ANALISIS PRODUK PAKAN TERNAK YANG CACAT
ANALISIS PRODUK PAKAN TERNAK YANG CACAT
DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONTROL P
DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA
PLANT SEPANJANG
Risma Dwi Nur Anggraeni 411410014 Universitas Machung
Abstrak
PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang adalah perusahaan yang bergerak dalam
produksi pakan ternak yang terletak di Jalan Raya Surabaya Mojokerto KM 19, Beringin
Bendo, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan ini dapat memproduksi 1300 ton pakan
ternak perhari. Produk yang telah sesuai dengan standar perusahaan dapat didistribusikan
kepada konsumen, namun produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan akan
diproduksi ulang dan dianggap produk yang cacat. Hal tersebut dilakukan agar produk yang
dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk
mengendalikan kualitas produk pakan ternak dengan menggunakan alat bantu statistik, yaitu
seven tool (flow chart, check sheet, histogram, pareto diagram, peta kontrol, cause and effect
diagram,dan scatter diagram). Pengendalian kualitas dilakukan untuk mengetahui faktor
penyebab produk pakan ternak yang harus diproduksi ulang dan pencegahan yang dapat
dilakukan. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa 80% permasalahan yang terjadi di
perusahaan ini adalah nutrisi. Permasalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor,
seperti manusia, raw material, dan metode yang dilakukan. Tindakan yang dapat dilakukan
untuk faktor manusia adalah mengawasi kinerja manusia dengan memperhatikan motivasi
kerja karyawan, gaji, koordinasi, dan psikologi. Faktor material adalah pengecekan dan
pencegahan raw material dari row material lain maupun dari kutu. Faktor metode yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan wewenang kepada salah satu karyawan untuk
memberikan sebuah keputusan. Hal tersebut diperkirakan dapat meminamalkan produk yang
cacat akibat nutrisi.
Keywords : Kualitas, Seven tool, Statistical Quality Control, Peta Kontrol P, Standardized
control chart
1. Pendahuluan
PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang merupakan perusahaan yang
memproduksi pakan ternak. Sebelum didistribusikan, pakan ternak akan diuji untuk
menjamin nutrisi dan ketahanan pakan ternak. Apabila hasil pengujian sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan, maka pakan ternak dapat didistribusikan. Namun, apabila
hasil pengujian tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan, maka pakan
ternak akan diproduksi ulang. Sebelum dituang kembali, pakan ternak yang harus diproduksi
ulang menyebabkan kapasitas penyimpanan Gudang Finished Goods berkurang. Selain dapat
meningkatkan biaya produksi, pakan ternak yang harus diproduksi ulang juga dapat
menyebabkan bagian produksi tidak dapat memenuhi permintaan. Hal ini menyebabkan
karyawan mendapatkan surat tugas lembur untuk memenuhi produksi. Jika perusahaan
memiliki jam lembur yang terlalu berlebihan, maka dapat mengurangi pendapatan yang
dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, untuk meningkat kualitas yang baik, perlu
dilakukan pengendalian kualitas dari awal produksi hingga akhir produksi. Pengendalian
kualitas dilakukan dengan menggungakan peta kontrol P.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Kualitas
Menurut Montgomery (2009), pengertian kualitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
traditional dan modern. Pengertian kualitas secara tradisional adalah produk dan
layanan yang digunakan harus sesuai dengan konsumen yang akan menggunakan baik
dari segi desain, level, dan lain-lain.
Pada pengertian kualitas secara modern
menganggap bahwa kualitas merupakan sesuatu yang berbanding terbalik dengan
variasi. Semakin kecil variasi, maka kualitas produk yang dihasilkan semakin baik.
Dimensi Kualitas menurut Montgomery (2009) adalah:
a. Performance : Berdasarkan kinerja dari produk apakah produk telah sesuai dengan
fungsi dan performa yang diharapkan.
b. Reliability : kehandalan suatu produk saat mengalami kerusakan dan harus
diperbaiki.
c. Durability : Mengukur seberapa lama ketahanan suatu produk.
d. Serviceability :pelayanan, kemudahan, dan kecepatan dalam perbaikan suatu
produk.
e. Aesthetics : Tampilan visual produk yang menampakkan aspek emosional dapat
mempengaruhi tingkat estetika dan kepuasan konsumen.
f. Features : fitur yang ditawarkan selain fungsi dasar dari produk tersebut.
g. Perceived Quality : Reputasi mengenai kualitas produk. Reputasi tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kegagalan produk, jumlah komplain, jumlah retur, dan
bagaimana cara perusahaan menangani komplain.
h. Conformance to Standards : Tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen.
2.2 Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik adalah
teknik yang dapat digunakan untuk
memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki suatu produk.
(Purnomo, 2004 : 242)
Durianto, dkk. (2004) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan
menerapkan metode pengedaliam kualitas pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Produk yang dihasilkan memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b. Mengefisiensi biaya untuk menghindari produk cacat yang dihasilkan oleh produksi.
c. Memantau kegiatan produksi agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
d. Meningkatkan keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan.
2.3 Alat-Alat Pengendali dalam pengendalian Kualitas Statistik
Russel dan Taylor (2011) menyatakan bahwa Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas statitik dari Jepang percaya bahwa statistik mampu menyelesaikan
95% permasalahan kualitas. Alat dasar untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh
produksi,
terutama pada
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
kualitas
diperkenalkan pada tahun 1968. Alat dasar (seven tool) diperkenalkan pada tahun 1968.
Berikut merupakan Seven Tools :
1. Flowchart
Diagram yang menunjukkan suatu tahap pada proses atau sistem dengan
menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Flow chart dapat
menggambarkan proses produksi yang sedang berlangsung dan mempermudah untuk
menganalisa permasalahan dalam pengendalian kualitas yang mungkin dapat terjadi.
2. Checksheet
Dokumen yang disajikan dalam bentuk bentuk table dan ditulis daftar hal-hal yang
diperlukan untuk perekaman data secara real time. Data seperti jumlah barang yang
sedang diproduksi, jenis produk yang bermasalah, dan beserta jumlahnya.
3. Histogram
Diagram yang menunjukkan distribusi frekwensi data. Jika histogram berbentuk
lonceng, maka data terdistribusi normal , data yang diperoleh mendekati nilai rata-rata.
Akan tetapi, jika histogram yang tidak simetris, maka data yang diperoleh tidak berada
pada nilai rata-rata.
4. Pareto diagram
Diagram yang berisi diagram batang dan diagram garis. Diagram batang
menunjukkan klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis menunjukkan total data
kumulatif. Hukum pareto menyatakan bahwa pareto mampu mengidentifikasi 20%
penyebab masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara keseluruhan.
5. Scatter diagram
Grafik yang menampilkan sepasang data numberic (X dan Y) pada system koordinat
Cartesian, dengan 1 variabel di masing-masing axis. Scatter diagram digunakan untuk
mengetahui hubungan-hubungan dari kedua variable tersebut.
6. Peta kontrol
Peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke
waktu. Peta kontrol digunakan untuk untuk mengawasi, mengendalikan, mengelola, serta
memperbaiki produk dengan menggunakan metode-metode statistik.Peta kontrol terdiri
dari tiga garis horisontal, yaitu:
a.
Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai rata-rata
b.
Upper control limit (UCL), menunjukkan batas kendali atas.
c.
Lower control limit (LCL), menunjukkan batas kendali bawah.
Berdasarkan jenis data yang digunakan, peta kontrol dibedakan menjadi dua yaitu
peta kontrol untuk Data Variabel dan Atribut. Peta kontrol untuk data variabel digunakan
untuk mengendalikan kualitas produk yang bersifat variabel. Menurut Montgomery
(2009), data variabel merupakan data kuantitatif yang dapat diukur untuk keperluan
analisis. Contoh data yang dapat diukur adalah berat, panjang, luas, panjang, tinggi,
volume, dan diameter produk.
Menurut Montgomery (2009), peta kontrol untuk data atribut digunakan untuk
mengendalikan kualitas dari produk yang tidak dapat diukur, namun dapat dihitung
jumlahnya. Kualitas produk dapat ditentukan dengan karakteristik diskrit yaitu data yang
ada diklasifikasikan dalam kondisi baik atau tidak, seperti baik dan cacat.
6.1 Peta kontrol p
Peta kontrol P merupakan peta yang menggunakan data diskrit dan terdistribusi
binomial. Peta P digunakan apabila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali
observasi. Peta P berfungsi untuk mengendalikan proporsi kerusakan atau kecacatan pada
suatu produk dari jumlah sampel produk tertentu dengan menggunakan proporsi cacat,
sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi perusahaan (Poerwanto,
2012). Menurut Montgomery, 2005: 280, terdapat tiga metode yang sering digunakan
antara lain:
a. Variable width control limits.
Metode ini digunakan untuk data yang ukuran sampelnya bermacam-macam,
namun jumlahnya tidak banyak (Montgomery, 2005: 280)
b. Average sample size
Metode ini digunakan pada data yang memiliki sampel yang hampir sama. Metode
ini juga mengasumsikan bahwa jumlah produksi di masa depan tidak jauh berbeda
dengan data yang diambil di bulan sebelumnya serta metode ini menggunakan batas
kontrol yang konstan. (Montgomery, 2005: 282)
c. Standardized control chart
Metode ini digunakan untuk data yang memiliki perbedaan berjarak besar. Batas
kontrol telah ditetapkan dengan ketentuan UCL adalah 3, CL adalah 0, dan LCL adalah
-3. Metode ini memasukkan nilai Z dalam peta kontrol. (Montgomery, 2005: 283)
Tabel 2.1 Rumus Batas Kontrol Data Atribut
Jenis Peta
P (fraction)
UCL
P
+
√
Variable width
control limits.
Average
sample size
Cl
3
P
P(1−P)
n
´p
-
√
p(1−p)
ni
´p
+
√
p(1−p)
ni
3
3
m
∑ di
i =1
m
∑¿
i=1
m
∑ di
i =1
m
∑¿
i=1
LCL
P
+
√
3
P(1−P)
n
Keterangan
n bervariasi
´p=
∑ Di
n
´p : proporsi rata-rata kerusakan
∑ Di : jumlah kerusakan atau
produk cacat
n: jumlah sampel
´p
- 3 sampelnya bermacam-macam, namun
p(1−p) jumlahnya tidak banyak
√
ni
´p
+ 3
√
p(1−p)
ni
m
n´ =
∑¿
i=1
m
sampel yang hampir sama.
.
Standardized
control chart
3
0
-3
z=
^
Pi − p
√
p (1− p )
ni
variance
bervariasi
berjarak
besar
dan
m
^
P i=
∑ di
di
; p= i=1
m
ni
∑¿
i=1
7. Cause and Effect Diagram
Diagram yan digunakan untuk mengidentifikasi dan menunjukkan hubungan antara
sebab dan akibat dari sebuah permasalahan. Cause and Effect Diagram bertujuan untuk
menemukan akar penyebab dari suatu permasalahan.
3. Metode Penelitian
Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung tujuan yang telah dirumuskan. Data yang
dikumpulkan untuk pelaksanaan penelitian terdiri menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Data primer diambil secara langsung dengan melakukan pengamatan dan wawancara
kepada karyawan pada bagian Quality Control, Warehouse, dan Feedmill (Produksi pakan
ternak).
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari literature review, sumber lain yang digunakan sebagai
data penunjang dalam penelitian. Selain itu, data sekunder juga didapatkan dari data yang
didokumentasikan oleh perusahaan pada tahun 2014 sampai 2016.
