Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

(1)

STRATEGI PERSAINGAN BISNIS

(Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada

Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi

Oleh :

BATARA EFENDI SILALAHI 080905011

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Batara Efendi Silalahi

NIM : 080905011

Departemen : Antropologi

Judul : Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

Medan, Desember 2012

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi

Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 196212201989031005 NIP. 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

STRATEGI PERAINGAN BISNIS

(Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatau perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2012 Penulis


(4)

ABSTRAKSI

Batara Efendi Silalahi, 2012. Judul Skripsi : STRATEGI PERSAINGAN BISNIS, Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 7 Bab, 111 halaman, dan 5 daftar tabel.

Skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis” ini secara umum menjelaskan tentang strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan otobus untuk menghadapi persaingan dalam bisnis layanan jasa transportasi. Dalam skripsi ini peneliti memilih perusahaan otobus CV. Makmur sebagai objek penelitian karena perusahaan ini sudah berkembang dibanding perusahaan otobus lainnya yang berada di Kota Medan. Skripsi ini dibuat untuk dapat memahami bagaimana pentingnya suatu strategi bagi perusahaan otobus yang sudah berkembang. Kemudian skripsi ini juga memperlihatkan bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi terhadap budaya perusahaan CV. Makmur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi partisipan dimana peneliti ikut dalam aktivitas para karyawan di dalam perusahan. Selain itu, untuk mengumpulkan data peneliti juga melakukan wawancara mendalam sesuai dengan fokus penelitian kepada pihak-pihak yang terkait, mulai dari para penumpang, karyawan dan manajemen perusahaan sebagai pihak pengambil keputusan di dalam perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua tujuan yang ingin dicapai CV. Makmur dalam menerapkan berbagai macam strategi di perusahaannya. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keunggulan dalam bersaing, dan tujuan kedua ialah untuk kesinambungan perusahaan. Terciptanya suatu strategi juga tidak terlepas dari pengalaman pihak manajemen melihat berbagai permasalahan yang terjadi dalam bisnis transportasi, baik itu permasalahan internal perusahaan ataupun permasalahan eksternal perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang melatarbelakangi pihak manajemen CV. Makmur menciptakan kedelapan strategi yang kini dterapkan di dalam perusahaannya. Selanjutnya penerapan dari strategi-strategi tersebut juga berimplikasi terhadap budaya perusahaan, Implikasinya dapat dilihat dari terciptanya prilaku atau proses bekerja yang baru di dalam perusahaan dan keberhasilan perusahaan menanamkan nilai-nilai yang dipahami oleh seluruh pihak yang ada di perusahaan.

Kesimpulan yang bisa dicapai melalui tulisan ini adalah strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tidak hanya penting bagi perusahaan yang baru merintis bisnisnya, tetapi juga penting bagi perusahaan yang sudah berkembang. Pengalaman-pengalaman dari pihak manajemen penting untuk dijadikan dasar menciptakan atau merubah suatu strategi agar perusahaan mampu mempertahankan keunggulan dan menjaga kesinambunagn perusahaan.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan syukur yang begitu luar biasa saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang memberi saya kekuatan dan berkat hikmat sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Persaingan Bisnis”.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak, di antaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Terkhusus buat Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Bapak Drs. Agustrisno, M.S.P., sebagai Sekretaris Departemen Antropologi Sosial FISIP USU juga sebagai dosen Pembimbing Akademik (PA) saya yang senantiasa sabar membimbing perkuliahan saya. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing saya, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran, materi dan banyak hal lain dalam membimbing saya selama dari proses penyusunan proposal sampai penulisan skripsi ini selesai, terima kasih atas bimbingan ilmu yang sangat berharga dan juga kasih sayang yang selalu ibu berikan, dengan senyum dan dukungan sehingga selalu memberi saya semangat untuk terus berusaha menyelesaikan skripsi ini.Semoga apa yang telah Ibu berikan kepada saya mendapat balasan yang baik dan melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh dosen-dosen dan Pegawai di Departemen Antropologi, yang telah mendidik dan mengajar penulis selama proses perkuliahan. Buat Ibu Prof. Dra. Chalida Fachruddin, Ph.D., Bapak Drs. Irfan Simatupang, Bapak M.Si., Drs. Lister Berutu, M.A., Ibu Dra. Mariana


(6)

Makmur, M.A., Bapak Nurman Achmad, S.Sos., M.Soc.Sc., Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, Ibu Dra. Rytha Tambunan, M.Si., Ibu Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.Sc., Ibu Dra. Sri Alem Br. Sembiring, M.Si., Ibu Dra. Sri Emiyanti, M.Si., Ibu Dra. Tjut Syahriani, M.Soc.Sc., Bapak Drs. Yance, M.Si., Bapak Drs. Zulkifli, M.A., Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.Si., Bapak Drs. Juara Ginting, M.A., Bapak Drs. Edi Saputra Siregar. Kepada seluruh staf di FISIP USU khususnya di Departemen Antropologi, juga kepada Kak Nur dan Kak Sofi yang sudah membantu saya dalam mengurus kelancaran administrasi selama dalam masa perkuliahan.

Kepada seluruh karyawan CV. Makmur yang bertugas di kantor maupun di lapangan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan untuk bersedia saya wawancarai. Kepada agen dan seluruh karyawan kantor perwakilan CV. Makmur di daerah Perawang, juga kepada bapak A. Sitanggang yang telah bersedia menemani saya mengumpulkan data selama berada di Perawang. Terkhusu kepada kru bus BK 7556 DO tulang Aritonang, tulang Manik, tulang Purbadan bang Stihong Naburju yang telah menemani saya selam perjalana dan mau berbagi pengalaman selama bekerja menjadi supir dan kernet bus.

Khusus juga saya sampaikan ucapan terima kasih kepada bapak P. Simatuang sebagai staf direksi CV. Makmur yang telah banyak meluangkan waktu memberikan seluruh informasi yang saya butuhkan sehubung dengan penelitian ini. Juga kepada bapak M. Hutapea selaku direktur perusahaan yang telah memberikan izin melakukan penelitian di CV. Makmur.


(7)

Untuk teman-teman baikku, Nelson Siahaan, Hezron Siahaan, Kalvin Napitupulu dan Hardi Simaremare yang telah bersedia meluangkan waktu beberapa kali menemani dalam mencari data. Juga Riko Tanpati Perangin-angin yang selalu menyemangati, memberi dukungan dan selalu menjadi partner saling bertukar pikiran dalam penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa juga untuk teman-teman lain dari “The Bajing Loncat”, Donald Maruli, Lias Tinambunan, Junius Tarigan, dan Aldo Serena Sitepu tempat berbagi banyak suka dan sedikit duka, senantiasa berpetualang kemana angin berhembus membawa kita. Juga kepada adiku Esra Erita Sari Silalahi yang tidak pernah lelah memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada teman-temanku, Helen Silalahi, Maria Silalahi, Radinton Malau, Dea Anindita, Puteri Ananda, Ramles Malau, dan kerabat-kerabat seperjuangan spesial Antropologi stambuk 2008 yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu, terimakasih buat warna-warninya persahabatan yang telah kalian berikan selama ini. The last spesial juga untuk teman kami almarhum Mart Boy Sihotang yang terlebih dahulu dipanggil Tuhan ketika dalam masa penyelesaian skripsinya, kenangan bersamamu dari sejak Inisiasi kita bersama semua tidak akan bisa terlupakan. Tempatmu khusus tetap melekat di hati kami semua, kerabat ’08 Antro USU.

Yang teristimewa dari semuanya, meskipun disampaikan pada bagian terakhir. Untuk kedua orang tua yang sangat aku sayang dan hormati, bapak : Ipda J. Silalahi dan ibuku tercinta : Lasmaida Simanjuntak S.pd. Terima kasih untuk semua kasih sayang yang diberikan kepadaku, dan juga pendidikan karakter diri


(8)

sehingga saya bisa menjadi mandiri hidup jauh dari keluarga. Semua itu tidak ternilai dan senantiasa seperti bunga yang mekar sepanjang masa dan semakin indah dari waktu ke waktu. Aku sayang kedua orangtuaku, hingga jauh dalam lubuk hatiku.

Salam sayang juga untuk kakak dan adikku tercinta, Larince R.F Silalahi S.St dan Josua Silalahi yang selalu mewarnai hariku dengan tawa sehingga hidupku selalu seru dan penuh kebahagiaan. Terima kasih karena telah memberi semangat kepada saya untuk bisa terus maju, doakan abang berhasil ya!.

Tuhanlah yang kiranya mampu membalas segala kebaikan yang telah saya terima dari semua pihak. Menyadari akan keterbatasan saya, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat saya harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2012 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Batara Efendi Silalahi, lahir pada 25 September 1989 di Tanjung Batu, Provinsi Kepulauan Riau. Beragama Kristen Protestan, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak J. Silalahi dan Ibu Lasmaida Simanjuntak S.Pd.

Riwayat Pendidikan formal adalah SD Negeir 002 Tanjung Batu Kota (1996-2002), SMP Neger 1 Kundur (2002-2005), SMA Negeri 1 Kundur (2005-2008), Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2008-2012).

Selama masa kuliah penulis pernah mengikuti seminar mengenai kebudayaan seperti: “Seminar Dalam Rangka Revitalisasi dan Reaktualisasi Budaya Lokal”, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, November 2011. “Strategi Pengembangan Pariwisata Dalam Dinamika Otonomi Daerah”, diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial Universitas Andalas dalam acara Pra-Sarasehan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI), Padang Oktober 2011.


(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut saya telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis”.

Ketertarikan penulis mengkaji masalah ini karena semakin banyaknya perusahaan otobus baru yang bermunculan didasari dari data Direktorat Lalu Lintas Angkutan Jalan Sumatera Utara yang menunjukan dalam kurun waktu empat tahun (2006-2010) tercatat sembilan perusahaan baru telah berdiri. Hal tersebut tentunya membuat persaingan diantara perusahan-perusahaan otobus semakin jelas terlihat dalam usahanya menjalankan bisnis jasa transportasi. Dengan semakin ketatnya persaingan yang terjadi, setiap perusahaan perlu menerapkan berbagai strategi agar perusahaannya agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.

Dalam skripsi ini saya menulis tentang strategi-sterategi bisnis yang ada di perusahaan otobus CV. Makmur sebagai perusahaan otobus yang sudah berkembang di Kota Medan.Hal yang ingin saya sampaikan melalui skripsi ini bahwa dalam menghadapi persaingan dibutuhkan manajemen perusahaan yang berpengalaman untuk menciptakan atau merubah strategi agar perusahaan dapat mencapai keunggulan dalam bersaing dan kesinambunagn perusahaan dimasa yang akan datang. Seperti yang dikatakan Kenichi Ohmae, “strategi bisnis


(11)

berbeda dengan perencanaan bisnis, perbedaannya terletak pada kata keunggulan bersaing. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi”.

Akhirnya, saya berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi, dan pengalaman saya. Saya sebagai penulis skripsi ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Medan, Desember, 2012 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ...

