Evaluasi Implementasi Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan Surakarta

Evaluasi Implementasi Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan Surakarta

Disusun Oleh : HUSNI ARIEF LUTFIANSYAH D0108133 SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Dra. Sri Yuliani, M.Si NIP. 196307301990032002

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari : Tanggal : Panitia Penguji :

1. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si Dra. Sri Yuli ( ................................... ) NIP. 196010091986011001

Ketua

2. Asal Wahyuni Erlin M, S.Sos, MPA (.....................................) NIP. 197406012008012016

Sekretaris

(.....................................)

3. Dra. Sri Yuliani, M.Si NIP. 196307301990032002

Penguji

Mengetahui, Dekan

Prof. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002

commit to user

MOTTO

Berangkat dengan penuh keyakinan Berjalan dengan penuh keikhlasan Istiqomah dalam menghadapi cobaan (TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh kesadaran.

(James Thurber)

Percayalah pada kemampuan diri sendiri dan selalu optimis

dengan itu kesuksesan bisa kita raih (Penulis)

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan setulus hati dan mengucap syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya ini untuk:  Kedua orang tuaku yang tercinta untuk kasih sayang, doa,

nasihat dan dukungan yang tak pernah berhenti sampai kapanpun.

 Adikku tersayang yang telah memberikan motivasi, semangat dan dukungan serta untuk keceriaan yang selalu menemani hari- hariku

 Inang’s Community untuk keceriaan, kebersamaan dan

dukungan disaat suka dan duka  Teman-teman dan sahabat-sahabatku lainya yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.  Almamaterku UNS

commit to user

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak di bawah ini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :

1. Dra. Sri Yuliani, M.Si selaku pembimbing skrispi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Herwan Parwiyanto, S.Sos, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama kuliah.

3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret.

commit to user

4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultasi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

6. Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Bambang Wijayani, Bapak Sultan, Bapak Arif, Bapak Rohmadi, selaku informan yang telah banyak memberikan banyak informasi sebagai materi analisis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Teman-teman seperjuangan AN ’08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya. Semoga ilmu yang kita dapat bersama-sama di bangku kuliah dapat bermanfaat bagi diri kita pribadi dan orang lain. Kita semua harus sukses dan berhasil amiin.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga sadar bahwa skripsi ini juga masih jauh dari sempurna, maka dengan senang hati akan menerima kritik dan saran atas perbaikan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagai para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………..... HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. HALAMAN MOTTO………………………………………………………… HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….... KATA PENGANTAR……………………………………………………….. DAFTAR ISI…………………………………………………………………. DAFTAR TABEL……………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….... ABSTRAK……………………………………….…………………………... ABSTRACT…………………………………….……………………………. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang Masalah………………….………………………..

B. Rumusan Masalah…………………………….……………………

C. Tujuan Penelitian……………………………………….……….....

D. Manfaat Penelitian………………………………………….……... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik dan Implementasi Kebijakan…………………....

B. Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Implementasi...............................

C. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)..........................................

D. Kerangka Berfikir…………………………………….….………

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian…………………………………………………......

B. Lokasi Penelitian……………………………………………………

C. Sumber Data……………………………………………………..…

D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….…..

E. Teknik Pengambilan Sampel.............................................................

F. Validitas Data……………………………………………….……..

i ii iii iv

v vi viii x xi xii xiii

11

28

34

36

36

37

39

41

41

commit to user

G. Teknik Analisis Data….…………………………….………….….. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………...………..…....

1. Kampung Batik Laweyan……………..……...............................

2. Program IPAL di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan...

B. Evaluasi Implementasi Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan Surakarta….........................................................................................

5. Responsivitas.............................................................................. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ LAMPIRAN......................................................................................................

43

46

46

51

53

53

59

68

73

78

87

89

92

95

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel II.1 : Tabel IV.1 : Tabel IV.2 :

Kriteria Evaluasi (Indikator Evaluasi)…………………........... Estimasi Biaya Operasional IPAL Alternatif 1......................... Estimasi Biaya Operasional IPAL Alternatif II........................

16

64

64

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 : Kerangka Berfikir...................………………………………. 34 Gambar III.1 : Model Analisis Interaktif H.B. Sutopo .................................. 43 Gambar IV.1 : Proses Sistem Jaringan Air Limbah Batik dan IPAL

Kampung Batik Laweyan.......................................................... 52

commit to user

Pedoman Wawancara

1. Efektivitas

a. Apakah pelaksanaan program IPAL-Dewats sudah sejalan dengan tujuan dari kebijakan tentang pengendalian lingkungan hidup ?

b. Apakah IPAL-Dewats yang berada di Kampung Batik Laweyan dapat mengurai atau mengurangi kandungan bahan pencemar di dalam air?

c. Bagaimana Kondisi air Sungai ( di area Kampung Batik Laweyan)

sebelum dan sesudah menerapkan sistem IPAL-Dewats?

d. Apakah IPAL-Dewats mampu mewujudkan daerah yang bersih, sehat, rapih dan indah di Kampung Batik Laweyan?

2. Efisiensi

a. Apakah biaya yang dikeluarkan untuk membangun IPAL-Dewats sesuai dengan tujuan yang diharapkan?

b. Apakah biaya perawatan yang telah disediakan sudah sesuai dengan standar perawatan IPAL-Dewats?

c. Berapa waktu yang dibutuhkan agar program IPAL-Dewats berjalan optimal?

d. Selama kurun waktu yang ada (dari awal pembuatan IPAL-hingga sekarang) pembangunan IPAL apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?

commit to user

3. Kecukupan

a. Apa saja manfaat yang ditimbulkan dari adanya program IPAL-Dewats di Kampung Batik Laweyan?

b. Apa saja perubahan yang muncul setelah adanya IPAL-Dewats di Kampung batik Laweyan?

4. Perataan

a. Bagaimana pengaruh IPAL-Dewats terhadap kelompok pengusaha dan masyarakat di Kampung Batik Laweyan?

b. Hambatan-hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan program IPAL-Dewats?

5. Responsivitas

a. Bagaimana tanggapan kelompok pengusaha dan masyarakat terhadapa program IPAL-Dewats yang ada di Kampung Batik Laweyan?

b. Bagaimanakah hubungan antara perubahan perilaku masyarakat dengan tercapainya tujuan program IPAL ?

c. Bagaimanakah kepatuhan masyarakat selama pelaksanaan program IPAL-Dewats?

d. Bagaimana evaluasi terkait program IPAL dan harapan-harapan apa saja yang diinginkan dari program IPAL ini? d. Bagaimana evaluasi terkait program IPAL dan harapan-harapan apa saja yang diinginkan dari program IPAL ini?

commit to user commit to user

commit to user commit to user

commit to user

commit to user

ABSTRAK

Husni Arief Lutfiansyah. D0108133. Evaluasi Implementasi Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan Surakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2012. 93 Halaman

Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan salah satu ketentuan dalam Perda No. 2 Tahun 2006 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yang berguna untuk mengatasi permasalahan pencemaran, khususnya bagi UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Kawasan industri kampung batik Laweyan merupakan sentra batik penghasil limbah cair yang menjadi salah satu penyebab timbulnya pencemaran limbah di Kota Surakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi implementasi program IPAL di kawasan kampung batik Laweyan dengan menggunakan suatu kriteria atau indikator dalam melakukan evaluasi tersebut. Indikator yang digunakan Adalah : efektivitas, efesiensi, kecukupan, perataan dan responsivitas.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan telaah dokumen. Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling. Validitas data dilakukan dengan triangulasi data atau sumber. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.

Berdasarkan penelitian ini, dapat diketahui implementasi program IPAL di kawasan industri kampung batik Laweyan ditinjau dari indikator efektivitas, efisiensi, kecukupan, perataan dan responsivitas sudah sesuai dengan ketentuan dalam Perda No. 2 Tahun 2006. Aspek efektivitas program ini sudah efektif ditinjau dari dapat berkurangnya tingkat pencemaran hingga 70%. Aspek efisiensi juga sudah cukup baik, ditinjau dari biaya pengeluaran untuk perawatan IPAL yang sangat murah dan mendapatkan hasil cukup baik. Dalam aspek kecukupan banyak manfaat yang diperoleh dari program IPAL seperti penurunan angka pencemaran, kawasan industri yang bersih dan tertata dengan rapi serta pencitraan menjadi sangat baik. Aspek perataan ditujukan dengan hubungan kekerabatan sosial yang baik antara pengusaha dengan pengusaha maupun pengusaha dengan masyarakat. Dalam aspek responsivitas diperoleh tanggapan yang positif walaupun pada awal pembuatan IPAL ada sedikit kesalahpahaman antara pengusaha dan masyarakat sekitar. Tanggapan positif dapat dilihat dari kepatuhan pengusaha dan masyarakat sekitar dalam menjaga, merawat dan melestarikan IPAL.

Kata Kunci: Evaluasi Implementasi, Program IPAL, Kampung Batik Laweyan

commit to user

ABSTRACT

Husni Arief Lutfiansyah. D0108133. Evaluation of the Implementation of Waste Water Treatment Plant (WWTP) Program in the Industrial Area of Kampung Batik Laweyan Surakarta. Graduating Paper. Department of Administrative Sciences. Faculty of Social and Political Sciences. Universitas Sebelas Maret. 2012. 93 Pages

The WWTP Program is regulated under the Act of Local Government of Surakarta No. 2/2006 on environmental control to solve pollution problems, especially for Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs). The industrial area of Kampung Batik Laweyan is the center of batik production, causing waste water pollution in Surakarta. This study tried to evaluate the implementation of the WWTP Program in the industrial area of Kampung Batik Laweyan using the criteria or indicator of evaluation include: effectiveness, efficiency, adequacy, equity, and responsiveness.

This research is a descriptive study using interviews and document reviews for data collection. The informants was selected using purposive sampling technique. The validity of the data was performed using data/sources triangulation. The data collected then was analyzed using interactive analysis model.

Based on this research, it was found that the implementation of the WWTP Program in the industrial area of Kampung Batik Laweyan in terms of effectiveness, efficiency, adequacy, equity, and responsiveness, are in accordance with the provisions of the Act of Local Government of Surakarta No. 2/2006 . Aspects of the effectiveness shown by the effective achievement of this program in terms of pollution levels that can be reduced until 70%. Aspect of efficiency is also found good enough, in terms of less spending on maintenance costs compare to the good results. In the aspect of adequacy, there are some advantages such as less pollution, clean and neat industrial area, good performance. Aspects equity addressed by the social kinship among entrepreneurs as well as between entrepreneurs and the community. In the aspect of responsiveness , a positive response is obtained even though at the beginning there is a little misunderstanding between employers and the community. Positive response shown by the compliance of employers and communities in maintaining, caring for, and preserving the WWTP.

Keywords: Evaluation of Policy Implementation, Waste Water Treatment Plant (WWTP) Program, Kampung Batik Laweyan

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan sistem pengolahan limbah cair secara terdesentralisasi. Teknologi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dikembangkan oleh Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta, teruji untuk pengolahan air limbah organik dan sanitasi yang berbasis pada masyarakat. Teknologi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) banyak diaplikasikan sebagai pengolahan limbah peternakan, industri pengolahan makanan, limbah donestik (Sanimas), limbah rumah sakit dan hotel. ). Program ini diatur di dalam suatu Peraturan Daerah yaitu Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.

Banyak permasalahan lingkungan yang perlu diperhatikan seperti permasalahan pencemaran sumber-sumber air, seperti air permukaan dan air tanah oleh berbagai macam aktivitas manusia. Sumber-sumber pencemaran tersebut antara lain berasal dari aktivitas sehari-hari manusia, industri, dan pertanian. Limbah yang dihasilkan dari berbagai macam aktivitas manusia tersebut dapat berupa limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik berasal dari berbagai kegiatan rumah tangga. Limbah domestik ini antara lain adalah detergen dari kegiatan mencuci yang

commit to user

dilakukan penduduk yang tinggal di bantaran sungai, sampah rumah tangga yang juga di buang langsung ke badan air, dan juga kotoran manusia. Sedangkan limbah industri dapat berasal dari industri berskala kecil hingga berskala besar, seperti industri pembuatan tahu, penyamakan kulit, pulp, tekstil (batik).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah pabrik atau industri di Kota Surakarta. Pembuangan limbah industri yang tidak ramah lingkungan akan mengganggu ekosistem dalam lingkungan tersebut, dari pencemaran lingkungan sampai mengganggu rantai kehidupan ekosistem. Masalah pencemaran limbah industri disini terkait limbah industri yang di akibatkan oleh sisa-sisa proses dari industri pembuatan batik. Banyak UKM batik di Kota Surakarta yang belum baik dalam mengolah sisa dari proses pembuatan limbahnya. Salah satu contohnya adalah UKM di kawasan industri Kampung Batik Laweyan. Kampung Batik Laweyan adalah salah satu kawasan indutri batik di Kota Surakarta yang juga merupakan kawasan wisata. Di kawasan ini, produksi batik sudah merupakan usaha yang telah berlangsung secara puluhan tahun tidak kurang dari lima belas industri kecil batik melakukan berbagai jenis batik dikawasan yang masih kental dengan suasana tradisional. Kampung Batik Laweyan hingga kini menjadi salah satu kawasan yang sedang ditingkatkan potensinya, baik dari segi ekonomi maupun pariwisata.

Berkembangnya pusat kawasan batik di daerah Laweyan tidak terlepas dari dari usaha kecil rumahan penduduk setempat, namun sangat

commit to user

disayangkan pengolahan limbah industri belum diatur layaknya industri besar yang mengharuskan pengolahan limbah sisa produksi, dalam hal ini adalah limbah cair. Pembuangan limbah industri yang tidak ramah lingkungan akan mengganggu ekosistem dalam lingkungan tersebut, dari pencemaran lingkungan sampai mengganggu rantai kehidupan ekosistem. Kawasan Batik Laweyan ini merupakan kawasan dimana dilewati oleh aliran Sungai Jenes, dimana oleh akibat aktivitas dari kegiatan proses pembuatan batik disini sisa- sisa atau limbah cair dari proses pembuatan batik tersebut di alirkan ke sungai tersebut sehingga berdampak terjadinya pencemaran terhadap sungai tersebut.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran air oleh limbah cair, diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat, instansi terkait, dan pemerintah. Adanya permasalahan pencemaran air menyebabkan berbagai dampak negatif yang sekarang ini sangat terasa, terutama di daerah perkotaan. Salah satu permasalahan tersebut adalah kelangkaan air bersih yang nantinya akan berdampak pula pada kesehatan masyarakat sebagai pengguna air. Oleh karena itu, untuk meminimalisasi pencemaran air yang disebabkan oleh pembuangan limbah cair ke sumber air, diperlukan adanya pengolahan limbah cair sebelum di buang ke sumber-sumber air tersebut. Industri kecil dan menengah dapat menggunakan sistem pengolahan limbah cair yang sederhana. Industri-industri besar harus memiliki instalasi pengolahan air limbah sendiri yang memenuhi syarat. Setelah melalui proses pengolahan, apabila limbah cair tersebut masih dapat dimanfaatkan, maka limbah tersebut dapat di daur ulang atau digunakan kembali. Limbah yang tidak dapat

commit to user

dimanfaatkan kembali, sebelum dibuang ke badan air harus memenuhi standar baku mutu limbah cair. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar dan jumlah unsur pencemar yang dapat ditenggang keberadaannya di dalam limbah cair dari suatu jenis kegiatan tertentu yang akan dibuang (Effendi, 2003).

Dari permasalahan tersebut dalam menangani masalah pencemaran yang terjadi di kawasan Kampung Batik Laweyan adalah melalui Program Pengendalian Lingkungan khususnya limbah cair. Upaya yang dilakukan adalah melalui program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan pengembangan dari Teknologi yang didesain untuk pengolahan limbah batik dan printing kalangan UKM (usaha kecil dan menengah) seperti di Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta. Konsep Teknologi IPAL memanfaatkan energi gravitasi secara bejana berhubungan dengan proses biologis, yang tidak perlu in put energi listrik dan bahan kimia.

Penggunaan Teknologi IPAL diperoleh keuntungan, disamping mudah operasional dan perawatan, juga murah (low maintenance). Tujuan utama dari pengolahan air limbah disini ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan maksud ingin mengetahui bagaimana evaluasi implementasi program IPAL (instalasi pengolahan air

commit to user

limbah) di kawasan industri kampung batik laweyan ditinjau dari kriteria atau indikator terkait evaluasi implementasi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Implementasi Program IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di Kawasan Industri Kampung Batik Laweyan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Operasional

a. Untuk mengetahui implementasi Program IPAL dilaksanakan di Kampung Batik Laweyan.

b. Untuk mengetahui hasil implementasi program IPAL di Kampung

Batik Laweyan yang dicapai bermnfaat atau tidak.

2. Tujuan Fungsional Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Dinas atau Instasi terkait khususnya Badan Lingkungan Hidup Kota Surakarta dalam pengendalian lingkungan hidup khususnya pada pengelolaan air limbah dengan menggunakan penerapan sistem IPAL di Kampung Batik Laweyan.

3. Tujuan Individual Sebagai persyaratan guna meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Badan Lingkungan Hidup (Pemerintah) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi institusi Lingkungan Hidup dalam upaya mengurangi atau menanggulangi permasalahan pencemaran yang diakibatkan oleh air limbah.

2. Manfaat bagi Mahasiswa Sebagai bahan yang mampu memperkaya penelitian-penelitian yang ada sebelumnya dan juga sebagai acuan yang dapat membantu para peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah dengan menggunakan IPAL.

3. Manfaat bagi Masyarakat Umum Memberikan pengetahuan tentang pengelolaan air limbah dengan menggunakan IPAL khususnya limbah didaerah Kampung Batik Laweyan kepada masyarakat secara umum.

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik dan Implementasi Kebijakan

Istilah kebijakan dalam bahasa Inggris policy yang dibedakan dari kata wisdom yang berarti kebijaksanaan atau kearifan. Kebijakan merupakan pernyataan umum perilaku daripada organisasi. Menurut pendapat Alfonsus Sirait dalam bukunya Manajemen mendefinisikan kebijakan, sebagai berikut: “Kebijakan merupakan garis pedoman untuk pengambilan keputusan” (Sirait, 1991:115). Kebijakan merupakan sesuatu yang bermanfaat dan juga merupakan penyederhanaan system yang dapat membantu dan mengurangi masalah-masalah dan serangkaian tindakan untuk memecahkan masalah tertentu, oleh sebab itu suatu kebijakan dianggap sangat penting.

Wiliiam N. Dunn menyebut istilah kebijakan publik adalah: “Kebijakan Publik (Public Policy) adalah pola ketergantungan

yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah” (Dunn, 2003:132).

Kebijakan publik sesuai apa yang dikemukakan oleh Dunn mengisyaratkan adanya pilihan-pilihan kolektif yang saling bergantung satu dengan yang lainnya, dimana didalamnya keputusan-keputusan untuk melakukan tindakan. Kebijakan publik yang dimaksud dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Suatu kebijakan apabila telah dibuat, maka harus diimplementasikan untuk dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang

commit to user

memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia, serta dievaluasikan agar dapat dijadikan sebagai mekanisme pengawasan terhadap kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

Menurut Thomas R. Dye (Budi Winarno, 2008:17) juga menyebutkan bahwa kebijakan adalah : “kebijakan adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk

dilakukan dan tidak dilakukan. Batasan yang diberikan oleh Dye disini dianggap agak tepat, namun batasan disini tidak cukup memberi pembedaan yang jelas antara apa yang diputuskan oleh pemerintah untuk dilakukan dan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah.”

Menurut Robert Eyestone (Budi Winarno, 2008:17) menyebutkan bahwa kebijakan adalah hubungan suatu unit pemerintah dengan lingkunganya. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan keputusan yang dibuat Negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan Negara yang bersangkutan.

Implementasi Kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan tahap dari proses kebijakan segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-

commit to user

program, Hal ini dikemukakan oleh Lester dan Stewart ( dalam Winarno, 2008 : 144). Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat menapai tujuannya, tidak kurang tidak lebih.untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program atau mlalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut (Nugroho, 2009 : 494).

Menurut pendapat lain (dalam Winarno, 2008 : 146), Van Meter dan Van Horn telah membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok), pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan- tujuan dan sasaran-sasaran dari suatu kebijakan itu ditetapkan atau diidentifikasikan oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.

commit to user

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam proses kebijakan. Artinya implementasi kebijakan menentukan keberhasilan suatu proses kebijakan dimana tujuan serta dampak kebijakan dapat dihasilkan. Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat (Udoji, dalam Wahab, 2010:59) bahwa:

“The execution of policies is as important if not more important than policy making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented” (pelaksanaan kebijakasanaan adala sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebi penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan-kebijaksanaan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan).

Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang ditetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output). Implementasi mencakup tindakan-tindakan (tanpa tidakan-tindakan) oleh berbagai aktor, khususnya para birokrat, yang dimaksudkan untuk membuat program berjalan, implementasi mencakup banyak macam kegiatan:

1. Badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggungjawab menjalankan program harus mendapatkan sumber- sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar.

2. Badan-badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-arahan konkret, regulasi, serta rencana-rencana dan desain program.

commit to user

3. Badan-badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan-kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja (Budi Winarno, 2007:145)

Sementara itu, Grindle juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan secara umum, tugas implementasi adalah membentuk suatu kajian (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari suatu kegiatan pemerintah. Selanjutnya, Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya. Yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan saran- saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah UU ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut (Budi Winarno, 2007:146-147).

B. Evaluasi Kebijakan dan Evaluasi Implementasi

Evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan yang ditentukan (Darwin, 1994: 34). Evaluasi merupakan penilaian terhadap suatu persoalan yang umumnya menunjuk baik

commit to user

buruknya persoalan tersebut. Dalam kaitannya dengan suatu program biasanya evaluasi dilakukan dalam rangka mengukur efek suatu program dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. (Hanafi & Guntur, 1984: 16). Evaluasi kebijakan dilakukan untuk mengetahui 4 aspek (Wibawa, 1994:

9) yaitu:

1. Proses pembuatan kebijakan,

2. Proses implementasi kebijakan,

3. Konsekuensi kebijakan,

4. Efektivitas dampak kebijakan

Sementara itu Pall (1987: 52) membagi evaluasi kebijakan kedalam empat kategori, yaitu: 1) Planning and need evaluations, 2) Process evaluations, 3) Impact evaluations, 4) Efficiency evaluations,

Menurut Ripley (1985:19), evaluasi implementasi kebijakan adalah evaluasi yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap proses.

2. Dilaksanakan dengan menambah pada perspektif apa yang terjadi selain kepatuhan.

3. Dilakukan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek.

commit to user

Menurut William E. Kovacic (2006) mengemukakan :

Evaluations may indicate needed adjustments in the competition agency’s statutory authority. In recent decades, many competition authorities have sought and obtained important enhancements in the framework of laws, and there is every reason to believe that a key to effectiveness over time will be the installation of periodic upgrades to account for past experience and new conditions. A program of performance measurement and evaluation can supply a better empirical foundation for designing and justifying needed changes.(Evaluasi dapat menunjukkan perubahan yang dibutuhkan dalam otoritas legal lembaga persaingan itu. Dalam beberapa dekade terakhir, otoritas persaingan banyak dicari dan diperoleh tambahan penting dalam kerangka hukum, dan ada setiap alasan untuk percaya bahwa kunci untuk efektivitas dari waktu ke waktu akan menjadi instalasi upgrade berkala untuk memperhitungkan pengalaman masa lalu dan kondisi baru. Sebuah program pengukuran kinerja dan evaluasi dapat menyediakan dasar empiris yang lebih baik untuk merancang dan membenarkan perubahan dibutuhkan).

Mengenai konsep implementasi sendiri, Presman dan Wildavsky (dalam Wahab, 2002: 60) mengartikannya, sebagai “to carry out, accomplish, fulfill, produce, complete”. Sedangkan Van Horn dan Van Meter (dalam Wibawa, 1994) mengartikan sebagai ”Those action by public an private individual (or groups) that are directed at the achiefment of objectives set fort in prior policy decisions”.

Dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan (Udoji, dalam Abdul Wahab, 1991: 45). Implementasi kebijakan merupakan jembatan yang menghubungkan formulasi kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakan yang diharapkan.

commit to user

Menurut Anderson (1979: 68), ada 4 aspek yang perlu dikaji dalam implementasi kebijakan yaitu: 1) siapa yang mengimplementasikan,

2) hakekat dari proses administrasi, 3) kepatuhan, dan 4) dampak dari pelaksanaan kebijakan.

Linberry (dalam Putra, 2003:81) juga menyatakan bahwa proses implementasi setidak-tidaknya memiliki elemen-elemen sebagai berikut : (1) pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana; (2) penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (standard operating procedures/SOP); (3) koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran; pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas/ badan pelaksana; (4) pengalokasian sumber- sumber ubntuk mencapai tujuan.

Menurut Effendi (dalam Nugroho, 2003: 194) tujuan dari evaluasi implementasi kebijakan publik adalah untuk mengetahui variasi-variasi dalam indikator kinerja yang digunakan untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu: (1) Bagaimana kinerja implementasi kebijakan publik? (2) Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan variasi itu? (3) Bagaimana strategi meningkatkan kinerja implementasi kebijakan publik?

Lester dan Steward (dalam Nugroho, 2003:197) mengelompokkan evaluasi implementasi kebijakan menjadi empat , yaitu:

commit to user

1. Evaluasi proses: evaluasi yang berkenaan dengan proses implementasi.

2. Evaluasi impact : evaluasi yang berkenaan dengan hasil dan/atau pengaruh dari implementasi kebijakan.

3. Evaluasi kebijakan: evaluasi yang berusaha menjawab pertanyaan tentang apakah benar hasil yang dicapai mencerminkan tujuan yang dikehendaki.

4. Metaevaluasi: berkenaan dengan evaluasi dari berbagai implementasi kebijakan-kebijakan yang ada untuk menemukan kesamaan-kesamaan tertentu.

Kepatuhan menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur / standard aturan yang telah di tetapkan. Sementara untuk “what’s happening” mempertanyakan bagaimana proses implementasi itu dilakukan, hambatan apa yang muncul, apa yang berhasil dicapai, mengapa dan sebagainya.

Mengevaluasi suatu program atau kebijakan publik diperlukan adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan publik tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat kriteria evaluasi dimana kriteria ini peneliti gunakan sebagai indikator penelitian dalam mengevaluasi implementasi program IPAL di kawasan industri kampung batik Laweyan Surakarta. Peneliti menggunakan indikator evaluasi yang di ungkapkan dunn. Alasan peneliti memilih kriteria ini sebagai indikator karena

commit to user

indikator ini merupakan indikator-indikator yang paling cocok untuk membantu penulis mengetahui bagaimana evaluasi implementasi dari program IPAL di kampung Batik Laweyan sehingga dapat menjadi pedoman peneliti selama di lapangan. Indikatornya sebagai berikut :

Tabel II.1

Kriteria Evaluasi (Indikator Evaluasi)

TIPE KRITERIA

Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai?

Unit pelayanan

diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan?

Unit biaya Manfaat bersih Rasio biaya-manfaat

Kecukupan

Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah?

Biaya tetap (masalah tipe I) Efektivitas tetap (masalah tipe II) Perataan

Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada

kelompok-kelompok

tertentu?

Kriteria Pareto Kriteria kaldor-Hicks Kriteria Rawls

preferensi atau nilai kelompok- kelompok tertentu?

Konsistensi dengan survai warga negara

(Sumber: Dunn, 2003:610 “Analisis Kebijakan Publik”)

commit to user

Kriteria-kriteria di atas merupakan tolak ukur atau indikator dari evaluasi kebijakan publik. Dikarenakan penelitian ini menggunakan metode kualitatif maka pembahasan dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan yang dirumuskan oleh William N. Dunn untuk setiap kriterianya. Sedangkan untuk ilustrasi dilihat dari tabel di atas pembahasannya lebih kepada metode kuantitatif. Untuk lebih jelasnya setiap indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut

a. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga hasil guna. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk dalam bukunya Organization Theory and Design yang mendefinisikan efektivitas adalah That is, the greater the extent it which an organization`s goals are met or surpassed, the greater its effectiveness (Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas) (Gedeian, 1991:61).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa apabila pencapaian tujuan- tujuan daripada organisasi semakin besar, maka semakin besar pula efektivitasnya. Pengertian tersebut dapat disimpulkan adanya pencapaian tujuan yang besar daripada organisasi, maka makin besar pula hasil yang akan dicapai dari tujuan-tujuan tersebut. William N. Dunn dalam bukunya

commit to user

yang berjudul Pengantar Analisis Kebijakan Publik: Edisi Kedua, menyatakan bahwa:

“Efektivitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah suatu alternative mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Yang secara dekat berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan atau nilai moneternya” (Dunn, 2003:429).

Apabila setelah pelaksanaan kegiatan kebijakan publik ternyata dampaknya tidak mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa suatu kegiatan kebijakan tersebut telah gagal, tetapi adakalanya suatu kebijakan publik hasilnya tidak langsung efektif dalam jangka pendek, akan tetapi setelah melalui proses tertentu. Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Ditinjau dari segi pengertian efektivitas usaha tersebut, maka dapat diartikan bahwa efektivitas adalah sejauhmana dapat mencapai tujuan pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas pokok, kualitas produk yang dihasilkan dan perkembangan. Berdasarkan definisi tersebut, peneliti beranggapan bahwa efektivitas bisa tercipta jika pesan yang disampaikan dapat mempengaruhi khalayak yang diterpanya.

Menurut pendapat David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey dalam bukunya Individual and Society yang dikutip Sudarwan

commit to user

Danim dalam bukunya Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok menyebutkan ukuran efektivitas, sebagai berikut:

1. Jumlah hasil yang dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output).

2. Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat kuantitatif (berdasarkan pula jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif (berdasarkan pada mutu).

3. Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan.

4. Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar yang tinggi.

(Dalam Danim, 2004:119-120).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ukuran daripada efektivitas diharuskan adanya suatu perbandingan antara masukan dan keluaran. Ukuran daripada efektivitas mesti adanya tingkat kepuasan dan adanya penciptaan hubungan kerja yang kondusif serta intensitas yang tinggi. Artinya ukuran daripada efektivitas adalah adanya keadaan rasa saling memiliki dengan tingkatan yang tinggi. Adapun menurut pendapat

commit to user

Cambell yang dikutip oleh Richard M. Steers dalam bukunya Efektivitas Organisasi menyebutkan beberapa ukuran daripada efektivitas, yaitu:

1. Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;

2. Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;

3. Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;

4. Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi

terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi tersebut;

5. Penghasilan yaitu jumlah sumber daya yang masih tersisa setelah

semua biaya dan kewajiban dipenuhi;

6. Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi

sekarang dan masa lalunya;

7. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya

sepanjang waktu;

8. Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat

pada kerugian waktu;

9. Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan, yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki;

10. Motivasi artinya adanya kekuatan yang muncul dari setiap individu untuk mencapai tujuan;

commit to user

11. Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan mengkoordinasikan;

12. Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan terhadap rangsangan lingkungan;

(Dalam Steers, 1985:46-48).

Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.

b. Efisiensi

Efektivitas dan efisiensi sangatlah berhubungan. Apabila kita berbicara tentang efisiensi bilamana kita membayangkan hal penggunaan sumber daya (resources) kita secara optimum untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Maksudnya adalah efisiensi akan terjadi jika penggunaan sumber daya diberdayakan secara optimum sehingga suatu tujuan akan tercapai.

Adapun menurut William N. Dunn berpendapat bahwa:

“Efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu. Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi biasanya

commit to user

ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau layanan. Kebijakan yang mencapai efektivitas tertinggi dengan biaya terkecil dinamakan efisien” (Dunn, 2003:430).

Apabila sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kebijakan publik ternyata sangat sederhana sedangkan biaya yang dikeluarkan melalui proses kebijakan terlampau besar dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Ini berarti kegiatan kebijakan telah melakukan pemborosan dan tidak layak untuk dilaksanakan.

c. Kecukupan

Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. William N. Dunn mengemukakan bahwa kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah (Dunn, 2003:430). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau memprediksi seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi.

Hal ini, dalam kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan. Kriteria tersebut berkenaan dengan empat tipe masalah, yaitu:

commit to user

1. Masalah Tipe I. Masalah dalam tipe ini meliputi biaya tetap dan efektivitas yang berubah dari kebijakan. Jadi, tujuannya adalah memaksimalkan efektivitas pada batas risorsis yang tersedia.

2. Masalah Tipe II. Masalah pada tipe ini menyangkut efektivitas yang sama dan biaya yang berubah dari kebijakan. Jadi, tujuannya adalah untuk meminimalkan biaya.

3. Masalah Tipe III. Masalah pada tipe ini menyangkut biaya dan

efektivitas yang berubah dari kebijakan.

4. Masalah Tipe IV. Masalah pada tipe ini mengandung biaya sama dan juga efektivitas tetap dari kebijakan. Masalah ini dapat dikatakan sulit dipecahkan karena satu-satunya alternatif kebijakan yang tersedia barangkali adalah tidak melakukan sesuatu pun.

(Dunn, 2003:430-431)

Tipe-tipe masalah di atas merupakan suatu masalah yang terjadi dari suatu kebijakan sehingga dapat disimpulkan masalah tersebut termasuk pada salah satu tipe masalah tersebut. Hal ini berarti bahwa sebelum suatu produk kebijakan disahkan dan dilaksanakan harus ada analisis kesesuaian metoda yang akan dilaksanakan dengan sasaran yang akan dicapai, apakah caranya sudah benar atau menyalahi aturan atau teknis pelaksanaannya yang benar.

commit to user

d. Perataan

Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik. William N. Dunn menyatakan bahwa kriteria kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat (Dunn, 2003:434). Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata. Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.

Seberapa jauh suatu kebijakan dapat memaksimalkan kesejahteraan sosial dapat dicari melalui beberapa cara, yaitu:

1. Memaksimalkan kesejahteraan individu. Analis dapat berusaha untuk memaksimalkan kesejahteraan individu secara simultan. Hal ini menuntut agar peringkat preferensi transitif tunggal dikonstruksikan berdasarkan nilai semua individu.

2. Melindungi kesejahteraan minimum. Di sini analis mengupayakan peningkatan kesejahteraan sebagian orang dan pada saat yang sama melindungi posisi orang-orang yang dirugikan (worst off). Pendekatan ini didasarkan pada kriteria Pareto yang menyatakan bahwa suatu keadaan sosial dikatakan lebih baik dari yang lainnya jika paling tidak ada satu orang yang diuntungkan dan tidak ada

commit to user