PENGARUH PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTO

1

MAKALAH KS. DAGANG
PENGARUH PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS
(AUTOMATIC EXCHANGE OF INFORMATION/AEoI) TERHADAP
KERAHASIAAN BANK

Oleh

:

Siti Aisah Putri Utami
E1A014157

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2017

2


Daftar Isi
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1

LATAR BELAKANG.......................................................................................3

1.2

RUMUSAN MASALAH..................................................................................4

1.3

TUJUAN...........................................................................................................4

BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1


Automatic Exchange Of Information/AEoI.....................................................5

A.

Pengertian...........................................................................................................5

B.

Sejarah................................................................................................................6

C.

Penerapan di Indonesia.......................................................................................6

2.2

Sistem Kerahasiaan Bank................................................................................7

A.


Pengertian...........................................................................................................7

B.

Teori Rahasia Bank............................................................................................8

C.

Penerapan Rahasia Bank di Indonesia..............................................................10

2.3

Pengaruh AEoI terhadap Sistem Kerhasiaan Bank.....................................12

BAB III............................................................................................................................15
PENUTUP.......................................................................................................................15
3.1

KESIMPULAN...............................................................................................15


3.2

SARAN............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................16

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat
di dunia yaitu mencapai 249,9 juta jiwa dan 1,5 persen dari jumlah tersebut
merupakan seorang pengusaha. Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia
berakibat pada banyaknya sektor usaha yang dikembangkan di Indonesia baik
usaha yang didirikan oleh masyarakat Indonesia itu sendiri, maupun warga
Negara asing yang mendirikan usahanya di Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Indonesia dan tentunya juga untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya.

Prinsip mencari keuntungan yang sebesar-besarnya pada pengusaha, baik
pengusaha lokal maupun pengusaha mancanegara membuat sebagian dari
mereka rela melakukan hal apapun tak terkecuali untuk mendatangkan untung
yang sebesar-besarnya. Beberapa hal yang dilakukan adalah dengan cara
menggelapkan pajak dan menggelapkan asset yang dimilikinya demi
menghindari pembayaran pajak.
Tahun 2016 lalu, terkuak kabar mengenai jutaan dokumen finansial dari
sebuah firma hukum asal Panama, bocor dan mengungkapkan bagaimana
jejaring korupsi dan kejahatan pajak para kepala negara, agen rahasia, pesohor
sampai buronan, disembunyikan di surga bebas pajak. Jutaan dokumen ini
menunjukkan bahwa bank-bank besar adalah motor utama di balik pendirian
perusahaan-perusahaan di British Virgin Islands, Panama, dan surga bebas
pajak lain, yang sulit dilacak penegak hukum. Ada daftar sekitar 15.600
perusahaan papan nama (paper companies) yang dibuatkan oleh bank untuk
klien mereka yang ingin keuangan mereka tersembunyi.1 Indonesia sendiri

1 https://investigasi.tempo.co/panama/

4


sekitar 1.038 orang-orang kaya Indonesia masuk dalam bagian daftar kasus
Panama Papers tersebut.
Kasus Panama Papers mengantarkan Pemerintah Indonesia untuk lekas
siaga dalam mencegah dan mengatasi permasalahan pajak, salah satunya yang
dihadirkan adalah kebijakan mengenai pengampunan pajak/ tax amnesti yang
baru saja berakhir pada bulan maret lalu. Menanggapi keberhasilan program
pengampunan pajak, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Negara G20
menyetujui gagasan mengenai pertukaran informasi secra otomatis/AEoI
mengenai aktivitas akun keuangan nasabah guna menghindari adanya
pengemplang pajak.
Indonesia telah berkomitmen untuk melaksanakan program AEoI pada
tahun 2018 mendatang, tetapi dalam pelaksanaan AEOI di Indonesia masih
terbentur oleh beberapa regulasi yang ada, antara lain terbentur dengan UU
Perbankan, terutama dalam pasal mengenai kerahasiaan bank. Oleh karena itu,
saya tertarik untuk membuat sebuah makalah dengan judul “Pengaruuh
Pertukaran

Informasi

Secara


Otomatis

(Automatic

Exchange

Of

Information/AEoI) Terhadap Kerahasiaan Bank”.

