Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STRATA-1 EKSTENSI MEDAN

PENGARUH PROFITABILITY DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET TERHADAP DIVIDEN KAS PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

DRAFT SKRIPSI OLEH : LENY S. DACHI

080521073 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

ABSTRAK

Leny S. Dachi (2010) “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si Selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Selaku Dosen Pembimbing, Drs. Syahyunan, M.Si Selaku Dosen Penguji I, Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.si Selaku Dosen Penguji II.

Profitability (profitabilitas) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Indikator yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah Return On

Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set

(IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA),

Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET). Dividen kas merupakan berapa jumlah pendapatan per lembar

saham yang akan didistribusikan atau jumlah dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan pada setiap pemegang saham.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan

oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) baik

secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah. metode analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan secara objektif dan metode analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.00 for windows.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel Return On Equity (ROE) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas sedangkan variabel bebas yang lain yaitu Net Profit Margin (NPM) serta Investment

Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets

(MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan

Variance of Total Return (VARRET) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kata Kunci : profitability, investment opportunity set dan dividen kas


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul “Pengaruh Profitability dan

Investment Opportunity Set Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur

di Bursa Efek Indonesia”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari cobaan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departamen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penulisan skripsi ini.


(4)

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.si selaku Dosen Penguji II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orangtua dan kakak serta adik-adik saya tersayang yaitu Juliana Dachi dan Raja S. Dachi yang dengan sabar memberikan doa dan semangat.

9. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Elvinawati Girsang, Bima Putra Perangin-angin, Noveria S. Sitanggang dan teman-teman saya lainnya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan penulis dalam pengulasan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manejemen Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Konseptual ... 5

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 8

2. Manfaat Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional ... 10

2. Definisi Operasional Variabel ... 10

3. Populasi dan Sampel ... 14

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

5. Jenis dan Sumber Data ... 16

6. Teknik Pengumpulan Data ... 16

7. Metode Analisis Data ... 16

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 23

B. Profitability (Profitabilitas) 1. Pengertian Profitability (Profitabilitas) ... 24

2. Rasio Profitabilitas ... 24

C. Investment Opportunity Set (IOS) 1. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS) ... 26

2. Proksi Investment Opportunity Set (IOS) ... 27

D. Dividen 1. Pengertian Dividen Kas ... 32

2. Kebijakan Pembagian Dividen ... 32

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen 34

4. Teori-teori Kebijakan Dividen ... BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 37

B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 40

C. Profil Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek indonesia... 42

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN


(6)

1. Deskripsi Nilai Variabel ROE ... 56

2. Deskripsi Nilai Variabel NPM ... 59

3. Deskripsi Nilai Variabel MVA/BVA ... 61

4. Deskripsi Nilai Variabel PPE/BVA ... 63

5. Deskripsi Nilai Variabel CAP/MVA ... 65

6. Deskripsi Nilai Variabel VARRET ... 67

7. Deskripsi Nilai Variabel Dividen Kas ... 69

8. Deskripsi Nilai Rata-rata ROE, NPM, MVA/BVA PPE/BVA, CAP/MVA, VARRET dan Dividen Kas .... . 71

B. Pengujian Asumsi Klasik ... 75

C. Pengujian Hipotesis ... 83

1. Uji Hipotesis 1 ... 85

2. Uji Hipotesis 2 ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik

Penarikan Sampel ... 14

Tabel 1.2 Sampel Penelitian ... 15

Tabel 1.3 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 19

Tabel 4.1 Return On Equity (ROE) pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 56

Tabel 4.2 Net Profit Margn (NPM) pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 59

Tabel 4.3 Market to Book Value of Assets (MVA/BVA) pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 61

Tabel 4.4 Property, Plant & Equipment to the Book Value of Assets (PPE/BVA) Periode 2005 s/d 200963 Tabel 4.5 Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 65

Tabel 4.6 Variance of Total Return (VARRET) pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 67

Tabel 4.7 Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur Periode 2005 s/d 2009 ... 69

Tabel 4.8 Rata-rata ROE, NPM, MVA/BVA, PPE/BVA, CAP/MVA, VARRET dan Dividen Kas ... 71

Tabel 4.9 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 78

Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas ... 79

Tabel 4.11 Uji Autokorelasi ... 80

Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas ... 82


(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Grafik Kinerja Indeks Manufaktur tahun 2005 s/d 2009 ... 4 Gambar 1.2 Kerangka Konseptual ... 7 Gambar 4.1 Histogram Variabel Dividen Kas ... 76 Gambar 4.2 Normal p-p plot of regression standardized residual

dependent variable ... 77


(9)

ABSTRAK

Leny S. Dachi (2010) “Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Kas Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si Selaku Ketua Departemen Manajemen, Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Selaku Dosen Pembimbing, Drs. Syahyunan, M.Si Selaku Dosen Penguji I, Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.si Selaku Dosen Penguji II.

Profitability (profitabilitas) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Indikator yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah Return On

Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set

(IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA),

Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET). Dividen kas merupakan berapa jumlah pendapatan per lembar

saham yang akan didistribusikan atau jumlah dividen yang dibayarkan secara tunai oleh perusahaan pada setiap pemegang saham.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan

oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) baik

secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah. metode analisis deskriptif merupakan metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan secara objektif dan metode analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.00 for windows.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa variabel Return On Equity (ROE) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen kas sedangkan variabel bebas yang lain yaitu Net Profit Margin (NPM) serta Investment

Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets

(MVA/BVA), Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan

Variance of Total Return (VARRET) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kata Kunci : profitability, investment opportunity set dan dividen kas


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan memiliki tujuan serta sasaran tertentu yang berlainan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat diukur dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Untuk mendukung tujuan tersebut, perusahaan harus melakukan beberapa kebijakan. Salah satu kebijakan penting yang harus dilaksanakan manajemen dalam menyeimbangkan kepentingannya dengan kepentingan pemegang saham adalah kebijakan dividen.

Kebijakan dividen merupakan keputusan tentang laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan oleh perusahaan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2001:281). Bagi para pemegang saham, dividen merupakan tingkat pengembalian dari investasi mereka berupa kepemilikan saham perusahaan tersebut. Sedangkan bagi pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang akan mengurangi kas perusahaan.

Dividen yang paling umum dibagikan perusahaan adalah dividen kas. Dalam hubungannya dengan pendapatan dividen, para investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil dari tahun ke tahun karena dengan stabilitas dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Pembayaran dividen dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya ke dalam


(11)

perusahaan. Dividen kas adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang (Sundjaja dan Barlian, 2002:380).

Kebijakan dividen kas sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat (Suharli, 2006). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan dividen masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.

Pada umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka investasikan. Kondisi seperti inilah yang dipandang

agency theory sebagai konflik antara manajer dan investor ketika kedua kelompok

saling berbeda (Keown, et al 2000:617).

Profitability (profitabilitas) adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Perusahaan


(12)

yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Brigham dan Houston, 2006:108).

Investment Opportunity Set (IOS) diperkenalkan pertama kali oleh Myers

pada tahun 1977. Nilai perusahaan dipengaruhi yaitu dua hal yaitu aset yang saat ini telah ditempatkan dan opsi untuk investasi di masa depan. IOS lebih ditekankan pada opsi investasi di masa depan. IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi akan membuka cabang yang baru serta memperbesar investasi atau membuka investasi baru sehingga tingkat keuntungan yang tinggi menandakan pertumbuhan perusahaan pada masa mendatang juga meningkat dimana perusahaan yang bertumbuh cenderung membayarkan dividen lebih rendah.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah bahan mentah menjadi produk jadi. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam sehingga banyak komoditi yang dapat diproduksi mendukung banyak perusahaan yang berkembang di sektor manufaktur. Oleh karena itu, investasi pada sektor manufaktur cukup menjanjikan di Indonesia. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 sebanyak 140 perusahaan dari 323 perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peran serta


(13)

perusahaan manufaktur dalam perekonomian di Indonesia menempati posisi yang dominan. Perusahaan manufaktur merupakan sektor yang cukup berprospek untuk kegiatan berinvestasi karena harga saham perusahaan manufaktur stabil bahkan bergerak naik pada tahun 2009. Hal tersebut terlihat dari grafik kinerja indeks manufaktur dari tahun 2005 sampai dengan 2009 sebagai berikut:

Gambar 1.1 Grafik Kinerja Indeks Manufaktur dari tahun 2005 sampai dengan 2009 Sumber :

Grafik 1.1 menunjukkan pergerakan indeks manufaktur mulai periode Januari 2005 sampai Desember 2009. Indeks manufaktur bergerak selalu mengalami perubahan (ada kenaikan dan penurunan) dari periode Januari 2005 sampai Desember 2008 tetapi pada bulan Januari 2009 bergerak naik terus sampai dengan Desember 2009. Pada saat krisis ekonomi global 2008 terjadi, indeks manufaktur sempat berada pada posisi 387,733 pada awal Januari 2008 dan juga sempat jatuh ke level terendah saat itu di level 211,583 di bulan Oktober 2008.


(14)

Saat ini indeks manufaktur berangsur-angsur kembali menanjak hampir mencapai puncak (naik) pada Desember 2009 yaitu di level 557,665.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set

Terhadap Dividen Kas pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital

Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return

(VARRET) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital

Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return

(VARRET) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia?


(15)

C. Kerangka Konseptual

Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2001: 281). Perusahaan harus bisa membuat sebuah kebijakan yang optimal. Kebijakan yang diambil harus bisa memenuhi keinginan kedua belah pihak dimana perusahaan tetap bisa memenuhi kebutuhan dana, sedangkan pihak investasi memperoleh apa yang diinginkan, sehingga investor tidak mengalihkan investasinya ke perusahaan lain.

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Profitabilitas yang tinggi menggambarkan keuntungan perusahaan yang meningkat yang berarti perusahaan mampu untuk membayar dividen atau bahkan dividen yang dibayarkan juga meningkat. Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2006) menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif antara profitabilitas dan kebijakan dividen, namun Investment Opportunity Set menunjukkan kebalikannya yaitu adanya pengaruh negatif antara Investment Opportunity Set dengan kebijakan dividen.

Set kesempatan investasi (Investment Opportunity Set) merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Apabila suatu perusahaan memiliki set kesempatan investasi yang tinggi, hal ini berarti aliran kas bebas dalam perusahaan atau laba yang dihasilkan sebagain besar akan


(16)

digunakan untuk mendanai investasi yang menguntungkan tersebut. Hal ini akan mempengaruhi jumlah dividen yang akan diterima pemegang saham. Subekti dan Indra (2001) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara IOS dengan realisasi perusahaan bertumbuh signifikan positif.

Profitabilitas akan diukur dengan menggunakan Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sedangkan Investment Opportunity Set (IOS) yang digunakan adalah proksi berdasarkan harga yaitu Market to Book Value of Assets (MVA/BVA). Proksi berdasarkan investasi yaitu Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan proksi berdasarkan varians yaitu Variance of

Total Return (VARRET). Proksi ini digunakan karena diketahui signifikan

sebagai proksi kesempatan tumbuh oleh penelitian terdahulu (Erlina, 2007:15). Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang dipakai adalah:

Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual

Sumber : Suharli (2004), Subekti dan Indra (2001) dan Erlina (2007) (diolah)

ROE (X1)

NPM (X2)

MVA/BVA (X3)

CAP/MVA (X4)

Dividen Kas (Y)


(17)

D. Hipotesis

Hipotesis di dalam penelitian ini adalah:

1. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan

oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara

bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan

oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET) secara

parsial mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan didalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh

Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market


(18)

secara bersama-sama terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitability dengan menggunakan variabel Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh

Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET)

secara parsial terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat didalam penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan Manufaktur (Emiten)

Diharapkan dapat membantu manajer keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya dividen yang dibayarkan terutama dalam bentuk dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Investor

Dapat digunakan oleh investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan tingkat pengembalian berupa dividen kas di suatu perusahaan khususnya di masa depan.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan serta pola pikir tentang pengaruh profitability dan


(19)

Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia. d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap dividen kas bagi perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional

Batasan operasional didalam penelitian ini adalah:

a. Data laporan keuangan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2005 sampai 2009.

b. Faktor-faktor yang diteliti, antara lain: Return On Equity (ROE) dan Net

Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang

diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital

Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total

Return (VARRET).

c. Dividen kas perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama periode 2005 sampai 2009.

d. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing


(20)

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel didalam penelitian ini adalah: Variabel Independen yang terdiri dari:

a. Profitability (profitabilitas) merupakan rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Rasio profitabilitas yang dipakai di dalam penelitian ini adalah rasio yang dilihat dari sudut pandang pemegang saham sehingga rasio profitabilitas yang dipakai adalah sebagai berikut:

1. Return On Equity (ROE)/X1

Return On Equity (ROE) merupakan rasio laba bersih terhadap ekuitas

saham biasa yang mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa (Syamsuddin, 2000:63). ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

ROE =

Ekuitas Total

Bersih Laba

2. Net Profit Margin (NPM)/X2

Net Profit Margin (NPM) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Hanafi, 2004:42) sebagai berikut:

NPM =

Penjualan Bersih Laba


(21)

b. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set merupakan bentuk investasi yang dilakukan

perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Proksi digunakan untuk mengukur set kesempatan investasi perusahaan karena set kesempatan investasi secara khusus tidak dapat diamati oleh pihak luar perusahaan. Proksi IOS yang digunakan didalam penelitian ini:

1. Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)/X3

Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan investasi. Nilai buku aset merupakan proksi aset di tempat, sedangkan nilai pasar aset merupakan proksi aset di tempat dan juga kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio MVA/BVA, semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut yang berkaitan dengan aset di tempat. Rumus yang digunakan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Erlina, 2007:43) sebagai berikut:

MVA/BVA =

Aset Jumlah

Saham) Penutup Harga

Beredar (Saham Ekuiti

Jumlah Aset

Jumlah − + ×

2. Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA)/X4

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rumus yang digunakan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Erlina, 2007:46) sebagai berikut:


(22)

CAP/MVA = Aset Total Tahun Satu dalam Modal Tambahan

3. Variance of Total Return (VARRET)/X5

Variance of total return merupakan variasi return yang diperoleh

investor. Semakin besar varians return, semakin besar penyebaran nilai

return dan semakin besar pula ketidakpastian atau risiko dari suatu

investasi. Rumus yang digunakan (Saputro, 2003:73) sebagai berikut: VARRET = Saham) Penutupan Harga Beredar Saham (Lembar Ekuitas Total Aset Total Bunga Biaya Dividen Beredar) Saham Lembar Saham Penutupan Harga ( × + − + + ×

c. Dividen kas (Variabel dependen/Y)

Dividen kas merupakan berapa jumlah pendapatan per lembar saham yang akan didistribusikan atau jumlah dividen yang dibayarkan secara tunai oleh

perusahaan pada setiap pemegang saham. Rumus yang digunakan (Syamsudin, 2000:67) :

Dividen Kas = Total Dividen Kas Jumlah Lembar Saham

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009 yang berjumlah 140. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:73). Penarikan sampel yang dilakukan dengan


(23)

menggunakan desain sampel non probabilitas dengan metode ”purposive

sampling”. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

menggunakan kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:78). Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan Manufaktur yang tetap listing secara terus menerus di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005-2009.

b. Perusahaan Manufaktur yang terus menerus membagikan dividen kas kepada pemegang sahamnya selama tahun 2005-2009 dan memiliki data yang lengkap. c. Perusahaan Manufaktur yang memiliki data laporan keuangan yang lengkap

selama tahun 2005-2009.

Tabel 1.1

Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel

Sumber : (April 2010, diolah)

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari 140 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009, hanya terdapat 31 perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel yang telah ditentukan. Adapun sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

No. Keterangan Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang tetap terdaftar (listing) secara terus menerus di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005-2009 (populasi).

140 2. Perusahaan yang tidak terdaftar secara terus menerus selama

tahun 2005-2009. (7)

3. Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan tetapi tidak

membayarkan dividen selama periode pengamatan. (102)


(24)

Tabel 1.2 Sampel Penelitian

Sumber :

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan dengan menggunakan situs dimulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Juli 2010.

No. Kode Emiten Nama Emiten

1. AQUA PT. Aqua Golden Missisippi Tbk 2. ASII PT. Astra Internasional Tbk 3. AUTO PT. Astra Otoparts Tbk 4. BATA PT. Sepatu Bata Tbk

5. CLPI PT. Colourpark Indonesia Tbk 6. CTBN PT. Citra Tubindo Tbk

7. DLTA PT. Delta Djakarta Tbk

8. DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 9. GDYR PT. Goodyear Indonesia Tbk 10. GGRM PT. Gudang Garam Tbk 11. HMSP PT. HM Sampoerna Tbk 12. IGAR PT. Kageo Igar Jaya Tbk

