Dalam kisaran sejarah kerajaan hindu bud

Dalam kisaran sejarah kerajaan hindu budha di Indonesia tak bisa dilepaskan dari keberadaan Kerajaan
Tarumanagara. Sebuah kerajaan Hindu aliran wisnu di sebelah barat pulau jawa, atau sekarang Jawa Barat.
Hakikatnya kemunculan kerajaan ini tidak bias dilepaskan dari kemunculan kerajaan Salakanagara sebagai
penguasa pantai barat wilayah jawa.
Bahkan diyakini justru keturunan dari Raja-Raja Salakanagara lah yang menjadi cikal bakal kemunculan
Tarumanagara.

Denagn beberapa fakata yang munculan seperti ditemukannya tujuh buah prasasti yang bersangkut paut
degan keberadaa kerajaan tarumanagara beserta beberapa peninggalan yang ditemukan dapat sedikitnya
diambil kesimpulan mengenai kerajaan ini.
Pembahasan
A. Sejarah Kerajaan Tarumanagara
Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan besar yang beraliran Hindu wisnu. Kadang kerajaan ini sering
juga disebut dengan nama kerajaan Taruma. Letaknya ada di sekitar pesisir sungai Cisadane dan Ciliwung
yag berkuasa pada abad ke 4 hingga abad ke 7 masehi.
Selain kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Tarumanagara adalah salah satu kerajaan tertua di nusantara
yang meninggalkan catatan-catatan sejarah. Seperti prasasti maupun artefak lainnya.
Sebenarnya keberadaan kerajaan ini masih terjadi simpang siur. Karena keterbatasan bahan bukti yag
ditemukan. Akan tetapi sedikitnya bukti-bukti sejarah itu tak membuat para sejarawan menyerah untuk
memetakan dimanakah letak kerajaan tarumanagara.
Bukti keberadaan kerajaan Taruma diketahui dari sumber-sumber yang antara lain adalah tujuh buah prasasti

yang ditemukan empat di bogor, satu di Jakarta, dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini
diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M sampai 382 M.
Untuk mengetahui letak dimana kerajaan ini berdiri, mari kita lihat prasasti Tugu peninggalan raja
Purnawarman, disebutkan bahwa sang Raja Purnawarman telah menggali sebuah sungai bernama
Candrabhaga yang melalui keratin. Dari kata Candrabhaga, Prof. Poerbotjakoro membuat tafsiran bahwa
Candrabhaga tidak lain adalah bekasi. Candra berarti bulan atau sasih. Candrabhaga adalah bahasa
sansakerta yang susunannya tidak berdasarkan hokum D-M. Kalau disusun berdasarkan hokum D-M,
susunannya harus bhagacandra. Candra adalah bulan atau sasih. Jadi bhagacandra berubah menjadi
bagasasih, kemudian berubah lagi menjadi bagasi, lalu bekasi (Purbotjakoro, 1952: 12-14). Karena keraton
itu dilalui sungai candrabhaga, mungkin sekali bahwa keraton itu letaknya di daerah Bekasi sekarang.
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
1. Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti
("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orang-orang
yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme).
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo ("Taruma")
yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian katakatanya sama dengan Tarumanegara.
Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek
kehidupan tentang Taruma.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasasti-prasasti
tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan
Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten,

Jakarta, Bogor dan Cirebon.

B. Naskah Wangsakerta
Ada satu naskah kuno yang mempunyai penjelasan cukup jelas mengenai kerajaa Tarumanagara. Nama
naskah tersebut adalah naskah wangsakerta. Namun saying keberadaan naskah ini menimbulkan polemik
diantara para sejarawan yang meragukan naskah-naskah ini menjadi rujukan sejarah.
Dalam naskah dari cirebon itu, tarumanagara didirikan oleh rajadirajaguru jayasingawarman pada tahun 358
M. yang kemudian digantikan oleh putranya, dharmayawarman pada 382-395 M. Sang pendiri kerajaan
dimakamkan di tepi kali Gomati. Sementara putranya di tepi sungai Canndrabhaga.
Pada 395-434 M, diangkatlah Ournawarman menjadi raja dari kerajaan Tarumanagara. Ia membangun
ibukota kerajaan yang baru di tahun 397 M yang lebih dekat ke pantai di sundapura.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada raja sunda itu dibuat
pada 536 M. Pada saat itu yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman yang merupakan raja
ketujuh dan memrintah dari tahun 535-561 M.
Dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah suyrawarman banyak penguasa daerah yang
menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiannya terhadap

tarumanagara. Maka dapat dikatakan bila Suryawarman melakukan hal sama yang dilakukan oleh politik
ayahnya.
Dalam sumber-sumber tersebut dijelaskan bahwa purnawarman berhassil menguasai dan menundukkan
musuh-musuhnya. Prasasti munjul di pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencangkup
pula pantai selat sunda. Dalam pada itu kekuasaan purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang
dari salakanagara atau rajataputra di daerah teluk lada pandeglang sampai ke pruwalingga (sekarang
purbolinggo) di jawa tengah. Secara tradsisional Cipamali (kali bribes) memang dianggap batas kekuasaan
raja-raja jawa barat pada masa silam.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih
banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahannya sendiri, melainkan juga mengalihkan
perhatiannya ke wilayah timur. Misalnya Maninkaya menantu suryawarman mendirikan kerajaan baru
didaerah kendan, daerah nagreg antara bandung dan limbangan, garut. Yang kelak memunculkan kerajaan
galuh dalam tahun 612 M.
Tarumanagara sendiri bertahan hingga pada 669 M dengan masa pemerintahan 12 orang raja.
Linggawarman, raja trauma terakhir, digantikan oleh menantunya, Tarusbawa. Linggawarman memiliki dua
orang puteri. Yang sulung bernama Manasih dan menjadi istri Tarusbawa dari Sunda, dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi istri Dapunthayang Sri Jayanasa pendiri kerajaan sriwijaya. Secara otomatis,
takhta kekuasaan tarumanagara jatuh ketangan menantunya dari putrid sulungnya yaitu tarusbawa.
Berakhirnya kekuasaan tarumanagara karena tarusbawa ingin kembali ke daerah asalnya di kerajaan sunda.
Sunda sendiri pada saat itu berada di dalam kekuasaan tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke sunda

ini, hanya galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari sunda yang mewarisi wilayah
tarumanagara.
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535

7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669

C. Prasasti Kerajaan Tarumanagara
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig,

Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi,
sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai
Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa
banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim
kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di
Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4.
5.
6.
7.

Prasasti
Prasasti
Prasasti
Prasasti

Ciaruteun, Ciampea, Bogor

Muara Cianten, Ciampea, Bogor
Jambu, Nanggung, Bogor
Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang
sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama
Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan
Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota
pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19
jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh
pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan
dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang
masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya
sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.
a. Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah
peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4),
pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka
dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
b. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan
Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan
Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani
yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan
&mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di
kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i
Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa
pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
c. Prasasti Telapak Gajah

Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk
puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa
Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa
Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi
nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan
Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang
dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah
memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai
perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang
masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di
depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi
surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Taruma dan ukiran
sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya
sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
d. Prasasti Jambu

Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang
terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir
(sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi
dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara
fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam
yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang
memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya;
kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang
selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri
bagi musuh-musuhnya.

Kesimpulan
Tarumanagara merupakan salah satu kerajaan besar yang beraliran Hindu wisnu. Kadang kerajaan ini sering
juga disebut dengan nama kerajaan Taruma. Letaknya ada di sekitar pesisir sungai Cisadane dan Ciliwung
yag berkuasa pada abad ke 4 hingga abad ke 7 masehi.
Bukti keberadaan kerajaan Taruma diketahui dari sumber-sumber yang antara lain adalah tujuh buah prasasti
yang ditemukan empat di bogor, satu di Jakarta, dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini

diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M sampai 382 M.

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasasti-prasasti
tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan
Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten,
Jakarta, Bogor dan Cirebon.
Tarumanagara sendiri bertahan hingga pada 669 M dengan masa pemerintahan 12 orang raja.
Linggawarman, raja taruma terakhir, digantikan oleh menantunya, Tarusbawa. Linggawarman memiliki dua
orang puteri. Yang sulung bernama Manasih dan menjadi istri Tarusbawa dari Sunda, dan yang kedua
bernama Sobakancana menjadi istri Dapunthayang Sri Jayanasa pendiri kerajaan sriwijaya. Secara otomatis,
takhta kekuasaan tarumanagara jatuh ketangan menantunya dari putrid sulungnya yaitu tarusbawa.
Berakhirnya kekuasaan tarumanagara karena tarusbawa ingin kembali ke daerah asalnya di kerajaan sunda.
Sunda sendiri pada saat itu berada di dalam kekuasaan tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke sunda
ini, hanya galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari sunda yang mewarisi wilayah
tarumanagara.
Beberapa prasasti yang ditemukan:
o Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M
o Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi
o Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul
o Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

o Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
o Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
o Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

