MEMAJUKAN KARAKTER ANAK DENGAN PENGARAHA

MEMAJUKAN KARAKTER ANAK DENGAN PENGARAHAN
DAN PENDIDIKAN SECARA DINI
(IMPROVEMENT CHILDREN CHARACTER WITH GUIDANCE AND
EDUCATION IN EARLY)
Muhammad Saiful Anwar
11110241023
Kebijakan Pendidikan – FIP UNY
asaiful685@yahoo.com
Abstrak
Anak merupakan anugrah Yang Kuasa sehingga perlu diperhatikan
secara intensif. Peran orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan karakter anak. Kategori anak disini berusia 0-6 tahun, karena
pada rentang masa tersebut ada suatu masa yang dikatakan masa “golden age”.
Pada masa “golden age” merupakan masa keemasan bagi seorang anak. Hal
yang perlu diperhatikan pada masa tersebut pola asuh orang tua dan lingkungan
menjadi faktor penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak.
Pendidikan, pengarahan, dan bimbingan merupakan program yang sangat vital
bagi anak dengan tujuan pembentukan karakter yang baik alhasil anak bisa
menjadi manusia yang cerdas. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan
lembaga pendidikan non formal yang biasa dibagi menjadi 2 yaitu ‘playgroup’
dan TK. Lembaga pendidikan non formal ini sangat dibutuhkan dalam peran

pembentukan karakter anak. Karakter anak yang cerdas, kreatif, inovatif dan
berakhlak baik memang harapan orang tua. Selebihnya anak merupakan generasi
penerus bangsa yang akan membangun bangsa dan mewujudkan cita-cita
bangsa.
Kata Kunci : Perkembangan Anak , Pola Asuh, Pendidikan Karakter, PAUD
A. PENDAHULUAN
Perkembangan anak sudah dimulai sejak lahir. Hal yang perlu diperhatikan
yaitu pada proses perkembangannya baik dari segi sensorik dan mototrik. Masih
banyak hal yang

perlu dipertimbangkan para orang tua untuk membentuk

karakter dan kepribadian anak. Tidak semua anak yang berkembang tanpa
hambatan, melainkan perlu partisipatif yang ekstra untuk meminimalisir
gangguan-gangguan yang terjadi pada proses perkembangan anak. Tidak heran

1

jika orang tua sampai mengeluarkan uang yang lebih demi perkembangan optimal
pada anak.

Anak adalah tuntutan bangsa yang akan memperbaiki dan mewujudkan
cita-cita bangsa. Demikian masih banyak orang tua yang belum melek terhadap
pendidikan sejak dini. Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan
DEPDIKNAS masih sekitar 28 juta anak usia 0-6 tahun yang belum terlayani
program pendidikan prasekolah. Kesadaran

masyarakat akan pentingnya

pendidikan anak usia dini masih belum merata, hanya sebagian kecil masyarakat
yang mengapresiasi bahwasanya paendidikan anak usia dini itu dirasa penting
pada anak berumur 0-6 tahun.
Keluarga merupakan sosok agen sosial yang pertama dan berperan sangat
vital terhadap pembentukan karakter anak. Keadaan sosial yang saat ini terus
berkembang dengan diiringi perkembangan teknologi dan informasi. Disinilah
anak menemukan hal-hal yang baru, entah baik atau buruk. Kasus kriminalitas,
kenakalan remaja, seks bebas, kekerasan hal tersebut menjadi fenomena yang
mengkhawatirkan bagi orang tua. Tayangan televisi tanpa adanya pembatasan
terhadap

anak


dapat

menimbulkan

sesuatu

yang

akan

mempengaruhi

perkembangan karakter seorang anak. Hal ini, pola asuh orang tua diperlukan dan
pengawasan yang ekstra terhadap pembentukan karakter seorang anak guna
menjadikan anak adalah sosok kebanggaan keluarga.
Kecerdasan dan kepribadian yang baik adalah harapan semua orang tua.
Menurut para ahli tumbuh-kembang anak, pendidikan yang salah pada masa usia
dini akan berdampak pada kecerdasan masa akan datang. Sejumlah riset neurologi
bahwasanya kecerdasan anak bergantung pada jumlah simpul saraf otak yang