4. Hasil dan Pembahasan
Produksi yang dihasilkan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang adalah
pakan ternak. Terdapat beberapa hasil produksi pakan ternak yang harus diproduksi ulang.
Oleh karena itu, digunakan alat bantu seven tool untuk mengatasi permasalaan tersebut.
4.1 Flow Chart
Produksi pakan ternak dimulai dari intake. Intake merupakan persiapan raw material.
Raw material yang sudah halus akan dikirimkan ke bagian mixing, namun material yang
masih dikasar akan dikirim ke hammermill. Di hammermill, material yang kasar akan
dihaluskan. Hasil material selain kedelai, akan dikirimkan ke bagian mixing, namun material
yang kedelai akan dikirim ke extruder untuk dimatangkan. Raw material akan dicampurkan
di mixing dan ditambahkan dengan formula yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika bentuk
pakan adalah konsentrat, maka akan dikemas. Akan tetapi, apabila bentuk pakan pellet atau
crumble, maka akan dikirimkan ke mesin pellet untuk pembentukan pakan. Pakan ternak
yang sudah jadi akan dicek. Apabila sesuai dengan standar perusahaan, maka akan
didistribusikan. Akan tetapi, jika tidak sesuai dengan standar perusahaan, maka akan
diproduksi ulang. Berikut merupakan flowchart produksi pakan ternak:
Gambar 4.1 Flow Chart Produksi Pakan Ternak
4.2 Check Sheet
Berdasarkan dari data produk pakan ternak yang cacat yang diperoleh di PT CPI Plant
Sepanjang, maka dilakukan pembuatan check sheet. Berikut merupakan checksheet produk
pakan ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang:
Tabel 4. 1 Check Sheet Produk Pakan Ternak yang Cacat di PT CPI Plant Sepanjang
No
Faktor
Tahun
Jumlah Cacat
2014
483.540
2015
85.300
3
2016
545.870
4
2014
7.590
1
2
Nutrisi
Total tiap
faktor
1.114.710
5
Basah
2015
5.520
22.670
6
7
Unsold
2016
2014
9.560
56.550
215.150
8
2015
63.250
9
2016
95.350
10
2014
24.540
2015
12.250
2016
110.460
2015
37.650
2016
16.810
Belang
11
12
13
Komposisi
14
15
Total
1.554.240
147.250
54.460
1.554.240
4.3 Histogram
Berdasarkan checksheet di atas, maka jumlah produk pakan ternak yang cacat di PT CPI
Plant Sepanjang dapat digambarkan pada histogram. Histogram akan membantu menentukan
variasi dan frekuensi data pada proses produksi. Berikut merupakan histogram produk pakan
ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Histogram Produk Pakan Ternak yang cacat
Di PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang
600,000
500,000
Axis Title
400,000
300,000
200,000
100,000
0
Nutrisi
Basah
Unsold
Belang
Komposisi
Gambar 4. 2 Histogram Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
4.4 Diagram pareto
Berikut merupakan diagram pareto produk pakan ternak yang cacat di PT CPI Plant
Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Pareto Chart Produk Pakan Ternak yang cacat
Di PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang
1,114,710
Jumlah Ketidaksesuaian
kumulatif
1,531,570
1,477,110
1,329,860
1,554,240
1,114,710
215,150
1
Nutrisi
147,250
2
3
Unsold
Belang
4
54,460
5
Komposisi
22,670
Basah
Gambar 4. 3 Diagram Pareto Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
4.5 Peta Kontrol
Peta kontrol yang digunakan untuk menganalisis permasalahan produk pakan ternak
yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang adalah P-Chart Standardize. Penggunaan peta kontrol
ini dikarenakan data produksi yang diperoleh dari PT CPI Plant Sepanjang memiliki jumlah
produksi yang tidak sama setiap harinya. Selain itu, data tersebut memiliki jarak variasi yang
jauh. Perhitungan proporsi produk pakan ternak yang cacat dilakukan dengan
membandingkan jumlah cacat dengan jumlah produksi. Perhitungan
´p dilakukan dengan
membandingkan total cacat dengan total produksi. Kemudian menghitung nilai Z dan
membandingkan nilai tersebut dengan batas kontrol yang telah ditetapkan. Berikut
merupakan perhitungan dari UCL dan LCL dari produk pakan ternak yang cacat:
´p=
Z i=
^
Pi− p
√
p(1− p)
ni
=
√
d i 1553640
=
=0,141420633
n i 10985950
0,05465587−0,141420633
=−85,73652256
0,141420633(1−0,141420633)
118560
Berikut merupakan peta kontrol P produk pakan ternak yang cacat:
Peta Control P Produk pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang
Zi
700
600
500
400
300
Axis Title 200
100
0
-100
-200
-300
UCL
CL
LCL
Axis Title
Gambar 4. 4 P-Chart Pada Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang
4.6 Cause and Effect Diagram
Berikut merupakan cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang
karena faktor nutrisi:
Gambar 4.5 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena Nutrisi
Tabel 4.2 Permasalahan yang Disebabkan oleh Nutrisi Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Metode
Formula dari Pusat
Wewenang cabang
Manusia : Gaji
Iri dengan karyawan
Menyadari adanya jenjang
Manusia : Motivasi
Produksi berapapun gaji tetap
Tambahan bonus gaji
Manusia : Usia
Lebih dari 35 tahun
Regenerasi untuk performa lebih baik
Manusia : Psikologis
- Kondisi lingkungan yang panas
dan berisik (suara mesin)
mood dan teliti
- ketidakpuasan sesama rekan
kerja. Contohnya maintance
Manusia : Koordinasi
Sudah Baik by Telp
Manusia : Konsentrasi
Monoton bosan
Material :
terkontaminasi
Material yang
tercampur
Jamur dan Kutu
- Gundukan campur
- Tong hammermil masih ada sisa
- Menyediakan lingkungan kerja yang
nyaman
- Panas : exhaust fan, dan ventilasi
- Berisik : ear plug
- Pelatihan
untuk
mengatasi
permasalahan
- Memahami sifat dan pekerjaan
sesama karyawan.
Lebih teliti untuk cek
Lingkungan nyaman, tetap mengawasi
karyawan
- pesan RM secukupnya
- Pengecekan yang lebih ketat
Diberi sekat
Tong transparan atau aplikasi
khusus hammermill
Cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang karena faktor belang
adalah:
Gambar 4.5 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena Belang
Tabel 4.3 Permasalahan yang Disebabkan oleh Belang Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Warna yang belang dapat berdampak
pada nutrisi, rasa, dan tampilan dari
pakan ternak.
Meningkatkan koordinasi
Memberikan motivasi
Mesin : performa
mesin
Mesin sudah tua sering trouble
-
Mesin : spare part
LN
Mesin kebersihan
Lead time lama
RM
Sisa terlalu matang
Kotor, RM campur
Pakan ternak yang unsold disebabkan oleh faktor manusia.
Mengawasi ketat perbaikan
preventive dan reactive
Beli atau pinjam PT CPI lain
Estimasi berdasarkan forecast
- jadwal khusus kebersihan
- Estetika dan kesehatan
Lebih teliti
Gambar 4.6 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena unsold
Tabel 4.4 Permasalahan yang Disebabkan oleh unsold Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Produk disimpan lebih dari 22 hari
-
Estimasi
Pengawasan Pengambilan fifo
Berikut merupakan cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang
karena faktor basah:
Gambar 4.7 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena basah
Tabel 4.5 Permasalahan yang Disebabkan oleh Basah Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Produksi berlebihan
Memperkirakan lebih baik
Lingkungan
Banjir
Antisipasi
Cara penyimpanan
Banjir
Menambahkan pallet
Cause and efect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang karena komposisi adalah:
Gambar 4.8 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena unsold
Tabel 4.6 Permasalahan yang Disebabkan oleh unsold Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Mesin
Jenis usaha adalah Semi otomatis
Komposisi pakan ternak tidak sesuai
Koordinasi lebih baik lagi
Pengaturan mesin disesuaikan
kebutuhan
4.7 Scatter Diagram
Variable akan diuji adalah jumlah produk pakan ternak yang cacat dengan variable
jumlah produksi pakan ternak. Pengambilan kedua variable ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan diantara kedua variable tersebut. Berikut merupakan scatter diagram produk pakan
ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Jumlah Produk Pakan Ternak yang cacat
di PT CPI Plant Sepanjang
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
0
20
40
60
80
100
120
140
Tabel 4. 9 Scatter Diagram Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
5.
Kesimpulan
Analisis yang dilakukan adalah analisis produk pakan ternak yang cacat di PT Charoen
Pokphan Indonesia Plant Sepanjang. PT CPI Plant Sepanjang memproduksi pakan ternak
dengan proses produksi yang dimulai dari intake, hammermill, mixing, pellet, packing, dan
inspection. Produk pakan ternak yang telah jadi terdapat kemungkinan untuk dilakukan
produksi ulang. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu nutrisi, belang, unsold,
komposisi dan basah.
Pembuatan check sheet menunjukkan banyaknya pakan ternak yang harus diproduksi
ulang akibat nutrisi sebanyak 1.114.710, 22.670 produk pakan ternak yang harus diproduksi
ulang akibat pakan ternak basah, Banyaknya cacat pakan ternak akibat unsold sebanyak
215.150, cacat pakan ternak akibat belang sebanyak 147.250, dan sebanyak 54.460 yang
disebabkan oleh komposisi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa 80 persen permasalahanproduk pakan ternak yang cacat
di PT CPI Plant Sepanjang disebabkan oleh kandungan nutrisi.
Histogram dariproduk pakan ternak yang cacat tidak berbentuk lonceng. Hal ini
dikarenakan oleh jumlah cacat produk akibat nutrisi naik sampai 545.870, sehingga data
tersebut tidak mendekati nilai rata-rata.
Berdasarkan P-Chart produk pakan ternak yang cacat, dapat diketahui bahwa terdapat 48
data yang keluar dari batas kontrol dari 118 data yang diambil dari tahun 2014 sampai tahun
2016.
Variable jumlahproduk pakan ternak yang cacat dengan variable jumlah produksi pakan
ternak memilik hubungan negatif. Jumlah produksi akan menurun apabila jumlah cacat
meningkat. Akan tetapi, apabila jumlah cacat dapat dikendalikan, maka jumlah produksi juga
dapat dikendalikan.
Daftar Pustaka
Durianto, D., Sugiarto, dan Sitinjak, T. (2004) Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Montgomery, D.C. (2009) Introduction to Statistical Quality Control (6th edition), New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Poerwanto,
Hendra
(2014)
Peta
Kendali
P-Chart.
[Online].
Tersedia
pada:
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/p-Chart (Diakses pada: 10 Maret 2017)
Purnomo, Hari. (2004). Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Russel, R.S. dan
Taylor, B. W. (2011) Operations Management, Creating Value Among The Supply Chain,
Edisi ke-7, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.