1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan Pertukaran Informasi Secara Otomatis
(Automatic Exchange Of Information/AEoI) ?
b. Apakah yang dimaksud dengan rahasia bank?
c. Bagaimanakah pengaruh Automatic Exchange Of Information/AEoI
terhadap sistem kerahasiaan bank?

1.3 TUJUAN


5

a. Untuk mengetahui maksud Pertukaran Informasi Secara Otomatis
(Automatic Exchange Of Information/AEoI).
b. Untuk mengetahui apa yang maksud rahasia bank.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Automatic Exchange Of
Information/AEoI terhadap sistem kerahasiaan bank.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Automatic Exchange Of Information/AEoI
A. Pengertian
The Automatic Exchange of Information (AEoI) merupakan standar untuk
pertukaran otomatis informasi finansial dalam masalah pajak. Dalam standar AEoI
terjadi kesepakatan bersama untuk membuka dan memberikan akses ke informasi
keuangan di dalam negeri kepada otoritas pajak negara lain dan memperoleh akses
ke informasi keuangan di luar negeri secara otomatis. AEoI diprakarsai oleh
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) atau
organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pengembangan, dengan masukan dari

yuridiksi lain dan konsultasi dengan lembaga keuangan.
Sementara Pasal 1 Angka 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
25 /Pojk.03/2015 Tentang Penyampaian Informasi Nasabah Asing Terkait
Perpajakan Kepada Negara Mitra Atau Yurisdiksi Mitra mendefinisikan
Pertukaran Informasi Secara Otomatis sebagai Pertukaran Informasi Berkenaan
Dengan Keperluan Perpajakan Antara Pemerintah Indonesia Dengan Pemerintah
Negara Mitra Atau Yurisdiksi Mitra Yang Dilakukan Secara Berkala Pada Waktu
Tertentu, Sistematis, Dan Berkesinambungan Yang Jenis Dan Tata Cara

6

Pertukaran Informasinya Diatur Berdasarkan Perjanjian Antara Negara Indonesia
Dengan Negara Mitra Atau Yurisdiksi Mitra.
Berikut ini beberapa poin ketentuan yang tercantum dalam AEoI :


Standar AEoI mengharuskan lembaga keuangan untuk melaporkan informasi
tentang rekening yang dimiliki oleh individu non-penduduk dan badan
(termasuk trust dan yayasan) untuk administrasi pajak mereka.




Administrasi pajak akan aman mengirimkan informasi ke negara-negara
pemegang rekening secara tahunan.



Standard AEoI tidak hanya mewajibkan bank untuk melaporkan, tetapi juga
lembaga kustodian, entitas investasi tertentu, dan perusahaan asuransi. Jenis
informasi akun yang akan dilaporkan meliputi saldo rekening, bunga, dividen,
dan penjualan dan penebusan hasil aset keuangan dsb.2

B. Sejarah
Pertukaran informasi secara otomatis (AEoI) telah mengemuka sejak tahun
2010, ketika Pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan Foreign
Account Tax Complience Act (FACTA) yang mewajibkan lembaga keuangan yang
berada di luar Amerika (Foreign Financial Instituion/FFI), untuk melakukan
pelaporan kepada Amerika mengenai informasi terkait akun keuangan yang
dimiliki penduduk Amerika. Berangkat dari kebijakan tersebut, sejak tahun 2013,
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara anggota OECD

dan G-20, termasuk Indonesia menyetujui kebijakan semacam FACTA
lewat Common Reporting Standard(CRS).
Per tanggal 14 April 2016, OECD merilis 94 yurisdiksi dimana 55 diantaranya
telah berkomitmen mempertukarkan informasi secara otomatis di tahun 2017,
termasuk yurisdiksi yang selama ini dikenal sebagai tax haven, seperti Bermuda,
2 https://economisaugy.blogspot.co.id/2016/09/paper-automatic-exchange-of-information.html

7

British Virgin Islan, Cayman Island, Luxembourgh. Selebihnya, seperti Singapura,
Jepang, dan termasuk Indonesia baru akan tahun 2018. Rencananya, Pemerintah
akan menandatangani FATCA dan akan memulai pertukaran informasi secara
bertahap dengan Pemerintah Amerika mulai September 2016 dan mempersiapkan
penerapan AEoI dengan 94 yurisdiksi lain yang akan berlaku September 2018.

C. Penerapan di Indonesia
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara
mengatakan sistem perbankan Indonesia belum mendukung sepenuhnya
pertukaran

informasi

secara

otomatis. Automatic

Exchange

of

Information (AEOI) ini terutama terkait keterbukaan informasi perbankan dan
pajak. Menurut Suahasil, Undang-Undang Perbankan Indonesia belum selaras
dengan pelaksanaan AEOI dari segi kerahasiaan perbankan. Oleh sebab itu,
pemerintah berencana memperbaiki peraturan tersebut.

2.2 Sistem Kerahasiaan Bank
A. Pengertian
Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
menentukan bahwa Rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.
Sementara pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah menambahkan kata “nasabah investor dan
investasinya” dalam definisi rahasia bank.
Pengertian “keterangan” meliputi semua data dan informasi mengenai diri
dan keuangan nasabah penyimpan yang diketahui oleh dan tercatat di bank
dan wajib dirahaisakan. Kerahasiaan ini untuk kepentingan bank sendiri

8

yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan dananya di
bank. Masyarakat hanya akan memepercayakan dananya disimpan di bank
atau memanfaatkan jasa bank apabila ada jaminan terhadap nasabah bahwa
bank akan merahasiakan tentang nasabah penyimpan dan simpanannya,
tentu saja sepanjang tidak dikecualikan dalam undang-undang.3
Menurut Bambang Setioprodjo, secara filosofi, kewajiban bank
memegang rahasia keuangan nasabah atau perlindungan atas kerahasiaan
keuangan nasabah didasarkan pada:
1. Hak setiap orang atau badan untuk tidak dicampuri atas masalah yang
bersifat pribadi (personal privacy)
2.

Hak yang timbul dari perikatan antara bank dan nasabahnya, dalam
kaitan ini bank berfungsi sebagai kuasa dari nasabahnya dan dengan
itikad baik wajib melindungi kepentingan nasabah;

3.

Atas dasar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu
Undang-Undang

Nomor

7

Tahun

1992

Tentang

Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998, yang menegaskan bahwa berdasarkan fungsi utama bank dalam
menghimpun dana dari masyarakat, bekerja berdasarkan kepercayaan
masyarakat, maka pengetahuan bank tentang keadaan keuangan
nasabah tidak disalahgunakan dan wajib dijaga kerahasiaannya oleh
setiap bank;
4. Kebiasaan dan kelaziman dalam dunia perbankan;
5. Karakteristik kegiatan usaha bank.4

B. Teori Rahasia Bank
3 Abdulkadir Muhammad, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti,
2000, hal.76.
4 Djoni S. Gazali dan rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm.488

9

Lembaga keuangan adalah lembaga yang dipercaya masyarakat
(fiduciary financial institution). Oleh karena itu, bank dihadapkan pada
dua kewajiban yang saling bertentangan dan seringkali tidak dapat
dirundingkan. Di satu pihak, bank mempunyai kewajiban untuk tetap
merahasiakan keadaan dan catatan keuangan nasabahnya (duty of
confidentiality) karena kewajiban ini timbul atas dasar adanya kepercayaan
(fiduciary duty). Di lain pihak, bank juga berkewajiban untuk
mengungkapkan (disclose) keadaan dan catatan keuangan nasabahnya
dalam keadaan-keadaan tertentu.5
Ada dua pendapat mengenai teori rahasia bank. Pendapat pertama
menyatakan bahwa teori rahasia bank bersifat mutlak, yaitu bahwa bank
berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yang diketahui oleh bank
karena kegiatan usahanya dalam keadaan apapun. Teori ini banyak dianut
oleh bank-bank di banyak Negara di dunia, termasuk Indonesia. Adanya
pengecualian dalam ketentuan rahasia bank memungkinkan untuk
kepentingan tertentu suatu badan atau instansi diperbolehkan meminta
keterangan

atau

data

tentang

keadaan

keuangan

nasabah

yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.6
Sementara teori kedua menyatakan bahwa rahasia bank bersifat relative
atau nisbi, yaitu bahwa bank diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya
jika untuk suatu kepentingan mendesak, demi kepentingan negara.7
Teori yang bersifat mutlak, terlalu mementingkan individu
sehingga

kepentingan

negara

dan

masyarakat

banyak

sering

terabaikan.teori ini dianut oleh bank-bank Swiss yang sangat ketat dalam
menjaga kerahasiaan nasabahnya.

5 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama 2001, hal.155
6 Hermansyah, Hukum perbankan nasional Indonesia, Kencana, Jakarta 2013. Hal. 120
7 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, 2012. Bandung; PT Citra Aditya
Bakti. Hal. 160

10

Di swiss kerahasiaan bank juga tidak dapat diterobos untuk
kepentingan perpajakan. Hal ini disebabkan dalam sistem perpajakan itu
sendiri di Swiss menganut ketentuan bahwa pihak ketiga tidak wajib
memberikan keterangan kepada aparat pajak jika ditemukan perkiraan ada
penggelapan pajak yang dilakukan seseorang.8 Namun, semenjak Bank
Swiss bersedia untuk memberi dokumen berkaitan dengan harta Marcos
(nasabahnya), Bank Swiss menjadi tidak seketat sebelumnya.
Menurut Hendrobudiyanto seorang ahli perbankan Direktur Bank
Indonesia, menjelaskan bahwa :
“Di negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Malaysia serta
Singapura rahasia bank umumnya diberlakukan berdasarkan
hubungan kontraktual. Maksudnya, prinsip rahasia bank yang
ditetapkan dapat bersifat lentur bisa ditembus jika memang ada
alasan yang benar-benar relevan dan sangat kuat”.9
Pendapat di atas dapat dilihat bahwa suatu negara banyak yang
disandarkan pada suatu ikatan dasar keperdataan. Artinya, apabila nasabah
sepakat untuk memberikan data-data yang tersimpan pada bank, bank
dapat membukanya. Mekanisme seperti ini di Indonesia telah diakomodasi
dalam ketentuan rahasia bank yang terbaru, yaitu pada pasal 44A UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun, secara garis besarnya
ketentuan rahasia bank di Indonesia cukup ketat sehingga dengan
pengaturan yang ketat tersebut sering dihadapkan pada kondisi yang tidak
menguntungkan pula dalam pelaksanaannya.10

C. Penerapan Rahasia Bank di Indonesia
8 “Swiss Laci Uang Panas Dunia”, Bonus Info Bank, Januari 1991, hal. 3-4.
9 Muhammad Djumhana, Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia),
Bandung : Citra Aditya Bakti 1996, hal.121.
10 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,, Op.cit., hal. 161

11

Indonesia dalam menerapkan prinsip rahasia bank menggunakan
teori nisbi atau relative. Dengan demikian, pemberian data dan informasi
yang menyangkut kerahasiaan bank kepada pihak lain dimungkinkan,
berbeda dengan sistem swiss yang hanya memungkinkan pembukaan
rahasia bank apbila ada putusan pengadilan.
Penerapan teori nisbi di Indonesia memungkinkan adanya
pengecualian dalam rahasia bank, hal tersebut juga telah diatur di dalam
pasal 40 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang mewajibkan bank untuk
merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya,
kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41 A,
Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,dan Pasal 44 A.
Beberapa hal yang termasuk pengecualian terhadap pemberian data
dan informasi nasabah yang bersifat rahasia kepada pihak lain tersebut
yaitu :
1. Untuk

kepentingan

perpajakan

bank

dapat

menginformasikan

keterangan-keterangan dan bukti-bukti tertulis atas permintaan Menteri
Keuangan melalui pimpinan Bank Indonesia.
2. Untuk penyelesaian piutang bank yang diserahkan kepada Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara,
Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara / Panitia Urusan Piutang Negara
untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah
debitur.
3. Untuk

kepentingan

pidana,

Pimpinan

Bank

Indonesia

dapat

memberikan izin kepada polisi, jaksa atau hakim untuk memperoleh
keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada
bank.

12

4. Dalam perkara perdata antar bank dengan nasabahnya, Direksi bank
yang bersangkutan dapat menginformasikan kepada pengadilan tentang
keadaan keuangan nasabah yang bersangkutan dan memberikan
keterangan lain yang relevan dengan perkara tersebut tanpa perlu izin
dari Menteri.
5. Dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank, maka direksi bank
dapat memberitahukan tentang keadaan keuangan nasabahnya kepada
bank lain dengan tujuan untuk memperlancar dan mengamankan
kegiatan usaha bank, antara lain guna mencegah terjadinya kredit
rangkap serta untuk mengetahui keadaan dan status dari suatu bank.
6. Atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari nasabah penyimpan yang
dibuat secara tertulis, bank wajib memberikan keterangan mengenai
simpanan nasabah penyimpan pada bank yang bersangkutan kepada
pihak yang ditunjuk oleh nasabah penyimpan tersebut.
7. Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia, ahli waris yang
sah dari nasabah penyimpan yang bersangkutan berhak memperoleh
keterangan mengenai simpanan nasabah penyimpan dari bank yang
bersangkutan.
Pihak yang dapat mengeluarkan keterangan mengenai hal-hal yang
termasuk ke dalam rahasia bank adalah Pimpinan bank Indonesia.
Sedangkan yang berhak untuk meminta pembukaan hal yang menyangkut
rahasia bank dari seorang nasabah penyimpan, apabila berkaitan dengan
kepentingan perpajakan saat ini hanya bisa dilakukan oleh menteri
keuangan. Pembukaan rahasia bank untuk keperluan pemeriksaan dan
penyidikan perpajakan, pembukaannya harus ada permintaan tertulis dari
menteri keuangan, kecuali dalam menjalankan ketentuan peraturan
perpajakan lainnya, tidak diperlukan permintaan terlebih dahulu.11

11 Idem., hal. 165.

13

2.3 Pengaruh AEoI terhadap Sistem Kerhasiaan Bank
Penerapan sistem AEoI di Indonesia tentunya akan berdampak pada
perubahan peraturan perundangan yang terkait dengan program AEoI seperti
revisi pada undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU
KUP), UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan UU Nomor 42 Tahun
2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
juga akan direvisi guna menunjang pelaksaan AEoI.
Pada pembahasan sebelumnya pun sudah dibahas mengenai penerapan
teori rahasia bank yang dianut oleh bangsa Indonesia yang apabila dikaitkan
dengan penerapan program AEoI di Indonesia maka perubahan utama yang
akan dilakukan pada Undang-Undang perbankan adalah mengenai sistem
rahasia bank karena cenderung menghambat berlakunya AEoI.
Konsekuensi pertama dan menjadi perdebatan adalah apakah pasal
mengenai rahasia bank masih relevan untuk digunakan ketika Indonesia telah
menjalankan program AEoI?. Deputi Direktur Pengembangan Pengawasan
dan Manajemen Krisis OJK, Aslan Lubis menegaskan bahwa prinsip
kerahasiaan perbankan mutlak dijaga. Praktek perbankan yang diterapkan di
Indonesia juga mengacu kepada international best practice di mana hingga
saat ini tidak ada satupun negara di dunia yang ‘menelanjangi’ kerahasiaan
perbankan. Jika aspek tersebut disimpangi, hal tersebut akan mengikis
kepercayaan masyarakat kepada perbankan selaku pengelola dana mengingat
rahasia bank salah satunya berfungsi untuk menjaga hal tersebut 12
Berkaca dari pendapat Aslan Lubis, Indonesia tentu tidak mudah untuk
menghilangkan prinsip kerahasiaan bank yang sudah melekat pada keberadaan
12 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57c424fed80d3/kata-ojk-soal-rencanapenghapusan-prinsip-kerahasiaan-perbankan

14

bank itu sendiri, tetapi satu sisi Indonesia juga tidak dapat mempertahankan
prinsip kerahasiaan bank secara menyeluruh meskipun Indonesia sendiri
menganut teori nisbi yang sifatnya tidak terlalu ketat. Oleh karena itu, teori
yang mungkin dapat diberlakukan dan relatif cocok dengan era AEoI adalah
melalui hubungan kontraktual seperti yang dikatakan oleh hendrobudiyanto di
atas. Dengan hubungan kontraktual memungkinkan Bank atas seizin nasabah
memberikan informasinya kepada pihak ketiga dalam hal atau alasan tertentu
untuk kepentingan bersama.
Konsekuensi kedua, yaitu ketika era AEoI dimulai adalah penyimpangan
tujuan dari prinsip rahasia bank itu senriri. Seperti yang telah kita ketahui
bahwa adanya prinsip kerahasiaan bank adalah semata-mata untuk menjalin
rasa kepercayaan nasabah terhadap bank yang akan menyimpan harta dan
datanya. Dengan hadirnya AEoI, hubungan keperdataan yang terjalin antara
bank dengan nasabah secara tidak langsung dicampurtangani oleh pemerintah
sebagai pihak ketiga. Hal ini tentu mengubah hubungan keperdataan menjadi
hubungan publik karena adanya campur tangan pemerintah dalam hal yang
ranahnya privat.
Konsekuensi ketiga adalah ketika pemerintah Indonesia bahkan Negara
mitra AEoI menerima data lengkap nasabah, apakah dapat dipastikan bahwa
data tersebut semata-mata ditujukan hanya untuk kepentingan perpajakan?.
Dengan hadirnya era AEoI tentunya pemerintah akan merevisi bahkan
membuat

