Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Intimacy pada Pasangan Jarak Jauh

  INTIMACY PADA PASANGAN JARAK JAUH

OLEH

ROSELA VITA KURNIAWATI

802012038

TUGAS AKHIR

  

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

  INTIMACY PADA PASANGAN JARAK JAUH

Rosela Vita Kurniawati

Ratriana Y.E.Kusumiati

  

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

  

2017

  

Abstrak

  Penelitian ini untuk mengetahui keintiman pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh.Penelitian ini melibatkan 3 orang sebagai partisipan yang memenuhi syarat penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan wawancara kepada partisipan. Hasil penelitian menunjukkan indikator

  

intimacy berupa komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat

  pasangan, perspectif taking , wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat pribadi, penghormatan terhadap integritas dan kemandirian.

  Serta terdapat indikator tambahan berupa kejujuran. Keintiman tiap pasangan tinggi, dan setiap pasangan mempunyai caranya masing-masing untuk menjaga kedekatan mereka supaya hubungan mereka tetap dekat, hangat dan bahagia walaupun menjalani hubungan jarak jauh.

  Kata kunci : intimacy, hubungan jarak jauh.

  

Abstract

This research to know couple intimacy who get long distance relationship. This

research has 3 person as participant who eligible participant of the research. This

research used qualitative method with interview to participants. The result of this

research showed indicators of intimacy include commitment, communication,

caring and affection, understanding of the personality of the couple, perspective

taking, authority and decision making, maintaining personal interest, respect for

integrity and independence. And there are additional indicators of honesty.

  

Intimacy in every couple is high and every couple has their own way to maintain

their closeness so that their relationship remains close, warm, and happy despite

get long distance relationship with their mate.

  Keywords: intimacy, long distance relationship

  

PENDAHULUAN

  Pada dasarnya setiap manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia membutuhkan bantuan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri. Seringnya seseorang berhubungan dengan orang lain membuat seseorang tertarik dengan orang lain. Dalam berhubungan, seseorang dihadapkan pada situasi di mana seseorang berada di tengah orang-orang yang di sukai atau sebaliknya. Ketertarikan muncul karena adanya kedekatan satu sama lainnya baik antara pria dan wanita atau sebaliknya wanita dengan pria. Seseorang selalu ingin berhubungan dengan orang lain yang berarti seseorang tertarik pada mereka, atau seseorang ingin menarik mereka. Dalam hal ini muncul istilah menyukai, mencintai, persahabatan dan hubungan intim yang lain sebagai akibat adanya ketertarikan antar pribadi. Berdasarkan hal tersebut, setiap individu membentuk suatu hubungan baik hubungan keluarga, pertemanan, persahabatan maupun hubungan romantis dengan lawan jenis. Seringnya individu berkomunikasi dengan orang lain membuat individu tersebut merasa memiliki ketertarikan satu dengan yang lainnya. Ketertarikan muncul karena adanya kedekatan satu dengan yang lainnya.

  Menurut Erikson (dalam Hanny, 2015) individu membangun hubungan yang lebih akrab dengan orang lain dan memulai pengalaman tentang cinta secara dewasa terjadi pada usia sekitar 18

  • –30 tahun atau pada usia dewasa muda. Santrock(2002) mengatakan bahwa seseorang individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal memiliki tugas perkembangan yang salah satunya adalah memilih pasangan hidup. Papalia, Olds, dan Feldman (dalam Hanny, 2015) memaparkan bahwa individu dapat
individu tersebut mampu membangun hubungan romantis dengan seseorang yang signifikan. Manusia juga mempunyai kebutuhan untuk membina hubungan dengan orang lain dan mendapat penerimaan yang merupakan hal mendasar bagi kebutuhan psikologis individu (Baumeister & Leary dalam Irawati, 2015).

  Myers (2012) mengatakan bahwa ada berbagai bentuk hubungan sosial, salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Manusia juga memiliki kebutuhan untuk memiliki (need to belong) serta terhubung dengan orang lain dalam hubungan yang erat dan saling menguatkan. Santrock (2002) mengatakan bahwa individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal memiliki tugas perkembangan untuk memilih pasangan hidup. Memilih pasangan hidup yang dimaksudkan adalah individu pada dewasa awal dituntut untuk memiliki hubungan intim dengan lawan jenis atau mempunyai hubungan romantis. Sehingga diperlukan sebuah komunikasi untuk bisa membentuk sebuah hubungan yang romantis dengan pasangannya.

  Dari wawancara awal yang peneliti lakukan pada awal bulan September 2016 terhadap beberapa orang yang melakukan hubungan jarak jauh dengan suami atau istrinya, didapatkan bahwa adanya keintiman atau kedekatan pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh. Karena berhubungan jarak jauh, mereka lebih sering berkomunikasi lewat teknologi komunikasi dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah ataupun untuk mendekatkan hubungan antar individu. Komunikasi yang sering dilakukan adalah komunikasi menggunakan telepon selular dengan bertelepon, mengirim pesan singkat dan baru-baru ini menggunakan jejaring sosial media seperti facebook, BBM dan line serta whatsapp untuk berkomunikasi dengan pasangannya. mudah mengalami kesalah pahaman, pertengkaran karena merasa kurang diperhatikan, kecemburuan karena berada jauh dari pasangan, ketidakpercayaan dengan pasangan karena tidak bisa setiap saat mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh pasangan, dan bahkan sampai ke perselingkuhan karena kurangnya intimasi antar pasangan yang menjalani jarak jauh.

