Melkisedek dalam bahasa Ibrani Malki.doc
Melkisedek dalam bahasa Ibrani Malki-tsedeq yang artinya rajaku atau raja
kebenaran.[1] Melkisedek adalah seorang raja di negeri Salem (atau disebut juga
Yerusalem).[1] Namanya disebut 12 kali dalam 12 ayat di Alkitab: 1 kali dalam
Kejadian 14:17-24, 1 kali dalam Mazmur 110:4, dan 10 kali dalam surat Ibrani (pasal
5-7).
Dalam kitab Kejadian 14:17-24, diceritakan bahwa Melkisedek adalah seorang imam
Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan dalam Ibrani 7: 1-10, Melkisedek adalah:
Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (ayat 1)
Ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan rajaraja, dan memberkati dia (ayat 1)
Kepadanya Abraham memberikan sepersepuluh dari hasil jarahan yang diperoleh
dari musuh-musuhnya (ayat 2)
Imam yang tidak didasarkan pada keturunan ("Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak
bersilsilah" ayat 3)
Keimamannya tidak berawal dan berakhir ("harinya tidak berawal dan hidupnya
tidak berkesudahan" ayat 3); keimamannya tetap abadi (tidak lahir dan tidak mati,
"dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai
selama-lamanya" ayat 3);
Keimamannya adalah sebuah kebenaran ("Menurut arti namanya Melkisedek
(bahasa Ibrani: ;מלכי־צדקmal-kî-tse-ḏeq) adalah pertama-tama raja kebenaran (tseḏeq; sedek)" ayat 2); dan
Keimamannya bersifat damai ("dan juga raja Salem (bahasa Ibrani: ;מלך שלםme-leḵ
shā-lêm), yaitu raja damai sejahtera (shā-lêm; shalom; syalom; salem)" ayat 2).
Di dalam Mazmur 110:4, menyatakan "Melkisedek" yang akan datang kemudian
sebagai seorang raja keturunan Daud yang ditetapkan dengan sumpah Allah
menjadi imam untuk selama-lamanya. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam
hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kira-kira tahun 1000 SM.[1][2]
Berdasarkan hal itu Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imam
raja dari Melkisedek. Raja yang ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh
Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud (Markus 12:35).
Kesimpulan ini diambil oleh surat Ibrani, yang mengembangkan temanya tentang
keimaman Tuhan Yesus di sorga berdasarkan Mazmur 110:4, dengan penjelasan
dari Kejadian 14:17-24; di situ Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa
keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya, asal nenek moyangnya atau
keturunannya, dalam suatu cara yang menjelaskan bahwa kedudukannya lebih
tinggi dari Abraham, dan tanpa disebut-sebut dari keimaman keturunan Harun
sebagai keturunan Abraham. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimaman Kristus
lebih tinggi dari keimaman Lewi pada zaman Perjanjian Lama (Ibrani 5:6-11; 6:207:28). https://id.wikipedia.org/wiki/Melkisedek
Bacaan[sunting | sunting sumber]
Melkisedek dan sepak terjangnya tercatat dalam tiga ayat Perjanjian Lama,
Kejadian 14:18.-20. Perbandingan antara Yesus Kristus dengan tokoh ini memenuhi
seluruh pasal Kitab Ibrani, dimulai dengan lbrani 7:1. Lebih lanjut, penuis Kitab
lbrani mengucapkan beberapa hal yang ganjil mengenai raja Melkisedek: "Pertama,
namanya berarti "raja kebenaran"; kemudian juga "raja Salem" yang berarti "raja
damai sejahtera." Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak
berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karen a ia dijadikan sarna dengan
Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya (Ibrani 7:2-3).
Siapakah tokoh sejarah Melkisedek? Bagaimana penulis Kitab Ibrani menafsirkan
Perjanjian Lama? Apakah penafsiran tersebut benar? Apakah penafsiran tersebut
hanya benar untuk penulis Kitab Ibrani atau tetap benar sampai sekarang? Semua
pertanyaan di atas terlintas dalam pikiran ketika kita merenungkan bacaan ini.
Hanya ada sedikit catatan tentang tokoh sejarah ini. Pada pertengahan Zaman
Perunggu (sebelum tahun 1500 Sebelum Masehi) Palestina terbagi menjadi banyak
negara bagian yang berdiri sendiri. Melkisedek disebut sebagai imam dan raja
Salem, yang menurut pendapat banyak ahli sama dengan Yerusalem. Di sana
mereka menyembah El Elyon, atau Allah yang Mahatinggi. Meskipun sering
digunakan untuk kata YHVH dalam Kitab Mazmur, kata Melkisedek ini tidak tercatat
sebagai nama yang digunakan para kepala keluarga untuk menyebut Allah.
Meskipun demikian, Abraham pasti melihat adanya kesamaan antara nama tersebut
dengan Allah yang disembahnya, karena kemudian ia bersumpah atas nama Allah
yang Mahatinggi (Kejadian 14:22). Barangkali ia telah memiliki hubungan dengan
Melkisedek sebelumnya, atau barangkali ia dan para sekutunya berhenti untuk
berdoa dan beribadah di Salem dalam perjalanan mereka menuju ke Utara. Tetapi
berdasarkan informasi yang kita miliki, Melkisedek tetap menjadi salah satu tokoh
non-Israel yang tidak jelas dalam Perjanjian Lama, termasuk Balaam, yang
menunjukkan bahwa Allah pasti dikenal oleh bangsa-bangsa lain selain Israel.
Melkisedek menghilang dari pandangan setelah peristiwa ini. Mungkin ia kembali ke
Salem dan menjalani hari-harinya. Beberapa ahli kemudian menunjuk pada
munculnya garis imam Zadok secara tiba-tiba setelah Raja Daud menguasai
Yerusalem, dan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Melkisedek (ZDK
dalam kata Zadok dan Melkisedek merupakan bentuk yang memiliki akar kata yang
sama) yang kemudian bergabung dengan keturunan Harun. Apapun yang telah
terjadi, agama Yahudi selanjutnya berspekulasi mengenai Melkisedek. Ada
beberapa bukti bahwa raja-imam Yehuda Hasmonean (164 Sebelum Masehi-63
Sebelum Masehi), yang mungkin merupakan asal mula dari orang Saduki,
memandang Melkisedek sebagai asal mula imam dan sekaligus raja. Sebagai
tanggapan atas hal ini, Yudaisme para rabi (dan barangkali Yudaisme Farisi yang
lebih awal) menyebut Melkisedek sebagai orang yang "tidak akan mewarisi mas a
yang akan datang" karena ia lebih dulu memberkati Abraham sebelum Allah!
Pandangan Yahudi yang ketiga didapatkan dalam Gulungan Kitab Laut Mati 11Q
Melkisedek, di mana ia muncul sebagai serdadu malaikat yang terpenting. Tidak
satu pun dari spekulasi di atas diterima oleh penulis Kitab Ibrani, meskipun
sikapnya yang berhati-hati dalam berbicara ten tang Melkisedek mungkin berkaitan
dengan pandangan kalangan Farisi yang merendahkan dirinya.
Yang dilakukan oleh penulis adalah melihat apa yang diuraikan dan apa yang tidak
diuraikan oleh bacaan, kemudian menarik kesesuaian historis dengan Kristus.
Pertama-tama ia memperhatikan nama itu. MELEK adalah kata bahasa Ibrani yang
umum digunakan untuk "raja" dan ZEDEK berasal dari akar kata yang sarna dengan
"benar" atau "kebenaran." Pada awalnya nama tersebut barangkali berarti "rajaku
(= dewaku) benar" atau "rajaku adalah Zedek," tetapi penulis kita membacanya
sebagaimana orang membacanya di Ibrani, yaitu "raja kebenaran." Kemudian ia
melihat keberadaan Melkisedek sebagai raja Salem dan memperhatikan bahwa
Salem berasal dari akar kata yang sama dengan salom (sering kali disebut
SHALOM), kata bahasa Ibrani untuk "perdamaian" atau "kesejahteraan." Dari
sanalah ia memperoleh arti "raja darnai." Jelas bahwa ia menginginkan para
pembaca untuk menarik garis paralel antara Melkisedek dan Yesus Kristus, yang
menurut argumentasinya tidak pernah berbuat dosa dan karena itu benar (4:15),
bertentangan dengan para imam Harun. Ia juga telah menyebut Yesus sebagai
pembawa perhentian yang sejati dari Allah (4:1-11), yang mungkin dapat
dibandingkan dengan perdamaian. Meskipun demikian, penulis tidak pernah
mengungkapkan perbandingan tersebut secara tegas. Demikian pula kita tidak
mengetahui apakah menyebut Melkisedek sebagai "raja kebenaran" memiliki
implikasi terhadap pandangan yang dikemukakan oleh Yudaisme Farisi, yang
menurut pendapat kita kurang baik. Mungkm penulis mengetahui latar belakang
para pembacanya dan mengharapkan mereka untuk mengambil kesimpulan yang
benar.[1]
Kemudian penulis memperhatikan bahwa Melkisedek tidak disebut sebagai "anak
laki-laki" dari siapa pun. Bahwa beberapa individu lain dalam cerita Abraham juga
tidak memiliki nama orang-tuanya (misalnya Abimelek) tidaklah penting, karena
yang penting baginya hanyalah kesejajaran mereka dengan Melkisedek. Ia tidak
berbicara tentang sejarah. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa dalam bacaan
tersebut Melkisedek juga tidak disebutkan memiliki keturunan, demikian pula
kelahiran mau pun kematiannya tidak disebutkan. Secara historis kita memang
telah menduga hal ini pada seorang tokoh yang hanya muncul dalan: jangka waktu
yang pendek dalam narasi. Tetapi bagi penulis tokoh Melkisedek paralel dengan
Yesus. Ia dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus Kristus telah ada sebelum
kelahiran-Nya (lihat Ibrani 1 :2-3), tetapi yang benar-benar menjadi perhatiannya
adalah bahwa Yesus menjadi Imam Besar di surga sebagai manusia yang
dibangkitkan kembali. Dengan demikian cerita ini secara literal tidak memiliki akhir,
demikian pula tidak ada laporan mengenai akhir kehidupan Melkisedek. Hal ini
bertentangan dengan pelayanan yang berulang kali berubah karena kematian para
imam besar dalam garis keturunan Harun, bahkan dalam lingkungan yang ideal.[2]
Dengan demikian penulis Kitab Ibrani mengemukakan cara penafsiran bacaan yang
asing bagi metode penafsiran kita yang modern. Ia memandang Melkisedek dan
setiap rincian mengenai bacaan dalam Kitab Kejadian sebagai "tipe" atau preseden
historis untuk Yesus, yang merupakan "anti tipe". Bentuk penafsiran semacam ini
tidak diterima pada masa kini, tetapi penafsiran tipologis tersebut cukup memadai
menurut standar pada zaman penulis. Kami berargumentasi bahwa baik etimologi
(menjelaskan arti nama) maupun tipologi (melihat kesesuaian sejarah berdasarkan
apa yang dikatakan dan tidak dikatakan teks) tidak mengemukakan pengertian
yang terdapat dalam pikiran penulis asli (penulis Kejadian) ketika ia menuliskan
bacaan tersebut. Itulah sebabnya keduanya bukan merupakan saran a penafsiran
yang sesuai jika kita ingin kuasa Alkitabiah mendasari penafsiran kita.[3] Bukan ini
pandangan para penulis Alkitab, yang merasa yakin bahwa ada pengertian yang
lebih mendalam daripada segi-segi his tor is dalam teks bacaan. Pandangan serupa
juga dianut oleh para penulis kontemporer. Lebih lanjut, para penulis Perjanjian
Baru percaya bahwa mereka mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus, dan melalui
Yesus mendapatkan jalan untuk mengetahui arti yang lebih mendalam dari
Perjanjian Lama. Yang mengejutkan bukanlah cara mereka menafsirkan Kitab Suci,
melainkan sikap mereka yang konservatif dalam melakukan hal tersebut. [4]
Bagaimana para pembaca modern harus mengevaluasi hal ini? Orang Kristen
ortodoks merasa yakin bahwa para penulis Kitab Suci memang mendapatkan
inspirasi dari Roh Kudus. Itulah sebabnya Roh Kudus memiliki hak istimewa untuk
menyampaikan berita apapun yang diinginkannya melalui Kitab Suci, meskipun
mungkin bukan berita sejarah. Tetapi dapatkah hal yang sarna itu dilakukan pada
masa kini? Tentu saja Perjanjian Baru mengharapkan Roh Kudus akan tetap ada di
gereja. Meskipun dernikian, menurut Rasul Paulus, perkataan yang mendapatkan
inspirasi dari Roh Kudus belum tentu merupakan pernyataan kebenaran yang
mutlak melainkan harus "dipertimbangkan dengan hati-hati" (l Korintus 14:29).
Kitab Suci, tentu saja, telah dipertimbangkan dengan teliti oleh gereja secara
keseluruhan dan dibangun sepenuhnya atas dasar Roh Kudus. Tidak satu pun
pembicara pada masa kini dapat menyatakan keyakinan semacam itu. Dengan
demikian, penafsiran seperti yang kita dapatkan dalam Kitab Ibrani hanya akan
sesuai dan bermanfaat bagi gereja selama pembicara (1) tidak menyatakan kuasa
bacaan Kitab Suci dalam penafsiran tersebut dan (2) tidak mengharapkan
perkataannya diterima tanpa penyaringan dan pertimbangan yang teliti (dan
barangkali juga koreksi dan visi). Satu-satunya penafsiran yang. dapat menyatakan
wewenang yang lebih tinggi adalah penafsiran di mana pembicara memusatkan
perhatiannya pada teks dan dapat menangkap pesan yang sesuai, yang cukup jelas
untuk dilihat oleh semua orang. http://www.sarapanpagi.org/22-siapakahmelkisedek-ini-vt1336.html
Di dalam Kitab Kejadian pasal empat belas, Melkisedek diperkenalkan secara
historis kepada kita. Peristiwa ini beserta catatannya, meskipun sangat singkat dan
berdiri sendiri dari urutan sejarah yang diselanya, bukan saja paling mencolok dan
menarik perhatian, tetapi juga di dalam ajarannya yang khas sangat berguna bagi
mengajar. Dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak terduga-duga Melkisedek muncul
di hadapan kita - sosok seperti raja dan penuh keagungan, namun berbajukan jubah
keimaman, disertai lambang mistis berupa persembahan ekaristi - roti dan anggur di tangannya. Kita melihat tangan-tangan imam seperti itu terangkat untuk
memberikan berkat; kita melihat leluhur yang hebat, Abraham - bapa orang
beriman dan Sahabat Allah - membungkuk di hadapan imam raja yang misterius itu,
dan juga mempersembahkan kepadanya persepuluhan dari semua jarahannya; dan
berikutnya, visi ini pun menghilang secepat pemunculannya, dan hampir seribu
tahun suara ilham tidak lagi menyebut-nyebut nama Melkisedek. Kemudian, dalam
Mazmur yang menggembirakan dengan sifat Mesias yang sangat jelas, dan
gambaran dari pengagungan Tuhan kita pada masa-masa Dia berkuasa, kami
menemukannya sekali lagi dalam pernyataan: 'Tuhan telah bersumpah, dan Ia tidak
akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek"' (Mzm. 110:4). Sekali lagi, suatu masa seperti seribu tahun telah lewat,
dan selanjutnya penulis Surat Kiriman kepada jemaat Ibrani sekali lagi mengangkat
subyek tentang tokoh terkemuka yang misterius ini, yang, "Tidak berbapa, tidak
beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan,
dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai
selama-lamanya" (Ibr. 7:3); dan di dalam dua rujukan singkat tentang dia yang
tersebut di atas, yang semuanya terdapat dalam Kitab Suci, terdapat sebuah bukti
untuk menunjukkan keulungan keimaman Kristus, dalam kalimat "menurut
Melkisedek", yang lebih unggul dari Harun, atau Lewi, yang telah digantikannya.
Siapa Melkisedek itu? Banyak sekali kerja keras yang terbuang sia-sia dalam upaya
menjawab pertanyaan ini. Tradisi Yahudi setelahnya menyamakan dia dengan Sem;
dan memastikan bahwa leluhur itu tidak hanya hidup pada masa Abraham,
melainkan masih hidup sampai Yakub berumur lima puluh tahun (bdg. Kej. 11:11
dengan ay. 21:5, 25:7-26). Menurut pihak lain dia menjadi bagian dari keluarga
Ham, atau Yafet; dan telah dikatakan bahwa hal ini perlu dinyatakan secara tidak
langsung dengan bahasa yang dipakai Rasul sewaktu menyamakan Melkisedek
dengan Kristus, dia mengatakan bahwa Tuhan kita menjadi bagian dari "suku yang
tidak seorang pun memberi perhatian pada mezbah". Beberapa pihak, sekali lagi,
mengusulkan bahwa dia adalah inkarnasi seorang malaikat, atau manusia super,
yang hidup selama beberapa saat di tengah-tengah manusia. Yang lainnya
berpendapat bahwa dia adalah perwujudan awal dari Anak Allah; dan sebuah sekte,
yang disebut pengikut Melkisedek, menegaskan bahwa dia adalah "inkarnasi dari
Roh Kudus". Tetapi, di dalam semua dugaan ini, faktanya secara aneh menyatakan
bahwa sikap tutup mulut Kitab Suci tentang persoalan ini menjadi hal yang khas
dan penting, sebab kalau ia bisa menentukan siapa Melkisedek itu, maka tidak bisa
lagi dikatakan kalau dia "Tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah", dan
pernyataan ini harus dipahami, tidak sebatas bahwa dia bukanlah keturunan
alamiah Adam, melainkan juga dia dirancang untuk muncul dan menghilang dalam
kisah suci ini tanpa menyebutkan ibu, bapa, atau kematiannya.
Akan tetapi tidak ada keragu-raguan bahwa siapa pun Melkisedek itu, dia adalah
teladan yang terkenal dari Kristus. Hal ini diragukan lagi, tidak sekadar dalam
bahasa Mazmur 110 - sifat Mesias yang pernah dikenal bangsa Yahudi dan orangorang Kristen - tetapi khususnya pada argumentasi Rasul, di dalam pasal ketujuh
dari Surat Kiriman kepada jemaat Ibrani, yang dengan tegas dinyatakan di sana
bahwa dia - dalam berbagai hal disebutkan - "dijadikan sama dengan Anak
Allah".http://alkitab.sabda.org/article.php?no=85&type=12
Melkisedek muncul dalam Kitab Kejadian (14:18-20). Abraham kembali dari
mengalahkan Raja Kedorlaomer dan ketiga raja lainnya yang bersama-sama
dengan dia. Pada waktu itulah Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja Salem,
yang juga “seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. (Menarik disimak, kata
Melkisedek berarti “raja kebenaran” dan Salem berarti “damai sejahtera”.)
Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abraham, dan memberkatinya
dengan kata-kata berikut, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi,
Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu” (Kej 14:19-20). Patut diingat bahwa roti dan
anggur biasa dipersembahkan dalam kurban persembahan di antara “hasil bumi
pertama” sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta. Meskipun Melkisedek
secara teknis adalah seorang imam kafr, ia mengenal satu allah yang esa, dan
menyebut-Nya sebagai, “Allah Yang Mahatinggi,” sama seperti orang Yahudi.