saling terhubung. Menurut Utami Roesli, dokter spesialis anak dari The Jakarta
Women & Children Clinic, untuk meningkatkan kecerdasan anak, dioptimalkan
dari segi hardware-nya (otak). Untuk meningkatkan hardware ini , sebaiknya
dalam kandungan janin sudah dirangsang dengan berbagai cara. Bisa dengan
musik, belaian sayang serta dialog ibu dan ayahnya (Lomba Penulisan Jurnalistik
PAUD , 2004 : 9)

2

B. PEMBAHASAN
1. Tumbuh-Kembang Anak
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif secara kontinyuitas
yang mengacu pada aspek penyempurnaan fungsi psikologis yang dipengaruhi
oleh organ-organ fisik sampai akhir manusia. Sedangkan pertumbuhan adalah
proses perubahan kuantitatif secara kontinyuitas yang mengacu pada aspek
pematangan fisik, yang dipengaruhi oleh fungsi psikologi sampai dengan
peredaran waktu tertentu.
Sejak Di dalam kandungan janin bakal anak sudah mengalami
perkembangan


dan

pertumbuhan

yang

biasa

disebut

tiga

trisemester

prekembangan prakelahiran (Santrock. 2002: 108) . Trisemester pertama (3 bulan
1
pertama) , trisemester kedua (3 bulan kedua) , dan Trisemester Ketiga (3 2 bulan
terakhir).
Menurut Inri Kurnia Almesa, M.Psi. dalam psikologi perkembangan,
tahap perkembangan anak meliputi 3 tahap yaitu:

Pranatal

: (0 – 9 bulan dalam kandungan)

Bayi

: Neonatal (0 – 2 minggu
: Pascanatal (2 minggu – 2 tahun)

 Anak

: Awal (2 – 6 tahun)
: Tengah (6 – 12 tahun)
: Akhir (12 – 15 tahun)

Periode Pranatal
Perkembangan janin dalam kandungan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya:
Situasi orangtua (emosional, spiritual, afeksi)


3

Kondisi orangtua, terutama ibu, sangat berpengaruh terhadap perkembangan
janin. Ketika ibu merasa stress maka terdapat suatu zat kimia tubuh yang turut
masuk dalam peredaran darah janin.
Lingkungan Sekitar
Dukungan dari orang-orang terdekat dapat mempengaruhi rasa aman pada
janin.
Keadaan Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi dari keluarga, dapat menentukan perlakuan dan asupan
gizi bagi janin.
Bahaya Psikologis :
Kepercayaan tradisional
Kepercayaan mengenai hal yang baik dan buruk selama mengandung,kadang
kurang tepat
Sikap terhadap kelahiran anak
Sikap orangtua dan lingkungan sekitar dapat diketahui oleh janin melalui
pesan yang disampaikan oleh sel saraf ibu.
Periode Bayi Neonatal
Bahaya Psikologis :

Ketidak berdayaan bayi
Bayi masih sangat tergantung dengan orang lain. Pada tahap awal kehidupan,
bayi mulai mengenali lingkungannya.
Individualitas bayi
Bayi masih sangat terfokus dengan dirinya sendiri.
Keterlambatan perkembangan
Hal ini dikarenakan perkembangan setiap orang selalu berbeda.


Terhentinya perkembangan

4

Anak-anak ini akan mengalami hambatan perkembangan dan memerlukan
bantuan professional untuk membantu perkembangannya.
Kurangnya rangsangan
Kurangnya rangsangan dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan.
Hal ini dapat menyebabkan kurangnya kemampuan anak dan terdapat tahaptahap yang terlewati dari keseluruhan proses perkembangannya
Pemberian nama
Pemberian nama sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di

kemudian hari. Ketika anak telah dapat bersosialisasi ia akan mulai bertanya
dan memahami arti dari pemberian namanya.
Periode BAYI Pascanatal
Bahaya Psikologis :
 Perkembangan motorik
Pada masa ini, resiko bahaya fisik semakin besar. Anak pada masa ini
anak mulai belajar dasar-dasar motorik.
 Bahasa
Penggunaan bahasa dari orang-orang sekitar akan diserap secara cepat oleh
anak-anak.
 Emosi (terlalu banyak / kurang kasih sayang)
Anak-anak pada periode ini biasanya mendapat perhatian yang sangat
besar dari orang-orang sekitarnya. Perhatian yang terlalu berlebihan juga
tidak baik bagi perkembangan anak.
Periode ANAK Awal
Lima tahun pertama merupakan masa yang sangat penting karena merupakan
dasar pembentukan kepribadian anak.
Bahaya Psikologi :
5


 Emosi
Pada periode ini,anak mulai belajar untuk membedakan berbagai bentuk
emosi. Emosi senang digambarkan melalui tertawa, sedih dengan
menangis, dan sebagainya.
 Moral
Perkembangan moral mulai semakin baik. Anak melakukan sesuatu karena
melihat orang lain juga melakukan hal yang sama. Oleh karena itu,
pengaruh lingkungan sekitar perlu diwaspadai karena dapat mempengaruhi
penanaman nilai pada masa anak-anak awal.
 Kepribadian
Pada periode ini mulai terbentuk dasar kepribadian. Dengan penanaman
nilai yang diberikan, anak mulai memiliki dasar sifat yang dimunculkan
dalam bentuk tingkah laku. Kepribadian yang ditanamkan akan terus
berpengaruh sampai dewasa.
 Sosial
Perkembangan sosial mulai dilatih pada tahap ini. Anak biasanya mulai
dimasukkan dalam pre-school untuk melatih proses sosialisasinya.
Hubungan dengan teman sebaya dan guru dapat memberikan berbagai
pengaruh, baik positif maupun negatif.
 Perkembangan konsep

Berbagai konsep baru mulai dipelajari anak. Pada tahap ini mereka
menerima konsep dari lingkungan tanpa disaring terlebih dahulu.
Periode ANAK Tengah
Ciri-ciri
 Daya konsentrasi baik
 Kreatif
 Iman murni

6

 Mudah bergaul
 Meniru idolanya (pendamping)
Periode ANAK Akhir
Ciri-ciri :
 Minat terhadap aktivitas kelompok
 Peka terhadap keadaan dirinya
 Pemikiran lebih kritis
 Minat semakin luas
 Pencarian identitas diri
 Perhatian besar terhadap diri sendiri
 Fanatik terhadap nilai tertentu
2. Lingkungan dan Pola Asuh
Manusia adalah makhluk sosial, yang setiap harinya selalu berinteraksi
dengan orang orang lain , dimana hakekatnya selalu membutuhkan bantuan orang
lain. Sikap peduli terhadap orang lain tidak muncul begitu saja melainkan perlu
pembinaan sejak dini. (Mar’atun Shalihah. 2010 : 91). Dengan hal ini diperlukan
suatu lingkungan yang berkarakter, artinya suatu kondisi disekitar kita yang
mendukung terciptanya akan perwujudan nilai-nilai karakter dalam kehidupan
sehari-hari. Seperti, nilai moral, rasa tanggung jawab, gotong royong, suka
menolong, patuh terhadap orang tua, sopan santun, jujur, disiplin dan terlebih
patuh terhadap nilai beragama. Lingkungan yang positif berdampak pada
kepribadian dan moral anak menjadi baik. Lingkungan untuk bersosialisasi teridiri
dari keluarga, teman sebaya, masyarakat, sekolah. Lingkungan pertama kali dan
paling utama yang dikenal anak adalah keluarga.
Keluarga merupakan faktor penentu karakter dan kepribadian anak. Esensi
keluarga (ayah dan ibu) adalah kesatuarahan dan kesatujuan atau keutuhan dalam
mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin
diri. (Moch.Shochib. 2000 : 18). Adapun kategori keluarga (David, 1992) :

7

 Keluarga Seimbang
Adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan antara
seluruh anggota keluarga (ayah, ibu dan anak). Orang tua bertanggung
jawab dan dapat dipercaya. Sehingga akan terbentuk rasa saling
menghormati antar anggota keluarga.
 Keluarga Kuasa
Lebih menekankan kekuasaan daripada relasi. Hal ini, anak merasa
seakan-akan orang tua memiliki buku peraturan, ketetapan, dan daftar
pekerjaan yang tidak pernah habis. Orang tua bertidak sebagai bos dan
pengawas tertinggi.
 Keluarga Protektif
Dalam keluarga ini ketidakcocokan sangan dihindari karena kebih
menyukai suasana kedamaian. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya
memberi dukungan, perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan
kegiatan.
 Keluarga Kacau
Keluarga yang kurang teratur dan cenderung timbul konflik sehingga
kebutuhan anak menjadi terabaikan. Anak sering diperlakukan secara
kejam akibat kesenjangan hubungan antar seluruh anggota keluarga.
 Keluarga Simbiotis
Keluarga ini memiliki hubungan (relasi) yang berlebihan. Orang tua sering
merasa terancam karena meletakkan diri sepenuhnya pada ana-anak,
dengan alasan “demi keselamatan” . Orang tua banyak menghabiskan
waktu untuk memikirkan dan memenuhi keinginan anak-anaknya.
Dari kelima kategori keluarga menurut David, bisa memberikan gambaran positif
bagi orang tua dalam upaya mendidik dan mengarahkan anak agar dapat
berkembang secara optimal.
Peran orang tua dalam keluarga untuk membentuk karakter anak sangat
diperlukan. Hal ini biasa disebut pola asuh. Dalam berbagai pengertian pola asuh
merupakan upaya interaksi total orang tua yang dilakukan terhadap anak, agar
dapat berkembang secara optimal sehingga anak bisa menjadi sosok yang
8

memiliki karakter dan intelektual positif. Seorang anak yang dibiasakan dengan
suasana keluarga yang terbuka, saling menghargai, saling menerima dan
mendengarkan pendapat anggota keluarganya, maka ia akan tumbuh menjadi
generasi yang terbuka, flexibel, kreatif, inisiatif, dan produktif. (Yeni Rachmawati
dan Euis Kurniati. 2010 : 8). Pola asuh dan praktik disiplin keluarga yang baik
akan membawa kesuksesan anak. Menurut William Sears ada 10 praktik disiplin
keluarga dari anak-anak yang ternyata menjadi baik :
1) Praktik Pendidikan Dengan Keterikatan
Pendidikan anak dengan keterikatan merupakan suatu pendekatan untuk
membesarkan anak-anak daripada sejumlah aturan-aturan. Ketika anak
tumbuh, pendidikan anak dengan keterikatan memfokuskan pada
membimbing anak dengan cara menghargai kebutuhhan, perasaan, dan
tingkat perkembangan mereka.
2) Memberikan Pendidikan Anak; Sebuah Investasi yang Mahal
Anak yang menjadi baik berasal dari keluarga yang melakukan investasi
dalam pendidikan amak terutama penting pada tahun-tahun awal, ketika
investasi yang besar menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
3) Beri Bingkai Anak Secara Positif
Dengan memberian label yang menyenangkan pada anak walaupun pada
saat yang tidak disenanginya, bisa mengubah bagaimana

orang tua

melihat anak, bagaimana orang lain melihatnya, dan akhirnya bagaimana
dia bisa melihatnya diri sendiri.
4) Pelajari Anak
Untuk melakukan hal itu, orang tua harus mempelajari perilaku dan
kemampuan anak pada setiap tahapan perkembangannya.
5) Menciptakan Struktur Kemudian Menetapkan Batasan
Orang tua menyediakan struktur untuk membantu anak beraktivitas dalam
batasan-batasan keluarga. Artinya, menjadikan kondisi di rumah yang
memudahkan anak untuk memperhatikan batasan-batasa tersebut.
6) Membentuk Alih-Alih Mengendalikan Anak-Anak

9

Orang tua dari anak yang menjadi baik mengetahui bahwa sudah
merupakan pekerjaan mereka untuk membentuk perilaku anak-anak
mereka alih-alih mengendalikanya.
7) Membiarkan Kegagalan dan Frustasi Sampai Kadar Tertentu
Orang tua belajar bagaiman membantu anak menangani kesulitan daripada
membantu

mencegah

frustasi.

Orang

tua

memperbolehkan

anak

melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan itu. Dengan hal ini anak
akan belajar dari kesalahn, dan bertanggung jawab untuk memperbaikinya.
8) Katakan Saja “Tidak”
Ketika

anak

menginginkan

sesuatu

yang

dilihatnya

dan

anak

menginginkan sekarang juga. Orang tua selalu memberikan kepada
anaknya, akan berdampak perilaku konsumtif ketika sudah dewasa.
Katakan saja “tidak” , hal ini akan memberikan pelajaran bagi anak, agar
menghargai suatu kebutuhan.
9) Saring Orang yang Penting Bagi Anak
Salah satu cara mengurangi resiko akan pengaruh negatif adalah dengan
orang tua terlibat di dalam aktivitas masyarakat dan menyaring orang yang
penting bagi anak.
10) Berharap Banyak dari Anak
Anak yang berhasil adalah anak yang mempunyai orang tua dan orang lain
yang penting, yang selalu mengharapkan anak-anaknya akan melakukan
hal-hal yang terbaik bagi orang tua. Orang tua bukan saja percaya bahwa
anaknya tersebut bisa melakukanya, melainkan bisa memastikan bahwa
anaknya percaya pada diri sendiri. Rasa percaya diri ini merupakan
penentu keberhasilan.
3. Pendidikan Untuk Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun dalam aspek-aspek kesehatan, gizi dan
psikososial (kognitif, sosial dan emosional) yang dilakukan oleh lingkungan yang
berpengaruh besar pada proses tumbuh kembang anak. (DEPDIKNAS. 2001).

10

Dalam UU Sisdikas No. 20 Tahun 2003, pasal 28 menyebutkan PAUD adalah
upaya pembinaan pada anak usia 0-6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Hal ini merupakan bukti pemerintah, akan usaha sadar bahwa pendidikan untuk
anak usia dini sangat penting untuk diterapkan.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan non formal
yang kerap dibagi menjadi 2 yaitu Kelompok Bermain (KB) atau Play Group dan
Taman Kanak-Kanak (TK).
1) Kelompok Bermain (KB)
KB adalah salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan
kegiatan bermain, yang juga menyelenggaraan pendidikan prasekolah bagi anak
usia 3 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (PP RI No.27 Tahun 1990
tentang Pendidikan Prasekolah pasal 6, Ayat 1). Kelompok bermain ini berfungsi
sebagai salah satu bentuk pendidikan prasekolah dengan mengutamakan kegiatan
bermain sambil belajar secara individual dan kelompok melalui kegiatan aktif.
(DEPDIKNAS.2001)
Ada 6 mekanisme Belajar Sambil bermain (Zali; dalam Nakita, April 2011) :
 Mekanisme emosi
Permainan cenderung membuat anak senang. Dalam kondisi senang, otak
lebih mudah menyerap informasi, baik dari segi waktu (lebih cepat)
maupun kuantitas (lebih banyak menyerap).
 Mekanisme asosiasi
Emosi senang yang dialami anak biasanya bersifat menetap berkat adanya
prinsip asosiasi. Artinya, anak akan menghubungkan perasaan senang
yang ia alami dengan apa yang ia pelajari.
 Mekanisme doing by learning
Belajar sambil praktik akan membuat anak lebih mudah mengingat dalam
jangka panjang.
 Mekanisme mengamati secara konkret

11

Belajar sambil bermain beserta dilengkapi dengan sarana benda-benda
konkret, anak akan lebih mudah untuk mengingatnya dan lebih merasa
senang.
 Mekanisme perbandingan sosial
Hal ini disebut vicarious reinforcement, artinya bahwa kegembiraan atau
dampak positif yang dirasakan orang lain menguatkannya untuk
melakukan hal sama agar mendapatkan kegembiraan atau dampak positiff
yang sama pula.
 Mekanisme penguatan (reinforcement)
Belajar sambil bermain memerlukan suasana relaks. Dengan begitu anak
lebh terpacu menujukkan keberhasilannya karena pujian tetap akan
diberikan dan ini membawa kegembiraan.
Keenam mekanisme tersebut diterapkan dalam pembelajaran di Kelompok
Bermain (KB), dengan begitu seorang anak akan merasa senang dan gembira
sehingga pembinaan dalam masa golden age bisa menghasilkan anak-anak yang
kreatif, inovatif, cerdas, dan bermoral positif.
2) Taman Kanak-Kanak (TK)
Taman Kanak-Kanak merupakan jenjang pendidikan anak usia dini dengan
usia yakni dibawah 6 tahun (4-5 tahun) yang ditekankan pada pemberian
rangsangan untuk perkembangan dan pertumbuhan anak sehingga memiliki
kesiapan jasmani

maupun rohani untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.

Tujuan dari TK untuk meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk
belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai
budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni dan
kemandirian, semuanya dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan
peranan anak dalam hidupnya.(Wikipedia)
Dalam usia taman kanak-kanak, kreatifitas menjadi faktor penting. Karena
kreativitas merupakan kemampuan dasar bagi anak usia dini. Ada 7 strategi
pengembangan kreativitas pada anak usia TK (Yeni R. dan Euis K, 2010) :
1) Pengembangan Kreativitas Melaui Menciptakan Produk (Hasta Karya)

12

Dalam kegiatan hasta karya memberi kesempatan pada anak untuk
menciptakan seuatu yang belum pernah ditemui ataupun memodifikasi
benda yang sebelumnya sudah ada.
2) Pengembangan Kreativitas Melaui Imajinasi
Dengan pengembangan imajinasi anak dapat berpikir secara divergen
tanpa dibatasi untuk mengembangkan daya pikir dan daya ciptanya dalam
realitas sehari-hari.
3) Pengembangan Kreativitas Melalui Eskplorasi
Dengan eksplorasi ide-ide kreatif anak akan sering muncul. Eksplorasi
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami,
merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian
mereka.
4) Pengembangan Kreativitas Melalui Eksperimen
Melaui Eksperimen anak akan terlatif berpikir logis, kreatifitas
berkembang, senang mengamati dan kagum pada alam
5) Pengembangan Kreativitas Melalui Proyek
Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang dilakukan anak
untuk melakukan pendalaman tentang satu topik yang diminati anak.
(Katz, dalam Yeni R dan Euis K . 2010)
6) Pengembangan Kreatvitas Melalui Musik
Apresiasi musik di TK yang erat dengan nyayian, alat musik dan gerak
jasmaniah , akan merangsang daya kreativitas anak.
7) Pengembangan Kreativitas Melalui Bahasa
Kegiatan di TK melalui mendongeng, menceritakan kembali kisah yang
telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama, mengarang cerita dan
puisi. Hal ini diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa anak dapat
berkembang lebih optimal.

13

C. PENUTUP
Anak usia dini adalah dimana tahap perkembangan manusia yakni pada 06 tahun yang di dalam nya ada suatu masa yang biasa disebut masa golden age.
Masa-masa inilah manusia dibesarkan, dipupuk, diarahkan dan segalam macam
bimbingan tercurah kedalamnya. Tidak sembarang pengarahan dan pemberian
pendidikan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, guna
menjadikan anak memiliki karakter dan potensi yang baik. Anak usia dini
merupakan masa yang bisa dikategorikan rawan akan hal-hal yang negatif.
Dengan hal ini pengawasan dan pengarahan yang positif dibutuhkan bagi anak,
agar anak bisa berkembang dengan baik. Usia dini bisa dikatakan pondasi dasar
seseorang untuk mengetahui bakat dan minat sehingga kedepannya akan
membutuhkan suatu binaan yang lebih intensif secara bertahap dengan
memperhatikan sesuai perkembangan umurnya.
Binaan pada usia dini terdiri dari beberapa komponen. Mulai dari
lingkungan yang berkarakter, pola asuh orang tua terhadap anak yang benar,
dan memberikan suatu investasi pendidikan secara dini. Komponen-komponen
itu akan menghasilkan anak yang berwatak baik, intelegensi optimal, dan jasmani
yang baik, jika diimplementasikan terhadap anak sesuai dengan prosedurnya. Pada
usia remaja kepribadian anak akan terlihat apakah baik atau kurang baik, hal ini
bisa dilihat bagaimana pola asuh orang tua terhadap anak semasa usia dini. Perlu
disadari dan diketahui, bahwasanya usia dini adalah masa yang menentukan baik
dan buruknya seseorang dimasa yang akan datang.

14

Daftar Pustaka
Santrock, John.W. 2002. Life-Span Development:Perkembangan Masa Hidup,
Edisi 5, Jilid I. Jakarta: Erlangga
Tabloid Nakita. Panduan Tumbuh Kembang Anak: No.629/Th.XIII/18-24
April 2011. Kompas Gramedia
Devi, S. 2010. Jadilah Pembimbing Dan Guru Bagi Putra Putri Anda.
Bandung: Nuansa
Jean Piaget dan Barbel Inhelder. 2010. Psikologi Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Petersen, Lindy. 2008. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta: Grasindo
Hariwijaya, M. 2010. Panduan Mendidik dan Membentuk Watak Anak.
Yogyakarta: Luna Publisher
Eko Suryani dan Hesty Widyasih. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Fitramaya
Sears, William. 2006. The Successful Child. Panduan Lengkap Membangun
Kepribadian dan Mengoptimalkan Kesuksesan Anak Mulai dari dalam
Kandungan hingga Remaja. Jakarta: Embun Publishing
Shochib, Moh. 2000. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas
Pada Anak. Jakarta: Kencana
Rusdarmawan. 2009. Children’s Drawing dalam PAUD. Yogyakarta : Kreasi
Wacana
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini. 2005. Peluang dan Tantangan
Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam Lomba Penulisan Jurnalistik PAUD
Shalihah, Mar’atun. 2010. Mengelola PAUD (Mendidik Budi Pekerti Anak Usia
Dini). Yogyakarta : Kreasi Wacana
DEPDIKNAS. 2007. Acuan Menu Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia
Dini. Semarang : CV Pradana Utama
http://xa.yimg.com/kq/groups/19199734/1636764964/name/
makalah+perkembangan+anak.doc dikses pada Jumat, 24 Mei 2013 pukul 22.23
WIB
http://www.pendidikankarakter.com/membangun-karakter-sejak-pendidikan-anakusia-dini/ diakses pada Jumat, 24 Mei 2013 pukul 22.27 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses pada Minggu, 2 Juni 2013 pukul 22.02 WIB
15