Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

ILAFI BRAHWETAGRANI

C0107027

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

commit to user

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Ilafi Brahwetagrani NIM : C0107027

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (Suatu Tinjauan Filologis) adalah betul –betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal –hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Desember 2011 Yang membuat pernyataan,

Ilafi Brahwetagrani

commit to user

MOTTO

Tak ada karya yang jatuh dari langit (A. Teeuw).

Sudah jangan menangis, orang jelek akan semakin jelek kalau menangis (Kim Joo Won).

Biarlah pahit dan pedih memberi warna pada laju sebuah proses, tapi nanti akan manis saat kita telah sampai tujuan (Penulis).

commit to user

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Mamahku Harini dan abahku Miftah Alim Harphanto terimakasih untuk curahan cinta, doa, serta kesabaran kalian.

2. Kakakku Tantra Alimi serta adik-adikku Jendra Dafastosa dan Harendra Halimi untuk semangat dan doanya.

3. Keluarga besar Brahim dan keluarga besar Shodiq Ridwan, terimakasih untuk semua.

4. Almamaterku.

commit to user

KATA PENGANTAR

Syukur Hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (Suatu Tinjauan Filologis)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna melengkapi gelar sarjana sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat dorongan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Supardjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan kesempatan, kemudahan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik atas segala

nasihat serta teguran kepada penulis sejak awal hingga akhir kuliah.

4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum. selaku Pembimbing I yang selalu penuh kesabaran, memberikan semangat, kemudahan, dan bimbingan kepada penulis.

commit to user

5. Drs. W. Hendro Saputro, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah banyak mamberikan bimbingan, nasihat dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar .

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis.

7. Seluruh kepala dan staf Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa dan Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta yang telah menyediakan berbagai referensi, dan Museum Radyapustaka Surakarta khususnya untuk Pak Engkong, terimakasih untuk pinjaman bukunya.

8. Adik-adikku Shllipta, Ayu Kristina Yulia Marta, Airy Mindia Swastuti, dan Anggraini Putri Permata Dewi terimakasih untuk doa, semangat, serta bantuannya baik materi maupun non materi.

9. Teman-teman seperjuangan, Roro, Dhagan, Ika, Astri, Dian, Puput, dan anak- anak Filologi 2007 Ebhe, Nophix, Tina, TP, Sulung, dan Panca, serta mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2007.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan kepenulisan di masa yang akan datang. Besar harapan penulis, karya sederhana ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, Desember 2011

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan naskah SBJJJ dan KBJJ ........................................... 11 Tabel 2. Lakuna Huruf .................................................................................. 39 Tabel 3. Lakuna Suku Kata ........................................................................... 40 Tabel 4. Adisi Huruf ...................................................................................

40

Tabel 5. Adisi Suku Kata ..............................................................................

40

Tabel 6. Adisi Kata ...................................................................................

41

Tabel 7. Adisi Kalimat ..................................................................................

41

Tabel 8. Hiperkorek ...................................................................................

41 Tabel 9. Substitusi

...................................................................................

42

Tabel 10. Transposisi ...................................................................................

43

Tabel 11. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata sadhêgan, sèdhêgan, sèdhêkan, dan

sadhêkan .......................................................................................

43

Tabel 12. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata sagêd dan sagêt ................... 43 Tabel 13. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata kèmandèn dan kamandèn .... 44 Tabel 14. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata sêninjong dan saninjong ...... 45 Tabel 15. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata ênêp dan ênêb, Penggunaannya

pada Bentuk Kata mênêp dan mênêb ............................................

45

Tabel 16. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata makatên dan mangkatên ...... 45 Tabel 17. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata utêk dan utêg ....................... 45 Tabel 18. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata adat dan adad ...................... 46 Tabel 19. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata sawêg dan sawêk ................. 46 Tabel 20. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata ambêkan dan ambêgan ........ 46 Tabel 21. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata jog dan jok ........................... 46 Tabel 22. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata endrak dan enjrak ................ 46 Tabel 23. Ketidakkonsistenan Penulisan Kata nyêlupakên dan nyêlubakên . 47

commit to user

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Diagram Ikhtisar SBJJJ .............................................................. 37

commit to user

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

AD : Anno Domini

AJ

: Anno Javano

b : baris

BAB

: buang air besar

cm

: senti meter

dkk

: dan kawan-kawan

dsb

: dan sebagainya

e : dibaca seperti dalam bahasa Indonesia kata „sate‟

: dibaca seperti dalam bahasa Indonesia kata „sukses‟

: dibaca seperti dalam bahasa Indonesia kata „telur‟

: Kamus Besar Bahasa Indonesia KBJJ : Kawruh Bab Jampi Jawi SBJJJ : Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi

KDBRJJ II : Kagungan Dalem Buku Racikan Jampi-Jampi jilid II No.

: nomor

R/T

: resep/tabel

… : menandai bahwa terdapat tuturan sebelumnya atau sesudahnya. „…‟

: menandai bahwa kata atau kelompok kata yang ada di dalamnya

makna atau glos. * : edisi teks berdasarkan pertimbangan linguistik

: pembenaran berdasarkan interpretasi peneliti

/ …/ : halaman yang tidak tercantumkan, tetapi masih dalam kesatuan

urutan resep dan tidak merubah makna tekstual : urutan resep yang tertukar

commit to user

ABSTRAK

Ilafi Brahwetagrani. C010727. 2011. Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang penelitian ini adalah (1) banyaknya varian penulisan yang ditemukan pada Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi sehingga harus dilakukan penelitian filologis. (2) Terdapat penggunaan êmpon-êmpon pada Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimanakah suntingan teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi yang bersih dari kesalahan dan yang mendekati asli? (2) Jenis tanaman obat tradisional apa sajakah yang termasuk êmpon-êmpon pada Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi?

Tujuan penelitian ini adalah (1) menyajikan suntingan teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi yang bersih dari kesalahan dan yang mendekati asli. (2) Mendeskripsikan jenis tanaman obat tradisional khususnya jenis êmpon-êmpon pada Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian filologis yang bersifat deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research). Sumber data penelitian ini adalah Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta yang menyimpan naskah Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi. Data berupa naskah Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi yang di dalamnya terkandung teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik studi pustaka dan teknik fotografi. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis data secara filologis dan analisis isi. Analisis data secara filologis menggunakan metode edisi standar. Adapun analisis isi dilakukan dengan mendeskripsikan tanaman obat tradisional pada Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi dengan jenis êmpon- êmpon.

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi koleksi Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta bernomor katalog KS 617 550 Ra adalah naskah tunggal. Setelah melalui cara kerja filologis maka suntingan teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi dalam penelitian ini merupakan teks yang bersih dari kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (2) Terdapat 33 jenis êmpon-êmpon yang ditemukan dalam naskah Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi yaitu: (a) Bêngle, (b) Dringo, (c) Jahe, (d) Jahe merah, (e) Kapulaga lokal, (f) Kencur, (g) Kunci kuning, (h) Kunci pêpêt, (i) Kunci putih, (j) Kunyit jantan, (k) Kunyit putih, (l) Kunyit/temu kuning, (m) Lempuyang, (n) Lempuyang merah, (o) Lempuyang pahit, (p) Lempuyang wangi, (q) Lengkuas merah, (r) Lengkuas, (s) Pacing, (t) Sunthi, (u) Temu, (v) Temu badhur , (w) Temu bayi, (x) Temu giring, (y) Temu guroh/têmu poh, (z) Temu hitam, (aa) Temu kunci, (bb) Temu lawak, (cc) Temu pure, (dd)Temu putih, (ee) Temu tis/pathi, (ff) Temu uwos, dan (gg) Temu wuku. Selain itu terdapat pula satu resep jamu Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi yang di dadalamnya terdapat penggunaan êmpon-êmpon , tetapi tidak dijelaskan secara spesifik apa saja jenis êmpon-êmpon yang digunakan.

commit to user

SARI PATHI

Ilafi Brahwetagrani. C0107027. 2011. Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Dhaerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Alêsan panalitèn punika (1) kathahipun varian kapanggih ing Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi pramila kêdah dipuntêliti kanthi filologis. (2) Wontênipun panganggean êmpon-êmpon ing Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Prêkawis ingkang dipunrêmbag wontên panalitèn punika (1) kados pundi suntingan teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi? (2) Jinis tanêman jamu tradisional punapa kemawon ingkang kalêbêt êmpon-êmpon wontên ing Sêrat Buk Jampi- Jampi Jawi?

Ancasing panalitèn punika (1) angaturakên suntingan teks Sêrat Buk Jampi- Jampi Jawi ingkang rêsik saking kalêpatan saha ingkang cakêt kaliyan babonipun. (2) Angandharakên jinising tanêman jamu tradisional ingkang kalêbêt êmpon- êmpon wontên ing Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Wujud panalitènipun inggih punika panalitèn filologis ingkang sipatipun deskriptif kualitatif . Jinis panalitènipun inggih punika panalitèn pustaka (library research) . Sumbêr dhatanipun Perpustakaan Sana Pustaka ingkang ngrimat Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi. Dhatanipun awujud naskah Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi ingkang lêbêtipun wontên teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi. Teknik pangêmpalan dhata ingkang dipun-ginakakên wontên panalitèn punika teknik studi pustaka lan teknik fotografi . Teknik analisis dhata kanthi filologis lan analisis isi. Metode edisi standar kaginakakên kangge analisis data kanthi filologis. Analisis isi kanthi angandharakên jinising tanêman jamu tradisional ingkang kalêbêt êmpon-êmpon wontên ing Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Dudutan wontên panalitèn punika: (1) Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi kagunganipun Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta kanthi angka katalog KS 617 550 Ra kasêbut naskah tunggal. Sasampunipun dipuntêliti kanthi filologis , suntingan teks Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi wontên ing panalitèn punika kalêbêt teks ingkang rêsik saking kalêpatan saha sagêd dipuntanggêljawabakên kanthi ilmiah. (2) Wontên 33 jinis êmpon-êmpon ing Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi inggih punika: (a) Bêngle, (b) Dringo, (c) Jae, (d) Jae abrit, (e) Kapulaga, (f) Kêncur, (g) Kunci kuning, (h) Kunci pêpêt, (i) Kunci pêthak, (j) Kunir jalêr, (k) Kunir pêthak, (l) Kunir, (m) Lêmpuyang, (n) Lêmpuyang brit, (o) Lêmpuyang êmprit/lêmpuyang prit, (p) Lêmpuyang wangi, (q) Laos abrit, (r) Laos, (s) Pacing, (t) Sunthi, (u) Têmu, (v) Têmu badhur, (w) Têmu blènyèh/glènyèh, (x) Têmu giring, (y) Têmu guroh/têmu poh, (z) Têmu cêmêng, (aa) Kunci, (bb) Têmu lawak, (cc) Têmu pure, (dd) Têmu pêthak, (ee) Têmu tis/pathi, (ff) Têmu uwos, dan (gg) Têmu wuku. Wontên satunggal resep jamu Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi ingkang ginakakên êmpon-êmpon, nanging botên dipunandharakên jinising êmpon-êmpon ingkang dipun-ginakakên.

commit to user

ABSTRACT

Ilafi Brahwetagrani. C010727. 2011. Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (Suatu Tinjauan Filologis). Thesis: Regional Literature Department of Literature and Fine Arts Faculty of the University Eleven March Surakarta.

The reason in this study are (1) There are many variants on manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi that have to study by philological research. (2) There are many êmpon-êmpon use in manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Problems discussed in this study are (1) how Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi ‟s text edits are clean of errors and near-native? (2) What type of traditional medicinal plants are included êmpon-êmpon on the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi ?

The purpose of this study were (1) presenting a clean Sêrat Buk Jampi- Jampi Jawi ‟s text edits from errors and near-native. (2) Describe the types of traditional medicinal plants including êmpon-êmpon on the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi .

Form of philological research is research that is descriptive qualitative. This type of research is the kind of research library (library research). Source of research data is Sasana Pustaka library, Surakarta Palace which saves the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi. Data is manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi which has text of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.Collecting data in this study using literature techniques and photographic techniques. Techniques of data analysis in this research that a philological analysis of data and content analysis. Philological analysis of data using standard edition. The content analysis conducted by describing traditional medicinal plants including êmpon-êmpon on the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi.

Based on the results of data analysis we can conclude several things: (1) Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi , collection of Sasana Pustaka Library with catalog numbered Kraton Surakarta KS 617 550 Ra is a single script. After going through the workings of philology, Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi in this study is a clean text of the error and can be justified scientifically. (2) There are 33 types traditional medicinal plants including êmpon-êmpon on the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi : (a) Bêngle, (b) Dringo, (c) Jahe/jae, (d) Jahe merah/jae abrit , (e) Kapulaga lokal/kapulaga, (f) Kencur, (g) Kunci kuning, (h) Kunci pêpêt, (i) Kunci putih/kunci pêthak, (j) Kunyit jantan/kunir jalêr, (k) Kunyit putih/kunir pêthak , (l) Kunyit/temu kuning/kunir, (m) Lempuyang, (n) Lempuyang merah/lêmpuyang brit, (o) Lempuyang pahit/lêmpuyang êmprit/lêmpuyang prit, (p) Lempuyang wangi, (q) Lengkuas merah/laos abrit, (r) Lengkuas/laos, (s) Pacing , (t) Sunthi, (u) Temu, (v) Temu badhur, (w) Temu bayi/têmu blènyèh /glènyèh, (x) Temu giring, (y) Temu guroh/têmu poh, (z) Temu hitam/têmu cêmêng, (aa) Temu kunci/kunci, (bb) Temu lawak, (cc) Temu pure, (dd)Temu putih/têmu pêthak, (ee) Temu tis/pathi, (ff) Temu uwos, dan (gg) Temu wuku . There‟s a prescription which on the manuscript of Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi that contains êmpon-êmpon, but it is not describes clearly.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peninggalan sejarah suatu bangsa dapat memberikan kejelasan tentang sejarah dan budaya. Peninggalan sejarah dan budaya terdiri dari berbagai macam, yaitu peninggalan yang berupa bangunan ataupun reruntuhan, dan kesaksian tertulis. Peninggalan yang berupa kesaksian tertulis lebih banyak memberikan informasi untuk kepentingan sejarah dan kebudayaan. Salah satu kesaksian tertulis adalah naskah, sehingga naskah lama penting untuk dipelajari. Melalui naskah dapat dimengerti cara berpikir bangsa yang menyusunnya. Berarti isi suatu naskah bisa meliputi aspek kehidupan budaya suatu bangsa, mencakup bidang-bidang seperti agama, sejarah, filsafat, mistik, ekonomi, sastra, astronomi, ajaran moral, bangunan, obat-obatan, politik, sosial, budaya, serta hal-hal lain yang menyangkut keperluan hidup bangsa secara menyeluruh. Dengan demikian peranan naskah sangat penting pada masa itu karena naskah masih diacu dalam kehidupan mereka (Haryati Soebadio, 1991:1).

Naskah dalam pengertian filologis adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau (Siti Baroroh Baried, 1983:54). Pengertian leksikal adalah 1. Karangan yang masih ditulis dengan tangan; 2. Karangan seseorang yang belum diterbitkan;

3. Bahan-bahan berita yang siap untuk diset; 4. Rancangan (KBBI, 2005:776). Haryati Soebadio (1991:3) juga menambahkan bahwa dokumen tertulis atau naskah lama bisa dipelajari melalui berbagai jenis penelitian. Untuk mempelajari

commit to user

naskah lama tidak bisa lepas dengan bahasa yang digunakan pada masa itu. Bahasa hanya dapat diartikan dalam konteks dan latar belakang kebudayaan serta pikiran pihak yang membuatnya karena setiap bahasa selalu berkembang sesuai jamannya. Dengan demikian, bisa menguasai suatu bahasa belum cukup untuk menangkap maksud yang terkandung dalam teks suatu naskah. Untuk mempelajari naskah diperlukan pengetahuan tentang kode bahasa, kode sastra,

dan kode budaya masyarakat yang melahirkan naskah tersebut.

Pada jaman dahulu belum dikenal mesin ketik atau bahkan mesin fotokopi, maka untuk memiliki suatu naskah, orang harus menyalinnya dengan cara menulis tangan. Hal itu dalam istilah filologi disebut dengan istilah tradisi penyalinan naskah, sehingga suatu teks bisa saja terdapat dalam dua naskah atau lebih. Naskah-naskah inilah yang umumnya banyak terdapat perbedaan. Adapun perbedaan tersebut sering disebut dengan istilah variasi teks. Munculnya variasi tersebut akibat dari penyalinan naskah. Frekuensi tinggi penyalinan menunjukkan bahwa naskah itu sangat digemari, sedangkan sebaliknya merupakan petunjuk kurang populernya suatu naskah (Siti Baroroh Baried, 1983: 95).

Perlu adanya penelitian dan penyuntingan mengenai naskah yang sebaik-baiknya agar dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut atau untuk penelitian bidang lain yang berhubungan dengan naskah, yaitu menggunakan teknik telaah atau cara yang tepat berupa penelitian filologi. Tanpa penelitian filologi, penyuntingan naskah sukar dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Edwar Djamaris, 2002: 1). Tugas filolog adalah membuat teks terbaca dan dimengerti yaitu dengan cara menyajikan dan menafsirkan teks (S. O. Robson, 1994:12). Menurut Chamamah Soeratno, tujuan filologi

commit to user

adalah untuk menentukan variasi teks yang asli, yang orisinal (2003: 8). Ilmu ini lebih dikenal dengan filologi tradisional. Sedangkan menurut Haryati Soebadio tujuan utama penelitian filologi adalah untuk memahami dan menjelaskan isi naskah sesuai atau sedekat mungkin dengan makna yang dimaksud dalam penulisan aslinya (1991:9).

Menurut Nancy K. Florida (1996:47-49), naskah diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu: (1) sejarah, di dalamnya termasuk kronologis, dinasti, dan silsilah; (2) adat istiadat keraton, perayaan, serta arsip Keraton Surakarta dan Yogyakarta; (3) arsitektur dan keris; (4) hukum; (5) sejarah pustaka raja dalam bentuk prosa dan macapat; (6) roman sejarah dalam bentuk dongeng panji; (7) ramalan; (8) kesusastraan yang bersifat mendidik, termasuk di dalamnya etika dan pendidikan Islam; (9) wayang; (10) cerita wayang; (11) dongeng sastra klasik yang berisi kakawin dan terjemahan Jawa modern; (12) syair puisi; (13) roman Islam berisi cerita menak; (14) ajaran Islam yang berisi suluk; (15) sejarah Islam; (16) musik dan tari; (17) linguistik dan kesusastraan; (18) mistik kejawen; (19) pengetahuan adat istiadat Jawa, yang di dalamnya terdiri dari penanggalan, perhitungan waktu, hipologi, dan obat-obatan; (20) lain-lain.

Berdasarkan pengklasifikasian dari Nancy K. Florida naskah yang diangkat menjadi bahan kajian ini adalah naskah jenis pengetahuan adat istiadat Jawa (klasifikasi nomor 19) yaitu naskah obat-obatan. Selanjutnya dilakukan inventarisasi naskah dengan membaca beberapa katalog, yaitu:

1. Deskriptive Catalogus of the Javanese manuscripts and Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta ( Girardet – Sutanto, 1983 ).

commit to user

2. Javanese Language Manuscrips of Surakarta Central Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II ( Nancy K. Florida, 1996 )

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I Museum Sonobudoyo Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-A dan B Fakultas Sastra Universitas Indonesia (T. E. Behrend dan Titik Pujiastuti,1997)

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (T.E. Behrend, 1998 )

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta (Jennifer Lindsay, R. M. Soetanto, dan Alan Feinstein, 1994)

7. Daftar Naskah Perpustakaan Museum Radya Pustaka Surakarta (Nancy K. Florida, 1981)

Naskah obat-obatan di dalam katolog di atas yaitu Kagungan Dalem Buku Racikan Jampi-Jampi Jawi Jilid II , Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi, Kawruh Bab Jampi Jawi, Bab Lêlara Bèri-Bèri, Bab Lêlara Kolerah, Primbon Jampi Jawi Jilid

1, 2, 4, Kagungan Dalêm Sêrat Racikan Borèh saha Parêm Yasan Dalêm Ingkang Sinuhun Kaping IX, Resep Jampi-Jampi Jawi, Usada Keling, Tenung Saptawara.

Banyaknya judul naskah obat-obatan dipilihlah naskah yang berjudul Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi (selanjutnya disingkat SBJJJ) sebagai objek penelitian ini.

SBJJJ dipilih sebagai objek penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: Pertama , dari segi filologis teks SBJJJ ini ditemukan banyak sekali varian penulisan, terdapat ketidakkonsistenan penulisan kata oleh penulis. Selain itu terdapat pula halaman yang tidak tercantumkan, tetapi masih dalam kesatuan

commit to user

urutan resep tanpa mengubah makna tekstual. Ada pula penulisan resep dengan nomor resep yang sama, tetapi dengan judul resep yang berbeda dan bahan ramuan yang berbeda. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengkaji naskah ini secara filologis untuk menghasilkan sebuah teks yang diperkirakan paling mendekati aslinya dan menyediakan terbitan naskah yang bersih dari kesalahan dan mudah dipahami oleh pembaca. Kedua , akhir-akhir ini, tampak adanya gaya hidup sehat pada masyarakat untuk

menggunakan produk yang berasal dari alam. Telah banyak jamu yang telah

diteliti secara ilmiah untuk mengetahui kandungan aktif di dalamnya, salah satunya êmpon-êmpon sehingga peneliti tertarik untuk meneliti SBJJJ yang di dalamnya terdapat tanaman obat yang termasuk kelompok êmpon-êmpon.

Selain itu SBJJJ juga belum pernah diteliti secara filologis, meskipun sudah terdapat alih aksaranya yang dialih aksarakan oleh Sri Sulistyawati pada bulan Juni 1985 pada proyek Ford Foundation.

Menurut Pigeaud, naskah mengenai obat-obatan pada umumnya mengandung petunjuk mengenai ramuan obat-obatan tradisional yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan (jamu), tetapi terdapat juga naskah mengenai obat-obatan yang memberi petunjuk mengenai cara pengobatan lewat jalan mistik, meditasi, yoga, dan sebagainya (dalam Haryati Soebadio, 1991:12). Naskah SBJJJ berisi tentang berbagai macam ramuan jamu untuk beberapa keluhan penyakit bagi manusia dan hewan, beberapa makanan dan tindakan yang merupakan pantangan untuk suatu penyakit, serta beberapa ramuan lainnya (untuk menjerat hewan dan menghindari sengatan lebah).

commit to user

Naskah SBJJJ merupakan naskah yang mengalami proses penyalinan. Naskah salinan dari SBJJJ adalah Kawruh Bab Jampi Jawi (selanjutnya disingkat KBJJ ). Kedua naskah itu merupakan koleksi Perpustakaan Sasana Pustaka Keraton Surakarta. Berikut adalah perbandingan SBJJJ dengan KBJJ:

SBJJJ

1. Penemuan judul SBJJJ berdasarkan pada lembar awal halaman sebelum masuk ke dalam isi naskah karena tidak tercantum judul pada halaman depan naskah (cover).

Grafik 1 . Cover SBJJJ

Grafik 2 . Penemuan Judul

Kantor Sana Pustaka nampèni Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi sangking Pangagênging Parentah Karaton kadhawuhan ngrimati sarta mingit. Bêsar Jimakir, angka 1858.

Riya Sastra Atmaja.

Kantor Sana Pustaka menerima buku Sêrat Buk Jampi-Jampi Jawi dari petinggi pemerintah keraton untuk berkewajiban merawat serta menjaganya. Bulan Bêsar, tahun Jimakir 1858.

Riya Sastra Atmaja.

2. SBJJJ berbentuk prosa berjumlah 334 halaman dengan 782 resep jamu yang berbentuk paragraf, berisi tentang berbagai macam ramuan jamu

commit to user

untuk beberapa keluhan penyakit bagi manusia dan hewan, beberapa makanan dan tindakan yang merupakan pantangan untuk suatu penyakit, serta beberapa ramuan lainnya (untuk menjerat hewan dan menghindari sengatan lebah). Terdapat halaman yang tidak tercantumkan pada teks SBJJJ , tetapi masih dalam kesatuan urutan resep yaitu halaman 382, 386, 388, 455, dan 461. Hal tersebut tidak membuat makna tekstualnya berubah. Hal ini disinyalir penulis kurang teliti dalam memberi penomoran.

…toya jê-/385/ram 3, bung glonggong satunggal kagodhog, lajêng dipununjukakên.

Angka 1042 Jampi tiyang mutah rah. Oyot pisang kluthuk, oyot kara pêthak sami nyatêkêm, brambang, lajêng dipundhêplok, kaunjukakên sabên enjing.

Angka 1043 Panunggilanipun jampi tiyang mutah rah. Godhong waru nèm, godhong bayêm siti, godhong lathi sami 3 punggêl, kapipis kang lêmbat, kaunjukna wanci enjing.

Angka 1044 Jampi tiyang sakit cika, inggih punika wawratan botên kèndêl-kèndêl.

Arèng jati sadariji, karkêlak bok manawi punika têmêndhil marmot 3, agêl satungal dariji, sapu duk ugi sadariji, kropak kaliyan tutup saji 10 dariji, yatra slaka sakêthip, gobog satunggal, mungsi, kêtumbar sami 5 saga, trawas

3 lêmbar, jintên cêmêng 5 saga, jintên pêthak 4 saga, mêsoyi panjangipun sadariji, rasuk angin 3 saga, kêdhawung 3 kabakar, botor 7, bêton nangka blonyong satunggal, jae, kunci, lêmpuyang sami 3 iris, klêmbak 5 saga, pucuk 3 saga, dipun-godhog kaliyan toya ½ siwur, lajêng kaunjuk kados ngunjuk wedang.

/ …/ /387/ Angka 1045 Jampi tiyang sakit dipuntêdha sambang…

…air jeruk 3, rebung glonggong satu direbus, lalu diminumkan. Nomor 1042 Jamu orang muntah darah. Akar pisang kluthuk, akar kara putih masing-masing satu genggam, bawang merah, lalu di-dhêplok, diminumkan setiap pagi.

Nomor 1043 (jamu) yang lain (untuk) orang muntah darah. Daun waru muda, daun bayam tanah, daun lathi masing-masing 3 tangkai, di- pipis sampai lumat, diminum waktu pagi.

Nomor 1044 Jamu orang sakit cika, inggih punika BAB tidak berhenti- berhenti.

Arang jati satu jari, karkêlak mungkin (disebut) kotoran marmut 3, agêl satu jari, sapu ijuk juga satu jari, kropak dengan tutup saji 10 jari, uang slaka satu kêthip , gobog satu, mungsi, ketumbar masing-masing 5 saga, trawas 3 lembar, jintan hitam 5 saga, jintan putih 4 saga, mêsoyi panjangnya satu jari, rasuk angin

3 saga, kêdhawung 3 dibakar, botor/kecipir 7, biji nangka blonyong satu, jahe, kunci, lempuyang masing-masing 3 iris, klêmbak 5 saga,

commit to user

wedang .

Nomor 1045 Jamu orang sakit sambang…

Terdapat pula penulisan nomor resep ganda, yaitu resep ke-1352 ditulis dua kali, tetapi dengan resep yang berbeda. Resep ke-1380 juga ditulis dua kali, tetapi dengan resep yang berbeda. Untuk membedakannya, penulisan resep pada transliterasi menjadi 1352a, 1352b serta 1380a, 1380b.

Angka 1352a Yèn sagawon nêdha racun. Godhong jampanah kapipis ingkang lêmbat toyanipun kaombèkakên.

Angka 1352b Jampi tiyang nêdha racun. Godhong salamaki wawrat 3 dhuwit dipunbubuk, dipunwor kaliyan pêrêsan lêmbu. Katêdha ing wanci enjing, 3 kenjing mantun .

Nomor 1352a Jika anjing keracunan. Daun jampanah di-pipis sampai lumat, airnya diminumkan. Nomor 1352b Jamu orang keracunan. Daun salamaki 3 dhuwit dibuat serbuk, dicampur dengan perasan sapi. dimakan pada waktu pagi, selama 3 pagi sembuh.

3. Tidak terdapat keterangan nama pengarang.

4. Jenis huruf SBJJJ adalah ngêtumbar (bulat-bulat) miring.

5. Gaya penulisan resep ditulis dengan bentuk paragraf, tiap resep diawali dengan kata angka…’nomor…’ diikuti judul resep, setelah itu di bawahnya tertulis ramuan jamu apa saja yang dipakai.

Grafik 3 . Gaya Penulisan Resep Jamu SBJJJ

Angka 955, Jampi kêmuning, kangge tiyang èstri nèm supados anyaèkakên badan. Godhong kêmuning satêkêm, têmu tuwin kunci sami 3 iji, jintên pêthak 5 saga, mêsoyi panjangipun sadriji…

Nomor 955 Jamu kemuning: untuk wanita muda agar dapat menyehatkan badan. Daun kemuning segenggam, temu dan temu kunci masing-masing 3 buah, jintan putih 5 saga,

mêsoyi sepanjang satu ruas jari…

commit to user

6. SBJJJ ditulis pada Besar Jimakir 1858 (AJ), terdapat pada halaman pertama sebelum masuk esensi ke naskah,atau sekitar Desember 1927 (AD)

Grafik 4 . Kolofon Naskah SBJJJ

Bêsar Jimakir angka 1858.

Bulan Bêsar tahun Jimakir 1858

7. Penulisan halaman ditulis bolak-balik.

8. Keadaan naskah agak rapuh, mengingat usia naskah yang cukup tua serta bahan kertas yang tua yaitu kertas ber-watermark qonqueror.

KBJJ

1. Penemuan judul KBJJ tercantum pada cover depan naskah. Grafik 5 . Cover KBJJ

Kawruh Bab Jampi Jawi

2. KBJJ hanya terdapat 15 halaman dengan 52 resep jamu (52 paragraf), dengan urutan resep jamu sama yang terdapat pada SBJJJ, selebihnya berupa lembaran halaman kosong.

3. Tidak terdapat keterangan nama pengarang.

4. Jenis huruf KBJJ adalah ngêtumbar (bulat-bulat) miring.

5. Gaya penulisan resep ditulis dalam bentuk paragraf, tidak ada kata angka … ‘nomor…’ untuk menyebutkan urutan resep. Nomor resep

commit to user

ditulis dengan angka Jawa di tepi resep diikuti judul resep, setelah itu di bawahnya tertulis ramuan jamu apa saja yang dipakai.

Grafik 6 . Gaya Penulisan Resep KBJJ

4. Jampi gêndhis ganthi kangge tiyang nèm. Kajêng garu ramês 7 saga, klêmbak sasaga, sari kuning sasaga, jêbug 3 iris, pala jalêr satunggal, kajêng kasturi, kajêng garu sami wawrat 7 saga, godhong kêmuning satêkêm, kajêng sêcang 7 saga…

4. Jamu gêndhis ganthi untuk remaja. Kayu garu ramês 7 saga, klêmbak 1 saga, jêbug 3 iris, pala jantan 1, kayu kasturi, kayu garu masing-masing 7 saga, daun kemuning segenggam, kayu secang 7 saga …

6. Tidak dicantumkan waktu penyalinannya.

7. Penulisan halaman ditulis bolak-balik.

8. Keadaan naskah masih lumayan baik karena bahan kertas yang digunakan cukup baru, yaitu kertas folio bergaris.

Proses penyalinan KBJJ tidak dilanjutkan lagi, berhenti pada halaman 15. Terdapat penulisan resep dengan gaya penulisan seperti SBJJJ yaitu penggunaan kata angka … ‘nomor…’ untuk mengawali tiap resep. Terlihat juga seakan-akan penyalinan belum selesai dikerjakan jika melihat sisa dari halaman kosong yang ada. Teks ini ditulis bolak-balik, sehingga pada halaman ini seperti masih ada tulisan lagi di balik halaman ini, tetapi itu hanyalah tinta penulisan halaman sebelumnya yang menempel pada halaman ini seolah-olah masih terdapat lagi halaman di belakangnya.

commit to user

Grafik 7 . Proses Penyalinan KBJJ yang tidak Dilanjutkan

angka 1007, tapêlipun. angka 1007, tapêlipun.

Nomor 1007, tapêl-nya.

Berikut digambarkan perbandingan dalam naskah SBJJJ dan KBJJ dalam bentuk tabel.

Tabel 1 . Perbandingan Naskah SBJJJ dan KBJJ

1. Keterangan judul

Pada lembar awal

halaman sebelum masuk ke dalam isi

naskah.

Tercantum pada cover depan naskah.

2. Bentuk

Gancaran /Prosa.

Gancaran /Prosa. 3.

Jumlah halaman/paragraf

334 /780

15/52

4. Keterangan penulis

Tidak ada.

Tidak ada.

5. Huruf

Ngêtumbar (bulat-

bulat) miring.

Ngêtumbar (bulat- bulat) miring.

6. Gaya penulisan resep

Diawali dengan kata

angka … ‘nomor…’

Tidak ada kata untuk menyebutkan urutan

resep, nomor resep ditulis dengan angka Jawa di tepi resep.

7.

Keterangan waktu penulisan/penyalinan

Ada.

Tidak ada.

8. Penulisan halaman

Ditulis bolak-balik.

Ditulis bolak-balik.

9. Keadaan naskah

Agak rapuh.

Masih lumayan baik.

Berdasarkan tabel tersebut naskah KBJJ merupakan fragmen, sehingga kedua naskah ini tidak bisa dibandingkan menggunakan metode penyuntingan

naskah jamak. Menurut Edwar Djamaris naskah-naskah yang berupa fragmen,

commit to user

naskah yang tidak lengkap dan tidak utuh digugurkan dan tidak perlu lagi dilibatkan dalam penelitian selanjutnya untuk menentukan naskah yang asli atau berwibawa (2002:13). Naskah KBJJ dieliminir dan dijadikan sebagai data sekunder.

SBJJJ ditulis pada masa pemerintahan Paku Buwana X merupakan naskah lanjutan dari Kagungan Dalem Buku Racikan Jampi Jawi Jilid II (selanjutnya disingkat KDBRJJ II) yang telah diteliti secara filologis oleh Eko Widiyanto (2002). Hal ini ditandai dengan adanya tulisan tamat ‘tamat’ pada halaman 617 SBJJJ yang menandakan akhir dari semua catatan resep SBJJJ. Setelah ditandai dengan kata tamat ‘tamat’ yang menandakan berakhirnya penulisan semua catatan resep, terdapat pula tabel yang berisikan 782 judul resep yang ada dalam SBJJJ (mulai nomor 955 s/d 1734). Tidak hanya tabel yang berisi judul resep yang ada pada SBJJJ saja, tetapi juga 454 judul resep KDBRJJ II (mulai nomor 501 s/d 954) dan 500 resep lagi sebelum KDBRJJ II (mulai nomor 1 s/d 500 ). Hal ini mengindikasikan bahwa resep-resep yang tertulis ini merupakan sebuah rangkaian kumpulan resep jamu yang dibuat pada masa Paku Buwana X yang dijadikan dalam 3 buku, dengan rincian: Buku pertama : berisi 500 judul resep mulai resep nomor 1 s/d 500. Setelah melalui tahap pelacakan, buku pertama ini tidak ditemukan di berbagai tempat koleksi penyimpanan naskah. Buku kedua : berjudul KDBRJJ II berisi 454 judul resep mulai nomor 501 s/d 954, yang telah diteliti secara filologis oleh Eko Widiyanto (2002). Buku ini tersimpan di Perpustakaan Kasunanan Surakarta.

commit to user

Buku ketiga : berjudul SBJJJ berisi dari 782 judul resep mulai resep nomor 955 s/d 1734, yang saat ini dalam tahap penelitian penulis. Buku ini juga tersimpan di Perpustakaan Kasunanan Surakarta. Berdasarkan indikasi tersebut, dapat diketahui kedudukan SBJJJ berada pada buku urutan ketiga.

Terdapat dua alasan yang melatarbelakangi SBJJJ dijadikan objek penelitian. Dari segi filologis dan dari segi isi. Pertama, berdasarkan segi filologis, agar naskah tersebut dapat terbaca dan terpahami oleh pembaca. Selain itu terdapat beberapa varian pada naskah tersebut.

Varian yang ditemukan yaitu:

a. Lakuna: bagian yang terlampaui/kelewatan, baik huruf, suku kata, kata, kelompok kata ataupun kalimat. Lakuna Huruf.

Grafik 8 . Lakuna Huruf

Halaman 514, resep ke-1416, baris 17. Tertulis jampi abu tanpa jalaran. Seharusnya tertulis jampi abuh tanpa jalaran (jamu bengkak tanpa sebab).

Lakuna Suku Kata

Grafik 9 . Lakuna Suku Kata

Halaman 351, resep ke-972, baris 11. tertulis angka 972 Manawi sampun santun din ngangge... Seharusnya tertulis angka 972 Manawi sampun santun dintên ngangge …(nomor 972 Jika sudah berganti hari memakai...).

b. Adisi : penambahan baik huruf, suku kata, kata, kelompok kata ataupun kalimat.

commit to user

Adisi Huruf

Grafik 10 . Adisi Huruf

Halaman 443, resep ke-1169, baris 2. Tertulis kauwur-uwurna kuku kang tatuh … Seharusnya tertulis kauwur-uwurna kuku kang tatu …( ditaburkan kuku yang luka…).

Adisi Suku Kata

Grafik 11 . Adisi Suku Kata

Halaman 353, resep ke-975, baris 15. tertulis …cêndhana jênggi, tuwinwin widara… seharusnya tertulis ... … cêndhana jênggi, tuwin widara...(cendana jênggi, dan bidara…).

Adisi Kata Grafik 12 . Adisi Kata

Halaman 362, resep ke-999, baris 18. tertulis …7 saga. Sadaya dipun garingakên. Lajêng kadhêplok dadosdados satunggal. Yèn badhe jampi mêndhêta saja… seharusnya tertulis …7 saga. Sadaya dipun

garingakên. Lajêng kadhêplok dados satunggal. Yèn badhe jampi mêndhêta saja…(…7 saga. Semua dikeringkan lalu di-dhêplok jadi satu. Jika akan memakai jamu ambillah sa…).

Adisi Kalimat

Grafik 13 . Adisi Kalimat

Halaman 494, resep ke-1346, baris 3. Tertulis …upa. Dipunkumbah lajêng kapipis kang lêmbat lajêng kapipis kang lêmbat nuntên dipuntapêlakên ing suku ingkang tatu wau. Sadintên sa … Seharusnya tertulis …upa. Dipunkumbah lajêng kapipis kang lêmbat nuntên dipuntapêlakên ing suku ingkang tatu wau. Sadintên sa … (…butir nasi. Dicuci lalu di-pipis sampai lumat kemudian di-tapêl-kan pada kaki yang luka tadi. Sehari se…)

c. Hiperkorek: perubahan ejaan karena pergeseran lafal.

Grafik 14 . Hiperkorek

Halaman 656, resep ke-1314, baris 11 . tertulis …mawi kurma. Seharusnya tertulis …mawi kruma.(…disertai kuman).

commit to user

d. Substitusi: pergantian huruf, kata, atau kalimat pada kalimat. Grafik 15 . Substitusi

Halaman 449, resep ke-1183, baris 3. Tertulis Jampi suku kang karaos bêgêl tuwin li … Seharusnya tertulis Jampi suku kang karaos pêgêl tuwin li… (Jamu kaki pegal dan li…).

e. Transposisi: perpindahan letak huruf, kata, atau kalimat pada teks. Grafik 16 . Transposisi

Halaman 528, resep ke-1466, baris 1. Tertulis … dados toya dêmila kaunjuk sa... Seharusnya tertulis … dados toya dêlima kaunjuk sa... (… menjadi air delima sa…).

f. Ketidakkonsistenan penulis. Grafik 17 . Ketidakkonsistenan Penulisan Kata sagêd dengan sagêt.

Halaman 432, resep ke-1139, baris 16

Halaman 355, resep ke-981, baris 21

Sagêd ipun lairing ja… (bisa lair ja-) Yèn tiyang botên sagêt tilêm (Jika orang tidak bisa tidur).

Contoh-contoh di atas adalah sedikit dari beberapa varian yang terdapat pada SBJJJ. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengkaji naskah ini secara filologis untuk menghasilkan sebuah teks yang diperkirakan paling mendekati aslinya dan menyediakan terbitan naskah yang bersih dari kesalahan dan mudah dipahami oleh pembaca.

Kedua, berdasarkan segi isi. Dalam hal ini hanya akan dideskripsikan jenis tanaman obat tradisional yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ. Êmpon-êmpon dipilih karena kepopulerannya di kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat banyak yang mengenal êmpon-êmpon terutama kaum wanita karena

commit to user

sering dimanfaatkan untuk bumbu dapur. Selain itu, êmpon-êmpon juga mudah didapat karena banyak ditemui di sejumlah pasar tradisional serta cara dan media penanamannya yang cukup mudah.

Naskah ini berisi tentang berbagai macam resep jamu untuk beberapa keluhan penyakit bagi manusia dan hewan, beberapa makanan dan tindakan yang merupakan pantangan untuk suatu penyakit, serta beberapa ramuan lainnya (untuk menjerat hewan dan menghindari sengatan lebah). Dapat diketahui bahwa jaman dulu masyarakat pada masa itu sudah mengenal ilmu kedokteran, dalam hal ini kedokteran tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Pengobatan tradisional pada umumnya lebih aman daripada obat-obatan modern karena obat tradisional tidak begitu keras (Werner, 2010:3).

Dikenal pula beberapa metode tradisional yang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat, seperti: Meriang dengan kerikan Kepala pusing dengan memakai pilis

Diare dengan meminum rebusan daun jambu biji

Tidak ada selera makan dengan meminum rebusan bratawali, temu lawak

Cara-cara atau metode pengobatan yang digunakan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat yang tentunya sesuai dan diterima oleh masyarakat pada masa itu (Sudarsono, Harini, Marsono, 2003:1).

Akhir-akhir ini, tampak adanya gaya hidup sehat pada masyarakat untuk menggunakan produk yang berasal dari alam. Selain harganya lebih murah, ketersedian bahannya pun cukup banyak di sekitar kita. Kini telah banyak obat- obatan tradisional yang telah diteliti secara ilmiah untuk mengetahui kandungan

commit to user

aktif di dalamnya. Dalam hal ini obat tradisional yang berjenis êmpon-êmpon, misalnya saja temu lawak (Curcuma xanthorthiza) yang digunakan sebagai jamu untuk menambah nafsu makan pada anak-anak ternyata dari pengkajian biologik, farmakologik diketahui bahwa unsur-unsur di dalamnya dapat mempengaruhi kerja empedu yang kurang baik dapat pula berefek sebagai anti radang atau anti oksidan (Sudarsono, Harini, Marsono ,2003:5). Dapat dikatakan bahwa telah ada bukti pemanfaatan dan khasiat obat tradisional yang telah teruji sehingga dapat dilakukan upaya pengembangannya lebih lanjut. Sudarsono, Harini, Marsono juga menambahkan bahwa obat-obatan tradisional pada perkembangannya saat ini juga dapat dituliskan dalam resep dokter atau disebut fitofarmaka (2003:2).

Saat ini sudah banyak produsen-produsen jamu yang sudah menggunakan teknik dan mesin yang modern. Misalnya saja PT. Mustika Ratu Tbk. Perusahaan ini didirikan tahun 1970 oleh Ibu BRA. Mooryati Soedibyo. Beliau adalah cucu dari Sri Susuhunan Paku Buwana X Keraton Surakarta. Tahun 1973, hobi minum jamu Mooryati Soedibyo yang dilakukan sejak masih belia, akhirnya dikembangkannya sebagai usaha. Ramuan jamu resep Keraton Surakarta yang semula diberikan kepada teman-temannya, akhirnya berubah menjadi bisnis. Produknya mulai diekspor ke kurang lebih 20 negara, diantaranya Rusia, Belanda, Jepang, Afrika Selatan, Timur Tengah, Malaysia dan Brunei. Produknya juga berkembang menjadi 800 buah produk, mulai dari balita, umum, super, dan premium. Produk-produk jamu Mustika Ratu dibuat dari bahan-bahan alami, seperti kunir ‘kunyit’ yang digunakan untuk ramuan lulur, bengkoang yang digunakan sebagai bahan kosmetik, dan masih banyak lagi. Hampir seluruh produk diramu sesuai resep leluhur pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat yang

commit to user

diwariskan turun menurun. Kini produk-produk ini dibuat dengan menggunakan teknik dan mesin modern yang memenuhi standar ketat kualitas dan keamanan (http://fman230.wordpress.com/assignments/task-1-2/ ) .

Menurut uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa SBJJJ perlu untuk diteliti baik dikaji secara filologi maupun dikaji secara isi. Kajian filologis digunakan untuk membahas permasalahan yang ada dalam naskah, sedangkan kajian isi digunakan untuk mendeskripsikan jenis tanaman obat tradisional yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini menitikberatkan pada dua kajian utama, yakni kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis digunakan untuk membahas permasalahan yang ada dalam SBJJJ, yaitu varian-varian yang ditemukan sehingga diperoleh suntingan teks yang bersih dari kesalahan. Kajian isi berguna untuk mengungkapkan isi yang terkandung dalam SBJJJ. Kajian isi dalam penelitian ini hanya akan berusaha untuk mendeskripsikan jenis tanaman obat tradisional yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah suntingan teks SBJJJ yang bersih dari kesalahan dan yang mendekati asli?

2. Jenis tanaman obat tradisional apa sajakah yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ ?

commit to user

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menyajikan suntingan teks SBJJJ yang bersih dari kesalahan dan yang mendekati asli.

2. Mendeskripsikan jenis tanaman obat tradisional khususnya jenis êmpon- êmpon pada naskah SBJJJ.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Menyajikan dan menambah perbendaharaan penelitian naskah secara filologis.

2. Membantu penelitian selanjutnya jika SBJJJ diteliti lebih lanjut melalui berbagai disiplin ilmu.

Manfaat Praktis

1. Menyelamatkan naskah SBJJJ dari kerusakan dan kepunahan.

2. Menyajikan terjemahan SBJJJ ke dalam bahasa Indonesia supaya teks ini dapat dibaca dan dimengerti oleh khalayak umum. Hal ini mengingat kandungan isi teksnya sangat bermanfaat dalam hal pengobatan dan penyembuhan.

3. Memberikan pengetahuan tentang deskripsi jenis tanaman obat tradisional yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ.

commit to user

F. Tinjauan Pustaka

Berikut adalah beberapa penelitian terkait dengan jamu yaitu: Skripsi Eko Widiyanto (2002) dengan judul Kagungan Dalem Buku

Racikan Jampi Jilid II (Kajian Filologis) berisi 454 judul resep jampi ‘jamu’ mulai nomor 501 s/d 954.

Transliterasi naskah Kawruh bab Jampi-Jampi Jawi oleh Sri Sulistyawati pada Juni 1985, tetapi transliterasi ini tidak dilanjutkan dengan penelitian secara filologis.

Atlas Tumbuhan Indonesia Jilid I karangan dr. Setiawan Dalimartha, berisi tentang nama tanaman obat dilengkapi dengan nama Latin, uraian tanaman, sifat dan khasiat, kandungan kimia, bagian yang digunakan, indikasi, cara pemakaian, efek farmakologis dan hasil penelitian, contoh pemakaian, dan sedikit catatan mengenai tanaman tersebut.

Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika) Jilid I karangan Harini M. Sangat, Evrizal A. M. Zuhud, Ellyn K. Damayanti, berisi tentang istilah nama penyakit serta nama tanaman obat menurut daerah-daerah di Indonesia. Dilengkapi pula dengan nama Latin tanaman obat dan disebutkan bagian tumbuhan yang dipakai untuk obat.

commit to user

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teoritis

Bab ini menguraikan pengertian filologi, objek penelitian filologi, cara kerja penelitan filologi, dan teori-teori yang berhubungan dengan isi teks, yaitu

teori tentang jamu, jampi, dan êmpon-êmpon.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan bentuk dan jenis penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

BAB IV Pembahasan

Pembahasan diawali dengan pembahasan kajian filologi yang meliputi deskripsi naskah, transliterasi naskah, kritik teks, suntingan teks dan aparat kritik, serta terjemahan. Kemudian dilanjutkan kajian isi untuk mendeskripsikan jenis tanaman obat tradisional yang termasuk êmpon-êmpon pada naskah SBJJJ.

BAB V Penutup

Berisi simpulan dan saran, pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka, lampiran daftar glosari istilah dalam naskah SBJJJ dan lampiran gambar naskah SBJJJ .

commit to user

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Filologi

Filologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata philos yang berarti “senang” dan logos yang berarti “pembicaraan” atau “ilmu”. Jadi, filologi berarti „senang berbicara‟, yang kemudian berkembang menjadi „senang belajar‟, „senang kepada ilmu‟, „senang kepada tulisan- tulisan‟, dan kemudian „senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi‟, seperti karya sastra (Siti Baroroh Baried dkk., 1983:1).