Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pelaksanaan Tindakan

  4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SD Negeri 2 Jatisari semester 2 tahun ajaran 2014/2015. SD N 2 Jatisari adalah sekolah yang berada di tengah pedesaan yang beralamat Tanduran RT 02 RW 03 desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, dengan jumlah siswa kelas 4 sebanyak 25 siswa.

  4.1.2. Gambaran Subjek Penelitian Subjek dalam penilitian ini adalah siswa kelas 4 SD N 2 Jatisari semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 siswa dengan jumlah siswa laki laki sebanyak 9 anak dan jumlah siswa perempuan sebanyak 16 anak. Di SD N 2 Jatisari terkhusus untuk kelas 4 ditemukan permasalahan yaitu hasil pembelajaran IPA yang masih sangat rendah, hal ini disebabkan guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru, guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. Untuk permasalahan yang lebih jelas secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Hasil Belajar IPA

  Hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas 4 di SD N 2 Jatisari tersebut pada semester 2 tahun 2014/2015 tentang pembelajaran IPA nampak bahwa hasil belajar IPA tidak ada yang mencapai KKM ≥ 70.

  Terdapat 32% siswa yang mencapai KKM, dan 68% yang belum mencapai KKM. Dari hasil belajar tersebut didapatkan nilai terendah yaitu 40 sedangkan

2. Proses Pembelajaran IPA

  Proses pembelajaran IPA yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional, yakni pembelajaran berpusat pada guru, guru juga tidak pernah menggunakan model pembelajaran yang akan membentuk siswa menjadi siswa yang aktif serta pembelajaran yang menyenangkan.

4.1.3. Hasil Penelitian Kondisi Awal

  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa kelas 4 di SD N 2 Jatisari tersebut pada semester 2 tahun 2014/2015 tentang pembelajaran IPA dengan jumlah siswa 25 nampak bahwa hasil belajar IPA masih rendah, yaitu masih banyak siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM ≥70. Untuk penjelasan lebih rinci ketuntasan belajar IPA pra siklus pada SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.1 berikut ini.

  Tabel 4.1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra siklus

  Skor Kriteria Frekuensi Persentase (%) ≥70 Tuntas

  8

  32 <70 Tidak Tuntas

  17

  68 Jumlah 25 100

  Sumber :Data Primer

  Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan dalam pembelajaran IPA pra siklus, siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM sebanyak 8 siswa atau 32% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 17 siswa atau 68%. Untuk hasil lebih rinci ketuntasan hasil belajar pra siklus di SD N 2 Jatisari dapat disajikan melalui diagram ,gambar 4.1 berikut ini.

  Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus

  32% 68%

  Gambar 4.1 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Pra Siklus

  Berdasarkan gambar 4.1 ketuntasan belajar pra siklus kelas 4 Berdasarkan gambar 4.1 ketunt asan belajar pra siklus kelas 4 SD N 2 Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram Jatisari masih 32% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 68%. belum mencapai KKM yaitu 68%.

  Rendahnya hasil belajar IPA dikarenakan guru masih menggunakan Rendahnya hasil belajar IPA guru masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pembelajaran ya ng bersifat konvensional yakni pembelajaran yang berpusat pada guru, guru tidak pernah menggunakan model pada guru, guru tidak pernah menggunakan model-model pembelajaran yang model pembelajaran yang melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. melibatkan siswa seperti diskusi kelompok dan menemukan konsep baru. Siswa juga belum pernah terlibat dalam penggunan model pem Siswa juga belum pernah terlibat dalam penggunan model pembelajaran belajaran STAD terutama dalam pembelajaran IPA. terutama dalam pembelajaran IPA.

  Berdasarkan hasil belajar Berdasarkan hasil belajar tersebut, maka peneliti mencoba memberi peneliti mencoba memberi solusi yaitu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan dengan menggunakan model solusi yaitu pembelajar perlu ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative dilaksanakan dalam cooperative learning tipe STAD, yang akan dilaksanakan dalam 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Diharapkan dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan mod n IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas 4 semester 2 SD N 2 Jatisari tahun pelajaran 2014/2015.

4.1.4. Hasil Penelitian Siklus 1

  Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dengan model cooperative learning tipe STAD di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan dan observasi tindakan dan yang terakhir refleksi.

  a. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini baik dalam pertemuan 1 dan pertemuan 2 hampir sama dalam perencanaan, yaitu diawali dari menyusun RPP dengan SK: Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan materi ajar energi panas dan energi bunyi, dengan KD: Mendiskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya. RPP terdiri dari indikator, materi energi panas dan bunyi.

  Alat peraga untuk energi panas yaitu pertemuan 1 menggunakan besi, korek api dan lilin serta menggunakan sumber belajar buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi. Sedangkan untuk pertemuan ke 2 dengan materi energi bunyi tidak menggunakan alat peraga, yang dibutuhkan hanya sumber belajar yaitu buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi.

  b. Pelaksanaan Tindakan Model Cooperative learning tipe STAD dan Observasi

  Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus 1 ini berjalan sesuai apa yang telah direncanakan, dan melalui 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 25 Maret 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 26 Maret 2015. Pertemuan Pertama

  Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mengawali pembelajaran mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui.

  Selanjutnya dalam kegiatan inti, siswa menyimak penjelasan guru mengenai model pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran tersebut menggunakan model pembelajaran STAD. Sebelum membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai energi panas, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Siswa terlebih dahulu memperhatikan demonstrasi perpindahan energi panas yang dilakukan oleh guru. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain, guru juga berperan sebagai penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru

  Kegiatan penutup siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas, dan guru menginformasikan untuk pertemuan selanjutnya. Pengamat jalannya pembelajaran dari awal sampai akhir adalah senior. Observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 19 item yang telah disediakan. Lembar observasi tersebut berisi implementasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa guru belum melakukan apersepsi dan memotivasi siswa, guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran, serta guru kurang memperhatikan alokasi waktu, namun pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD sudah cukup baik. Pertemuan kedua

  Langkah pertama dalam pertemuan kedua adalah sama dengan pertemuan pertama, siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru mengungkapkan kembali model pembelajaran yang akan dilakukan.

  Pada kegiatan inti, siswa menyimak penjelasan guru mengenai model pembelajaran yang akan dilakukan pada pembelajaran tersebut menggunakan model pembelajaran STAD. Sebelum membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai energi bunyi, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru. Akhir dari kegiatan inti dalam siklus 1 pertemuan 2 yaitu siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.

  Kegiatan penutup, guru melakukan refleksi dalam pembelajaran, menyimpulkan apa yang telah dipelajari yaitu mengenai energi panas dan energi bunyi. Untuk mengakhiri pelajaran siswa mengucapkan salam penutup kepada guru.

  Hampir sama dengan pertemuan pertama dalam kegiatan observasi observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 20 item yang telah disediakan. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa ada peningkatan dalam pembelajarn yaitu guru sudah melakukan apersepsi dan memotivasi siswa, serta menyampaikan tujuan pembelajaran, namun guru masih belum memperhatikan alokasi waktu yaitu 2x35 menit, namun pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD sudah cukup baik dan adanya peningkatan dari pembelajarn sebelumnya.

c. Refleksi

  Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajarn selesai. Refleksi dilakukan antara observer yaitu guru senior, guru kelas dan peneliti mengenai evaluasi pembelajaran siklus 1 melalui model cooperative tipe STAD. Hasil dari evaluasi kegiatan pembelajaran didapatkan bahwa dalam pertemuan pertama siklus 1 guru belum melakukan apersepsi, motivasi, tujuan pembelajaran serta guru belum memperhatikan waktu yang tersedia. Namun secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik, guru sudah mulai meskipun STAD merupakan model pembelajaran yang baru bagi guru. Berdasarkan evaluasi tersebut, guru menjadikan acuan untuk pembelajaran selanjutnya

  Refleksi pada pertemuan kedua siklus 1 mengacu pada pertemuan pertama, didapatkan bahwa guru masih mengulang kesalahan dalam pembelajaran pertama yaitu belum melakukan apersepsi dan motivasi, serta belum melaksanakan pembelajaran sesuai waktu yang diberikan namun guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran, sehingga dengan adanya refleksi, adanya peningkatan dalam guru mengajar. Dengan refleksi tersebut, guru diharapkan lebih memperhatikan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pertemuan berikutnya.

  Berdasarkan hasil evaluasi, didapatkan hasil belajar IPA siklus 1 melalui ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70. Ketuntasan belajar

  IPA Energi Bunyi dan Energi Panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.2 berikut ini Tabel 4.2

  Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

  ≥70 Tuntas

  16

  64 <70 Tidak Tuntas

  9

  36 Jumlah 25 100

  Sumber: Data Primer

  Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan dalam pembelajaran IPA energi bunyi dan energi panas siklus 1, siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau 64% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 9 siswa atau 36%. Untuk hasil lebih rinci ketuntasan hasil KKM sebanyak 9 siswa atau 36 %. Untuk hasil lebih rinci ketuntasan hasil belajar energi bunyi dan energi panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari dapat elajar energi bunyi dan energi panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari dapat elajar energi bunyi dan energi panas siklus 1 di SD N 2 Jatisari dapat disajikan melalui ikan melalui diagram, pada gambar 4.2 berikut ini

  Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

  36% 36%

  Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas

  

64%

  Gambar 4.2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1

  Berdasarkan gambar 4.2 erdasarkan gambar 4.2 nampak bahwa ketuntasan belajar kelas nampak bahwa ketuntasan belajar kelas 4 SD N 2 Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram Jatisari mencapai 64% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 36%. um mencapai KKM yaitu 36%.

4.1.5. Hasil Penelitian Siklus 2 Hasil Penelitian Siklus 2

  Dalam pelaksanaan pemb Dalam pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dengan model elajaran siklus 2 dengan model cooperative di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 learning tipe STAD STAD di SD N 2 Jatisari semester 2 tahun 2014/2015 dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta dilaksanakan dalam 3 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan serta observasi dan yang terakhir refleksi. observasi dan yang terakhir refleksi.

a. Perencanaan Tindakan Perencanaan Tindakan

  Pada tahap ini dalam siklus 2 pertemuan pertama dan kedua diawali Pada tahap ini dalam siklus 2 pertemuan pertama dan kedua diawali dengan menyusun RPP dengan menyusun RPP dengan SK: Memahami berbagai bentuk energi dan SK: Memahami berbagai bentuk energi dan cara penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan materi ajar energi alternatif pembelajaran pertama dengan KD 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya. Sedangkan untuk materi penerapan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara yaitu pembelajaran kedua dengan KD 8.3 Membuat suatu karya / model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/ baling-baling/ pesawat kertas / parasut. RPP terdiri dari indikator, materi energi alternatif dan penerapan konsep perubahan gerak akibat pengaruh udara, serta menggunakan sumber belajar buku paket kelas 4, baik BSE maupun buku paket lainnya yang berhubungan dengan materi energi. Dalam pembelajaran pertama tidak menggunakan alat peraga tetapi dalam pembelajaran kedua memerlukan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pesawat kertas maupun baling-baling yang berasal dari kertas.

b. Pelaksanaan Tindakan Model Cooperative learning tipe STAD dan

  Observasi Pelaksanaan tindakan dalam penelitian siklus 2 ini berjalan sesuai apa yang telah direncanakan, dan melalui 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 1 April 2015 dan pertemuan kedua pada tanggal 2 April 2015.

  Pertemuan Pertama Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui.

  Selanjutnya dalam kegiatan inti, siswa menyimak penjelasan guru mengenai model pembelajaran yang akan dilakukan kembali pada membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai energi alternatif, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain, guru juga berperan sebagai penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru .

  Dalam kegiatan penutup siswa dan guru bertanya jawab mengenai hal- hal yang belum jelas, dan guru menginformasikan untuk pertemuan selanjutnya.

  Hampir sama sengan pertemuan sebelumnya, observasi digunakan sebagai perbaikan agar pembelajaran selanjutnya akan lebih baik. Observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 18 item yang telah disediakan. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa guru kurang memperhatikan alokasi waktu yang telah disediakan, namun pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD sudah baik dan ada peningkatan dalam guru mengajar. Pertemuan kedua Langkah pertama dalam pertemuan kedua adalah sama dengan pertemuan pertama, siswa mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada guru, karena pembelajaran tidak pada jam pertama maka sudah terlebih dahulu berdoa sesuai keyakinan masing-masing. Guru memberikan motivasi dalam pembelajaran dengan model pembelajaran yang baru siswa ketahui

  Pada kegiatan inti, siswa menyimak penjelasan guru mengenai model pembelajaran yang akan dilakukan kembali pada pembelajaran tersebut menggunakan model pembelajaran STAD. Sebelum membentuk kelompok, guru terlebih dahulu menjelaskan materi, dan melakukan diskusi secara klasikal dengan siswa mengenai penerapan konsep perubahan gerak akibat pengaruh udara, untuk selanjutnya guru membagi kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen, siswa tidak diperkenankan memilih anggota kelompoknya sendiri. Guru membagikan lembar diskusi, dan siswa melakukan diskusi kelompok, apabila ada teman yang kurang jelas mengenai materi, siswa yang lebih pandai harus membimbing teman yang kurang paham tersebut sampai semua anggota kelompok paham. Siswa juga membuat baling-baling atau pesawat dari kertas, serta menghubungkan dengan materi yang sedang dipelajari. Guru juga memantau siswa berdiskusi, serta membimbing kelompok yang masih merasa kesulitan. Guru menunjuk perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, siswa yang lain juga diperkenankan untuk menanggapi presentasi dari kelompok lain, guru juga berperan sebagai penengah dan meluruskan materi. Siswa mengerjakan soal kuis secara individu sebagai nilai skor kelompok, kemudian guru dan siswa mengkoreksi hasil dari kuis, diperoleh rata-rata nilai dalam satu kelompok. Salah satu kelompok yang memiliki rata-rata tertinggi mendapatkan reward dari guru. Akhir dari kegiatan inti yaitu siswa

  Kegiatan penutup, guru melakukan refleksi dalam pembelajaran, menyimpulkan apa yang telah dipelajari yaitu mengenai energi alternatif dan penerapan konsep perubahan gerak akibat pengaruh udara. Untuk mengakhiri pelajaran siswa mengucapkn salam penutup kepada guru.

  Sama dengan pertemuan sebelum-sebelumnya dalam kegiatan observasi observer mengisi lembar pengamatan guru yang berjumlah 18 item yang telah disediakan. Berdasarkan lembar observasi telah diperoleh bahwa ada peningkatan dalam pembelajaran dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan keempat, bahwa evaluasi-evaluasi sebelumnya sudah menjadi pertimbangan guru, sehingga ada pertemuan kedua siklus 2, guru sudah mengajar dengan baik dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD.

c. Refleksi

  Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai. Hasil dari refleksi kegiatan pembelajaran didapatkan bahwa guru sudah mulai memperbaiki hasil dari refleksi sebelumnya, dalam pertemuan pertama guru masih belum memperhatikan waktu yang tersedia, sebaiknya guru juga harus benar-benar memperhatikan waktu dan memanfaatkan waktu yang ada dengan maksimal. Namun secara keseluruhan pembelajaran sudah cukup baik, ada peningkatan dalam pembelajaran serta guru sudah memahami pembelajaran dengan model cooperative learning tipe STAD, meskipun STAD merupakan model pembelajaran yang baru bagi guru.

  Refleksi pada pertemuan kedua mengacu pada pertemuan sebelumnya, bahwa guru sudah memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pertemuan sebelumnya. Guru sudah memperhatikan alokasi waktu yang telah disediakan. Guru sudah benar-benar memahami pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe STAD, sehingga guru dikesempatan yang akan datang dapat merancang kegiatan pembelajaran dengan lebih baik lagi.

  Berdasarkan hasil evaluasi, hasil belajar siklus 2 dapat diketahui melalui ketuntasan belajar siswa. Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar ≥70. Ketuntasan belajar

  IPA siklus 2 di SD N 2 Jatisari disajikan melalui tabel 4.3 berikut ini Tabel 4.3

  Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA siklus 2 Skor Kriteria Frekuensi Persentase %

  ≥70 Tuntas

  23

  92 <70 Tidak Tuntas

  2

  8 Jumlah 25 100

  Sumber: Data Primer

  Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan dalam pembelajaran IPA siklus 2, siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM sebanyak 23 siswa atau 92% sedangkan siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa atau 8%. Untuk hasil lebih rinci ketuntasan hasil belajar IPA siklus 2 di SD N 2 Jatisari dapat disajikan melalui gambar 4.3 berikut ini

  Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

  8% 92%

  Gambar 4.3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2

  Berdasarkan gambar 4.3 Berdasarkan gambar 4.3 nampak bahwa ketuntasan belajar kelas 4 hwa ketuntasan belajar kelas 4 SD N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagram N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagr N 2 Jatisari mencapai 92% yang ditunjukkan pada warna biru dalam diagr lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang lingkaran tersebut. Sedangkan untuk warna merah menunjukkan nilai yang belum mencapai KKM yaitu 8%. belum mencapai KKM yaitu 8%.

  4.2 . Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil tindakan model Berdasarkan hasil tindakan model cooperative learning learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 semester 2 SD N 2 semester 2 SD N 2

  Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model Jatisari. Peningkatan hasil belajar IPA menggunkan model cooperative secara rinci disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini learning tipe STAD STAD secara rinci disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini

  Tabel 4.4 Distribusi Perbandingan Skor Ketuntaan Hasil Belajar Pra Siklus,

  Siklus 1 dan Siklus 2 Ketuntasan Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

  Hasil Belajar Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

  Tuntas

  8

  32

  16

  64

  23

  92 Tidak Tuntas

  17

  68

  9

  36

  2

  8 Jumlah 25 100 25 100 25 100

  Sumber : Data Primer

  Dari tabel 4.4 skor ketuntasan hasil belajar nampak bahwa dengan KKM ≥70 pada data pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 mengalami peningkatan. Pada pra siklus terdapat 8 dari 25 siswa yang tuntas atau 32% sedangkan 17 dari 25 siswa yang tidak tuntas atau sebesar 68%. Kemudian meningkat pada siklus 1 dengan 16 dari 25 siswa yang tuntas atau sebesar 64%, sedangkan 9 dari 25 siswa atau 36% yang tidak tuntas atau belum mencapai KKM. Selanjutnya untuk siklus 2 mengalami peningkatan yaitu 23 dari 25 siswa tuntas atau sebesar 92% sedangkan 2 dari 25 siswa yang tidak tuntas atau sebesar 8%. Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan sudah mencapai 90% sesuai indikator kerja. Perbandingan skor ketuntasan hasil belajar setiap siklus dapat disajikan melalui gambar 4.4 berikut ini

  Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar

  25

  23

  20

  17

  16 a sw

15 Si

  h Tuntas la

  9

  10 m

8 Tidak Tuntas

  Ju

  5

  2 Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

  Gambar 4.4 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus,

  Siklus 1 dan Siklus 2 Pada gambar 4.4 menunjukkan perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 nampak bahwa perbandingan ketuntasan hasil belajar meningkat. Dalam gambar 4.4 batang warna biru menunjukkan tingkat ketuntasan, sedangkan batang warna merah menunjukkan tidak tuntas. Terlihat pada pra siklus terdapat 8 dari 25 siswa yang tuntas dan 17 dari 25 siswa yang tidak tuntas, siklus 1 terdapat 16 dari 25 siswa yang tuntas dan 9 dari 25 siswa yang tidak tuntas dan untuk siklus 2 terdapat 23 dari 25 siswa yang tuntas dan 2 dari 25 siswa yang tidak tuntas. Untuk mengetahui perbandingan skor minimal, skor maksimal, skor rata-rata dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 secara rinci disajikan pada gambar 4.5 berikut ini. Perbandingan Skor, Rata-rata dan Ketuntasan

  100

  95

  92

  90

  90

  92

  80 76,4 71,96

  70 63,92

  64 Skor Minimal

  60

  60

  50 Skor Maksimal

  48

  40

  40 Skor Rata-Rata

  32

  30 Ketuntasan

  20

  10 Pra siklus Siklus 1 Siklus 2

  Gambar 4.5 Perbandingan Skor Minimal, Skor Maksimal, Skor Rata-rata,

  Ketuntasan Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2 Pada gambar 4.5 nampak bahwa terjadi peningkatan pada skor maksimal walaupun tidak teralu drastis yaitu dari pra siklus 90 siklus 1 menjadi 92 dan siklus ke 2 menjadi 95. Peningkatan juga nampak pada besarnya peningkatan skor minimal pada tiap siklusnya, pada pra siklus skor 40 kemudian siklus 1 meningkat skor minimal menjadi 48 dan untuk siklus 2 meningkat menjadi 60. Peningkatan selanjutnya nampak pada skor rata-rata dari pra siklus skor rata-rata yang didapat yaitu 63,92 meningkat menjadi 71,96 pada siklus 1, kemudian meningkat lagi pada siklus 2 yaitu menjadi 76,4. Begitu juga dengan ketuntasan belajar terjadi peningkatan yang signifikan, semula dari pra siklus ketuntasan belajar hanya didapat 32% kemudian siklus 1 meningkat menjadi 64% dan siklus 2 meningkat menjadi 92%.

  Berdasarkan penelitian, pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada kelas 4 SD N 2 Jatisari terdapat beberapa kelebihan yaitu siswa dapat menghargai perbedaan, bagi siswa yang pasif sudah menjadi aktif, intensitas belajar siswa lebih banyak. Guru juga mendapatkan pengetahuan baru mengenai model pembelajaran yang menarik bagi siswa. Namun kekurangan dalam pembelajaran ini adalah, memerlukan waktu yang cukup lama dalam pembelajaran. Beberapa hal tersebut sesuai dengan lembar observasi ketika pembelajaran berlangsung.

  Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kondisi pra siklus hasil belajar IPA kelas 4 SD N 2 Jatisari yang diambil dari nilai ulangan tengah semester 2 dengan KKM ≥70 menunjukkan ketidaktuntasan belajar siswa 17 dari 25 siswa atau sebesar 68%, sedangkan ketuntasan hanya 8 siswa dari 25 atau sebesar 32%. Nilai terendah yang didapatkan dalam pra siklus adalah 40 dan untuk nilai tertinggi yaitu 90 dengan rata-rata 63,92. Hasil belajar yang rendah disebabkan karena pembelajaran masih bersifat konvensional, siswa belum melakukan diskusi, sehingga cara belajar siswa masih dengan cara menghafal, namun belum memahami materi dengan baik. Dengan hasil tersebut, maka perlu diberikan tindakan untuk meningkatkan hasil belajar yaitu dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD.

  Dalam siklus 1 fokus perbaikan yaitu peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD pada siswa kelas 4 semester 2 di SD N 2 Jatisari. Dalam pembelajaran ini siswa sudah mulai aktif dengan adanya diskusi kelompok, sehingga nampak bahwa hasil pembelajaran siklus 1 terjadi peningkatan yaitu menjadi 64%. Dengan nilai terendah 48,nilai tertinggi 92 dengan rata-rata 71,96. Perolehan hasil belajar tersebut sudah cukup baik, namun ada beberapa kekurangan dalam siklus 1 yaitu guru belum melakukan apersepsi, motivasi, tujuan pembelajaran serta guru belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah disediakan, namun untuk pertemuan yang selanjutnya guru sudah memperbaiki kesalahan yaitu guru sudah menyampikan tujuan pembelajaran, dari kesalahan-kesalahan tersebut, guru sudah memperbaikinya dalam pembelajaran selanjutnya.

  Peningkatan hasi belajar siswa disebabkan adanya pemberian tindakan berupa model cooprative learning tipe STAD, dalam pembelajaran ini menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam memahami suatu pembelajaran. Nampak dalam cooperative learning tipe STAD pada kelas 4 SD N 2 Jatisari mata pelajaran IPA yang telah dilaksanakan pada siklus 1 dan siklus 2 berdasarkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, siswa sudah mengikuti pembelajaran dengan baik, sesuai dengan langkah-langkah. Dalam cooperative learning siswa berinteraksi dan belajar bersama-sama dalam satu kelompok, begitu juga untuk siswa yang memiliki sifat individual sudah mulai belajar bersama dan berinteraksi dengan teman kelompoknya, hal tersebut sesuai dengan pendapat Eggen dan Kauchak (2012). Dengan adanya interaksi antar anggota kelompok, siswa juga saling membantu teman yang kesulitan dalam pembelajaran, sehingga intensitas belajar siswa yang belum memahami materi lebih banyak, dan siswa tidak malu jika akan bertanya dengan teman sebayanya. Dalam pembelajaran siklus 1 guru sudah menggunakan model cooprative learning tipe STAD, siswa sudah terlihat aktif dalam pembelajaran, siswa yang pandai sudah membantu teman yang belum mampu dalam memahami materi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Robert E.Slavin (2005). Sehingga hasil belajar siswa meningkat, namun dalam pembelajaran siklus 1 masih kurang optimal karena masih terdapat 36% siswa yang belum mencapai KKM. Karena hasil sikus 1 belum mencapai indikator kerja sebesar 90% dari 25 siswa maka dilakukan penelitian siklus 2.

  Pada siklus 2 sebagian besar siswa sudah terlihat aktif, baik dalam kerja kelompok maupun menanggapi presentasi dari kelompok lain. Berdasarkan lembar observasi, adanya peningkatan gaya belajar siswa. Siswa kelompok dengan terstruktur, misalnya salah satu siswa menuliskan hasil diskusi, sedangkan siswa yang lain memecahkan masalah, siswa sudah mulai mengatur kelompoknya, agar tugas yang diberikan guru cepat selesai serta mendapatkan hasil yang baik, hal tersebut sesuai dengan pendapat Anita Lie (2003). Selain itu setiap siswa semakin berusaha untuk membantu teman dalam kelompoknya serta mendorong teman-temannya dalam belajar, sehingga semua anggota kelompoknya mampu menguasai materi pembelajaran selain itu karena mereka mengharapkan reward dari guru yang berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar, sehingga antar kelompok saling berlomba untuk mendapatkan reward dari guru, hal tersebut sesuai dengan pendapat Shlomo Sharan (2014). Namun dengan adanya reward pembelajaran dengan menggunakan STAD tidak bersifat kompetitif. Begitu juga dengan guru, adanya peningkatan dalam menggunakan model pembelajaran, guru sudah menyampaikan apersepsi, motivasi, tujuan serta waktu yang disediakan sudah digunakan dengan baik. Sehingga dalam siklus 2 hasil belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan. Hasil belajar pada siklus 2 ini ketuntasan siswa sudah mencapai 92%, sedangkan hanya 8% yang belum mencapai KKM, dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 95 dan rata- rata 76,4. Ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa belum memenuhi KKM, yaitu siswa tersebut kurang aktif dalam pembelajaran dan sebelumnya pernah tinggal kelas serta kemampuan untuk memahami materi kurang dibanding dengan anak yang lainnya. Persentase ketuntasan hasil belajar siklus 2 belum mencapai 100% namun sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi indikator kerja yaitu 90%.

  Dalam penelitian ini hipotesis tindakan terbukti bahwa hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa kelas 4 SD N 2 Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2014/2015 meningkat.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian Seno dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran STAD Bagi Siswa Kelas 4 SD Kertomulyo 02”. Dan “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model STAD pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014” oleh Aria Wijayanti.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Mod

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositori Tahun 2014/2015

1 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositori Tahun 2014/2015

0 0 52

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Intimacy pada Pasangan Jarak Jauh

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Video Informatif tentang Hipertensi Berbasis Motion Graphic

0 0 22

3.1. Perancangan Mekanik - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Sistem Hidroponik Skala Rumah Tangga dengan Metode Bertingkat untuk Tanaman Selada

0 0 14

4.1. Contoh Perhitungan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Kinematika Balik pada Prototype Modul Praktikum Robot Manipulator 4 DOF

0 1 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Kinematika Balik pada Prototype Modul Praktikum Robot Manipulator 4 DOF

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 Semester 2 SD N 2 Jatisari Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 23