Abraham menerima berkat dan persembahan ini, lalu memberikan kepada
Melkisedek sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. Tetapi, setelah
perjumpaan ini, Melkisedek hilang dari kisah Kejadian.
Melkisedek disebut kembali dalam Mazmur 110, “TUHAN telah bersumpah, dan Ia
tidak akan menyesal: `Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek'” (Mzm 110:4). Mazmur ini dianggap sebagai salah satu mazmur
Mesianik yang terpenting, yang menggambarkan Mesias yang akan datang, Tuhan
kita Yesus Kristus, sebaga Raja, Imam dan Penakluk.
Mungkin St Paulus, yang menurut tradisi dianggap sebagai pengarang Surat kepada
Jemaat di Ibrani, adalah promotor terbesar Melkisedek (lih Bab 5-9). St Paulus
mempergunakan pribadi Melkisedek untuk menggambarkan ajaran kurban imamat
seperti yang ditetapkan oleh Kristus. St Paulus memulainya dengan “Setiap imam
besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan
mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban
karena dosa” (Ibrani 5:1). Kendati kelemahan manusiawi, manusia dipanggil oleh
Allah untuk menjadi seorang imam.
St Paulus kemudian memperbandingkan imamat Melkisedek dengan imamat Harun,
yaitu imamat kaum Lewi. Imamat Harun berdasarkan keturunan yang berasal dari
Abraham. Para imam sesudah Harun berasal dari keluarganya, dari kaum Lewi, dan
ditunjuk sebagai imam karena keturunan mereka. Juga, para imam ini
mempersembahkan kurban Perjanjian Lama.
Kebalikan dari imamat Lewi adalah Imamat Kristus, yang dipralambangkan oleh
imamat Melkisedek. Pertama-tama, Melkisedek tidak bersilsilah dalam Perjanjian
Lama, dan imamatnya tidak berdasarkan keturunan. Kristus, sama seperti
Melkisedek, adalah imam karena penetapan ilahi dan imamat-Nya tidak
berdasarkan pada ikatan keturunan.
Kedua, Abraham mengenali Melkisedek, raja dan imam, dengan menerima berkat
dan mempersembahkan kepada Melkisedek sepersepuluhannya. Tindakan
merendahkan diri yang begitu rupa ini menunjukkan bahwa imamat yang berasal
dari Abraham lebih rendah tingkatannya dari imamat Melkisedek. Tindakan ini juga
merupakan pratanda bahwa imamat Lewi akan digantikan oleh imamat yang lebih
agung, sempurna dan rajawi, yaitu imamat Kristus.
Ketiga, Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur sebagai ucapan syukur
kepada Allah, mempralambangkan apa yang dilakukan Kristus pada Perjamuan
Terakhir.
Keempat, Melkisedek berasal dari “bangsa-bangsa lain”. Kristus datang untuk
menyelamatkan bukan hanya dari keturunan Israel, melainkan juga segenap umat
manusia dari berbagai bangsa. Di samping itu, nama dan gelar Melkisedek sendiri
mengandung arti “raja kebenaran, raja damai sejahtera”; Yesus masuk ke dalam
dunia guna menyatakan kebenaran dan membawa damai sejahtera.
Terakhir, Melkisedek bukanlah seorang imam dari Perjanjian Lama. Kristus sebagai
imam mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa dan membuat
perjanjian yang baru, sempurna serta kekal abadi dengan darah-Nya Sendiri.
Pada intinya, Surat kepada Jemaat di Ibrani menguraikan kisah Melkisedek dan
menyusun suatu gambaran yang mempralambangkan Kristus, yang akan
menggenapi Perjanjian Lama dan imamat.
Para Bapa Gereja perdana dengan jelas memahami serta menerima gambaran ini.
St Siprianus dari Kartago (wafat thn 258) dalam Suratnya kepada Cecil,
mengajarkan, “Juga dalam imam Melkisedek kita melihat Sakramen Kurban Kristus
dipralambangkan, sesuai dengan yang diwartakan dalam Kitab Ilahi, di mana
dikatakan, `Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam
Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram.' Melkisedek sesungguhnya
serupa dengan Kristus, seperti dimaklumkan dalam mazmur oleh Roh Kudus, yang
mengatakan kepada Putra, seolah dari Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah
Kuperanakkan pada hari ini. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut
peraturan Melkisedek.” Imamatnya pastilah yang berasal dari kurban-Nya dan yang
berasal dari pada-Nya: sebab Melkisedek adalah imam Allah Yang Mahatinggi;
sebab ia mempersembahkan roti, dan sebab ia memberkati Abraham. Dan siapakah
yang lebih tinggi dari imam Allah Yang Mahatinggi selain daripada Tuhan kita Yesus
Kristus, yang, ketika Ia mempersembahkan kurban kepada Allah Bapa,
mempersembahkan persembahan yang sama seperti yang dipersembahkan
Melkisedek, yaitu roti dan anggur, yang sesungguhnya adalah Tubuh dan DarahNya.”
St Sirilus dari Yerusalem dalam Pengajaran Katekesenya (Mystagogicæ 5) juga
menyebut kurban Melkisedek sebagai “semacam” pratanda Ekaristi Kudus.
Gereja menghormati gambaran akan Melkisedek ini. Katekismus Gereja Katolik
mengajarkan: “Melkisedek, `imam Allah yang Mahatinggi', dipandang oleh tradisi
Kristen sebagai `pratanda' imamat Kristus, `imam besar satu-satunya menurut
peraturan Melkisedek'. Kristus itu `kudus, tanpa salah, tanpa noda' dan `oleh satu
kurban saja… Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia
kuduskan', yaitu oleh kurban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya” (#1544). Di
samping itu: “Gereja melihat di dalam tindakan Melkisedek, raja dan imam, yang
membawa `roti dan anggur', satu pratanda bahan persembahannya sendiri” (#
1333). Oleh sebab itulah, dalam Doa Syukur Agung I, sesudah konsekrasi imam
berdoa: “Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah
berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima
persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham, dan seperti
Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan
kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.”
http://www.indocell.net/yesaya/id775.htm
kebenaran.[1] Melkisedek adalah seorang raja di negeri Salem (atau disebut juga
Yerusalem).[1] Namanya disebut 12 kali dalam 12 ayat di Alkitab: 1 kali dalam
Kejadian 14:17-24, 1 kali dalam Mazmur 110:4, dan 10 kali dalam surat Ibrani (pasal
5-7).
Dalam kitab Kejadian 14:17-24, diceritakan bahwa Melkisedek adalah seorang imam
Allah yang Maha Tinggi. Sedangkan dalam Ibrani 7: 1-10, Melkisedek adalah:
Melkisedek adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi (ayat 1)
Ia pergi menyongsong Abraham ketika Abraham kembali dari mengalahkan rajaraja, dan memberkati dia (ayat 1)
Kepadanya Abraham memberikan sepersepuluh dari hasil jarahan yang diperoleh
dari musuh-musuhnya (ayat 2)
Imam yang tidak didasarkan pada keturunan ("Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak
bersilsilah" ayat 3)
Keimamannya tidak berawal dan berakhir ("harinya tidak berawal dan hidupnya
tidak berkesudahan" ayat 3); keimamannya tetap abadi (tidak lahir dan tidak mati,
"dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai
selama-lamanya" ayat 3);
Keimamannya adalah sebuah kebenaran ("Menurut arti namanya Melkisedek
(bahasa Ibrani: ;מלכי־צדקmal-kî-tse-ḏeq) adalah pertama-tama raja kebenaran (tseḏeq; sedek)" ayat 2); dan
Keimamannya bersifat damai ("dan juga raja Salem (bahasa Ibrani: ;מלך שלםme-leḵ
shā-lêm), yaitu raja damai sejahtera (shā-lêm; shalom; syalom; salem)" ayat 2).
Di dalam Mazmur 110:4, menyatakan "Melkisedek" yang akan datang kemudian
sebagai seorang raja keturunan Daud yang ditetapkan dengan sumpah Allah
menjadi imam untuk selama-lamanya. Latar belakang penetapan ini terdapat dalam
hal penaklukan Yerusalem oleh Daud kira-kira tahun 1000 SM.[1][2]
Berdasarkan hal itu Daud dan keturunannya menjadi ahli waris atas jabatan imam
raja dari Melkisedek. Raja yang ditetapkan dengan cara demikian disebut oleh
Yesus dan orang-orang sezaman-Nya sebagai Mesias, anak Daud (Markus 12:35).
Kesimpulan ini diambil oleh surat Ibrani, yang mengembangkan temanya tentang
keimaman Tuhan Yesus di sorga berdasarkan Mazmur 110:4, dengan penjelasan
dari Kejadian 14:17-24; di situ Melkisedek tampil dan menghilang tiba-tiba tanpa
keterangan tentang kelahirannya atau kematiannya, asal nenek moyangnya atau
keturunannya, dalam suatu cara yang menjelaskan bahwa kedudukannya lebih
tinggi dari Abraham, dan tanpa disebut-sebut dari keimaman keturunan Harun
sebagai keturunan Abraham. Maka dengan itu ditetapkan bahwa keimaman Kristus
lebih tinggi dari keimaman Lewi pada zaman Perjanjian Lama (Ibrani 5:6-11; 6:207:28). https://id.wikipedia.org/wiki/Melkisedek
Bacaan[sunting | sunting sumber]
Melkisedek dan sepak terjangnya tercatat dalam tiga ayat Perjanjian Lama,
Kejadian 14:18.-20. Perbandingan antara Yesus Kristus dengan tokoh ini memenuhi
seluruh pasal Kitab Ibrani, dimulai dengan lbrani 7:1. Lebih lanjut, penuis Kitab
lbrani mengucapkan beberapa hal yang ganjil mengenai raja Melkisedek: "Pertama,
namanya berarti "raja kebenaran"; kemudian juga "raja Salem" yang berarti "raja
damai sejahtera." Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak
berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karen a ia dijadikan sarna dengan
Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya (Ibrani 7:2-3).
Siapakah tokoh sejarah Melkisedek? Bagaimana penulis Kitab Ibrani menafsirkan
Perjanjian Lama? Apakah penafsiran tersebut benar? Apakah penafsiran tersebut
hanya benar untuk penulis Kitab Ibrani atau tetap benar sampai sekarang? Semua
pertanyaan di atas terlintas dalam pikiran ketika kita merenungkan bacaan ini.
Hanya ada sedikit catatan tentang tokoh sejarah ini. Pada pertengahan Zaman
Perunggu (sebelum tahun 1500 Sebelum Masehi) Palestina terbagi menjadi banyak
negara bagian yang berdiri sendiri. Melkisedek disebut sebagai imam dan raja
Salem, yang menurut pendapat banyak ahli sama dengan Yerusalem. Di sana
mereka menyembah El Elyon, atau Allah yang Mahatinggi. Meskipun sering
digunakan untuk kata YHVH dalam Kitab Mazmur, kata Melkisedek ini tidak tercatat
sebagai nama yang digunakan para kepala keluarga untuk menyebut Allah.
Meskipun demikian, Abraham pasti melihat adanya kesamaan antara nama tersebut
dengan Allah yang disembahnya, karena kemudian ia bersumpah atas nama Allah
yang Mahatinggi (Kejadian 14:22). Barangkali ia telah memiliki hubungan dengan
Melkisedek sebelumnya, atau barangkali ia dan para sekutunya berhenti untuk
berdoa dan beribadah di Salem dalam perjalanan mereka menuju ke Utara. Tetapi
berdasarkan informasi yang kita miliki, Melkisedek tetap menjadi salah satu tokoh
non-Israel yang tidak jelas dalam Perjanjian Lama, termasuk Balaam, yang
menunjukkan bahwa Allah pasti dikenal oleh bangsa-bangsa lain selain Israel.
Melkisedek menghilang dari pandangan setelah peristiwa ini. Mungkin ia kembali ke
Salem dan menjalani hari-harinya. Beberapa ahli kemudian menunjuk pada
munculnya garis imam Zadok secara tiba-tiba setelah Raja Daud menguasai
Yerusalem, dan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan Melkisedek (ZDK
dalam kata Zadok dan Melkisedek merupakan bentuk yang memiliki akar kata yang
sama) yang kemudian bergabung dengan keturunan Harun. Apapun yang telah
terjadi, agama Yahudi selanjutnya berspekulasi mengenai Melkisedek. Ada
beberapa bukti bahwa raja-imam Yehuda Hasmonean (164 Sebelum Masehi-63
Sebelum Masehi), yang mungkin merupakan asal mula dari orang Saduki,
memandang Melkisedek sebagai asal mula imam dan sekaligus raja. Sebagai
tanggapan atas hal ini, Yudaisme para rabi (dan barangkali Yudaisme Farisi yang
lebih awal) menyebut Melkisedek sebagai orang yang "tidak akan mewarisi mas a
yang akan datang" karena ia lebih dulu memberkati Abraham sebelum Allah!
Pandangan Yahudi yang ketiga didapatkan dalam Gulungan Kitab Laut Mati 11Q
Melkisedek, di mana ia muncul sebagai serdadu malaikat yang terpenting. Tidak
satu pun dari spekulasi di atas diterima oleh penulis Kitab Ibrani, meskipun
sikapnya yang berhati-hati dalam berbicara ten tang Melkisedek mungkin berkaitan
dengan pandangan kalangan Farisi yang merendahkan dirinya.
Yang dilakukan oleh penulis adalah melihat apa yang diuraikan dan apa yang tidak
diuraikan oleh bacaan, kemudian menarik kesesuaian historis dengan Kristus.
Pertama-tama ia memperhatikan nama itu. MELEK adalah kata bahasa Ibrani yang
umum digunakan untuk "raja" dan ZEDEK berasal dari akar kata yang sarna dengan
"benar" atau "kebenaran." Pada awalnya nama tersebut barangkali berarti "rajaku
(= dewaku) benar" atau "rajaku adalah Zedek," tetapi penulis kita membacanya
sebagaimana orang membacanya di Ibrani, yaitu "raja kebenaran." Kemudian ia
melihat keberadaan Melkisedek sebagai raja Salem dan memperhatikan bahwa
Salem berasal dari akar kata yang sama dengan salom (sering kali disebut
SHALOM), kata bahasa Ibrani untuk "perdamaian" atau "kesejahteraan." Dari
sanalah ia memperoleh arti "raja darnai." Jelas bahwa ia menginginkan para
pembaca untuk menarik garis paralel antara Melkisedek dan Yesus Kristus, yang
menurut argumentasinya tidak pernah berbuat dosa dan karena itu benar (4:15),
bertentangan dengan para imam Harun. Ia juga telah menyebut Yesus sebagai
pembawa perhentian yang sejati dari Allah (4:1-11), yang mungkin dapat
dibandingkan dengan perdamaian. Meskipun demikian, penulis tidak pernah
mengungkapkan perbandingan tersebut secara tegas. Demikian pula kita tidak
mengetahui apakah menyebut Melkisedek sebagai "raja kebenaran" memiliki
implikasi terhadap pandangan yang dikemukakan oleh Yudaisme Farisi, yang
menurut pendapat kita kurang baik. Mungkm penulis mengetahui latar belakang
para pembacanya dan mengharapkan mereka untuk mengambil kesimpulan yang
benar.[1]
Kemudian penulis memperhatikan bahwa Melkisedek tidak disebut sebagai "anak
laki-laki" dari siapa pun. Bahwa beberapa individu lain dalam cerita Abraham juga
tidak memiliki nama orang-tuanya (misalnya Abimelek) tidaklah penting, karena
yang penting baginya hanyalah kesejajaran mereka dengan Melkisedek. Ia tidak
berbicara tentang sejarah. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa dalam bacaan
tersebut Melkisedek juga tidak disebutkan memiliki keturunan, demikian pula
kelahiran mau pun kematiannya tidak disebutkan. Secara historis kita memang
telah menduga hal ini pada seorang tokoh yang hanya muncul dalan: jangka waktu
yang pendek dalam narasi. Tetapi bagi penulis tokoh Melkisedek paralel dengan
Yesus. Ia dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus Kristus telah ada sebelum
kelahiran-Nya (lihat Ibrani 1 :2-3), tetapi yang benar-benar menjadi perhatiannya
adalah bahwa Yesus menjadi Imam Besar di surga sebagai manusia yang
dibangkitkan kembali. Dengan demikian cerita ini secara literal tidak memiliki akhir,
demikian pula tidak ada laporan mengenai akhir kehidupan Melkisedek. Hal ini
bertentangan dengan pelayanan yang berulang kali berubah karena kematian para
imam besar dalam garis keturunan Harun, bahkan dalam lingkungan yang ideal.[2]
Dengan demikian penulis Kitab Ibrani mengemukakan cara penafsiran bacaan yang
asing bagi metode penafsiran kita yang modern. Ia memandang Melkisedek dan
setiap rincian mengenai bacaan dalam Kitab Kejadian sebagai "tipe" atau preseden
historis untuk Yesus, yang merupakan "anti tipe". Bentuk penafsiran semacam ini
tidak diterima pada masa kini, tetapi penafsiran tipologis tersebut cukup memadai
menurut standar pada zaman penulis. Kami berargumentasi bahwa baik etimologi
(menjelaskan arti nama) maupun tipologi (melihat kesesuaian sejarah berdasarkan
apa yang dikatakan dan tidak dikatakan teks) tidak mengemukakan pengertian
yang terdapat dalam pikiran penulis asli (penulis Kejadian) ketika ia menuliskan
bacaan tersebut. Itulah sebabnya keduanya bukan merupakan saran a penafsiran
yang sesuai jika kita ingin kuasa Alkitabiah mendasari penafsiran kita.[3] Bukan ini
pandangan para penulis Alkitab, yang merasa yakin bahwa ada pengertian yang
lebih mendalam daripada segi-segi his tor is dalam teks bacaan. Pandangan serupa
juga dianut oleh para penulis kontemporer. Lebih lanjut, para penulis Perjanjian
Baru percaya bahwa mereka mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus, dan melalui
Yesus mendapatkan jalan untuk mengetahui arti yang lebih mendalam dari
Perjanjian Lama. Yang mengejutkan bukanlah cara mereka menafsirkan Kitab Suci,
melainkan sikap mereka yang konservatif dalam melakukan hal tersebut. [4]
Bagaimana para pembaca modern harus mengevaluasi hal ini? Orang Kristen
ortodoks merasa yakin bahwa para penulis Kitab Suci memang mendapatkan
inspirasi dari Roh Kudus. Itulah sebabnya Roh Kudus memiliki hak istimewa untuk
menyampaikan berita apapun yang diinginkannya melalui Kitab Suci, meskipun
mungkin bukan berita sejarah. Tetapi dapatkah hal yang sarna itu dilakukan pada
masa kini? Tentu saja Perjanjian Baru mengharapkan Roh Kudus akan tetap ada di
gereja. Meskipun dernikian, menurut Rasul Paulus, perkataan yang mendapatkan
inspirasi dari Roh Kudus belum tentu merupakan pernyataan kebenaran yang
mutlak melainkan harus "dipertimbangkan dengan hati-hati" (l Korintus 14:29).
Kitab Suci, tentu saja, telah dipertimbangkan dengan teliti oleh gereja secara
keseluruhan dan dibangun sepenuhnya atas dasar Roh Kudus. Tidak satu pun
pembicara pada masa kini dapat menyatakan keyakinan semacam itu. Dengan
demikian, penafsiran seperti yang kita dapatkan dalam Kitab Ibrani hanya akan
sesuai dan bermanfaat bagi gereja selama pembicara (1) tidak menyatakan kuasa
bacaan Kitab Suci dalam penafsiran tersebut dan (2) tidak mengharapkan
perkataannya diterima tanpa penyaringan dan pertimbangan yang teliti (dan
barangkali juga koreksi dan visi). Satu-satunya penafsiran yang. dapat menyatakan
wewenang yang lebih tinggi adalah penafsiran di mana pembicara memusatkan
perhatiannya pada teks dan dapat menangkap pesan yang sesuai, yang cukup jelas
untuk dilihat oleh semua orang. http://www.sarapanpagi.org/22-siapakahmelkisedek-ini-vt1336.html
Di dalam Kitab Kejadian pasal empat belas, Melkisedek diperkenalkan secara
historis kepada kita. Peristiwa ini beserta catatannya, meskipun sangat singkat dan
berdiri sendiri dari urutan sejarah yang diselanya, bukan saja paling mencolok dan
menarik perhatian, tetapi juga di dalam ajarannya yang khas sangat berguna bagi
mengajar. Dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak terduga-duga Melkisedek muncul
di hadapan kita - sosok seperti raja dan penuh keagungan, namun berbajukan jubah
keimaman, disertai lambang mistis berupa persembahan ekaristi - roti dan anggur di tangannya. Kita melihat tangan-tangan imam seperti itu terangkat untuk
memberikan berkat; kita melihat leluhur yang hebat, Abraham - bapa orang
beriman dan Sahabat Allah - membungkuk di hadapan imam raja yang misterius itu,
dan juga mempersembahkan kepadanya persepuluhan dari semua jarahannya; dan
berikutnya, visi ini pun menghilang secepat pemunculannya, dan hampir seribu
tahun suara ilham tidak lagi menyebut-nyebut nama Melkisedek. Kemudian, dalam
Mazmur yang menggembirakan dengan sifat Mesias yang sangat jelas, dan
gambaran dari pengagungan Tuhan kita pada masa-masa Dia berkuasa, kami
menemukannya sekali lagi dalam pernyataan: 'Tuhan telah bersumpah, dan Ia tidak
akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek"' (Mzm. 110:4). Sekali lagi, suatu masa seperti seribu tahun telah lewat,
dan selanjutnya penulis Surat Kiriman kepada jemaat Ibrani sekali lagi mengangkat
subyek tentang tokoh terkemuka yang misterius ini, yang, "Tidak berbapa, tidak
beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan,
dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai
selama-lamanya" (Ibr. 7:3); dan di dalam dua rujukan singkat tentang dia yang
tersebut di atas, yang semuanya terdapat dalam Kitab Suci, terdapat sebuah bukti
untuk menunjukkan keulungan keimaman Kristus, dalam kalimat "menurut
Melkisedek", yang lebih unggul dari Harun, atau Lewi, yang telah digantikannya.
Siapa Melkisedek itu? Banyak sekali kerja keras yang terbuang sia-sia dalam upaya
menjawab pertanyaan ini. Tradisi Yahudi setelahnya menyamakan dia dengan Sem;
dan memastikan bahwa leluhur itu tidak hanya hidup pada masa Abraham,
melainkan masih hidup sampai Yakub berumur lima puluh tahun (bdg. Kej. 11:11
dengan ay. 21:5, 25:7-26). Menurut pihak lain dia menjadi bagian dari keluarga
Ham, atau Yafet; dan telah dikatakan bahwa hal ini perlu dinyatakan secara tidak
langsung dengan bahasa yang dipakai Rasul sewaktu menyamakan Melkisedek
dengan Kristus, dia mengatakan bahwa Tuhan kita menjadi bagian dari "suku yang
tidak seorang pun memberi perhatian pada mezbah". Beberapa pihak, sekali lagi,
mengusulkan bahwa dia adalah inkarnasi seorang malaikat, atau manusia super,
yang hidup selama beberapa saat di tengah-tengah manusia. Yang lainnya
berpendapat bahwa dia adalah perwujudan awal dari Anak Allah; dan sebuah sekte,
yang disebut pengikut Melkisedek, menegaskan bahwa dia adalah "inkarnasi dari
Roh Kudus". Tetapi, di dalam semua dugaan ini, faktanya secara aneh menyatakan
bahwa sikap tutup mulut Kitab Suci tentang persoalan ini menjadi hal yang khas
dan penting, sebab kalau ia bisa menentukan siapa Melkisedek itu, maka tidak bisa
lagi dikatakan kalau dia "Tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah", dan
pernyataan ini harus dipahami, tidak sebatas bahwa dia bukanlah keturunan
alamiah Adam, melainkan juga dia dirancang untuk muncul dan menghilang dalam
kisah suci ini tanpa menyebutkan ibu, bapa, atau kematiannya.
Akan tetapi tidak ada keragu-raguan bahwa siapa pun Melkisedek itu, dia adalah
teladan yang terkenal dari Kristus. Hal ini diragukan lagi, tidak sekadar dalam
bahasa Mazmur 110 - sifat Mesias yang pernah dikenal bangsa Yahudi dan orangorang Kristen - tetapi khususnya pada argumentasi Rasul, di dalam pasal ketujuh
dari Surat Kiriman kepada jemaat Ibrani, yang dengan tegas dinyatakan di sana
bahwa dia - dalam berbagai hal disebutkan - "dijadikan sama dengan Anak
Allah".http://alkitab.sabda.org/article.php?no=85&type=12
Melkisedek muncul dalam Kitab Kejadian (14:18-20). Abraham kembali dari
mengalahkan Raja Kedorlaomer dan ketiga raja lainnya yang bersama-sama
dengan dia. Pada waktu itulah Abraham disambut oleh Melkisedek, Raja Salem,
yang juga “seorang imam Allah Yang Mahatinggi”. (Menarik disimak, kata
Melkisedek berarti “raja kebenaran” dan Salem berarti “damai sejahtera”.)
Melkisedek membawa roti dan anggur kepada Abraham, dan memberkatinya
dengan kata-kata berikut, “Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi,
Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu” (Kej 14:19-20). Patut diingat bahwa roti dan
anggur biasa dipersembahkan dalam kurban persembahan di antara “hasil bumi
pertama” sebagai ucapan syukur kepada sang Pencipta. Meskipun Melkisedek
secara teknis adalah seorang imam kafr, ia mengenal satu allah yang esa, dan
menyebut-Nya sebagai, “Allah Yang Mahatinggi,” sama seperti orang Yahudi.
Abraham menerima berkat dan persembahan ini, lalu memberikan kepada
Melkisedek sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik. Tetapi, setelah
perjumpaan ini, Melkisedek hilang dari kisah Kejadian.
Melkisedek disebut kembali dalam Mazmur 110, “TUHAN telah bersumpah, dan Ia
tidak akan menyesal: `Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut
Melkisedek'” (Mzm 110:4). Mazmur ini dianggap sebagai salah satu mazmur
Mesianik yang terpenting, yang menggambarkan Mesias yang akan datang, Tuhan
kita Yesus Kristus, sebaga Raja, Imam dan Penakluk.
Mungkin St Paulus, yang menurut tradisi dianggap sebagai pengarang Surat kepada
Jemaat di Ibrani, adalah promotor terbesar Melkisedek (lih Bab 5-9). St Paulus
mempergunakan pribadi Melkisedek untuk menggambarkan ajaran kurban imamat
seperti yang ditetapkan oleh Kristus. St Paulus memulainya dengan “Setiap imam
besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan
mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban
karena dosa” (Ibrani 5:1). Kendati kelemahan manusiawi, manusia dipanggil oleh
Allah untuk menjadi seorang imam.
St Paulus kemudian memperbandingkan imamat Melkisedek dengan imamat Harun,
yaitu imamat kaum Lewi. Imamat Harun berdasarkan keturunan yang berasal dari
Abraham. Para imam sesudah Harun berasal dari keluarganya, dari kaum Lewi, dan
ditunjuk sebagai imam karena keturunan mereka. Juga, para imam ini
mempersembahkan kurban Perjanjian Lama.
Kebalikan dari imamat Lewi adalah Imamat Kristus, yang dipralambangkan oleh
imamat Melkisedek. Pertama-tama, Melkisedek tidak bersilsilah dalam Perjanjian
Lama, dan imamatnya tidak berdasarkan keturunan. Kristus, sama seperti
Melkisedek, adalah imam karena penetapan ilahi dan imamat-Nya tidak
berdasarkan pada ikatan keturunan.
Kedua, Abraham mengenali Melkisedek, raja dan imam, dengan menerima berkat
dan mempersembahkan kepada Melkisedek sepersepuluhannya. Tindakan
merendahkan diri yang begitu rupa ini menunjukkan bahwa imamat yang berasal
dari Abraham lebih rendah tingkatannya dari imamat Melkisedek. Tindakan ini juga
merupakan pratanda bahwa imamat Lewi akan digantikan oleh imamat yang lebih
agung, sempurna dan rajawi, yaitu imamat Kristus.
Ketiga, Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur sebagai ucapan syukur
kepada Allah, mempralambangkan apa yang dilakukan Kristus pada Perjamuan
Terakhir.
Keempat, Melkisedek berasal dari “bangsa-bangsa lain”. Kristus datang untuk
menyelamatkan bukan hanya dari keturunan Israel, melainkan juga segenap umat
manusia dari berbagai bangsa. Di samping itu, nama dan gelar Melkisedek sendiri
mengandung arti “raja kebenaran, raja damai sejahtera”; Yesus masuk ke dalam
dunia guna menyatakan kebenaran dan membawa damai sejahtera.
Terakhir, Melkisedek bukanlah seorang imam dari Perjanjian Lama. Kristus sebagai
imam mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa dan membuat
perjanjian yang baru, sempurna serta kekal abadi dengan darah-Nya Sendiri.
Pada intinya, Surat kepada Jemaat di Ibrani menguraikan kisah Melkisedek dan
menyusun suatu gambaran yang mempralambangkan Kristus, yang akan
menggenapi Perjanjian Lama dan imamat.
Para Bapa Gereja perdana dengan jelas memahami serta menerima gambaran ini.
St Siprianus dari Kartago (wafat thn 258) dalam Suratnya kepada Cecil,
mengajarkan, “Juga dalam imam Melkisedek kita melihat Sakramen Kurban Kristus
dipralambangkan, sesuai dengan yang diwartakan dalam Kitab Ilahi, di mana
dikatakan, `Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam
Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram.' Melkisedek sesungguhnya
serupa dengan Kristus, seperti dimaklumkan dalam mazmur oleh Roh Kudus, yang
mengatakan kepada Putra, seolah dari Bapa: “Anak-Ku Engkau! Engkau telah
Kuperanakkan pada hari ini. Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut
peraturan Melkisedek.” Imamatnya pastilah yang berasal dari kurban-Nya dan yang
berasal dari pada-Nya: sebab Melkisedek adalah imam Allah Yang Mahatinggi;
sebab ia mempersembahkan roti, dan sebab ia memberkati Abraham. Dan siapakah
yang lebih tinggi dari imam Allah Yang Mahatinggi selain daripada Tuhan kita Yesus
Kristus, yang, ketika Ia mempersembahkan kurban kepada Allah Bapa,
mempersembahkan persembahan yang sama seperti yang dipersembahkan
Melkisedek, yaitu roti dan anggur, yang sesungguhnya adalah Tubuh dan DarahNya.”
St Sirilus dari Yerusalem dalam Pengajaran Katekesenya (Mystagogicæ 5) juga
menyebut kurban Melkisedek sebagai “semacam” pratanda Ekaristi Kudus.
Gereja menghormati gambaran akan Melkisedek ini. Katekismus Gereja Katolik
mengajarkan: “Melkisedek, `imam Allah yang Mahatinggi', dipandang oleh tradisi
Kristen sebagai `pratanda' imamat Kristus, `imam besar satu-satunya menurut
peraturan Melkisedek'. Kristus itu `kudus, tanpa salah, tanpa noda' dan `oleh satu
kurban saja… Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia
kuduskan', yaitu oleh kurban di salib-Nya, satu kali untuk selamanya” (#1544). Di
samping itu: “Gereja melihat di dalam tindakan Melkisedek, raja dan imam, yang
membawa `roti dan anggur', satu pratanda bahan persembahannya sendiri” (#
1333). Oleh sebab itulah, dalam Doa Syukur Agung I, sesudah konsekrasi imam
berdoa: “Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah
berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima
persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham, dan seperti
Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan
kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.”
http://www.indocell.net/yesaya/id775.htm