  

TINJAUAN PUSTAKA

Intimacy

  Menurut Stenberg (dalam Irawati, 2015) mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga bentuk utama (tiga komponen), yaitu: keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Rathus, Nevid dan Rathus (dalam Irawati 2015) mengatakan bahwa keintiman tidak berarti berbicara tentang seksualitas dan cinta, tetapi tentang kedekatan dan keterhubungan secara sosial emosional serta adanya keinginan untuk berbagi pikiran dan perasaan satu sama lain. Menurut Erikson dalam (Feist & Feist 2007) mengatakan bahwa keintiman adalah kemampuan seseorang untuk melebur identitasnya dengan identitas orang lain tanpa takut kehilangan identitas tersebut.

  Westheimer dan Lopater (dalam Irawati 2015) mengatakan bahwa keintiman membuat hubungan sangat dekat dan hangat sehingga pasangan dapat saling bertukar pikiran dan berbagi perasaan secara lebih dekat. Pada hubungan ini pasangan akan menjadi lebih dekat, saling percaya dan merasa nyaman sehingga mempunyai keputusan untuk menghabiskan waktu bersama.

  Tiap-tiap individu berbeda dalam mempersepsikan keintiman. Keintiman yang dirasakan oleh masing-masing pasangan tergantung dari bagaimana cara masing-masing sayang dan perhatian akan lebih dapat mengungkapkan keintiman di antara pasangan. Misalnya saja, suami sering menggandeng tangan istri sewaktu mereka berjalan bersama, sering memberikan kecupan sebelum berangakat kerja dan sebelum tidur, dan lain sebagainya. Tindakan-tindakan sesederhana itu akan dipersepsikan oleh istri sebagai ungakapan perhatian, dan istri akan merasakan kedekatan dan keintiman dengan suaminya, begitu juga sebaliknya.

  Teori Sternberg (dalam Handini 2015) mengatakan bahwa intimacy merupakan aspek emosi yang menyebabkan munculnya sebuah hubungan yang hangat dan saling percaya. Menurut Bloom & Bloom (dalam Irawati 2015), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keintiman dalam sebuah hubungan yaitu perasaan aman secara emosional, tidak adanya pengabaian suatu hal, tanggung jawab, keinginan untuk berbagi, tidak ada gangguan, seks, kejujuran, kontak fisik, kehadiran dan adanya rasa syukur. Menurut David & Ferguson (dalam Handayani 2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keintiman antara lain :

  1. Rasa aman.

  Rasa aman berbicara tentang ketenangan batin. Merasa aman berarti bebas dari bahaya, maupun rasa takut. Merasa aman bila tahu pasti bahwa kita dipelihara dan diperhatikan.

  2. Komitmen.

  Komitmen memandang ke masa depan yang tidak kelihatan dan berjanji akan berada di sana hingga akhir hayat. Komitmen menjanjikan kepastian dan menjaga cinta terhadap pasangan, saat gairah menjadi redup. Komitmen terhadap pasangan dapat dikomunikasikan melalui dukungan yang sejati dan

  3. Menerima pasangan tanpa syarat.

  Meliputi cinta dan dukungan, tanpa mengharapkan balasan, tanpa penyesalan. Bila menerima pasangan tanpa syarat, individu akan mampu menerima apa adanya, tulus, dan toleransi yang besar pada pasangan.

  4. Masa lalu yang bahagia.

  Masa lalu yang menyenangkan bagi sebagian orang merupakan awal yang baik bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain, termasuk hubungan dengan lawan jenis. Pernikahan orang tua yang harmonis menjadi contoh bagi anak-anaknya untuk menciptakan kehidupan pernikahan yang bahagia.

  Keintiman adalah kedekatan yang dirasakan oleh dua orang dan kekuatan dari ikatan yang menahan mereka bersama. Pasangan yang memiliki derajat keintiman yang tinggi: memperdulikan kesejahteraan dan kebahagiaan satu sama lain dan mereka saling menghargai, menyukai, bergantung dan memahami satu sama lain, (Sternberg dalam Baron & Byrne, 2005). Dari hasil penelitian yang dilakukan White, et, al, (dalam Mulyani 2010) terdapat faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu : 1. Orientasi hubungan.

  Setiap pasangan sadar akan perannya masing-masing di dalam kehidupan pernikahan. Sehingga masing-masing pasangan tersebut mengetahui apa yang menjadi tugas dan kewajiban mereka dalam menjalankan peran sebagai pasangan suami istri 2. Komunikasi.

  Komunikasi merupakan pesan yang disampaikan baik secara verbal maupun non verbal. Saling bertukar pikiran, perasaan, keyakinan, fantasi, angan-angan, minat, tujuan dan latar belakang merupakan hal-hal yang biasa terkandung di dalam komunikasi antar pasangan. Kalau semuanya bisa terlaksana dengan baik, maka pasangan biasanya akan merasa intim.

  3. Perhatian. Perhatian merupakan suatu sikap atau perasaan yang dimiliki seseorang untuk orang lain dimana biasanya hal tersebut berasal dari kekuatan perasaan yang positif terhadap orang lain tersebut. Karakteristik perhatian pada keintiman bisa terjadi hanya ketika dua orang saling berinteraksi.

  4. Komitmen. Komitmen membutuhkan peran kedua pasangan untuk saling bekerja dengan sukarela dalam membangun keintiman di antara mereka baik dalam susah maupun senang dan menghargai perjanjian yang telah disepakati.

  5. Seksualitas. Seksualitas merupakan kualitas hubungan seks atau hubungan intim yang dilakukan oleh pasangan suami istri. Seks yang berkualitas dapat meningkatkan keintiman yang telah ada. Artinya, pasangan yang awalnya sudah intim, apabila menikmati hubungan seks yang baik, maka mereka menjadi lebih intim lagi.

  Intimacy dapat diukur menggunakan skala intimacy berdasarkan aspek-aspek intimacy menurut Maria & Orlofsky (dalam Rickey & Herbert 2010) yaitu komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat pasangan, perspectif talking, wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat pribadi, penghormatan terhadap integritas, dan kemandirian.

   Hubungan Jarak Jauh

  Arus globalisasi yang berkembang saat ini, dimana teknologi komunikasi terjadinya hubungan jarak jauh. Fenomena hubungan jarak jauhmengalami peningkatan pesat.Menurut Hampton (dalam Ratna Dyah, 2016), pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidakmemungkinkan adanya kedekatan fisik untuk periode waktu tertentu.

  Dalam menjalani hubungan jarak jauh, pasangan tidak selalu dapat bertemu dan melakukan kontak fisik sesering yang individu inginkan, sehingga menyebabkan individu jarang melalukan aktivitas bersama-sama, dan jarang dapat mengungkapkan ekspresi non-verbal. Rasa setia terhadap pasangan menjadi lebih sulit untuk diungkapkan, dimana individu tidak bisa melihat pasangan secara fisik dan tidak tahu keseharian pasangannya. Sulitnya pasangan untuk bertemu ketika saling membutuhkan, dapat mempengaruhi hubungan pasangan dan mengakibatkan pasangan sulit untuk saling mempertahankan hubungan.

  Suami istri dalam hubungannya saling mengungkapkan sisi atau hal yang pribadi yang terdapat dari dirinya. Ranah pribadi yang tidak diketahui orang lain namun diketahui oleh pasangannya. Konteks hubungan yang terbina ini yang dikenal dengan hubungan pribadi. Hubungan pribadi antara dua individu tidak hanya terjalin secara berdekatan namun juga berjauhan yang dikenal dengan hubungan jarak jauh. Hubungan jarak jauh atau long-distance relationship (LDR) dijalani beberapa orang karena alasan seperti pekerjaan, mengejar karir atau pendidikan, dinas militer, penahanan, pembatasan imigrasi dan kewajiban dari keluarga orangtua.

  Keintiman dalam hubungan jarak jauh dapat membuat seseorang merasa lebih terikat dengan pasangan, sehingga pasangan tidak dengan mudah mengakhiri hubungan, tidak langsung dapat menandakan seberapa besar usaha mereka untuk menjaga hubungan tersebut meski banyak masalah yang mungkin muncul.

  Dalam penelitian Chrisman (dalam Irawati 2015) mengungkapkan beberapa aspek keintiman berdasarkan skala MSIS milik Miller dan Lefcourt (1982) yaitu pengungkapan diri kepada pasangan, pengungkapan perasaan, menghabiskan waktu bersama-sama, menujukkan rasa sayang, menunjukkan dukungan dan perasaan kedekatan dengan pasangan.

  Yudistriana, Basuki & Harsanti (2010) mengatakan bahwa masalah yang dihadapi pada pasangan jarak jauh adalah pemenuhan kebutuhan akan keintiman. Hal ini terjadi karena pasangan membutuhkan kebersamaan dengan pasangannya untuk menjadi teman membangun hidup sehari-hari. Kauffman (2000), mengatakan bahwa kebersamaan dengan pasangan berpengaruh pada keintiman individu dengan pasangannya. Untuk pasangan jarak jauh hal ini sulit dipenuhi karena frekuensi pertemuan dengan pasangan sangat jarang.

  Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Titi Setiani (2012) menunjukkan bahwa adanya hubungan komunikasi yang intens atau sering dapat meningkatkan keintiman pada pasangan jarak jauh. Komunikasi tersebut dilakukan untuk meminimalisir adanya permasalahan yang terjadi, sehingga seringnya komunikasi berdampak baik pada keintiman antar pasangan. Konflik dalam suatu hubungan tidak selalu dihindari, karena ketika konflik dapat diselesaikan dan dikelola dengan baik, hal itu juga dapat meningkatkan keintiman. Untuk meningkatkan keintiman, upaya yang bervariasi dalam menjaga hubungan dapat dilakukan.

  Namun penelitian Castillo (2013) mengatakan bahwa pasangan jarak jauh Pasangan yang terpisah oleh jarak memiliki frekuensi yang sangat kurang untuk saling bertatap muka dan intensitas berkomunikasi yang lebih rendah dibandingkan pasangan biasa, namun interaksi komunikasi dan timbal balik yang terjadi pada pasangan tersebut lebih dalam. Berbeda dengan hasil penelitian oleh Horn dan kawan-kawan (dalam Irawati 2015) yang mengatakan bahwa pasangan jarak jauh cenderung kurang bersahabat, kurang terbuka dan memiliki kepuasan yang lebih rendah dibandingkan dengan pasangan biasa. Pasangan jarak jauh lebih banyak menggunakan media komunikasi seperti telepon, chatting, pesan singkat dan e-mail. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa pasangan jarak jauh harus berusaha lebih keras untuk mengkomunikasikan rasa sayang untuk memiliki keintiman dengan pasangannya. Pada hubungan jarak jauh ditemukan bahwa pasangan jarak jauh merasa lebih intim dengan pasangannya, karena mereka saling terbuka pada pasangan dan mampu mengidealkan perilaku pasangan sesuai yang diharapkan.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui lebih dalam tentang intimacy pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh beda kota atau beda negara. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Untuk pengujian keabsahan data, penguji menggunakan triangulasi sumber data dengan menggunakan orang terdekat sebagai informan yang merupakan orang terdekat dengan partisipan. Selain itu peneliti juga menggunakan member check dengan partisipan penelitian untuk memastikan kesesuaian data yang diperoleh dengan data yang diberikan oleh sumber informasi menanyakan kembali ke partisipan dalam jangka

  Partisipan Penelitian

  Penelitian ini melibatkan tiga orang subjek yang merupakan pasangan yang sedang menjalani hubungan jarak jauh beda kota maupun beda negara dengan intensitas pertemuan 2 minggu sekali sampai 2 tahun sekali dengan pasangannya dan memiliki usia pernikahan minimal 3 tahun serta usia subjek minimal 25 tahun.