DENGAN MENGGUNAKAN PETA KONTROL P
DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA
PLANT SEPANJANG
Risma Dwi Nur Anggraeni 411410014 Universitas Machung
Abstrak
PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang adalah perusahaan yang bergerak dalam
produksi pakan ternak yang terletak di Jalan Raya Surabaya Mojokerto KM 19, Beringin
Bendo, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan ini dapat memproduksi 1300 ton pakan
ternak perhari. Produk yang telah sesuai dengan standar perusahaan dapat didistribusikan
kepada konsumen, namun produk yang tidak sesuai dengan standar perusahaan akan
diproduksi ulang dan dianggap produk yang cacat. Hal tersebut dilakukan agar produk yang
dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Tujuan dari permasalahan ini adalah untuk
mengendalikan kualitas produk pakan ternak dengan menggunakan alat bantu statistik, yaitu
seven tool (flow chart, check sheet, histogram, pareto diagram, peta kontrol, cause and effect
diagram,dan scatter diagram). Pengendalian kualitas dilakukan untuk mengetahui faktor
penyebab produk pakan ternak yang harus diproduksi ulang dan pencegahan yang dapat
dilakukan. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa 80% permasalahan yang terjadi di
perusahaan ini adalah nutrisi. Permasalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor,
seperti manusia, raw material, dan metode yang dilakukan. Tindakan yang dapat dilakukan
untuk faktor manusia adalah mengawasi kinerja manusia dengan memperhatikan motivasi
kerja karyawan, gaji, koordinasi, dan psikologi. Faktor material adalah pengecekan dan
pencegahan raw material dari row material lain maupun dari kutu. Faktor metode yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan wewenang kepada salah satu karyawan untuk
memberikan sebuah keputusan. Hal tersebut diperkirakan dapat meminamalkan produk yang
cacat akibat nutrisi.
Keywords : Kualitas, Seven tool, Statistical Quality Control, Peta Kontrol P, Standardized
control chart
1. Pendahuluan
PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang merupakan perusahaan yang
memproduksi pakan ternak. Sebelum didistribusikan, pakan ternak akan diuji untuk
menjamin nutrisi dan ketahanan pakan ternak. Apabila hasil pengujian sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan, maka pakan ternak dapat didistribusikan. Namun, apabila
hasil pengujian tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan, maka pakan
ternak akan diproduksi ulang. Sebelum dituang kembali, pakan ternak yang harus diproduksi
ulang menyebabkan kapasitas penyimpanan Gudang Finished Goods berkurang. Selain dapat
meningkatkan biaya produksi, pakan ternak yang harus diproduksi ulang juga dapat
menyebabkan bagian produksi tidak dapat memenuhi permintaan. Hal ini menyebabkan
karyawan mendapatkan surat tugas lembur untuk memenuhi produksi. Jika perusahaan
memiliki jam lembur yang terlalu berlebihan, maka dapat mengurangi pendapatan yang
dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, untuk meningkat kualitas yang baik, perlu
dilakukan pengendalian kualitas dari awal produksi hingga akhir produksi. Pengendalian
kualitas dilakukan dengan menggungakan peta kontrol P.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Kualitas
Menurut Montgomery (2009), pengertian kualitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu
traditional dan modern. Pengertian kualitas secara tradisional adalah produk dan
layanan yang digunakan harus sesuai dengan konsumen yang akan menggunakan baik
dari segi desain, level, dan lain-lain.
Pada pengertian kualitas secara modern
menganggap bahwa kualitas merupakan sesuatu yang berbanding terbalik dengan
variasi. Semakin kecil variasi, maka kualitas produk yang dihasilkan semakin baik.
Dimensi Kualitas menurut Montgomery (2009) adalah:
a. Performance : Berdasarkan kinerja dari produk apakah produk telah sesuai dengan
fungsi dan performa yang diharapkan.
b. Reliability : kehandalan suatu produk saat mengalami kerusakan dan harus
diperbaiki.
c. Durability : Mengukur seberapa lama ketahanan suatu produk.
d. Serviceability :pelayanan, kemudahan, dan kecepatan dalam perbaikan suatu
produk.
e. Aesthetics : Tampilan visual produk yang menampakkan aspek emosional dapat
mempengaruhi tingkat estetika dan kepuasan konsumen.
f. Features : fitur yang ditawarkan selain fungsi dasar dari produk tersebut.
g. Perceived Quality : Reputasi mengenai kualitas produk. Reputasi tersebut
dipengaruhi oleh tingkat kegagalan produk, jumlah komplain, jumlah retur, dan
bagaimana cara perusahaan menangani komplain.
h. Conformance to Standards : Tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan konsumen.
2.2 Pengendalian Kualitas Statistik
Pengendalian kualitas statistik adalah
teknik yang dapat digunakan untuk
memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki suatu produk.
(Purnomo, 2004 : 242)
Durianto, dkk. (2004) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan
menerapkan metode pengedaliam kualitas pada suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Produk yang dihasilkan memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
b. Mengefisiensi biaya untuk menghindari produk cacat yang dihasilkan oleh produksi.
c. Memantau kegiatan produksi agar dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan
d. Meningkatkan keuntungan semaksimal mungkin bagi perusahaan.
2.3 Alat-Alat Pengendali dalam pengendalian Kualitas Statistik
Russel dan Taylor (2011) menyatakan bahwa Kaoru Ishikawa, seorang ahli
pengendalian kualitas statitik dari Jepang percaya bahwa statistik mampu menyelesaikan
95% permasalahan kualitas. Alat dasar untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi
oleh
produksi,
terutama pada
permasalahan
yang
berkaitan
dengan
kualitas
diperkenalkan pada tahun 1968. Alat dasar (seven tool) diperkenalkan pada tahun 1968.
Berikut merupakan Seven Tools :
1. Flowchart
Diagram yang menunjukkan suatu tahap pada proses atau sistem dengan
menggunakan kotak dan garis yang saling berhubungan. Flow chart dapat
menggambarkan proses produksi yang sedang berlangsung dan mempermudah untuk
menganalisa permasalahan dalam pengendalian kualitas yang mungkin dapat terjadi.
2. Checksheet
Dokumen yang disajikan dalam bentuk bentuk table dan ditulis daftar hal-hal yang
diperlukan untuk perekaman data secara real time. Data seperti jumlah barang yang
sedang diproduksi, jenis produk yang bermasalah, dan beserta jumlahnya.
3. Histogram
Diagram yang menunjukkan distribusi frekwensi data. Jika histogram berbentuk
lonceng, maka data terdistribusi normal , data yang diperoleh mendekati nilai rata-rata.
Akan tetapi, jika histogram yang tidak simetris, maka data yang diperoleh tidak berada
pada nilai rata-rata.
4. Pareto diagram
Diagram yang berisi diagram batang dan diagram garis. Diagram batang
menunjukkan klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis menunjukkan total data
kumulatif. Hukum pareto menyatakan bahwa pareto mampu mengidentifikasi 20%
penyebab masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara keseluruhan.
5. Scatter diagram
Grafik yang menampilkan sepasang data numberic (X dan Y) pada system koordinat
Cartesian, dengan 1 variabel di masing-masing axis. Scatter diagram digunakan untuk
mengetahui hubungan-hubungan dari kedua variable tersebut.
6. Peta kontrol
Peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke
waktu. Peta kontrol digunakan untuk untuk mengawasi, mengendalikan, mengelola, serta
memperbaiki produk dengan menggunakan metode-metode statistik.Peta kontrol terdiri
dari tiga garis horisontal, yaitu:
a.
Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai rata-rata
b.
Upper control limit (UCL), menunjukkan batas kendali atas.
c.
Lower control limit (LCL), menunjukkan batas kendali bawah.
Berdasarkan jenis data yang digunakan, peta kontrol dibedakan menjadi dua yaitu
peta kontrol untuk Data Variabel dan Atribut. Peta kontrol untuk data variabel digunakan
untuk mengendalikan kualitas produk yang bersifat variabel. Menurut Montgomery
(2009), data variabel merupakan data kuantitatif yang dapat diukur untuk keperluan
analisis. Contoh data yang dapat diukur adalah berat, panjang, luas, panjang, tinggi,
volume, dan diameter produk.
Menurut Montgomery (2009), peta kontrol untuk data atribut digunakan untuk
mengendalikan kualitas dari produk yang tidak dapat diukur, namun dapat dihitung
jumlahnya. Kualitas produk dapat ditentukan dengan karakteristik diskrit yaitu data yang
ada diklasifikasikan dalam kondisi baik atau tidak, seperti baik dan cacat.
6.1 Peta kontrol p
Peta kontrol P merupakan peta yang menggunakan data diskrit dan terdistribusi
binomial. Peta P digunakan apabila sampel yang diambil bervariasi untuk setiap kali
observasi. Peta P berfungsi untuk mengendalikan proporsi kerusakan atau kecacatan pada
suatu produk dari jumlah sampel produk tertentu dengan menggunakan proporsi cacat,
sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi perusahaan (Poerwanto,
2012). Menurut Montgomery, 2005: 280, terdapat tiga metode yang sering digunakan
antara lain:
a. Variable width control limits.
Metode ini digunakan untuk data yang ukuran sampelnya bermacam-macam,
namun jumlahnya tidak banyak (Montgomery, 2005: 280)
b. Average sample size
Metode ini digunakan pada data yang memiliki sampel yang hampir sama. Metode
ini juga mengasumsikan bahwa jumlah produksi di masa depan tidak jauh berbeda
dengan data yang diambil di bulan sebelumnya serta metode ini menggunakan batas
kontrol yang konstan. (Montgomery, 2005: 282)
c. Standardized control chart
Metode ini digunakan untuk data yang memiliki perbedaan berjarak besar. Batas
kontrol telah ditetapkan dengan ketentuan UCL adalah 3, CL adalah 0, dan LCL adalah
-3. Metode ini memasukkan nilai Z dalam peta kontrol. (Montgomery, 2005: 283)
Tabel 2.1 Rumus Batas Kontrol Data Atribut
Jenis Peta
P (fraction)
UCL
P
+
√
Variable width
control limits.
Average
sample size
Cl
3
P
P(1−P)
n
´p
-
√
p(1−p)
ni
´p
+
√
p(1−p)
ni
3
3
m
∑ di
i =1
m
∑¿
i=1
m
∑ di
i =1
m
∑¿
i=1
LCL
P
+
√
3
P(1−P)
n
Keterangan
n bervariasi
´p=
∑ Di
n
´p : proporsi rata-rata kerusakan
∑ Di : jumlah kerusakan atau
produk cacat
n: jumlah sampel
´p
- 3 sampelnya bermacam-macam, namun
p(1−p) jumlahnya tidak banyak
√
ni
´p
+ 3
√
p(1−p)
ni
m
n´ =
∑¿
i=1
m
sampel yang hampir sama.
.
Standardized
control chart
3
0
-3
z=
^
Pi − p
√
p (1− p )
ni
variance
bervariasi
berjarak
besar
dan
m
^
P i=
∑ di
di
; p= i=1
m
ni
∑¿
i=1
7. Cause and Effect Diagram
Diagram yan digunakan untuk mengidentifikasi dan menunjukkan hubungan antara
sebab dan akibat dari sebuah permasalahan. Cause and Effect Diagram bertujuan untuk
menemukan akar penyebab dari suatu permasalahan.
3. Metode Penelitian
Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung tujuan yang telah dirumuskan. Data yang
dikumpulkan untuk pelaksanaan penelitian terdiri menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer
Data primer diambil secara langsung dengan melakukan pengamatan dan wawancara
kepada karyawan pada bagian Quality Control, Warehouse, dan Feedmill (Produksi pakan
ternak).
2. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari literature review, sumber lain yang digunakan sebagai
data penunjang dalam penelitian. Selain itu, data sekunder juga didapatkan dari data yang
didokumentasikan oleh perusahaan pada tahun 2014 sampai 2016.
4. Hasil dan Pembahasan
Produksi yang dihasilkan oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang adalah
pakan ternak. Terdapat beberapa hasil produksi pakan ternak yang harus diproduksi ulang.
Oleh karena itu, digunakan alat bantu seven tool untuk mengatasi permasalaan tersebut.
4.1 Flow Chart
Produksi pakan ternak dimulai dari intake. Intake merupakan persiapan raw material.
Raw material yang sudah halus akan dikirimkan ke bagian mixing, namun material yang
masih dikasar akan dikirim ke hammermill. Di hammermill, material yang kasar akan
dihaluskan. Hasil material selain kedelai, akan dikirimkan ke bagian mixing, namun material
yang kedelai akan dikirim ke extruder untuk dimatangkan. Raw material akan dicampurkan
di mixing dan ditambahkan dengan formula yang ditetapkan oleh perusahaan. Jika bentuk
pakan adalah konsentrat, maka akan dikemas. Akan tetapi, apabila bentuk pakan pellet atau
crumble, maka akan dikirimkan ke mesin pellet untuk pembentukan pakan. Pakan ternak
yang sudah jadi akan dicek. Apabila sesuai dengan standar perusahaan, maka akan
didistribusikan. Akan tetapi, jika tidak sesuai dengan standar perusahaan, maka akan
diproduksi ulang. Berikut merupakan flowchart produksi pakan ternak:
Gambar 4.1 Flow Chart Produksi Pakan Ternak
4.2 Check Sheet
Berdasarkan dari data produk pakan ternak yang cacat yang diperoleh di PT CPI Plant
Sepanjang, maka dilakukan pembuatan check sheet. Berikut merupakan checksheet produk
pakan ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang:
Tabel 4. 1 Check Sheet Produk Pakan Ternak yang Cacat di PT CPI Plant Sepanjang
No
Faktor
Tahun
Jumlah Cacat
2014
483.540
2015
85.300
3
2016
545.870
4
2014
7.590
1
2
Nutrisi
Total tiap
faktor
1.114.710
5
Basah
2015
5.520
22.670
6
7
Unsold
2016
2014
9.560
56.550
215.150
8
2015
63.250
9
2016
95.350
10
2014
24.540
2015
12.250
2016
110.460
2015
37.650
2016
16.810
Belang
11
12
13
Komposisi
14
15
Total
1.554.240
147.250
54.460
1.554.240
4.3 Histogram
Berdasarkan checksheet di atas, maka jumlah produk pakan ternak yang cacat di PT CPI
Plant Sepanjang dapat digambarkan pada histogram. Histogram akan membantu menentukan
variasi dan frekuensi data pada proses produksi. Berikut merupakan histogram produk pakan
ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Histogram Produk Pakan Ternak yang cacat
Di PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang
600,000
500,000
Axis Title
400,000
300,000
200,000
100,000
0
Nutrisi
Basah
Unsold
Belang
Komposisi
Gambar 4. 2 Histogram Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
4.4 Diagram pareto
Berikut merupakan diagram pareto produk pakan ternak yang cacat di PT CPI Plant
Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Pareto Chart Produk Pakan Ternak yang cacat
Di PT Charoen Pokphand Indonesia Plant Sepanjang
1,114,710
Jumlah Ketidaksesuaian
kumulatif
1,531,570
1,477,110
1,329,860
1,554,240
1,114,710
215,150
1
Nutrisi
147,250
2
3
Unsold
Belang
4
54,460
5
Komposisi
22,670
Basah
Gambar 4. 3 Diagram Pareto Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
4.5 Peta Kontrol
Peta kontrol yang digunakan untuk menganalisis permasalahan produk pakan ternak
yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang adalah P-Chart Standardize. Penggunaan peta kontrol
ini dikarenakan data produksi yang diperoleh dari PT CPI Plant Sepanjang memiliki jumlah
produksi yang tidak sama setiap harinya. Selain itu, data tersebut memiliki jarak variasi yang
jauh. Perhitungan proporsi produk pakan ternak yang cacat dilakukan dengan
membandingkan jumlah cacat dengan jumlah produksi. Perhitungan
´p dilakukan dengan
membandingkan total cacat dengan total produksi. Kemudian menghitung nilai Z dan
membandingkan nilai tersebut dengan batas kontrol yang telah ditetapkan. Berikut
merupakan perhitungan dari UCL dan LCL dari produk pakan ternak yang cacat:
´p=
Z i=
^
Pi− p
√
p(1− p)
ni
=
√
d i 1553640
=
=0,141420633
n i 10985950
0,05465587−0,141420633
=−85,73652256
0,141420633(1−0,141420633)
118560
Berikut merupakan peta kontrol P produk pakan ternak yang cacat:
Peta Control P Produk pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang
Zi
700
600
500
400
300
Axis Title 200
100
0
-100
-200
-300
UCL
CL
LCL
Axis Title
Gambar 4. 4 P-Chart Pada Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang
4.6 Cause and Effect Diagram
Berikut merupakan cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang
karena faktor nutrisi:
Gambar 4.5 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena Nutrisi
Tabel 4.2 Permasalahan yang Disebabkan oleh Nutrisi Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Metode
Formula dari Pusat
Wewenang cabang
Manusia : Gaji
Iri dengan karyawan
Menyadari adanya jenjang
Manusia : Motivasi
Produksi berapapun gaji tetap
Tambahan bonus gaji
Manusia : Usia
Lebih dari 35 tahun
Regenerasi untuk performa lebih baik
Manusia : Psikologis
- Kondisi lingkungan yang panas
dan berisik (suara mesin)
mood dan teliti
- ketidakpuasan sesama rekan
kerja. Contohnya maintance
Manusia : Koordinasi
Sudah Baik by Telp
Manusia : Konsentrasi
Monoton bosan
Material :
terkontaminasi
Material yang
tercampur
Jamur dan Kutu
- Gundukan campur
- Tong hammermil masih ada sisa
- Menyediakan lingkungan kerja yang
nyaman
- Panas : exhaust fan, dan ventilasi
- Berisik : ear plug
- Pelatihan
untuk
mengatasi
permasalahan
- Memahami sifat dan pekerjaan
sesama karyawan.
Lebih teliti untuk cek
Lingkungan nyaman, tetap mengawasi
karyawan
- pesan RM secukupnya
- Pengecekan yang lebih ketat
Diberi sekat
Tong transparan atau aplikasi
khusus hammermill
Cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang karena faktor belang
adalah:
Gambar 4.5 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena Belang
Tabel 4.3 Permasalahan yang Disebabkan oleh Belang Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Warna yang belang dapat berdampak
pada nutrisi, rasa, dan tampilan dari
pakan ternak.
Meningkatkan koordinasi
Memberikan motivasi
Mesin : performa
mesin
Mesin sudah tua sering trouble
-
Mesin : spare part
LN
Mesin kebersihan
Lead time lama
RM
Sisa terlalu matang
Kotor, RM campur
Pakan ternak yang unsold disebabkan oleh faktor manusia.
Mengawasi ketat perbaikan
preventive dan reactive
Beli atau pinjam PT CPI lain
Estimasi berdasarkan forecast
- jadwal khusus kebersihan
- Estetika dan kesehatan
Lebih teliti
Gambar 4.6 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena unsold
Tabel 4.4 Permasalahan yang Disebabkan oleh unsold Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Produk disimpan lebih dari 22 hari
-
Estimasi
Pengawasan Pengambilan fifo
Berikut merupakan cause and effect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang
karena faktor basah:
Gambar 4.7 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena basah
Tabel 4.5 Permasalahan yang Disebabkan oleh Basah Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Produksi berlebihan
Memperkirakan lebih baik
Lingkungan
Banjir
Antisipasi
Cara penyimpanan
Banjir
Menambahkan pallet
Cause and efect diagram pakan ternak yang harus diproduksi ulang karena komposisi adalah:
Gambar 4.8 Cause and Effect Diagram Pakan Ternak yang Diproduksi Ulang Karena unsold
Tabel 4.6 Permasalahan yang Disebabkan oleh unsold Pada Produk Pakan Ternak
Faktor
Permasalahan
Usulan
Manusia
Mesin
Jenis usaha adalah Semi otomatis
Komposisi pakan ternak tidak sesuai
Koordinasi lebih baik lagi
Pengaturan mesin disesuaikan
kebutuhan
4.7 Scatter Diagram
Variable akan diuji adalah jumlah produk pakan ternak yang cacat dengan variable
jumlah produksi pakan ternak. Pengambilan kedua variable ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan diantara kedua variable tersebut. Berikut merupakan scatter diagram produk pakan
ternak yang cacat di PT CPI Plant Sepanjang pada tahun 2014 sampai pada tahun 2016:
Jumlah Produk Pakan Ternak yang cacat
di PT CPI Plant Sepanjang
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000
80,000
60,000
40,000
20,000
0
0
20
40
60
80
100
120
140
Tabel 4. 9 Scatter Diagram Produk Pakan Ternak yang Cacat
Di PT CPI Plant Sepanjang Pada Tahun 2014 Sampai Tahun 2016
5.
Kesimpulan
Analisis yang dilakukan adalah analisis produk pakan ternak yang cacat di PT Charoen
Pokphan Indonesia Plant Sepanjang. PT CPI Plant Sepanjang memproduksi pakan ternak
dengan proses produksi yang dimulai dari intake, hammermill, mixing, pellet, packing, dan
inspection. Produk pakan ternak yang telah jadi terdapat kemungkinan untuk dilakukan
produksi ulang. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu nutrisi, belang, unsold,
komposisi dan basah.
Pembuatan check sheet menunjukkan banyaknya pakan ternak yang harus diproduksi
ulang akibat nutrisi sebanyak 1.114.710, 22.670 produk pakan ternak yang harus diproduksi
ulang akibat pakan ternak basah, Banyaknya cacat pakan ternak akibat unsold sebanyak
215.150, cacat pakan ternak akibat belang sebanyak 147.250, dan sebanyak 54.460 yang
disebabkan oleh komposisi.
Hal tersebut menunjukkan bahwa 80 persen permasalahanproduk pakan ternak yang cacat
di PT CPI Plant Sepanjang disebabkan oleh kandungan nutrisi.
Histogram dariproduk pakan ternak yang cacat tidak berbentuk lonceng. Hal ini
dikarenakan oleh jumlah cacat produk akibat nutrisi naik sampai 545.870, sehingga data
tersebut tidak mendekati nilai rata-rata.
Berdasarkan P-Chart produk pakan ternak yang cacat, dapat diketahui bahwa terdapat 48
data yang keluar dari batas kontrol dari 118 data yang diambil dari tahun 2014 sampai tahun
2016.
Variable jumlahproduk pakan ternak yang cacat dengan variable jumlah produksi pakan
ternak memilik hubungan negatif. Jumlah produksi akan menurun apabila jumlah cacat
meningkat. Akan tetapi, apabila jumlah cacat dapat dikendalikan, maka jumlah produksi juga
dapat dikendalikan.
Daftar Pustaka
Durianto, D., Sugiarto, dan Sitinjak, T. (2004) Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Montgomery, D.C. (2009) Introduction to Statistical Quality Control (6th edition), New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Poerwanto,
Hendra
(2014)
Peta
Kendali
P-Chart.
[Online].
Tersedia
pada:
https://sites.google.com/site/kelolakualitas/p-Chart (Diakses pada: 10 Maret 2017)
Purnomo, Hari. (2004). Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Russel, R.S. dan
Taylor, B. W. (2011) Operations Management, Creating Value Among The Supply Chain,
Edisi ke-7, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc.