Sejarah Arab Pra Islam ARAB PRA ISLAM

Sejarah Arab Pra Islam
ARAB PRA ISLAM

Ditilik dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi
kaum-kaum Bangsa Arab menjadi Tiga bagian, yaitu :
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya
tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit. Seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais,
Amlaq dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan
Ya’rub bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
1. SISTEM POLITIK DAN KEMASYARAKATAN
a. Kondisi Politik
Bangsa Arab sebelum islam, hidup bersuku-suku (kabilah-kabilah) dan berdiri
sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak
mengenal rasa ikatan nasional. Yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah.
Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah (kesukuan)
amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di

antara mereka teraniaya maka seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit
membelanya. Semboyan mereka “ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau
dianiaya “.
Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang
memimpin kabilahnya masing-masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil
yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme, adanya manfaat
secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar
kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang
raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah.
Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan
otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga
adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara,
tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang
terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan
hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin
menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenangsenang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan
kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat

hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan
sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai
sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis
dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga
kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain,
hingga tak jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan
pujian tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang
memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga
kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang
bersaing mencari simpati.
b. Kondisi Masyarakat
Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga
dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga
sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika
seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan
dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa
kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa

menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu,
seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak
boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan
wanita harus melalui persetujuan wali wanita.
Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan kelas
masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara
laki-laki dan wanita.
Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan
yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Yang lebih parah lagi, wanita bisa
bercampur dengan lima orang atau lebih laki-laki sekaligus. Hal itu
dinamakan hubungan poliandri. Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat.
Semasa itu, perzinahan tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.

Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :
1. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada
laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah
menyerahkan mas kawin seketika itu pula.
2. Para laki-laki bisa mendatangi wanita sekehendak hatinya. Yang disebut
wanita pelacur.
3. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur

kepada laki-laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil.
Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena
sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.
4. Laki-laki
dan
wanita
bisa
saling
berhimpun
dalam
berbagai medan peperangan. Untuk pihak yang menang, bisa menawan
wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut
kemauannya.
Banyak lagi hal-hal yang menyangkut hubungan wanita dengan laki-laki yang
diluar kewajaran. Diantara kebiasaan yang sudah dikenal akrab pada masa jahiliyah
ialah poligami tanpa da batasan maksimal, berapapun banyaknya istri yang
dikehendaki. Bahkan mereka bisa menikahi janda bapaknya, entah karena dicerai
atau karena ditinggal mati. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada
batasannya.
Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan

tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki
dan wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa.
Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak
perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafkan. Atau ada juga yang
membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa
menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji,
buruk, dan menjijikkan.
Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan
buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan,
manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang
diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan
gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat,
atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.
2. SISTEM KEPERCAYAAN DAN KEBUDAYAAN

Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah
Isma’il Alaihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim AlaihisSalam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk
agama-Nya.
Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang
melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekalipun begitu

masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga
muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuza’ah). Dia tumbuh sebagai orang
yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan
agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka
menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.
Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia
melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai
sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul
dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah.
Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap
Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena
mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah suci.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempat-tempat tertentu, seperti :
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih
kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari
kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada

agama Ibrahim.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka
lakukan, seperti :
1. Mereka
mengelilingi
berhala
dan
mendatanginya,
berkomat-kamit
dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk
memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu
bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka
kehendaki.

2. Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan
bersujud dihadapannya.
3. Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhalaberhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada
saat itu.

Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai
keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan
menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan manfaat di sisi-Nya.
Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan
anak
panah
dihadapan
berhala Hubal.Mereka
juga
percaya
kepada
perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan
sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh,
jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi
burung hantu yang berterbangan di padang seraya berkata,”Berilah aku minum,
berilah aku minum”!jika dendamnya sudah dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi
tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari agama
Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan

terhadap ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan
Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan
terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan
khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan
mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi,
Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu
hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan
aqidah terlalu berkembang pesat.
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan islam.
Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang
merusak. Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru
keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka
mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka
tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah
menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang

menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian
mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.
Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan

sombong.
Pemimpin-pemimpin
mereka
menjadi
sesembahan
selain
Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan
menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi
mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat
musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaranajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang
dianjurkan untuk mensucikannya.
Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami
dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada
bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti.
Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang
tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan
masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati,
kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.


System Politik dan Kemasyarakatan Arab Pra – Islam
• Kondisi polotik
Bangsa arab sebelum islam , hidup bersuku – suku ( kabilah – kabilah ) dan berdiri
sendiri – sendiri, satu sama lain kadang – kadang saling bermusuhan . mereka tidak
mengenal rasa ikatan nasional ; yang ada pada mereka hanyalah ikaran kabilah.
Dasar perhubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah.
Rasa ashabiyah ( kesukuan ) amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga
bilamana terjadi salah seorang di antara
Saya menyarankan anda untuk langsung mendownloadnya dalam fle
utuh. Klik download > skip add> download
mereka treaniaya maka seluruh anggota – anggota kabilah itu akan bangkit
membelanya. Semboyan mereka’’ tolong saudara baik dia menganiaya atau
teraniaya.’’
Pada hakikatnya kabilah – kabilah ini mempunyai pemuka – pemuka yang
memimpin kabilah masing – masing. Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil
yang asas eksistensi politiknya adalah di satuan fanatisme, adanya memfaat secara
timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.
Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja.
Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik
itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas
pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya

jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mara pedang ikut bicara, tanpa perlu
bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.
Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah sistem dictator. Banyak hak yang
terabaikan rakayat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan
hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin
menggunakan kekayaan itu untuk foya – foya mangumbar syahwat, bersenang –
senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan
kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezjhaliman dari segala sisi.rakyat hanya
bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap
harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.
Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem
keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan
orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan,
memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak
jarang mereka mencari – cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujaan
tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang
menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para
penyair itu sama dengan kedudukan orang – orang yang sedang bersaing mencari
simpati.
• Kondisi masyarakat
Di kalangan bangsa arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kodisinya
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga
dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga
sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika
seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa arab karena kemuliaan
dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.
Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa
kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa
menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu,
seorang laki – laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak
boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti.
Dan cara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta.
Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa lepaskan,
manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual – belikan dan kadang – kadang
diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan
gudang – gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari
rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.
Ketika nabi Muhammad saw lahir.(570 m) , makkah adalah sebuah kota yang
sangat penting dan terkenal di antara kota – kota di negeri arab, baik daerah
tradisinya maupun karena letaknya. Kota ini dilalui jarur perdangangan yang ramai,
manghubungkan yaman di selatan dan syaria di utara. Dengan adanya ka’bah di
tengah kota, makkah menjadi pusat keagamaan arab. Ka’bah adalah tempat
meraka berziarah. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama,
hubal. Makkah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarkat arab ketika itu
mencerminkan realitas kesukuan masyarkat jazirah arab dengan luas satu juta mil
persegi.
Biasanya , orang membicarakan wilayah geografs yang didiami bangsa arab
sebelum islam, pegang membatasi pembicaraan hanya pada jazirah arab, padahal
bangsa arab juga mendiami daerah – daerah di sekitar jazirah . jazirah arab

memang,Merupakan kediaman mayoritas bangsa arab jazirah arab terbagi menjadi
dua bagian besar yaitu bagian tengah dan bagian pesisir. Di sana tidak ada sungai
mengalir tetap, yang ada hanya lembah – lembah berair di musim hujan.
Bangsa arab sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau
solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi.
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang
arab.akibat peperangan yang terus menerus, kebudayaan mereka tidak
berkembang. Karena itu, bahan – bahan sejarah arab pra - islam sangat langka
didapatkan di dunia arab dan dalam bahasa arab. Ahmad Syalabi menyebutkan,
sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira – kira 150 tahun menjelang
lahirnya agama islam . pengetahuan itu diperoleh melalui syair – syair yang beredar
di kalangan para perawi syair. Dengan begitulah sejarah dan sifat masyarakat badui
arab dapat diketahui, antara lain, bersemangat tinggi dalam mencari nafkah, sabar
menghadapi kekerasan alam, dan juga dikenal sebagai masyarakat yang cinta
kebebasan.
Bagian lain dari daerah arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain,
baik karena sulit dijangkau maupun karena tandus dan miskin, adalah hijaz. Kota
terpenting di daerah ini adalah mekkah, kota suci tempat ka’bah berdiri.ka’bah
pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut – pengaut agama
asli makkah,tetapi juga,oleh orang – orang yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Melalui jalur perdangangan, bangsa arab berhubungan dengan bangsa – bangsa
syaria, Persia, habsyi, mesir ( Qibthi ), dan romawi yang semuanya telah mendapat
pengaruh dari kebudayaan hellenisme.
Walaupun agama yahudi dan Kristen sudah masuk ke jazirah arab, bangsa arab
kebanyakan masih menganut agama asli mereka, yaitu percaya kepada banyak
dewa yang diwujudkan dalam bentuk berhala dan patung. Berhala – berhala itu
mereka jadikan tempat menanyakan dan mengetahui nasib baik dan nasib
buruk.Demikianlah keadaan bangsa dam jazirah arab menjelang kebangkitan islam.
Kebiasaan buruk lainnya dalam masyarakat jahiliyah adalah berkembangnya11
tindak kejahatan, perjudian, mabuk – mabukan, pertikaian antarsuku, dan saling
membunuh. Tatanan kehidupan bermasyarakat tidak berjalan. Dalam hal ini yang
berlaku adalah hukum rimba. Siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Akibatnya ,
mereka saling bertikai dan saling membunuh.
Keadaan masyarakat semacam ini telah berjalan cukup lama, yakni bermula dari
kebiasaan masyarakat yang sudah tidak mau lagi menjadikan ajaran para nabi
sebagai pedoman hidupnya. Di samping mempunyai dapat yang tidak baik, bangsa
arab sangat ahli dalam bahasa dan kesusastraan terutama dalam bersyair dan
berpidato. Dua hal tersebut menjadi kebanggaan sekaligus sebagai sarana untuk
bersaing dalam meraih kehormatan di antara kabilah – kabilah yang ada.
Ada salah satu riwayat yang menyebutkan bahwa watak dan tabiat buruk yang
banyak dilakukan oleh masyarakat mekkah sebelum islam datang adalah sebagai
berikut.
• Minum minuman keras.
• Berzina dan memperkosa.
• Memperlakukan wanita sebagai barang yang diperjualbelikan.
• Membunuh anak perempuan karena malu dan takut miskin.
• Mencuri, merampok, dan merampas hak orang lain, dan masih banyak lagi.

Kemudian juga dimunculkan adat kebiasaan bangsa arab sebelum islam datang
yang dinilai pesitif antara lain sebagai berikut.
• Sangat menghormati tamu.
• Bersikap pemberani.
• Dapat dipercaya.
• Mengutamakan kesetiakawanan.
• Rajin bekerja.
• Pandai berpidato dan bersyair.

Sistem Politik/Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam
Pada masyarakat arab pra Islam sudah banyak ditemukan tata cara pengaturan
dalam aktivitas kehidupan sosial yang dapat dibagi pada beberapa sistem-sistem
yang ada di masyarakat, salah satunya adalah system politiknya. Pada garis
besarnya penduduk jazirah dapat dibagi berdasarkan territorial kepada dua bagian
yaitu:
Penduduk kota (al-hadharah) yang tinggal di kota perniagaan jazirah Arabia, seperti
Mekkah, Madinah. Kota Mekkah merupakan kota penghubung perniagaan Utara dan
selatan, para pedagang dengan khalifah-khalifah yang berani membeli barang
dagangan dari India dan Cina di Yaman dan menjualnya ke Syiria di Utara.
Penduduk pedalaman yang mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Cara
mereka hidup adalah nomaden, berpindah dari suatu daerah ke daerah lain, mereka
tidak mempunyai perkampungan yang tetap dan mata pencaharian yang tepat bagi
mereka adalah memelihara ternak, domba dan unta.
Sebelum kelahiran Islam, ada tiga kekuatan politik besar yang perlu dicatat dalam
hubungannya dengan Arab; yaitu kekaisaran Nasrani Byzantin, kekaisaran Persia
yang memeluk agama Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab
bagian selatan. Setidaknya ada dua hal yang bisa dianggap turut mempengaruhi
kondisi politik jazirah Arab, yaitu interaksi dunia Arab dengan dua adi kuasa saat
itu, yaitu kekaisaran Byzantin dan Persia serta persaingan antara yahudi, beragam
sekte dalam agama Nasrani dan para pengikut Zoroaster.
Tradisi kehidupan gurun yang keras serta perang antar suku yang acap kali terjadi
ini nantinya banyak berkaitan dalam penyebaran ide-ide Islami dalam al-Qur’an,
seperti ”jihad”, ”sabar”, ”persaudaraan” (ukhuwwah), persamaan, dan yang
berkaitan dengan semua itu.
Pada masa sebelum islam yamg diajarkan disebar luaskan ke bangsa Arab oleh
Rasulullah Saw, orang arab sering kali terjali peperangan antar suku di antaranya
dikenal dengan perang Fujjar karena terjadi beberapa kali antar suku, yang pertama
perang antara suku Kinanah dan Hawazan, kemuadian Quraisy dan Hawazan serta
Kinanah dan Hawazan lagi. Dan peperangan ini terjadi 15 tahun sebelum Rasul
diutus.
Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Romawi Timur dengan ibu kota
Konstantinopel merupakan bekas Imperium Romawi dari masa klasik. Pada
permulaan abad ke-7, wilayah imperium ini telah meliputi Asia kecil, Siria, Mesir dan
sebagian daeah Itali serta sejumlah kecil wilayah di pesisir Afrika Utara juga berada
di bawah kekuasaannya.
Saingan berat Bizantium dalam perebutan kekuasaan di Timur Tengan adalah
persia. Ketika itu, imperium ini berada di bawah kekuasaan dinasti Sasanid
(sasaniyah). Ibu kota persia adalah al-Madana’in, terletak sekitar dua puluh mil di
sebalah tenggara kota Baghdad yang sekarang. Wilayah kekuasaannya terbentang
dari Irak dan Mesopotamia hingga pedalaman timur Iran dewasa ini serta
Afganistan.

Menjelang lahirnya Nabi Muhammad Saw, penguasaan Abisinia di Yaman –
Abraham, atau lebih populer dirujuk dalam literatur Islam sebagai Abrahah –
melakukan invasi ke Makkah, tetapi gagal menaklukkan kota tersebut lantara
epidemi cacar (hujan kerikil) yang menimpa bala tentaranya, Ekpedisi ini -merujuk
Al-quran dalam surat 105- pada prinsipnmya memiliki tujuan yang secara
sepenuhnya berada di dalam kerangka politik internasional ketika itu. yaitu upaya
Bizantyum untuk menyatukan suku-suku Arab di bawah pengaruhnya guna
menantang Persia. sementara para sejarawan muslim menambahkan tujuan lain
untuknya. Menurut mereka ekpedisi tersebut- terjadi kira-kira pada 552dimaksudkan untuk menghancurkan Ka’bah dalam rangka menjadikan gereja
megah di San’a, yang dibangun Abrahah, sebagai pusat ziarah pusat keagamaan di
Arabia.
Dalam masyarakat arab terdapat organisasi clan (kabilah) sebagai intinya dan
anggota dari satu clan merupakan geneologi (pertalian darah). Pemerintah di
kalangan bangsa Arab sebelum Islam, menurut para ahli sejarah dimulai oleh
golongan Arab Bai'idah. Pada periode pertama dikenal ada kerajaan Aad di daerah
Ahkaf al Romel yang terletak antara Oman dan Yaman, kaum Aad juga pernah
mendirikan kerajaan antara Makkah dan Yastrib. Kemudian juga dikenal kerajaan
dari kaum Tsamud mendiami daerah hijir dan wadi al-Kurro, antara Hijaz dan Syiria.
Kemudian dikenal juga kerajaan dari kaum Amaliqah di Arab Timur, Oman Hijaz
mereka juga ke Mesir dan Syiria. Pada periode Kedua yaitu pada masa Arab Aribah
atau Bani Qhathan yang terkenal dengan kerajaan Madiniyah, kerajaan Sabaiyah
dan kerajaan Himyariah.
Bagian dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah oleh bangsa lain
adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Mekkah, kota suci tempat ka'bah.
Ka'bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi oleh penganut-penganut
bangsa asli Makkah, tetapi juga orang-orang Yahudi yang bermukim di sekitarnya.
Untuk mengamankan para penziarah yang datang ke kota Makkah diadakan
pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa yaitu
suku Jurhum dan Ismail sebagai pemegang kekuasaan ka'bah. Kekuasaan politik
kemudian berpindah ke suku Khuza'ah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah
pimpinan Qushai. Suku Quraisy ini kemudian yang memegang dan mengatur politik
dan juga urusan urusan yang berkenaan dengan ka'abah. Ada sepuluh (10) jabatan
tinggi yang dibagikan kepada kabilah dari suku Quraisy yaitu :











Hijabah (penjara kunci ka’bah)
Siqayah (penjara air mata Zam zam)
Diyat (Kekuasaan hakim sipil dan criminal)
Sifarah (kuasa usaha Negara atau duta)
Liwa (jabatan ketentaraan)
Rifadah (pengurus pajak bagi fakir miskin)
Nadwah (jabatan ketua dewan)
Khaimman (pengurus balai musyawarah)
Khazinah (jabatan administrasi keuangan)
Azlim (penjaga panah peramal) untuk mengetahui pendapat para dewadewa