DAFTAR PUSTAKA
Notosusanto, Nugroho, dkk. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.
Ekadjati, Edi S. dkk. 1987. Pustaka Rajya-rajya Bhumi Nusantara. Bandung: Depdikbud.

Sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Terumanegara di bangun oleh raja Jayasinghawarman ketika memimpin pelarian
keluarga kerajaan dan berhasil meloloskan diri dari musuh yang terus menerus menyerang
kerajaan Salakanagara.
Di pengasingan, tahun 358 M, Jayasinghawarman mendirikan kerajaan baru di tepi Sungai
Citarum, di Kabupaten Lebak Banten dan diberi nama Tarumanegara. Nama Tarumanegara
diambil dari nama tanaman yang bernama tarum, yaitu tanaman yang dipakai untuk ramuan
pewarna benang tenunan dan pengawet kain yang banyak sekali terdapat di tempat ini. Tanaman
tarum tumbuh di sekitar Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain, tanaman ini merupakan
komoditas ekspor dan merupakan devisa pemasukan terbesar bagi Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman berkuasa dari tahun 358-382 M. Setelah raja mencapai usia lanjut, raja
mengundurkan diri untuk menjalani kehidupan kepanditaan. Sebagai pertapa,
Jayasinghawarman bergelar Rajaresi. Nama dan gelar raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru
Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya tidak satupun yang memakai
angka tahun. Untuk memastikan kapan Tarumanegara berdiri terpaksa para ahli berusaha
mencari sumber lain. Dan usahanya tidak sia – sia. Setelahnya ke cina untuk mempelajari
hubungan cina dengan Indonesia di masa lampau mereka menemukan naskah – naskah
hubungan kerajaan Indonesia dengan kerajaan Cina menyebutnya Tolomo. Menurut catatan
tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M.
sehingga dapat di simpulkan Tarumanegara berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.

B. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara

1. Prasasti
a. Prasasti Ciaruteun (Ciampea, Bogor)
Sebelumnya dikenal dengan nama prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruteun, dekat
muaranya dengan Cisadane. Di atasnya terdapat lukisan laba-laba dan tapak kaki yang
dipahatkan di atas aksaranya. Prasasti terdiri dari 4 baris, ditulis dalam bentuk puisi India dengan
irama anustubh (Anustubh: jumlah suku kata pada masing-masing baris dalam satu bait puisi
Jawa kuno sebanyak 8 suku kata). Prasasti ini mengingatkam adanya hbungan dengan prasasti
raja Mahendawarman I dari keluarga Pallawa. Bunyi dari prasasti ini ialah :
vikrantasyavanipateh
srimatah purnavarmmanah
tarumanegarendrasya
visnor iva padadvayam
‘’Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman,
raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia’’

b. Prasasti Pasir Koleangkak
Di temukan di bukit, daerah perkebunan Jambu kira-kira 30 km sebelah barat Bogor. Bunyi dan
terjemahan prasasti ini adalah :
-sriman-data krtajno narapatir- asamo yah pura/ta/r/u/maya/m/namna sri-purnnavarmma pracuraripusarabhedya-vikhyatavarmmo
-tasyedam-padavimbadvayam-arinagaroysadane nityadaksambhaktanamyandripanam- bhavati
sukhakaram salyabhutam ripunam
‘’ gagah, memgagumkan dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada
taranya- yang termashur sri Purnnavarman- yang sekali waktu( memerintah) di Taruma dan yang
baju zirahnya yang terkenal (=varmman) tidak dapat di tembus senjata musuh. Ini adalah
sepasang tapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat
kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging bagi musuh-musuhnya’’

c. Prasasti Kebonkopi (kampung Muara Hilir, Cibungbulang)
Terdapat dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata. Bunyinya
sebagai berikut:
jayavsalasya taruma/ ndra/ sya ha/st/inah- sira/ vatabhasya vibhatidam- padavayam
‘’ Disini nampak sepasang tapak kaki….yang seperti Airavata, gajah penguasa taruma (yang)
agung dalam….dan(?) kejayaan’’

d. Prasasti Tugu (Tugu, Jakarta)
Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Tulisannya dipahatkan
pada sebuah batu bulat panjang secara melingkar. Yang khas dari prasasti ini adalah:
- Di dalamnya disebutkan nama dua sungai yang terkenal di Panjab, yaitu sungai Candrabhaga
dan Gomati.
- Merupakan satu-satunya prasasti purnawarman yang menyebutkan anasir penanggalan namun
tidak memuat angka tahun yang pasti, hanya menyebutkan phalguna dan caitra yang bertepatan
dengan bulan Februari- April.
- Menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana diserati 1000 ekor sapi yang
dihadiahkan
- Menyebutkan dua nama lain dari Purnawarman
- Candrabhaga meruakan nama sungai India yang diberikan kepada sebuah sungai di Jawa dan
nama itu sekarang dikenal dengan nama Bekasi, Chandrabagha dapat di artikan menjadi bekasi
= Bhagasasi = Baghacandra = Chandabagha (Sasi = Candra = Bulan), yang diduga pusat

Kerajaan Tarumanegara. Bunyi Prasasti Tugu sebagai berikut :
pura rajadhirajena guruna inabahuna
khata khyatam purim prapya candrabhagarnnavam yayau
pravarddhamana-dvavinsad-vatsare srigunaujasa
narendradhvajabhutena srimata purnnavarmmana
caitrasukla-trayodsyam dinais siddhaikavinsakaih
ayata satrasahasrena dhanusam sasaterna ca
dvavinsena nadi ramya gomati nirmalodaka
pitamahasya rajasser vvidarya sibiravanim
brahmanair ggo-sahasrena prayati krtadaksina
‘’Dulu (kali yang bernama Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan mempuyai
lengan kencang dan kuat( yakni raja Purnawarman) untuk mengalirkannya ke laut setelah kali ini
sampai di istana kerajaan yang termasyur. Di dalam tahun keduapuluh-duanya dari tahta yang
mulai raja Purnawarman yang berkilau-kilauan karena kepandaian dan kebijaksanaanya serta
menjadi panji segala raja, maka sekarang beliau menitahkan pula menggali kali yang permai dan
berair jenih, Gomati namanya, setelah sungai itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman yang
mulia Sang Pendeta nenek-da( Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik,
tanggal 8 paro-petang bulan Phalguna dan disudahi pada tanggal 13 paro-terang bulan Caitra,
jadi hanya 21 saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 tumbak. Selamatan baginya dilakukan
oleh para brahmana disertai 1000 ekor sapi yang dihadiahkan ‘’
e. Prasasti Pasir Awi (Pasir Awi, Bogor)
Tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Pada prasasti ini juga terdapat gambar tapak
kaki

f. Prasasti Muara Cianten (muara Cianten, Bogor)
Prasasti ini juga terdapat telapak kaki. Sayang tulisannya belum dapat di artikan sebab tulisannya
dalam huruf ikal sehingga tidak banyak yang di ketahui tentang isinya

g. Prasasti Cidanghiang atau Lebak
Ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul, kabupaten
Pandeglang, Banten. Ditemukan tahun 1947 dan berisi dua baris aksara yang merupakan satu
Sloka dalam metrum anustubh. Bunyi prasasti ini:
vikranto yam vanipateh prabhuh satyapara (k) ra (mah)
narendraddvajabhutena srimatah purnnavarmmanah
“Inilah tanda keperwiraan, keagungan dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja
dunia, yang mulia Purnawarman, yang menjadi panji sekalian raja”
2. Arca
a. Arca Rajasi
Diperkirakan ditemukan di Jakarta.menggambarkan rajarsi yang menggambarkan sifat-sifat
Wisnu-Surya. Ada yang berpendapat bahwa arca itu adalah arca Siwa dari abad II.
b. Arca Wisnu Cibuaya I
Berasal dari abad 7 dan bisa dianggap bisa melengkapi prasasti-prasasti Purnawarman. Arca ini
memperlihatkan adanya persamaan dengan arca yang ditemukan di Kemboja, Siam dan
Semenanjung Melayu.
c. Arca Wisnu cibuaya II( di desa Cibuaya)
Terdapat kesamaan dengan arca-arca dari seni Pala abad ke 7-8, yaitu:
- Jenis batu yang digunakan
- Bentuk arca dan laksananya
- Bentuk badan

- Makuta
3. Sumber lain
a. Fa-Hien
Dia adalah musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti (Yawadhipa/Jawa) tepatnya
Tolomo (Taruma) pada tahun 414. dalam catatannya di sebutkan rakyat Tolomo sedikit sekali
memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana. Fa Hien juga menyebutkan dalam
bukunya Fa Kuo Chien bahwa rakyat Tolomo bermata pencaharian bertani, berdagang dan
pandai membuat minuman dari malai kelapa. Dari bukti-bukti yang ada, para ahli sejarah
menduga Tolomo/ taluma menurut Fa hien adalah Tarumanegara
b. Dinasti Soui
Selain berita Fa Hien keberadaan Taruma juga di perkuat dari berita Dinasti Soui, bahwa tahun
528 dan 535 datang utusan dari negeri Tolomo yang terletak disebelah selatan
c. Dinasti Tang Muda
Berita dinasti Tang Muda menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari Tolomo
nama Tolomo di duga lafal bahasa Cina untuk Tarumanegara.
d. Dinasti Tang( 618-906)
Menyebutkan nama sebuah daerah bernama Ho-ling atau Jawa, yang terletak di Lautan Selatan,
sebelah timur Sumatra dan sebelah barat Bali. Nama Ho-ling oleh para sarjana disesuaikan
dengan Kalinga yang letaknya diperkirakan di Jawa Tengah Utara/ Walaing. Daerah yang disebut
Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas , perak, cula badak dan gading gajah. Sedangkan
penduduknya membuat benteng-benteng kayu dan rumah-rumah mereka beratap daun kelapa.
Peta ditemukannya prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara:

C. Letak dan wilayah kekuasaan
Dari sumber – sumber di atas dapat di simpulkan bahwa Tarumanegara terletak di jawa Barat.
Pusatnya belum dapat di pastikan, namun para ahli menduga kali Chandabagha adalah kali
Bekasi, kira – kira anatar sungai Citarum dan sungai Cisadane. Adapun wilayah kekuasaan
kerajaan Tarumanegara meliputi daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
D. Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta(Naskah Wangsakerta adalah istilah
yang merujuk pada sekumpulan naskah yang disusun oleh Pangeran Wangsakerta secara
pribadi atau oleh "Panitia Wangsakerta".)
Raja-raja Tarumanegara
No Raja Masa pemerintahan
1 Jayasingawarman 358-382
2 Dharmayawarman 382-395
3 Purnawarman 395-434
4 Wisnuwarman 434-455
5 Indrawarman 455-515
6 Candrawarman 515-535
7 Suryawarman 535-561
8 Kertawarman 561-628
9 Sudhawarman 628-639
10 Hariwangsawarman 639-640
11 Nagajayawarman 640-666
12 Linggawarman 666-669

E. Kehidupan Masyarakat

Segi yang sangat penting di dalam kehidupan suatu masyarakat , adalah matapencaharian
masayarakat pada saat itu . Berdasarkan bukti-bukti dan sumber yang ada sampai saat ini
,dapatlah di duga bagaimana kira-kira marta pencaharian penduduk pada zaman Tarumanegara .
Kalau dugaan tentang barang-barang dagangan yang berasal dari daerah Ho – ling dapat
diterima ,maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan ,pertambangan
,perikanan dan perniagaan termasuk mata pencarian penduduk Tarumanegara di samping
pertanian ,peleyaran ,dan perternakan .
Bukti pada masa itu ada perburuan adalah , adanya berita tentang perdagangan cula badak dan
gading gajah , sedangkan gajah dan badak adalah hewan liar . Dari situ lah disimpulkan untuk
mendapatkan itu , mereka harus berburu .Sedang perikanan ,pada masa itu terjadi jual beli kulit
penyu . Untuk pertambangan ,kita peroleh dari perdagangan mas dan perak . Jelaslah trelah
disebutkan berulang kali perdangan ini membuktikan adanya perniagaan pada saat itu . Pada
prasasti tugu disebutkan usaha pembuatan saluran yang dilakukan pada tahunke dua pulah dua
tahun pemerintahan raja purnawarman . Yang kegunaanya untuk mengatasi banjir yang selalu
melanda daerah pertanian di sekitar itu,. Selain itu ditemukan alat dari batu yang erat
hubunganya dengan pertanian .Sedangkan pertenekan belum tau adanya bukti. Mengenai
pelayaran ,barang kali ini tidak usah disangsikan lagi, karena letak tarumanegara yang cukup
streategis dijalan nusantara , membuat adanya keterampilan penduduknya di bidang pelayaran .
Untuk tegnologi belum ditemukan buktinya namun, pada saat itu mereka telah mempunyai
kepandaian membuat minuman arak yang terbuat dari mayang , nira dari bunga kelapa. Selain ini
makan pokok pada saat itu adalah beras .selain beras mereka makan buah –buahan serta
daging .
Pada saat itu perhubungan taruamnegara dengan kerajaan lain menggunakan perhubungan air.
Mengenai hubungan darat ,dapat diperkiraan dengan adanya data bahwa lembu merupakan
hewan piaraan.Ruapanya selain untuk hadiah kepada kaum brahmana dan pertanian ,hewan ini
juga di pergunakan untuk melakukan hubungan dalam negri ,dari satu tempat ke tempat lain
,yang tidak terlalu berjauhan letaknya .
Berdasarkan suber-sumber yang sangat tidak lengkap itu ,dapat diperkirakan golongan
masyarakat pada masa itu ialah kaum tani, pemburu , pedagang pelaut ,nelayan , dan
peternak .walaupun demikian ,tidak dapat dipastikan ,bagaiman pembagian kerja itu dilakukan .
ditinjau dari segi budaya ,golongan terbagi menjadi dua yaitu golongan masyarakat berbudaya
hindu dan golongan masyarrakt berbudaya asli .
Menurut bukti yang ada kita hanya mengetahui adanya aksara pallawa dan bahasa sansekerta
pada masa itu .Namun berita dari cina menyebutkan adanya suatu bahasa dengan nama kwun
lun .yang digunakan baik dijawa maupun di Sumatra.kwunlun ini adalah bahasa Indonesia yang
tercampur dengan bahasa sansekerta .
Dari berita fa – shien jelas ,bahwa pada awal abad ke 5 di trauma Negara terdapat tiga macam
agama , yaitu agama budha ,Hindu dan agama yang kotor .dan dari ketiga agama tersebut
agama hindulah yang paling banyak karena diperkuat dengan berbagai macam prasati yang
ditemukan .Antara lain Prasasti tugu ,prasasti Jambu ,Prasasti Pasir kolengkak .apa yang kita
ketahui tentang agama budha di trauma Negara , sama sekali terbatas kepada berita Fa shien
yang mengatakn bahwa pada waktu itu terdapat sedikit sekali orang beragama budaha termasuk
dia .agama kotor adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke
Indonesia .
F. Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Tahun 686 Kerajaan Tarumanegara runtuh ditaklukan Dapunta Hyang Salendra, yaitu raja
Sriwijaya dari Kedah. Dalam prasasti kedukan bukit yang ditemukan di dekat Palembang
mempunyai angka tahun 605 Caka atau sama dengan 683 Masehi, menerangkan tentang
perjalanan penjelajahan Raja Dapunta Hyang Cri Jayanaca. Raja berangkat dari Minangatamwan
dengan armada berkekuatan 20.000 tentara dan menaklukan beberapa daerah sehingga
menjadikan Palembang sebagai Bandar pelabuhan terbesar di Sumatra (Suwarna Dwipa). Dalam

sejarah, Palembang menjadi tempat penting untuk pusat ziarah umat beragama Buddha
Mahayana. Karena kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 670 M dan didirikannya Bandar
pelabuhan Palembang, maka kekuatan armada laut semakin kuat dan bertambah besar sehingga
dengan mudah memperluas kekuasaannya di Tanah Jawa termasuk Kerajaan Tarumanegara

Kartodirdjo, Sartono. 1975. Sejarah Nasional Indonesia II- Jaman Kuno (1 M- 1500 M). Jakarta: Balai
Pustaka
Widiarto, Tri dan Esther Arianti.2007. Masa Pengaruh Hindu Budha di Indonesia. Salatiga: Widya Sari
Press
Y, Yongky. 2003. Menyingkap Misteri Ratu Laut Selatan- Banyu Bening Gelang Kencana. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia