PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

(SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: HANINDYA PUTRA

NIM. F0308118

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HALAMAN MOTTO

Puncak diri adalah kemenangan atas rasa takut (Spencer Johnson)

Sometimes when you innovate, you make mistakes. It is best to admit them quickly, and get on with improving your other innovations

(Steve Jobs)

Kejarlah apa yang ada dalam Pikiran besar Anda, namun hargai apa yg ada dlm genggaman kecil Anda

(Bong Chandra)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada: Ayah dan Ibu-ku tercinta yang selalu memberikan nasihat,

semangat, dan doa Ratih Kusumadewi yang selalu memotivasi dan mendukungku Semua sahabat-sahabatku yang selama ini selalu bersama, baik

suka maupun duka Serta Almamaterku tercinta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA (SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI).

Adapun skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai Gelar Sarjana Ekonomi pada Program S1 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanoa adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Santosa Tri Hananto, MSi, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Doddy Setyawan, SE, MSi., Ak selaku pembimbing akademik yang telah berkenan untuk memberikan pengarahan selama penulis menempuh perkuliahan.

4. Sri Murni, SE, M.Si., Ak selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Halim Dedy Perdana, SE., MSM., M.Rech., Ak dan Sutaryo, SE, M.Si., Ak selaku penguji skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Segenap keluarga yang selalu memberi dukungan, semangat,dan doa.

8. Seluruh teman-teman formasi, kelas G (Yosi, Ari, Padang), anak-anak perantauan (Wistu, Bembeng, Wibi, Riki, Ana, Ani, Lyli), sahabat galau (wis-wis ”si perfect”, Venddy ”si heboh”, Adit ”si bose”, Isnan “si galau”, Abi “si tenar”, Agung ”si labil”), teman-teman tenis di kentingan, Mas Dito, especially Ratih Kusumadewi. Kalian takkan pernah terlupakan. Terima kasih.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsin ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 1 November 2012

Penulis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional ……………………………………

B. Prestasi Belajar ……………………………………………

1. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar …………

2. Fungsi Prestasi Belajar ………………………...……...

C. Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………...………

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis ………

BAB III

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ……………………...…………………....

B. Populasi dan Sampel Penelitian ..……………………..…...

C. Definisi Operasional Variabel …………............................

D. Instrumen Penelitian .. ……………………………………..

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………...

F. Teknik Analisis Data ……………………………………....

1. Statistik Deskriptif …………………………….............

2. Pengujian Kualitas Data …………………………….....

a. Uji Validitas ……………………………………….. 34

b. Uji Reliabilitas …………………………………….. 35

c. Uji Asumsi Klasik …………………………….......

1) Uji Normalitas …………………………….......

3) Uji Heteroskedastisitas …………………….. 37

4) Uji Autokorelasi ……………………………. 38

3. Pengujian Hipotesis ……………………………............. 39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………………….......... 42 Statistik Deskriptif ……………………………..................... 44

B. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas …………………………............................. 47

2. Uji Reliabilitas …………………………......................... 53

C. Pengujian Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas …………………………......................... 54

2. Uji Multikolonieritas …………………………............... 56

3. Uji Heteroskedastisitas …………………………............ 57

4. Uji Autokorelasi …………………………...................... 59

D. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Model 1 …………………………….............. 60

2. Pengujian Model 2 …………………………….............. 62

E. Pembahasan

1. Pengujian Model 1 …………………………….............. 66

2. Pengujian Model 2 …………………………….............. 67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan ……………....................................................... 75

B. Keterbatasan …………….....................................................

76

C. Saran …………….................................................................

76

DAFTAR PUSTAKA ……………....................................................................

77

LAMPIRAN ……………..................................................................................

81

DAFTAR TABEL

TABEL 1 Kisi-kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional …………………..

TABEL 2 Deskripsi Kuesioner ……………………….…………………..

TABEL 3 Statistik Deskriptif ………………..…………………………..

TABEL 4 Hasil Uji Validitas Variabel Mengenali Emosi Diri (X 1 ) ..…..

TABEL 5 Hasil Uji Validitas Variabel Mengelola Emosi Diri (X 2 ) …….

TABEL 6 Hasil Uji Validitas Variabel Memotivasi Diri Sendiri (X 3 ) …..

TABEL 7 Hasil Uji Validitas Variabel Mengenali Emosi Orang Lain (X 4 ).. 52

TABEL 8 Hasil Uji Validitas Variabel Membina Hubungan (X 5 ) ……….. 53

TABEL 9 Hasil Uji Reliabilitas ………………………….………………… 54

TABEL 10 Hasil Uji Kolmogorov – Smirnov ………………………….…… 55

TABEL 11 Hasil Uji Multikolinieritas …………………………..………….. 57

TABEL 12 Hasil Uji Run Test ………………………………………………. 59

TABEL 13 Hasil Analisis Regresi Model 1 …………………………………. 60

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Belajar ……………………………………… 24

GAMBAR 2 Kurva Normal P-Plot Of Regression Standarized Residual (Model 1) …………………………………………………….. 55

GAMBAR 3 Kurva Normal P-Plot Of Regression Standarized Residual (Model 2) ……………………………………………………

56

GAMBAR 4 Grafik Scatterplot (Model 1) …….…….…………………...

58

GAMBAR 5 Grafik Scatterplot (Model 2) ….…………………………....

58

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Untuk S1 ……………………………………………..

Lampiran 2 Kuesioner Untuk D3 …………………………………………….

Lampiran 3 Data Penelitian ………………………………………………….

Lampiran 4 Statistik Deskriptif ……………………………………………… 101

Lampiran 5 Uji Validitas …………………………………………………… 103

Lampiran 6 Uji Reliabilitas …………………………………………………. 108

Lampiran 7 Uji Asumsi Klasik ……………………………………………… 111

Lampiran 8 Analisis Regresi ……………………………………………….. 113

BELAJAR MAHASISWA PROGRAM AKUNTANSI

(SURVEY TERHADAP MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI)

Hanindya Putra

F0308118

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti terkait pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa program studi akuntansi dengan menggunakan metode survei. Untuk tujuan tersebut penelitian ini memperoleh sampel sebanyak 218 mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang terdiri dari mahasiswa S1 Akuntansi angkatan 2008, S1 Transfer Akuntansi angkatan 2010, D3 Akuntansi angkatan 2009, dan D3 Pajak angkatan 2009 dan telah menempuh mata kuliah magang. Untuk pengujian data, penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software komputer statistik SPSS versi 17.0 untuk mengolah data. Pengujian data dilakukan meliputi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi sebagai syarat pengujian regresi. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa data telah bebas dari asumsi klasik. Dalam pengujian regresi, hasil pengujian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan dengan keterbatasan yang dimungkinkan berpengaruh terhadap hasil penelitian, yaitu penelitian ini hanya menggunakan sampel mahasiswa program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan metode yang digunakan hanya menggunakan metode survei.

Kata kunci: Kecerdasan emosional, dan prestasi belajar.

PERFORMANCE STUDENTS PROGRAM ACCOUNTING (SURVEY OF ACCOUNTING STUDENTS PROGRAM)

Hanindya Putra F0308118

The study aims to obtain evidence relating the influence of emotional intelligence to academic performance of accounting courses by using the survey method. For the purpose of this study is to obtain a sample of 218 students of Accountancy Studies Program Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta consist of S1 Accounting class of 2008, S1 Accounting Transfer class of 2010, D3 Accounting class of 2009, and D3 Tax class of 2009 has taken an internship course. In test data, this study used multiple linier regression model with using software statistical SPSS version 17.0 to test data. The test data include the classical assumption test which consist of normality, multikolonier, heteroskedasticity, and autocorrelation. As a regression test. The result showed the classical assumption that the data has been free from classical assumption. In regression testing, test results show that emotional intelligence significantly affect academic performance of accounting courses of the Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta. The research was conducted with various limitations that may affect the results of the research, this research only use a sample accounting student of the Faculty of Economics, Sebelas Maret University Surakarta and only use the survey method.

Keywords: emotional intelligence, academic performance

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dilihat dari perkembangan zaman, orang-orang dituntut untuk bersaing dan berkompetisi di segala aspek kehidupan. Agar seseorang dapat

mengatasi persaingan dan dapat bertahan dalam kompetisi tersebut maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia berkualitas, pendidikan merupakan sektor yang sangat penting.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia lebih dititikberatkan pada pengembangan kecerdasan masing-masing individu. Suatu kualitas pendidikan biasanya diidentikan dengan keunggulan intelektual sehingga, secara tidak sadar, muncul sikap untuk berkompetisi antar individu. Jika seseorang telah terobsesi oleh kompetensi, mereka akan melihat alur kehidupan sebagai sesuatu yang harus dimenangkan. Sebaliknya, bagi seseorang yang tidak suka dalam berkompetisi, mereka akan cenderung akan lebih bersifat pasrah dan hanya mengandalkan keberuntungan. Mereka juga melihat kehidupan ini sebagai ramalan nasib sehingga, sulit untuk memilki semangat dan motivasi untuk bersaing dalam kompetisi (Pramudita, 2006).

Kecerdasan emosi penting bagi lulusan pendidikan tinggi akuntansi. Kecerdasan emosional memandu kita untuk mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta untuk menggapainya dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya (Hidayat, 2011).

Proses belajar mengajar dalam berbagai aspeknya sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional mahasiswa. Kecerdasan emosional ini mampu melatih kemampuan mahasiswa tersebut, yaitu kemampuan untuk mengelola perasaannya, kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri, kesanggupan untuk tegar dalam menghadapi frustasi, kesanggupan mengendalikan dorongan dan menunda kepuasan sesaat, mengatur suasana hati yang relatif, serta mampu berempati dan bekerja sama dengan orang lain. Kemampuan- kemampuan ini mendukung seorang mahasiswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya (Rachmi, 2010).

Dalam penelitian Goleman (2002) menjelaskan bahwa, kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan sisanya 80% yaitu menyumbang faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Dalam proses belajar peserta didik, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak bekerja dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar peserta didik, sehingga disimpulkan bahwa kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang terutama dalam dunia bisnis maupun sosial (Goleman, 2002).

Perlunya mengkaitkan antara prestasi mahasiswa dengan penilaian yang berhubungan dengan emosi adalah bahwa kecerdasan emosi ternyata lebih banyak memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mencari manfaat dan potensi mereka, serta mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang mereka pikirkan menjadi apa yang mereka jalani dalam aktivitas sehari-hari. Emosi berlaku sebagai sumber energi, autentisitas dan semangat manusia yang paling kuat, yang bisa Perlunya mengkaitkan antara prestasi mahasiswa dengan penilaian yang berhubungan dengan emosi adalah bahwa kecerdasan emosi ternyata lebih banyak memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk mencari manfaat dan potensi mereka, serta mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam, mengubahnya dari apa yang mereka pikirkan menjadi apa yang mereka jalani dalam aktivitas sehari-hari. Emosi berlaku sebagai sumber energi, autentisitas dan semangat manusia yang paling kuat, yang bisa

Menurut Goleman (2002), khusus pada orang-orang yang murni hanya memiliki kecerdasan akademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang seperti ini sering menjadi sumber masalah. Karena sifat-sifat di atas, bila seseorang memiliki IQ tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Goleman (2002) juga menyatakan bahwa kemampuan akademik bawaan, nilai rapor dan predikat kelulusan pendidikan tinggi tidak memprediksi seberapa baik kinerja seseorang sesudah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang dicapai dalam hidup. Sedangkan seperangkat kemampuan khusus seperti empati, disiplin diri dan inisiatif mampu membedakan orang- orang sukses dari orang yang berprestasi biasa-biasa saja. Faktor ini dikenal

sebagai kecerdasan emosional (EQ). Goleman berusaha mengubah pandangan tentang IQ yang menyatakan keberhasilan ditentukan oleh intelektualitas belaka. Peran IQ dalam dunia kerja ternyata hanya menempati posisi kedua setelah kecerdasaan emosi dalam menentukan peraihan prestasi puncak. Goleman tidak mempertentangkan IQ (kecerdasaan kognisi) dan EQ (kecerdasan emosional), melainkan memperlihatkan adanya kecerdasaan yang bersifat emosional, ia berusaha menemukan keseimbangan cerdas antara emosi dan kognisi.

Puncak kecerdasan emosional akan dapat dicapai jika seseorang mencapai keadaan flow, yaitu sebuah keadaan ketika seseorang sepenuhnya

terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, dan kesadarannya menyatu dengan tindakan. Flow

merupakan prasyarat penguasaan keahlian tertentu, profesi, atau seni. Proses belajarpun memprasyaratkannya. Mahasiswa–mahasiswa yang belajar saat memasuki keadaan flow, maka prestasinya akan lebih baik, terlepas dari bagaimana potensi mereka diukur oleh tes–tes prestasi, tulis Goleman (dalam Efendi, 2005: 184). Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan prestasi.

Terdapat beberapa penelitian sebelumnya tentang kecerdasan emosional antara lain penelitian yang dilakukan Rahayu, Anna, dan Said (2008) melakukan penelitian tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi Terdapat beberapa penelitian sebelumnya tentang kecerdasan emosional antara lain penelitian yang dilakukan Rahayu, Anna, dan Said (2008) melakukan penelitian tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi

Bahtiar (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarsiswa kelas 2 SMA Negeri 2 Mataram. Pada penelitian ini, menggunakan nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu sebagai objek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak akademis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi prestasi belajar.

Yuniani (2010) meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Penelitian tersebut menggunakan

metode purposive sampling yaitu mahasiswa fakultas ekonoimi jurusan akuntansi regular semester 7 dan telah menempuh minimal 120 SKS. variabel kecerdasan emosional yang diukur yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati, dan ketrampilan sosial. Hasil penelitian tersebut yaitu variabel pengenalan diri, pengendalian diri, dan motivasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Sedangkan variabel empati, dan ketrampilan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Hakim (2012) meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa universitas gunadarma. Sampel pada penelitian tersebut yaitu mahasiswa akuntansi Universitas Gunadarma yang sudah menyelesaikan 8 mata kuliah akuntansi. Variabel independen yang digunakan yaitu pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati ,dan kemampuan sosial. Hasil yang diperoleh pada penelitian tersebut bahwa kecerdasan emosional yang terdiri dari pengenalan diri, pengendalian diri, motivasi, empati ,dan kemampuan sosial masing-masing variabelnya tidak ada yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingakt pemahaman akuntansi.

Dari hasil penelitian-penelitian diatas, masih tidak konsisten pada hasil yang diperoleh dalam meneliti pengaruh antara kecerdasan emosional dengan

prestasi belajar. Untuk itu peneliti termotivasi melakukan penelitian tentang kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar untuk memberikan bukti yang konsisten dengan peneliti-peneliti sebelumnya.

Penelitian ini mengacu dari penelitian dari Yahaya, Azizi, et. al (2011) yang berjudul The relationship of dimensions of emotional intelligence and academic performance in secondary school students. Penelitian tersebut menguji dimensi dari kecerdasan emosional terhadap prestasi akademik. Hasil penelitian tersebut yaitu kecerdasan emosional berpengaruh terhadap prestasi akademik, baik parsial maupun bersama-sama.

Dari penelitian sebelumnya tersebut, maka peneliti berniat untuk mengangkat tema ini serta untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pada model penelitian dan sampel yang digunakan. Pada penelitian Yahaya, Azizi, et. al (2011), menggunakan tiga model penelitian. Model pertama, yaitu menguji variabel kesadaran diri, memotivasi diri, dan empati terhadap prestasi belajar. Model kedua, yaitu menguji kesadaran diri dan empati terhadap memotivasi diri. Dan model ketiga, yaitu menguji kesadaran diri terhadap empati. Pada penelitian ini, menggunakan dua model. Model pertama, yaitu menguji kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa. Dan model kedua, yaitu menguji lima dimensi kecerdasan emosional yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Pada penelitian Yahaya, Azizi, et. al (2011), mengambil sampel 370 siswa SMA di Johor Bahru Malaysia, sedangkan pada penelitian ini mengambil sampel mahasiswa program D3 Akuntansi dan D3 Pajak, mahasiswa S1 Reguler Akuntansi dan mahasiswa S1 Transfer Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

B. Perumusan Masalah

Penelitian tentang kecerdasan emosional ini dilakukan dalam rangka mengetahui bagaimana korelasinya terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh positif antara variabel kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara kecerdasan emosional (EI) terhadap prestasi belajar mahasiswa dan juga untuk

mengetahui pengaruh antara dimensi kecerdasan emosional yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri,

mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan terhadap prestasi belajar mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang di ukur dengan menggunakan indeks prestasi mahasiswa (IPK).

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain yaitu :

1. Bagi akademisi, penelitian ini berguna untuk menambah kajian teoritis tentang konsep kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa 1. Bagi akademisi, penelitian ini berguna untuk menambah kajian teoritis tentang konsep kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa

2. Bagi praktisi, penelitian ini berguna untuk dijadikan acuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konsep

kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa.

E. Sistematika Skripsi

Agar lebih memudahkan dalam memahami tentang pokok-pokok pikiran yang ada dalam penelitian ini, penulis memberikan kerangka wacana yang saling berkaitan berupa sistematika skripsi yang disusun secara sitematis, sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang diadakannya penelitian ini, yaitu tentang bagaimanakah pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Sebelas Maret, rumusan masalah yang berasal dari latar belakang masalah, tujuan penelitian yang hendak dicapai, serta manfaa penelitian yang dapat diperoleh. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas tentang konsep-konsep dasar dan teori yang digunakan dalam membahas rumusan masalah. Landasan teori merupakan suatu pedoman bagi penulis dala menerapkan teori dalam membahas Pada bab ini membahas tentang konsep-konsep dasar dan teori yang digunakan dalam membahas rumusan masalah. Landasan teori merupakan suatu pedoman bagi penulis dala menerapkan teori dalam membahas

Pada bab ini menjelaskan metode dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kuantitatif. Bab ini meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional dan pengukuran variabel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelasan tentang hasil-hasil penelitian setelah berbagai data diolah.

BAB V : PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian terhadap objek secara keseluruhan, serta merupakan suatu jawaban dari rumusan masalah yang berupa ringkasan pembahasan, menjelaskan keterbatasan penelitian ini, dan memberikan saran penulis yang dapat menjadi bahan masukan yang berguna bagi pembaca untuk meningkatkan kemampuan diri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosional pertama kali dikemukakan oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard university dan John Mayer dari Universitas of

New Hampshire pada tahun 1990 yang bertujuan untuk menjelaskan kualitas- kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan seseorang. Salovey dan Mayer mula-mula mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain, memilah- milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Lawrence E. Shapiro, 1997: 8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional (Wahyuningsih, 2004).

Kehidupan seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh emosi, baik itu emosi yang bernilai positif maupun yang bernilai negatif. Untuk itu diperlukan adanya kecerdasan emosi agar dapat mengenali dan mengelola emosi dengan baik. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk Kehidupan seseorang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh emosi, baik itu emosi yang bernilai positif maupun yang bernilai negatif. Untuk itu diperlukan adanya kecerdasan emosi agar dapat mengenali dan mengelola emosi dengan baik. Kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk

Sementara Cooper dan Sawaf (2003) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, mengahargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Kecerdasan emosi juga bukan berarti memberikan kebebasan pada perasaan untuk berkuasa melainkan mengelola perasaan sedemikian rupa

sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif yang memungkinkan seseorang untuk bekerja sama secara efektif dengan lancar menuju sasaran

bersama. Kecerdasan emosional membimbing kita untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri dan orang lain serta untuk menanggapinya dengan cepat, menerapkan dengan efektif infomasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Bulan, 2012).

Kecerdasan emosi merupakan faktor penentu perusahaan dalam karir dan organisasi, termasuk dalam pembuatan keputusan, kepemimpinan, melakukan terobosan teknis dan stategis, komunikasi yang terbuka dan jujur, kerja sama dan hubungan saling mempercayai, serta mengembangkan Kecerdasan emosi merupakan faktor penentu perusahaan dalam karir dan organisasi, termasuk dalam pembuatan keputusan, kepemimpinan, melakukan terobosan teknis dan stategis, komunikasi yang terbuka dan jujur, kerja sama dan hubungan saling mempercayai, serta mengembangkan

Menurut Goleman (2002: 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan sesorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi (to manage our emotional life with intelligence) ; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emostion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Goleman (2003) secara garis besar membagi dua

kecerdasan emosional, yaitu kompetensi personal (pribadi) yang meliputi pengenalan diri (kesadaran diri), pengendalain diri (pengaturan diri), motivasi

diri, dan kompetensi sosial yang terdiri dari empati dan keterampilan sosial. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional yaitu kemampuan mahasiswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Dalam penelitian ini, komponen kecerdasan emosional yang dipakai adalah komponen kecerdasan emosional menurut Goleman (2006), yaitu sebagai berikut :

1. Mengenali Emosi Diri Kemampuan dari mengenali emosi diri ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yaitu kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Maka dari itu seseorang harus mampu mengenali emosi serta efeknya untuk diri sendiri. Kemampuan kesadaran diri adalah kemampuan dalam mengenali emosi diri sendiri dan pengaruhnya, mengetahui kekuatan dan batasan diri sendiri, dan keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri (Goleman, 2002). Kesadaran diri memang merupakan prasyarat untuk mengenali emosi sehingga seseorang mudah dalam menguasai dan mengenali emosi diri sendiri, namun kesadaran diri ini belum dapat menjamin penguasaan emosi. Goleman et. al. dalam bukunya yang berjudul Primal Leadership (2005: 34) mengatakan bahwa tanpa mengenali emosi kita sendiri, kita tidak akan bisa mengelolanya, dan kurang mampu memahami emosi orang lain. Kesadaran diri juga mempunyai peran penting di dalam empati, atau merasakan bagaimana orang lain melihat situasi. Jika seseorang tidak pernah memahami perasaannya sendiri, ia juga tidak bisa mendengarkan perasaan orang lain.

2. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan suatu kemampuan individu dalam menangani emosi diri sehingga dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan

dapat melihat sisi positif suatu peristiwa, dan ketika individu menerima suatu tekanan emosi akan dengan segera pulih kembali. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila individu dapat menghibur diri sendiri, dapat melepas kecemasan serta kemurungannya. Kemampuan control diri (self control) ini merupakan kemampuan dalam mengelola emosi dan dorongan yang merusak,memelihara norma dan kejujuran, bertanggung jawab, keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan terbuka terhadap gagasan baru (Goleman, 2002).

3. Memotivasi diri sendiri Motivasi merupakan dorongan individu untuk berbuat sesuatu yang

lebih baik. Motivasi selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi

dihasilkan dari adanya sikap optimis dan harapan. Optimisme adalah suatu sikap yang menahan sesorang untuk tidak terjerumus dalam sikap masa bodoh atau tidak acuh, keputusasaan, dan depresi pada saat mengalami kekecewaan dan kesulitan hidup (Goleman, 2006). Sedangkan, harapan, menurut Synder (dalam Goleman, 2006) adalah keyakinan bahwa kita memiliki kemampuan maupun cara untuk mencapai sasaran yang diinginkan, apapun bentuk sasaran itu.

4. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Empati merupakan kesadaran individu terhadap perasaan, kebutuhan, kepentingan orang lain, dan dapat menimbulkan hubungan saling percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Kunci untuk memahami emosi orang lain adalah kemampuan untuk membaca pesan nonverbal, seperti nada bicara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah (Goleman, 2006). Seseorang yang mampu mengenali emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri yang tinggi. Selama seseorang dapat terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut memiliki kemampuan untuk membaca serta mengenali perasaan orang lain.

5. Membina Hubungan Merupakan kemampuan individu dalam menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerja sama dalam tim. Dalam membina hubungan dengan orang lain, penting bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, sehingga pesan dari kita dapat diterima dengan jelas dan menghasilkan kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama. Ramah tamah, baik 5. Membina Hubungan Merupakan kemampuan individu dalam menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, dan menciptakan serta mempertahankan hubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerja sama dalam tim. Dalam membina hubungan dengan orang lain, penting bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, sehingga pesan dari kita dapat diterima dengan jelas dan menghasilkan kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama. Ramah tamah, baik

B. Prestasi Belajar

Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dapat dilihat setelah proses belajar. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu yakni perubahan tingkah laku. Hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tingkat kemajuan atau penguasaan yang telah dicapai siswa dalam segala aspek meliputi ranah cipta (prestasi kognitif), ranah rasa (prestasi afektif), dan ranah karsa (prestasi psikomotorik). Dalam mengungkapkan hasil belajar diperlukan beragam norma pengukuran untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Prastiti dan Pujiningsih, 2009).

Prestasi adalah penilaian berupa hasil dari apa yang telah dicapai individu yang merupakan perkembangan dan kemajuan terhadap penguasaan bahan materi atau sesuatu yang disajikan melalui kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok dalam situasi tertentu. Pengertian belajar dapat pula di definisikan sebagai proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang Prestasi adalah penilaian berupa hasil dari apa yang telah dicapai individu yang merupakan perkembangan dan kemajuan terhadap penguasaan bahan materi atau sesuatu yang disajikan melalui kegiatan yang telah dikerjakan baik secara individu maupun kelompok dalam situasi tertentu. Pengertian belajar dapat pula di definisikan sebagai proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

Nasution dalam Puspitasari (2009) mengemukakan, prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor.

Menurut Winkel dalam Kurniawati (2010) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukan kemampuan atau keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya.

Menurut Tu’u (2004) prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai hasil belajar yang dicapai peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas

dengan suatu kegiatan pembelajaran dalam hal penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dibuktikan atau ditunjukkan dengan nilai tes dari hasil evaluasi yang diberikan oleh pendidik.

Prestasi belajar seorang peserta didik di perguruan tinggi dapat digambarkan dengan Indeks Prestasi (IP) yaitu angka yang menunjukkan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam satu kurun waktu tertentu sebelum menyelesaikan seluruh program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang yang dirumuskan sebagai berikut:

Untuk mengetahui perkembangan belajar mahasiswa selama mengikuti pendidikan dapat diketahui dengan melihat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). IPK adalah tingkat keberhasilan mahasiswa pada akhir keseluruhan program pembelajaran yang merupakan rata-rata terimbang dari seluruh mata kuliah yang ditempuh.

Pengukuran variabel prestasi belajar sesuai pada penelitian yang dilakukan Shipley, Natalie, et. al. (2010) yang menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sebagai ukuran prestasi belajar mahasiswa.

1. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Syah (2008) secara global faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam :

a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri sendiri, meliputi :

1) Fisiologis

Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat jasmaniah. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran.

2) Psikologis

Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat rohaniah, meliputi : Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri yang bersifat rohaniah, meliputi :

Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

b) Sikap

Sikap kecenderungan untuk mereaksi atau merespon objek baik secara positif maupun negatif.

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan

datang.

d) Minat

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

e) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal yang mendorong untuk berbuat sesuatu.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial seperti guru, para staf administrasi teman sekelas, orang tua dan lingkungan masyarakat dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang.

2) Lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, keadaan tempat tinggal peserta didik, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian

rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.

2. Fungsi Prestasi Belajar

Menurut Arifin dalam Novikasari (2009) fungsi utama prestasi belajar sebagai berikut:

a. Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik

Dari prestasi belajar dapat diketahui sejauh mana pengetahuan yang telah diberikan dan diajarkan oleh pendidik pada peserta didik dan seberapa besarkah peserta didik dapat menyerap dan menguasai pengetahuan yang telah diberikan tersebut.

b. Lambang pemuasan hasrat ingin tahu

Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (courisity) dan merupakan kebutuhan peserta didik dalam suatu program pendidikan.

c. Bahan informasi dan inovasi pendidikan

Prestasi belajar dapat digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

serta meningkatkan mutu pendidikan.

d. Indikator dalam dan luar dari suatu instituís pendidikan

Indikator dalam berarti bahwa prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Maksudnya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Indikator luar berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

e. Indikator terhadap daya serap atau kecerdasan peserta didik Dalam hal ini peserta didik yang mempunyai daya serap tinggi akan dapat mengingat dan menyerap dengan baik pelajarannya atau pengetahuan yang telah diberikan, sehingga bila mengikuti tes belajar ia tidak mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang mempunyai kelebihan dalam hal menyerap pelajaran atau pengetahuan akan berprestasi tinggi.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Kecerdasan Emosional

Terhadap Prestasi Belajar

Variabel Independen Variabel Dependen

Pada Gambar 2.1 pada penelitian ini menggunakan kecerdasan emosional (EI) sebagai variabel independen dan prestasi belajar (Y) sebagai variabel dependen. Selain itu kerangka pemikiran teoritis diatas juga menjelaskan hubungan antara kecerdasan emosional (EI) dengan prestasi belajar (Y).

Kecerdasan Emosional (EI) Prestasi Belajar (Y)

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh dari kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Serangkaian studi menunjukan bahwa orang yang secara intelektual cerdas seringkali bukanlah orang yang paling berhasil dalam bisnis atau dalam kehidupan keseharian mereka. Dalam beberapa tahun belakangan ini, istilah EI telah diterima menjadi kependekan dari Emotional Intelligence yang setara dengan I.Q.

Schutte et. al. (1998) memperkenalkan tentang studi longitudinal yang ditujukan untuk menguji keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan

prestasi akademik. Schutte et. al. (1998) menghipotesiskan bahwa kecerdasan emosional akan menjadi nilai prediksi bagi prestasi akademik diantara

mahasiswa undergraduate (program level sarjana). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa skor atas kecerdasan emosional secara signifikan menjadi nilai prediksi bagi IPK akademik para mahasiswa program sarjana.

Pada penelitian yang dilakukan Yahaya dan Boon (2005) tentang kecerdasan emosi dan hubungannya dengan pencapaian akademik dan tingkah laku pelajar. Sampel pada penelitian tesebut sebanyak 359 siswa dari empat sekolah menengah. Hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan pencapaian akademik dianalisis berdasarkan lima dimensi dari kecerdasan emosional yaitu pengenalan diri, pengelolaan emosi, motivasi, empati, dan Pada penelitian yang dilakukan Yahaya dan Boon (2005) tentang kecerdasan emosi dan hubungannya dengan pencapaian akademik dan tingkah laku pelajar. Sampel pada penelitian tesebut sebanyak 359 siswa dari empat sekolah menengah. Hubungan antara kecerdasan emosi siswa dengan pencapaian akademik dianalisis berdasarkan lima dimensi dari kecerdasan emosional yaitu pengenalan diri, pengelolaan emosi, motivasi, empati, dan

Penelitian lainnya oleh Yahaya et. al. (2007) yaitu meneliti tentang hubungan kecerdasan emosional terhadap prestasi akademik. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas 4 di Johor, Kelantan, dan Terengganu. Penelitian ini menganalisis hubungan masalah yang dihadapi siswa (pengaruh teman, keluarga, dan keuangan), cara yang digunakan untuk menstabilkan emosi (bertemu dengan konseling, bercerita pada teman, beribadah, dan mendekatkan diri pada tuhan), dan kecerdasan emosional dengan prestasi akademik siswa. Pada hasil analisis penelitian tersebut disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik siswa.

Bahtiar (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas II SMA Negeri 2 Mataram. Pada penelitian ini, menggunakan nilai IP (indeks prestasi) pada semester satu sebagai objek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak akademis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kecerdasan emosional berhubungan positif dengan prestasi prestasi belajar.

Tjun et. all. (2009) pada penelitiannya yang berjudul pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi dilihat dari perspektif gender, memberikan hasil adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap pemahaman akuntansi. Objek penelitiannya yaitu mahasiswa akuntansi tingkat akhir pada fakultas ekonomi Universitas Kristen Maranatha.

Penelitian Tjun et. all. (2009) sependapat dengan penelitian yang dilakukan Ritonga (2009) tentang kecerdasan emosional yang digambarkan kedalam tiga dimensi yaitu pengendalian diri, motivasi, dan keterampilan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Populasi dalam penelitian Ritonga (2009) ini adalah seluruh mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, sedangkan sampelnya dibatasi hanya pada mahasiswa jurusan akuntansi tingkat akhir yang telah menempuh 120 Sistem Kredit Semester (SKS). Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kecerdasan emosional yang terdiri dari pengendalian diri, motivasi, dan keterampilan sosial dengan tingkat pemahaman akuntansi.

Begitu pula pada penelitian yang dilakukan Sari (2011) yang berjudul relationship between emotional intelligence with academic achievement in psychology level one student Gunadarma University . Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa psikologi tingkat satu atau angkatan 2008/2009 pada Universitas Gunadarma. Penelitian ini memberikan hasil bahwa terdapat Begitu pula pada penelitian yang dilakukan Sari (2011) yang berjudul relationship between emotional intelligence with academic achievement in psychology level one student Gunadarma University . Sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa psikologi tingkat satu atau angkatan 2008/2009 pada Universitas Gunadarma. Penelitian ini memberikan hasil bahwa terdapat

Pada penelitian Purnaningtyas (2011) tentang pengaruh kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar siswa mata pelajaran seni budaya SMP. Objek penelitian yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 4 Ungaran tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari

7 kelas dengan jumlah total 250 orang siswa. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat korelasi yang signifikan dan hubungan yang positif antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa. Apabila kecerdasan emosi bertambah maka nilai prestasi belajar siswa juga akan bertambah, sehingga kecerdasan emosi dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

Berdasarkan pada hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis penellitian ini adalah:

H 1 : Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap prestasi

belajar mahasiswa

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data (Singarimbun, 1989 dalam Pramudita, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti empiris pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan sekelompok orang dengan segala sesuatu yang memiliki ciri tertentu yang ingin mempelajari sifat-sifatnya. Dalam