peraturan

baru

mengenai

hal

yang

bersangkutan

dengan

penyelenggaraan program tersebut mulai dari peraturan secara administratif,
keperdataan, bahkan pasal-pasal mengenai pidananya. Dari segala peraturan
yang disempurnakan tersebut, apakah ada jaminan dari pemerintah bahwa data
yang dibagikan secara otomatis tersebut aman dalam penggunaannya untuk
kepentingan perajakan?, karena secara politis sangat dimungkinkan negara
lain yang mengakses data nasabah dari bank di Indonesia akan
menyalahgunakan data tersebut untuk kepentingan lainnya.

15

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN


Pertukaran Informasi Secara Otomatis (Automatic Exchange Of
Information atau disingkat AEoI di bidang perbankan untuk
kepentingan perpajakan akan diselenggarakan pada tahun 2018, tetapi

16

masih terbentur oleh beberapa aturan salah satunya aturan mengenai
rahasia bank


Indonesia menganut teori kerahasiaan bank yang nisbi/relatif yang
masih memungkinkan membuka data nasabah dalam hal yang telah
diatur oleh pasal 41, Pasal 41 A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44,dan Pasal
44 A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Dengan ketentuan
bahwa pihak yang berhak untuk meminta pembukaan hal yang
menyangkut rahasia bank dari seorang nasabah penyimpan hanya bisa
dilakukan oleh menteri keuangan.



Hadirnya era AEoI dapat memengaruhi prinsip/sistem kerahasiaan
bank. Diantaranya adalah dapat memungkinkan untuk dihapusnya
sistem rahasia bank atau diganti dengan hubungan kontraktual seperti
yang ada pada beberapa Negara, dapat mengubah ikatan keperdataan
yang hanya dilakukan pihak bank oleh pihak nasabah menjadi ikatan
public yang dicampurtangani oleh pemerintah sebagai pihak ketiga,
yang terakhir adalah tidak adanya jaminan pemerintah mauun negara
mitra terkait rahasia yang didapatkan hanya untuk kepentingan
perpajakan.

3.2 SARAN
Saran saya agar pemerintah dapat mengkaji dengan matang perturan yang
akan dibuat, terutama revisi pada Undang-Undang Perbankan mengenai
kerahasiaan bank. Pemerintah juga harus memperkuat peraturan terkait
perlindungan data nasabah yang diberikan dalam pertukaran informasi agar
tetap terjaga hanya untuk keperluan perpajakan saja, karena hal tersebut
dimungkinkan disalahgunakan untuk keperluan lain.

17

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. https://investigasi.tempo.co/panama/. (diakses tanggal 17 April2017)
Firstyanto, Augy Ladyana. Automatic Exchange Of Information For Tax Purpose.
kamis, 22 September 2016. https://economisaugy.blogspot.co.id/2016/09/
paper-automatic-exchange-of-information.html. (diakses tanggal 13 April
2017)
Djumhana, Muhammad. 2012. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung; PT
Citra Aditya Bakti.
___________________. 1996. Rahasia Bank (Ketentuan dan Penerapannya di
Indonesia). Bandung: Citra Aditya Bakti
Gazali, Djoni S. dan Usman, rachmadi. 2010. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar
Grafika
Hermansyah.2013. Hukum perbankan nasional Indonesia. Jakarta: Kencana
Muhammad, Abdulkadir. 2000. Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung:
Citra Aditya Bakti
Putra, Nanda Narendra. Kata OJK Soal Rencana Penghapusan Prinsip
Kerahasiaan Perbankan. Selasa, 30 Agustus 2016.
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57c424fed80d3/kata-ojk-soalrencana-penghapusan-prinsip-kerahasiaan-perbankan . (diakses tanggal 10
April 2017)
Usman, Rachmadi. 2001. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama