STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA Cerv
STUDI KELAYAKAN RESTORASI RUSA JAWA
(Cervus timorensis russa)
DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I
MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956)
Prodi. Konservasi Sumberdaya Hutan Fak.Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : [email protected]
INTISARI
Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang
dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan
kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern
menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya
restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa
Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui
estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas
pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik
atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui
persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa
Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa
sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan
334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh
sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara
diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak
setuju.
Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi, Restorasi, Rusa Jawa, Sosial.
Rusa dapat hidup di hutan primer
I.
PENDAHULUAN
Restorasi adalah
membawa
ekosistem
terdegradasi
kembali
tindakan untuk
yang
telah
menjadi
semirip
mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha
(1992)
mengugkapkan
merupakan
salah
satu
bahwa
upaya
memperbaiki
atau
memulihkan
lahan
rusak
dengan
yang
restorasi
untuk
kondisi
membentuk
struktur dan fungsinya sesuai (mendekati)
kondisi awal.
maupun
sekunder,
menyukai
daerah
dengan
pohon-pohon
rindang,
mencari
makan di areal terbuka seperti padang
penggembalaan dan pinggiran sungai yang
secara umum biasanya rusa membutuhkan
makanan
10%
(Syarief,
1974).
dari
berat
Menurut
badannya
Hoogerwerf
tahun 1970 rusa menjadikan hutan dan
semak
belukar sebagai tempat istirahat
dan tempat kaya akan air dengan topografi
landai dan tumbuhan bawah yang rapat
sebagai tempat beranak.
Home range
(daerah
jelajah)
adalah
wilayah
yang
dikunjungi satwa liar secara tetap karena
menyuplai
makanan,
minuman,
penangkaran
rusa
di
daerah
Bunder,
yang
menjadi
Gading, Gunung Kidul.
Keadaan
serta
tersebut
mempunyai fungsi utama sebagai tempat
latar belakang dari penelitian ini, yaitu
brelindung atau bersembunyi, tempat tidur
untuk mengetahui layak atau tidak layak
dan kawin (Boughers dalam Alikodra,
restorasi Rusa Jawa dilakukan pada Hutan
1990).
Pendidikan Wanagama I.
Hutan Pendidikan Wanagama I
merupakan kawasan restorasi rusa (Cervus
METODE PENELITIAN
timorensis russa). Dilakukan restorasi rusa
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
(Cervus timorensis russa) di Wanagama
dilakukan
karena rusa (Cervus timorensis russa)
Pendidikan
merupakan
salah
satu
liar asli
Waktu
pengambilan
Indonesia
yang
dewasa
banyak
tanggal
15
satwa
ini
Wanagama
di
Hutan
I
Gunungkidul.
data
dilaksanakan
Desember
2013
dan
29
dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang
Desember 2013. Untuk pengambilan data
tidak
menimbulkan
estimsi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa
kekhawatiran akan punahnya satwa ini
Jawa, dan faecal dilaksanakan tanggal 15
serta tingginya tingkat perburuan secara
Desember 2013, sedangkan pengambilan
modern
data
terkendali
menyebabkan
Rusa Jawa
jumlah
populasi
di alam menurun, hal ini di
persepsi
masyarakat
dilaksanakan
tanggal 29 Desember 2013.
akui oleh IUCN pada tahun 2011 bahwa
Rusa Jawa(Cervus timorensis russa, Mull
B. Bahan dan Alat Penelitian
& Schl) merupakan hewan mamalia yang
1. Bahan Penelitian
berstatus vulnerable. Sedangkan menurut
Dalam
penelitian
diperlukan
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,
penyusun Hutan PendidikanWanagama I,
di Indonesia rusa termasuk kriteria satwa
Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis)
dilindungi.
Hutan
bentuk
keberhasilan
1
reboisasi
tersebut
merupakan
restorasi
Wanagama
diawali
di
lain
Vegetasi
Wanagama
I,
yang
berhasil,
Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan
menjadi
motivasi
Wanagama I.
diadakannya restorasi rusa Jawa di hutan
pendidikan
Pendidikan
antara
lapangan,
UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Wanagama
bahan
di
1.
dengan
2. Bahan analisis laboratorium
Kegiatan
Bahan untuk analisis laboratorium
adanya
yang digunakan yaitu Alkohol analisis 7090% dan Xynol,
Larutan asam nitrat
(HNO3) 10%, Safranin, Potasium Kromat
jumlah kotoran baru, yang terdapat di
10%, Larutan gliserin, Aquades, Kotoran
dalam plot.
rusa, Canadian Balsam, Kotoran beberapa
jenis daun dari lokasi penelitian
3. Alat Penelitian
Alat-alat
yaitu
yang
diperlukan
Protraktor,
Patok
kayu,
Kompas,
Roll
Gambar 4.1.Pellet Count
di lapangan
Clinometer,
meter,
Alat
tulis,
2. Habitat Rusa Jawa
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
Metode
Tallysheet, Pita diameter, Tabung okuler,
Density
board,
Stopwatch/jam,
GPS,
Hagameter,
Termohigrometer,
Peta
pakan
data
dilakukan
dengan
membuat 5 petak ukur permanen (PUP)
berukuran 1m x 1m untuk pengambilan
kawasan Wanagama I skala 1 : 25.000
yang
produktivitas
pengambilan
Dan untuk peralatan laboratorium
data produktivitas rumput dan 2m x2m
diperlukan
untuk
Cover dip,
yaitu
Kaca
Pipet ukur,
preparat,
Pinset,
Gelas
produktivitas
(Gambar
2).
tumbuhan
Penempatan
bawah
tersebar
bekker, Mikroskop stereokopis, Kamera
mewakili kondisi petak.Data yang diambil
mikroskop,
Timbangan,
adalah jenis tumbuhan / individu rumput
Penumbuk, Ayakan, Oven dried, Obyek
dan tumbuhan bawah. Jenis dipisahkan
micrometer
dan
Petridish,
dihitung
per
jenis.
Rumput
dan
tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan
C. Prosedur Pengambilan Data
dibiarkan
1. Estimasi Populasi Rusa Jawa
minggu
Pembuatan plot sampel (Pellet Count)
minimal sebanyak
3 plot dengan ukuran
selama
untuk
kurang
lebih
diketahui
(produktivitasnya).
dua
pertumbuhan
Setelah
dipanen,
dilakukan penimbangan tiap spesies untuk
20 x 100 m (Gambar 1). Penetuan tempat
memperoleh
plot secara purposive sampling.Dimana
dioven
pellet count diletakkan mewakili semua
konstan dan ditimbang untuk memperoleh
kawasan tetapi yang memiliki tanda –
berat keringnya. Berat kering inilah yang
tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran).
digunakan untuk menghitung INP dari tiap
Kotoran
yang
jenis yang ada.
dihitung
jumlah
selesai
dihitung,
terdapat
didalam
onggokannya.
plot
plot
Setelah
dibersihkan
dari
kotoran. Setelah 2 minggu dihitung lagi
berat
sampai
basahnya.
diperoleh
Kemudian
berat
kering
5. D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm)
Gambar 2. Petak Ukur Produktivitas Pakan
6. E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm)
Rusa
Produksi biomasa diperoleh dari
1
3
hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu
pada
PUP
ditimbang
yang
beratnya
sama.
untuk
Kemudian
2
4
mendapatkan
berat basahnya dan hasil panenan dioven
sampai
diperoleh
berat
keringnya.
Gambar 3. Kuadran sampling
Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah
7. F = (69 ≤ dbh < 84 cm)
dilakukan dengan perhitungan matematis.
8. G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm)
b. Cover (Pelindung)
9. H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon,
Untuk mengetahui struktur vegetasi
(pelindung)
dibuat
habitat
plot
diletakkan
Rusa
kuadran.
secara
Jawa,
Plot
sistematik
maka
kuadran
seperti
protokol plot. Plot kuadran adalah plot
lingkaran memiliki diameter 22,6 meter.
Plot kuadran dilettakkan secara sistematik.
Dalam
kuadran
dibagi menjadi empat
kuadran untuk mengukur jenis vegetasi
terdekat dari titik tengah. Jenis vegetasi
tersebut
diambil sedekat
mungkin tiap
kuadran dan tidak ada penghitungan ulang
(double counting).
Data yang diambil
adalah jenis, jumlah, jarak, dbh, tinggi, dan
ttbc.
Masing
–
1981).
c. Lingkungan Fisik
Mengukur
faktor fisik yaitu suhu,
kelembaban, kelerengan (slope), kepadatan
vegetasi, penutupan tajuk, dan penutupan
tumbuhan
Metode
bawah) dengan menggunakan
protokol
plot
(Gambar
4.3.)
berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r)
11,3 m atau dengan luasan 0,04 Ha. Di
dalam
lingkaran
tersebut
dibuat
jalur
sepanjang garis Utara-Selatan dan TimurBarat. Penempatan protokol ini dilakukan
secara sistematik.
masing jenis vegetasi
digolongkan ke dalam kelas (kelas S s.d.
H) yang didasarkan pada besarnya dbh.
Kelas – kelas tersebut yaitu:
1. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm)
2. A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm)
3. B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm)
4. C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm)
Gambar 4. Petak contoh teknik protokol
plot
Ketebalan semak (shurb density),
Penutupan tajuk pohon dan penutupan
tumbuhan
bawah
menggunkan plot lingkaran dengan jari –
jari dan
diameter
yang
sama
seperti
dihitung
dengan
okuler,
pengamat
protokol plot dan plot kuadran (Gambar 6).
berjalan di sepanjang kedua garis/jalur
Teknik pengambilan data dengan membagi
Utara-Selatan
lingkaran
menjadi
empat
–
selatan
menggunakan
menggunakan
tabung
dan
Timur-Barat
sambil
bagian.
Dari
melihat ke atas secara tegak lurus dengan
utara
tabung okuler. Dalam protokol sampling
sepanjang 1 meter, semak yang terkena
terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis
tongkat
Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol
jumlahnya. Tumbuhan bawah atau semak
plus dan minus menunjukkan ada atau
dicatat dan disesuaikan dengan dbh (3 cm).
tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi
Demikian untuk hal yang sama yaitu untuk
dengan titik silang tabung okuler. Hal yang
arah barat ke timur.
tersebut
dicatat
tongkat
jenis
dan
sama dilakukan untuk penutupan semak
dan
tumbuhan
pengamat
bawah,
hanya
mengarahkan
saja
pendangan
kebawah dengan ketinggian ± 1 m.
1 meter
Gambar 6. Plot Shrub Density
d. Air
Gambar 5. Density board
Kepadatan
daun
Pengambilan data air untuk habitat
semak
dan
Rusa
Jawa
menggunakan
pengukuran
tumbuhan bawah dihitung dengan bantuan
jarak dari sumber air terdekat dari plot
papan kerapatan (density board) (Gambar
pengamatan
5.). Papan diletakkan di ujung jalur atau di
sistematik.
batas plot, pengamat berdiri di pusat plot
ditandai
yang
Pengamat
koordinat dimasukkan dalam peta dengan
mencatat jumlah kotak tiap interval yang
protraktor.Dari sini dapat diketahui jarak
tertutup oleh daun dengan luasan minimal
dari
penutupan sebesar 50% dari luasan kotak.
pengamatan.
berjarak
±
11,3
m.
yang
diletakkan
Keberadaannya
dengan
sumber
air
GPS
sumber
kemudian
terdekat
secara
dari
air
titik
plot
A = luas wilayah pengamatan
t = waktu yang digunakan untuk
e. Ruang
Ruang
yang
Rusa Jawa
Wanagama
di
digunakan
Hutan
oleh
pengamatan
Pendidikan
d = rerata defakasi setiap hari
I merupakan hasil dari luas
p = jumlah onggokan baru yang
Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi
ada dalam plot
populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari
P = jumlah individu
hasil analisis.
Estimasi
menaksir
3.
Persepsi
Keberadaan
Masyarakat
Rusa
Jawa
Terhadap
di
Hutan
jumlah
dilakukan
individu
rusa
untuk
yang
terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama I
dan
hasilnya
akan
digunakan
untuk
mengetahui sejauh mana kesukaan rusa
Pendidikan Wanagama I
Untuk
populasi
mengetahui
persepsi
terhadap suatu kawasan yang menyediakan
masyarakat sekitar terhadap keberadaan
komponen habitat yang dibutuhkan rusa.
rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I,
2. Habitat Rusa Jawa
diperoleh dengan melakukan wawancara
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
terstruktur
dijumpai
kepada
di
masyarakat
sekitar
Hutan
yang
Pendidikan
Komposisi jenis rumput dan semak
(Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus:
Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis
secara
deskriptif untuk
menggambarkan
INP = Wa / Wt x 100%
Keterangan:
persepsi masyarakat terhadap keberadaan
Rusa
Jawa
di
Hutan
Pendidikan
Wanagama I.
Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis
tumbuhan bawah
Wt: Berat kering pemanenan semua jenis
tumbuhan bawah.
D. Analisis Data
Produksi
1. Estimasi populasi Rusa Jawa
Estimasi
populasi
dilakukan
dari
hasil pengamatan onggokan kotoran rusa
biomassa
rumput
dan
semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan
rumus :
yang diperoleh dari Pellet Count. Rumus
yang digunakan yaitu :
P
A. p
t.d .a
Keterangan:
P : Produksi biomassa di suatu kawasan
Keterangan :
L : Luas seluruh kawasan
a = luas seluruh plot sampel
p : Produksi biomassa seluruh plot sampel
f.
l : Luas seluruh plot sampel
Unit
sampel
dipindahkan
di
atas
deckglass sebanyak 10 kali ulangan
dengan menggunakan pipet sebanyak 1
Jenis Pakan Rusa Jawa
tetes,
Kotoran rusa yang didapatkan di
lapangan
dengan
menggunakan
lalu
sebanyak
pellet
ditetesi
1
tetes
count (Gambar1.) harus dijemur di bawah
sekelilingnya
diolesi
terik
kuteks
ditutup
matahari
pertumbuhan
sehingga
menghindari
cendawan
tidak
Demikian
untuk
atau
membusuk
juga
kemudian
dengan
g. Preparat diberi label dan siap diamati
penyimpanan
di bawah mikroskop binokuler dan
sampai rusak atau wadahnya lembab.
Pembuatan
analisis
kotoran
dipanaskan
dalam
oven
dengan suhu 70° C selama 2 x 24 jam
sehingga
kering
koleksi
sebagai
dari
tumbuhan
epidermis
referensi
dan
bebas
berikut:
a. Daun dipotong dengan ukuran
1 x 1
cm atau menyesuaikan dengan luas
dari
permukaan daun.
cendawan.
b. Kotoran yang telah kering diblender
b. Potongan daun dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi campuran 10
sampai halus.
ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium
c. Kotoran yang telah halus ditimbang
sebanyak
preparat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
adalah sebagai berikut:
a. Kotoran
kaca
rusak.
didokumentasikan hasilnya.
kerja
di
cairan
dengan
kotoran rusa harus diperhatikan, jangan
Langkah
gliserin
preparat yang kecil.
jamur
dan
dengan
lalu
dengan
1,5
gram
kromat 10%, dan 90 ml aquades
kemudian
sebanyak 20 ml.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi campuran 10 ml asam
c. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
nitrat 10%, 1 gram potasium kromat
atas spiritus yang sudah disulut api
10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20
selama 10-15 menit sampai kutikula
ml.
mengelupas dari sel epidermis.
d. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
d. Setelah
pemanasan
kemudian didinginkan.
tabung
reaksi
e.
Diambil daunnya kemudian dengan
bantuan aquades daun tersebut diserut
mengelupas dari sel epidermis.
e. Setelah
tabung
kemudian didinginkan.
atas spiritus yang sudah disulut api
selama 10-15 menit sampai kutikula
pemanasan
reaksi
menggunakan
jarum
pentul
hingga
daunnya tampak transparan (tampak
epidermisnya).
f.
Daun
yang
epidermisnya
tinggal
tersebut
bagian
dipindahkan
diatas deckglass.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Estimasi populasi
g. Preparat diberi label dan siap diamati
Table 1. Jumlah onggokan minggu
di bawah mikroskop binokuler dan
didokumentasikan hasilnya.
b.Cover (Pelindung)
Analisis data untuk
mengetahui faktor-
ke-2
Petak
Pellet
Onggokan
5
1
1
6
2
6
7
3
1
13
1
0
14
2
0
16
3
1
18
1
2
faktor habitat yang berpengaruh terhadap
restorasi Rusa Jawa yaitu menggunakan
analisis statistik dengan bantuan software
R Statistic.
c. Ruang
Ruang =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑠𝑎 𝐽𝑎𝑤𝑎
Analisis
kebutuhan
ruang
untuk
populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama
luas
I
menggunakan
kawasan
Hutan
Total Onggokan
pembagian
Pendidikan
Wanagama I (600 ha) dengan estimasi
populasi Rusa Jawa.
11
Penelitian yang dilaksanakan di
Hutan Wanagama 1 ini menggunakan 7
petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16 dan petak
18. Dari ketuju petak tersebut, terdapat
d. Air
sejumlah
Analisis
data
jarak
sumber
air
menggunakan hasil dari pengukuran jarak
sumber
air
terdekat
dengan
plot
pengamatan
deskriptif.
yang
pengecekan ulang di masing – masing
pellet count. Estimasi populasi dapat
diketahui
3. Analisis sosial.
onggokan
diketemukan pada minggu kedua ketika
luasan
Analisis
11
dengan
area
cara
pengamatan
mengalikan
(600
Ha)
dengan jumlah onggokan kotoran rusa
menggunakan
metode
yang ditemukan pada minggu kedua.
Kemudian, dibagi interval pengamatan
yang
dikali
defakasi
rata-rata
rusa
perhari dan luasan plot sample (4,2 Ha).
Indeks
Nilai
Penting
(INP)
jenis
Dari hasil penghitungan tersebut maka
rumput
didapat estimasi hasil populasi Rusa
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jawa sejumlah 9 individu.
dan
semak
INP
600x11
Ap
8,63422292 9individu
P
tda 14 x13 x 4,2
diketahui
Wa
=
X
Wt
dengan
100%
Dengan :
Wa = Berat kering pemanenan
Keterangan:
setiap
P = Estimasi populasi
jenis
tumbuhan
bawah
t = Waktu
Wt
= Berat kering pemanenan
A = Luas area pengamatan
semua
d = Rerata devikasi (13 kali
jenis
tumbuhan
bawah
per hari)
P = Jumlah plot use
a = Luas plot sampe
2. Habitat Rusa Jawa
Produksi biomasa atau produktivitas
pakan yang berupa rumput dan semak
dihitung dengan formula sebagai berikut :
L
=
p
l
Dengan :
P
=
rumput dan tumbuhan bawah
Produksi biomasa seluruh
kawasan
L
=
Luas seluruh kawasan
p
=
Produksi biomasa seluruh
kemudian
=
Luas seluruh plot sampel
Produktifitas pakan berupa rumput dan
semak di Hutan Wanagama 1 adalah
558,1845238 Kg/Ha/Hari.
Pakan yang dimakan oleh rusa adalah
334.4940476 Kg/Ha/Hari.
sekopan
10,85577
%
dan
rumput teki sebesar 9,970674 . Sedangkan
dari hasil uji epidermis di laboratorium,
jenis pakan yang cocok dengan epidermis
kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu
sekopan,
krinyu,
kolonjono,
jarum,
rumput teki,
grinting,
rumput x13, jenis Z5, rumput
keriting,
gamal,
rondo
kangkung-kangkungan,
moprol,
putihan,
alang-
alang, jarong.
b. Pelindung (cover)
plot sampel
l
adalah
Alang-alang dengan INP 19,67475 %,
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
P
Indeks nilai penting diantara semua
Komponen
merupakan
pelindung
komponen
keberlangsungan
hidup
juga
penting
Rusa
bagi
Jawa.
Komponen pelindung ini dapat melindungi
Rusa
Jawa
dari
beberapa
gangguan
misalkan cuaca buruk dan kondisi habitat
yang kurang sesuai dengan kebutuhannya.
Data
–
rata
(pelindung)
rata
dihutan
Tabel
2.
struktur
vegetasi
Wanagama
Rata-rata
cover
didapatkan sebagai berikut :
1
dihutan
Wanagama
1
dari
kuadran
sampling.
S
A
B
C
D
E
F
G
H
2,349057
1,923077
1,114286
0,669811
0,150943
0,103774
0
0,028302
0,018868
Tabel 3. Regresi faktor struktur vegetasi (pelindung).
Estimate
Std.Error
t value
(Intercept)
S
Pr(>|t|)
-0.2248
0.5244
-0.429
0.686
0.4027
0.2149
1.874
0.120
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
AIC: 11.016
Y = (0.4027 ± 0.2149)S
Tabel 4. Rata-rata cover di Wanagama 1
Tipe
Nilai
Tutupan
Kepadatan
Kepadatan
tajuk
Semak
belukar
61,208 %
54,69%
46,53%
c. Ruang
Luas Hutan Wanagama 1 adalah 600
Ha. Jumlah estimasi populasi Rusa
Jawa di Hutan Wanagama 1 adalah 9
individu.
Ruang = Luas Area/Estimasi Populasi
= 600/9
= 66,67 ha/individu.
d.
Air (water)
Beberapa
wilayah
di Hutan
Wanagama 1 dialiri oleh Sungai Oyo.
Sungai Oyo ini mempunyai peran yang
penting dalam upaya restorasi Rusa
Jawa (Cervus timorensis) karena
merupakan sumber air utama bagi
Rusa Jawa. Dapat dilihat bahwa
Sungai Oyo mengalir pada sebagian
wilayah tiap petak penelitian. Maka
dapat diartikan habitat di Hutan
Wanagama
1
mampu memenuhi
kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.
3. Sosial
Pengambilan data sosial adalah
dengan cara wawancara. Hasil dari
wawancara ini adalaha Hutan
Wanagama 1 layak sebagai tempat
restorasi Rusa Jawa karena dari
Yang dilakukan
ketika melihatMemb
Rusa ? iarkan
Apakah tahu
batas-batas
Wanagama?
3% 10%
29%
Ya
Punya Lahan
Pertanian di
Wanagama?
34%
Ya
66%
71%
87%
Tahu
Keberadaan
Rusa ?
Penyuluhan
tentang Rusa
di…
8%
Pernah
melihat Rusa
keluar…
11%
92%
18%
Ya
Ada
Tidak
Tidak
89%
Tidak
Pernah
Tidak
82%
Yang dilakukan
saat melihat
Rusa keluar…
Rusa
mengganggu/
merugikan…
Hal dilakukan
jika lahan
dirusak Rusa ?
3%
Membiar
kan
10% 2%
6% 6%
43%
Ya
Tidak
57%
85%
88%
Dikembal
ikan
Apakah tahu
jenis tanaman
yang…
Lapor
pengelol
a
Apakah tahu
keberadaan
Rusa di…
Apa manfaat
keberadaan
Rusa ?
Konsumsi
2%
20%
Wisata/Pendidikan
49%
Ya
Tahu
32%
Tidak tahu
Tidak
80%
68%
49%
Apakah
pernah
berburu Rusa ?
1% 12%
Ya
Menegur
Membiarkan
20%
62%
Melaporkan
Pemerintah
9%
32%
Ikut berburu
Tidak
99%
Siapa yang
wajib
melestarikan…
Hal yang
dilakukan saat
melihat…
25%
1%
Tidak
tahu
Pengelola
Semuanya
39%
Tidak tahu
Bagaimana
pengelolaan
Rusa keDibiarkan/
…
Diliarkan
13%
56%
31%
Diberi
pagar
pembatas
Lainnya
Jika Rusa
bertambah
banyak ?
12%
12%
Dibiarka
n
76%
Jika dibuat
kelompok
masyarakat…
24%
11%
Setuju
65%
Tidak
Bersedia
bekerjasama
dalam
pengelolaan…
10%
Rekap Data Sosial
16%
mendukung
restorasi
Bersedia
31%
Tidak
84%
tidak
mendukung
restorasi
59%
REKAP DATA KESELURUHAN SOSIAL
Dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di
wanagama 1 sedangkan 16% tidak setuju.
B. Pembahasan
Seiring dengan perkembangannya,
Hutan Wanagama 1 telah menjadi tempat
restorasi Rusa Jawa. Hal tersebut diawali
dengan
program
penangkaran
dan
pelepasliaran Rusa Jawa oleh pihak
Wanagama 1, adanya upaya restorasi di
Wanagama ini berkaitan dengan tujuan
melestarikan
Rusa
Jawa
untuk
menghindari kepunahan. Penelitian ini
dilaksanakan dengan mengangkat judul
Studi Kelayakan Hutan Wanagama 1
sebagai tempat restorasi Rusa Jawa,
dengan melihat aspek kelayakan tersebut
dari 3 komponen yaitu populasi, habitat
dan masyarakat disekitar (sosial). Untuk
teknis pengambilan datanya, dilakukan di
7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16, dan petak
18.
Studi kelayakan pertama dilihat
dari segi populasi, dengan metode
pengambilan data menggunakan pellet
count.
Waktu pelaksanakan dengan
rentang waktu pengambilan pellet yaitu 14
hari.
Dari hasil pengamatan,
total
onggokan kotoran yang diketemukan
adalah 11 onggokan. Petak 6 merupakan
petak
terbanyak
dalam menemukan
kotoran rusa, maka dapat diperkirakan
bahwa Rusa Jawa banyak beraktifitas dan
hidup pada petak 6. Berdasarkan kondisi
habitatnya dengan lokasi berbukit dan
kerapatan tiang yang rapat, diperkirakan
kondisi tempat tersebut disukai oleh Rusa
Jawa,
karena
kemungkinan
adanya
interaksi
dengan
manusia
sangatlah
sedikit. Setelah diketahui terdapat total 11
onggokan tersebut maka kita kemudian
dapat
mengestimasi
berapa
jumlah
populasi Rusa Jawa, estimasi hasil
populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu.
Hasil dari estimasi populasi rusa ini
menurun dibandingakan tahun-tahun yang
lalu karena menurut Janiawati (2012),
berdasarkan hasil riset pada tahun 2011
jumlah estimasi populasi Rusa Jawa
terdapat
19 pasang. Penurunan ini
mungkin saja karena penempatan pellet
count yang kurang sesuai dengan habitat
rusa, sehingga onggokan yang di temukan
sedikit dan persebaran Rusa Jawa yang
menyebar. Sehingga dari hasil tersebut,
Wanagama 1 masih layak, karena masih
ditemukan keberadaan Rusa Jawa.
Komponen pengelolaan habitat.
Habitat satwa yang ideal adalah yang
mencakup kebutuhan biologis (makan,
minum,
berlindung, bermain, dan
berkembang biak) dan ekologis satwa yang
bersangkutan (Anderson dan Gutzwiller,
1996) . Berdasarkan komponen air (water),
pada tiap petak penelitian di Hutan
Wanagama 1 sebagian wilayahnya dialiri
oleh Sungai Oyo. Sungai ini mengalir
sepanjang tahun sehingga dapat dijadikan
sumber air untuk rusa. Maka dapat
diartikan habitat di Hutan Wanagama 1
mampu memenuhi kebutuhan air minum
bagi Rusa Jawa.
Komponen berikutnya adalah sebagai
pelindung
(cover).
Pelindung
yang
dimaksud disini adalah bagaimana habitat
tersebut dapat mendukung kelestarian
hidup Rusa Jawa dari gangguan yang ada.
Gangguan tersebut dapat berupa cuaca
buruk, kerusakan habitat, dan juga dari
manusia (perburuan). Adanya gangguan
dapat mempengaruhi kondisi dan sifat rusa
tersebut. Dari hasil kuadran sampling,
kelas struktur vegetasi rata-rata di Hutan
Wanagama 1 yang paling dominasi adalah
kelas struktur S (3≤dbh
(Cervus timorensis russa)
DI HUTAN PENDIDIKAN WANAGAMA I
MUKHLIS SAI PUTRA (11/313697/KT/06956)
Prodi. Konservasi Sumberdaya Hutan Fak.Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email : [email protected]
INTISARI
Rusa (Cervus timorensis russa) merupakan salah satu satwa liar asli Indonesia yang
dewasa ini banyak dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang tidak terkendali menimbulkan
kekhawatiran akan punahnya satwa ini serta tingginya tingkat perburuan secara modern
menyebabkan jumlah populasi Rusa Jawa di alam menurun, sehingga perlu diadakan upaya
restorasi untuk melestarikan keberadaan Rusa Jawa di alam. Salah satu tempat restorasi Rusa
Jawa adalah Hutan Wanagama 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
Wanagama sebagai tempat restorasi Rusa Jawa. metode yang digunakan untuk mengetahui
estimasi jumlah rusa dengan metode pellet count, sedangkan untuk mengetahui produktifitas
pakan dengan menggunakan petak ukur permanen (PUP), untuk mengetahui lingkungan fisik
atau habitat di Hutan Wanagama 1 menggunakan protocol sampling. Untuk mengetahui
persepsi masyarakat (sosial) dengan metode wawancara.Hasil analisis menunjukkan bahwa
Hutan Wanagama I layak sebagai tempat restorasi Rusa Jawa dengan estimasi jumlah rusa
sebanyak 8 ekor dengan daya jelajah 75ha/individu, dan produktifitas pakan
334.4940476ton/ha/thn. Keberadaan air di Wanagama pun melimpah, karena dialiri oleh
sungai Oyo yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan dari segi sosial, dengan wawancara
diperoleh hasil bahwa 84% setuju adanya restorasi rusa, dan sisanya sebesar 16% tidak
setuju.
Kata kunci : Habitat, Hutan Wanagama I. Populasi, Restorasi, Rusa Jawa, Sosial.
Rusa dapat hidup di hutan primer
I.
PENDAHULUAN
Restorasi adalah
membawa
ekosistem
terdegradasi
kembali
tindakan untuk
yang
telah
menjadi
semirip
mungkin dengan kondisi aslinya. Nugraha
(1992)
mengugkapkan
merupakan
salah
satu
bahwa
upaya
memperbaiki
atau
memulihkan
lahan
rusak
dengan
yang
restorasi
untuk
kondisi
membentuk
struktur dan fungsinya sesuai (mendekati)
kondisi awal.
maupun
sekunder,
menyukai
daerah
dengan
pohon-pohon
rindang,
mencari
makan di areal terbuka seperti padang
penggembalaan dan pinggiran sungai yang
secara umum biasanya rusa membutuhkan
makanan
10%
(Syarief,
1974).
dari
berat
Menurut
badannya
Hoogerwerf
tahun 1970 rusa menjadikan hutan dan
semak
belukar sebagai tempat istirahat
dan tempat kaya akan air dengan topografi
landai dan tumbuhan bawah yang rapat
sebagai tempat beranak.
Home range
(daerah
jelajah)
adalah
wilayah
yang
dikunjungi satwa liar secara tetap karena
menyuplai
makanan,
minuman,
penangkaran
rusa
di
daerah
Bunder,
yang
menjadi
Gading, Gunung Kidul.
Keadaan
serta
tersebut
mempunyai fungsi utama sebagai tempat
latar belakang dari penelitian ini, yaitu
brelindung atau bersembunyi, tempat tidur
untuk mengetahui layak atau tidak layak
dan kawin (Boughers dalam Alikodra,
restorasi Rusa Jawa dilakukan pada Hutan
1990).
Pendidikan Wanagama I.
Hutan Pendidikan Wanagama I
merupakan kawasan restorasi rusa (Cervus
METODE PENELITIAN
timorensis russa). Dilakukan restorasi rusa
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
(Cervus timorensis russa) di Wanagama
dilakukan
karena rusa (Cervus timorensis russa)
Pendidikan
merupakan
salah
satu
liar asli
Waktu
pengambilan
Indonesia
yang
dewasa
banyak
tanggal
15
satwa
ini
Wanagama
di
Hutan
I
Gunungkidul.
data
dilaksanakan
Desember
2013
dan
29
dimanfaatkan. Namun, pemanfaatan yang
Desember 2013. Untuk pengambilan data
tidak
menimbulkan
estimsi populasi Rusa Jawa, habitat Rusa
kekhawatiran akan punahnya satwa ini
Jawa, dan faecal dilaksanakan tanggal 15
serta tingginya tingkat perburuan secara
Desember 2013, sedangkan pengambilan
modern
data
terkendali
menyebabkan
Rusa Jawa
jumlah
populasi
di alam menurun, hal ini di
persepsi
masyarakat
dilaksanakan
tanggal 29 Desember 2013.
akui oleh IUCN pada tahun 2011 bahwa
Rusa Jawa(Cervus timorensis russa, Mull
B. Bahan dan Alat Penelitian
& Schl) merupakan hewan mamalia yang
1. Bahan Penelitian
berstatus vulnerable. Sedangkan menurut
Dalam
penelitian
diperlukan
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,
penyusun Hutan PendidikanWanagama I,
di Indonesia rusa termasuk kriteria satwa
Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis)
dilindungi.
Hutan
bentuk
keberhasilan
1
reboisasi
tersebut
merupakan
restorasi
Wanagama
diawali
di
lain
Vegetasi
Wanagama
I,
yang
berhasil,
Masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan
menjadi
motivasi
Wanagama I.
diadakannya restorasi rusa Jawa di hutan
pendidikan
Pendidikan
antara
lapangan,
UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Wanagama
bahan
di
1.
dengan
2. Bahan analisis laboratorium
Kegiatan
Bahan untuk analisis laboratorium
adanya
yang digunakan yaitu Alkohol analisis 7090% dan Xynol,
Larutan asam nitrat
(HNO3) 10%, Safranin, Potasium Kromat
jumlah kotoran baru, yang terdapat di
10%, Larutan gliserin, Aquades, Kotoran
dalam plot.
rusa, Canadian Balsam, Kotoran beberapa
jenis daun dari lokasi penelitian
3. Alat Penelitian
Alat-alat
yaitu
yang
diperlukan
Protraktor,
Patok
kayu,
Kompas,
Roll
Gambar 4.1.Pellet Count
di lapangan
Clinometer,
meter,
Alat
tulis,
2. Habitat Rusa Jawa
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
Metode
Tallysheet, Pita diameter, Tabung okuler,
Density
board,
Stopwatch/jam,
GPS,
Hagameter,
Termohigrometer,
Peta
pakan
data
dilakukan
dengan
membuat 5 petak ukur permanen (PUP)
berukuran 1m x 1m untuk pengambilan
kawasan Wanagama I skala 1 : 25.000
yang
produktivitas
pengambilan
Dan untuk peralatan laboratorium
data produktivitas rumput dan 2m x2m
diperlukan
untuk
Cover dip,
yaitu
Kaca
Pipet ukur,
preparat,
Pinset,
Gelas
produktivitas
(Gambar
2).
tumbuhan
Penempatan
bawah
tersebar
bekker, Mikroskop stereokopis, Kamera
mewakili kondisi petak.Data yang diambil
mikroskop,
Timbangan,
adalah jenis tumbuhan / individu rumput
Penumbuk, Ayakan, Oven dried, Obyek
dan tumbuhan bawah. Jenis dipisahkan
micrometer
dan
Petridish,
dihitung
per
jenis.
Rumput
dan
tumbuhan bawah dalam PUP dipanen dan
C. Prosedur Pengambilan Data
dibiarkan
1. Estimasi Populasi Rusa Jawa
minggu
Pembuatan plot sampel (Pellet Count)
minimal sebanyak
3 plot dengan ukuran
selama
untuk
kurang
lebih
diketahui
(produktivitasnya).
dua
pertumbuhan
Setelah
dipanen,
dilakukan penimbangan tiap spesies untuk
20 x 100 m (Gambar 1). Penetuan tempat
memperoleh
plot secara purposive sampling.Dimana
dioven
pellet count diletakkan mewakili semua
konstan dan ditimbang untuk memperoleh
kawasan tetapi yang memiliki tanda –
berat keringnya. Berat kering inilah yang
tanda kehadiran Rusa Jawa (kotoran).
digunakan untuk menghitung INP dari tiap
Kotoran
yang
jenis yang ada.
dihitung
jumlah
selesai
dihitung,
terdapat
didalam
onggokannya.
plot
plot
Setelah
dibersihkan
dari
kotoran. Setelah 2 minggu dihitung lagi
berat
sampai
basahnya.
diperoleh
Kemudian
berat
kering
5. D = ( 38 ≤ dbh < 53 cm)
Gambar 2. Petak Ukur Produktivitas Pakan
6. E = ( 53 ≤ dbh < 69 cm)
Rusa
Produksi biomasa diperoleh dari
1
3
hasil pemanenan kembali setelah 2 minggu
pada
PUP
ditimbang
yang
beratnya
sama.
untuk
Kemudian
2
4
mendapatkan
berat basahnya dan hasil panenan dioven
sampai
diperoleh
berat
keringnya.
Gambar 3. Kuadran sampling
Produktivitas rumput dan tumbuhan bawah
7. F = (69 ≤ dbh < 84 cm)
dilakukan dengan perhitungan matematis.
8. G = ( 84 ≤ dbh < 102 cm)
b. Cover (Pelindung)
9. H = ( 102 ≤ dbh < seterusnya) (Noon,
Untuk mengetahui struktur vegetasi
(pelindung)
dibuat
habitat
plot
diletakkan
Rusa
kuadran.
secara
Jawa,
Plot
sistematik
maka
kuadran
seperti
protokol plot. Plot kuadran adalah plot
lingkaran memiliki diameter 22,6 meter.
Plot kuadran dilettakkan secara sistematik.
Dalam
kuadran
dibagi menjadi empat
kuadran untuk mengukur jenis vegetasi
terdekat dari titik tengah. Jenis vegetasi
tersebut
diambil sedekat
mungkin tiap
kuadran dan tidak ada penghitungan ulang
(double counting).
Data yang diambil
adalah jenis, jumlah, jarak, dbh, tinggi, dan
ttbc.
Masing
–
1981).
c. Lingkungan Fisik
Mengukur
faktor fisik yaitu suhu,
kelembaban, kelerengan (slope), kepadatan
vegetasi, penutupan tajuk, dan penutupan
tumbuhan
Metode
bawah) dengan menggunakan
protokol
plot
(Gambar
4.3.)
berbentuk lingkaran dengan jari-jari (r)
11,3 m atau dengan luasan 0,04 Ha. Di
dalam
lingkaran
tersebut
dibuat
jalur
sepanjang garis Utara-Selatan dan TimurBarat. Penempatan protokol ini dilakukan
secara sistematik.
masing jenis vegetasi
digolongkan ke dalam kelas (kelas S s.d.
H) yang didasarkan pada besarnya dbh.
Kelas – kelas tersebut yaitu:
1. S = ( 3 ≤ dbh < 8 cm)
2. A = ( 8 ≤ dbh < 15 cm)
3. B = ( 15 ≤ dbh < 23 cm)
4. C = ( 23 ≤ dbh < 38 cm)
Gambar 4. Petak contoh teknik protokol
plot
Ketebalan semak (shurb density),
Penutupan tajuk pohon dan penutupan
tumbuhan
bawah
menggunkan plot lingkaran dengan jari –
jari dan
diameter
yang
sama
seperti
dihitung
dengan
okuler,
pengamat
protokol plot dan plot kuadran (Gambar 6).
berjalan di sepanjang kedua garis/jalur
Teknik pengambilan data dengan membagi
Utara-Selatan
lingkaran
menjadi
empat
–
selatan
menggunakan
menggunakan
tabung
dan
Timur-Barat
sambil
bagian.
Dari
melihat ke atas secara tegak lurus dengan
utara
tabung okuler. Dalam protokol sampling
sepanjang 1 meter, semak yang terkena
terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis
tongkat
Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol
jumlahnya. Tumbuhan bawah atau semak
plus dan minus menunjukkan ada atau
dicatat dan disesuaikan dengan dbh (3 cm).
tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi
Demikian untuk hal yang sama yaitu untuk
dengan titik silang tabung okuler. Hal yang
arah barat ke timur.
tersebut
dicatat
tongkat
jenis
dan
sama dilakukan untuk penutupan semak
dan
tumbuhan
pengamat
bawah,
hanya
mengarahkan
saja
pendangan
kebawah dengan ketinggian ± 1 m.
1 meter
Gambar 6. Plot Shrub Density
d. Air
Gambar 5. Density board
Kepadatan
daun
Pengambilan data air untuk habitat
semak
dan
Rusa
Jawa
menggunakan
pengukuran
tumbuhan bawah dihitung dengan bantuan
jarak dari sumber air terdekat dari plot
papan kerapatan (density board) (Gambar
pengamatan
5.). Papan diletakkan di ujung jalur atau di
sistematik.
batas plot, pengamat berdiri di pusat plot
ditandai
yang
Pengamat
koordinat dimasukkan dalam peta dengan
mencatat jumlah kotak tiap interval yang
protraktor.Dari sini dapat diketahui jarak
tertutup oleh daun dengan luasan minimal
dari
penutupan sebesar 50% dari luasan kotak.
pengamatan.
berjarak
±
11,3
m.
yang
diletakkan
Keberadaannya
dengan
sumber
air
GPS
sumber
kemudian
terdekat
secara
dari
air
titik
plot
A = luas wilayah pengamatan
t = waktu yang digunakan untuk
e. Ruang
Ruang
yang
Rusa Jawa
Wanagama
di
digunakan
Hutan
oleh
pengamatan
Pendidikan
d = rerata defakasi setiap hari
I merupakan hasil dari luas
p = jumlah onggokan baru yang
Hutan Wanagama I dibagi dengan estimasi
ada dalam plot
populasi Rusa Jawa yang diperoleh dari
P = jumlah individu
hasil analisis.
Estimasi
menaksir
3.
Persepsi
Keberadaan
Masyarakat
Rusa
Jawa
Terhadap
di
Hutan
jumlah
dilakukan
individu
rusa
untuk
yang
terdapat di Hutan Pendidikan Wanagama I
dan
hasilnya
akan
digunakan
untuk
mengetahui sejauh mana kesukaan rusa
Pendidikan Wanagama I
Untuk
populasi
mengetahui
persepsi
terhadap suatu kawasan yang menyediakan
masyarakat sekitar terhadap keberadaan
komponen habitat yang dibutuhkan rusa.
rusa di Hutan Pendidikan Wanagama I,
2. Habitat Rusa Jawa
diperoleh dengan melakukan wawancara
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
terstruktur
dijumpai
kepada
di
masyarakat
sekitar
Hutan
yang
Pendidikan
Komposisi jenis rumput dan semak
(Alikodra, 1990) diketahui dengan rumus:
Wanagama I. Data ini kemudian dianalisis
secara
deskriptif untuk
menggambarkan
INP = Wa / Wt x 100%
Keterangan:
persepsi masyarakat terhadap keberadaan
Rusa
Jawa
di
Hutan
Pendidikan
Wanagama I.
Wa: Berat kering pemanenan setiap jenis
tumbuhan bawah
Wt: Berat kering pemanenan semua jenis
tumbuhan bawah.
D. Analisis Data
Produksi
1. Estimasi populasi Rusa Jawa
Estimasi
populasi
dilakukan
dari
hasil pengamatan onggokan kotoran rusa
biomassa
rumput
dan
semak (Alikodra, 1990) dihitung dengan
rumus :
yang diperoleh dari Pellet Count. Rumus
yang digunakan yaitu :
P
A. p
t.d .a
Keterangan:
P : Produksi biomassa di suatu kawasan
Keterangan :
L : Luas seluruh kawasan
a = luas seluruh plot sampel
p : Produksi biomassa seluruh plot sampel
f.
l : Luas seluruh plot sampel
Unit
sampel
dipindahkan
di
atas
deckglass sebanyak 10 kali ulangan
dengan menggunakan pipet sebanyak 1
Jenis Pakan Rusa Jawa
tetes,
Kotoran rusa yang didapatkan di
lapangan
dengan
menggunakan
lalu
sebanyak
pellet
ditetesi
1
tetes
count (Gambar1.) harus dijemur di bawah
sekelilingnya
diolesi
terik
kuteks
ditutup
matahari
pertumbuhan
sehingga
menghindari
cendawan
tidak
Demikian
untuk
atau
membusuk
juga
kemudian
dengan
g. Preparat diberi label dan siap diamati
penyimpanan
di bawah mikroskop binokuler dan
sampai rusak atau wadahnya lembab.
Pembuatan
analisis
kotoran
dipanaskan
dalam
oven
dengan suhu 70° C selama 2 x 24 jam
sehingga
kering
koleksi
sebagai
dari
tumbuhan
epidermis
referensi
dan
bebas
berikut:
a. Daun dipotong dengan ukuran
1 x 1
cm atau menyesuaikan dengan luas
dari
permukaan daun.
cendawan.
b. Kotoran yang telah kering diblender
b. Potongan daun dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi campuran 10
sampai halus.
ml asam nitrat 10%, 1 gram potasium
c. Kotoran yang telah halus ditimbang
sebanyak
preparat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
adalah sebagai berikut:
a. Kotoran
kaca
rusak.
didokumentasikan hasilnya.
kerja
di
cairan
dengan
kotoran rusa harus diperhatikan, jangan
Langkah
gliserin
preparat yang kecil.
jamur
dan
dengan
lalu
dengan
1,5
gram
kromat 10%, dan 90 ml aquades
kemudian
sebanyak 20 ml.
dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi campuran 10 ml asam
c. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
nitrat 10%, 1 gram potasium kromat
atas spiritus yang sudah disulut api
10%, dan 90 ml aquades sebanyak 20
selama 10-15 menit sampai kutikula
ml.
mengelupas dari sel epidermis.
d. Tabung reaksi tersebut dipanaskan di
d. Setelah
pemanasan
kemudian didinginkan.
tabung
reaksi
e.
Diambil daunnya kemudian dengan
bantuan aquades daun tersebut diserut
mengelupas dari sel epidermis.
e. Setelah
tabung
kemudian didinginkan.
atas spiritus yang sudah disulut api
selama 10-15 menit sampai kutikula
pemanasan
reaksi
menggunakan
jarum
pentul
hingga
daunnya tampak transparan (tampak
epidermisnya).
f.
Daun
yang
epidermisnya
tinggal
tersebut
bagian
dipindahkan
diatas deckglass.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Estimasi populasi
g. Preparat diberi label dan siap diamati
Table 1. Jumlah onggokan minggu
di bawah mikroskop binokuler dan
didokumentasikan hasilnya.
b.Cover (Pelindung)
Analisis data untuk
mengetahui faktor-
ke-2
Petak
Pellet
Onggokan
5
1
1
6
2
6
7
3
1
13
1
0
14
2
0
16
3
1
18
1
2
faktor habitat yang berpengaruh terhadap
restorasi Rusa Jawa yaitu menggunakan
analisis statistik dengan bantuan software
R Statistic.
c. Ruang
Ruang =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑠𝑎𝑛
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑅𝑢𝑠𝑎 𝐽𝑎𝑤𝑎
Analisis
kebutuhan
ruang
untuk
populasi Rusa Jawa di Hutan Pendidikan
Wanagama
luas
I
menggunakan
kawasan
Hutan
Total Onggokan
pembagian
Pendidikan
Wanagama I (600 ha) dengan estimasi
populasi Rusa Jawa.
11
Penelitian yang dilaksanakan di
Hutan Wanagama 1 ini menggunakan 7
petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16 dan petak
18. Dari ketuju petak tersebut, terdapat
d. Air
sejumlah
Analisis
data
jarak
sumber
air
menggunakan hasil dari pengukuran jarak
sumber
air
terdekat
dengan
plot
pengamatan
deskriptif.
yang
pengecekan ulang di masing – masing
pellet count. Estimasi populasi dapat
diketahui
3. Analisis sosial.
onggokan
diketemukan pada minggu kedua ketika
luasan
Analisis
11
dengan
area
cara
pengamatan
mengalikan
(600
Ha)
dengan jumlah onggokan kotoran rusa
menggunakan
metode
yang ditemukan pada minggu kedua.
Kemudian, dibagi interval pengamatan
yang
dikali
defakasi
rata-rata
rusa
perhari dan luasan plot sample (4,2 Ha).
Indeks
Nilai
Penting
(INP)
jenis
Dari hasil penghitungan tersebut maka
rumput
didapat estimasi hasil populasi Rusa
menggunakan rumus sebagai berikut :
Jawa sejumlah 9 individu.
dan
semak
INP
600x11
Ap
8,63422292 9individu
P
tda 14 x13 x 4,2
diketahui
Wa
=
X
Wt
dengan
100%
Dengan :
Wa = Berat kering pemanenan
Keterangan:
setiap
P = Estimasi populasi
jenis
tumbuhan
bawah
t = Waktu
Wt
= Berat kering pemanenan
A = Luas area pengamatan
semua
d = Rerata devikasi (13 kali
jenis
tumbuhan
bawah
per hari)
P = Jumlah plot use
a = Luas plot sampe
2. Habitat Rusa Jawa
Produksi biomasa atau produktivitas
pakan yang berupa rumput dan semak
dihitung dengan formula sebagai berikut :
L
=
p
l
Dengan :
P
=
rumput dan tumbuhan bawah
Produksi biomasa seluruh
kawasan
L
=
Luas seluruh kawasan
p
=
Produksi biomasa seluruh
kemudian
=
Luas seluruh plot sampel
Produktifitas pakan berupa rumput dan
semak di Hutan Wanagama 1 adalah
558,1845238 Kg/Ha/Hari.
Pakan yang dimakan oleh rusa adalah
334.4940476 Kg/Ha/Hari.
sekopan
10,85577
%
dan
rumput teki sebesar 9,970674 . Sedangkan
dari hasil uji epidermis di laboratorium,
jenis pakan yang cocok dengan epidermis
kotoran Rusa Jawa terdapat 15 jenis yaitu
sekopan,
krinyu,
kolonjono,
jarum,
rumput teki,
grinting,
rumput x13, jenis Z5, rumput
keriting,
gamal,
rondo
kangkung-kangkungan,
moprol,
putihan,
alang-
alang, jarong.
b. Pelindung (cover)
plot sampel
l
adalah
Alang-alang dengan INP 19,67475 %,
a. Produktivitas Pakan Rusa Jawa
P
Indeks nilai penting diantara semua
Komponen
merupakan
pelindung
komponen
keberlangsungan
hidup
juga
penting
Rusa
bagi
Jawa.
Komponen pelindung ini dapat melindungi
Rusa
Jawa
dari
beberapa
gangguan
misalkan cuaca buruk dan kondisi habitat
yang kurang sesuai dengan kebutuhannya.
Data
–
rata
(pelindung)
rata
dihutan
Tabel
2.
struktur
vegetasi
Wanagama
Rata-rata
cover
didapatkan sebagai berikut :
1
dihutan
Wanagama
1
dari
kuadran
sampling.
S
A
B
C
D
E
F
G
H
2,349057
1,923077
1,114286
0,669811
0,150943
0,103774
0
0,028302
0,018868
Tabel 3. Regresi faktor struktur vegetasi (pelindung).
Estimate
Std.Error
t value
(Intercept)
S
Pr(>|t|)
-0.2248
0.5244
-0.429
0.686
0.4027
0.2149
1.874
0.120
Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
AIC: 11.016
Y = (0.4027 ± 0.2149)S
Tabel 4. Rata-rata cover di Wanagama 1
Tipe
Nilai
Tutupan
Kepadatan
Kepadatan
tajuk
Semak
belukar
61,208 %
54,69%
46,53%
c. Ruang
Luas Hutan Wanagama 1 adalah 600
Ha. Jumlah estimasi populasi Rusa
Jawa di Hutan Wanagama 1 adalah 9
individu.
Ruang = Luas Area/Estimasi Populasi
= 600/9
= 66,67 ha/individu.
d.
Air (water)
Beberapa
wilayah
di Hutan
Wanagama 1 dialiri oleh Sungai Oyo.
Sungai Oyo ini mempunyai peran yang
penting dalam upaya restorasi Rusa
Jawa (Cervus timorensis) karena
merupakan sumber air utama bagi
Rusa Jawa. Dapat dilihat bahwa
Sungai Oyo mengalir pada sebagian
wilayah tiap petak penelitian. Maka
dapat diartikan habitat di Hutan
Wanagama
1
mampu memenuhi
kebutuhan air minum bagi Rusa Jawa.
3. Sosial
Pengambilan data sosial adalah
dengan cara wawancara. Hasil dari
wawancara ini adalaha Hutan
Wanagama 1 layak sebagai tempat
restorasi Rusa Jawa karena dari
Yang dilakukan
ketika melihatMemb
Rusa ? iarkan
Apakah tahu
batas-batas
Wanagama?
3% 10%
29%
Ya
Punya Lahan
Pertanian di
Wanagama?
34%
Ya
66%
71%
87%
Tahu
Keberadaan
Rusa ?
Penyuluhan
tentang Rusa
di…
8%
Pernah
melihat Rusa
keluar…
11%
92%
18%
Ya
Ada
Tidak
Tidak
89%
Tidak
Pernah
Tidak
82%
Yang dilakukan
saat melihat
Rusa keluar…
Rusa
mengganggu/
merugikan…
Hal dilakukan
jika lahan
dirusak Rusa ?
3%
Membiar
kan
10% 2%
6% 6%
43%
Ya
Tidak
57%
85%
88%
Dikembal
ikan
Apakah tahu
jenis tanaman
yang…
Lapor
pengelol
a
Apakah tahu
keberadaan
Rusa di…
Apa manfaat
keberadaan
Rusa ?
Konsumsi
2%
20%
Wisata/Pendidikan
49%
Ya
Tahu
32%
Tidak tahu
Tidak
80%
68%
49%
Apakah
pernah
berburu Rusa ?
1% 12%
Ya
Menegur
Membiarkan
20%
62%
Melaporkan
Pemerintah
9%
32%
Ikut berburu
Tidak
99%
Siapa yang
wajib
melestarikan…
Hal yang
dilakukan saat
melihat…
25%
1%
Tidak
tahu
Pengelola
Semuanya
39%
Tidak tahu
Bagaimana
pengelolaan
Rusa keDibiarkan/
…
Diliarkan
13%
56%
31%
Diberi
pagar
pembatas
Lainnya
Jika Rusa
bertambah
banyak ?
12%
12%
Dibiarka
n
76%
Jika dibuat
kelompok
masyarakat…
24%
11%
Setuju
65%
Tidak
Bersedia
bekerjasama
dalam
pengelolaan…
10%
Rekap Data Sosial
16%
mendukung
restorasi
Bersedia
31%
Tidak
84%
tidak
mendukung
restorasi
59%
REKAP DATA KESELURUHAN SOSIAL
Dari hasil rekap diketahui bahwa 84% warga menerima ketika dilakukan restorasi di
wanagama 1 sedangkan 16% tidak setuju.
B. Pembahasan
Seiring dengan perkembangannya,
Hutan Wanagama 1 telah menjadi tempat
restorasi Rusa Jawa. Hal tersebut diawali
dengan
program
penangkaran
dan
pelepasliaran Rusa Jawa oleh pihak
Wanagama 1, adanya upaya restorasi di
Wanagama ini berkaitan dengan tujuan
melestarikan
Rusa
Jawa
untuk
menghindari kepunahan. Penelitian ini
dilaksanakan dengan mengangkat judul
Studi Kelayakan Hutan Wanagama 1
sebagai tempat restorasi Rusa Jawa,
dengan melihat aspek kelayakan tersebut
dari 3 komponen yaitu populasi, habitat
dan masyarakat disekitar (sosial). Untuk
teknis pengambilan datanya, dilakukan di
7 petak yaitu petak 5, petak 6, petak 7,
petak 13, petak 14, petak 16, dan petak
18.
Studi kelayakan pertama dilihat
dari segi populasi, dengan metode
pengambilan data menggunakan pellet
count.
Waktu pelaksanakan dengan
rentang waktu pengambilan pellet yaitu 14
hari.
Dari hasil pengamatan,
total
onggokan kotoran yang diketemukan
adalah 11 onggokan. Petak 6 merupakan
petak
terbanyak
dalam menemukan
kotoran rusa, maka dapat diperkirakan
bahwa Rusa Jawa banyak beraktifitas dan
hidup pada petak 6. Berdasarkan kondisi
habitatnya dengan lokasi berbukit dan
kerapatan tiang yang rapat, diperkirakan
kondisi tempat tersebut disukai oleh Rusa
Jawa,
karena
kemungkinan
adanya
interaksi
dengan
manusia
sangatlah
sedikit. Setelah diketahui terdapat total 11
onggokan tersebut maka kita kemudian
dapat
mengestimasi
berapa
jumlah
populasi Rusa Jawa, estimasi hasil
populasi Rusa Jawa sejumlah 9 individu.
Hasil dari estimasi populasi rusa ini
menurun dibandingakan tahun-tahun yang
lalu karena menurut Janiawati (2012),
berdasarkan hasil riset pada tahun 2011
jumlah estimasi populasi Rusa Jawa
terdapat
19 pasang. Penurunan ini
mungkin saja karena penempatan pellet
count yang kurang sesuai dengan habitat
rusa, sehingga onggokan yang di temukan
sedikit dan persebaran Rusa Jawa yang
menyebar. Sehingga dari hasil tersebut,
Wanagama 1 masih layak, karena masih
ditemukan keberadaan Rusa Jawa.
Komponen pengelolaan habitat.
Habitat satwa yang ideal adalah yang
mencakup kebutuhan biologis (makan,
minum,
berlindung, bermain, dan
berkembang biak) dan ekologis satwa yang
bersangkutan (Anderson dan Gutzwiller,
1996) . Berdasarkan komponen air (water),
pada tiap petak penelitian di Hutan
Wanagama 1 sebagian wilayahnya dialiri
oleh Sungai Oyo. Sungai ini mengalir
sepanjang tahun sehingga dapat dijadikan
sumber air untuk rusa. Maka dapat
diartikan habitat di Hutan Wanagama 1
mampu memenuhi kebutuhan air minum
bagi Rusa Jawa.
Komponen berikutnya adalah sebagai
pelindung
(cover).
Pelindung
yang
dimaksud disini adalah bagaimana habitat
tersebut dapat mendukung kelestarian
hidup Rusa Jawa dari gangguan yang ada.
Gangguan tersebut dapat berupa cuaca
buruk, kerusakan habitat, dan juga dari
manusia (perburuan). Adanya gangguan
dapat mempengaruhi kondisi dan sifat rusa
tersebut. Dari hasil kuadran sampling,
kelas struktur vegetasi rata-rata di Hutan
Wanagama 1 yang paling dominasi adalah
kelas struktur S (3≤dbh