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAKSI ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Tinjauan Pustaka ... 10

1.3.Rumusan Masalah ... 19

1.4.Maksud dan Tujuan Penulisan ... 19

1.5.Kerangka Penulisan ... 20

1.6.Metode dan Pengalaman Penelitian ... 21

BAB II. SITUASI PERKEMBANGAN DAN PERAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS 2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus di Kota Medan ... 29

2.2. Persaingan Perusahaan Otobu di Kota Medan ... 35

BAB III. STRATEGI WARALABA DAN STRATEGI PROMOSI 3.1. Strategi Waralaba ... 40

3.2. Strategi Promosi ... 50

BAB IV. STRATEGI PELAYANAN DAN STRATEGI MULTIKULTUR DALAM PEMASARAN 4.1. Strategi Pelayanan ... 57

4.2. Strategi Multikultur Dalam Pemasaran ... 69

BAB V. STRATEGI PEMBENTUKAN PERUSAHAAN BARU DAN STRATEGI PEREMAJAAN / PENAMBAHAN ARMADA BARU 5.1. Strategi Pembentukan Perusahaan Baru ... 77

5.2.1 Strategi Peremajaan ... 80

5.2.2 Strategi Penambahan Armada Baru ... 83

BAB VI. STRATEGI SISTEM CEKING DAN STRATEGI JADAWAL – KEBERANGKATAN 6.1. Strategi Sistem Ceking ... 91


(13)

BAB VII. KESIMPULAN ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 108


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi

di Sumatera2006 – 2010 ... 5 Tabel 2 : Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut

Provinsi di Sumatera 2006 – 2010 ... 6 Tabel 3 : Perusahaan Otobus (AKAP) di Kota Medan dan Jumlah

Armada yang Dimiliki Pada Tahun 2012 ... 35 Tabel 4 : Armada Bus CV. Makmur Menurut Jenis Mesin dan Karoseri ... 84 Tabel 5 : Trayek CV. Makmur Berdasarkan Jumlah Armada Bus


(15)

ABSTRAKSI

Batara Efendi Silalahi, 2012. Judul Skripsi : STRATEGI PERSAINGAN BISNIS, Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan. Skripsi ini terdiri dari 7 Bab, 111 halaman, dan 5 daftar tabel.

Skripsi dengan judul “Strategi Persaingan Bisnis” ini secara umum menjelaskan tentang strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan otobus untuk menghadapi persaingan dalam bisnis layanan jasa transportasi. Dalam skripsi ini peneliti memilih perusahaan otobus CV. Makmur sebagai objek penelitian karena perusahaan ini sudah berkembang dibanding perusahaan otobus lainnya yang berada di Kota Medan. Skripsi ini dibuat untuk dapat memahami bagaimana pentingnya suatu strategi bagi perusahaan otobus yang sudah berkembang. Kemudian skripsi ini juga memperlihatkan bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi terhadap budaya perusahaan CV. Makmur. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi partisipan dimana peneliti ikut dalam aktivitas para karyawan di dalam perusahan. Selain itu, untuk mengumpulkan data peneliti juga melakukan wawancara mendalam sesuai dengan fokus penelitian kepada pihak-pihak yang terkait, mulai dari para penumpang, karyawan dan manajemen perusahaan sebagai pihak pengambil keputusan di dalam perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada dua tujuan yang ingin dicapai CV. Makmur dalam menerapkan berbagai macam strategi di perusahaannya. Tujuan yang pertama adalah untuk mencapai keunggulan dalam bersaing, dan tujuan kedua ialah untuk kesinambungan perusahaan. Terciptanya suatu strategi juga tidak terlepas dari pengalaman pihak manajemen melihat berbagai permasalahan yang terjadi dalam bisnis transportasi, baik itu permasalahan internal perusahaan ataupun permasalahan eksternal perusahaan. Permasalahan-permasalahan tersebutlah yang melatarbelakangi pihak manajemen CV. Makmur menciptakan kedelapan strategi yang kini dterapkan di dalam perusahaannya. Selanjutnya penerapan dari strategi-strategi tersebut juga berimplikasi terhadap budaya perusahaan, Implikasinya dapat dilihat dari terciptanya prilaku atau proses bekerja yang baru di dalam perusahaan dan keberhasilan perusahaan menanamkan nilai-nilai yang dipahami oleh seluruh pihak yang ada di perusahaan.

Kesimpulan yang bisa dicapai melalui tulisan ini adalah strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perusahaan tidak hanya penting bagi perusahaan yang baru merintis bisnisnya, tetapi juga penting bagi perusahaan yang sudah berkembang. Pengalaman-pengalaman dari pihak manajemen penting untuk dijadikan dasar menciptakan atau merubah suatu strategi agar perusahaan mampu mempertahankan keunggulan dan menjaga kesinambunagn perusahaan.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini menjelaskan tentang strategi-strategi bisnis yang ada pada perusahaan jasa transportasi darat, dalam hal ini perusahaan otobus. Skripsi mengenai strategi perusahaan ini ditulis untuk dapat memahami bagaimana strategi-strategi itu dibuat dan diterapkan oleh perusahaan transportasi agar mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi sehingga sasaran dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Seperti yang dikatakan Porter, “strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing” (Rangkuti 2004:4). Selanjutnya Hamel dan Paharalad mendefinisikan strategi “sebagai tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat), terus-menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan dimasa depan” (Rangkuti 2004:4).

Dengan begitu secara umum tulisan tentang stategi perusahaan ini membahas masalah pengelolaan perusahaan yang erat kaitanya dengan perkembangan dan persaingan bisnis yang terjadi diantara perusahaan transportasi. Pengelolaan yang dimaksud adalah strategi-strategi yang digunakan atau diterapkan oleh suatu perusahaan transportasi agar dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan. Dengan mempelajari strategi-strategi tersebut maka akan dapat dipahami bagaimana perusahaan tersebut mengelola


(17)

perusahaannya. Dengan memahami strategi-strategi itu juga akan dapat di dapat gambaran bagaimana sesungguhnya persaingan bisnis yang terjadi.

Selanjutnya tulisan ini juga akan memperlihatkan bagaimana implikasi dari strategi terhadap budaya perusahaan. Dari temuan yang saya dapati selama di lapangan memperlihatkan adanya implikasi dari terciptanya suatu strategi terhadap budaya di perusahaan, sebab dalam pengimplementasian strategi-strategi tersebut ada nilai-nilai yang di-share kepada seluruh karyawan. Tidak hanya itu saja, pengimplementasian dari suatu strategi juga turut membentuk suatu prilaku organisasi yang baru atau proses kerja yang baru di dalam perusahaan. Seperti yang yang dikatakan Alwi bahwa “strategi yangterimplementasikan dengan baik akan mempengaruhiperilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).

Skripsi ini ditulis dalam lingkup ilmu antropologi yang memfokuskan kajiannya untuk mempelajari kebudayaan, atau kebiasaan-kebiasan dan aktivitas yang dilakukan manusia. Kluckhohn dan Kelly mendefenisi kebudayaan sebagai semua rancangan hidup yang tercipta secara historis baik yang tersirat maupun tidak tersirat yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilakunya (Keesing 1999:67). Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya juga digunakan dalam referensi organisasi sebagai metafora untuk memahami cara kerja suatu kelompok1

1

Deborah D’amico, “Diversity, Inequality and Organizational Culture,” Cross-Cultural Management and Organizational Culture, eds. Tomoko Hamada & Ann Jordan (Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary) .

. Budaya sebagai metafora akar untuk studi organisasi yang menyediakan kerangka kerja secara interpretatif. Dalam pandangan ini, teori


(18)

budaya organisasi menggabungkan rangkaian menarik dari suatu gambar tatanan yang berhubungan antara budaya dan organisasi (Hamada & Jordan 1990:85).

Keberadaan suatu organisasi tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam lingkungannya, baik itu internal maupun eksternal. Sehingga setiap organisasi dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan dan mampu unggul dalam persaingan yang dihadapi (Dirgantoro 2001:39). Semua organisasi pasti mempunyai budaya, begitu pula perusahaan karena perusahaan adalah sebuah organisasi (Deal & Kennedy 1982:4). Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki budaya perusahaan yang kuat apabila perusahaan itu antara lain dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain, sehingga kemampuan bersaing perusahaan tersebut dapat membuat perusahaan itu tetap bertahan. Seperti yang dikatakan Hofsted, budaya yang kuat dan khas yang terdapat pada suatu perusahaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan itu sendiri (Mulyono 2003:29). Oleh sebab itu keberadaan budaya pada suatu perusahaan juga menentukan kemampuan perusahaan tersebut untuk bersaing.

Semakin majunya perkembangan di dunia industri membuat persaingan diantara perusahaan semakin jelas terlihat, baik pada perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun non jasa. Khususnya pada perusahaan jasa karena produk yang dihasilkan berbentuk layanan jasa, agar dapat unggul perusahaan harus menciptakan strategi khusus untuk memberikan pelayanan yang lebih agar konsumen merasa nyaman dan percaya akan layanan jasa yang diberikan. Salah satu contoh perusahaan jasa adalah perusahaan otobus yang memberikan layanan


(19)

jasa transportasi darat. Dalam upayanya untuk bisa tetap bertahan banyak perusahaan otobus menerapkan berbagai macam strategi, dari mulai strategi pelayanan kepada konsumen sampai pada pengelolaan tarif. Namun tidak jarang strategi tersebut malah menjadi bumerang kepada perusahaan itu sendiri karena pelaksanaannya di lapangan yang kurang tepat. Salah satu contohnya adalah kerapian para karyawan perusahaan. Dengan memberikan seragam kepada karyawan, perusahaan bermaksud untuk memperlihatkan kerapian dan kekompakan karyawannya. Namun apabila kerapian tersebut tidak diikuti dengan kesopanan para karyawan dalam melayani konsumen malah akan membawa dampak buruk bagi perusahaan. Tentu ada hal yang perlu dijelaskan lebih lanjut mengapa karyawan bisa bersikap seperti itu. Sangat menarik untuk membahas masalah pengelolaan perusahaan transportasi khususnya transportasi darat, karena transportasi darat berbeda dengan transportasi laut dan udara. Jika transportasi laut dan udara harus memiliki standarisasi keahlian khusus untuk para karyawan lapangan misalnya; pilot, pramugari, nahkoda kapal, anak buah kapal, namun pada transportasi darat misalnya perusahaan otobus, tidak ada batasan mengenai standarisasi keahlian khusus untuk para supir dan kondekturnya, cukup bermodalkan SIM dan pengalaman maka ia akan diterima.

Transportasi sebagai akses penghubung antara suatu daerah ke daerah lain menjadi sesuatu hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan daerah. Karena dengan adanya transportasi itu perkembangan dari suatu daerah ke daerah lain menjadi cepat. Oleh sebab itu pertumbuhan perusahaan jasa transportasi juga turut berkembang pada saat ini. Kota Medan sebagai gerbang masuk di wilayah


(20)

sumatera bagian utara menjadi titik pertumbuhan transportasi, khususnya transportasi darat yang menghubungkan Aceh – Medan, Riau – Medan, Sumatera Barat – Medan, dan Kota lainnya yang ada di Sumatera Utara. Semakin berkembangnya perusahaan jasa transportasi membuat banyak pilihan bagi konsumen untuk memilih perusahaan mana yang akan ia gunakan.

Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang strategi perusahaan transportasi antar provinsi ini diltarbelakangi dua permasalahan yang peneliti anggap cukup menarik untuk dilihat:

Pertama, pertumbuhan / perkembangan bus dan perusahaan otobus di Indonesia kuhsusnya di kota Medan. Pada tahun 2010 pertumbuhan jumlah armada bus baru meningkat 2,5% dibandingkan pada tahun 2009. Dikatakan oleh Ketua Umum Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) Eka Sari Lorena Soerbakti, perkembangan armada bus penumpang di Indonesia mengalami kenaikan 2,5% dengan total bus mencapai 3 juta unit. Kenaikan pertumbuhan bus ini juga dipengaruhi oleh bertambahnya perusahaan-perusahaan otobus yang melayani jasa transportasi antar kota dan antar provinsi2

No

. Hal ini bisa terlihat dari tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010

Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Nangroe Aceh Darusalam Unit 509 510 558 544 621

2

Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas,


(21)

2 Sumatera Utara Unit 1,054 1,106 1,112 1,078 1,185

3 Sumatera Barat Unit 770 767 792 770 841

4 Riau Unit 236 233 296 337 367

5 Jambi Unit 423 443 457 470 501

6 Bengkulu Unit 207 221 253 271 301

7 Sumatera Selatan Unit 500 524 545 519 559

8 Lampung Unit 533 536 545 488 565

Jumlah Unit 4,232 4,330 4,558 4,477 4,940

Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)

Tabel 2

Jumlah Perusahaan Bus Antar Provinsi Menurut Provinsi di Sumatera 2006 - 2010

No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010

1 Nangroe Aceh Darusalam Perusahaan 15 14 17 18 18

2 Sumatera Utara Perusahaan 32 34 35 39 41

3 Sumatera Barat Perusahaan 59 59 60 61 61

4 Riau Perusahaan 15 15 19 20 22

5 Jambi Perusahaan 31 31 33 34 35

6 Bengkulu Perusahaan 13 14 15 17 18

7 Sumatera Selatan Perusahaan 27 29 30 32 31

8 Lampung Perusahaan 23 23 25 26 26

Jumlah Perusahaan 202 219 234 247 252

Sumber: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. (Buku Statistik Dinas Perhubungan 2011)

Dari tabel di atas terlihat kenaikan pertumbuhan jumlah bus dan perusahaan otobus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khusunya di Medan


(22)

Sumatera Utara hingga tahun 2010 setidaknya terdapat 41 perusahaan dengan 1,185 armada bus. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak MBI (PT. Mercedes Benz Indonesia) selaku vendor3 yang paling diminati untuk pembelian chassis4 dan mesin di Indonesia. Mereka menjelaskan “hingga Juli 2011, penjualan bus sudah mencapai 1.876 unit, naik ketimbang periode yang sama pada tahun lalu. Diramalkan, tren ke depannya masih terus meningkat. Pasalnya, banyak perusahaan otobus yang notabene pasar paling potensial, mulai gencar meremajakan armadanya”5

Kedua, berkembangnya perusahaan-perusahaan otobus hingga pada saat ini tidak hanya membawa dampak positif bagi dunia transportasi darat, tapi juga berdampak negatif bagi sebagian pengusaha. Pasalnya banyak pengusahaan otobus yang gulung tikar akibat tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain

. Selain membeli bus-bus baru, strategi meremajakan armada adalah salah satu upaya yang dilakukan pihak perusahaan otobus untuk tetap menjaga armadanya agar bisa terus beroperasi dan dapat tetap bersaing dengan armada-armada bus dari perusahaan lain.

6

3

Vendor adalah pihak ketiga yang menjadi produsen material – material perusahaan.

4

Chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penopang berat kendaraan , mesin serta penumpang.

. Ketidak mampuan tersebut terletak pada strategi pelayanan yang pada umumnya mengharuskan perusahaan mengeluarkan modal yang besar, sehingga banyak pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar. Di Kota Medan

5

Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,

6

Sudarsono Eko, “Pengusaha Otobus Terancam Bangkrut, “http://joglosemar.co/berita/pengusaha-bus-antarprovinsi-terancam-bangkrut-88770.html (diakses tanggal 10 September 2012)


(23)

sendiri telah banyak perusahaan otobus yang dahulu pernah sukses pada tahun 1980 hingga 1990-an kini harus gulung tikar, seperti: Risma, Martimbang, Purnama Raya, PMTS (Persatuan Motor Tapanuli Selatan), Bani, Bunga Setangkai, ABS (Aek Batanggadis Sejati) dan Palansa. Perpecahan bahkan sampai pada tutupnya suatu perusahaan tidak akan mungkin terjadi jika pengelolaan perusahaan berjalan dengan baik. Setiap manajemen perusahaan dituntut untuk mampu mengetahui apa kelemahan dan apa yang menjadi keunggulan dari perusahaanya agar dapat dibuat suatu strategi untuk megatasi berbagai permasalahan. Dalam bersaing misalnya pada satu trayek yang banyak di isi oleh perusahan lain, selain memberikan pelayanan yang baik bisa juga disiasati dengan mempercepat jadwal keberangkatan atau memberikan snackkepada penumpang.

Atas dasar inilah saya tertarik untuk menulis tentang strategi pengelolaan pada suatu perusahaan transportasi yang dalam hal ini adalah perusahaan otobus. Hal yang menarik yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana suatu strategi dibuat akibat dari persaingan yang semakin sengit diantara perusahaan otobus. Kemudian bagiamana strategi-strategi yang dibuat itu mampu membuat perusahaan unggul dalam persaingan dan bertahan selama puluhan tahun. Karena setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

Dalam skripsi ini peneliti memilih CV. Makmur sebagai perusahaan otobus yang diteliti. Ketertarikan untuk meneliti CV. Makmur dikarenakan dari sekian banyak peruahaan otobus yang ada di Kota Medan CV. Makmur adalah perusahaan yang paling stabil dalam hal perkembangan dan persaingan. Hal


(24)

tersebut dapat dibuktikan dari kemampuan perusahaan membentuk anak perusahaan baru (CV. Halmahera) yang beridiri di bawah manajemen CV. Makmur. Selanjutnya jumlah ijin trayek yang sudah dikantongi perusahaan ini lebih banyak, bahkan sampai dua kali lipat dari perusahaan lain. Dalam sehari (hingga agustus 2012) CV. Makmur memberangkatkan 35 unit armada bus dengan tujuan trayek yang berbeda, dan jumlah tersebut akan terus bertambah mengingat rencana perusahaan yang akan menambah armada bus untuk CV. Halmahera. Kemudian dari segi tipe-tipe kelas yang disediakan, CV. Makmur menyediakan sembilan tipe kelas yang dapat dipilih sesuai dengan keinginan penumpang, namun pada perusahaan paling banyak hanya menyediakan empat tipe kelas saja.

Pemilihan ini juga didasari atas panjangnya sejarah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 1958 dengan nama “Subur”, namun sejak tahun 1959 berubah menjadi “Makmur” dan pada agustus 2011 CV. Halmahera resmi dibuka sebagai anak dari perusahaan CV. Makmur. Perusahaan ini memiliki seratus sepuluh unit armada bus.Adapun tipe-tipe kelas yang disediakan bagi penumpang yakni kelas Economi Class (Non-Toilet), Economi Toile,Economi Lux (Toilet), Royal Class (Ac Toilet), Royal Lux (Ac Toilet), Super VIP, Super Executive,Super Executive (Lux).Sedangkan yang menjadi trayek tujuan dari perusahaan ini adalah dari kota Medan ke sebagian besar daerah di Provinsi Riau seperti Pekanbaru, Dumai, Duri, Pangkalan Kerinci, Perawang, Sungai Buatan, Bangkinang, Teluk Kuantan, Rengat dan Tembilahan.


(25)

Selain itu dalam menjalankan bisnis layanan jasanya manajemen CV. Makmur menerapkan delapan strategi, kedelapan strategi tersebut adalah: strategi waralaba, strategi promosi, strategi pelayanan, strategi multikulurisme, strategi pembentukan perusahaan baru, strategi peremajaan / penambahan armada baru, strategi sistem ceking, dan strategi jadwal keberangkatan. Hal inilah yang membuat saya tertarik untuk memilih CV. Makmur, hal yang perlu diungkapkan lebih lanjut ialah mengapa CV. Makmur menerapkan banyak strategi dalam menjalankan perusahaannya, padahal dari penjelasan yang telah disampaikan CV. Makmur sudah mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya.

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu kantor pusat CV. Makmur yang berada di Jl. Sisingamangaraja Km 6,7 no 12 amplas Medan, dan kantor perwakilan daerah Perawang di Jl. Raya Km 7 Kecamatan Perawang Kabupaten Siak Riau. Penelitian di kantor pusat bertujuan untuk memahami bagaimana suatu strategi dibuat, apa fungsinya, dan atas dasar apa strategi itu dibuat. Sedangkan penelitian di kantor perwakilan daerah bertujuan untuk melihat apakah strategi-strategi tersebut benar dilaksanakan samapai kepada kantor perwakilan daerah. Pemilihan Kota perawang sebagai kantor perwakilan daerah di dasari pertimbangan peneliti yang melihat perkembangan kantor wilayah ini belum begitu berkembang, berbeda dengan perwakilan daerah yang lain yang sudah pernah peneliti jalani sebelumnya seperti Pekanbaru dan Dumai. Karena untuk trayek Medan – Pekanbaru dan Medan – Dumai dapat dikatakan CV. Makmur telah menguasai persaingan dengan jumlah keberangkatan sampai dengan 20 unit


(26)

bus setiap harinya, berbeda dengan trayek Medan – Perawang yang hanya memberangkatkan 3 unit bus setiap harinya.

1.2. Tinjauan Pustaka

Secara konseptual strategidapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara

menyeluruh yang berkaitan dengan pelaksanaa

eksekusi sebuah aktivitas dalam kur7

.Pada mulanya konsep strategi digunakan dalam dunia militer yang dalam bahasa Yunanidisebut strategosartinya komandan militer. Namun seiring dengan semakin berkembangnya jaman konsep strategi juga digunakan dalam dunia bisnis. Sehingga pada saat ini banyak definisi-definisi dari strategi yang pada umumnya lebih berkaitan pada dunia bisnis. Seperti yang dinyatakan oleh Glueck dan Jauch “strategiadalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994). Selanjutnya Triton menyimpulkan strategi sebagai berikut:

“Strategi adalah sekumpulan pilihan kritis untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumber daya yang penting dalam mencapai tujuan dasar dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif, komparatif, dan sinergis yang ideal berkelanjutan, sebagai arah, cakupan dan perspektif jangka panjang keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi”(Tirton PB, 2007:17).


(27)

Dari kedua definis diatas dapat diambil pengertian bahwa strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran). Tetapi strategi bukan hanya sekedar suatu rencana, tetapi rencana yang disatukan atau semua bagian rencana serasi dan berkaitan yang disatukan. Artinya strategi mengikat seluruh bagian dalam perusahaan menjadi satu. Strategi itu menyeluruh artinya strategi meliputi semua aspek penting dalam perusahaan dan terpadu.

Sejalan dengan penjelasan diatas, dari sekian banyak definisi strategi Amstrong membagi pengertian strategi menjadi tiga bagian besar (Triton PB, 2007:16):

• Pertama, strategi merupakan deklarasi maksud yang mendefinisikan cara

untuk mencapai tujuan, dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh alokasi sumberdaya perusahaan yang penting untuk jangka panjang dan mencocokkan sumberdaya dan kapabilitas dengan lingkungan eksternal.

• Kedua, strategi merupakan perspektif dimana isu kritis atau faktor

keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada perilaku dan keberhasilan organisasi.

• Ketiga, strategi pada dasarnya adalah mengenai penetapan tujuan dan

mengalokasikan atau menyesuaikan sumberdaya dan peluang sehingga dapat mencapai kesesuaian strategis antara tujuan strategis dan basis sumberdayanya.

Strategi yang berhasil biasanya memiliki empat unsur utama (Grant 1999:26)


(28)

1. Strategi tersebut harus ditunjukan untuk tujuan yang jelas dan dalam jangka waktu yang panjang.

2. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam terhadap lingkungan eksternal.

3. Strategi didasarkan pada paham yang mendalam mengenai kemampuan internal individu maupun organisasi.

4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, kordinasi, serta pemanfaatan yang efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi. Strategi bisnis berbeda dengan perencana bisnis, Kenichi Ohmae mengatakan perbedaan strategi bisnis dengan perencanaan bisnis terletak pada kata “keunggulan bersaing”. Tanpa pesaing tidak diperlukan adanya strategi (Dirgantoro 2001:63). Konsep strategi dalam dunia bisnis biasa digunakan dalam disiplin ilmu manajemen, yaitu dengan istilah manajemen strategis. Secara definisi strategi dan manajemen strategi memang berbeda. “Manajemen strategisadalah kumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan penerapan strategi yang didesain untuk mencapai sasaran organisasi” (Pearce dan Robinson, 1988). Selanjutnya Glueck dan Jauch mendefinisikan manajemen strategis sebagai berikut:

“Manajemen strategis adalah arus keputusan dan tindakan yang mengarah pada perkembangan suatu strategi atau strategi-strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasarahn perusahaan. Proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategis” (Glueck W.F, Jauch L.R 1994:6).


(29)

Dari kedua definisi diatas secara sederhana dapat diartikan proses manajemen strategis ialah cara dengan jalan mana para perencana strategis menentukan sasaran dan membuat kesimpulan strategi.Manajemen Strategis sebenarnya lebih banyak berhubungan dengan pengelolaan strategis yang mampu membaca dan mengantisipasi berbagai kemungkinan di masa mendatang sebagai dasar untuk merencanakan tujuan secara luas, mengimplementasikan strategi, dan menyusun serta menetapkan berbagai kebijakan yang tepat. Jika dikaitakan dengan perencanan tujuan yang luas, maka menjadi kebutuhan mendasar bagi suatu organisasi untuk senantiasa mengembangkan kompetensinya.

Pengabaian terhadap manajemen strategisdapat berakibat fatal(Glueck W.F, Jauch L.R 1994:55). Berbagai analisis telah menemukan bagaimana perencanaan strategi gagal karena melakukan strategi yang salah:Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menciptakan strategi yang terlalu berambisi dan kurang berhati-hati yang tidak mengindahkan gejala lingkungan.

1. Perusahaan akan gagal apabila perencanaan strategi yang berkuasa menolak merubah strategi lama.

2. Perusahaan akan gagal apabila pimpinan strategi tidak menciptakan strategi.

3. Perusahaan akan gagal karena perencana strategi menciptakan strategi yang terlalu berambisi dengan dasar sumber perusahaan yang lemah.

Jika membahas keunggulan dan kemampuan suatu perusahaan tidak hanya membahas masalah strategi yang diterapkan, karena strategi dibuat dan ditetapkan


(30)

oleh para manajer sedangkan yang melaksanakannya ialah para karyawan. Oleh sebab itu memahami para karyawan dengan konsep budaya korporat juga merupakan hal yang penting untuk menjelaskan bagaimana suatu perusahaan mampu mencapai keberhasilan.

Sampai saat ini budaya adalah salah satu tema yang tidak pernah habis untuk didiskusikan, karena budaya itu sendiri adalah hasil ciptaan manusia yang memiliki karkteristik dan keunikan tersendiri. Dalam perkembangan kajian antropologi, budaya juga digunakan dalam studi bisnis. Pada saat ini perkembangan antropologi bisnis efektif dibagi menjadi tiga bidang: 1) organisasi antropologi (studi kompleks organisasi termasuk budaya mereka, proses bekerja dan mengubah arahan), 2) antropolog, pemasaran dan perilaku konsumen. 3) desain (desain produk dan layanan). Semua ini bergantung pada dasar antropologi metodologi dan teori dan melibatkan mempelajari jenis masalah yang dijelaskan di atas8

Membahas masalah budaya pada suatu perusahaan sudah tidak asing lagi dalam ilmu antropologi. Cherrington menyatakan budaya dari perspektif studi organisasi/korporat, merupakan salah satu karakteristik dari tingkat organisasi, karakteristik ini adalah perasaan tidak tertulis dan biasanya mewakili nilai-nilai, keyakinan, dan pemahaman bersama (Jordan 2003:85). Davis mengatakan “budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang memberikan makna bagi anggota sebuah institusi dan menjadikan keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan atau pedoman berperilaku dalam organisasi” (Sobirin 2007:131). Demikian

.

8

Ann T. Jordan, “The Importance of Business Anthropology: Its Unique Contributions”, International Journal of Business Anthropology Vol. 1 2010 (University of North Texas).


(31)

juga Robbins mengatakan bahwa “budaya korporasi adalah satu sistem nilai-nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh orang dalam organisasi. Selain dipahami seluruh jajaran juga meyakini sistem nilai-nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi” (Moeljono 2003: 18). Dari dua pengertian budaya korporasi di atas tampak jelas bahwa nilai-nilai yang dipahami dan diyakini sebagai landasan ataupun pedoman berprilaku dalam suatu perusahaan.

Achmad Sobirin (2007), secara umum membagi konsep budaya organisasi menjadi tiga sudut pandang yaitu:Ideational school, Adaptationist schooldanRealistschool.

• Pertama – Ideational school lebih melihat budaya sebuah organisasi dari

apa yang di-shared (dipahami, dijiwai dan dipraktikkan bersama) anggota sebuah komunitas / masyarakat.

• Kedua - Adaptationist school melihat budaya dari apa yang bisa

diobservasi baik dari bangunan organisasi seperti arsitektur / tata ruang bangunan fisik sebuah organisasi maupun dari orang-orang yang terlibat di dalamnya seperti pola perilaku dan cara mereka berkomunikasi.

• Ketiga - Realist school menegaskan bahwa budaya organisasi merupakan

satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara elemen yang bersifat Idealistik (nilai-nilai dan kepercayaan) dan behavioral (tingkah laku).

Dari sisi fungsi Molejono (2003:22) mengatakan fungsi budaya korporat adalah “ sebagai perekat sosial dalam mempersatukan anggota-anggota dalam mencapai tujuan organisasi berupa ketentuan-ketentuan atau nilai-nilai yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Hal tersebut dapat berfungsi pula


(32)

sebagai kontrol atas perilaku karyawan”. Sejalan dengan Moeljono, Achmad Sobirin (2007:248-257) mengartikan fungsi budaya organisasi sebagai berikut:

• Budaya sebagai pembeda antara kita dan mereka

Budaya yang telah terbentuk menjadikan suatu organisasi berbeda dengan organisasi lain. Dengan kata lain budaya membentuk suatu batasan lain antara “kita dan mereka”.

• Budaya sebagai pembentuk identitas

Pernyataan ICIG (The International Corporate Identy Group) yang dikenal dengan “Strathclyde Statement” menyatakan, setiap perusahaan pasti mempunyai identitas diri. Artikulasi dari identitas tersebut tercermin dalam etos, tujuan dan nilai-nilai organisasi. Identitas diri menunjukkan sense of individuality yang bisa membantu organisasi membedakan dirinya dengan organisasi lain dalam lingkup persaingan.

• Budaya sebagai perekat organisasi

Organisasi seolah-olah layaknya sebuah keluarga besar dimana masing-masing anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sama, saling peduli diantara mereka, saling berbagi pengalaman, saling mengingatkan jika ada yang salah dan saling melindungi ketika ada ancaman dari luar.

• Budaya sebagai alat kontrol

Organisasi tidak akan bisa berjalan dengan baik jika organisasi tersebut tidak mempunyai sistem pengendalian yang memadai. Tanpa sistem pengendalian, aktivitas-aktivitas organisasi berjalan sendiri-sendiri tanpa


(33)

ada yang mengarahkan dan mengkordinasinya. Demikian juga efisiensi dan efektivitas organisasi sangat bergantung pada berfungsi tidaknya sistem pengendalian tersebut.

Belakangan ini, studi tentang budaya korporat menjadi perhatian yang serius. Berbagai kalangan ikut mengambil bagian dan perhatian atas betapa pentingnya peranan budaya perusahaan dalam meningkatkan daya saing dankinerja perusahaan9

9

Ibid. Hal 18

. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotter dan Heskett, menyimpulkan bahwa budaya korporat bisa menimbulkan dampak yang dahsyat terhadap individu dan kinerja, khususnya dalam lingkungan yang kompetitif, bahkan dampaknya bisajadi lebih kuat ketimbang faktor-faktor lain, seperti: strategi, struktur organisasi, sistem manajemen, alat-alat analisis keuangan, kepemimpinan, dan lain-lain (Kotter dan Heskett, 2006). Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Moeljono di Bank Rakyat Indonesia (BRI) menemukan bahwa budaya korporat berperan secara sangat siknifikan terhadap keunggulan korporasi dalam bentuk produktivitas pelayanan. Demikian juga, sebuah studi di Danar Hadi menunjukkan bahwa budaya keluarga yang professional di dalam perusahaan menjadi pendorong bagi keunggulan organisasi (Moeljono, 2005). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa budaya korporat dapat menentukan keunggulan besaing perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Hamilton (Hafner 1999:57-103) yang menceritakan bagaimana kesuksesan perusahaan-perushaan di Taiwan yang membentuk suatu “kebiasan bisnis” dengan memanfaatkan jaringan antar perusahaan. Singkatnya jaringan bisnis diantara perusahaan ini


(34)

mengakibatkan persaingan bisnis yang positif, yang menguntungkan masing-masing pihak (hubungan timbal-balik)10

1. Fasilitas angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap penampilan fasilitas yang dimiliki perusahaan jasa transportasi

. Oleh sebab itu membahas budaya pada suatu perushaan tidak hanya membahas apa saja yang terjadi di dalam (internal) perusahaan, tetapi faktor luar (eksternal) juga penting untuk melihat gambaran budaya perusahaan secara kompleks.

Berkaitan dengan penelitian ini, setiap perusahaan jasa berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumennya agar mereka merasa puas terhadap jasa yang mereka rasakan dan mereka mau menjadi pelanggan. Selain pelayanan, fasilitas dalam usaha jasa harus diperhatikan, terutama yang berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh konsumen. Menurut Ginting (2005:38) kepuasan terhadap transportasi dapat ditentukan oleh atribut yaitu:

2. Keamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap seberapa baik keamanan yang diberikan kepada pelanggan.

3. Keramahan petugas adalah persepsi pelanggan terhadap sikap petugas yang ramah terhadap pelanggan.

4. Tarif angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap tarif yang diberlakukan.

5. Ketepatan waktu Angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap ketepatan waktu berangkat dan waktu tiba ditujuan sesuai kebutuhan pelanggan.

10

Di Taiwan perusahaan-perusahaan besar membentuk jaringan dengan perusahaan kecil dan menengah, hal ini menyebabkan pertumbuhan pekonomian Taiwan yang jauh lebih tinggi dibanding Kore dan Jepang.


(35)

6. Image angkutan adalah kesan yang diberikan perusahaan yang pada akhirnya membentuk sikap atau penilaian terhadap perusahaan.

7. Kenyamanan angkutan adalah persepsi pelanggan terhadap kenyamanan angkutan.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan, jika dipersempit maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Mengapa perusahaan otobus yang sudah berkembang seperti CV. Makmur memerlukan strategi dalam menghadapi persaingan ?

2. Apa yang melatarbelakangi CV. Makmur memilih ke delapan strategi yang telah diterapkan dalam perusahaannya ?

3. Bagaimana implikasi dari penerapan suatu strategi dengan budaya perusahaan CV. Makmur ?

1.4 Maksud dan Tujuan Penulisan

Maksud dari penulisan atau pembahasan masalah tentang strategi-strategi perusahaan trasnportasi ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca bahwa pentingnya menciptakan suatu strategi yang tepat agar perusahaan mampu unggul dalam persaingan, dan untuk menjaga pertumbuhan dan keinambunagn perusahaan. Sementara tujuan dari pembahasan masalah ini adalah untuk memperlihatkan kepada pembaca bagaimana kebiasan atau aktifitas manusia pada suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.


(36)

1.5 Kerangka Penulisan

Dalam tulisan ini terdapat lima bab pembahasan yang dibagi menjadi dua bagian, bab II akan dijelaskan bagaimana kondisi perkembangan dan persaingan perusahaan otobus di Kota Medan dari tahun 1950-an hingga tahun 2010. Kemudian dari bab III hingga bab VI akan membahas berbagai macam strategi yang diterapkan oleh CV. Makmur. Masing-masing bab terdiri dari dua strategi yang berkaitan. Pada bab III saya menjelaskan strategi waralaba dan strategi promosi yang akan memperlihatkan bentuk perusahaan beserta aturan-atuaran yang berlaku dalam menjalankan perusahaan. Pada bab IV saya menjelaskan strategi pelayanan dan strategi penghilangan citra kebatakan, kedua strategi ini menjelaskan bagaiman usaha yang dilakukan perusahaan agar dapat menjalankan layanan jasa transportasinya.

Selanjutnya pada bab V saya akan menjelaskan strategi pembentukan perusahaan baru dan strategi peremajaan / penambahan armada baru. Kedua strategi saling berkaitan karena sama-sama membahas bagaimana pihak manajemen menjaga kesinambungan perusahaannya. Terakhir pada bab VI saya menjelaskan strategi sistem ceking dan strategi jadwal keberangkatan. Dalam pembahasan pada bab ini lebih banyak menjelaskan bagaimana perusahaan membuat aturan untuk mengatur pemasukan (keuangan) serta kelancaran armada bus saat beroperasi.


(37)

1.6 Metode dan Pengalaman Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam lingkup ilmu antropologi, yaitu dengan menggunakan metode penelitian etnografi11. Ada dua cara yang sering digunakan dalam penelitian etnografi untuk memperoleh data yaitu melalui observasi partisipasi (participant observer)12

Sehubungan dengan ini saya juga mendekatkan diri kepada para pimpinan perusahaan yakni staf direksi CV. Makmur dan kepala perwakilan daerah perawang. Hal yang pertama sekali yang saya lakukan adalah menyampaikan

dan wawancara. Dengan observasi partisipasi peneliti bisa ikut serta dalam mengamati langsung serangkaian kegiatan para karyawan, melihat, dan memahami masalah yang menjadi objek dalam penelitian.Dengan melakukan observasi partisipasi, maka yang saya lakukan sebagai peneliti yang akan menulis sebuah skripsi adalah tinggal dan ikut melaksanakan aktivitas para karyawan di lokasi penelitian saya. Hal ini perlu dilakukan dengan tujuan data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan atau bahasa ilmiahnya valid. Dengan tinggal dan ikut melaksanakan aktivitatas bersama karyawan yang diteliti, menjalin komunikasi dan mengakrabkan diri dengan masyarakat akan menjadi lebih mudah dan akhirnya dari situasi dan kondisi seperti ini, hubungan yang baik (rapport) dengan karyawan diperusahaan CV. Makmur akan lebih mudah tercapai.

11

Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Istilah “etnografi” digunakan untuk menunjuk aktifitas mempelajari kebudayaan dan dengan produk akhir “sebuah etnografi” (Spradley, 1997:21).

12

Observasi partisipasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam aktifitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan mereka (Bungin, 2008:116).


(38)

maksud dan tujuan saya melakukan penelitian di perusahaan teersebut secara mendetail. Menjalin Hubungan baik dan menyampaikan dengan jelas maksud dan tujuan penelitian penting saya lakukan mengingat masalah penelitian yang saya bahas mengenai persaingan sangatlah sensitiv, karena menyangkut strategi-strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Namun sepanjang saya melakukan penelitian di CV. Makmur saya diterima baik oleh pihak manajemen untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Begitu juga saat saya berada di kantor perwakilan daerah Perawang saya diterima baik oleh mereka untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.

Setiap penelitian lapangan yang dilakukan tentunya mempunyai kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengumpulan data yang dilakukan dan secara pribadi saya juga menemukan hal itu dalam penelitian proses mengumpulkan data di lapangan. Terhadap pihak manajemen perusahaan sebenarnya tidak ada kendala yang begitu berarti karena dari pihak manajemen sendiri sejauh saya menerangkan dari mana asal saya dan untuk apa maksuda dan tujuan saya meneliti di perusahaan mereka, saya dapat diterima dengan baik dan sepertinya pihak manajemen menyambut dengan positif setiap mahasiswa yang datang ke perusahaan untuk melakukan penelitian. Karena sebelumnya saya telah ada dua orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara dari Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi yang melakukan penelitan di CV. Makmur. Diterimanya saya di perusahaan dengan alasan dari pihak manajemen karena selama ini mereka belum pernah menerima penelitian dari bidang ilmu sosial, hal ini juga yang membuat saya mudah untuk mendapatkan data-data dari pihak manajemen walaupun data


(39)

tersebut bersifat rahasia seperti dokumen proposal model dan rencana pembelian bus baru. Namun walaupun telah menjalin hubungan baik dengan pihak manajemen saya juga mengalami kendala saat berada dilapangan untuk mendapatkan data-data dari para karyawan. Ada beberapa karyawan menganggap saya adalah orang suruhan menejer untuk mengawasi pekerjaan mereka. Namun hal itu bisa saya atasi dengan tetap menjalin hubungan yang baik dan menjelaskan bahwa data-data yang saya peroleh nantinya diperlukan untuk membuat tulisan tentang bagaimana perusahaan dapat unggul dalam persaingan.

Dalam usaha saya mendapatkan data-data yang valid tentang suatu permasalahn tentunya kita harus terlebih dahulu diterima dengan baik oleh kelompok masyarakat yang ingin diteliti. Untuk itu saya juga mendekatkan diri kepada para karyawan perusahaan agar dengan demikian saya mendapatkan data yang valid, dan tidak direkayasa oleh mereka. Salah satu cara saya dalam mendekatkan diri dengan karyawan seperti supir dan kernet CV. Makmur ialah dengan ikut melakukan perjalanan bersama mereka, serta ikut dalam aktivitas mereka sehari-hari, baik itu aktivitas selama perjalanan dari Kota Medan ke Perawang hingga kembali lagi ke Kota Medan.

Hal yang pertama sekali saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada supir dan kernet bus ialah dengan menjumpai salah seorang kernet yang saya kenal melalui gurp “makmur bus lovers” di situs jejaring sosial Facebook. Melalui dirinya saya diperkenalkan dengan para supir dan kernet bus yang lain yang berada di pool maupun di kantor pusat CV. Makmur yakni pada sore hari sebelum mereka melakukan perjalanan. Selama beberapa hari saya melakukan hal ini, agar


(40)

bisa mengakrabkan diri dengan para karyawan lapangan, supir dan kernet bus. Setelah sebulan mengobservasi dan mengumpulkan data di kantor pusat, akhirnya saya diperblehkan ikut untuk satu trip perjalanan Medan – Perawang – Medan dengan potongan ongkos 50%. Selama dalam perjalanan, banyak sekali data yang saya peroleh mengenai peran para supir dan kernet bus yang turut ambil bagian dalam persaingan dijalanan sampai kepada menjaga nama baik perusahaan. Kemudian, setelah sampai di Perawang saya juga terlibat pada aktivitas mereka sehari-hari dari mulai membersihkan dan mencuci bus, makan, tidur dan melakukan persiapan untuk kembali berangkat pada malam hari. Saat berada di Perawang saya juga menyempatkan diri untuk bertemu dengan para karyawan yang ada di kantor perwakilan tersebut. Pada saat saya ingin mengumpulkan data, memperkenalkan diri lalu menyampaikan maksud dan tujuan saya, sangat kebetulan sekali karena yang menjadi kepala kantor perwakilan daerah disana semarga dengan saya. Hal ini membuat proses pengumpulan data semakin mudah, dan dari pengumpulan data tersebut saya mendapatkan data-data yang penting tentang bagaimana kantor perwakilan daerah mengelola kantornya secara mandiri serta peran vital mereka dalam memberikan promosi serta pelayanan yang baik kepada konsumen di daerah tersebut.

Kemudian, dalam proses pengumpulan data juga dilakukan wawancara13 yang tentunya diawali dengan membina hubungan baik dengan para informan14

13

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Burhan Bungin, 2007).


(41)

Informan yang dimaksud di sini adalah semua orang atau semua pihak yang terlibat di dalam perusahaan, baik itu manajer/staf direksi, karyawan kantor (staf administrasi, bagian tiket), karyawan lapangan (supir, kernet, satpam), sampai kepada konsumen dalam hal ini penumpang bus CV. Makmur. Pada penelitian ini saya tidak membeda-bedakan mana yang termasuk ke dalam informan kunci15, dan mana yang termasuk ke dalam informan pangkal16

14

Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian (Burhan Bungin, 2007).

15

Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara mendalam suatu informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, karena dengannya-lah data dan informasi yang dibutuhkan akan ditelusuri (Moleong, 2004).

16

Informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui (Moleong, 2004).

. Hal ini saya lakukan karena pada intinya semua informasi yang didapat adalah penting.Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk wawancara mendalam (deph interview) dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Alasan saya mewawancarai para informan bahwa mereka sendirilah yang benar-benar mengetahui seluk-beluk perusahaan, tentang apa yang mereka lakukan, apa keunggulan dan kelemahan perusahaan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat manajerial saya tujukan kepada staf direksi dan para karyawan kantor (bagian administrasi). Sedangkan untuk karyawan lapangan (supir dan kernet bus) pertanyaan yang diajukan lebih bersifat pribadi tentang pengalaman, pengetahuan dan pandangan mereka sendiri selama menjadi karyawan CV. Makmur terhadap persaingan yang terjadi saat ini.


(42)

Setelah mendapatkan data-data, saya menganalisi data tersebut dengan analisis data yang biasa dilakukan dalam penelitian antropologi. Analisis data dalam penelitian antropologi sebenarnya tidak spesifik harus dilakukan setelah penelitian lapangan selesai dilaksanakan. Dalam penelitian antropologi yang menggunakan metode etnografi tidak dilakukan hal di mana data dibawa pulang dan barulah proses analisis data dilakukan. Melainkan analisis data dilakukan sejak dari penelitian berlangsung sampai saat penelitian selesai dilaksanakan. Karena antropologi bermain dengan kekuatan observasi partisipasi dan wawancara terhadap informan bukan seperti cabang ilmu lainnya yang bermain dengan kuesioner yang diberikan kepada tiap-tiap responden.

Dalam melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh, saya mencoba melihat dan menyusun rentetan sebab akibat atas suatu kejadian yang ditemukan dilapangan. Misalnya seperti berikut, mengapa setiap perusahaan otobus harus mempunyai strategi dalam menjalankan bisnis jasa transportasinya? Padahal seperti yang kita ketahui dengan semakin meningkatnya arus mobilisasi penduduk dari suatu daerah ke daerah lain, tentunya setiap perusahaan otobus tidak perlu terlalu khawatir apabila mereka harus bersaing untuk mendapatkan konsumen dalam hal ini penumpang. Maka, saya mencoba menganalisis dari sebab dekatnya yaitu masalah pelayanan dan kepercayaan. Strategi pelayanan yang baik akan membuat konsumen percaya dan akhirnya membuat konsumen menjadi pelanggan tetap pada suatu perusahaan otobus, itulah sebabnya mengapa setiap perusahaan harus memiliki strategi dalam bersaing. Kemudian berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya yaitu bagaimana suatu strategi itu


(43)

diciptakan dan hal-hal apa yang menjadi landasan terciptanya suatu strategi? Apakah strategi-strategi itu diciptakan hanya untuk memenangkan persaingan? Jika setiap perusahaan memiliki strategi, mengapa masih ada perusahaan yang mengalami perpecah bahkan harus gulung tikar? Ternyata berdasarkan data yang didapat dari lapangan menyatakan tidak semua strategi membawa dampak positif bagi perusahaan, strategi yang tepat adalah strategi yang diciptakan melalui pemahaman akan situasi lingkungan internal (bagaimana keadaan perusahaan, termasuk keunggulan dan kelemahannya), dan lingkungan eksternal (bagaimana keadaan pasar termasuk keunggulaan dan kelemahan pesaing).

Begitulah cara saya untuk mengumpulkan data dan sekaligus melakukan analisis data. Secara umum analisis data yang dilakukan dalam antropologi adalah secara kualitatif17

17

Analisis data kualitatif mempunyai tujuan yaitu: 1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses pemaparan hasil penelitian, 2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu (Burhan Bungin, 2007).

sesuai dengan jenis penelitian yang dilakukan. Analisis data tidak hanya dilakukan terhadap data-data yang diperoleh di lapangan, melainkan meliputi juga terhadap data-data dari hasil pemberitaan yang berasal dari hasil penelitian orang lain dan referensi berbagai sumber yang relefan seperti jurnal, surat kabar, buletin, artikel, buku-buku, dan media elektronik yang tentunya berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini. Pada penerapannya seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa analisis data dalam antropologi dilakukan sejak penelitian berlangsung sampai penelitian selesai dilaksanakan. Dengan cara-cara ini, saya berharap isi skripsi ini dapat menjelaskan bagaimana pengelolaan


(44)

perusahaan jasa transportasi (perusahaan oto bus) terkait dengan strategi-strategi yang diterapkan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.


(45)

BAB II

PERKEMBANGAN DAN PERSAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS DI KOTA MEDAN

2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus Di Kota Medan

Dalam rangka pembangunan daerah, transportasi memegang peranan yang sangat penting. Karena dengan adanya transportasi waktu tempuh antara suatu daerah ke daerah lain terasa semakin dekat. Suatu daerah tidak dapat berdiri sendiri secara total dalam memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri sehingga daerah tersebut membutuhkan daerah lain sebagai pendukung, sarana penghubungnya adalah pengangkutan atau transportasi.Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang, tidak dapat diharapkan tercapainya hasil maksimal dalam usaha mewujudkan tujuan pembangunan. “Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau berguna untuk tujuan-tujuan tertentu” (Fidel 2005:4).

Di Kota Medan terdapat dua terminal terpadu yang berfungsi sebagai pintu gerbang transportasi darat, yaitu Terminal Terpadu Amaplas dan Terminal Terpadu Pinang Baris. Terminal Terpadu Amplas adalah sebuah terminal

terpad

maupun dalam provinsi yang datang dari arah selatan Kota Medan. Bus-bus di terminal ini terutama melayani trayek antar provinsi tujuan Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Lampung, dan Jakarta via Selat Sunda. Terminal ini terletak di


(46)

Kecamatan sebelah selatan18. Sedangkan Terminal Terpadu Pinang Baris khusus menampung bus-bus antar provinsi dan dalam provinsi yang masuk ke Kota Medan dari sebelah barat, dalam hal ini terutama bus-bus dari Aceh. Terminal ini terletak di

Kecamatan

sebelah barat19

Berbicara masalah transportasi darat khususnya transportasi antar kota antar provinsi (AKAP) tentunya juga terkait dengan perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa transportasi. “Perusahaan jasa transportasi adalah suatu unit kegiatan ekonomi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang menyediakan jasa angkutan penumpang, atau barang dari suatu tempat ketempat lain dengan menggunakan alat angkutan”

.

20

Menarik untuk melihat perkembangan perusahaan-perusahaan otobus di Kota Medan yang mengalami pasang surut sejak tahun 1950 hingga 2012 yang juga berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan jalan Lintas Sumatera (Lintas Barat, Tengah dan Timur), dampak krisi ekonomi pada tahun 1998 dan kalah bersaingnya perusahaan otobus dengan maskapai penerbangan untuk msalah tarif.

. Salah satu contohnya adalah perusahaan otobus. Perusahaan otobus adalah perusahaan yang menyediakan jasa angkutan orang dengan kendaraan umum di jalan pada trayek antar kota dalam provinsi (AKDP) dan antar kota antar provinsi (AKAP).

20

Hutagalung A.S, “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Transportasi CV. Sibuluan Indah Rute Medan-Sibolga. (Skripsi S1 Departemen Manejement Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara).


(47)

Pada tahun 1950-an hingga tahun 1980-an, sebelum dibukanya jalan Lintas Timur Sumatera, hanya ada dua jalan besar besar di Sumatera yakni Lintas Barat dan Lintas Tengah. Jalan Lintas Barat Sumatera melewati daerah Aceh, Sumater Utara (Medan - Sibolga – Mandailing Natal), Sumatera Barat (Pariaman – Padang), Bengkulu, dan Bandar Lampung. Sedangkan Lintas Tengah Sumatera melewati daerah Sumatera Utara (Medan – Tarutung – Pandang Sidempuan), Sumatera Barat (Lubuksikaping – Bukittinggi), Riau (Bangkinang - Pekanbaru), Jambi (Muarobungo), Sumatera Selatan dan Bandar Lampung.

Pada saat itu seluruh akses transportasi darat yang menghubungkan antar provinsi-provinsi di Pulau Sumatera harus melewati Lintas Barat ataupun Lintas Tengah. Dengan jarak tempuh yang jauh, situasi medan jalan yang melewati perbukitan diperparah dengan kondisi jalan yang buruk mengharuskan perushaan otobus yang ada pada saat itu menggunakan bus yang kuat seperti Chevrolet C-50. Untuk mendapatkan armada bus Chevrolet C-50 tidak mudah pada saat itu, karena bus ini langsung di impor dari negara asalnya, sehingga pada saat itu tiap perusahaan otobus yang ada di Kota Medan setidaknya hanya memiliki dua hingga lima unit armada bus. Oleh sebab-sebab itulah pada tahun 1950-an hingga tahun 1970-an keberadaan perusahaan otobus sebagai layanan jasa transportasi dapat dikatakan kurang berkembang.

Pada pertengahan tahun 1980-an mulailah dibangun jalan Lintas Timur Sumatera yang melewati daerah Aceh (Lhokseumawe – Kualasimpang), Sumatera Utara (Binjai – Medan – Rantauprapat), Riau (Dumai – Pekanbaru – Kerinci), Jambi (Merlung – Sengeti), Palembang dan Bandar Lampung. Pembangunan


(48)

jalan Lintas Timur Sumatera ini jelas memberi pengaruh yang positif bagi arus transportasi di Sumatera, khususnya bagi perusahaan otobus yang menyediakan layanan transportasi. Hal ini lebih disebabkan karena jarak tempuh yang relatif lebih dekat, kondisi jalan yang baru dan situasi medan jalan yang melewati dataran datar disepanjang pantai Timur Sumatera.

Selain dari pada itu, penggunan armada bus juga mulai mengalami perubahan dari yang menggunakan merek Chevrolet dan Dodge untuk melewati jalan Lintas Barat dan Tengah, kini menggunakan Mercedez Benz. Penyedian armada bus Mercedez Benz tidak serumit Chevrolet dan Dodge karena hanya mesin dan chasis saja yang di impor sedangkan body bus dirakit di Indonesia. Dengan demikian jumlah armada bus yang dimiliki oleh tiap perusahaan juga semakin meningkat begitu juga dengan pertumbuhan perusahaan-perusahaan otobus yang baru. Mulai pada saat itulah perkembangan perusahaan otobus di Kota Medan terus mengalami pertumbuhan yang dimulai dari akhir tahun 1980-an hingga akhir 1990-an, trayak tujuannyapun bukan hanya di Pulau Sumatera tapi juga sampai ke Pulau Jawa (Jakarta – Solo - Jogjakarta). Adapun dari beberapa perusahaan otobus AKAP yang pernah berjaya di masa itu adalah PMH, Sibualbuali, PMTS, Sampagul, Batang Pane, ALS, ABS, Makmur, Bramun, Bintang Utara, Medan Jaya, Palansa, PMTOH dan Rapi.

Memasuki akhir tahun 1990-an Indonesia dilanda krisis ekonomi yang turut berdampak pada perkembangan perusahaan otobus. Dampak yang paling terasa ialah pada naiknya harga satu unit armada bus baru yang mengakibatkan perusahaan terasa berat untuk membeli armada bus tersebut. Kondisi ini terus


(49)

berlangsung hingga memasuki awal tahun 2000-an. Pada tahun 2003 kondisi diperparah dengan kalah bersaingnya perusahaan otobus dengan maskapai penerbangan yang mematok tiket nyaris sama dengan harga karcis bus kelas eksekutif21

Geliat perkembangan perusahaan otobus kembali muncul sekitar tahun 2006. Karena trayek menuju ke Pulau Jawa sudah ditiadakan, pada saat itu sebagian besar perusahaan otobus di Kota Medan hanya berkonsentrasi pada layanan transportasi dengan jarak yang tidak terlalu jauh seperti, Medan – Aceh, Medan – Riau, Medan – Sumatera Barat, dan Medan – Jambi. Perkembangan itu jelas terlihat dari semakin bertambahnya jumlah armada bus baru yang dimiliki masing-masing perusahaan, muculnya perusahaan otobus yang baru, serta dibukanya trayek-trayek baru yang dahulu hanya berpusat pada ibukota provinsi sekarang menyebar ke kabupaten kota bahkan hingga ke kecamatan. Kembali bangkitnya perusahan-perusahaan otobus tersebut juga berkaitan dengan masalah pelayanan. Karena kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi membuat pemilihan jasa layanan bus sebagai alternatif transportasi tidak hanya dilihat dari . Hal ini sangat berpengaruh untuk bus yang bertujuan ke Pulau Jawa. Penyusutan penumpang terjadi hingga 60%, karena alasan waktu tempuh dan harga yang hampir sama penumpang lebih memilih menggunakan pesawat terbang dari pada menggunakan bus. Akibatnya hampir seluruh perusahaan otobus yang memiliki trayek Medan – Pulau Jawa memilih untuk menutup trayeknya. Alhasil, kondisi ini mengakibatkan belasan perusahaan otobus yang ada di kota Medan terancam gulung tikar.


(50)

fasilitas yang diberikan, namun juga menyangkut kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Maka tidak jarang untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa perusahaan otobus rela mengeluarkan dana besar untuk membeli bus baru dengan fasilitas yang nyaman untuk para konsumennya.

Pada tahun 2010 tercatat sebanyak perusahaan otobus di Kota Medan yang melayani jasa transportasi antar provinsi, berikut adalah data jumlah armada bus yang dimiliki serta jumlah armada bus yang beroperasi oleh masing-masing perusahaan.

Tabel 3

Perusahaan Otobus (AKAP) di Kota Medan dan Jumlah Armada yang Dimiliki Pada Tahun 2010

NO

NAMA PERUSAHAAN

JUMLAH ARMADA BUS

ARMADA BUS YANG BEROPRASI

1 Pusaka 26 22

2 PMTOH 93 57

3 Kurnia 103 75

4 Pelangi 85 50

5 Anugerah 45 31

6 Sampagul 24 13

7 Antar Lintas Sumatera (ALS) 292 94

8 Persatuan Motor Horas (PMH) 44 21

9 Medan Jaya 105 52

10 Bintang Utara 45 42

11 Makmur 100 70

12 Rajawali Perdana Inti (Rapi) 38 20

13 Sentosa 20 20

14 Bramun 21 12


(51)

Sumber: Dinas Perhubungan Sumatera Utara, Direktorat LLAJ 2010.

Data diatas merupakan data resmi pada tahun 2010, namun pada kurun waktu dua tahun (2010 – 2012) ada tiga perusahan baru yang dibuka yakni Batang Pane Baru, Chandra, dan Halmahera. Halmahera sendiri merupakan perkembangan atau pembentukan perusahaan baru dari CV. Makmur.

2.2. Persaingan Perusahaan Otobus Di Kota Medan

Semakin bertumbuhnya perusahaan-perusahaan otobus yang ada di Kota Medan mengakibatkan perasingan diantara perusahan tersebut semakin jelas terlihat dalam rangka merebut konsumen. Dalam persaingan tersebut juga membawa dampak positif dan negatif. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan masalah di bab pertama, dampak negatif dari persaingan yang terjadi lebih dirasakan oleh para pengusaha perusahaan otobus yang harus mengeluarkan modal yang besar untuk dapat tetap bersaing. Sebagian besar dari modal tersebut dihabiskan untuk masalah pelayanan seperti membeli armada bus baru dengan fasilitas kelas Executive, kelas Royal dan kelas Economi. Akibatnya pengusaha dengan modal yang pas-pasan terancam gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang memiliki modal yang besar. Sementara untuk dampak positif dari persaingan tersebut lebih dirasakan oleh para konsumen yakni para penumpang yang menggunakan jasa transportasi mereka. Karena persaingan yang terjadi sepertimembeli atau meremajakan hampir semua armadanya, menseragami semua karyawan,memberikan fasilitas dan pelayanan yang baik kepada konsumennya setidaknya memberi efek positif pada dunia


(52)

transportasi22

Persoalan pelayanan menjadi permasalahan pokok dalam persaingan antar perusahaan otobus selain masalah tarif dan trayek tujuan. Beberapa contoh pelayanan yang diberikan kepada konsumen di berbagai perusahaan seperti: bersikap ramah dan sopan, menyediakan armada bus dengan berbagai pilihan kelas, memberikan snack pada saat perjalanan, menyediakan fasilitas internet (wifi), tepat waktu, sampai pada memberikan nomor pengaduan konsumen (kritik dan saran) apabila konsumen merasa tidak nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Berbagai macam pelayanan coba diberikan pihak perusahaan agar dapat tetap bersaing mengingat semakin banyak perusahaan baru yang

. Akibatnya penumpang diberikan banyak pilihan untuk memilih perusahaan otobus yang mana yang inigin digunakan sesuai dengan keinginannya.

Menarik untuk melihat persaingan perusahaan otobus yang ada di Kota Medan karena beberapa perusahaan yang ada membangun citra kedaerahan dalam usaha merebut konsumen. Hal itu bisa terlihat dari konsentrasi trayek yang menuju ke suatu daerah etnik dan nama perusahaan yang identik dengan suatu etnik, misalnya ialah PMTS dan PMH. PMTS adalah singkatan dari Persatuan Motor Tapanuli Selatan yang melayani trayek tujuan dari Medan ke daerah-daerah di Tapanuli Selatan hingga ke Sumatera Barat. Sedangkan PMH adalah singkatan dari Persatuan Motor Horas yang melayani trayek tujuan dari daerah Toba dan Medan menuju ke Riau. Pencitraan kedaerahan ini merupakan salah satu strategi bersaing yang masih dipertahankan oleh beberapa perusahaan hingga saat ini.

22

Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan bidang transportas,


(53)

bermunculan. Tidak mudah bagi perusahaan memberikan pelayanan yang baik, karena seperti yang telah dijelaskan diatas untuk memberikan pelayanan tersebut dibutuhkan modal yang besar oleh tiap-tiap perusahaan.

Persaingan tarif dan trayek tujuan juga menarik untuk dilihat. Karena dari data yang saya dapati di lapangan ada sebagian perusahaan yang menerapkan tarif di bawah tarif yang telah ditetapkan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Sumatera Utara. Penetapan tarif yang dilakukan DLLAJ berdasarkan pada jarak tempuh per-kilometer dan jumlah penumpang yang dibawa untuk satu tujuan trayek tertentu. Namun apabila ada tambahan fasilitas pelayanan seperti penggantian jenis kursi, pengurangan jumlah penumpang, penambahan AC dan audio visualpihak perusahaan bebas menatapkan harga sesuai dengan batas atas penetapan tarif yang telah ditetapkan oleh DLLAJ. Penetapan tarif yang lebih murah ini dijadikan strategi sebagian perusahaan untuk bisa merebut konsumen mengingat untuk satu tujuan trayek saja ada 4 sampai 10 perusahaan yang beroperasi. Tiap-tiap perusahaan juga memiliki trayek tujuan unggulan, maksudnya dari sekian banyak trayek tujuan yang dilayani ada satu trayek yang menjadi konsentrasi atau prioritas utama mereka. Biasanya, suatu daerah menjadi prioritas perusahaan karena trayek menuju daerah tersebut memberikan keuntungan besar bagi perusahaan. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya jumlah armada bus yang diberangkatkan per-hari menuju daerah tersebut. Beberapa perusahaan yang memiliki trayek unggulan adalah sebagai berikut: Pelangi dan PMTOH ke Banda Aceh, ALS ke Padang, Pinem dan Medan Jaya ke Ujung Batu, Makmur ke Pekanbaru dan Dumai, Bintang Utara ke Dumai, dan Rapi ke Jambi.


(54)

Berbicara tentang persaingan diantara perusahaan otobus tidak hanya membahas tentang strategi-strategi apa saja yang diterapkan oleh perusahaan. Tetapi peran dari orang-orang yang terlibat langsung dalam persaingan tersebut juga sangat vital, karena merekalah yang melaksanakan strategi-strategi yang telah diciptakan. Orang-orang yang dimaksud ialah para karyawan lapangan yaitu supir dan kernet bus. Apabila supir dan kernet bus tidak melaksanakan tugasnya dengan baik atau melanggar peraturan yang telah ditetaapkan maka hal ini akan berakibat fatal untuk perusahaan itu sendiri. Dalam posisinya di perusahaan para supir dan kernet bus bukanlah karyawan tetap perusahaan, mereka adalah karyawan lepas harian yang dibayar harian sesuai dengan ketentuan yang dibuat oleh masing-masing perusahaan. Ada perusahaan yang membayar gaji mereka dengan sistem harian sesuai dengan per-trip keberangkatan, dan ada juga perusahaan yang menerapkan sistem setoran per-bulan kemudian sisa dari setoran tersebut merupakan gaji untuk mereka. Dalam melaksanakan tugasnya dilapangan para supir dan kernet bus juga saling bersaing dilapangan untuk mendapatkan penumpang. Persaingan ini biasanya terjadi diantara supir dari perusahaan yang lain, misalnya kebut-kebutan dijalan. Aksi kebut-kebutan untuk mencari penumpang di jalan ini umumnya dilakukan para supir dari perusahaan yang menerapkan sistem setoran untuk penggajian mereka. Namun untuk para supir yang bekerja dengan sistem penggajian harian pada umumnya jarang sekali melakukan kebut-kebutan, mereka hanya mengandalkan agen jalanan yang ada disepanjang jalan lintas untuk mendapatkan penumpang.


(55)

BAB III

STRATEGI WARALABA DAN STRATEGI PROMOSI

Setelah pada bab sebelumnya dibahas masalah perkembangan dan persaingan perusahaan otobus di Kota Medan, maka pada bagian ini dari bab III hingga bab VI akan membahas strategi persaingan bisnis yang ada pada perusahaan CV. Makmur. Setiap bab akan menceritakan bagaimana latar belakang terciptanya suatu strategi, yang pada umumnya berkaitan dengan sejarah perjalanan perusahaan CV. Makmur. Kemudian akan diceritakan pula bagaimana pelaksanaan suatu strategi dilapangan, serta pengaruh yang ditimbulakan dari penerapan strategi-strategi tersebut baik dalam persaingan, perkembangan dan untuk kesinambungan CV. Makmur.

Pada bagian pertama pada bab ini akan menjelaskan strategi waralaba yang diterapkan CV. Makmur. Selanjutnya akan dijelaskan latar belakang pembentukan strategi ini, bagaimana penerapannya dilapangan dan apa implikasinya terhadap perusahaan. Pada bagian kedua akan menjelaskan strategi promosi yang juga berkaitan dengan strategi waralaba. Pada bagian ini akan dibahas bentuk-bentuk promosi yang dilakukan CV. Makmur. Melalui bebagai bentuk, intensitas dan isi dari promosi yang disampaikan maka akan terlihat perbedaan yang jelas antara promosi yang dilakukan CV. Makmur dengan perusahaan lainnya.


(56)

3.1 Strategi Waralaba

Pada awal terbentuknya CV. Makmur bukanlah perusahaan yang melayani jasa transportasi antar provinsi, melainkan hanya melayani jasa transportasi dalam provinsi yakni dari Kota Medan ke Laguboti. Sejarah berdirinya CV. Makmur tidak lepas dari sosok pendirinya yaitu alm H.W. Hutapea. Ia adalah seorang veteran yang ikut berjuang pada masa pemberontakan PPRI di Sumatera Utara (1958-1961). Pada saat itu CV. Makmur yang baru saja didirikan hanya melayani trayek Medan – Laguboti dengan menggunakan dua unit armada bus Chevrolet C-50. Keadaan situasi militer yang tidak aman pada saat itu membuat pihak perusahaan tidak berani memberangkatkan busnya setiap hari, jika keadan dirasa aman sepanjang perjalanan Medan – Laguboti barulah mereka berani memberangkatkan busnya. Pada awal beroprasinya CV. Makmur hanya membawa pasokan bahan-bahan makanan dan kebutuhan lainnya dari Medan ke Loaguboti, namun akibat situasi pemberontakan yang semakin memburuk di daerah Tapanuli Tengah memaksa alm H.W. Hutapea sebagai pemilik perusahaan untuk ikut memasok alat-alat perang seperti misil dan amunisi ke daerah Laguboti dengan menggunakan armada busnya. Keadaan seperti itu terus berlangsung kurang lebih selama 3 tahun. Hingga akhirnya pemberontakan berhenti pada tahun 1961 barulah akses transportasi dari Medan ke Laguboti lancar, bukan hanya membawa pasokan bahan-bahan kebutuhan hidup tapi juga membawa penumpang dari daerah Tapanuli Tengah yang hendak merantau ke Kota Medan. Semakin lancarnya transportasi dari tahun ke tahun membuat perusahaan terus menambah


(1)

kernet bus, yang juga berkaitan dengan masalah persaingan antar supir di lapangan.

Pertanyaan ketiga mengenai implikasi antara strategi dan budaya perusahaan dapat dijawab melalui keberhasilan perusahaan mentransferkan nilai-nilai kepada seluruh pihak di perusahaan dan penerapan dari suatu strategi ternyata menciptakan proses atau cara bekerja baru di dalam perusahaan. Nilai-nilai yang dimaksud pertama adalah Nilai-nilai kebersamaan yang terbentuk dari penerapan strategi waralaba, kebersamaan untuk turut serta bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain di daerahnya masing-masing. Kedua adalah nilai-nilai tentang keungulan perusahaan yang dipahami karyawan melalui penerapan strategi pelayanan dan strategi multikultur. Karyawan dengan sadar dan memahami bahwa pelayananlah yang menjadi keunggulan perusahaan, oleh sebeb itu mereka merasa wajib mempertahankan keunggulan tersebut dengan tetap memberikan pelayanan yang baik seperti sopan santun, ramah, kerapian, kebersihan dan bentuk-bentuk pelayanan lain yang diterapkan pada strategi pelayanan. Strategi multikultur juga berhasil meyakini pihak kantor perwakilan dan para karyawan bahwa tujuan dari strategi ini adalah untuk penyesuaian diri dengan lingkungan, oleh sebab itu pelaksanaan dari strategi ini berjalan dengan mudah di lapangan, misalnya turut serta dalam merayakan hari besar keagamaan di kantor perwakilan masing-masing dan memutar lagu-lagu daerah setempat saat melakukan perjalanan di dalam bus. Kedua contoh bentuk pelaksanaan tersebut bukan merupakan aturan yang dibuat dari kantor pusat namun dilaksanakan sendiri oleh para karyawan dan pihak kantor perwakilan.


(2)

Implikasi yang kedua adalah terbentuknya proses atau cara kerja yang baru. Cara kerja baru terbentuk sebagai pengaruh dari penerapan suatu strategi, contohnya proses kerja yang mandiri pada masing-masing kantor perwakilan yang terbentuk dari penerapan strategi waralaba. Aturan dalam sistem waralaba yang mengharuskan setiap kantor perwakilan mengelola kantornya sendiri membentuk kemandirian bagi tiap-tiap kantor perwakilan daerah. Dengan kemandirian ini tiap-tiap kantor perwakilan akan melakukan berbagai usaha agar bagaimana kantor perwakilan mereka dapat berkembang, serta mampu unggul dalam persaingan di daerah masing-masing. Selain itu penerapan dari strategi sistem

ceking dan jadwal keberangkatan juga telah membentuk suatu proses kerja yang baru dimana para supir dan kernet bus lebih teratur dalam melaksanakan tugasnya dilapangan.

Dengan demikian inilah yang ingin saya tunjukan melalui tulisan ini bahwa ada dua tujuan utama yang ingin dicapai CV. Makmur dari pembentukan strategi-strategi tersebut. Tujuan yang pertama untuk persaingan dan keunggulan perusahaan, dan tujuan yang kedua adalah untuk kesinambungan perusahaan. Dengan dibuat dan diterapkannya strategi-strategi tersebut juga mempengaruhi budaya pada perusahaan. Keterkaitan antara strategi dan budaya perusahaan dalam pembahasan ini dapat dilihat dari nilai-nilai dan proses bekerja atau prilaku para karyawan. Maka kesimpulan dari pembahasan ini juga memperjelas pernyataan yang dikemukakan Alwi bahwa “strategi yangterimplementasikan dengan baik akan mempengaruhiperilaku suatu organisasi” (Alwi 2001:54).


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Syafruddin

2001 Manajemen Sumber Daya Manusia: Strategi Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.

Bungin, Burhan

2008 Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Dirgantoro, Crown

2001 Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus dan Implementasi.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Ginting, Paham

2005 Pemasaran Pariwisata. Medan: USU press. Grant, Robert M

1999 Analisis Strategi Kontemporer, Konsep, Teknik, Aplikasi. Jakrta: Erlangga


(4)

1994 Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan.

Jakarta: Erlangga Hamada, Tomoko dan Jordan, Ann

1990 Cross-Cultural Management and Organizational Culture.

Virginia: Department of Anthropopolgy College of William and Mary.

Hefner, Robert W

1999 Gary, Hamilton, “Budaya dan Organisasi dalam Ekonomi Pasar Taiwan”, Budaya Pasar ed. Hefner, Robert W (Jakarta: LP3S).

Hutagalung, A.S

2011 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Menggunakan Jasa Transportasi CV. Sibuluan Indah Rute Medan-Sibolga. Skripsi S1 Departemen Manejement FE USU. Skripsi tidak diterbitkan. Jordan, Ann

2003 Business Anthropology. Illinois: Waveland Press, Inc. Justis, Robertdan Judd, Richard

2002 Franchising. London: Thomson Learning

Keesing, R.M,

1992, Antropologi Budaya, Suatu Perspektif Kontemporer,

Erlangga, Jakarta. Miro, Fidel

2005 Perencanaan Transportasi. Jakarta: Erlangga. Moeljono, Djokosantoso

2003 Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT. Elex Media Kompotindo.

Nugroho dan Cahayani

2003 Multikulturalisme Dalam Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


(5)

Pearce, Robinson

2008 Manajemen Strategis, Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat

Rangkuti, Freddy

2004 Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

Jakarta: Gramedia Pusat Utama Silalahi, Helen

2012 Budaya Korporat BT/BS Medica. Skripsi S1 Departemen Antropologi FISIP USU Medan. Skripsi tidak diterbitkan. Sobirin, Achmad

2007 Budaya Organisasi. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Spradley, James.P

1997 Metode Etnografi.Yogyakarta: PT. Tira Wacana Yogya. Triton, PB

2007 Manajemen Strategis. Yogyakarta: Tugu Publisher.

Sumber-sumber lain:

Statistik Perhubungan 2011: Direktorat LLAJ, Ditjen. Hubdat, Desember 2010. Debiariwidawan, “Persaingan sehat antar PO bus berwujud kemajuan

bidang transportas Desember 2011)

Budi NR, “Pertarungan sengit di ceruk sempit,

tanggal 27 Desember 2011)

Sudarsono Eko, “Pengusaha Otobus Terancam Bangkrut,

“http://joglosemar.co/berita/pengusaha-bus-antarprovinsi-terancam-bangkrut-88770.html (diakses tanggal 10 September 2012).


(6)

Syaiful huda, “Strategi Promosi Dalam Peningkatan Produk Jasa,

“http://hoedja.blogspot.com/2010/06/strategi-promosi.html (diakses tanggal 21 September 2012).

http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi (diakses tanggal 4 agustus 2012) http://id.wikipedia.org/wiki/Terminal_Terpadu_Amplas (diakses tanggal 2 September 2012).

http://id.wikipedia.org/wiki/Terminal_Pinang_Baris (diakses tanggal 2 September 2012).

http://id.shvoong.com/business-management/2155557-alasan-kenapa-harus-waralaba/ (diakses tanggal 10 September 2012)

http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_%28pemasaran%29 (diakses tanggal 15 September 2012)

http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2168942-promotion-mix-bauran-promosi/ (diakses tanggal 15 September 2012)

http://id.wikipedia.org/wiki/Merger (diakses tanggal 12 oktober 2012)

http://www.karoserikreasibaru.com/2011/06/apa-itu-karoseri/ (diakses tanggal 12 Oktober 2012).


Dokumen yang terkait

Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi Tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur Di Kota Medan)

2 46 126

Strategi Persaingan Bisnis Jasa Konstruksi Kapal (Studi kasus tentang penerapan strategi bisnis pada perusahaan konstruksi kapal CV. Marine Construction Belawan)

3 78 118

Strategi Persaingan Bisnis Jasa Konstruksi Kapal (Studi kasus tentang penerapan strategi bisnis pada perusahaan konstruksi kapal CV. Marine Construction Belawan)

0 0 12

Strategi Persaingan Bisnis Jasa Konstruksi Kapal (Studi kasus tentang penerapan strategi bisnis pada perusahaan konstruksi kapal CV. Marine Construction Belawan)

0 0 2

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERSAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS DI KOTA MEDAN 2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus Di Kota Medan - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan

0 1 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

0 0 29

Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis pada Perusahaan Otobus CV. Makmur di Kota Medan)

0 1 14

BAB II PERKEMBANGAN DAN PERSAINGAN PERUSAHAAN OTOBUS DI KOTA MEDAN 2.1. Perkembangan Perusahaan Otobus Di Kota Medan - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi Tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur Di Kota Medan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi Tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur Di Kota Medan)

0 1 29

Strategi Persaingan Bisnis (Studi Etnografi Tentang Penerapan Strategi Persaingan Bisnis Pada Perusahaan Otobus CV. Makmur Di Kota Medan)

0 0 14