Caleg Perempuan Dalam Pusaran Media

Caleg Perempuan Dalam Pusaran Liputan Media di Sumatera Utara
Sistem pemilihan legislatif (Pileg) di Indonesia selalu didasari oleh sistem
proporsional dalam rangka mengisi lembaga perwakilan rakyat seperti, DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), DPRD Provinsi (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), dan DPRD
Kabupaten/Kota. Begitu pula dengan pemilihan legislatif di Sumatera Utara. Sistem ini
bertujuan untuk merekrut para wakil rakyat baik di tingkat nasional maupun lokal yang
berasal dari berbagai kelompok, mengingat bahwa secara realitas sosial Indonesia merupakan
negara plural. Dengan demikian sistem multipartai secara sosiologis dapat tercermin dalam
hasil pemilu pada kursi DPR Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Thoha (2005) mengartikan pluralisme dalam pemahaman sosio-politis sebagai suatu
sistem yang mengakui ko-eksistensi keragaman kelompok baik yang bercorak ras, suku,
aliran maupun partai dengan tetap menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang sangat
karakteristik di antara kelompok-kelompok.1. Hal ini tentunya tidak hanya sekedar memberi
harapan, namun juga kesadaran kepada pemangku kebijakan dalam memahami bahwa koeksistensi berbagai kelompok atau keyakinan disatu waktu dapat berjalan dengan tetap
memelihara perbedaan-perbedaan dan karesteristik masing-masing. Pengertian tersebut
secara substansial memang sudah mewakili keadilan sosial yang seharusnya tercermin dalam
hasil pemilihan legislatif. Namun bagaimana pada kenyataan di lapangan? Dalam konteks
pemilu, pluralisme justru hanya dilihat dari beragam partai politik yang masuk ke dalam
parlemen. Sehingga pada akhirnya di tingkat yang lebih spesifik perbedaan gender bukan
menjadi hal prioritas dalam model perekrutannya.
Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh budaya politik yang ada di Indonesia, dimana

politik hanya identik dengan laki-laki. Kentalnya budaya patriarki sejak awal sudah
mengaburkan eksistensi perempuan di ranah politik, sehingga belum ditemukannya wacana
positif mengenai hal ini. Sama halnya dengan fenomena yang terjadi di Sumatera Utara.
Angka keterwakilan perempuan masih jauh di bawah angka nasional. Dimana pada tingkat
nasional, jumlah keterwakilan perempuan pada kursi DPR mencapai 18%, sekitar 82 orang
dari 560 yang terpilih. Sementara untuk DPRD Provinsi mencapai 16% atau sekitar 84
orang, dan pada tingkat DPRD Kabupaten/Kota mencapai 12% atau sekitar 88 orang. Angka

1

Thoha, Anis Malik. 2005. Tren Pluralisme Agama. Jakarta: Perspektif.

ini tentunya tidak sebanding jika disandingkan dengan jumlah calon legislatif laki-laki yang
relatif lebih banyak.
Fenomena ini tentunya diharapkan berubah seiring dengan dikeluarkannya peraturan
UU No.8 Tahun 2012 yang memberikan hak istimewa bagi kaum perempuan untuk terjun ke
kancah politik. Hal ini kemudian memberikan makna mendalam bagi penguatan hak-hak
politik bagi kaum perempuan dalam memenuhi kuota keterwakilan sebanyak 30%. Dimana,
kepengurusan partai wajib mengakomodir sekurangnya 30% perempuan, begitu juga dalam
proses pengajuan bakal caleg yang wajib menyatakan 30% perempuan di setiap daerah

pemilihan. Merujuk peraturan tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemudian
menafsirkan lebih lanjut ke dalam Peraturan KPU RI No.29 Tahun 2013 dalam pasal 27 ayat
3 tentang pencalonan anggota DPR, DPD, dan DPRD. Dimana, caleg perempuan akan
menjadi prioritas jika suatu daerah pemilihan terdapat dua caleg berjenis kelamin berbeda
memperoleh jumlah suara sama.
Peraturan tersebut patut mendapat apresiasi terhadap ketentuan mengedepankan
demokrasi serta mengutamakan keterwakilan perempuan di parlemen. Partai politik yang
terlibat juga sepatutnya rasional dan objektif melihat dinamika percaturan politik di
Indonesia, karena secara kuantitas, pemilih terbanyak dan terbesar adalah kaum perempuan.
Sehingga kualitas yang dilahirkan dari kalangan perempuan mampu menyeimbangi kualitas
calon legislatif dari kalangan pria. Tentunya dengan tidak hanya melakukan pendekatan
personalitas dan organisatoris saja, namun juga apik melakukan pelatihan kepemimpinan
terhadap kader perempuan agar lebih mampu berkiprah di dunia politik.
Hal terpenting lainnya adalah bahwa kekuatan politik perempuan tidak akan
terkonsolidasi dengan baik jika kebijakan afirmatif terhadap perempuan tidak diberlakukan
secara optimal. Salah satu yang mampu mempengaruhinya adalah peningkatan kesadaran dan
keterwakilan publik yang harus selalu ditingkatkan sehingga terbangun pentingnya eksistensi
dan peran perempuan dalam bidang politik. Perwujudan hal tersebut perlu dilakukan dengan
mengekspos kampanye publik secara intensif dengan memanfaatkan saluran komunikasi
massa yang efektif. Idealnya, kalangan media harus selalu peduli untuk melakukan civic

education sekaligus watching to the political process selama pemilihan legislatif

berlangsung.2 Dalam hal ini, media tidak hanya menjalankan fungsi informasi, tetapi juga
menyalurkan fungsi edukatif dalam membantu mempublikasikan track record para kader
2

Henry Subiakto (2012). Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi

politik perempuan yang siap tempur di dunia politik. Dengan demikian partisipasi politik
perempuan dengan mudah diterima oleh masyarakat sehingga mampu mengedepankan nilainilai keberagaman yang adil.
Sejalan dengan hal itu, perilaku media massa di Sumatera Utara juga perlu diawasi
untuk sekedar mengukur seberapa aktif mereka mempublikasikan pemberitaan calon
legislatif dari kalangan perempuan. Apakah peran aktifnya sebagai saluran informatif dan
berimbang sudah memenuhi kaidah etika media selama masa pemilihan legislatif
berlangsung? Sesuai dengan poin yang dituliskan oleh Henry Subiakto dan Rachmah Ida
dalam buku Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi bahwa media idealnya selalu
memberikan kesempatan yang sama pada semua peserta pemilu secara personal, baik yang
berasal dari partai besar ataupun kecil, terutama baik laki-laki ataupun perempuan. Kemudian
hal yang terpenting juga untuk diketahui adalah bagaimana posisi calon legislatif perempuan
dalam setiap pemberitaan? Sudahkah caleg perempuan independen dan mampu berdiri sendiri

tanpa ada embel-embel stereotype yang menjatuhkan citra perempuan? Masihkah ada bias
gender yang tersirat dalam kalimat pemberitaan? Karena hal ini secara otomatis akan
meneruskan budaya pengelompokan perempuan sebagai kaum minoritas dan terpinggirkan,
sehingga sulit mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki untuk berkiprah di dunia
politik.
Metode dan Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantatif. Berelson & Kerlinger
(Kriyantono: 2012) mengartikan bahwa analisis isi merupakan suatu metode untuk
mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif
terhadap pesan yang tampak3. Adapun prinsip-prinsip dari metode analisis isi ini adalah
Pertama, sistematis artinya perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis.
Kedua, objektif artinya hasil analisis tergantung pada prosedur riset bukan pada orangnya.
Ketiga, kuantitatif artinya mencatat nilai bilangan atau frekuensi untuk melukiskan berbagai

jenis isi yang didefinisikan. Keempat, isi yang nyata artinya yang diriset dan dianalisis adalah
isi yang tersurat (tampak) bukan makna yang dirasakan periset.
Dalam penelitian ini, berita yang dianalisis adalah seluruh pemberitaan calon legislatif
perempuan dan laki-laki dalam kaitannya dengan Pemilihan Legislatif 2014 (Pileg) yang

3


Ra h at Kriya to o, Ph.D dala

uku Tek ik Praktis Riset Ko u ikasi Kriya to o,

dimuat oleh lima surat kabar lokal di Medan yakni, Harian Analisa, Waspada, Medan Bisnis,
Sinar Indonesia Baru (SIB), dan Tribun Medan. Pilihan kelima surat kabar didasarkan jumlah
tiras yang cukup besar dengan segmentasi yang beragam. Adapun pemberitaan calon
legislatif laki-laki turut diteliti untuk mengetahui jumlah perbandingan pemberitaan
keduanya. Berita yang dianalisis dibatasi mulai dari periode 16 Maret – 05 April 2014.
Pembatasan edisi surat kabar didasari oleh alasan bahwa pada tanggal tersebut merupakan
masa kampanye menjelang pemilihan legislatif. Adapun indikator yang dianalisis dalam
penelitian ini terdiri dari 6 kategori yakni:
1. Penempatan Berita
1.1 Rubrik
1.2 Tata Letak
2. Asal Berita (kategori ini bisa lebih dari satu dalam satu berita)
3. Caleg yang diberitakan
4. Orientasi Pemberitaan
5. Posisi Caleg Perempuan

6. Bias Gender Dalam Pemberitaan
Hasil Monitoring
Partisipasi politik perempuan tidak saja dilakukan dengan memberikan suara, tetapi juga
dilakukan dengan cara perempuan terjun langsung ke dunia politik. Selama ini jumlah
keterlibatan perempuan di dunia politik semakin meningkat. Hal ini tentunya juga atas upaya
regulasi yang mengharuskan partai politik memenuhi kuota keterwakilan perempuan
sebanyak 30%. Tapi, kondisi yang terlihat di Sumatera Utara tidak menunjukkan hal yang
signifikan. Pengaruh besar tentunya datang dari media massa sebagai saluran informasi yang
seharusnya mendukung keberadaan perempuan melalui teknik peliputan dan framing atau
kerangka mengupas diskursus politik pada kalangan perempuan. Jumlah pemberitaan dengan
jumlah calon legislatf yang maju ke senayan terlihat tidak seimbang. Publikasi pengenalan
calon legislatif perempuan cenderung terdiskriminasi secara jumlah. Tidak hanya itu, isi
pemberitaan juga masih banyak meliput kandidat politisi perempuan melalui isu stereotype.
Dengan menonjolkan kaum perempuan yang lemah, tidak mampu berdiri sendiri tanpa
popularitas keluarga terdekat, seperti suami dan ayah dari kandidat perempuan itu sendiri.
Hal tersebut akan dikupas melalui analisis kuantitatif yang akan dijabarkan seperti berikut di
bawah ini:

1. Frekuensi Pemberitaan
Frekuensi

Pemberitaan

Analisa

Medan
Bisnis

Waspada

Tribun
Medan

SIB

Total

F

%


F

%

F

%

F

%

F

%

F

%


Caleg Perempuan

16

27%

8

21%

13

19%

3

10%

5


36%

45

21%

Caleg Laki-laki

40

68%

30

79%

50

71%


23

79%

9

64%

152

72%

Campuran

3

5%

0

0%

7

10%

3

10%

0

0%

13

6%

59

100%

38

100%

70

100%

29

100%

14

100%

210

100%

Jumlah

Tabel 1.
Dari tabel di atas ditemukan bahwa pemberitaan dari 21 edisi kelima surat kabar yang
diteliti, pemunculan pemberitaan mengenai calon legislatif laki-laki dan perempuan
berjumlah 210 berita. Dimana terlihat secara detail dalam diagram 1 bahwa khusus caleg
perempuan saja, pemberitaan hanya mencapai angka 21% atau sekitar 45 berita. Sementara
untuk caleg laki-laki mencapai angka 72% atau sekitar 152 berita. Selebihnya adalah berita
campuran keduanya, yakni mencapai angka 6% atau sekitar 13 berita.

Perbandingan pemunculan liputan caleg
perempuan, caleg laki-laki, dan gabungan
keduanya
6%

22%
Caleg Perempuan
Caleg Laki-laki
Campuran
72%

Diagram.1
Kemudian secara spesifik, terlihat pada grafik 1 bahwa media cetak yang aktif
memberitakan kandidat politik pada pemilihan legislatif 2014 adalah Medan Bisnis sebanyak
70 pemberitaan. Perbandingan mencolok terlihat dengan pemberitaan caleg perempuan yang
hanya ditampilkan sekitar 19% dan caleg laki-laki sebanyak 71%. Hal ini dipengaruhi oleh
penyediaan halaman khusus pemilu pada masa kampanye. Sementara pada urutan kedua surat

kabar Harian Analisa memumculkan 59 pemberitaan. Dengan porsi masing-masing caleg
perempuan sebanyak 27% atau sekitar 16 berita, caleg laki-laki sebanyak 68% atau sekitar 40
berita. Sisanya 3 berita (5%) merupakan berita campuran keduanya. Posisi selanjutnya
diduduki oleh surat kabar Waspada dengan pemunculan keseluruhan berita sebanyak 38
berita tanpa ada berita campuran. Dimana, berita caleg perempuan sebanyak 21% atau sekitar
8 berita dan caleg laki-laki sebanyak 79% atau sekitar 30 berita. Dua posisi terbawah
diduduki oleh surat kabar Sinar Indonesia Baru (SIB) dan Tribun Medan.
Sama halnya dengan ketiga surat kabar di atas, jumlah pemberitaan pada surat kabar
SIB juga memperlihatkan perbandingan yang mencolok, yakni hanya 3 (10%) saja
pemberitaan terkait caleg perempuan dan 23 (79%) pemberitaan terkait caleg laki-laki, 3
(10%) berita selebihnya adalah campuran keduanya. Begitu pula dengan surat kabar Tribun
Medan, pemunculan pemberitaan caleg perempuan sejumlah 5 berita dari 14 yang ditemukan
atau sekitar 36%. Kemudian pemberitaan caleg laki-laki sejumlah 9 berita atau sekitar 64%.
Sementara itu tidak ditemukannya berita campuran keduanya.
Grafik 1.
Frekuensi Pemberitaan Caleg Perempuan dan Caleg Laki-laki di
Media Cetak
60
50
40
30
20

10
0
Waspa
da

Analisa

Medan
Bisnis

Tribun
Medan

SIB

Caleg Perempuan

16

27%

8

21%

13

19%

3

10%

5

36%

Caleg Laki-laki

40

68%

30

79%

50

71%

23

79%

9

64%

Campuran

3

5%

0

0%

7

10%

3

10%

0

0%

Grafik.1

2. Penempatan Berita
a. Rubrik
Analisa

Rubrik

Medan
Bisnis

Waspada

Tribun
Medan

SIB

Total

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

Nasional

0

0%

0

87%

1

1%

3

10%

0

0%

4

2%

Daerah

0

0%

0

0%

8

11%

23

79%

0

0%

31

20%

Internasional

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Hukum

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Pendidikan

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Politik

0

0%

0

0%

56

80%

0

0%

0

0%

56

27%

Pemilu

58

98%

33

87%

0

0%

0

0%

14

100%

105

50%

Lainnya

1

2%

5

13%

5

7%

3

10%

0

0%

14

9%

59

100%

38

100%

70

100%

29

100%

14

100%

210

100%

Jumlah

Tabel.2
Kategori rubrik merupakan salah satu unsur yang layak diteliti, sebab penempatan
berita berdasarkan rubrik (kepala karangan) dapat dengan mudah memperlihatkan
pemberitaan sejenis. Dari hasil monitoring, ada tiga surat kabar yang membuat rubrik khusus
Pemilu. Dimana jumlah terbanyak pemberitaan kandidat legislatif terdapat pada rubrik
Pemilu sebanyak 105 berita atau sekitar 50%. Masing-masing diperoleh dari Harian Analisa
sebanyak 58 berita, Waspada sebanyak 33 berita, dan Tribun Medan sebanyak 14 berita.
Selanjutnya rubrik Politik menempati posisi kedua terbanyak pada surat kabar Medan Bisnis,
yakni sebanyak 56 berita atau sekitar 27%.. Rubrik dengan posisi ketiga terbanyak
memberitakan calon legislatif adalah rubrik Daerah sejumlah 31 berita atau sekitar 20%.
Dimana 8 berita berasal dari Medan Bisnis dan 23 berita berasal dari SIB. Selanjutnya pada
rubrik Lainnya merupakan rubrik terbanyak keempat sebanyak 14 berita. Harian Analisa 1
berita pada rubrik “Analisa Minggu”, Waspada 5 berita pada rubrik “Laporan Khusus”,
Medan Bisnis 5 berita pada rubrik “Metropolitan”, SIB 2 berita pada rubrik “Pumpunan” dan
1 berita pada rubrik tanpa judul, dan tidak ditemukan pemberitaan di luar rubrik khusus
pemilu pada surat kabar Tribun Medan. Rubrik paling sedikit memunculkan pemberitaan
calon legislatif adalah rubrik Nasional dengan jumlah 4 berita atau sekitar 2% dari
keseluruhan rubrik yang diteliti. Hal ini dipengaruhi oleh konteks pemilihan legislatif yang
lebih dominan masuk ke dalam kategori berita daerah, sehingga pemunculan berita pada
rubrik Nasional hanya diisi oleh calon legislatif khusus DPR RI dengan daerah pemilihan di
Sumatera Utara. Diantaranya, suratkabar Medan Bisnis sebanyak 1 berita dan SIB sebanyak 3
berita.

Dari keseluruhan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa selama masa
menjelang pemilihan legislatif, surat kabar lokal yang paling gencar menampilkan
pemberitaan calon legislatif baik perempuan maupun laki-laki adalah Medan Bisnis.
Meskipun tidak memiliki agenda khusus dalam menetapkan rubrik pemberitaan pemilu dan
dominan berorientasi pada pemberitaan bisnis dan ekonomi, namun Medan Bisnis secara
konsisten menampilkan profil calon legislatif pada rubrik politik sehingga informasi
mengenai Pileg dengan mudah ditemukan. Dari 5 surat kabar yag diteliti ditemukan 3
diantaranya yang memiliki agenda khusus dalam menampilkan pemberitaan terkait pileg
yakni, Harian Analisa dengan judul rubrik Pentas Demokrasi, Waspada dengan judul rubrik
Pentas pemilu 2014, dan Tribun Medan dengan judul rubrik Tribun Election.
b. Tata Letak
Analisa

Tata Letak

Medan
Bisnis

Waspada

Tribun
Medan

SIB

Total

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

Headline

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Halaman Depan Bukan Headline

0

0%

0

0%

1

1%

3

10%

0

0%

4

2%

Halaman Dalam

0

0%

0

0%

68

97%

25

86%

0

0%

93

44%

Halaman Belakang

1

2%

0

0%

1

1%

1

3%

0

0%

3

1%

Halaman Khusus Pemilu

58

98%

33

87%

0

0%

0

0%

14

100%

105

50%

Halaman Khusus/Suplemen

0

0%

5

13%

0

0%

0

0%

0

0%

5

2%

59

100%

38

100%

70

100%

29

100%

14

100%

210

100%

Jumlah

Tabel.3
Selain rubrik, pada kategori penempatan berita diperlukan adanya analis mengenai
tata letak (layout). Alasan utama menggunakan indikator ini adalah bahwa tata letak
pemberitaan merupakan faktor yang menjadikan suatu wacana berita dinilai penting atau
tidak untuk dibaca oleh khalayak. Beberapa kategori yang dilihat dalam bagian tata letak
adalah headline, halaman depan bukan headline, halaman dalam, halaman belakang, halaman
khusus pemilu, dan halaman khusus/suplemen.
Dari hasil perolehan kuantitas yang terlihat pada tabel 3 bahwa setengah (50%) dari
keseluruhan liputan calon legislatif ada pada halaman khusus pemilu. Hal ini dipengaruhi
oleh 3 dari 5 surat kabar yang telah dteliti memanfaatkan halaman khusus pemilu dalam
mengekspos berita-berita terkait pemilihan legislatif 2014. Ketiga surat kabar tersebut adalah
Harian Analisa sebanyak 58 berita, Waspada sebanyak 33 berita, dan Tribun Medan sebanyak
14 berita. Sementara 44% diantaranya atau sekitar 93 berita ditempatkan pada halaman

dalam, dimana Medan Bisnis menampilkan sebanyak 68 berita dan Sinar Indonesia Baru
(SIB) sebanyak 25 berita. Sama halnya pada bagian halaman dalam non-headline, hanya
terdapat dua surat kabar yang meletakkan pemberitaan pemilihan legislatif, yakni Medan
Bisnis sebanyak 1 berita dan SIB sebanyak 3 berita.
Meskipun halaman khusus pemilu sudah cukup memadai dalam upaya membuat
agenda tata letak liputan para kandidat calon legislatif, namun hal tersebut tidak cukup
memadai bagi surat kabar Waspada. Dari hasil monitoring, ditemukan 5 peliputan berita
calon legislatif terletak pada halaman suplemen atau tambahan. Dimana, halaman ini diberi
judul “Laporan Khusus” dan biasanya dapat menghabiskan satu atau dua halaman penuh
dengan desain fullcolour . Sementara 3 berita atau sekitar 1% dari keseluruhan halaman yang
digunakan ada pada halaman bagian belakang. Dari 3 berita yang ditemukan, masing-masing
ditampilkan pada surat kabar Harian Analisa, Medan Bisnis, dan Sinar Indonesia Baru.
3. Asal Berita
Analisa

Waspada

Medan Bisnis

Tribun
Medan

SIB

Asal Berita

Total

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

Konferensi Pers

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

3

18%

3

1%

Press release

23

29%

6

17%

7

9%

4

14%

0

0%

40

17%

Keterangan Humas , Jubir

0

0%

5

14%

0

0%

0

0%

0

0%

5

2%

Liputan lapangan (langsung
Wawancara)

57

71%

25

69%

70

91%

20

69%

14

82%

186

78%

Mengutip Keterngan Media Lain

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Tidak Jelas

0

0%

0

0%

0

0%

5

17%

0

0%

5

2%

80

100%

36

100%

77

100%

29

100%

17

100%

239

100%

Jumlah

Catatan: Kategori Asal Berita bisa lebih dari satu dalam satu berita

Tabel.4
Tahap berikutnya adalah menganalisis asal ataupun sumber berita. Hal ini perlu
diketahui dengan alasan kuat bahwa, nilai kualitas suatu media akan teruji darimana beritanya
berasal. Tentunya media yang berkualitas adalah media yang mengutamakan kepentingan
publik dengan memperoleh berbagai informasi secara independen. Dalam hal ini, peneliti
menentukan kategori pengelompokan asal atau sumber berita ke dalam beberapa bagian
berikut yakni, konferensi pers, press release, keterangan humas/jubir, liputan lapangan,
mengutip keterangan media lain, atau tidak jelas. Keseluruhan pembagian kelompok tersebut
didasari oleh pendapat yang dikemukakan oleh Eugene J.Webb dan Jerry R. Salancik4 yakni,
4

Ishwara, Luwi.

5. Catata -Catata Jur alis e Dasar . Jakarta: Pe er it Buku Ko pas

observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita, proses wawancara, pencarian atau
penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik, dan partisipasi dalam peristiwa. Kecuali
untuk kategori tidak jelas, hal ini turut dipertimbangkan sebab selama melakukan monitoring
pemberitaan peneliti menemukan adanya pemberitaan yang tidak mencantumkan sumber
berita yang jelas, baik by line maupun kode penulis di akhir berita. Jumlah kuantitas sumber
berita akan melebihi angka jumlah liputan yang ditemukan, sebab di dalam satu pemberitaan
peneliti mempertimbangkan sumber berita yang ternyata tidak hanya dari satu sisi saja.
Berikut pemaparannya:
Dari hasil monitoring ditemukan bahwa dari 59 liputan, surat kabar Harian Analisa
menampilkan pemberitaan yang berasal dari liputan langsung sebanyak 57 berita dan press
release sebanyak 23 berita. Berbeda dengan surat kabar Waspada, sumber berita yang

diperoleh tidak hanya berasal dari liputan langsung dan press release saja, namun juga
berasal dari keterangan humas/jubir. Dimana masing-masing jumlahnya yakni, liputan
langsung sebanyak 25 berita, press release sebanyak 6 berita, dan keterangan humas/jubir
sebanyak 5 berita. Adapun pemberitaan yang ebrasal dari keterangan humas/jubir pada surat
kabar Waspada ditandai pada rubrik tambahan/suplemen secara keseluruhan.
Hampir sama halnya dengan Harian Analisa, hasil monitoring menemukan bahwa
surat kabar Medan Bisnis dan Tribun Medan menampilkan liputan kandidat calon legislatif
yang bersumber dari dua kategori. Dimana pada Medan Bisnis 70 diantaranya merupakan
liputan langsung dan 7 diantaranya gabungan antara press release dan wawancara langsung.
Sementara pada Tribun Medan, 14 diantaranya bersumber dari liputan langsung dan 3
diantaranya merupakan gabungan antara konferensi pers sekaligus liputan langsung. Namun,
jumlah yang sedikit berbeda terlihat pada surat kabar SIB, dimana dari 29 peliputan yang
ditemukan, 5 diantaranya tidak memperlihatkan sumber yang jelas. Hal tersebut
dipertanyakan sebab tidak ada penanda yang mampu memperkuat hasil peliputan ke lima
berita tersebut, baik by line maupun kdoe penulis di akhir berita. Sementara sisanya berasal
dari liputan langsung sebanyak 20 berita dan gabungan wawancara dan press release
sebanyak 4 berita.
Dari keseluruhan surat kabar yang diteliti dapat dikuantitaskan sebanyak 78%
pemberitaan bersumber liputan langsung. Hal ini tentunya menjadi info yang cukup baik
yang dapat menunjukkan bahwa media cetak lokal sudah mampu memberikan potensi
independen dalam memperoleh berita.

4. Orientasi Pemberitaan Terhadap Kaum Marjinal

Orientasi Pemberitaan

Analisa

Waspada

Medan Bisnis

Tribun
Medan

SIB

Total
%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

Positif

10

17%

8

21%

12

17%

2

7%

4

29%

36

17%

Negatif

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

0

0%

Penilaian negatif dan positif

4

7%

0

0%

2

3%

0

0%

0

0%

6

3%

Tidak ada penilaian

45

76%

30

79%

56

80%

27

93%

10

71%

168

80%

59

100%

38

100%

70

100%

29

100%

14

100%

210

100%

Jumlah

Tabel.5
Selain untuk mengukur jumlah pemunculan peliputan kandidat calon legislatif
perempuan dan laki-laki, monitoring juga dilakukan untuk mengetahui orientasi pemberitaan.
Poin ini berguna untuk mengulik sedikit arah pemberitaan yang digambarkan oleh media
cetak terhadap objek maupun subjek liputan mereka, terkhusus pada caleg perempuan yang
masih minim ditemukan dalam setiap pemberitaan. Kategori yang digunakan adalah
pemberitaan yang bernada positif, negatif, penilaian positif dan negatif, atau tanpa ada
penilaian sama sekali. Dalam hal ini, orientasi pemberitaan hanya difokuskan kepada caleg
perempuan yang masih dianggap minoritas dalam pemilihan legislatif. Hal tersebut tentunya
hanya diperhitungkan pada peliputan berita yang mengandung unsur kandidat caleg
perempuan saja. Untuk itu, dari 210 peliputan berita yang diperoleh hanya ada 58 berita yang
akan dianalisis oientasi pemberitaannya. Angka tersebut diperoleh dari data jumlah liputan
berita caleg perempuan sejumlah 45 berita dan liputan caleg perempuan dan laki-laki
(campuran) sejumlah 13 berita.
Hasil monitoring menemukan bahwa dari keseluruhan surat kabar tidak ada orientasi
pemberitaan yang bernada negatif. Dan rari keseluruhan berita yang dianalisis, setidaknya
terdapat 6 atau sekitar 3% liputan caleg perempuan yang memiliki penilaian negatif dan
positif. Angka tertinggi diperoleh pada orientasi pemberitaan tanpa penilaian sebanyak 168
berita. Hal tersebut dipengaruhi oleh karena sebagian besar liputan yang ditemukan adalah
peliputan caleg laki-laki. Sementara untuk peliputan yang bernada positif terdapat 36 berita
atau sekitar 17% dan hanya terdapat 6 berita atau sekitar 3% saja berita yang memiliki unsur
penilaian negatif dan positif.

Salah satu pemberitaan yang berorientasi positif pada pemberitaan caleg perempuan
terlihat pada surat kabar Medan Bisnis5 dengan judul “Jabat Ketua Komisi A, Lily minta
kemananan di Kota Medan Ditingkatkan.” Penggambaran positif terlihat pada peliputan yang
menonjolkan prestasi Lily sebagai caleg perempuan yang memiliki track record meyakinkan
karena jabatan sebelumnya sebagai ketua komisi A. Nada positif yang berbeda juga
ditonjolkan pada Harian Analisa pada edisi Selasa, 25 Maret 2014 dengan judul “Hak
Perempuan Harus Diperjuangkan” yang dominan menggambarkan bahwa caleg perempuan
peduli terhadap keberlangsungan hak-hak perempuan yang harus diperjuangkan. Termasuk
hak untuk mendapatkan kesamaan kedudukan caleg perempuan di dunia politik. Sedikit
berbeda dengan surat kabar Waspada, dari 8 berita yang diperoleh mengenai caleg
perempuan, keseluruhannya bernada positif. Meskipun begitu, jumlah tersebut sangat tidak
memadai untuk menempatkan perempuan bukan sebagai kaum marginal dengan alasan
perbandingan 1:4 tidaklah cukup bagi perempuan mengekspresikan dirinya lebih leluasa pada
publik. Begitu pula orientasi pemberitaan positif yang mewarnai surat kabar Tribun Medan.
Hal-hal yang diangkat secara intensif adalah mengenai kampanye publik yang dilakukan
caleg perempuan dari partai politik yang membawanya masuk ke dalam pemilihan legislatif.
Dari 5 pemberitaan yang diperoleh, setidaknya 4 berita di antaranya menggambarkan
penilaian yang positif terhadap caleg perempuan. Berbeda dengan surat kabar SIB yang
hanya menampilkan 3 liputan terkait caleg perempuan dan 2 diantaranya bernada positif.
5. Posisi Caleg Perempuan
Analisa

Posisi Caleg Perempuan

Medan
Bisnis

Waspada

Tribun
Medan

SIB

Total
%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

%

F

Bagian Awal

1

5%

0

0%

0

0%

1

17%

0

0%

2

3%

Bagian Tengah

4

21%

0

0%

3

15%

1

17%

0

0%

8

14%

Bagian Akhir

0

0%

0

0%

5

25%

2

33%

0

0%

7

12%

Keseluruhan

14

74%

8

100%

12

60%

2

33%

5

100%

41

71%

19

100%

8

100%

20

100%

6

100%

5

100%

58

100%

Jumlah

Tabel.6
Berikutnya adalah kategori analisis posisi caleg perempuan dalam peliputan di surat
kabar. Hal ini merupakan poin yang dapat mengukur apakah suatu pemberitaan memiliki
kecenderungan bias dalam menampilkan sosok perempuan ditengah-tengah masa pemilihan
5

Edisi Sabtu, 22 Maret 2014.

legislatif. Ini juga mampu menggambarkan bagaimana media mampu mengangkat derajat
pada kalangan publik yang masih menganggap bahwa stereotype perempuan yang masih
terpinggirkan dalam dunia politik. Selain itu, proses analisis posisi caleg perempuan juga
ingin melihat tingkat penting atau tidaknya caleg perempuan diberitakan dalam satu
peliputan. Dari 58 pemberitaan yang diperoleh, mayoritas posisi caleg perempuan tergambar
secara keseluruhan sebanyak 41 berita atau sekitar 71%. Angka ini diperoleh dari kelima
surat kabar yang diteliti dengan jumlah yang berbeda-beda yakni, Harian Analisa sebanyak
14 berita, Waspada sebanyak 8 berita, Medan Bisnis sebanyak 12 berita, SIB sebanyak 2
berita, dan Tribun Medan sebanyak 2 berita.
Tentunya pada bagian awal akan mencerminkan bahwa caleg perempuan lebih
diprioritaskan, mengingat dalam satu peliputan terdapat dua subjek pemberitaan sekaligus
yakni, caleg perempuan dan laki-laki. Adapun pemberitaan yang memposisikan caleg
perempuan pada bagian awal tulisan hanya terdapat 2 pemberitaan saja atau seitar 3%. Hal
tersebut diperoleh dari surat kabar harian Analisa dan SIB. Sementara untuk posisi penulisan
terkait caleg perempuan pada bagian tengah diperoleh sebanyak 8 berita ataus ekitar 14%.
Masing-masing berita berasal dari Harian Analisa sebanyak 4 berita, Medan Bisnis sebanyak
3 berita, dan SIB sebanyak 1 berita. Berikutnya, tidak ditemukan posisi penulisan bagian
akhir pada surat kabar Harian Analisa, Waspada, dan Tribun Medan. Sekitar 12% atau 7
berita tersebut (lihat tabel 6) berasal dari surat kabar Medan Bisnis sebanyak 5 berita dan SIB
sebanyak 2 berita.
Dari kuantitas yang diperoleh pada kategori posisi caleg perempuan ini, setidaknya
perempuan sebagai kaum minoritas dalam dunia politik masih mendapatkan tempat yang
penting. Meskipun masih ada peliputan yang mengabaikan caleg perempuan dengan
menempatkannya pada tulisan di bagian akhir. Dari 7 berita tersebut rata-rata hal yang
menyebabkan posisi perempuan terletak pada bagian akhir adalah berita campuran, dimana
konten berita dominan memprioritaskan caleg laki-laki pada bagian awal dan tengah dan
hanya menyebutkan nama caleg perempuan di bagian akhir tanpa pembahasan lebih
mendalam.
6. Caleg yang Diberitakan
Menyoroti fokus penelitian hanya pada caleg perempuan, maka kategori yang dibahas
dalam poin ini adalah khusus kepada caleg perempuan saja. Dimana hal yang ingin dilihat
adalah identitas dari subjek liputan yang terdiri dari nama, jenis kelamin, asal partai, dan

posisi yang ingin dicapai dalam tahap pencalonan. Adapun keterangan pada poin ini dapat
dilihat pada tabel 7 berikut:

Media Cetak
Surat Kabar

Edisi

Nama Caleg Perempuan
yang Diliput

Asal
Partai
Hanura

DPRD
Kabupaten/Kota

Rabu, 19/03/2014

Dewi Astuty

Sabtu, 22/03/2014

Geeta

Nasdem

DPR-RI

Anna Mari Ulina

Gerindra

DPR-RI

Gerindra

DPRD
Kabupaten/Kota

Demokrat

DPRD Sumatera
Utara

Juli Suhaerani

Gerindra

DPR-RI

Nina Rista

Nasdem

DPRD
Kabupaten/Kota

Raihanatul Husna

Hanura

DPRD
Kabupaten/Kota

Delia Pertiwi

Golkar

Anna Mari Ulina

Gerindra

Siti Mariani

PDI-P

Minggu, 30/03/2014

Damai Yona

Demokrat

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara

Selasa, 01/04/2014

Purnama

Golkar

DPR-RI

Dame, Anna, Nursianna,
Evi

Gerindra

DPR-RI, DPRD
Kabupaten/Kota,
DPRD Sumatera
Utara

Shanny Joan Salim

PKPI

DPRD Sumatera
Utara

Anna Mari Ulina

Gerindra

DPR-RI

Delia Pertiwi

Golkar

Tetty Juliaty

Nasdem

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara

Samosir Rismawaty

PDI-P

DPRD
Kabupaten/Kota

Meutya Hafid

Golkar

Syafrida Fitri

Golkar

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara

Anna Mari Ulina

Gerindra

DPR-RI

Meutya Hafid

Golkar

DPR-RI

Meutya Hafid

Golkar

DPR-RI

Meutya Hafid

Golkar

DPR-RI

Anna Mari Ulina

Gerindra

DPR-RI

Sabtu, 29/03/2014

Purnama

Golkar

DPR-RI

Senin, 17/03/2014

Heni Ria

PDI-P

DPRD Sumatera
Utara

Rabu, 19/03/2014

Dewi Astuty

Hanura

DPRD
Kabupaten/Kota

Kamis, 20/03/2014

Dewi Astuty

Hanura

DPRD

Selasa, 25/03/2014

Lily
Rosta

Kamis, 20/03/2014

Harian Analisa

Jum'at, 28/03/2014

Kamis, 03/04/2014
Rabu, 02/04/2014
Sabtu, 05/04/2013

Kamis, 20/03/2014
Jum'at, 21/03/2014
Waspada

Pencalonan kursi
parlemen

Selasa, 25/03/2014
Jum'at, 28/03/2014

Medan Bisnis

Keterangan

Kampanye di Media
Sosial

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara

Peluncuran Buku

Kampanye Gabungan

Profil

Kabupaten/Kota
Jum'at, 21/03/2014

PDI-P

Nora Malau

Gerindra

Lily

Gerindra

Elvie Maria

Gerindra

Kusmawati

PAN

Rosta

Demokrat

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara
DPRD Sumatera
Utara

Meutya Hafid

Golkar

DPR-RI

Nursianna, Dame Duma

Gerindra

Tetty Juliaty

Nasdem

DPRD Sumatera
Utara
DPRD Sumatera
Utara

Dewi Sartika

Golkar

DPRD Sumatera
Utara

Murniati

Gerindra

Rumiana, Suhartati

PBB

Sabtu, 22/03/2014
Senin, 24/03/2014

Selasa, 25/03/2014

Rabu, 26/03/2014

Jum'at, 28/03/2014

Selasa, 01/04/2014
Rabu, 02/04/2014

DPR-RI
DPRD
Kabupaten/Kota

DPRD Sumatera
Utara
DPRD Sumatera
Utara, DPRD
Kabupaten/Kota
DPRD
Kabupaten/Kota

Dame Duma Sari

Gerindra

Purnama

Golkar

Delmeria

Nasdem

Anna Mari Ulina

Gerindra

Senin, 17/03/2014

Suryaningsi, Agustina

PKPI

Selasa, 18/03/2014

Rooslynda

Demokrat

Selasa, 25/03/2014

Ida
Anna, Nursianna, Evi,
Dame

Nadem

Selasa, 01/04/2014

Rooslynda

Demokrat

DPR-RI

Kamis, 03/04/2014

Rooslynda

Demokrat

DPR-RI

Delia Pertiwi

Golkar

DPR-RI

Dona Yurike

Gerindra

DPR-RI

Selasa, 25/03/2014

Kiti Andrina

Nasdem

Minggu, 30/03/2014

Tetty Juliaty

Nasdem

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara

Rabu, 02/04/2014

Delia Pertiwi

Golkar

DPR-RI

Kamis, 03/04/2014
Sabtu, 05/04/2013

SIB

DPRD
Kabupaten/Kota

Mega Magdalena

Rabu, 26/03/2014

Selasa, 18/03/2014

Gerindra

Tribun Medan

Tabel.7

Kampanye Akbar

DPR-RI
DPRD Sumatera
Utara
DPRD Sumatera
Utara
DPRD
Kabupaten/Kota
DPR-RI
DPRD
Kabupaten/Kota
DPR-RI, DPRD
Kabupaten/Kota

Kampanye Akbar

Dari tabel tersebut pemunculan pemberitaan paling banyak adalah kandidat calon
legislatif perempuan untuk kursi parlemen DPR RI (28 Pemberitaan), DPRD Sumatera Utara
(18 pemberitaan), DPRD Kabupaten/Kota (15 pemberitaan).
7. Bias Gender dalam Pemberitaan
Selain untuk mengukur kuantitas pemunculan pemberitaan caleg perempuan,
monitoring kali ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan media dalam memberitakan
kandidat politik calon legislatif perempuan. Dengan peluang keterwakilan perempuan 30%
untuk masuk dalam kursi parlemen, sudah selayaknya media juga turut memberikan
dukungan positif dengan tidak mendiskriminasi gender dalam memberikan ruang dalam
liputan berita. Namun hal yang terlihat adalah bahwa kalimat yang memunculkan bias
terhadap stereotype perempuan menjadi semakin kentara pada hasil penelitian lima surat
kabar terpilih.
Dari hasil monitoring kelima surat kabar,peneliti mendapati bahwa bias gender yang
terlihat cenderung pada kaum perempuan yang belum terlihat mandiri. Penyebutan nama
orangtua dan suami yang memiliki kedudukan tinggi secara sosial dianggap menjadi alat
perang yang sangat penting oleh media untuk menaikkan elektabilitas para kandidat
perempuan. Selain itu, penyebutan ibu rumah tangga (seperti: si X ibu empat anak) dalam
pemberitaan politik dianggap juga mengandung unsur bias karena tidak relevan dengan latar
belakang para kandidat perempuan yang naik ke kursi laga legislatif. Dengan kasus yang
sama, peneliti justru tidak menemukan adanya pemberitaan para kandidat caleg laki-laki
dengan penyebutan yang sama (seperti: si Y ayah dua anak). Tentunya hal ini perlu
dipertimbangkan agar keberadaaan caleg perempuan dapat menyeimbangi caleg laki-laki.
Idealnya, keseimbangan juga harus diutamakan oleh media dalam pemberitaannya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, setidaknya terdapat 3 surat kabar yang
memunculkan pemberitaan bias gender dalam pemberitaan kandidat caleg perempuan yakni,
Medan Bisnis, Harian Analisa, dan Sinar Indonesia Baru. Seperti liputan yang ditemukan
pada Medan Bisnis edisi Selasa, 25 Maret 2014 dengan judul “Rosta Sianturi: Siap
Perjuangkan Hak Perempuan.” Dalam kolom yang sama Medan Bisnis menampilkan visi
dan misi caleg tidak hanya laki-laki namun juga perempuan, namun khusus untuk caleg
perempuan dalam pemberitaan tersebut, penulis berita tidak turut mencantumkan foto seperti
halnya pada caleg laki-laki. Selain itu juga pada pargaraf 6 (edisi yang sama) terdapat
penyebutan ibu empat anak dalam pemberitaan. Perbedaan kecil ini tentunya mampu menjadi

perhatian bagi media untuk memberikan porsi yang seimbang. Tidak hanya dari sudut
pandang penulisan, namun juga dukungan foto yang memadai.
Sementara pada surat kabar Sinar Indonesia Baru setidaknya dari 3 pemberitaan caleg
perempuan yang ditemukan, keseluruhannya memiliki unsur bias yang sangat mencolok pada
surat kabar ini. Seperti pada edisi Kamis, 03 Maret 2014 pada halaman 1 dengan judul
“Sonak Malela Labuhan Batu Dukung Rooslynda Marpaung Caleg DPR”. Hal yang terlihat
mencolok adalah media tidak menampilkan track record pendidikan maupun pengalaman
yang mampu mendukung elektabilitas kandidat perempuan, namun justru memanfaatkan
kepopuleran keluarga laki-laki terdekat dari kandidat caleg perempuan. Hal ini seolah
menggambarkan bahwa caleg perempuan tidak mampu independen tanpa adanya sokongan
dari kaum laki-laki. Contoh kutipan berita yang ditemukan adalah sebagai berikut:
“Rooslynda berasal dari keluarga terpandang dan tauladan yang patut dicontoh.
Ayahnya, tokoh dokter yang sudah banyak membantu masyarakat. Mertuanya juga
tauladan, tokoh pendidikan dan tokoh pers yang telah banyak membuat untuk
pembangunan Sumatera Utara.”
Tidak hanya itu, Rooslynda juga kerap disandingkan dengan laki-laki yang memiliki
potensi besar di belakangnya. Seperti juga terdapat pada edisi yang sama seperti diatas, bias
yang terlihat masih bernada sama yakni, penyebutan nama orang tua caleg perempuan
Dr.Boloni dan penyebutan nama suami di belakang nama lengkap caleg perempuan seperti
Rooslynda Marpaung (Ny. Ir. GM. Chandra Panggabean).
Lain hal dengan Harian Analisa pada kedua edisi berikut, yakni:
1. Kamis, 20 Maret 2014 pada halaman 16 dengan judul:
“Nina Rista Tarigan Kampanye Lewat Twitter”. Bias yang paling menonjol
terdapat pada paragaraf terakhir pemberitaan yakni, penyebutan jabatan suami
sebagai pendorong kepopuleran caleg perempuan ini. Berikut kutipannya:
“...ungkap istri Hendra Sembiring, Wakil Ketua PD II FKPPI Sumatera Utara.”
“Caleg Golkar Terus Dekati Masyarakat.” Bias dengan nada yang sama juga
terdapat pada pemberitaan edisi ini yakni mengangkat peran laki-laki terdekat di
balik kiprahnya di dunia politik. Seperti kutipan berikut ini,
“... Dalam setiap kesempatan putri dari Bupati Langkat H Ngogesa ini..”

2. Selasa, 01 April 2014 pada halaman 10 dengan judul:
“Jangan Pilih Pemimpin Seperti Beli Kucing Dalam Karung”. Nada yang sama
juga ditonjolkan dengan penyebutan marga suami di belakang nama kandidat
perempuan. Seperti pada paragraf 2 dengan penyebutan “Purnama D. Napitupulu
br. Sitompul”. Hal tersebut tidak akan mengundang bias jika penyebutan nama
belakang hanya tunggal atau nama asli dari kandidat perempuan. Unsur
pengenalan keluarga berdasar rumpun suku juga dapat menimbulkan pemberitaan
yang tidak bernilai seimbang.
Caleg Perempuan
Berdasarkan hasil monitoring ternyata media cetak lokal masih menunjukkan bahwa
persoalan gender dan komunikasi politik merupakan masalah yang serius. Masih banyak
liputan media cetak yang tidak memberikan keuntungan bagi kaum perempuan yang terlibat
dalam kepemimpinan politik. Hal ini tentunya akan sangat mudah mempengaruhi bagaimana
penggambaran caleg perempuan di mata publik. Media sebagai penyalur informasi sekaligus
sebagai pembentuk opini publik belum mampu menunjukkan independensinya dalam meliput
kegiatan kandidat politik dari kaum perempuan. Hal ini ditunjukkan pada kuantitas liputan
media terhadap kandidat calon legislatif perempuan yang belum memenuhi setengah porsi
atau hanya sekitar 27% dari keseluruhan berita yang dianalisis.
Posisi calon legislatif perempuan dalam pemberitaan pun belum terlihat mampu
berdiri sendiri. Masih banyak media cetak terkait yang memilih untuk menaikkan
elektabilitas kandidat politik perempuan melalui kepopuleran keluarga di baliknya. Dan
hampir tidak ditemukannya pemberitaan yang mengangkat pendidikan serta pengalaman
kandidat terkait. Hal tersebut sejalan dengan banyaknya studi yang juga menunjukkan bahwa
perempuan dalam arena politik sering kali harus berjuang untuk menerima liputan media dan
legitiasi publik dan media (Braden, 1996; Witt, Paget, & Matthews, 1994). Hal yang
kemudian menimbulkan kesenjangan antara kedua politisi dari gender yang berbeda ini
adalah bahwa mayoritas liputan media banyak menggambarkan politisi perempuan yang
mempunyai masalah yang dikaitkan dengan isu domestik dengan perilaku anak dan
suaminya. Namun, media cetak lokal tidak melakukan hal yang sama terhadap politisi lakilaki.
Hal yang paling menguatkan selain hasil penelitian ini, ternyata observasi pasca
pemilihan legislatif menunjukkan bahwa dari data KPU Sumatera Utara diketahui bahwa

hanya ada 13 caleg perempuan yang terpilih duduk di kursi parlemen DPRD Sumatera Utara.
Berikut daftar nama caleg perempuan terpilih DPRD Sumatera Utara:
1. Hj. Meilizar Latif, SE,MM (Demokrat) (Dapil Sumut 1: Medan A)
2. Helmiati (Golkar) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara)
3. Sri Kumala, SE, MM (Gerindra) (Dapil Sumut 5: Asahan-Tj.Balai-Batubara)
4. Novita Sari, SH (Golkar) (Dapil Sumut 6: Labuhan Batu-Labura-Labusel)
5. Tia Isah Ritonga, SE (Demokrat) (Dapil Sumut 7: Tapsel-Madina-Palas-PalutaPadangsidempuan)
6. Lidiani Lase (Demokrat) (Dapil Sumut 8: Nias, Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat
dan Gunung Sitoli)
7. Dra. Delmeria (Nasdem) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-TaputHumbahas)
8. Sarma Hutajulu, SH (PDI-Perjuangan) (Dapil Sumut 9: Tapteng-Tobasa-SamosirSibolga-Taput-Humbahas)
9. Inge Amelia Nasution, S.Psi (Nasdem) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang
Siantar)
10. Dra. Hj. Hidayah Herlina Gusti (PKS) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang
Siantar)
11. Rinawati Sianturi,SH (Hanura) (Dapil Sumut 10: Simalungun – Pematang Siantar)
12. Jenny Riany Lucia Berutu, SH (Demokrat) (Dapil Sumut 11: Karo-Dairi-Pakpak
Bharat)
13. Putri Susi Melani Daulay, SE (Golkar) (Dapil Sumut 12: Langkat-Binjai)

Setelah dilakukan cross check terhadap pemunculan berita yang diperoleh dari hasil
penelitian dan informasi data KPU Sumatera Utara, dari ke-13 caleg terpilih hanya ada 1
saja caleg perempuan yang diberitakan oleh media cetak di Sumatera Utara, yakni Dra.
Delmeria

(Nasdem)

(Dapil

Sumut

9:

Tapteng-Tobasa-Samosir-Sibolga-Taput-

Humbahas). Hal ini tentunya menimbulkan kesimpulan bahwa dari kelima surat kabar
yang dianalisis dianggap belum memberikan kontribusi tinggi untuk mendukung
keterwakilan perempuan pada kursi parlemen. Kandidat politisi perempuan masih
mengalami media abuse dengan cara dideskripsikan dan direndahkan oleh media dengan
menggunakan gender specific terms. Hal ini tentunya mampu menjadi pelajaran bagi
media dalam upaya mengangkat derajat perempuan untuk setara dengan kandidat politisi

laki-laki pada masa pemilihan legislatif mendatang. Pemakluman peralihan kondisi era
pemilihan yang memanfaatkan keterwakilan perempuan sebanyak 30% sudah sepatutnya
didukung secara intensif dan berimbang. Sehingga proses demokrasi mampu melahirkan
generasi pemimpin perempuan yang tidak hanya diperhitungkan secara kuantitas saja,
namun juga pertimbngan kualitas personalnya.