CYBERFEMINISME Mengubah Ketidaksetaraan gender dalam

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

CYBERFEMINISME:
Mengubah Ketidaksetaraan gender
melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi
Abstraksi: Cyberfeminisme adalah makna filosofi yang mengakui fenomena berikut.
Pertama, bahwa ada perbedaan daya antara perempuan dan laki-laki dalam wacana digital;
khususnya perempuan berada pada peringkat yang lebih rendah daripada laki-laki, sebab
teknologi informasi dan komunikasi lebih didominasi oleh laki-laki. Kedua, para cyberfeminis
ingin mengubah situasi itu. Cyberfeminis memiliki kesempatan untuk membuat formulasi baru
dalam teori dan praktek feminisme. Hal ini bertujuan untuk menangani kondisi sosial baru
yang sangat kompleks yang telah diciptakan oleh teknologi global. E-media dapat
dipergunakan untuk mendorong partisipasi perempuan di bidang teknologi informasi dan
komunikasi. Tulisan ini bertujuan untuk menyelidiki bagaimana cyberfeminisme dapat
berkontribusi untuk mengubah ketidaksetaraan gender melalui teknologi informasi dan
komunikasi. Cyberfeminisme adalah bagian dari proses perubahan menuju masyarakat digital
di kalangan perempuan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terbaru memiliki
kekuatan yang mampu membuat perubahan di bidang sosial, budaya, dan ekonomi bagi
perempuan di seluruh dunia. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan analisis isi (content analysis approach).
Kata kunci: cyberfeminisme (cyberfeminims), teori feminisme, masyarakat digital (digital society),

teknologi informasi dan komunikasi, kesetaraan gender
1. Pendahuluan
Secara historis, teknologi telah menjadi dominasi laki-laki, dan bahkan teknologi baru masih
melanjutkan tradisi ini. Dalam 20 tahun terakhir, dunia telah melihat sebuah ledakan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi. Pada tahun 1995, hanya 15 persen pengguna internet adalah
perempuan, tetapi dengan awal tahun 2000, perempuan telah mencapai 50 persen sebagai
pengguna internet. Namun demikian, budaya patriarki tidak pernah absen, laki-laki tetap
mengendalikan konten dan memperoleh keuntungan dari peningkatan perempuan yang
menggunakan internet. Demikian pula dalam segmentasi akses terhadap fokus penggunaan
internet, jelas terlihat adanya kesenjangan gender dalam cara mengakses internet antara laki-laki
dan perempuan. Kaum laki-laki pada umumnya lebih sering berselancar dan melayari, bahkan
melompat dari situs ke situs; sementara kaum perempuan pergi langsung ke situs tertentu atau
mencari informasi tentang topik tertentu (Richard & Schnall, 2006).
Sebagai masyarakat yang lebih maju, akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi pun
menjadi lebih luas dan sangat terbuka. Kaum perempuan semestinya menjadi lebih terbebaskan
dari kungkungan struktur kekuasaan patriarki tradisional yang selama ini telah mengelilingi dan
menelan mereka. Dalam peran gender, identitas gender tengah mengalami pergeseran akibat
kemajuan teknologi informasi dfan komunikasi. Pengertian masyarakat tentang konsep feminin dan
maskulin pada masa sekarang berada dalam masa transisi (Plant, 1996). Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi telah memberikan kaum perempuan kekuatan untuk mengekspresikan

ide-ide mereka dalam mengembangkan model bisnis baru, yang lebih rasional, visioner, dan praktis
untuk mendapatkan suatu informasi.
Fenomena yang lain, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah memungkinkan
perempuan untuk melarikan diri batas-batas dan kategori yang pada masa sebelumnya sangat
membatasi kegiatan mereka, dan identitas diri mereka. E-media sebagai salah satu produk
kemajuan teknologi dan komunikasi, benar-benar telah memberikan kesempatan bagi perempuan
untuk memulai dari awal, seperti membuat bahasa, program, platform, gambar, identitas baru, dan
1

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

definisi dengan multi-subjek perempuan. Dengan kamajuan e-media kaum perempuan dapat
melakukan desain ulang dan memciptakan program-program baru, yang bertujuan khusus untuk
memenuhi berbagai kebutuhan perempuan, dan bahkan untuk memenuhi keinginan yang dapat
mengubah kondisi femininitas (Wilding, 2006).
Cyberfeminisme mengambil ide feminisme sebagai titik awal kajian empiris yang fokus pada
perkembangan teknologi kontemporer untuk menjelajahi persimpangan antara identitas gender,
budaya, dan teknologi. Plant (1996) menggunakan istilah cyberfeminisme untuk menunjukkan
adanya "aliansi" dan "hubungan" antara perempuan dan kemajuan teknologi informasi dan
komunkasi, di mana "perempuan selalu menjadi bagian-bagian dari mesin dan teknologi untuk

mempertahankan budaya laki-laki". Ada persepsi umum bahwa perempuan pada umumnya antiteknologi dan hanya menjadi pemain sekunder terbaik di dunia teknologi tinggi. Begitu sedikit
jumlah perempuan yang berada pada posisi penting dari kepemimpinan dalam dunia elektronik.
Masih sedikit jumlah programmer perempuan, dan hacker perempuan pun masih merupakan
minoritas, dan bahkan sering dianggap anomali.
Cyberfeminisme juga menjadi medan perjuangan para feminis untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pada kehidupan
perempuan. Ada kondisi yang membahayakan dari pengertian konsep gender sebagai akibat dari
perubahan budaya teknologi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. The Cyberfeminist
Internasional telah berusaha untuk menyatukan perempuan dari berbagai bidang pengetahuan dan
minat di seluruh dunia dalam komunikasi elektronik dan membangun jaringan. Hal ini ditujukan
untuk bekerja sama dan mulai memperkuat keterlibatan dan akses perempuan dalam membuat
kebijakan. Sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi, para cyberfeminis harus secara radikal memperluas kritik mereka tentang dampak
perkembangan multimedia bahkan hypermedia serta berbagai teknologi dunia, terhadap masalah
ketidaksetaraan gender yang belum terselesaikan.
2. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:
a) Menggali ide-ide feminis tentang terjemahan dari perubahan budaya masyarakat teknologi
informasi dan komunikasi
b) Mengidentifikasi peran potensial cyberfeminisme dalam membangun kekuatan individu

perempuan secara lebih keyakinan
c) Mempromosikan cyberfeminisme agar digunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat untuk
mengubah ketidaksetaraan gender di bidang teknologi informasi
3. Tinjauan Pustaka
Jika kita menghubungkan istilah "dunia maya" dan "feminisme" maka akan menghasilkan formasi
baru yang penting dalam sejarah feminisme dan perkembangan media elektronik (e-media). Setiap
bagian perubahan tersebut tentu akan mengubah makna dari bagian itu, dan koneksitasnya dengan
bagian yang lain. "Feminisme" telah dipahami sebagai gerakan historis dan kontemporertransnasional untuk keadilan dan kebebasan bagi perempuan, yang bergantung pada partisipasi
aktivis perempuan dalam kelompok-kelompok jaringan lokal, nasional, dan internasional. Gerakan
ini berfokus pada materi keadilan dan kebebasan perempuan, berkaitan dengan kondisi politik,
emosional, seksual, dan psikis yang timbul dari wanita perbedaan konstruksi sosial dan peran
gender.
Dengan kenyataan sosial yang beragam, feminisme dapat didefinisikan sebagai "teori kesetaraan
jenis kelamin dalam politik, ekonomi, sosial, dan budaya (Lai, et al. 1997). Hal ini juga dapat
diidentifikasi sebagai "aktivitas yang terorganisir atas nama hak-hak dan kepentingan perempuan"
(Gove, 1981). Menurut Delmar (1986), feminis diartikan sebagai "kelompok masyarakat untuk
2

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015


meningkatkan kesadaran dan mendukung gerakan perempuan" dan hal ini dipandang sebagai
kegiatan yang paling khas feminisme modern.
Kaitan antara "dunia maya" dan “feminisme”, berarti ada gerakan yang bertujuan untuk
mengarahkan, mengatur, dan mengontrol (terutama sistem otomatis), dan mengembangkan
feminisme dalam konsep baru berkaitan dengan situasi politik, sosial, dan budaya baru yang cukup
signifikan (http://www.vifu.de/students/gendering/dictionary). Dalam dekade terakhir, kata Cyber
telah menjadi awalan untuk menangkap berbagai konsep yang berkaitan dengan dunia maya. Ini
dimulai dengan cybernetic pada tahun 1960-an, cyberspace pada tahun 1980-an. Kemudian
muncul cyberculture untuk menggambarkan budaya hidup yang dipengaruhi dunia maya. Ada pula
istilah untuk dapat pergi belanja secara online dan membayar semua tagihan melalui cyberbanking.
Cyber adalah koneksi teknologi informasi dan komunikasi di bidang navigasi, pemetaan, dan
kemudi, sebagai cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengakses informasi melalui
World Wide Web (www.womenspace.ca).
Pada era lama tahun 1970-an, feminisme ditandai sebagai anti-teknologi, dan tidak relevan dengan
keadaan perempuan di teknologi baru. Ini ironis karena dalam praktek cyberfeminisme yang
sebenarnya telah mengadopsi banyak strategi gerakan feminis, teori feminis sosial dan budaya,
dan bahasa dan analisis, merupakan penciptaan kesan penggambaran baru dari perempuan di Net
untuk melawan stereotip seksis. Cyberfeminisme menghubungkan praktek filosofis feminisme untuk
feminis kontemporer, dengan jaringan (Net), baik di dalam maupun di luar. Selanjutnya hal ini
dihubungkan dengan kehidupan material dan pengalaman perempuan dalam tatanan dunia baru.

Sungguhpun demikian, ternyata ada perbedaan bentuk yang mereka wujudkan pada berbagai
negara, antara kelas, dan ras. Oleh karena itu, feminisme sebetuknya sudah cukup untuk
cyberfeminisme, kemudian bermutasi untuk mampu bersaing dengan kompleksitas kehidupan untuk
memilah realitas sosial dan kondisi kehidupan sebagai dampak dari perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi.
Sebetulnya konsep cyberfeminisme masih sangat terbuka untuk didiskusikan lebih lanjut. Sejauh ini
konsep cyberfeminisme belum didefinisikan secara konsensus oleh mereka yang terlibat dalam
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, sebagai teori feminis baru. Namun demikian,
cyberfeminism mengandung konsep gender sebagai elemen penting. Sementara itu, Plant (1997)
menawarkan pemahaman teoritis tentang konsep cyberfeminisme sebagai pergeseran paradigma
feminisme yang berkaitan dengan dunia maya (cyber) dalam kehidupan sehari-hari. Para
cyberfeminis masih memiliki kesempatan untuk membuat formasi baru baik secara teoritik maupun
praktek sesuai dengan konsep feminisme. Hal ini sangat penting untuk mengatasi masalah
ketidaksetaraan gender, berkaitan dengan perubahan kondisi sosial yang diciptakan oleh teknologi
informasi dan komunikasi (Wilding, 1998).
4. Diskusi
a) Ide feminis dalam budaya teknologi informasi dan komunikasi
Pada awalnya, ide para feminis sangat sederhana, yaitu hanya untuk untuk mengenali adanya
aktifitas feminisme di dunia maya, berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi. Pada waktu itu, jumlah perempuan yang terlibat dalam aktifitas online relatif sedikit.

Salah satu feminis adalah Marianne Schnall, ia menjadi fasih di dunia maya melalui pengalamannya
pada tahun 1994 sebagai pendiri “EcoMall.com”, sebagai portal untuk informasi lingkungan dan
sumber daya. Kemudian Marianne menyadari bahwa feminisme sangat diperlukan untuk
mengkomunikasikan ide-idenya, dan mendaftarkan nama domain "Feminist.com". Ia pun
menghubungi teman-teman dan para aktifis feminisme, yang terlibat dalam berbagai bidang seperti
hukum, televisi, jurnalisme, musik, pemasaran dan komunikasi, untuk memperoleh masukan
tentang kegiatan apa yang dipentingkan dalam Feminist.com (www.feminist.com/ressources).

3

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

Segera setelah Feminist.com diluncurkan pada tahun 1995, Marianne mulai menerima surat
elektronik (e-mail) yang berisi pertanyaan dari pengunjung tentang berbagai topik. E-mail ini juga
mengungkapkan siapa dirinya, apa yang akan diisi dalam online, dan mengapa. Beberapa orang di
antara mereka adalah orang-orang yang tengah mencari cara untuk menjadi aktivis feminisme,
sehingga mereka menjadi sangat bermanfaat untuk mendapatkan saran, berdasarkan atas minat,
lokasi, usia, dan latar belakang masing-masing. Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan
di Feminist.com adalah: "Apakah feminisme?" Beberapa e-mail berasal dari perempuan korban
perkosaan atau pelecehan seksual, sehingga diperlukan respon yang sensitif sesuai dengan saran

yang diperoleh dari buku, pengalaman organisasi, dan sumber daya lain agar mereka merasa
mendapatkan kenyamanan dan dukungan. Ada pula e-mail dari perempuan yang mengalami
masalah di tempat kerja seperti gaji ketidakadilan atau diskriminasi pekerjaan. Mereka tentu
memerlukan nasehat berupa tindakan konkret yang dapat diambil.
Feminist.com juga mendapatkan e-mail dari orang-orang yang menanyakan bagaimana caranya
agar mereka dapat membantu menyelamatkan keluarga dari kekerasan seksual dan mencari
penyebabnya, dan menjadi pendukung bagi perempuan untuk mendapatkan kenyamanan sebagai
anggota keluarga atau sebagai pacar. Situs ini sekarang memiliki Pro feminis dari kalangan laki-laki
sebagai bagian dari Group. Internet telah menjadi pendorong bagi orang-orang untuk menjangkau
hal yang sebelumnya tidak mungkin terjadi secara tradisional, seperti misalnya mereka dapat
menulis secara anonim. Dalam proses ini, mereka belajar tentang siapa saja yang tengah
melakukan aktifitas online, dan apa yang dapat mereka harapkan di sana. Dari e-mail, mereka tahu
bahwa konstituen Feminist.com sangat beragam seperti halnya gerakan perempuan itu sendiri.
Para pengunjung situs internet terdiri dari gadis-gadis remaja dari Pakistan; pria dewasa penulis
dari Texas, dan kaum perempuan yang tengah mencari sumber daya untuk membantu diri mereka
sendiri dan orang lain. Mereka mewakili berbagai usia, etnis, kelas, kemampuan, preferensi
seksual, dan budaya. Beberapa dari mereka online dari pekerjaannya, beberapa dari rumah,
beberapa dari tempat-tempat umum. Sebelumnya, banyak dari orang-orang ini mengalami situasi
terisolasi, mereka tidak menyadari betapa diskriminasi telah dianggap sebagai hal yang umum, dan
putus asa tentu saja dianggap lumrah. Sekarang, mereka dapat saling berbagi dengan ide-ide yang

mampu mengguncang dunia tanpa harus meninggalkan tempat. Kaum perempuan yang mencari
perlindungan dari penahanan yang tidak adil, atau mereka yang mengalami diskriminasi upah kerja,
pada akhirnya semakin menyadari bahwa feminisme menjadi kebutuhan untuk mengatasi semua
permasalahan tersebut.
Demikian pula halnya, jika sebelumnya mereka membaca di surat kabar tentang undang-undang
yang disahkan, maka sekarang mereka dapat mengetahui undang-undang yang akan datang
melalui situs internet, website, atau daftar e-mail. Mereka dapat mengambil keputusan secara
instan atas berbagai tindakan efektif seperti: menandatangani petisi online, menelepon atau
mengirim e-mail melalui perwakilan legislatif. Pada akhirnya internet telah memudahkan banyak
orang untuk menjadi lebih aktif dalam memperoleh informasi, mendengar berita, serta merasakan
sebagai bagian dari proses berpolitik. Padahal sebelumnya, mereka lebih banyak sebagai korban
masif dari pengambilan keputusan atas kebijakan publik.
Pada saat ini telah cukup berbagai artikulasi gagasan feminisme dalam berbagai kelompok
pengguna internet dan semua orang dapat bergabung dalam kelompok milis yang semuanya dapat
mengemukakan pendapatnya. Merek dapat bergabung melalui milis yang sudah terkenal seperti
misalnya sci-fi, cyberpunk, cyborg, dan zincs fem-porno; atau milis-milis proyek anti-diskriminasi;
eksibisionisme seksual; eksperimen transgender; separatisme lesbian; bantuan medis mandiri;
promosi diri artistik; layanan kerja, kencan.
Cyberpunk merupakan orang-orang yang terpinggirkan dalam sistem teknologi, kemudian mereka
ingin meningkatkan budaya sistem tersebut. Sistem teknologi yang telah mendominasi kehidupan

orang kebanyakan, misalnya pada pemerintah yang menindas, kelompok besar yang menguasai,
perusahaan paternalistik, atau agama fundamentalis. Sistem ini kemudian dirubah oleh teknologi
4

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

informasi dan komunikasi, yang membuat sistem menjadi lebih baik untuk menjaga kepentingan
orang-orang yang ada dalam di dalamnya. Cyborg merupakan bagian kecil dari cybernetic, atau
hibrida dari mesin dan organisme, yang melihat manusia sebagai makhluk sosial serta makhluk
visioner. Realitas sosial tersebut misalnya melihat dalam hubungan sosial, Cyborg menawarkan
analisis sosialis-feminis yang mencerminkan kehidupan postmodern, yaitu "situasi perempuan
dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih dan memerlukan identitas
khusus (www.vifu.de/students/gendering/dictionary). Para cyberfeminis telah bergabung dalam
menggunakan ide-ide feminisme untuk mengembangkan wawasan dalam penggunaan alat-alat
strategis. Hal ini dimaksudkan untuk melawan praktek nyata seksisme, rasisme, dan militerisme
dalam perangkat lunak dan perangkat keras jaring. Cyberfeminis telah membuat perubahan dan
membentuk formasi baru berdasarkan ide feminisme, sebagai salah satu cara untuk mengatasi
kompleksitas budaya baru yang diciptakan oleh teknologi informasi global (Wilding, 1998).
Jika pada masa sebelum ini perempuan secara sosial budaya diarahkan untuk menjauh dari
teknologi komputer, maka pada masa sekarang internet justru telah mendorong mereka untuk

mengatasi
fobia
atau
ketakutan
terhadap
teknologi.
Anita
Borg
(www.geocities.com/karenbiz/cyberfem.html) telah menciptakan the Institute for Women in
Technology untuk membangun jaringan bagi generasi baru kaum perempuan yang ramah
komputer. Hari ini, ribuan situs yang diciptakan oleh perempuan, yang memungkinkan mereka
untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara interaktif terbaru. Internet telah mengubah cara
wanita berinteraksi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Pada hari ini ada lebih banyak
perempuan online daripada 5 tahun yang lalu.
b) Peran potensial cyberfeminisme untuk membangun kekuatan individu perempuan
Cyberfeminisme telah berkembang seperti gerakan. Sudah penuh dengan aksi mendukung dalam
diskusi panjang. Perempuan telah bersedia untuk berbagi ide dan pengalaman mereka dengan
orang lain secara online. Ada terobosan kapasitas berbagi ide untuk mengatur dan menjelajah
situs. Telah lebih banyak perempuan yang bergabung dalam suatu situs dan mereka menciptakan
kegiatan sendiri (Pollock & Sutton, 2006). Pada tiga puluh tahun terakhir, teknologi informasi dan
komunikasi telah membawa perubahan dalam cara bekerja para feminis. Mereka membangun
karya secara online, kemudian berdialog, memotivasi orang lain, mendengarkan, berbagi,
menangani konflik, semua dilakukan dengan pendekatan yang lebih menyenangkan. Para
cyberfeminis menawarkan pendekatan yang sesuai dengan ide dan cita-cita feminis, tetapi kadangkadang mereka mengalami kesulitan karena masalah keragaman, transparansi, dan proses yang
terbuka yang dapat merubah tindakan dan pandangan mereka.
Para perempuan dapat menggunakan cyberfeminisme untuk berkomunikasi satu sama lain, dan
mendiskusikan isu-isu yang sebelumnya sangat tertutup untuk mereka bahas. Bahkan mereka bisa
mencapai batas-batas di luar lingkungan masyarakatnya, untuk bertukar informasi dan pengalaman
sesuai dengan minat mereka. Pada saat yang sama, mereka juga membawa berbagai sumber daya
ide dan pengetahuan global untuk komunitas lokal mereka. Banyak hal yang bisa mereka lakukan
dengan cyberfeminisme, seperti mempengaruhi kebijakan pemerintah, menuntut akuntabilitas,
mendorong partisipasi demokrasi. Intinya adalah cyberfeminisme selain digunakan untuk mencapai
tujuan mereka sendiri, juga untuk berbagi keterampilan dan mengembangkan pengalaman dengan
lebih banyak kaum perempuan.
Teknologi informasi dan komunikasi berperan penting dalam iklan feminis bagi banyak perempuan
untuk memilih antara pekerjaan dan membesarkan anak-anak tanpa paksaan. Perkembangan
selanjutnya, semakin banyak perusahaan yang memungkinkan perempuan (dan laki-laki) untuk
bekerja dari rumah baik, pada paruh waktu atau penuh waktu. Bahkan semakin berkembang bisnis
online berbasis rumah, dijalankan dari rumah, dan pemiliknya adalah kaum perempuan yang
memiliki bayi atau anak-anak kecil (www.femnist.com/resources). Laurel Guymer lahir di Melbourne
pada tahun 1963, menyatakan bahwa perkembangan teknologi informasi telah memfasilitasi
5

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

sebuah revolusi dalam strategi belajar mengajar. Dia pun meluncurkan model mengajar di dunia
maya yang lebih fleksibel dibandingkan dengan model kuliah gaya tradisional (www.artwomen.org).
Kaum perempuan menjadi lebih leluasan dan mudah untuk memeriksa e-mail, mengunjubngi situs
favorit, dan menjelajah dunia secara online.
Perkembangan internet telah menghasilkan transformasi sosial yang mempengaruhi bagaimana
perempuan menjalani kehidupan mereka. Hal terpenting adalah bahwa harapan kaum perempuan
untuk menjalankan aktifitas sehari-hari menjadi lebih mudah seperti misalnya mereka dapat
menjalankan toko khusus untuk memenuhi kebutuhan para perempuan yang dapat dikelola secara
online dimana pun mereka berada, bahkan dari rumah mereka. Para perempuan pun lebih mudah
untuk berkomunikasi satu sama lain secara bebas, dan kesempatan mereka untuk mencari
informasi, pengetahuan dan pengalaman menjadi sangat terbuka secara luas. Berkembangnya ide
cyberfeminisme telah membuat para perepuan bebas untukmembuat keputusan atas diri mereka
sendiri dan untuk menentukan keberadaannya. Oleh sebab itu, para wanita perlu mengenali dan
memanfaatkan potensi yang sangat besar untuk memfasilitasi perubahan sosial, yang dapat
membangun kekuatan perempuan dan keyakinan.
c) Cyberfeminisme sebagai perubahan ketidaksetaraan gender melalui teknologi
informasi
Cyberfeminisme adalah nama yang diberikan untuk sebuah gerakan yang dibuat oleh berbagai
kelompok perempuan (cyberfeminists) berkaitan dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi, sesuai dengan pandangan kritis para feminis, berdasarkan teori-teori antropologi sosial
dan ilmu lain yang berkaitan dengan gender. Menurut Plant (1996), cyberfeminisme adalah
pemberontakan pada berbagai bagian dari hubungan antara perempuan dengan dunia patriarkal,
yang berkaitan dengan penyebaran dan distribusi dari informasi dan komunikasi, antara perempuan
dan komputer, antara komputer dan komunikasi link, dan antara koneksi dan jaring koneksionis.
Secara historis, aktivitas para feminis telah bergantung pada tempat-tempat berkumpulnya banyak
perempuan, misalnya kegiatan yang berkaitan dengan dapur, gereja, atau di tempat pertemuan
keluarga, dan di jalan-jalan. Pengorganisasian feminisme untuk tahap pertama adalah lingkaran
terkecil mereka seperti kelompok perempuan penjahit, kelompok guru, atau organisasi untuk amal.
Pada masa tersebut para perempuan berkumpul secara pribadi untuk merencanakan kampanye
publik untuk kebebasan dalam politik dan hukum. Dalam kampanye ini terlihat adanya kelompokkelompok perempuan yang terbebas dari isolasi, sebab mereka telah dibungkam dan dikungkung di
rumah mereka. Hal ini menjadi awal dari pemberontakan perempuan dan aktifitas para cyberfeminis
(http://subsol.c3.hu/subsol_2/contributors/wildingtext.html).
Selanjutnya pada gelombang kedua cyberfeminisme yang muncul di awal tahun enam puluhan di
Amerika, kaum perempuan mulai dari pertemuan-pertemuan mereka untuk merencanakan suatu
tindakan atau aksi khusus. Mereka bertemu dalam kelompok-kelompok untuk meningkatkan
kesadaran dan menjadi lebih terorganisir yang pro terhadap gerakan feminis. Pada kesempatan ini,
para feminis mulai menguasai taktik baru, misalnya dengan menciptakan pendapat-pendapat yang
kontras di media massa. Perempuan secara umum selalu ditargetkan untuk dipentaskan pada ikonikon publik seperti Miss American Pageant, majalah Playboy.
Gelombang ketiga ide-ide feminisme telah berpindah ke satu area yang lebih penting, dan itu
berkaitan dengan revolusi dalam teknologi informasi dan komunikasi. Selanjutnya cyberfeminisme
menjadi suatu cara penjelajahan yang siap untuk memindahkan perjuangan ke wilayah baru ini.
Sampai sekarang, gerakan ini masih terlalu muda untuk menghadapi berbagai perjuangan yang
melekat dalam berbagai perbedaan. Perempuan merupakan pasar potensial dan menjadi
konsumen yang penting untuk membantu mempertahankan status quo ketika teknologi digunakan
secara pasif. Sebagai contoh, sebagian besar lembaga perdagangan atau instansi pemerintah lebih
senang untuk memberikan komputer kepada staf perempuan, sebab itu akan membuat mereka
menjadi birokrat yang lebih baik. Ini adalah situasi yang sangat mirip dengan awal tahun 1960-an di
Amerika, ketika para suami kelas menengah lebih dari senang untuk membeli mobil kedua untuk
6

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

para istri, sebab hal ini telah membuat mereka menjadi pekerja rumah tangga yang lebih efisien.
Pada kasus ini, teknologi telah digunakan untuk memperdalam kurungan terhadap perempuan,
daripada memberikan kebebasan mereka.
Perkembangan teknologi dan proses penyebaran teknologi yang membuat perempuan saat ini lebih
memiliki akses, adalah sebagai konsekuensi dari kebutuhan struktural. Namun, semua yang kita
butuhkan adalah perubahan kesadaran untuk memulai merubah struktur gender terkini sebagai sisi
positif dari begitu banyaknya perempuan yang aktif menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi. Teknologi informasi dan komunikasi dalam kerangka sosial yang sudah mapan, pada
prakteknya telah tertanam dalam lingkungan ekonomi, politik dan budaya yang masih sangat seksis
dan rasis. Pertukaran informasi di internet tidak secara otomatis mampu melenyapkan hirarki seksis
dan rasis tersebut yang bebas melintasi batas-batas. Selain itu, ternyata internet tidak bebas
gender, artinya internet bukan ruang bebas dari kolonisasi yang tanpa memperhatikan badan, jenis
kelamin, usia, ekonomi, kelas sosial, atau ras.
Kontribusi para feminis untuk menyampaikan ide-ide kesetaraan gender melalui pengembangan
teknologi komputer memang tak terbantahkan. Berbagai terobosan dilakukan di dunia internet,
sebab kenyataannya secara historis diketahui ada perebutan zona sebagai suatu sistem untuk
bertahan dalam perang teknologi, dan diketahui bahwa teknologi dianggap sebagai institusi
maskulin. Berbagai kemungkinan dalam perang teknologi informasi dan komunikasi harus
diperhitungkan implikasinya. Cyberfeminisme merupakan tindakan radikal untuk memprovokasi
para pengguna net dengan memasukkan ide-ide feminisme ke ruang cyber yang sangat maskulin.
Semua teori dan filosofi feminisme dalam cyberfeminisme merupakan upaya aktif untuk mengubah
ketidaksetaraan gender melalui teknologi informasi dan komunikasi (Handy, 2001). Menurut
Wilding (1998), cyberfeminisme dipandang bukan hanya sebagai kesempatan untuk membuat
menciptakan formulasi baru dari teori dan praktek feminisme, tetapi cyberfeminisme juga sebagai
cara baru untuk mengatasi kompleksitas kondisi sosial yang diciptakan oleh teknologi informasi
global. Cyberfeminisme disajikan sebagai ruang di mana informasi digital dapat diakses secara
bebas, dan ditransmisikan secara elektronik, tanpa ada prasyarat teoritis, emosional, eksistensial,
dan politik budaya tradisional. Ini adalah suatu arena di mana pengetahuan bersifat desentralisasi
dan memiliki otoritas sebagai hasil dari perkembangan ilmu.
Dunia maya, sebagai sistem komunikasi desentralisasi, telah merubah konstruksi ketidaksetaraan
gender. Tidak ada ruang untuk klaim otoritas dalam kerangka patriarkal, yang biasanya berfungsi
untuk menumbangkan potensi perempuan ketika berbicara atas nama mereka. Dunia maya,
menurut pandangan cyberfeminists, telah membuka kemungkinan baru dan membebaskan
perempuan dari kekerasan tradisional yang mereka alami sebelumnya dalam banyak aspek seperti
dalam wacana agama, intelektual, teoritis, dan filosofis. Para cyberfeminis merasa bahwa teknologi
informasi dan komunikasi sebagai e-media yang baru bagi perempuan. Mereka mendapat
kesempatan untuk mulai dari awal seperti membuat bahasa, program, platform, gambar, identitas
dan berbagai definisi yang multi-subjek. Melalui e-media mereka juga dapat mendesain ulang dari
program-program yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perempuan. Berbagai variasi dalam
dunia maya juga menjadi sarana untuk mengubah kondisi femininitas sebagaimana yang
dimaksudkan dari konsep cyberfeminisme, yaitu menghilangkan ketidaksetaraan gender.
5. Kesimpulan
Cyberfeminisme pada saat ini menggambarkan strategi sosial dan budaya menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi. Tujuan yang diinginkan adalah untuk mendapatkan kesempatan bagi
para perempuan agar dapat terhubung satu sama lain, dan membantu mereka belajar dan dalam
memproduksi karya mereka sendiri secara online. Secara khusus cyberfeminisme dimaksudkan
untuk mengeluarkan perempuan dari isolasi cyberculture. Perempuan juga sebagai bagian dari
masyarakat digital, mempunyai hak sebagai pencipta dan pengguna dari teknologi informasi dan
komunikasi. Hal ini penting bagi cyberfeminis dalam membentuk kelompok aktif untuk memfasilitasi
pembangunan gerakan lintas bangsa dan lintas budaya. Cyberfeminis perlu membuat suara mereka
7

Mulyaningrum, Cyberfeminisme, Seminar Nasional 2015

didengar jauh lebih kuat untuk membahas proses pembangunan yang bersih dari ketidaksetaraan
gender.
Pada saat ini jumlah perempuan yang dapat mengakses teknologi informasi dan komunikasi
semakin meningkat dibandingkan keadaan 5 tahun yang lalu. Peningkatan jumlah pengguna
internet di kalangan perempuan berarti telah mempersempit kesenjangan gender pada teknologi
informasi. Sungguh pun demikian, kenyataannya internet masih lebih banyak melayani kepentingan
kaum laki-laki. Pada umumnya pengguna perempuan masih menjadi penderita utama disparitas
informasi, sekalipun di negara-negara yang paling maju. Oleh karena itu, cyberfeminisme
diharapkan mampu mengubah ketidaksetaraan gender tersebut agar perempuan mampu
mengoptimalkan potensi mereka.

Bahan Rujukan
Delmar, R. (1986). “What is Feminism?” In What Is Feminism? Oaklely Mitchell, A. (Ed) New York:
Pantheon Books.
Gove, P.B. (1981) Webster’s Third New International Dictionary. Springfield, MA: Merriam Webster
Inc.
Handy, L. M. (2001). “Cyberfeminism: Virtual, Activism, Real, Change”. Honours.
Lai, Betty L. L., Klt-chun Au, Fanny M. Cheung. (1997). “Women’s Concern Groups in Hong Kong”.
In Engendering Hong Kong Society: A Gender Perspective of Women’s Status. Hong Kong: The
Chinese University Press.
Plant, S. (1996). “On the Matrix: Cyber-feminism Simulations”. In Rob Shields (Ed) Cultures of the
Internet: Virtual Spaces, Real Histories, Living Bodies. London: Sage Publications.
Plant, S. (1997). Zeros + Ones: Digital Women and the New Technoculture. New York: Doubleday.
Pllock, S. Jo Sutton. (2006). “Women Click: Feminism and the Internet”. www.womenspace.ca
Richard, A., Marianne Schnall. (2006). “Cyberfeminist”:
www.feminist.com/resources/artspeech/cyberfeminism.html.

Networking

Wilding, F. (1998). “Where is Feminist in Cyberfeminism?” www.studioc.org

8

on

the

Net.