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 12,92% atau 55.141 jiwa dan begitu juga dengan kecamatan Nusa Penida mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk di Tahun 2000 sebesar 44.886 jiwa mengalami kenaikan di tahun 2010 sebesar 0,50% atau 45.110 jiwa.

  Tabel. 4.4. Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2000-2010 Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

  Gambar. 4.3. Diagram Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan

  No Kecamatan Penduduk Rata-rata (%) 2000 2010

  1. Nusa Penida 44.886 45.110 0,05

  2. Banjarangkan 32.307 37.115 1,41

  3. Klungkung 48.017 55.141 1,40

  4. Dawan 29.954 33.177 1,00

  Kabupaten Klungkung 155.164 170.543 0,95

  Laju Pertumbuhan Penduduk

  • 50,000 100,000 150,000 200,000

  2000 2011

4.1.3. Penduduk Menurut Kelompok Umur

  Kebijakan pembangunan di segala bidang senantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum/penduduk. Oleh karena itu data kependudukan berdasarkan kelompok umur merupakan salah satu data dasar yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan kelompok sasaran dan penerima manfaat kebijakan pembangunan. Salah satu penggunaan data penduduk berdasarkan kelompok umur adalah untuk menghitung jumlah angkatan kerja, rasio ketergantungan

  (dependency ratio) produktivitas penduduk, tingkat fertilitas melalui pendekatan rasio ibu dan anak (Child Woman Ratio), dll.

  Pada Tahun 2013 jumlah angkatan kerja kelompok umur 15

  • – 64 Tahun di Kabupaten Klungkung berjumlah 113.700 jiwa atau 65,38% dari total jumlah
  • – penduduk, sedangkan untuk jumlah penduduk non angkatan kerja kelompok umur 0

  14 Tahun dan 65

  • – 75 Tahun adalah sejumlah 60.200 jiwa atau 34,62% dari total jumlah penduduk Kabupaten Klungkung. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok umur angkatan kerja mendominasi jumlah penduduk di Kabupaten Klungkung secara keseluruhan. Hal ini mencerminkan adanya populasi siap kerja dan diharapkan peluang kerja terbuka lebar sehingga tidak terjadi peningkatan pengangguran yang pararel dengan meningkatnya usia kerja di Kabupaten Klungkung.
  • – 4 7.000 6.500 13.500 5 – 9 7.700 7.200 14.900 10 – 14 7.400 6.900 14.300 15 – 19 6.500 5.800 12.300 20 – 24 5.200 4.900 10.100 25 – 29 5.800 5.600 11.400 30 – 34 5.800 6.100 11.900 35 – 39 6.400 6.500 12.900 40 – 44 6.300 6.900 13.200

  • – 49
  • – 54

  • – 59
  • – 64
  • – 69
  • – 74

  Kemiringan tanah merupakan penentu utama kemampuan tanah untuk layak diusahakan terutama usaha pertanian yang memerlukan pengolahan tanah secara intensif.Faktor lereng perlu mendapat perhatian, karena dapat membawa akibat kerusakan tanah.Kerusakan yang paling parah adalah kerusakan akibat erosi, yaitu hanyutnya lapisan atas tanah.Semakin tinggi persentase kemiringan tanah umumnya semakin besar erosi yang terjadi.Pembuatan terasiring dan pemilihan tanaman yang tepat merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi laju erosi yang terjadi pada lahan berlereng.Untuk menghindari

  Tabel. 4.5. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

  Kabupaten Klungkung 86.000 87.900 173.900

  2.200 2.900 5.100 75+ 2.800 3.400 6.200

  70

  2.800 3.400 6.200

  65

  60

  3.700 4.00 7.700

  4.400 4.900 9.300

  55

  5.300 5.900 11.200

  50

  6.700 7.00 13.700

  45

  Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

IV.3 Topografi

  terjadinya kerusakan lahan, pengelolaan tanah pada lahan berlereng perlu mengikuti kaidah konservasi tanah dan air.

  Panjang pantai di Kabupaten Klungkung 97,60 km, tediri atas di daratan Klungkung sepanjang 14,10 km dan di Kepulauan Nusa Penida 83,50 km. Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus dan sebagian kecil saja merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan/lereng di Kabupaten Klungkung dirinci menurut klasifikasi dan luasnya terbagi menjadi daerah datar (kemiringan 0-2º) seluas 42,21 km² atau 13,08% dari luas kabupaten, landai (kemiringan 2-15º) seluas 113,05 km² atau 35,89% luas kabupaten, miring (kemiringan 15-40º) seluas 144,27 km² atau 45,80% luas kabupaten, dan terjal (kemiringan diatas 40º) seluas 16,47 km² atau 5,32% dari luas Kabupaten Klungkung. Di Nusa Penida, secara umum kondisi topografi tergolong landai sampai berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0 - 3 % dari ketinggian lahan 0-268 m dpl. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin bergelombang.Demikian juga pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0 - 3% dan dibagian Selatan kemiringannya 3 - 8 %.Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8 - 15% dan 15 - 30% dengan kondisi tanah bergelombang dan berbukit.

Tabel 4.6 : Kemiringan/lereng di Kabupaten Klungkung dirinci menurut Klasifikasi dan Luasannya

  Tahun 2014

  No Keterangan Tingkat Kemiringan Luasnya/Total Area Km²

  1. Datar 0-2º 41,21

  2. Landai 2-15º 113,05

  3. Miring 15-40º 144,27

  4. Terjal >40º 16,47 Jumlah Total 315

  Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Klungkung Tahun 2014

Gambar 4.4. Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Klungkung

IV.4 Hidrologi

  8.

  6.000 24.000 33.000 24.000 33.600 32.800 32.800 33.600 31.400 30.000 30.000 32.600 32.600 32.600

  14. Tukad Bubungan Tukad Yeh Unda Tukad Telaga Waja Tukad Belatung Tukad Rangka Tukad Lantang Tukad Samu Tukad Pulo Tukad Anyar Tukad Menanga Tukad Yeh Jinah Tukad Bubuh Tukad Belok Tukad Melangit

  13.

  12.

  11.

  10.

  9.

  Kondisi Hidrologi adalah kondisi permukaan dan sub permukaan air bumi baik peredaran dan agihannya, sifat-sifat kimia dan fisiknya serta reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk-makhluk hidup (Internasional Glossary of Hidrologi, 1974) [Ersin Seyhan, 1990].

  Kabupaten Klungkung memiliki Sumber air yang berasal dari sungai dan mata air.Sungai hanya terdapat di Klungkung Daratan yang mengalir sepanjang tahun. Sumber air di kecamatan Nusa Penida bersumber dari mata air dan air hujan yang ditampung melalui bak penampungan (cubang) atau yang sekarang disebut PAH (Penampungan Air Hujan) yang dibuat oleh penduduk setempat melalui swadaya dan pendanaan dari APBD Kabupaten Klungkung maupun APBN Pusat.

  6.

  5.

  4.

  3.

  2.

  No Nama Sungai Panjang (m) 1.

Tabel 4.7 : Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Klungkung

  7.

Tabel 2.6 : Ketinggian dari permukaan air laut menurut klasifikasi dan luas nya Tahun 2013

  Klasifikasi Ketinggian Luasnya Area (meter) Km² %

(1) (2) (3)

  0-7 8,33 2,64 7-25 23,61 7,5 25-50 21,27 6,75 50-100 33,06 10,5 100-500 227,48 72,21 >500 1,25 0,40 Jumlah Total 315 100 Sumber : Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

Gambar 4.5. Peta Hidrologi Kabupaten Klungkung

IV.5 Geologi

  Kondisi wilayah Kabupaten Klungkung relatif aman, khususnya terhadap bahaya gunung berapi, karena di wilayah ini tidak dijumpai adanya gunung api. Namun berdasarkan peta geologi, formasi Qva dapat menjadi daerah potensi bencana bila Gunung Agung di Kabupaten Karangasem menunjukkan aktivitasnya.

  Formasi geologi yang membentuk wilayah Kabupaten Klungkung meliputi : formasi volkam muda (Qva dan Qbb), Endapan Alvium (Qal), Formasi Selatan (Msl), dan formasi Ulakan (Mu). Sebaran formasi-formasi tersebut di Kabupaten Klungkung.

  Formasi vulkanik lainnya adalah Qbb yang meliputi sebagian Kecamatan Banjarangkan, Klungkung dan Dawan. Formasi ini disusun oleh tufa dengan endapan hasil erupsi volkan-volkan yang ada di sekitar Kabupaten Klungkung, yaitu Gunung Buyan, Bratan dan Batur. Daerah ini juga merupakan daerah subur dan sangat berpotensi bagi pengembangan pertanian Kabupaten Klungkung. Bentuk lahan yang bervariasi menyebabkan lahan-lahan yang berada pada wilayah perbukitan dengan lereng terjal memiliki potensi erosi yang cukup tinggi.

  Endapan Aluvium (Qal) merupakan daratan yang dibentuk karena proses pengendapan dari laut (deposit marine) tersebar di Kecamatan Klungkung, Dawan, dan Nusa Penida. Proses pengendapan yang terjadi dalam kurun waktu yang lama menyebabkan majunya garis pantai ke arah laut. Daerah ini sangat berpotensi bagi pengembangan pertanian, khususnya bagi budidaya kelapa.

  Formasi Msl dan Mu merupakan formasi endapan tersier, terdiri dari Formasi Selatan (Msl) yang tersusun terutama oleh batuan gamping dan dingkapan-dingkapan kecil formasi Ulakan (Mu) yang tersusun atas breksi gunung berapi,lava, tufa dengan sisipan batuan gamping. Kedua formasi ini terdiri dari bahan-bahan yang terbentuk dari proses sedimentasi bahan-bahan klastik,kimia dan organik. Setelah mengalami sedimentasi, bahan-bahan tersebut mengalami lithifikasi sehingga membentuk batuan sedimen, seperti breksi (Mu) dan batuan gamping (Msl). Kedua formasi ini merupakan daerah yang berpotensi terhadap erosi.

  Formasi selatan hanya meliputi : Kecamatan Nusa Penida, berbahan induk batuan gamping. Tanah yang terbentuk pada formasi ini bersifat basa. Kandungan P2O5 dan K2O sedikit tinggi, kandungan CaO dan MgO sangat tinggi. Formasi ulakan meliputi sebagian Kecamatan Banjarangkan dan Dawan. Tanah yang terbentuk bersifat agak asam sampai netral, kandungan P2O5 dan K2O sedang sampai tinggi, kandungan CaO dan MgO sedang.

IV.6 Klimatologi

  Wilayah Klungkung sebagaimana halnya dengan wilayah lainnya di Bali secara umum beriklim tropis, yang dipengaruhi oleh angin musim.Sebagai daerah tropis, di Klungkung terdapat musim kemarau sekitar bulan Juni

  • – September dan musim hujan sekitar bulan Desember – Maret yang diselingi oleh musim pancaroba.

  Pada Tahun 2014 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Nusa Penida yaitu sebesar 624.67 mm dengan rata-rata hari hujan per tahun sebanyak 32 hari hujan, sedangkan terendah ada di Kecamatan Klungkung dengan rata-rata curah hujan sebesar 128 mm dan rata-rata hari hujan sebanyak 9 hari hujan. Kemudian Kecamatan Dawan dengan rata- rata curah hujan sebesar 163.5 mm dan rata-rata hari hujan per tahunnya adalah sebanyak 13 hari hujan.

  Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari sedangkan terendah pada bulan Agustus, pada Tahun 2013 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 2.321 mm di Kecamatan Nusa Penida dan curah hujan terendah yaitu 9 mm terjadi di bulan Agustus d Kecamatan Nusa Penida. Sumber : BPS Kabupaten Klungkung (Klungkung Dalam Angka Tahun 2014) Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Pencatatan curah hujan dilakukan di tiap-tiap kecamatan.Di Kecamatan Nusa Penida ada 4 (empat) tempat pengamatan yaitu Sampalan, Prapat dan Klumpu, serta Batukandik sedangkan di Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung dan Kecamatan Dawan masing

  • – masing 1 ( satu ) tempat pengamatan.
Tabel 2.4.: Jumlah Curah Hujan Per Kecamatan di Kabupaten Klungkung per bulan Tahun 2013

  No Bulan Tempat Stasiun Nusa Penida Banjarangkan Klungkung Dawan CH HH CH HH CH HH CH HH

  33

  20

  6

  54.1

  4

  29

  5

  28

  6

  10. Oktober

  4

  11

  20

  2

  44

  2

  59

  2

  11. November 468 48 176.1 17 167 13 209

  18

  12 Desember 2321 58 338.1 12 323 10 432

  15 Jumlah 7.496 388 766 136 1.536 102 1.962 155 Rata-rata 624,67 32,33 63,83 11,33 128 8,5 163,5 12,92

  9. September

  62

  1. Januari 1739 79 433 24 291 14 204

  6. Juni 601 30 181.7 10 110

  23

  2. Pebruari 635 38 216.2 10 190 10 143

  10

  3. Maret 522 31 150.1 9 148 9 179

  14

  4. April 397 30 127.8 9 149.1 9 160

  12

  5. Mei 524 31 313 17 135.6 9 154

  14

  7

  3

  92

  12

  7. Juli 227 28 316.8 15 218 11 240

  18

  88. Agustus

  9

  5

  24.8

  7

  16

  Sumber :Klungkung Dalam Angka Tahun 2014

Gambar 2.4. Peta Curah Hujan di Kabupaten Klungkung

IV.7 SOSIAL DAN EKONOMI A. Strategi Pengembangan Sosial Budaya

  Strategi pengembangan sosial budaya adalah sebagai berikut : 1.

  Mengembangkan sikap masyarakat pekraman dan awig-awig adat/pekraman agar selaras dengan arahan tata ruang sehingga rencana tata ruang wilayah kabupaten dapat diimplementasikan sesuai dengan ruang (desa), waktu (kala), dan keadaan setempat (patra);

  2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah ada dan relevan menunjang keajegan bali dan kesejahteraan penduduk lokal perlu lebih diberdayakan.

  Lembaga-lembaga sosial baru yang dibutuhkan dalam rangka keberlanjutan dan perkembangan sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sumberdaya manusia lokal, dan sumberdaya ekonomi perlu diberikan rangsangan dalam pengadaan dan operasionalnya;

  3. Pengembangan sarana-sarana keagamaan, antara lain :

  a. Pura-Pura Kahyangan Jagat dan Pura-Pura khusus yang memiliki nilai-nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan budaya yang unik perlu diamankan keberadaan dan lingkungannya melalui pembuatan rencana penataan bangunan dan lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; b. Tempat-tempat pelaksanaan prosesi budaya/keagamaan seperti melasti, tawur kesanga, dan piodalan perlu tindakan-tindakan pengamanan dan penyediaan ruang yang memadai untuk pelaksanaan prosesi/upacara keagamaan; 4. Pengembangan struktur tata ruang yang menampilkan identitas budaya Bali.

B. Strategi Pengembangan Sumberdaya Manusia

  Strategi pengembangan sumberdaya manusia, adalah sebagai berikut :

  1. Peningkatan kualitas penduduk, menyangkut pendidikan, ketrampilan, kesehatan untuk meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia;

  2. Peningkatan tingkat pendidikan penduduk diprioritaskan untuk mengurangi angka buta huruf dan mengurangi angka putus sekolah;

  3. Peningkatan derajat kesehatan penduduk dengan memeratakan sarana dan prasarana kesehatan maupun tenaga medis dan paramedis;

  4. Meningkatkan kesadaran penduduk mengenai lingkungan hidup dengan jalan memberikan motivasi dan pembinaan mengenai lingkungan hidup.

C. Strategi Pengembangan Sumberdaya Ekonomi

  Strategi pengembangan sumberdaya ekonomi, adalah sebagai berikut :

  1. Pembagian wilayah pembangunan berdasarkan pendekatan administratif dan pendekatan fungsional sehingga prioritas pembangunan pada masing-masing wilayah bisa dipertegas;

  2. Pengembangan wilayah Klungkung Kepulauan yang mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif, terkait dengan kepariwisataan dan pertanian dalam arti luas sebagai pusat pendorong pertumbuhan ekonomi daerah secara keseluruhan;

  3. Pengembangan wilayah Klungkung Daratan yang mempunyai keunggulan komparatif terkait dengan pertanian dalam arti luas sebagai pendorong pemerataan pembangunan;

  4. Mendukung strategi-strategi spasial di atas, dengan perumusan strategi non spasial berupa kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan kekuatan sektor pariwisata terutama untuk mempercepat peningkatan produktivitas sektor pertanian baik yang bersifat teknis, kelembagaan, dan sosial ekonomi.