BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Earning Management

  Secara umum manajemen laba dapat didefenisikan sebagai upaya manajer untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2002 : 6). Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki informasi yang jauh lebih banyak dibandingkan informasi yang dimiliki oleh para pemegang saham.

  Ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh pihak manajer dan pemegang saham akan memicu munculnya kondisi yang disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara manajer sebagai penyedia informasi (preparer) dengan pihak pemegang saham. Adanya asimetri informasi akan memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Tingkat asimetri informasi akan cenderung relatif tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang besar (Suwendra, 2007).

  

Earning disebabkan karena adanya dasar akrual dalam pelaporan keuangan

  yang memberikan kesempatan kepada pihak manajer untuk melakukan dinginkan. Sulistyanto (2002 : 12) menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan yang harus diikuti oleh para pihak yang bertanggungjawab adalah bahwa laporan keuangan itu harus memberikan informasi yang relevan, netral, lengkap, serta mempunyai daya banding dan daya uji. Pada dasarnya laporan keuangan dipakai sebagai alat untuk mengetahui kinerja yang telah dipakai perusahaan secara utuh, tidak hanya kinerja kas tetapi juga kinerja nonkas. Manajemen laba merupakan sesuatu yang harus diperhatikan karena melibatkan pelanggaran yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka menarik minat para investor. Sulistyanto (2002 : 4) menyatakan bahwa manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan menunda informasi keuangan. Manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk menjabat sebagai manajer di perusahaan tersebut diperiode selanjutnya. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi sehingga menyebabkan publik meragukan integritas dan kredibilitas para pelaku dunia usaha.

  Ujiyantho dan Pramuka (2007 : 2) mengatakan perilaku manipulasi yang dilakukan oleh agent dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme agar tercipta keselarasan (alignment) antar pihak yang

  monitoring

  berkepentingan, yaitu: Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen

  • (managerial ownership) sehingga kepentingan pemegang saham dapat

  1976). Kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998)

  • dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba berkurang.
  • Dechow et al. (1996) dan Beasly (1996) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses laporan keuangan.

  Melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors).

  Manajemen laba, secara umum, dapat dikelompokkan dalam tiga dasar basis pengukuran yang digunakan, yaitu: Model berbasis akrual

  • Model yang menggunakan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba. Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), DeAngelo (1986), Jones (1991), serta Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995).
  • Merupakan pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan keuangan tertentu dari industri tertentu. Model ini dikembangkan oleh McNichols dan Wilson, Petroni, Beaver dan Engel, Beneish, serta Beaver dan McNichols.

  Model yang berbasis specific accruals

  • Dichev, Degeorge, Patel, dan Zeckhauzer, serta Myers dan Skinner.

  Model distribution of earnings, dikembangkan oleh Burgtahler dan diterima secara umum sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba karena sejalan dengan akuntansi berbasis akrual.

2.1.2. Investment Opportunity Set (IOS)

  

Investment opportunity set (IOS) merupakan nilai sekarang dari pilihan-

  pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa depan.IOS merupakan tersedianya alternatif investasi dimasa datang bagi perusahaan.Menurut Gaver and Gaver, 1993 (dalam Syakhroza, 2007) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungandibandingkan denganperusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Gaver and Gaver, 1993 (dalam Syakhroza, 2007) juga berpendapat bahwa IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran yang akan datang, yang pada saat ini sebagai alternatif investasi yang expected return nya lebih besar. Selanjutnya IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi potensi pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba, dan penjualan tinggi. Perusahaan berfokus pada tujuan perusahaan, seperti memaksimalkan return kepada para pemegang sahamnya. Salah satu kontribusi penting yang dapat dilihat dari besarnya pemegang saham menunjukan pertumbuhan perusahaan atau set kesempatan berinvestasi.

  Nilai IOS suatu perusahaan dapat mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan. Nilai IOS, dalam Solechan (2009), bergantung pada pengeluaran- pengeluaran yang ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang (future

  

discretionary expenditure ) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan

  investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.

  Dengan asumsi set kesempatan investasi secara rata-rata mengarah ke investasi aktual, IOS diduga kuat memiliki korelasi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan periode berikutnya.Investment Opportunity Set perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi, sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan proksi. Proksi ini digunakan untuk mengukur set kesempatan investasi perusahaan karena IOS tidak dapat diamati oleh pihak eksternal perusahaan.

  Kallapur dan Trombley, 1999 (dalam Kusuma, 2008) mengklasifikasikan proksi IOS ke dalam tiga kelompok:

  1. Proksi berdasarkan harga

  Prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan yang sebagian dinyatakan dalam harga pasar, maka perusahaan yang berpotensi tumbuh akan mempunyai nilai pasar relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya. Prospek pertumbuhan sebagian dinyatakan dalam harga saham.

  2. Proksi berdasarkan investasi pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Prosi berdasarkan varian

  Suatu opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Pada umumnya proksi yang digunakan untuk mengukur nilai IOS adalah:

  • = [Nilai Buku aktiva tetap] : [nilai buku perusahaan].

  Rasio nilai buku aktiva tetap pada nilai buku perusahaan [PPE/V]. PPE/V

  • saham beredar x harga jual saham] : [total ekuitas].

  Rasio market to book value of equity [MVE/BE]. MVE/BE = [Jumlah

  • saham].

  Rasio earning to price [E/P]. E/P = [laba bersih per saham] : [harga jual

  • aktiva – total ekuitas + (saham beredar x harga jual saham)] : [total aktiva]

  Rasio market value of the firm to book value of assets [A/V]. A/V = [total

  • [tambahan modal saham dalam satu tahun] : [nilai pasar ekuitas + nilai buku utang]

  Rasio tambahan modal saham pada nilai perusahaan [CAP/V]. CAP/V =

  • [tambaham modal saham dalam tahun] : [nilai buku aktiva]

  Rasio tambaham modal saham pada nilai buku aktiva [CAP/A]. CAP/A =

  Perusahaan yang berpotensi tumbuh akan memiliki skor nilai pasar terhadap nilai bukunya. Perlu selalu dilakukan perbaikan dan pengembangan terhadap proksi-proksi yang telah ada, karena setiap proksi terutama proksi yang digunakan secara individual akan mengandung measurement error. dengan expenditure dimasa mendatang. IOS dapat diukur melalui market

  value to book value of assets ratio yang secara sistematis dapat

  diformulasikan: − +

  ( )

  = Penggunaan rasio ini atas dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dari harga saham. Dalam Adriani (2011) rasio ini berbanding lurus dengan nilai IOS, semakin besar market value to book value of assets , maka semakin bagus nilai IOSnya.

2.1.3. Laporan Keuangan

  Kieso, Warfield, Weygant (2011 : 6) berpendapat bahwa financial reporting is

  the financial information a company provides to help users with capital

allocation decisions about the company. Adapun tujuan dari laporan keuangan

  adalah untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan di masa lalu dan dalam peramalan kinerjanya di masa yang akan datang (Stice, Stice, and Skousen, 2008 : 9). Dalam Kieso, Warfield, Weygandt (2011 : 7) tujuan umum dari laporan keuangan adalah “to provide financial information about the reporting entity that is useful to

  

present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making

decisions in their capacity as capital provider .” Dapat dilihat bahwa laporan entitas yang berguna untuk menunjukkan potensi ekuitas para investor, para pihak yang memberi pinjaman, dan para kreditor dalam memmbuat keputusan sebagai penyedia modal. Laporan keuangan menyediakan informasi perusahaan secara keseluruhan yang dinyatakan dalam bentuk keuangan.

  Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009 : 01.7) laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Pasar global yang semakin berkembang luas telah membawa dunia usaha untuk menyamakan standar laporan keuangan yang kini dikenal dengan

  

International Financial Reporting Standard (IFRS). Di Indonesia sendiri,

  IFRS mulai diterapkan tertanggal 1 Januari 2012. Menurut IFRS, terdapat empat unsur yang terdapat dalam laporan keuangan (financial statement), yaitu:

  The Statement of Financial positon (neraca)

  • The Income Statement atau Statement of Comprehensive Income (Laporan
  • Laba Rugi).

  The Statement of Cash Flow (Laporan Arus Kas)

  • The Statement of Changes in Equity (Laporan Perubahan Ekuitas).
keuangan (Keiso, Weygandt, Warfield, 2011 : 5).

2.1.4. Pertumbuhan Perusahaan

  Pertumbuhan (growth) merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam meningkatkan ukuran (size) perusahaan (Kusuma, 2008). Pengertian IOS dan pertumbuhan perlu dibedakan, karena IOS sendiri jika memiliki net present

  

value positif juga akan memberikan pengaruh terhadap ukuran (size)

  perusahaan. Hal yang membedakan IOS dengan growth ialah bahwa tidak semua growth memberikan net present value positif. Semakin besar tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan perusahaan akan dana dalam rangka membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.

  Tingkat pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang melakukan ekspansi. Semakin tinggi ekspansi, semakin besar akan kebutuhan dana (Kusuma, 2008). Pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu faktor penting set kesempatan investasi. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan investasi yang tinggi. Asosiasi antara

  IOS dan kinerja tercermin dari pertumbuhan perusahaan, mulai dari pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan.

  Secara umum, dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Utami dan Rahmawati, 2005). Keberadaan dewan komisaris sangatlah penting, karena mengingat adanya kepentingan dari pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Hasil penelitian Utami dan Rahmawati (2005) menemukan bahwa makin besar komposisi dewan komisaris maka semakin berkurang aktivitas manajemen laba. Struktur komposisi dewan komisaris oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan.

2.1.6. Peneliti Sebelumnya

  Penelitian terhadap IOS sudah banyak dilakukan di beberapa negara. Di Indonesia sendiri sudah dilakukan beberapa penelitian tentang analisis IOS di beberapa perusahaan, mulai dari perusahaan swasta sampai BUMN. Berikut beberapa hasil penelitian yang berhasil diperoleh oleh penulis.

  Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Dependen: Manajemen Laba Independen: Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit

  up ) dan ekspansi awal (initial expansion ),

  Hasil penelitian dengan regresi berganda antara variabel-variabel independen berupa rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas terhadap variabel dependen berupa IOS berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian (start

  Independen: rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas

  

Investment

Opprtunity Set

  Dependen:

  Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ Tahun 2001-2005

  Investment Opprtunity Set

  Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas, Dan

  Ardi Hamzah (2006)

  Hasil pengujian ditemukan bahwa komposisi dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur.

  Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

  Tatang Ary Gumanti dan Novi Puspitasari (2004)

  Rini Budi Utami dan Rahmawati (2005)

  arah negatif, profitabilitas dengan arah positif, dan risiko (beta koreksi) dengan arah positif akan berpengaruh signifikan terhadap IOS.

  dividend yield dengan

  Menemukan bahwa

  

Kebijakan

dividen, resiko sistematis (yang diukur dengan beta koreksi), leverage , dan

profitabilitas.

  Independen:

  

Investment

Opportunity Set

  Dependen:

  Risiko, dan Kinerja Perusahaan

  Investment Opportunity Set ,

  Siklus Kehidupan Perusahaan dan Kaitannya dengan

  kedewasaan (mature), dan decline tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk pengujian regresi secara parsial pada tahap aktivitas dan solvabilitas yang berpengaruh secara signifikanpada IOS, sedangkan pada tahap ekspansi awal hanya rasio aktivitas yangberpengaruh secara signifikan pada IOS. Pada tahap ekspansi akhir, kedewasaan, dan

  decline tidak ada satu

  pun rasio keuangan dalam penelitian ini yang berpengaruhsecara signifikan terhadap IOS. Akhmad Hubungan Independen: Data yang digunakan Syakhroza Investment adalah data sekunder.

  Investment (2007) Opportunity Set Hasil pengujian

  Opportunity Set (IOS) menemukan bahwa

  (IOS) Terhadap semakin tinggi IOS Peningkatan Value

  Dependen: maka perusahaan akan

  of The value of the firm memiliki nilai di masa

  mendatang dan akan

  Firm , dengan

  Moderating dinilai tinggi oleh

  Corporate Social variabel: investor. Responsibility corporate social

responsibilty

  (CSR), dan serta kontrak Kontrak kompensasi Kompensasi

  Variabel Sebagai kontrol: Moderating

  

Size dan

  Variabel

  

Leverage

  Studi Kasus pada BUMN (2003- 2006) dan Investasi: Set Kesempatan menunjukkan proksi Hartono Konstruksi Proksi Investasi

  IOS hanya satu tahun (2009) dan Analisis pertama setelah

  Hubunganya Independen: penetapan level IOS dengan Kebijakan Kebijakan perusahaan. Hasil Pendanaan dan Pendanaan dan penelitian ini juga Dividen Dividen menyatakan bahwa harus senanstiasa

  Kontrol: dilakukan analisis Ukuran sensitivitas rasio perusahaan individual yang berkaitan dengan pertumbuhan, karena tidak ada satupun rasio individual yang dapat mewakili level IOS secara empiris

  Nafi’ Analisis Pengaruh Dependen: Hasil penelitian Inayati Kebijakan menunjukkan bahwa

  Set Kesempatan Zahro perusahaan dengan IOS

  Dividen dan Investasi

  (2010) yang tinggi nilai

  Leverage perusahaannya lebih terhadap banyak ditentukan oleh

  Perusahaan Kebijakan Dividen aktiva tidak berwujud dan Leverage dibandingkan aset

  Independen: riilnya. Set Kesempatan

  Perusahaan Investasi

  SUMBER: Hasil Olahan Data Penulis (2012)

Tabel 2.1 di atas menunjukkan telah ada beberapa penelitian yang sudah menggunakan investment opportunity set sebagai variabel penelitian, baik sebagai

  variabel independen maupun dependen waktu sebelumnya dan melalui penelitian- penelitian terdahulu inilah yang menjadi masukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang sejenis. Melalui hasil penelitian yang telah diteliti sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu, maka ini menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

  Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual yang disusun dengan model berikut:

  H1

  Investment Opportunity Set (IOS)

  H2

  Firm

  Pertumbuhan Perusahaan

  Performance

  H3 Komposisi Dewan

  Komisaris Keterangan: = Variabel Independen

  = Variabel Kontrol

Gambar 3.1Kerangka Hipotesis

  SUMBER: Teori yang Dikembangkan untuk Penelitian 2012

Firm performance menunjukkan pencapaian perusahaan, melalui kerangka

  konseptual di atas ingin dilihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadapfirm performance. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel dependen adalahfirm performance, sedangkan yang menjadi variabel independen perusahaan (growth) dan komposisi dewan komisaris. Adapun tujuan peneliti memilih kedua variabel kontrol tersebut adalah karena adanya hubungan antara peningkatan kinerja perusahaan (firm performance) yang dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan perusahaan serta dari beberapa penelitian yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti bahwa adanya pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap kualitas laporan keuangan yang dikaitkan dengan firm

  

performance .Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen.

2.3. Hipotesis Penelitian

2.3.1. Investment Opportunity Set (IOS) dan Firm Performace

  Investasi dimasa mendatang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.

  IOS digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja perusahaan. Dengan IOS, dapat diukur tingkat pertumbuhan perusahaan, apakah perusahaan dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh. Pertumbuhan perusahaan dapat mengukur nilai perusahaan. Ketika nilai suatu perusahaan sudah dapat diukur maka akan diketahui seberapa baik kinerja perusahaan. Kenaikan kinerja yang dihasilkan dari berbagai alternatif pilihan kesempatan investasi perusahaan di menyatakan bahwa semua biaya variabel adalah bagian dari IOS. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

  = Firm performance dipengaruhi oleh investment opportunity set (IOS)

  1

2.3.2. Hubungan pertumbuhan perusahaan terhadap firm performance

  Tingkat pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi (Kusuma, 2008). Perusahaan yang sedang tumbuh tentu saja membutuhkan dana yang lebih besar, hal ini menyebabkan perusahaan untuk menahan sebagian besar pendapatannya dan menahan

  

earning. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar dana

  yang dibutuhkan oleh perusahaan dan semakin rendah jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Dari penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah = Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap firm performance.

  2

   Hubungan Komposisi Dewan Komisaristerhadap Firm Performance

  Dalam hubungannya dengan pelaporan keuangan dalam tindakan manajemen laba, laporan keuangan sering dibuat menjadi tolok ukur dalam penilaian kinerja perusahaan. Salah satu laporan keuangan yang dibuat untuk mengukur kinerja perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi atau Statement of

  

Comprehensive Income seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang

  digunakan oleh perusahaan. Hal ini tentu saja menyebabkan laba yang dilaporkan belum tentu mencerminkan laporan keuangan yang sebenarnya.

  Perbedaan laba yang dilaporkan dalam laporan komperhensif akibat perbedaan metode akuntansi menyebabkan para pihak yang berkepentingan menilai kinerja perusahaan dari cash flow. Dalam hal ini, statement of cash flow memiliki nilai lebih dalam penilaian kinerja perusahaan. Pradhono (2004) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa arus kas (cash flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan biaya yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.

  Salah satu pengukuran firm performance yang digunakan adalah net profit

  

margin yang menunjukkan kemampuan penjualan perusahaan untuk

  menghasilkan laba bersih. Laporan keuangan sebagai sumber informasi perusahaan tidak terlepas dari proses penyusunan laporan tersebut. Karena kebijakan dan keputusan yang diambil akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Earning management merupakan manajemen akan memilih untuk menggunakan metode tertentu demi mewujudkan tujuan pencapaian laba yang ditargetkan, karena pada dasarnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Demikian juga halnya dengan dewan komisaris yang memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan.Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

  = Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap firm

  3 performance .

Dokumen yang terkait

Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 36 93

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

5 70 119

Hubungan Investment Opportunity Set Dengan Kebijaksanaan Dividen Dan Struktur Modal Perusahaan

0 16 3

Implikasi Corporate Governance, Investment Opportunity Set, Firm

0 0 15

Linkage Investment Opportunity Set (IOS) with Financial Policy in Growing Companies in Indonesia Stock Exchange (BEI)

0 0 15

Pengaruh kepemilikan manajerial, Investment Opportunity Set (IOS) dan Price to Book Ratio terhadap konservatisme akuntansi

1 1 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Investment Opportunity Set (IOS) - Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indone

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Intervensi Profitabilitas dalam Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Publik Sektor Industri Manufaktur di Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Hutang 2.1.1 Pengertian Hutang dan Jenis-jenis Hutang - Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dividendan Dividen Payout Ratio - Analisis Pengaruh Collateralizable Assets, Dispersion of Ownership, Degree of Operating Leverage, Investment Opportunity Set terhadap Dividend Payout Ratio pad

0 1 32