Perkembangan mutakhir Pendidikan Kewarga ID

Perkembangan mutakhir Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
By Winarno Narmoatmojo

Untuk mengungkap adanya perkembangan mutakhir yang berkenaan dengan
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia , makalah ini menyajikannya dengan
berdasar 3 hal Pertama, hasil temuan di bidang penelitian dan kajian-kajian masalah
pendidikan kewarganegaraan; kedua, kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan
dan ketiga penelitian internasional ICCS tentang pendidikan kewarganegaraan di
berbagai negara termasuk di Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2009 ini.
1. Temuan di bidang penelitian dan kajian pendidikan kewarganegaraan
Kegiatan penelitian termasuk pengembangan dalam tubuh ilmu pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia termasuk masih langka dalam arti belum banyak
dilakukan. Penelitian dan pengembangan pada dasarnya akan memperkaya
epistemologi pendidikan kewarganegaraan. Penelitian berguna untuk membangun
pengetahuan baru di bidang pendidikan kewarganegaraan baik melalui metode
kuantitatif maupun metode kualitatif. Sedangkan pengembangan berguna didalam
mendapatkan paradigma pedagogis dan rekayasa kurikuler guna menegembangkan
aspek sosial psikologis peserta didik dengan cara mengorganisasikan unsur
instrumental dan kontekstual pendidikan.
Makalah ini menyajikan 2 hasil penelitian yang dianggap relevan dan berkaitan
dengan pendidikan kewarganegaraan sebagai sistem pengetahuan di Indonesia yaitu

penelitian Udin Sarupudin Winatapura berjudul Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan
sebagai Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi (2001) dan penelitian Sapriya
berjudul Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan dalam
membangun Karakter Bangsa (2007)
Hasil penelitian Udin S Winatapura (2001) menghasilkan beberapa temuan
penting berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sebagai berikut:
a. Pendidikan kewarganegaraan merupakan suatu tubuh atau sistem pengetahuan
yang memiliki: (a) ontologi yang bersifat multidimensional (b) epistemologi
research, development, and diffusion
dalam bentuk kajian ilmiah dan
pengembangan program kurikuler, dan (c) aksiologi pendidikan kewarganegaraan
b. Secara paradigmatik sistem pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga komponen,
yakni (a) kajian ilmiah pendidikan ilmu kewarganegaraan; (b) program kurikuler
Pendidikan Kewarganegaraan; dan (c) gerakan sosial-kultural kewarganegaraan,
yang secara koheren bertolak dari
esensi dan
bermuara pada upaya
pengembangan pengetahuan kewarganegaraan, nilai dan sikap kewarganegaraan,
dan keterampilan kewarganegaraan
c. Secara kontekstual logika internal dan dinamika eksternal sistem pendidikan

kewarganegaraan dipengaruhi oleh aspek-aspek pengetahuan intraseptif berupa
Agama dan Pancasila; pengetahuan ekstraseptif ilmu, teknologi, dan seni; cita-cita,
Nilai, konsep, prinsip, dan praksis demokrasi; masalah-masalah kontemporer
Indonesia; kecenderungan dan masalah globalisasi; dan kristalisasi civic virtue dan
civic culture untuk masyarakat madani Indonesia-masyarakat negara kebangsaan
Indonesia yang berdemokrasi konstitusional

1

d. Kompetensi dasar kewarganegaraan dapat dikembangkan menjadi 90 butir
kompetensi yang terdiri atas
pengetahuan, sikap dan ketrampilan
kewarganegaraan. Terdapat kesenjangan antara kadar kompetensi yang
diharapkan dengan kadar kompetensi nyata dalam kehidupan saat ini.
e. Berdasar butir –butir kompetensi kewarganegaraan dapat dikembangkan dan
dirumuskan sejumlah subtansi pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
Penelitian Sapriya (2007) menghasilkan beberapa temuan kesimpulan mengenai
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia sebagai berikut:
a. PKn sebagai pendidikan disiplin ilmu dengan identititas bidang kajian eklektif
merupakan “ an integrated knowledge system’, “synthetic discipline”,

“multidimensional” atau “kajian konseptual sistemik”. PKn di Indonesia memiliki
ontologi yang terdiri atas Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai landasan
pokok, Pancasila sebagai landasan filosofis, UUD 1945 sebagai landasan normatif,
perilaku warganegara sebagai landasan psikologis, dan nusantara, manusia sebagai
pribadi, kekayaan alam dan budaya, kesadaran sebagai manusia dan jatidiri bangsa
sebagai landasan material.
b. Secara fungsional, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dua tugas (1) tugas dalam
bidang telaah untuk membangun body of knowledge dan (2) tugas bidang
pengembangan untuk tranformasi konsep, nilai dan ketrampilan hidup
kewarganegaraan
c. PKn sebagai program untuk membangun karakter warganegara yang berciri
multidimensional berfungsi sebagai pendidikan nilai moral, pendidikan bela negara,
dan pendidikan politik dan hukum
Beberapa contoh penelitian yang bersifat pengembangan khususnya dalam
ranah domain pendidikan kewarganegaraan sebagai program kurikuler adalah ;
penelitian Tukiran tentang Efektifitas Implementasi Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis Portofolio (2005), penelitian Kokom Komalasari tentang
Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap
Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP (2008) dan penelitian Nurul Zuriah tentang
Kajian Teoritik Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis-Dialogis Mahasiswa melalui

Pendekatan Pembelajaran DDCT dalam Perkuliahan PKn/CE di Lingkungan PTM (2008).
Penelitian yang berkaitan dengan ranah pendidikan kewarganegaraan sebagai program
sosio kultural misalnya penelitian Yuyus Kardiman tentang Membangun Kembali
Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan (2008).
Beberapa temuan dari penelitian tersebut sebagai berikut:
a. Bahwa model pembelajaran PKn berbasis portofolio lebih efektif untuk
meningkatkan pembelajaran PKn di perguruan tinggi terbukti dapat meningkatkan
tanggapan positif mahasiswa terhadap perkuliahan PKn, sikap demokratis,
tanggapan terhadap integrasi nasional, kesadaran akan hak dan kewajiban, dan
kesadaran terhadap HAM dalam diri mahasiswa (Tukiran, 2005)
b. Pembelajaran kontekstual berpengaruh signifikan terhadap kompetensi
kewarganegaraan siswa, pembelajaran kontekstual berintikan pada value
education, dan memiliki kontribusi besar terhadap disposisi/ sikap
kewarganegaraan siswa Pendekatan penanaman nilai dan klarifikasi nilai

2

berkontribusi terhadap sikap kewarganegaraan. Pendekatan perkembangan
kognitif dan analisis nilai berkontribusi terhadap ketrampilan intelektual.
Sedangkan pendekatan pembelajaran berbuat berkontribusi terhadap ketrampilan

partisipasi. (Kokom Komalasari, 2008)
c. Perkuliahan PKn di perguruan tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran
/perkuliahan PKn/CE yang terjadi selama ini berlangsung monolitik, kurang
demokratis, membosankan dan tidak optimal. Fenomenanya sebagai berikut:
Perkuliahan PKn/CE materinya terlalu banyak & luas, Pembelajaran dilakukan
kurang menarik dan membosankan. Metode pembelajaran yang ada selama ini
cenderung kurang bervariasi dan kurang melibatkan mahasiswa. Mahasiswa
umumnya kurang menyenangi pelajaran/ perkuliahan PKn/CE karena harus banyak
menghafal dan banyak membaca. Dosen PKn/CE cenderung belum siap mengajar
secara kontekstual, kurang enjoyfull learning (belajar dengan menye-nangkan) dan
masih berpola “textbookish”. Karena itu perlu upaya inovasi dan reorientasi model
pembelajaran PKN/CE berbasis DDCT (Deep Dialogue dan Critical Thinking) yang
dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis-dialogis mahasiswa di
lingkungan perguruan tinggi. Kemampuan berpikir kritis merupakan ciri dari
pembelajaran demokrasi sekaligus ciri dari PKn di era demokrasi. (Nurul Zuriah,
2008)
d. Pembangunan karakter bangsa tidak saja menjadi tanggung jawab dunia
persekolahan tetapi juga menjadi tanggung jawab situs-situs kewarganegaraan di
luar persekolahan. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan yang
di mana di dalamnya terdapat pendidikan karakter, tidak hanya menjadi mata

pelajaran persekolahan, tetapi menjadi pendidikan kewarganegaraan di lingkungan
masyarakat (Community civic education). Situs-situs kewarganegaraan seperti
Pelatihan Manajemen Qalbu yang dilakukan oleh Daarut Tauhid Training Center,
berupaya membangun karakter yang kuat seperti gigih, disiplin, ulet, rajin dan
karakter baik seperti , rendah hati, ikhlas, Pelatihan ESQ yang dilakukan oleh
Emotional Spiritual Quotient Leadership Center, berupaya membangun karakter
yang dideklarasikan menjadi tujuh budi utama yaitu jujur, tanggung jawab,
visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli Adapun Majelis Taklim secara umum
berupaya membangun karakter iman dan takwa terhadap jemaahnya (Yuyus
Kardiman, 2008)
Penelitian dan model pengembangan bidang PKn yang akan datang diharapkan
dapat memenuhi dua tugas fungsional PKn sebagaimana disebutkan di atas. Sejalan
dengan adanya 3 komponen dalam sistem pengetahuan pendidikan kewarganegaraan ,
penelitian dan pengembangannya dapat diarahkan kepada ketiga komponen di atas
yaitu jenis penelitian PKn yang berkaitan dengan pengembangan PKn sebagai kajian
ilmiah, penelitian PKn bidang program kurikuler dan penelitian PKn bidang
sosiokultural. Dengan adanya pemetaan tersebut diharapkan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat
terarah, sistematik dan semakin memperkuat body of knowledge dari pendidikan
kewarganegaraan sebagai disiplin ilmu.

Berkaitan dengan hal itu, program studi PKn Pascasarjana UPI Bandung telah
berupaya menyusun payung penelitian bidang PKn yang dapat dijadikan rujukan bagi

3

mahasiswanya untuk melakukan penelitian bidang PKn. Payung penelitian ini berisi 5
topik yang dapat dipilih ketika akan melakukan penyusunan tesis atau disertasi. Kelima
topik tersebut sebagai berikut:
a. Pengembangan PKn sebagai gerakan sosiokultural di masyarakat
b. Pengembangan model-model pembelajaran yang dapat menjadikan PKn sebagai
area studi yang powerfull
c. Pengkajian tentang berbagai persoalan negara bangsa dari perspektif PKn yang
mampu memberikan jalan keluar bagi Indonesia dari keterpurukan untuk bangkit
menjadi negara bangsa yang lebih maju dan berkeadaban dalam percaturan global
d. Pengkajian tentang upaya penegakan hukum dalam negara hukum demokratis dan
negara hukum kesejahteraan yang memerlukan dukungan warganegara yang baik
e. Pengkajian tentang perubahan nilai yang terjadi , pengkajian tentang upaya
pembinaan jati diri bangsa , dan pengkajian tentang berbagai kemungkinan konflik.
Meskipun payung penelitian ini bersifat “debatable” dan masih mungkin
dilakukan perubahan, namun dapat dipakai sebagai langkah awal untuk mengarahkan,

memetakan dan sekaligus menemutunjukkan bidang-bidang kajian PKn yang dapat
dilakukan penelitian. Payung penelitian juga berfungsi membatasi agar kegiatan
penelitian dan pengembangan PKn menjadi jelas sebagai upaya membangun tubuh
pengetahuan kewarganegaraan di Indonesia.
Temuan di bidang kajian pendidikan kewarganegaraan adalah berasal dari hasil
Naskah akademik kajian kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang disusun oleh
Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depdiknas tahun 2007. Ruang
lingkup kajian ini adalah standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran PKn
persekolahan. Hasil kajian menemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Berkaitan dengan beban belajar, maka komposisi jumlah SK dan KD untuk tiap
semester baik untuk SD, SMP maupun SMA dinilai cukup memadai. Aspek sikap
dan perilaku yang menjadi ”stressing” PKn proporsinya hanya 12 % KD, 20,17%
aspek perilaku, dan aspek pengetahuan 69,43 %.
b. Overlapping (tumpang tindih) ditemukan pada KD 4.2 Kelas I dengan KD 2.4 Kelas
III. Untuk SMP kelas VII ditemukan SK 3 dan 4 Kelas VII, sehingga disarankan untuk
digabung. Untuk SMA misalnya KD 2.3 Kelas XI dengan KD 2.2 Kelas XII dan KD 3.3
Kelas X dengan KD 5.2 Kelas XI.
c. Ada cakupan KD yang lebih luas dari SK. Adanya anggapan ketidakruntutan
pendekatan berpikir pada KD jenjang SD, yaitu KD 3.1, 3.2, dan 3.3 Kelas III; dan KD
4.3 yang terhalang oleh KD 4.2 pada Kelas IV.

d. Ditemukan adanya istilah yang tidak benar secara konsep keilmuan, yaitu
penggunaan istilah bentuk-bentuk kenegaraan pada KD 1.2 Kelas X SMA. Dalam
konteks ilmu negara tidak ada istilah bentuk-bentuk kenegaraan, yang ada ialah
bentuk-bentuk negara yang sering dibahas secara bersama dengan bentuk
pemerintahan dan sistem pemerintahan. Ada rumusan KD yang dianggap terlalu
berat untuk ukuran siswa.

2. Kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan

4

Kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat diketahui
dari berbagai dukumen kenegaraan yang disusun oleh pemerintah. Secara formal,
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia dapat dikatakan belum mantap. Terbukti
sampai saat ini belum ada kejelasan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia
, yaitu belum keluarnya peraturan perundang – undangan yang mengatur secara
komprehensif tentang pendidikan kewarganegaraan.
Secara parsial, istilah pendidikan kewarganegaraan memang dapat
diketemukan dalam berbagai dokumen resmi kenegaraan. Beberapa dokumen
tersebut sebagai berikut:

a. Pasal 37 Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat ..
pendidikan kewarganegaraan . .... Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat ...
pendidikan kewarganegaraan
b. Penjelasan atas pasal 37 yaitu pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air
c. Pasal 9 Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyatakan
...” Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui ... pendidikan kewarganegaraan”
d. Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa ... “Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan
pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 ..”
e. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan
Tinggi menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan termasuk matakuliah
pengembangan kepribadian yang memiliki kompetensi dasar agar mahasiswa
menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah

air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing,
berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Penting untuk diketahui bahwa sesuai amanat Undang-undang No 3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara bahwa pendidikan kewarganegaraan secara konseptual
komprehensif akan dirunuskan dalam suatu undang-undang sehingga dapat dijadikan
arah bagi kebijakan tentang pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Namun sampai
peraturan perundangan tersebut belum dapat disyahkan oleh DPR menjadi undangundang.
Berdasar pada naskah akademik rancangan undang-undang tentang pendidikan
kewarganegaraan, yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan
Departemen Pertahanan, dapat diketahui beberapa arah dan kebijakan pendidikan
kewarganegaraan di Indonesia di masa depan sebagai berikut:
a. Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk menumbuhkan kepribadian Dwi
Warna yang menjadi landasan kecendekiawan warga negara. Intinya kepribadian

5

b.

c.

d.

e.

f.

g.

manusia Indonesia yang diinginkan ialah manusia Indonesia yang cerdas dan tetap
memegang teguh nilai-nilai kepribadian bangsa. Dengan kepribadian Dwi Warna
yang cendikia, kehidupan berbangsa dan bernegara berkembang dalam nuansa
saling memahami hak dan kewajiban antara penyelenggara negara dengan warga
negara, dan warga negara sebagai bagian dari masyarakat dunia demi tercapainya
cita-cita nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan yang menanamkan nilai-nilai cinta tanah air,
moralitas, dan jiwa kebangsaan yang menjadi identitas dan karakter bangsa dalam
mencapai integritas bangsa, dijadikan sebagai dasar yang kuat dan kokoh untuk
mengembangkan dan membina kepribadian Dwi Warna setiap warga negara
Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan mengembangkan nilai-nilai dan
mendorong kesadaran terhadap hak dan kewajiban warga negara serta
mengimplementasikan-nya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Pendidikan kewarganegaraan sudah terwadahi dalam sistem pendidikan nasional.
Namun pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pendidikan nasional hanya
mengaturnya di lingkungan persekolahan (school civics), sedangkan di luar
lingkungan pendidikan tidak tercakup. Oleh sebab itu perlu dibangun perangkat
hukum yang dapat mengatur pendidikan kewarganegaraan yang ditujukan kepada
seluruh warga negara (community civics). Adanya perangkat hukum ini menjadi
perkuatan kerangka pendidikan kewarganegaraan dalam sistem pendidikan
nasional, di samping tentunya memperluas jangkauan pengaturan pendidikan
kewarganegaraan bagi seluruh warga negara.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan memiliki keterkaitan dengan
hubungan antar warga negara, hubungan warga negara dengan pemerintah, hak
dan kewajiban sebagai warga negara, hukum, demokrasi, dan partisipasi warga
negara dalam kehidupan negara, serta membangun kesiapan warga negara sebagai
bagian dari warga dunia. Jadi amatlah wajar jika setiap negara kebangsaan yang
demokratis dalam sistem pendidikannya selalu ada program pendidikan
kewarganegaraan sebagai bagian dari kurikulum suatu sekolah. Hanya namanya
berbeda satu dari yang lainnya. Ada yang menggunakan istilah ”Civic Education”,
”Political Education”, ”Social Studies”, “Democracy Education
Pendidikan kewarganegaraan pada intinya berkaitan dengan hubungan antara
warga negara, hubungan individu (warga negara) dengan government
(pemerintahan), hak dan kewajiban sebagai warga negara dari sebuah negara,
hukum, demokrasi dan partisipasi warga negara dalam kehidupan negara, serta
membangun kesiapan warga negara sebagai bagian dari warga dunia.
Pendidikan kewarganegaraan bersifat universal dan tidak hanya dalam konteks
school civics (Pendidikan Kewarganegaraan), tetapi juga dalam konteks community
civics
(pendidikan
kewarganegaraan).
Dengan
demikian
Pendidikan
kewarganegaraan penyelenggaraannya harus dilakukan melalui jalur pendidikan
formal, non formal maupun informal
Esensi pendidikan kewarganegaraan, antara lain meliputi : 1) Pendidikan demokrasi
, 2) Pendidikan Politik, 3) Kebudayaan Kewarganegaraan, 4)
Pendidikan
kewarganegaraan dan bela negara sebagai bagian dari sistem pertahanan negara,
5) Pendidikan Wawasan Kebangsaan, 5) Pendidikan Ketahanan Bangsa,

6

h. Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati
diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela
negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara
i. Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara yang cinta
tanah air berlandaskan kesadaran hak dan kewajibannya sebagai warga negara
dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan
masyarakat Indonesia seluruhnya yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
j. Penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan dilakukan secara nasional, baik
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat.
k. Pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan dapat berlangsung dalam berbagai
lingkup pendidikan, yaitu: a) Pendidikan formal di taman kanak-kanak/sekolah
dasar, sampai dengan perguruan tinggi baik dalam mata pelajaran tersendiri atau
terintegrasi. b) Pendidikan formal yang berkaitan dengan lembaga keagamaan
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. c) Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. d)
Pendidikan kedinasan yang diselenggarakan oleh departemen maupun lembaga
pemerintah non-departemen termasuk BUMN pada saat rekruitmen pegawai baru
maupun pada saat terjadi perubahan golongan di setiap jenjangnya. e) Pendidikan
di lingkungan perusahaan swasta. Perusahaan swasta yang dimaksud di sini adalah
perusahaan yang memiliki karyawan sekurang-kurangnya 500 orang. Dengan
demikian perusahaan swasta yang karyawannya di bawah 500 orang tidak perlu
mencantumkan kurikulum pendidikan kewarganegaraan di dalam proses
rekruitmen karyawan barunya maupun pada saat karyawan tersebut berubah
status sesuai dengan penjenjangan yang ada dalam perusahaan tersebut. f)
Pendidikan di lingkungan organisasi kemasyarakatan dan partai politik yang
berkaitan dengan pendidikan dasar kepemimpinan maupun pendidikan
penjenjangan kader yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut.
l. Keikutsertaan warga negara dalam pendidikan kewarganegaraan merupakan salah
satu wujud dari hak dan kewajiban dalam bela negara. Oleh sebab itu masyarakat
memiliki hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan.
Hal ini sangat penting, karena pendidikan kewarganegaraan tidak hanya di
lingkungan sekolah sampai dengan perguruan tinggi saja, akan tetapi mencakup
lingkup yang lebih luas.
Dengan mengetahui naskah akedemik rancangan undang-undang pendidikan
kewarganegaraan ini, kita dapat memberikan tanggapan dan masukan guna
menghasilkan kebijakan pendidikan kewarganegaraan Indonesia di masa depan yang
lebih baik sesuai dengan konteks keindonesiaan dan masyarakat demokratis.

3. Penelitian internasional Pendidikan Kewarganegaraan oleh ICCS 2009
Setelah 10 tahun berlalu sejak dilakukan penelitian tentang civic education oleh
CIVED di tahun 1999, dewasa ini di abad 21, tantangan baru telah muncul mengenai
pendidikan orang muda tentang hak-hakya sebagai warga negara. Tantangan ini telah

7

mendorong perlunya melakukan refleksi ulang tentang makna kewarganegaraan ,
tugas dan tanggung jawabnya serta pendekatan pendidikan kewarganegaraan.
Berdasar hal ini maka ICCS melakukan penelitian pendidikan kewarganegaraan di
tahun 2009. International Civic and Citizenship Education Study (ICCS) adalah sebuah
studi dibawah IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational
Achievement), sebuah lembaga studi internasional. ICCS adalah sebuah proyek
kerjasama yang mencakup kelompok peneliti, dan pelaku sekolah di seluruh dunia
Para staf peneliti diambilkan dari IEA dan lembaganya, konsultan ahli dan dari berbagai
negara yang berpartisipasi. ICCS adalah hasil konsorsium kerjasama tiga lembaga yaitu
IEA Secretariat, the IEA Data Processing Center (DPC) and the national research
coordinators (NRCs): The Australian Council for Educational Research (ACER), the
National Foundation for Educational Research (NFER) in the United Kingdom and the
Laboratorio di Pedagogia sperimentale (LPS) at the Roma Tre University.
Tujuan dari ICCS adalah menyelidiki cara -cara warga muda disiapkan untuk
melakukan peran mereka sebagai warganegara di sejumlah negara-negara. Studi akan
melaporkan kemampuan (pretasi) siswa berdasar tes pemahaman konseptual dan
kompetensinya di bidang kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan.
Penelitian juga akan mengumpulkan dan meneliti data tentang disposisi dan sikap
sikap yang berkenaan dengan kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan.
Studi ini dibangun berdasar pada IEA studi kewarganegaraan yang sebelumnya
dilakukan oleh CIVED pada tahun 1999. Jadi terdapat hubungan atau kelanjutan antara
studi CIVED 1999 dengan studi ICCS 2009 sekarang ini. Secara krusial terdapat
kebutuhan untuk melakukan penelitian baru dan hal ini sebagai respon langsung atas
tantangan yang dihadapi oleh pendidikan warga muda di berbagai negara yang mana
partisipasi dan demokrasi telah berubah.
Studi ini dikembangkan kedalam pertanyaan pertanyaan kunci. Pertanyaan kunci
studi difokuskan pada pemahaman, sikap untuk terlibat, partisipasi kewarganegaraan
yang berhubungan dengan aktivitasnya dan sikap yang berhubungan dengan
kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan. Secara khusus, pertanyaan kunci
tersebut meliputi hal sebagai berikut;
1. What variations exist between countries, and within countries, in student
achievement in conceptual understandings and competencies in Civic and
Citizenship? Analisis atas hal ini akan difokuskan dari distribusi prestasi siswa
berdasar data tes
2. What changes in civic knowledge and engagement have occurred since the last
international assessment in 1999 and what is the variation in those changes?
Pertanyaan ini dikaitkan dengan menganalisis kecenderungan yang terjadi sejak
penelitian CIVED 1999 sampai pada ICCS 2009 dan akan dibatasi dari data negaranegara yang berpartisipasi di studi ini
3. What is the extent of interest and disposition to engage in public and political life
among adolescents and which factors within or across countries are related to it?
Pertanyaan ini ditujukan pada isu dan indikator keterlibatan warga negara di dalam
dan dibandingkan di negara lain.
4. What are adolescents’ perceptions of the impact of recent threats to civil society
and responses to these threats on its future development? Analisis ini didasarkan

8

pada pemahaman siswa tentang hubungan antara pengamanan masyarakat dan
perlindungan warga sipil dengan siswa siswa terhadap hak kewarganegaraan
5. What aspects of schools and education systems are related to achievement in and
attitudes to Civic and Citizenship including:(a) General approach to civic and
citizenship education, curriculum or program content structure and delivery.
Analisis ini membutuhkan data tambahan yaitu kuesioner sekolah dan guru. (b)
Teaching practices such as those that encourage higher order thinking and analysis
in relation to civic and citizenship. Analisis terhadap ini akan didasarkan pada data
tentang persepsi siswa dan laporan guru dalam praktek pembelajaran. (c) Aspects
of school organisation including opportunities to contribute to conflict resolution,
participate in governance processes, and being involved in decision making. Analisis
terhadap ini membutuhkan data tentang persepsi siswa terhadap sekolah dan
laporan dari kepala sekolah atau guru pendidikan kewarganegaraan
6. What aspects of student personal and social background, such as sex,
socioeconomic background, language background, are related to student
achievement in and attitudes towards Civic and Citizenship education? Analisis ini
didasarkan atas data dari kuesioner tentang latar belakang, sikap siswa dan
penilaian atas pengetahuan, pemahaman dan kompetensi.
Negara yang berpartisipasi meliputi wilayah Eropa, Asia, Amerika , Amerika Latin
dan Afrika. Secara terperinci negara –negara tersebut sebagai berikut;
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Australia
France
Northern Ireland
Austria
Germany
Norway
Brazil
Greece
Paraguay
Canada
Guatemala
Poland
Chile

14. Hong Kong
15. China
16. Portugal
17. Chinese Taipei
18. Indonesia
19. Russian Federation
20. Colombia
21. Italy
22. Scotland
23. Cyprus
24. Latvia
25. Dominican
Republic
26. Luxembourg

27. Sweden
28. England/Wales
29. Mexico
30. Switzerland
31. Estonia
32. Netherlands
33. Finland
34. New Zealand
35. Slovenia
36. Denmark
37. Lithuania
38. Spain

Untuk melaksanakan penelitiannya, ICCS menyertakan sebuah kerangka kerja
penilaian (Assessment Framework) yang nantinya akan dikembangkan sebagai alat
pengumpul data baik dalam bentuk tes kognitif maupun kuesioner. Secara garis besar
The ICCS Civics and Citizenship Framework dikelompokkan kedalam tiga (3) dimensi/
domain yaitu Content dimension yang mengkhususkan pada subject matter yang
dinilai tentang civics dan citizenship; Affective-behavioural dimension yang

9

menggambarkan macam persepsi dan aktifitas yang akan diukur dan Cognitive
dimension yang menggambarkan proses berfikir.
Content dimension terdiri atas Civic Society and Systems, Civic Principles, Civic
Participation dan Civic Identities. Content dimension yang ada dalam penelitian ICCS
2009 ini merupakan pengorganisasian ulang dari CIVED conseptual models 1999 yang
sebelumnya terdiri dari 3 domain yaitu Democracy/Citizenship, National
Identity/International Relations, dan Social Cohesion/Diversity. Cognitive domains
terdiri atas Knowing dan Reasoning and Analysing. Sedangkan Affective – behavioural
domains terdiri atas Value beliefs, Attitudes, Behavioural intentions dan Behaviours.
Isi dari masing masing Content Dimensions/Domains tersebut sebagai berikut:
Content
Domains
Domain 1:
Civic society
and
systems

Sub Domains

Sub –Sub Domains

Citizens , focuses on the civic
relationships between
individuals and groups of
citizens
and their societies.

Citizens’ and groups’ assigned
and desired roles within their
civic society
Citizens’ and groups’ assigned
and desired rights within their
civic society
Citizens’ and groups’ assigned
and desired responsibilities
within their civic society
Citizens’ and groups’
opportunities and abilities to
support the ongoing
development of their civic
society.

State institutions, are those
institutions central to the
processes and enacting of civic
governance and legislation in
the common interest of the
people they represent and
serve

Legislatures/parliaments
Governments
Supranational/intergovernmental
governance bodies
Judiciaries
Law enforcement bodies
National defense forces
Bureaucracies (civil or public
services)
Electoral commissions.

Civil institutions, are those
institutions that can mediate
citizens’ contact with their
state institutions and allow
citizens to actively pursue
many of their roles in their
societies.

Religious institutions
Companies/corporations
Trade unions
Political parties
Non-governmental organizations
(NGOs)
Pressure groups

10

The media
Schools
Cultural/special-interest
organizations.
Domain 2:
Civic
Principles

Equity is based on the notion
that all people are born equal
in dignity and rights. Equity is
the principle that all people
have the right to fair and just
treatment and that protecting
and promoting this equity is
essential to achieving peace,
harmony, and
productivity within and among
communities.

Freedom refers to the concept
that all people should have
freedom of belief, freedom of
speech, freedom from fear,
and freedom from want as
articulated in the United
Nations Universal Declaration
of Human Rights (UN, 1948).
Societies have a responsibility
to actively protect the freedom
of their members and to
support the protection of
freedom in all communities,
including those that are not
their own.
Social cohesion refers to the
sense of belonging,
connectedness, and common
vision that exists amongst the
individuals and communities
within a democratic society.
When social cohesion is strong,
there is active appreciation and
celebration of the diversity of
individuals and communities
that comprise a society. It is
acknowledged (in regard to this

11

sub-domain) that
manifestations of social
cohesion vary between
societies, that there may be
tensions within societies
between social cohesion and
diversity of views and actions,
and that the resolution of
these tensions is an ongoing
area of debate within many
societies.
Domain 3:
Decision-making refers to
Civic
active participation that
Participation directly results in the
implementation of policy or
practice regarding the
individual’s community or a
group within that community.

Domain 4:
Civic
Identities

Engaging in organizational
governance
Voting

Influencing refers to action
aimed at informing and
affecting any or all of the
policies,
practices, and attitudes of
others or groups of others in
the individual’s community.

Engaging in public debate
Engaging in demonstrations of
public support or protest
Engaging in policy development
Developing proposals for action
or advocacy
Selective purchasing of products
according to ethical beliefs about
the way they were produced
(ethical consumption/ethical
consumerism)
Corruption

Community participation
refers to participation with a
primary focus on enhancing
one’s connections with a
community, and for the
ultimate benefit of that
community.

Volunteering
Participating in religious, cultural,
and sporting organizations
Keeping oneself informed
Acting on/responding to
reflections on past actions.

Civic self-image refers to the
individual’s experience of their
place in each of their civic
communities. Civic self-image
focuses on the individual’s

12

civics and citizenship
values and roles, the
individual’s understanding of
and attitudes towards these
values and roles, and the
individual’s management of
these values and roles both
when they
are in harmony and in conflict
within the individual
Civic connectedness refers to
the individual’s sense of
connection to their different
civic communities and of the
different civic roles they play
within each community.
Civic connectedness includes
the individual’s beliefs about
and tolerance of the levels of
diversity (of civic ideas and
actions) within and across their
communities; and
recognition and understanding
of the effects of the range of
civic and citizenship

Hubungan antara tiga domain tersebut sebagai berikut:
Content
Domain 1:
Civic society
and
systems

Content
Domain 2:
Civic
principles

Cognitive Domains
Knowing
Analysing and
reasoning
Affectivebehavioural
Domains
Value beliefs
Attitudes

13

Content
Domain 3:
Civic
participation

Content
Domain 4:
Civic Identites

Behavioural
intentions
Behaviours

Berdasar kerangka kerja penilaian (Assessment Framework) tersebut dijabarkan
menjadi instrumen penelitian ICCS. Responden terutama ditujukan pada siswa kelas
delapan atau setidaknya adalah warga muda berusia minimal 13, 5 tahun. Instrumen
penelitian itu sebagai berikut;
Instrument
Internasional Cognitive Test
Internasional Student Questionnaire
Regional Test Tes
Kuesioner
Teacher Questionnaire
School Questionnaire

1.
2.
3.
4.

Durasi
45 min
-40 min
Menyesuaikan
Menyesuaikan
30 min
30 min

Responden
Siswa
Siswa
Siswa
Guru
Kepala Sekolah

Dengan demikian instrumen penelitian ICCS terdiri atas 4 bagian:
Tes pengetahuan untuk siswa
Kuesioner untuk siswa
Kuesioner untuk guru
Kuesioner untuk kepala sekolah

Tes pengetahuan untuk siswa dibuat atau disusun kedalam 7 buah buku tes,
(booklets) yaitu buku 1 sampai buku 7 yang berbeda clusternya. Isi pertanyaan berkisar
pada subject matter yaitu dimensi konten (Content dimension) dalam bidang civics
dan citizenship yaitu Civic Society and Systems, Civic Principles, Civic Participation dan
Civic Identities. Jumlah soal dalam tes ini bervariasi antara 32-37 sesuai dengan buku
tes (nomor booklet). Setiap siswa akan mengerjakan materi tes berbeda sesuai dengan
buku tes yang diterimanya.
Sejalan dengan domain kontennya, tes pengetahuan untuk siswa ini berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai kewarganegaraan, yaitu persoalan yang
berhubungan demokrasi, konstitusi, politik , HAM, lembaga dan hukum internasional.
Tes pengetahuan ini berisi dua bentuk yaitu Tes Pilihan dimana siswa telah diberikan
alternatif jawaban yang akan dipilih dan Tes Isian, berupa pertanyaan yang meminta
siswa untuk menuliskan pendapat atau gagasannya yang berkaitan dengan soal.
Berikut ini beberapa contoh soal tes tersebut.
Contoh dari tes pilihan sebagai berikut:
1. Manakah dari pernyataan berikut yang menjelaskan peranan warga negara di negara
demokrasi?
a. dapat memberikan suara mengenai anggaran negara
b. dapat menggunakan hak suara untuk memilih wakilnya
c. harus memberikan suara kepada parpol yang sama
d. harus mematuhi pemimpin tanpa pertanyaan

14

2. Manakah yang termasuk hak anak menurut Konvensi PBB mengenai hak anak
3. Manakah pernyataan berikut yang berpotensi mengancam demokrasi
4. Beberapa negara membuat peraturan yang membolehkan pemerintah untuk
merahasiakan sejumlah laporan pemerintahan. Manakah laporan yang amat
mungkin dirahasiakan pemerintah
Contoh dari tes isian :
5. Tuliskan dua alasan mengapa pemerintah hanya akan memberikan uang kepada
orang-orang dewasa yang mampu bekerja namun menjadi pengangguran
1. ____
2. ____

Kuesioner untuk siswa berisikan Affective – behavioural domains yang terdiri
atas Value beliefs, Attitudes, Behavioural intentions dan Behaviours. Secara teknis,
pertanyaan kuesioner berisi tiga (3) hal pokok yaitu: tentang kamu, rumahmu dan
keluargamu; tentang kegiatan yang kamu lakukan di sekolah atau di luar sekolah; dan
pandanganmu tentang berbagai masalah sosial dan politik. Tiga masalah pokok
tersebut dibagi lagi kedalam materi materi sebagai berikut: tentang kamu, kegiatanmu,
tentang sekolahmu, kewarganegaraan dan masyarakat, hak dan kewajiban, lembaga
dan masyarakat, partipasi dan masyarakat, dan; kamu dan agama. Jumlah soal ada 36
item. Untuk tes kuesioner ini, materinya sama untuk seluruh siswa.
Regional tes terdiri dari tes kognitif dan kuesioner. Regional tes ini bersifat
partikular sesuai dengan wilayahnya yang terbagi dalam region Eropa, Asia, Amerika
Latin dan Afrika. Untuk penelitian ICCS yang dilakukan di Indonesia , regional tes ini
dijabarkan menjadi dua yaitu Kuesioner siswa untuk konteks Asia dan Penelitian
pendidikan kewarganegaraan konteks Indonesia.
Kuesioner siswa untuk konteks Asia ada delapan (8) materi yaitu tentang
Pemerintahan, tentang Perilaku yang Sebaiknya, tentang Budaya Tradisional, tentang
Hukum di Indonesia, tentang Pegawai dan Politikus, tentang Warganegara yang baik,
tentang Pemilu dan Kantor Pemerintahan, dan tentang Identitas Asia. Setiap materi
berisi 5-7 item pernyataan sikap dengan pilihan jawaban; sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak ada pendapat (N), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Jumlah item
pernyataan secara keseluruhan ada 50 soal.
Adapun secara lengkap item pernyataan kuesioenr tersebut sebagai berikut;
A.
1.
2.
3.
4.
5.

Tentang Pemerintahan
Pemerintah harus memperhatikan dan mengurusi masyarakat seperti halnya
orang tua membesarkan anaknya
Selama semua orang sejahtera, tidak masalah apakah pemerintah demokratis
atau tidak
Pemerintah berperan meningkatkan kehidupan beragama dan spiritualitas
dalam masyarakat
Selama pemerintah mewakili pendapat warga Negara, tidak masalah apakah
pemerintah demokratis atau tidak
Demi efisiensi dalam tugasnya, pemerintah bisa bertindak tidak demokratis

15

6. Semakin besar kekuasaan pemerintah, semakin besar kemungkinan pemerintah
dapat mengatasi permasalahan masyarakat
7. Pemerintah boleh melanggar hokum apabila menurutnya diperlukan
B.

Tentang Perilaku yang Sebaiknya
1. Dalam mengambil keputusan, kita harus mengikuti saran orang yang lebih tua,
meskipun memiliki pendapat yang berbeda
2. Demi keharmonisan masyarakat, kita harus toleransi terhadap kesalahan yang
dilakukan tetangga atau rekan kita
3. Dalam mengambil keputusan, kita harus mengikuti saran orang yang memiliki
jabatan yang lebih tinggi, meskipun memiliki pendapat yang berbeda
4. Untuk menjaga keharmonisan, dilarang bertengkar dengan teman
5. Kita harus patuh kepada orang tua meskipun memiliki pendapat yang berbeda
6. Kita harus patuh kepada guru meskipun memiliki pendapat yang berbeda
7. Lebih penting mengatakan sesuatu itu salah daripada menjaga agar orang lain
tidak dipermalukan

C.

Tentang Budaya Tradisional
1. Saya ingin kesempatan banyak mempelajari budaya tradisional Indonesia
2. Indonesia perlu menjaga identitas budaya bangsa yang unik untuk menghadapi
pengaruh budaya lain
3. Karena budaya tradisional merupakan warisan bangsa kita, semua unsure
budaya tradisional harus kita lestarikan
4. Saya merasa bertanggung jawab untuk melestarikan budaya tradisional
Indonesia

D.
1.
2.
3.
4.
5.
E.

F.

Tantang Hukum di Indonesia
Hukum berpihak kepada mereka yang memiliki uang dan kekuasaan
Setiap orang diperlakukan sama di hadapan hokum
Pemerintah sering campu tangan terhadap putusan pengadilan
Pengadilan dapat memberlakukan hokum secara adil
Tidak ada korupsi di lembaga peradilan

Tentang Pegawai dan Politikus
1. Amat wajar menyuap pegawai negeri agar segala urusan lancer
2. Kejujuran dan moralitas politikus lebih penting daripada kemampuan mereka
3. Tidak masalah jika pegawai negeri memanfaatkan fasilitas kantor untuk
kepentingan pribadinya
4. Pemimpin politik harus menjadi teladan moralitas
5. Mencegah korupsi merupakan urusan ornag dewasa bukan urusan saya
6. Politikus bertanggungjawab untuk memastikan keluarganya taat hokum
7. Politikus bertanggungjawab untuk memastikan keluarganya berperilaku baik
8. Politikus bertanggungjawab jika ada keluarganya yang melanggat hokum atau
bertindak tidak bermoral
Tentang Warganegara yang Baik

16

1. Seorang yang taat hukum adalah warganegara yang baik
2. Seorang yang taat hukum namun tidak bermoral bukanlah warganegara yang
baik
3. Seorang hanya bisa menjadi warganegara yang baik jika dia memiliki moral baik
4. Memiliki moralitas baik lebih penting daripada memiliki pengetahuan tentang
warganegara yang baik
5. Pengembangan diri merupakan proses penting menjadi warganegara yang baik
6. Warganegara yang baik harus memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi
7. Meskipun seseorang berperilaku baik, ia belum tentu menjadi warganegara
yang baik tanpa tingkat spiritualitas yang tinggi
G.
1.
2.
3.
4.
5.

H.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Tentang Pemilu dan Kantor Pemerintahan
Jika ada beberapa calon di suatu pemilu, kita harus memilih calon yang berasal
dari daerah kita
Hanya calon yang memiliki koneksi dengan kita yang akan benar-benar akan
melayani kita setelah mereka terpilih
Jika seorang calon adalah teman atau saudara kita, kaita harus memilihnya
meskipun ia bukan calon terbaik untuk melakukan tugas tersebut
Dapat diterima jika pegawai negeri mendahulukan anggota keluarga atau
temannya ketika mencari pegawai untuk ditempatkan di kantor pemerintahan
Tidak masalah jika pegawai negeri menerima order pekerjaan pemerintah,
diberikan kepada orang yang memiliki hubungan pribadi dengannya
Tentang Identitas Asia
Saya menganggap diri saya sebagai warganegara Asia
Saya menganggap diri saya sebagai warga dunia
Negara Asia harus membangun Uni Asia seperti halnya Uni Eropa untuk
kerjasama
Saya bangga dengan perkembangan ekonomi di Asia
Saya bangga dengan perkembangan demokrasi di Asia
Saya bangga dengan perkembangan HAM di Asia
Saya bangga dengan tradisi di Asia

Tes siswa untuk konteks Indonesia berjumlah 22 item soal yang terdiri dari tes
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan kuesioner tentang sikap
kewarganegaraan (civic dispotition) . Setiap siswa mengerjakan isi tes yang sama.
Beberapa contoh dari soal soal dari tes tersebut sebagai berikut;
1. Menurut kamu, sumber pengetahuan apakah yang dapat membentuk jati diri
Indonesia
a. Panca indera
b. Akal
c. Hati nurani
d. Perasaan
3. Lembaga negara manakah yang berwenang menguji materi UUD 1945?
a. MPR
b. DPR
17

4.

5.
6.
7.

c. MK
d. KY
Menurut kamu, apakah yang harus dimiliki bangsa Indonesia agar harkat dan
martabatnya terjaga
a. jati diri bangsa
b. perilaku nasionalism
c. karakter bangsa
d. sikap nasionalism
Manakah pernyataan berikut ini yang merupakan wewenang dari DPD?
Apakah kamu setuju dengan pendapat bahwa pemerintah sudah sangat serius
menangani korupsi
Apakah kamu setuju bahwa kekerasan yang dilakukan di sekolah merupakan
pelanggaran HAM yang pelakunya haru diberi hukuman yang setimpal

Kuesioner guru bertujuan untuk mencermati cara guru mempersiapkan siswa
klas 8 untuk berperan sebagai warga negara khususnya pada aspek sekolah dan
sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian sikap kewarganegaraan.
Kuesioner ini diperuntukkan untuk guru dengan asumsi bahwa guru merupakan faktor
utama yang memberikan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan yang diperlukan
siswa untuk secara sadar menerapkan perannya sebagai warga negara dan untuk
mengembangkan sikap terbuka dan demkratis. Kuesioner ini akan mengetahui
informasi tentang suasana dan keadaan sekolah yang memberikan pendidikan
kewarganegaraan kepada siswa. Isinya berisi tentang praktek dan strategi
pembelajaran yang dijalankan guru dan infomasi umum lain yang berkaitan dengan
siswa klas 8. Secara teknis isi kuesioner terdiri 3 bagian yaitu ; umum, sekolah dan
tentang pendidikan kewarganegaraan . Jumlah ada 29 item pernyataan. Beberapa isi
kuesioner guru tersebut sebagai berikut;
1. Mata pelajaran apa yang anda ajarkan
2. Jumlah atau beban mengajar
3. Apa tanggung jawab anda di sekolah ini
4. Tentang pengalaman mengajar dan lama mengajar di kelas 8
5. Tentang metode pembelajaran yang dilakukan
6. Tentang permasalahan yang terjadi diantara siswa
7. Tentang kegiatan sekolah dan luar sekolah yang dilakukan
8. Pendapat tentang perilaku siswa kelas 8
9. Pendapat tentang tujuan penting pendidikan kewarganegaraan di sekolah
10. Pendapat tentang siapa yang paling bertanggung jawab atas PKn di sekolah
11. Seberapa besar sumber yang dikapai untuk PKn di sekolah
12. Apakah PKn perlu dievaluasi, memakai apa
13. Apa yang harus ditingkatkan dalam PKn
14. Keyakinan akan topik-topik PKn
Kuesioner untuk kepala sekolah dimaksudkan mengetahui dari kepala sekolah
tentang variabel atau faktor faktor yang yang berhubungan dengan civic dan
citizenship participation Beberapa butir pernyataan misalkan tentang guru yang
mengajarkan pendidikan sosial dan pendidikan kewarganegaraan, kegiatan sekolah

18

yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan, jumlah sarana dan prasarana,
pelatihan yang diikuti. Kuesioner ini berdurasi 30 menit dan bersifat melengkapi data
utama dari siswa.
Referensi
Fraillon, Julian and Schulz, Wolfram. 2008. Concept and Design of the International
Civic and Citizenship Study. Paper prepared for the Annual Meetings of the
American Educational Research Association in New York, 24-28 March 2008
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Tes untuk Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Kuesioner untuk Siswa. Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Kuesioner untuk Guru. Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Kuesioner untuk Kepala Sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Tes untuk Siswa Konteks Asia. Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2007. Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan Internasional. Survey Utama
ICCS 2009. Tes untuk Siswa Konteks Indonesia . Jakarta: Pusat Kurikulum
IEA. 2008. Main Survey. National Quality Control Monitor Manual. Prepared by ICCS
International Study Center, IEA Data Proceding and Research Center and IEA
Secretariat.
Kelompok Kerja Penyusunan RUU Pendidikan Kewarganegaraan. ttp Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang Pendidikan Kewarganegaraan . Jakarta; Dirjen
Pothan, Dephan.
Kokom Komalasari 2008. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan
Kewarganegaraan terhadap Kompetensi Kewarganegaraan siswa SMP .
Disertasi. SPS UPI Bandung
Nurul Zuriah 2008. Kajian Teoritik Pengembangan Kemampuan Berpikir KritisDialogis Mahasiswa melalui Pendekatan Pembelajaran DDCT dalam
Perkuliahan PKn/CE di Lingkungan PTM
Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
Puskur. 2007. Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan .
Jakarta: Depdiknas
Sapriya 2007. Perspektif Pemikiran Pakar tentang Pendidikan Kewarganegaraan
dalam membangun Karakter Bangsa . Disertasi. SPS UPI Bandung
Schulz, Wolfram and Ainley, John. 2007. Civic and Citizenship Education in 2009
(ICCS): A Comparative Study. Paper prepared for the 51st annual conference of
the Comparative and International Education Society in Baltimore, 25 February-1
March 2007
Schulz, Wolfram and Brese, Falk. 2008. Assessing Student Knowledge, Background
and Perceptions in the International Civic and Citizenship Study. Paper
prepared for the Annual Meetings of the American Educational Research
Association in New York, 24-28 March 2008

19

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Republik Lndonesia Nomor: 43/Dikti/Kep/2006 Tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian Di Perguruan
Tinggi
Tukiran 2005. Efektifitas Implementasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
berbasis Portofolio . Disertasi. SPS UPI Bandung
Udin Sarupudin Winatapura 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai
Wahana Sistematik Pendidikan Demokrasi. Disertasi. SPS UPI Bandung
Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
Yuyus Kardiman 2008 Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs
Kewarganegaraan . Tesis. SPS UPI Bandung
______. 2008. Buku Bimbingan Akademik Mahasiswa. Bandung: SPS Program Studi
PKn UPI

20