  Partisipan Pertama (P1) bernama Kristiono yang berusia 48 tahun. Istrinya bernama Sofia berusia 41 tahun dan bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong.

  Usia pernikahan partisipan sudah 8 tahun menikah. Pasangan ini belum mempunyaianak tetapi sang suami mempunyai satu anak laki-laki dari pernikahannya yang pertama.

  Sang istri sudah sekitar 10 tahun bekerja di Hongkong. Jadi sebelum menikah sang istri sudah di Hongkong dan perkenalan mereka dilakukan melalui media sosial. Istri biasanya kembali ke Indonesia setiap 2 tahun sekali, kadang kalau mendapatkan cuti bekerja 1 tahun sekali bisa kembali kerumah. Hubungan mereka setiap hari dilakukan melalui Whatsapp. Mereka sering chatting dan video call saat ada waktu luang. Saat istri pulang ke rumah, biasanya mereka menghabiskan waktu berdua dengan cara bepergian berdua, makan diluar, bekerja bersama membersihkan rumah berdua dan berbelanja kebutuhan rumah berdua. Menurut Partisipan, komunikasi sangat penting dalam menjalani hubungan jarak jauh, walaupun terkadang terjadi kesalah pahaman antara partisipan dengan pasangannya tetapi semua permasalahan bisa teratasi karena antara partisipan dan istrinya sudah saling mengetahui watak dan karakter masing- masing. Jadi waktu mereka bertengkar, salah satu dari mereka mengalah untuk menjaga supaya hubungan tetap terjaga dengan baik.

  Partisipan dan istri selalu terbuka dan bercerita tentang masalah yang Mereka saling mendukung dalam berbagai hal, contohnya saat istri sedang sakit partisipan memberikan saran untuk minum obat, memberikan ucapan selamat pagi dan mengirim ayat Alkitab setiap pagi. Mereka terbuka dalam beberapa hal, tetapi ada yang partisipan rahasiakan dari istri yaitu tentang masalah keuangan dan kepemilikan akun facebooknya. Partisipan juga selalu membicarakan masalahnya dan istri selalu terlibat dalam pengambilan keputusan suami. Karena istri yang mempunyai watak yang mudah marah, pecemburu, dan mudah tersinggung, partisipan selalu memahami karakter kepribadian istri dengan berpamitan kalau mau pergi dan menceritakan kegiatan partisipan. Saat salah satu dari mereka merasa sedih, pasangan selalu mendukung dan memberikan semangat serta motivasi. Partisipan lebih ekspresif dalam menyampaikan beberapa hal.

  Partisipan Kedua (P2) bernama Harmoko Ade yang berusia 31 tahun.

  Partisipan mempunyai istri yang bernama Putri dengan usia 26 tahun. Usia pernikahan mereka baru 3,5 tahun jadi bisa dibilang mereka masih pasangan pengantin baru. Bapak Harmoko bekerja di Pati dan memiliki sebuah toko, sedangkan istrinya bekerja di Solo menjadi penyuluh di dinas pertanian dan peternakan. Setiap 2 minggu sekali istrinya kembali ke Pati, terkadang juga 1 minggu sekali. Setiap mereka bertemu, pak Harmoko dan istri menghabiskan waktu berdua. Karena pasangan ini terbilang masih muda, mereka sering menghabiskan waktu berdua dengan jalan-jalan berdua di tempat wisata, makan berdua dan juga terkadang menjaga toko berdua. Banyak hal yang sering mereka bicarakan dan mereka juga sering bercerita tentang pekerjaannya, pergaulannya ditempat kerja, suasana ditempat kerja dan aktivitas sehari-hari yang sering dilakukan.

  Tetapi partisipan mengaku menutupi bisnis barunya dan kondisi kesehatannya dari yang di lakukannya karena terkadang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Partisipan juga mengaku sering tidak membicarakan kondisinya ketika partisipan merasa sakit. Hal ini dikarenakan partisipan tidak ingin membuat istrinya khawatir dengan keadaannya.

  Untuk menjaga hubungan dengan istrinya, partisipan sering memberi kabar di setiap aktivitasnya, berkomunikasi sesering mungkin dan meluangkan waktu untuk bertemu. Menurut partisipan, istrinya kurang pengertian. Setiap ada permasalahan, partisipan lebih sering mengalah. Istri partisipan seorang yang mudah tersinggung. Jadi terkadang partisipan harus mengalah untuk menjaga hubungannya supaya tetap harmonis. Biasanya kalau istrinya sedang marah, partisipan menghibur istri dengan mengajak bercanda, menanyakan sebab kemarahan istri dan mengajak pergi supaya istrinya tidak marah lagi. Menurut partisipan, dampak pertengkaran dengan istri membuat hubungannya menjadi renggang dan dingin serta terkadang istri bersikap cuek. Tetapi selain itu, istri partisipan seseorang yang baik dan taat beribadah. Mereka sering berdoa bersama, membaca renungan bersama kalau sedang bertemu. Setiap pulang ke rumah sang istri memasakkan masakan kesukaannya, dan saat sedang berjauhan istri partisipan sering mengingatkannya untuk makan dan menjaga kesehatan. Sang istri sering mengingatkan partisipan untuk berdoa saat partisipan sedang merasa sedih dan mempunyai masalah.

  Partisipan Ketiga (P3) bernama Yohanawati dengan usia 27 tahun dan bekerja

  sebagai perawat rumah sakit. Suaminya bernama Tri Sutrisno umur 30 tahun mempunyai pekerjaan sebagai pelayar dan usia pernikahan mereka 4 tahun. Mereka bertemu setiap satu tahun sekali saat sang suami pulang kerumah. Suami partisipan bulan itu merayakan natal dan sering terjadi angin besar sehingga kapal sering sandar. Mereka sering menghabiskan waktu berdua dengan jalan-jalan, berbincang di rumah menceritakan tentang pekerjaan, menghabiskan waktu dengan keluarga. Biasanya partisipan membangunkan suaminya dengan menelfon dan setiap harinya menggunakan SMS karena di laut jarang ada sinyal. Kalau sedang bersandar dipulau dan sinyal lagi bagus, partisipan juga video call. Saat suami partisipan pulang, partisipan sering mengambil cuti kerja untuk menemani suami dirumah. Partisipan sering bercerita tentang pekerjaannya, kehidupan sehari-hari, masalah pribadi dengan teman dan keluarganya begitupun dengan sang suami. Suami partisipan sering menceritakan tentang pekerjaannya, masalah pribadi dengan keluarga sang suami, keuangan dan hubungan mereka tentang bagaimana rencana masa depan mereka selanjutnya.

  Partisipan menunjukkan sayangnya dengan memberikan perhatian kepada suaminya, memasakkan makanan kesukaannya, menonton film bersama, menghibur saat suami sedang sedih dan membantu memberikan solusi ke suami tentang masalah yang dihadapi.menurut partisipan, hubungannya dengan suami sangat dekat walaupun LDR karena menurutnya mereka masih bisa berkomunikasi dengan baik lewat telfon, dan itu sama sekali tidak mengurangi rasa sayangnya. Biasanya kalau suami sedang tidak bahagia, partisipan mengalah dulu dan membujuk suami supaya mau bercerita. Setelah itu partisipan menanyakan kepada suami apa yang sebenarnya terjadi. Partisipan juga memberikan solusi dan sering mengajak suami berdoa supaya merasa tenang.

  Sedangkan kalau partisipan kurang bahagia, sang suami sering menghibur, mengajak belanja dan menuruti kemauan partisipan. Efek negatif yang terjadi saat mereka sedang bertengkar adalah hubungan menjadi dingin dan cuek. Beberapa hari tidak komunikasi suaminya sekitar satu sampai dua hari dan setelah mereka ada yang mengalah salah satu, hubungan kembali membaik kembali. Suami partisipan seorang yang romantis.

  Partisipan sering mendapatkan kejutan berupa hadiah dan bunga sebagai bentuk sayangnya sang suami kepada partisipan.

  Analisis

  Proses analisis data dimulai dengan pengetikan transkrip wawancara melalui mendengarkan hasil rekaman lalu mengetik verbatim wawancara kata per kata.Setelah itu dikelompokkan menjadi tema-tema khusus yang berkaitan dengan aspek atau variabel di dalam penelitian. Peneliti lalu mengelompokkan data berdasarkan tema dan membandingkan partisipan pertama, kedua, dan ketiga.

  HASIL

  Hasil wawancara yang telah diberi tema menghasilkan beberapa data yang sesuai dengan aspek intimacy menurut Maria & Orlofsky (dalam Rickey & Herbert 2010) yaitu: komitmen, komunikasi, kepedulian dan afeksi, pemahaman sifat pasangan,

  

perspectif talking , wewenang dan pengambilan keputusan, mempertahankan minat

  pribadi, penghormatan terhadap integritas, dan kemandirian.Serta terdapat tema tambahan sebagai subjek yang berjauhan dengan pasangannya, yaitu kejujuran.

  Komitmen

  Deskripsi dalam tabel antara ketiga partisipan, yaitu: P1 P2 P3

  Setiap ada waktu libur Setiap ada waktu libur Setiap ada waktu libur selalu menyempatkan selalu menyempatkan selalu menyempatkan waktu untuk melakukan waktu untuk melakukan waktu untuk melakukan kegiatan berdua, seperti: kegiatan berdua, seperti: kegiatan berdua, seperti: jalan-jalan berdua. jalan-jalan berdua. jalan-jalan berdua.

  Ketiga partisipan sama-sama berkomitmen untuk melakukan hal-hal bersama atau berdua saja saat pasangan mereka yang bekerja di luar kota bahkan luar negeri untuk menghabiskan masa cuti mereka di rumah. Jawaban P1, P2 dan P3 hampir sama, yaitu mereka sebisa mungkin mengabiskan waktu luang berdua dengan pasangan.

  “ya karena banyak waktu biasanya kami dengan pasangan biasanya kami jalan-jalan

  

meninjau tempat pariwisata, diajak makan diluar, dan bekerja bersama dirumah,

bersih-bersih biasanya seperti itu.

  

  Reaksi yang hampir sama ditunjukkan oleh P2 dimana dia selalu menghabiskan waktu berdua dengan pasangannya.

  

“ya tergantung. Yang sering kita cuma pergi berdua aja. Maklum lah mbak kita

meluapkan kekangenan kita satu sama lain. Kalau ada orang lain kan kita merasa

terganggu kan ya. Ya bukannya kita tidak mau hidup bersosial tapi kan kita juga butuh

waktu berdua. Bahasa gaulnya ya quality time ya mbak.

  

  Kegiatan serupa juga dilakukan oleh P3 dimana dia selalu berusaha pergi berdua saat pasangan mendapatkan cuti dari pekerjaannya.

  

“.... Jadi kalau suamiku pulang, dari berlayar itukan 1 tahun, itu nanti satu bulan

dirumah, nanti saya diajak jalan-jalan.Itu tu udah kebiasaan masa lalu sekarang

sampai sekarang saya lakukan, suami saya lakukan.hanya sekedar jalan-jalan berdua,

makan berdua dengan suami, menghabiskan waktu berdua, ngobrol dipagi hari hanya

sekedar menceritakan pekerjaan-pekerjaan dia disana,....

  

  P1, P2 dan P3 selalu berkomitmen untuk menghabiskan waktu cuti pasangan untuk melakukan hal-hal berdua ataupun dengan keluarga mereka. Sebagai contoh P1, P2 dan P3 selalu mengajak pasangan mereka untuk jalan-jalan berdua.

  Komunikasi

  P1 P2 P3 Sangat penting untuk Sangat penting untuk Sangat penting untuk menjalin komunikasi menjalin komunikasi menjalin komunikasi dengan pasangan dengan pasangan dengan pasangan

  Komunikasi sebagai salah satu faktor penting dalam hubungan jarak jauh pada P1 dan sangat diperlukan untuk menghindari salah paham.

  

“itu sangat penting sekali ya. Menjalin hubungan maupun komunikasi dengan istri itu

sangat penting dan sangat diperlukan.

  

  Tidak jauh berbeda dari P1, P2 pun menganggap komunikasi adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan pasangan. Bahkan P2 sudah menganggap pasangan sebagai pengganti orang tuanya.

  

“wah kalau itu ya sangat penting mbak. Dia itu teman dalam hidup saya. Susah duka ya

sama dia. Dia kan juga pengganti orang tua saya kan.

  

  Hal yang sama juga dikemukakan oleh P3, terjadi pada P3 bahwa komunikasidalam hubungan jarak jauh itu sangat penting.

  

“…perasaan takut sih pasti ada, dimana kepala keluarga sudah pergi sosok laki-laki

yang melindungi dan mengayomi keluarga tiba- tiba sudah tidak ada lagi.”

  Ketiga partisipan yaitu P1, P2, dan P3 memiliki perasaan yang hamper bahwa komunikasi itu penting dalam hubungan jarak jauh yang mereka jalani dengan pasangan mereka masing-masing. Mereka selalu berusaha agar komunikasi yang terjalin lancar.

  Kemandirian

  P1 P2 P3 Masih bergantung pasangan Dalam beberapa hal Dalam beberapa hal saat akan mengambil berusaha untuk mandiri dan berusaha untuk mandiri dan keputusan dan biasanya tidak membuat pasangan tidak membuat pasangan meminta pertimbangan dari merasa kuatir. merasa kuatir. istrinya.

  Dalam hal kemandirian, P1 masih bergantung pada pasangan, sebagai contoh saat mengambil keputusan-keputusan, P1 selalu minta pertimbangan pasangannya.

  

“iya karena pengalaman dulu. Keputusan saya sendiri yang buat akhirnya bisa menjadi

masalah.jadi saya cerita ada masalah ini, nanti dia kasih solusinya dan ngasih

pertimbangan juga.

  

  Sementara untuk P2, ada hal-hal yang bisa diputuskan sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan pasangan, dengan alasan agar tidak membenani pasangan.

  

“kalau masalah itu tu biasanya yang saya rahasiakan itu soal bisnis, kalau bisnis itu

dijelaskan ke istri saya dia kurang begitu mengerti…”.

  Sama halnya dengan P2, ada beberapa hal yang P3 putuskan sendiri tanpa berkonsultasi dengan suaminya.

  

“biasanya itu kalau masalah keluarga saya. Keluarga inti saya.Bapak ibu saya.

Kadang kalau saya mau cerita sama suami saya itu sungkan soalnya kan masalah

keluarga saya.

  ....” Dari ketiga partisipan, P1 bergantung dengan pasangan dalam mengambil keputusan sedangkan untuk P2 dan P3 dalam beberapa hal sebisa mungkin mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan pasangan.

  Kepedulian dan Afeksi

  P1 P2 P3 Dengan menunjukkan Dengan menunjukkan Dengan menunjukkan perhatian lewat pesan perhatian lewat pesan perhatian lewat pesan singkat, sering singkat, sering singkat, sering berkomunikasi dan berkomunikasi dan berkomunikasi dan membangun kedekatan saat membangun kedekatan saat membangun kedekatan saat ada kesempatan. ada kesempatan. ada kesempatan.

  Kepedulian dan afeksi yang ditunjukkan P1 terhadap pasangannya terlihat dari apa yang dilakukan P1 bagi pasangannya, meskipun hal tersebut dilakukannya melalui pesan singkat.

  

“biasanya tiap pagi saya kirim ayat-ayat Firman Tuhan, ngucapin selamat pagi.

Kemari waktu ulang taun pernikahan juga mengucapkan buat istri. Istri ulang tahun ya

saya ucapkan.Kalau sakit suami hanya bisa mendoakan karena emang jaraknya jauh

paling memberi saran ada obat tidak.Paling seperti itu aja. ”

  Sedangkan pada P2, kepedulian dan afeksi ditunjukkan dengan cara berusaha saling menceritakan masalah apa saja yang dialaminya meskipun P2 menyembunyikan masalah pekerjaannnya.

  

“kalau itu ya sesering mungkin ngabari aktivitas saya. Kalau mau pergi juga tak

kabari, komunikasi harus dijaga, sesering mungkin ya kalau bisa harus di jaga lah

  Selanjutnya pada P3, afeksi dan kepedulian ditunjukkan dengan tidak menceritakan masalah-masalah berat yang sedang dihadapi.

  

” iya. Saya takut membebani dia. Soalnya kan dia jauh. saya takutnya dia itu kepikiran

terus mengganggu pekerjaan dia.

  

  Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama memiliki kepedulian dan afeksi yang tinggi terhadap pasangan masing-masing. Hal ini sangat bermanfaat dalam hubungan jarak jauh yang mereka jalani.

  Pemahaman sifat pasangan

  P1 P2 P3 Berusaha memahami sifat Berusaha mengerti sifat Dengan memberikan pasangan melalui pasangan. perhatian kebiasannya.

  Cara P1 dalam memahami perasaan dari pasangannya adalah lewat kebiasaan.

  

“.... kok tiba-tiba nggak ada telpon, nggak ada sms, saya mulai tahu. Oh istri saya

begini itu berarti dia tersinggung dengan kata-kataku.

  

  Sedangkan pada P2, cara memahami perasaan pasangannya dengan berusaha mengerti.

  

“....Jadi kalau ada apa-apa, dia lagi marah, dia lagi ngambek itu saya yang membujuk

dia mbak....

  

  Selanjutnya pada P3, pemahaman sifat pasangan ditunjukkan dengan memberikan perhatian kepada pasangan.

  

“....saya Cuma bisa memperhatikan, menjalin hubungan supayadia tidak selingkuh.

Jadi saya harus perhatian sama dia.

  ....”

  Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama berusaha memahami perasaan pasangan dengan cara yang berbeda-beda namun bertujuan sama.

  Perspectif Taking

  P1 P2 P3 Berempati melalui pesan Berempati dengan Berempati dengan singkat terhadap masalah memahami sifat dan memahami sifat dan yang dihadapi pasangan kebiasaan pasangannya kebiasaan pasangannya

  Bagi partisipan P1, cara dia berempati dengan perasaan pasangannya yang sedang bekerja di tempat yang jauh dengan mengirimkan pesan berisi nasehat, dan selalu berusaha mengerti saat pasangan sedang ada masalah.

  

“ya biasanya, saya telpon, saya kasih nasehat, kasih masukan. saya tanya ada apa lalu

saya kasih nasehat. Pokoknya dari saya juga ada perhatian sama istri disaat-saat istri

tidak bahagia.

  

  Sedangkan pada P2, cara partisipan berempati dengan pasangannya dengan memberikan nasehat dan perhatian saat pasangannya dalam kondisi tidak bahagia.

  

“...Jadi kalau ada apa-apa, dia lagi marah, dia lagi ngambek itu saya yang membujuk

dia mbak. ..”

  Selanjutnya pada P3, partisipan berempati terhadap pasangannya dengan cara sudah memahami pasangannya sejak pacaran dan mengerti apa saja yang disukai dan tidak disukai pasangannya.

  

“...Saya sudah tau apa yang dia suka, apa yang dia tidak suka. Waktu dia marah

gimana. Ya sebisa mungkin saya sabar, ibarate wong jowo ya nglendeh sek. Terus nanti

  Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama memberikan rasa empati mereka terhadap pasangan mereka dengan cara memperhatikan, memberikan nasehat kepada pasangan saat pasangan sedang dalam kondisi tidak bahagia atau sedang dalam masalah.

  Wewenang dan Pengambilan keputusan

  P1 P2 P3 Komunikasi menjadi Komunikasi menjadi Komunikasi menjadi terputus untuk beberapa terputus untuk beberapa terputus untuk beberapa waktu. waktu dan hubungan waktu dan hubungan menjadi terasa renggang menjadi terasa renggang

  Dampak negatif dari perselisihan bagi P1 adalah komunikasi menjadi terputus untuk beberapa waktu.

  

“...kok tiba-tiba nggak ada telpon, nggak ada sms, saya mulai tahu. Oh istri saya begini

itu berarti dia tersinggung dengan kata-kataku.

  

  Sedangkan pada P2, dampak negatif dari perselihan yang terjadi adalah komunikasi terputus dan hubungan menjadi renggang.

  

“...ya dimana-mana orang yang lagi berantem itu digin, kadang cuek, hubungannya

kayak renggang gitu. ...”

  Selanjutnya pada P3, akibat yang ditimbulkan hampir sama dengan P2.

  

“dampaknya kalau lagi bermasalah itu dia menjadi cuek, dingin, dia itu tidak pernah

marah. tapi kalau sudah marah dia marahnya berhari-hari.

  

  Dari semua partisipan baik P1, P2, dan P3 sama-sama merasakan akibat saat terjadi perselisihan yaitu komunikasi menjadi terputus.

  Penghormatan terhadap Integritas

  P1 P2 P3 Sangat menghormati Sangat menghormati Kurang menghormati terhadap integritas dengan terhadap integritas dengan terhadap integritas, dengan cara mempercayai cara mempercayai cara sikap yang over pasangannya pasangannya protective

  Partisipan P1 sangat menghormati terhadap integritas dalam perkawinanya. Hal ini terlihat dari P1 yang mempercayai pasangannya meskipun pasangannya tinggal di luar negeri.

  “istri juga percaya dengan saya. Pokoknya komitmen kita saling mempercaya.”

  Selanjutnya pada partisipan P2 juga mengalami hal yang sama. P2 bisa mempercayai pasangannya begitu pula sebaliknya.

  

“kalau pasangan saya itu percaya banget mbak dengan saya. Seperti saya, saya juga

percaya banget dengan dia.

  

  Kemudian pada P3, partisipan orang yang kurang menghormati terhadap integritas. Hal ini terlihat dari usahausaha yang dilakukannya agar suaminya tetap menjadi suaminya dan tidak selingkuh..

  

“....saya Cuma bisa memperhatikan, menjalin hubungan supayadia tidak selingkuh.

Jadi saya harus perhatian sama dia. Soalnya saya itu was-was kan. LDR kan. Saya itu

orangnya overprotektif.Apa lagi melihat berita-berita di TV ya. Yang dekat aja bisa

selingkuh, apa lagi yang jauh kayak saya.

   Dari semua partisipan P1 dan P2 sama-sama mempercayai pasangannya.

  

PEMBAHASAN

  Ketiga partisipan merasa bahwa berhubungan jarak jauh itu terkadang sulit. Ada banyak kendala dalam menjalaninya. Sebagai contoh saat ingin menghubungi pasangan, ternyata signal HP tidak begitu bagus, sehingga pasangan tidak dapat dihubungi ataupun sebaliknya. Ketiga partisipan dalam komitmensebagai dampak hubungan jarak jauh yang mereka jalani tidak ada perbedaan pada P1 dengan P2 dan P3.semua partisipan selalu meluangkan waktu berdua saat menghabiskan waktu cuti pasangan.

  Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari David & Ferguson dalam Handayani (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keintiman antara lain : rasa aman, komitmen, menerima pasangan tanpa syarat dan masa lalu yang bahagia. Sedih juga dapat dialami pada saat individu mengalami suatu situasi buruk bagi dirinya dan situasi tersebut tidak dapat berubah atau diganti (Strongman dalam Setyowati R, 2012).

  Komitmen membutuhkan peran kedua pasangan untuk saling bekerja dengan sukarela dalam membangun keintiman di antara mereka baik dalam susah maupun senang dan menghargai perjanjian yang telah disepakati (White, et, al, dalam Mulyani (2010).

  Ketiga partisipan, baik P1, P2, dan P3 semua berkomitmen untuk menggunakan waktu cuti pasangan melakukan hal-hal berdua. Seperti misalnya jalan-jalan berdua, makan berdua bahkan melakukan pekerjaan ruamh tangga pun dilakukan berdua.

  Berkaitan dengan komunikasi, P1 P2 dan P3 sependapat bahwa komunikasi dalam hubungan jarak jauh itu sangat penting dan berguna untuk menghindari salah paham dan mengungkapkan rasa sayang. Namun begitu, masih saja ada hal-hal yang membuat salah paham, seperti misalnya kendala signal yang hilang sehingga sulit Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan White, et, al, dalam Mulyani (2010), terdapat faktor yang mempengaruhi intimasi, yaitu : orientasi hubungan, komunikasi, perhatian, komitmen, seksualitas. Seperti yang diketahui bahwa komunikasi dalam menjalani hubungan itu sangat penting.

  Kemudian dalam hal kemandirian, P1 kurang mandiri jika dilihat dalam hal mengambil keputusan, hal ini disebabkan P1 pernah salah mengambil keputusan sehingga sekarang dalam mengambil keputusan lebih banyak mengandalkan pasangannya. Sedangkan untuk P2 dan P3, dalam beberapa hal bisa mengambil keputusan sendiri dan tidak bergantung pada pasangan. Hal ini agak berbeda dari pendapat yang dikemukakan oleh Rathus, Nevid dan Rathus dalam Irawati (2015) bahwa keintiman itu berbicara mengenai kedekatan dan keterhubungan secara sosial emosional serta adanya keinginan untuk berbagi pikiran dan perasaan satu sama lain.

  Selanjutnya mengenai kepedulian dan afeksi, karena hubungan yang dijalani merupakan hubungan jarak jauh, maka P1, P2 dan P3 lebih banyak menunjukkan perhatiannya lewat pesan singkat. Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Titi Setiani (2012) bahwa adanya hubungan komunikasi yang intens atau sering dapat meningkatkan keintiman pada pasangan jarak jauh.

  Selanjutnya dalam hal memahami sifat pasangan, P1, P2 dan P3 mempunyai cara sendiri. Seperti pada P1 yang berusaha memahami melalui kebiasaan pasangannya saat marah. Sedangkan pada P2 berusaha mengerti dan mengalah saat pasangannya marah. Berbeda halnya dengan P3 yang berusaha memberikan perhatian yang lebih kepada pasangannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (White, et, al, dalam Mulyani 2010) yang menyatakan bahwa perhatian merupakan suatu sikap atau dari kekuatan perasaan yang positif terhadap orang lain tersebut. Karakteristik perhatian pada keintiman bisa terjadi hanya ketika dua orang saling berinteraksi.

  Setiap partisipan memiliki cara yang hampir sama dalam memberikan

  

empatinya terhadap pasanganya, yaitu dengan cara bertanya dan memberikan nasehat-

  nasehat pada pasangannya meskipun hanya melalui sms. Hal ini sesuai dengan penelitian(David & Ferguson dalam Handayani, 2006)ada beberapa faktor yang mempengaruhi keintiman antara lain : rasa aman, komitmen, menerima pasangan tanpa syarat dan masa lalu yang bahagia.

  Dari semua partisipan, baik P1, P2 dan P3, semuanya memahami dampak

Dokumen yang terkait

3.1 Variabel Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kemampuan Penguasaan Musik dengan Self-Esteem Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Dasar Kristen 04 Yayasan Pendidikan Eben Haezer GKI Salati

0 0 18

4.1. Orientasi Kancah Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kemampuan Penguasaan Musik dengan Self-Esteem Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Dasar Kristen 04 Yayasan Pendidikan Eben Haezer G

0 1 23

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kemampuan Penguasaan Musik dengan Self-Esteem Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Dasar Kristen 04 Yayasan Pendidikan Eben Haezer GKI Salatiga

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kemampuan Penguasaan Musik dengan Self-Esteem Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Dasar Kristen 04 Yayasan Pendidikan Eben Haezer GKI Salatiga

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Kemampuan Penguasaan Musik dengan Self-Esteem Ditinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa Sekolah Dasar Kristen 04 Yayasan Pendidikan Eben Haezer GKI Salatiga

0 0 26

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositori Ta

0 0 14

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositor

0 0 11

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Mod

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositori Tahun 2014/2015

1 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 02 Lajer dengan SDN 01 Bologarang Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Model Ekspositori Tahun 2014/2015

0 0 52