PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELAL
PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI
MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN
FISIKA DI SMA
Mahesa Kale 1), Sri Astutik 2), Rif’ati Dina 2)
1) Mahasiswa Program S1 Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Email: [email protected]
Abstract
The goals of this research were to examine the differences of physic achievement
between using TPS (Think,Pair,Share)Model with skill based process and
conventional model, and to describes the ability of students' science process
skills in the learning physics during TPS (Think,Pair,Share) Model. The kind of
this study was true experiment by using control group pre test-post test design.
The sample of this research was the students of class X at Kencong 1 Senior
High School. The data were collected by observation, documentation, student
worksheet, test, and interview. The analysis result that the student’s ability of
cognitive processes of students in the learning physics during
TPS
(Think,Pair,Share) Model with skill based process include in good category is
equal to 83,4%, the student’s physics achievement by use TPS (Think,Pair,Share)
Model with skill based process is able to increasing, and the student’s
achievement by use TPS (Think,Pair,Share) Model with skill based process is
better than conventional model.
Keyword: TPS (Think,Pair,Share) , Skill Process.
PENDAHULUAN
Fisika adalah bagian dari sains
(IPA) yang pada hakikatnya adalah
kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan
penyelidikan.
Fisika
adalah
ilmu
pengetahuan yang menggunakan metode
ilmiah dalam prosesnya (Wirtha dan Rapi,
2008). Proses pembelajaran fisika bukan
hanya memahami konsep-konsep fisika,
tetapi juga mengajar siswa berpikir
konstruktif
melalui
fisika
sebagai
Keterampilan
Proses
Sains
(KPS),
sehingga pemahaman
siswa
terhadap
hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai
proses maupun sebagai produk.
Rapi (2008) menyatakan bahwa di
kalangan
siswa
menengah,
telah
berkembang kesan yang kuat
bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran yang
sulit untuk dipahami dan kurang menarik.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
minat dan motivasi untuk mempelajari
fisika
dengan
senang
hati, merasa
terpaksa. Dalam hal ini perubahan proses
belajar
mengajar
diperlukan
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran fisika,
salah satunya dengan cara menggunakan
pembelajaran yang banyak mengandung
ketrampilan – ketrampilan tertentu seperti
ketrampilan dalam mengambil keputusan,
ketrampilan dalam menganalisis data,
berfikir secara logis, sistematis serta
ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan.
Sehingga pembelajaran akan lebih mengacu
kepada siswa dan siswa aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar
Hal ini dikarenakan penggunaan
metode pembelajaran yang cenderung
monoton, kurangnya keterlibatan siswa
233
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains ......234
dalam menemukan suatu konsep dalam
proses kegiatan belajar dan mengajar
(KBM), serta pembelajaran lebih bersifat
teacher-centered
yaitu
guru
hanya
menyampaikan fisika sebagai produk dan
siswa menghafal
informasi aktual.
Pembelajaran
seperti
itu
akan
menimbulkan ketidaktahuan pada diri
siswa mengenai proses maupun sikap dari
konsep fisika yang mereka peroleh.
Ketrampilan Proses Sains dan Sikap
Ilmiah merupakan bagian dari sains itu
sendiri, sehingga sangat strategis untuk
dikembangkan. Walaupun menduduki posisi
strategis
dalam
setiap
kurikulum,
implementasinya di lapangan tidak sesuai
dengan harapan. Kondisi ini disebabkan oleh
guru – guru pendidikan dasar dan menengah
kurang memahami hakekat pengembangan
Ketrampilan Proses Sain dan enggan
melakukannya (Suja, 2006)
Seorang pendidik perlu menerapkan
suatu model pembelajaran dimana siswa
dituntut untuk ikut andil atau aktif dalam
pembelajaran, tidak hanya aktif tetapi juga
bisa menggali potensi yang ada pada diri
siswa tersebut. Salah satu model yang
melibatkan keaktifan siswa dan juga dapat
menggali potensi dapa diri siswa adalah
model kooperatif tipe Think Pair Share. TPS
merupakan sebuah model yang sederhana
tetapi sangat berguna yang dikembangkan
oleh frank lyman dari maryland university.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung,
siswa
duduk
berpasangan
dalam
kelompoknya, siswa diberi suatu pertanyaan.
Lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan
jawaban, kemudian siswa berpasangan
dengan masing – masing pasangannya untuk
mencari kesepakatan jawaban. Terakhir,
siswa membagi jawaban kepada seluruh
siswa dikelas (Muhammad Thonroni dan
Arif Mustofa 2011 : 298)
Penerapan pendekatan ketrampilan
proses sains melalui model pembelajaran
Think Pair Share adalah pembelajaran
kooperatif dimana siswa dapat bekerja untuk
menemukan jawaban dari hasil berfikirnya
sendiri maupun dengan kerja sama dalam
kelompoknya dengan menggunakan alat
praktikum sehingga terciptanya nuansa
ketrampilan proses sains dalam kelas,
sehingga siswa dapat mengungkap masalah
terhadap masalah yang diberikan guru atau
menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
teori-teori dengan ketrampilan proses dan
sikap ilmiahnya di bawah pengawasan guru.
Berdasarkan latar belakang diatas
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar fisika menggunakan
pendekatan Ketrampilan Proses Sains
melalui Model Think Pair Share dengan
model konvensional dalam pembelajaran
fisika di SMA?, Bagaimana Ketrampilan
Proses Sains siswa dengan penerapan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains
melalui Model Think Pair Share dalam
pembelajaran fisika di SMA?.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengkaji perbedaan hasil belajar fisika
menggunakan
pendekatan
ketrampilan
proses sains melalui Model Think Pair
Share dengan model konvensional di SMA
dimana model konvensional yang dimaksud
adalah direct instruction, Mendeskripsikan
pendekatan ketrampilan proses sains siswa
selama pembelajaran dengan penerapan
pendekatan ketrampilan proses sains melalui
Model Think Pair Share
Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memperluas wawasan guru tentang
cara meningkatkan keterampilan proses
sains dan hasil belajar siswa, model TPS
(Think Pair Share) dapat dijadikan sebagai
alternatif model pembelajaran dalam proses
pembelajaran fisika di kelas, dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian sejenis.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, dengan tempat penelitian
ditentukan dengan menggunakan purposive
sampling area. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Kencong. Responden
penelitian ditentukan setelah dilakukan uji
homogenitas. Penentuan sampel penelitian
dengan
cluster
random
sampling.
Rancangan penelitian menggunakan control
group pre-test post-test design. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi, dokumentasi, penilaian
unjuk kerja, tes, dan wawancara. Teknik
analisis data untuk mempresentasikan skor
untuk masing-masing aspek kognitif proses
yang
diamati
dengan
menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑃
𝑃𝑘 = 𝑥 100 %
𝑁
235 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233 - 237
Kriteria kognitif proses sains dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Ketrampilan Proses Sains
Interval
Kriteria
Baik
75% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 100%
Cukup Baik
55% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 75%
Kurang Baik
40% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 55%
Tidak Baik
𝑆𝑘𝑜𝑟 < 40%
(Widayanto, 2009 )
Sedangkan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan
kelas
eksperimen
dihitung
dengan
menggunakan uji Independent samples t test
pada SPSS 16 (Turhendradi, 2010:114-115).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Kencong pada semester genap
tahun pelajaran 2012/2013 mulai tanggal 03
April 2013 sampai dengan 12 April 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah
siswa kelas X yaitu kelas X-1, X-3, X-6, X-7
dan X-8. Setelah itu, dilakukan uji
homogenitas dengan maksud untuk menguji
keseragaman variasi sampel yang diambil
dari populasi yang sama. Dari data yang
diperoleh
pada
uji
homogenitas
menggunakan SPSS 16, didapatkan nilai
signifikansi sebesar
0,32,
jika
dikonsultasikan
dengan
pedoman
pengambilan keputusan yaitu 0,032 lebih
besar daripada α = 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kelas X-1, X-3, X-6, X7 dan X-8 SMA Negeri 1 Kencong bersifat
homogen. Selanjutnya penentuan sampel
dalam penelitian ini dilakukan cluster
random sampling. Penetapan kelas yang
akan digunakan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik
undian.
Adapun kelas yang menjadi sampel
pada penelitian ini adalah siswa kelas X-6
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X1 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
mendapatkan pembelajaran menggunakan
pendekatan ketrampilan proses sains melalui
model TPS. Sedangkan kelas kontrol
mendapatkan pembelajaran seperti biasa
yang dilakukan oleh guru pengajar pada
kelas tersebut yaitu menggunakan model
pembelajaran direct instruction.
Materi yang digunakan pada
penelitian ini adalah materi Perpindahan
Kalor dan pembelajaran dilaksanakan
sebanyak 3 kali pertemuan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, data KPS ( Ketrampilan Proses
Sains) siswa diperoleh dari hasil analisis
jawaban pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
Gambaran mengenai KPS siswa dari hasil
analisis jawaban LKS pada pertemuan I, II,
dan III ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
.
Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Kognitif Proses Siswa Pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 1 diperoleh
informasi bahwa kognitif proses siswa kelas
eksperimen dari hasil penilaian LKS
tergolong dalam kategori baik Persentase rata-
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains ......236
rata kognitif proses siswa tiap aspek dari
pertemuan I, II, dan III yaitu merumuskan
hipotesis, mengidentifikasi variabel, mencatat
hasil pengamatan, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan, secara berurutan 91,2%,
79,7%, 91,9%, 85,8%, dan 93,2% Sedangkan
persentase keterampilan proses sains rata –
rata totalnya adalah 88,56% dan apabila
persentase keterampilan proses siswa tersebut
disesuaikan dengan kriteria keterampilan
proses siswa maka tergolong dalam kategori
baik.
Untuk mengetahui perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol, dianalisis
menggunakan uji t yaitu independent sampel t
test. Adapun hipotesis statistik dari uji t
adalah sebagai berikut :
𝐻0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar fisika siswa
menggunakan Pedekatan Ketrampilan
Proses Sains Melalui Model TPS di
SMA.
𝐻𝑎 = Ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar fisika siswa menggunakan
Pedekatan Ketrampilan Proses Sains
Melalui Model TPS di SMA.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t
dengan menggunakan bantuan SPSS 16 nilai
signifikasi yang diperoleh sebesar 0,001
menunjukkan bahwa nilainya kurang dari 0,05
atau 0,001 < 0,05. Maka sesuai dengan
pedoman pengambilan keputusan di atas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Dengan kata lain, ada perbedaan signifikan
hasil belajar siswa antara menggunakan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui
Model TPS dengan yang tidak menggunakan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui
Model TPS
.
PEMBAHASAN
Permasalahan
pertama
dalam
penelitian ini adalah untuk mengkaji
perbedaan hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Untuk
menjawab permasalahanan kedua ini,
dilakukan
dengan
cara
menganalisis
perbedaan hasil belajar fiska dari nilai pre-test
dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan meggunakan uji t yaitu
independen sample t test. Hasil penelitian dan
analisis data menggunakan SPSS 16.00 dapat
dilihat pada lampiran F halaman 83. Hasil
yang diperoleh menunjukkan hipotesis kerja
(Ha) diterima. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar
siswa antara menggunakan keterampiln proses
sains dengan model think pair share dengan
yang menggunakan model konvensional.
Perbedaan hasil belajar fisika antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
dikarenakan penerapan model pembelajaran
TPS disertai dengan ketampilan proses sains
pada kelas eksperimen dapat menanamkan
konsep pada diri siswa melalui praktikum.
Adanya praktikum siswa dapat menemukan
jawaban atas masalah yang diberikan oleh
guru sehingga muncul lah kertampilan proses
sains siswa sedangkan di kelas kontrol
diterapkan model pembelajaran konvensional.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran
konvensional didefinisikan sebagai model
pembelajaran yang biasa diterapkan ditempat
penelitian yaitu SMA Negeri 1 kencong.
Model pembelajaran yang sering digunakan di
SMA Negeri 1 Kencong adalah model
pembelajaran direct instruction dimana Guru
sebagai pusat pembelajaran atau yang biasa
disebut dengan TCL (Teacher Center
Learning).
Permasalahan kedua dalam penelitian
ini
adalah
untuk
mendeskripsikan
keterampilan proses sains siswa setelah
menggunakan keterampilan proses sains
dengan menggunakan model think pair share.
Berdasarkan hasil penilaian jawaban pada
Lembar kerja Siswa (LKS), kelas eksperimen
tergolong dalam kategori baik. Untuk
menjawab permasalahan tersebut dilakukan
pengambilan data dari hasil penilaian jawaban
pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Analisis
data menunjukkan bahwa tiap keterampilan
proses sains
siswa kelas eksperimen
tergolong dalam kategori baik.
Persentase keterampilan proses sains
siswa tiap pertemuan berturut-turut adalah
88,02%, 90,28%, dan 89,24%. Data tersebut
menunjukkan bahwa ketrampilan Proses Sains
siswa selama pembelajaran menggunakan
keterampilan
proses
sains
dengan
menggunakan model think pair share
termasuk dalam kategori baik. Sedangkan
persentase keterampilan proses sains siswa
rata – rata totalnya adalah 88,56% dan
termasuk dalam kategori baik. Dikarenakan
pada model think pair share ini memberikan
banyak waktu siswa untuk berfikir dan pola
berdiskusi dengan pasangannya sehingga
237 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233 - 237
anak akan membangun sendiri skemanya serta
membangun konsep-konsep melalui diskusi
sehingga mereka akan lebih memahami
konsep fisika yang dimiliki.
Persentase Ketrampilan Proses Sains
Siswa yang tertinggi adalah menarik
kesimpulan
(93,2%).
Semua
siswa
melaksanakan percobaan dan diminta untuk
menganalisis hasil pengamatan yang sudah
tersedia pada isian LKS. Dalam melaksanakan
percobaan, semua siswa aktif dalam
pengambilan data sehingga siswa mencatat
semua
hasil
percobaan
yang
telah
dilaksanakan. Sedangkan persentase aspek
keterampilan proses sains siswa yang terendah
adalah mengidentifikasi variabel (79,7%). Hal
ini karena siswa belum terbiasa untuk
melakukan
praktikum.
Kurangnya
pengalaman
siswa
dalam
melakukan
praktikum mengakibatkan siswa kurang
terampil dalam mengolah data untuk
dianalisis pada isian LKS.
Kendala yang muncul selama
pembelajaran antara lain alokasi waktu dalam
penerapan model ini, hal ini dikarenakan
siswa sering terlambat untuk masuk kelas
kendala lain juga karena guru kurang
memahami karakteristik siswa didalam kelas,
sehingga guru kurang menguasai kelas pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Namun
jika semua faktor yang ada dalam model
pembelajaran ini dapat dikelola dengan baik
maka akan sangat dimungkinkan tercapainya
tujuan pembelajaran secara maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar
siswa antara menggunakan ketrampilan
proses sains melalui model TPS dengan
yang menggunakan model konvensional,
ditunjukkan dari nilai signifikan yang
diperoleh yaitu 0,001 < 0,05.
2. Keterampilan proses sains siswa setelah
menggunakan ketrampilan proses sains
dengan model think pair share termasuk
dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
.Nadifah,A.
2006.
Penerapan
Model
Cooperatif Learning dengan Teknik
Bertukar
Pasangan
pada
Pembelajaran Fisika di SMP Studi
pada Pokok Bahasan Tekanan Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 9
JemberTahun Ajaran 2006-2007.
Jember : FKIP Universitas Jember
Rapi, N. K. 2008. Implementasi Model
Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam
Pembelajaran
Fisika
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
UNDIKSHA, No.1 TH. XXXXI Januari
2008.
Wirtha, I.M dan Rapi, N.K. 2008. Pengaruh
Model Pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan Konsep
Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA
Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan
dan Pengembangan Pendidikan, April
2008.
MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN
FISIKA DI SMA
Mahesa Kale 1), Sri Astutik 2), Rif’ati Dina 2)
1) Mahasiswa Program S1 Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Email: [email protected]
Abstract
The goals of this research were to examine the differences of physic achievement
between using TPS (Think,Pair,Share)Model with skill based process and
conventional model, and to describes the ability of students' science process
skills in the learning physics during TPS (Think,Pair,Share) Model. The kind of
this study was true experiment by using control group pre test-post test design.
The sample of this research was the students of class X at Kencong 1 Senior
High School. The data were collected by observation, documentation, student
worksheet, test, and interview. The analysis result that the student’s ability of
cognitive processes of students in the learning physics during
TPS
(Think,Pair,Share) Model with skill based process include in good category is
equal to 83,4%, the student’s physics achievement by use TPS (Think,Pair,Share)
Model with skill based process is able to increasing, and the student’s
achievement by use TPS (Think,Pair,Share) Model with skill based process is
better than conventional model.
Keyword: TPS (Think,Pair,Share) , Skill Process.
PENDAHULUAN
Fisika adalah bagian dari sains
(IPA) yang pada hakikatnya adalah
kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan
penyelidikan.
Fisika
adalah
ilmu
pengetahuan yang menggunakan metode
ilmiah dalam prosesnya (Wirtha dan Rapi,
2008). Proses pembelajaran fisika bukan
hanya memahami konsep-konsep fisika,
tetapi juga mengajar siswa berpikir
konstruktif
melalui
fisika
sebagai
Keterampilan
Proses
Sains
(KPS),
sehingga pemahaman
siswa
terhadap
hakikat fisika menjadi utuh, baik sebagai
proses maupun sebagai produk.
Rapi (2008) menyatakan bahwa di
kalangan
siswa
menengah,
telah
berkembang kesan yang kuat
bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran yang
sulit untuk dipahami dan kurang menarik.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya
minat dan motivasi untuk mempelajari
fisika
dengan
senang
hati, merasa
terpaksa. Dalam hal ini perubahan proses
belajar
mengajar
diperlukan
untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran fisika,
salah satunya dengan cara menggunakan
pembelajaran yang banyak mengandung
ketrampilan – ketrampilan tertentu seperti
ketrampilan dalam mengambil keputusan,
ketrampilan dalam menganalisis data,
berfikir secara logis, sistematis serta
ketrampilan dalam mengajukan pertanyaan.
Sehingga pembelajaran akan lebih mengacu
kepada siswa dan siswa aktif dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar
Hal ini dikarenakan penggunaan
metode pembelajaran yang cenderung
monoton, kurangnya keterlibatan siswa
233
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains ......234
dalam menemukan suatu konsep dalam
proses kegiatan belajar dan mengajar
(KBM), serta pembelajaran lebih bersifat
teacher-centered
yaitu
guru
hanya
menyampaikan fisika sebagai produk dan
siswa menghafal
informasi aktual.
Pembelajaran
seperti
itu
akan
menimbulkan ketidaktahuan pada diri
siswa mengenai proses maupun sikap dari
konsep fisika yang mereka peroleh.
Ketrampilan Proses Sains dan Sikap
Ilmiah merupakan bagian dari sains itu
sendiri, sehingga sangat strategis untuk
dikembangkan. Walaupun menduduki posisi
strategis
dalam
setiap
kurikulum,
implementasinya di lapangan tidak sesuai
dengan harapan. Kondisi ini disebabkan oleh
guru – guru pendidikan dasar dan menengah
kurang memahami hakekat pengembangan
Ketrampilan Proses Sain dan enggan
melakukannya (Suja, 2006)
Seorang pendidik perlu menerapkan
suatu model pembelajaran dimana siswa
dituntut untuk ikut andil atau aktif dalam
pembelajaran, tidak hanya aktif tetapi juga
bisa menggali potensi yang ada pada diri
siswa tersebut. Salah satu model yang
melibatkan keaktifan siswa dan juga dapat
menggali potensi dapa diri siswa adalah
model kooperatif tipe Think Pair Share. TPS
merupakan sebuah model yang sederhana
tetapi sangat berguna yang dikembangkan
oleh frank lyman dari maryland university.
Ketika proses belajar mengajar berlangsung,
siswa
duduk
berpasangan
dalam
kelompoknya, siswa diberi suatu pertanyaan.
Lalu siswa diperintahkan untuk memikirkan
jawaban, kemudian siswa berpasangan
dengan masing – masing pasangannya untuk
mencari kesepakatan jawaban. Terakhir,
siswa membagi jawaban kepada seluruh
siswa dikelas (Muhammad Thonroni dan
Arif Mustofa 2011 : 298)
Penerapan pendekatan ketrampilan
proses sains melalui model pembelajaran
Think Pair Share adalah pembelajaran
kooperatif dimana siswa dapat bekerja untuk
menemukan jawaban dari hasil berfikirnya
sendiri maupun dengan kerja sama dalam
kelompoknya dengan menggunakan alat
praktikum sehingga terciptanya nuansa
ketrampilan proses sains dalam kelas,
sehingga siswa dapat mengungkap masalah
terhadap masalah yang diberikan guru atau
menemukan fakta-fakta, konsep-konsep, dan
teori-teori dengan ketrampilan proses dan
sikap ilmiahnya di bawah pengawasan guru.
Berdasarkan latar belakang diatas
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar fisika menggunakan
pendekatan Ketrampilan Proses Sains
melalui Model Think Pair Share dengan
model konvensional dalam pembelajaran
fisika di SMA?, Bagaimana Ketrampilan
Proses Sains siswa dengan penerapan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains
melalui Model Think Pair Share dalam
pembelajaran fisika di SMA?.
Tujuan dari penelitian ini adalah
mengkaji perbedaan hasil belajar fisika
menggunakan
pendekatan
ketrampilan
proses sains melalui Model Think Pair
Share dengan model konvensional di SMA
dimana model konvensional yang dimaksud
adalah direct instruction, Mendeskripsikan
pendekatan ketrampilan proses sains siswa
selama pembelajaran dengan penerapan
pendekatan ketrampilan proses sains melalui
Model Think Pair Share
Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memperluas wawasan guru tentang
cara meningkatkan keterampilan proses
sains dan hasil belajar siswa, model TPS
(Think Pair Share) dapat dijadikan sebagai
alternatif model pembelajaran dalam proses
pembelajaran fisika di kelas, dan dapat
digunakan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian sejenis.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen, dengan tempat penelitian
ditentukan dengan menggunakan purposive
sampling area. Penelitian ini dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Kencong. Responden
penelitian ditentukan setelah dilakukan uji
homogenitas. Penentuan sampel penelitian
dengan
cluster
random
sampling.
Rancangan penelitian menggunakan control
group pre-test post-test design. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah observasi, dokumentasi, penilaian
unjuk kerja, tes, dan wawancara. Teknik
analisis data untuk mempresentasikan skor
untuk masing-masing aspek kognitif proses
yang
diamati
dengan
menggunakan
persamaan sebagai berikut.
𝑃
𝑃𝑘 = 𝑥 100 %
𝑁
235 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233 - 237
Kriteria kognitif proses sains dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Ketrampilan Proses Sains
Interval
Kriteria
Baik
75% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 100%
Cukup Baik
55% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 75%
Kurang Baik
40% ≤ 𝑆𝑘𝑜𝑟 < 55%
Tidak Baik
𝑆𝑘𝑜𝑟 < 40%
(Widayanto, 2009 )
Sedangkan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan
kelas
eksperimen
dihitung
dengan
menggunakan uji Independent samples t test
pada SPSS 16 (Turhendradi, 2010:114-115).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 1 Kencong pada semester genap
tahun pelajaran 2012/2013 mulai tanggal 03
April 2013 sampai dengan 12 April 2013.
Populasi pada penelitian ini adalah
siswa kelas X yaitu kelas X-1, X-3, X-6, X-7
dan X-8. Setelah itu, dilakukan uji
homogenitas dengan maksud untuk menguji
keseragaman variasi sampel yang diambil
dari populasi yang sama. Dari data yang
diperoleh
pada
uji
homogenitas
menggunakan SPSS 16, didapatkan nilai
signifikansi sebesar
0,32,
jika
dikonsultasikan
dengan
pedoman
pengambilan keputusan yaitu 0,032 lebih
besar daripada α = 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa kelas X-1, X-3, X-6, X7 dan X-8 SMA Negeri 1 Kencong bersifat
homogen. Selanjutnya penentuan sampel
dalam penelitian ini dilakukan cluster
random sampling. Penetapan kelas yang
akan digunakan sebagai kelas eksperimen
dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik
undian.
Adapun kelas yang menjadi sampel
pada penelitian ini adalah siswa kelas X-6
sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X1 sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen
mendapatkan pembelajaran menggunakan
pendekatan ketrampilan proses sains melalui
model TPS. Sedangkan kelas kontrol
mendapatkan pembelajaran seperti biasa
yang dilakukan oleh guru pengajar pada
kelas tersebut yaitu menggunakan model
pembelajaran direct instruction.
Materi yang digunakan pada
penelitian ini adalah materi Perpindahan
Kalor dan pembelajaran dilaksanakan
sebanyak 3 kali pertemuan.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, data KPS ( Ketrampilan Proses
Sains) siswa diperoleh dari hasil analisis
jawaban pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
Gambaran mengenai KPS siswa dari hasil
analisis jawaban LKS pada pertemuan I, II,
dan III ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
.
Gambar 1. Diagram Hasil Penilaian Kognitif Proses Siswa Pada Kelas Eksperimen
Berdasarkan Gambar 1 diperoleh
informasi bahwa kognitif proses siswa kelas
eksperimen dari hasil penilaian LKS
tergolong dalam kategori baik Persentase rata-
Mahesa, Penerapan Ketrampilan Proses Sains ......236
rata kognitif proses siswa tiap aspek dari
pertemuan I, II, dan III yaitu merumuskan
hipotesis, mengidentifikasi variabel, mencatat
hasil pengamatan, menganalisis data, dan
menarik kesimpulan, secara berurutan 91,2%,
79,7%, 91,9%, 85,8%, dan 93,2% Sedangkan
persentase keterampilan proses sains rata –
rata totalnya adalah 88,56% dan apabila
persentase keterampilan proses siswa tersebut
disesuaikan dengan kriteria keterampilan
proses siswa maka tergolong dalam kategori
baik.
Untuk mengetahui perbedaan antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol, dianalisis
menggunakan uji t yaitu independent sampel t
test. Adapun hipotesis statistik dari uji t
adalah sebagai berikut :
𝐻0 = Tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar fisika siswa
menggunakan Pedekatan Ketrampilan
Proses Sains Melalui Model TPS di
SMA.
𝐻𝑎 = Ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar fisika siswa menggunakan
Pedekatan Ketrampilan Proses Sains
Melalui Model TPS di SMA.
Berdasarkan hasil perhitungan uji t
dengan menggunakan bantuan SPSS 16 nilai
signifikasi yang diperoleh sebesar 0,001
menunjukkan bahwa nilainya kurang dari 0,05
atau 0,001 < 0,05. Maka sesuai dengan
pedoman pengambilan keputusan di atas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nihil (Ho)
ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Dengan kata lain, ada perbedaan signifikan
hasil belajar siswa antara menggunakan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui
Model TPS dengan yang tidak menggunakan
Pendekatan Ketrampilan Proses Sains Melalui
Model TPS
.
PEMBAHASAN
Permasalahan
pertama
dalam
penelitian ini adalah untuk mengkaji
perbedaan hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Untuk
menjawab permasalahanan kedua ini,
dilakukan
dengan
cara
menganalisis
perbedaan hasil belajar fiska dari nilai pre-test
dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan meggunakan uji t yaitu
independen sample t test. Hasil penelitian dan
analisis data menggunakan SPSS 16.00 dapat
dilihat pada lampiran F halaman 83. Hasil
yang diperoleh menunjukkan hipotesis kerja
(Ha) diterima. Sehingga dapat dinyatakan
bahwa ada perbedaan signifikan hasil belajar
siswa antara menggunakan keterampiln proses
sains dengan model think pair share dengan
yang menggunakan model konvensional.
Perbedaan hasil belajar fisika antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
dikarenakan penerapan model pembelajaran
TPS disertai dengan ketampilan proses sains
pada kelas eksperimen dapat menanamkan
konsep pada diri siswa melalui praktikum.
Adanya praktikum siswa dapat menemukan
jawaban atas masalah yang diberikan oleh
guru sehingga muncul lah kertampilan proses
sains siswa sedangkan di kelas kontrol
diterapkan model pembelajaran konvensional.
Dalam penelitian ini, model pembelajaran
konvensional didefinisikan sebagai model
pembelajaran yang biasa diterapkan ditempat
penelitian yaitu SMA Negeri 1 kencong.
Model pembelajaran yang sering digunakan di
SMA Negeri 1 Kencong adalah model
pembelajaran direct instruction dimana Guru
sebagai pusat pembelajaran atau yang biasa
disebut dengan TCL (Teacher Center
Learning).
Permasalahan kedua dalam penelitian
ini
adalah
untuk
mendeskripsikan
keterampilan proses sains siswa setelah
menggunakan keterampilan proses sains
dengan menggunakan model think pair share.
Berdasarkan hasil penilaian jawaban pada
Lembar kerja Siswa (LKS), kelas eksperimen
tergolong dalam kategori baik. Untuk
menjawab permasalahan tersebut dilakukan
pengambilan data dari hasil penilaian jawaban
pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Analisis
data menunjukkan bahwa tiap keterampilan
proses sains
siswa kelas eksperimen
tergolong dalam kategori baik.
Persentase keterampilan proses sains
siswa tiap pertemuan berturut-turut adalah
88,02%, 90,28%, dan 89,24%. Data tersebut
menunjukkan bahwa ketrampilan Proses Sains
siswa selama pembelajaran menggunakan
keterampilan
proses
sains
dengan
menggunakan model think pair share
termasuk dalam kategori baik. Sedangkan
persentase keterampilan proses sains siswa
rata – rata totalnya adalah 88,56% dan
termasuk dalam kategori baik. Dikarenakan
pada model think pair share ini memberikan
banyak waktu siswa untuk berfikir dan pola
berdiskusi dengan pasangannya sehingga
237 Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 2 No.2, September 2013, hal 233 - 237
anak akan membangun sendiri skemanya serta
membangun konsep-konsep melalui diskusi
sehingga mereka akan lebih memahami
konsep fisika yang dimiliki.
Persentase Ketrampilan Proses Sains
Siswa yang tertinggi adalah menarik
kesimpulan
(93,2%).
Semua
siswa
melaksanakan percobaan dan diminta untuk
menganalisis hasil pengamatan yang sudah
tersedia pada isian LKS. Dalam melaksanakan
percobaan, semua siswa aktif dalam
pengambilan data sehingga siswa mencatat
semua
hasil
percobaan
yang
telah
dilaksanakan. Sedangkan persentase aspek
keterampilan proses sains siswa yang terendah
adalah mengidentifikasi variabel (79,7%). Hal
ini karena siswa belum terbiasa untuk
melakukan
praktikum.
Kurangnya
pengalaman
siswa
dalam
melakukan
praktikum mengakibatkan siswa kurang
terampil dalam mengolah data untuk
dianalisis pada isian LKS.
Kendala yang muncul selama
pembelajaran antara lain alokasi waktu dalam
penerapan model ini, hal ini dikarenakan
siswa sering terlambat untuk masuk kelas
kendala lain juga karena guru kurang
memahami karakteristik siswa didalam kelas,
sehingga guru kurang menguasai kelas pada
saat proses pembelajaran berlangsung. Namun
jika semua faktor yang ada dalam model
pembelajaran ini dapat dikelola dengan baik
maka akan sangat dimungkinkan tercapainya
tujuan pembelajaran secara maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang
diperoleh maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Ada perbedaan signifikan hasil belajar
siswa antara menggunakan ketrampilan
proses sains melalui model TPS dengan
yang menggunakan model konvensional,
ditunjukkan dari nilai signifikan yang
diperoleh yaitu 0,001 < 0,05.
2. Keterampilan proses sains siswa setelah
menggunakan ketrampilan proses sains
dengan model think pair share termasuk
dalam kategori baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
.Nadifah,A.
2006.
Penerapan
Model
Cooperatif Learning dengan Teknik
Bertukar
Pasangan
pada
Pembelajaran Fisika di SMP Studi
pada Pokok Bahasan Tekanan Kelas
VII Semester 2 SMP Negeri 9
JemberTahun Ajaran 2006-2007.
Jember : FKIP Universitas Jember
Rapi, N. K. 2008. Implementasi Model
Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam
Pembelajaran
Fisika
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja.
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
UNDIKSHA, No.1 TH. XXXXI Januari
2008.
Wirtha, I.M dan Rapi, N.K. 2008. Pengaruh
Model Pembelajaran dan Penalaran
Formal terhadap Penguasaan Konsep
Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA
Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan
dan Pengembangan Pendidikan, April
2008.