13. INCI PT. Intanwijaya Internasional Tbk 14. INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 15. INDR PT. Indo-Rama Synthetics Tbk 16. KAEF PT. Kimia Farma Tbk

17. LTLS PT. Lautan Luas Tbk 18. LION PT. Lion Metal Works Tbk 19. LMSH PT. Lionmesh Prima Tbk 20. MERK PT. Merck Indonesia Tbk 21. MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 22. MYOR PT. Mayora Indah Tbk

23. SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk 24. SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk 25. TEMS PT. Tembaga Mulia Semanan Tbk 26. TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Tbk 27. TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 28. TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 29. TOTO PT. Surya Toto Indonesia Tbk 30. UNIC PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 31. UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk


(25)

5. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data didalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder didalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten dan laporan keuangan emiten.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan melakukan studi dokumentasi berupa laporan-laporan emiten yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

7. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan dipresentasikan secara objektif.

b. Metode Analisis Statistik

Metode analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17.00 for windows. Adapun model persamaan yang digunakan yaitu:


(26)

Dimana :

Y = Dividen Kas

a = Konstanta

b1,2,3,4,5 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5 X1 = Return on Equity (ROE)

X2 = Net Profit Margin (NPM)

X3 = Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)

X4 = Capital Addition to Market Value Assets (CAP/MVA) X5 = Variance of Total Return (VARRET)

e = Kesalahan Pengganggu (standard error)

Sebelum menganalisis data dengan regresi linear berganda maka sebelumnya data tersebut harus memenuhi syarat uji asumsi klasik, meliputi:

1. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed)


(27)

di atas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2009:62).

2. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan uji heteroskedastisitas adalah ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji

Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, 2009:73).

3. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson (DW

test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat


(28)

Tabel 1.3

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Ket: du = batas atas dan d1 = batas bawah

Sumber : Situmorang (2009:86)

4. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi atau singkatnya dapat diartikan sebagai hubungan linear antara variabel eksplanatoris dari suatu model regresi adalah sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance mengukur variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah Tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5 maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, 2009:104).

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <d1 Tidak ada autokorelasi positif No decision d1≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – d1 < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 – du≤ d ≤ 4 – d1 Tidak ada autokorelasi positif atau

negatif


(29)

c. Pengujian Hipotesis

Model regresi yang telah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut: 1. Uji Signifikan Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

a) H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Return On Equity (ROE) dan Net Profit

Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang

diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA),

Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance

of Total Return (VARRET) terhadap dividen kas pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0 , artinya secara simultan terdapat pengaruh signifikan dari Return On Equity (ROE) dan Net Profit

Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang

diproksikan oleh Market to Book Value of Assets (MVA/BVA),

Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance

of Total Return (VARRET) terhadap dividen kas pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Kriteria pengambilan keputusan adalah: H0 diterima jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5%


(30)

Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara parsial (individual) terhadap variasi variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a) H0 : bi = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market

to Book Value of Assets (MVA/BVA), Property, Plant and Equipment

to the Book Value of Assets (PPE/BVA), Capital Addition to Market

Value of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return

(VARRET) terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b) Ha : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan dari Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) serta

Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh Market to

Book Value of Assets (MVA/BVA), Capital Addition to Market Value

of Assets (CAP/MVA) dan Variance of Total Return (VARRET)

secara parsial mempunyai pengaruh terhadap dividen kas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Ho diterima jika -ttabel ≤ thitung≤ ttabel pada α = 5%


(31)

d. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu) menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y dimana 0 < R2 < 1. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka akan dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.


(32)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh profitability dan Investment Opportunity Set terhadap kebijakan dividen tunai dengan likuiditas sebagai variabel penguat”. Penelitian ini menggunakan return on investment (ROI) sebagai indikator dari profitabilitas, Fixed Assets sebagai proksi dari IOS dan likuiditas sebagai variabel moderat diproksikan oleh current ratio di Bursa Efek Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan di Indonesia yang

listing di BEJ dan membagikan deviden pada tahun 2002-2003. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa likuiditas dapat digunakan sebagai variabel penguat (variabel moderator) karena memberikan hasil yang signifikan pada α = 0.10 dalam mempengaruhi profitabilitas dan kesempatan investasi, tetapi dari kedua variabel independen hanya profitabilitas yang dapat mempengaruhi kebijakan jumlah pembagian dividen perusahaan. Profitabilitas berpengaruh secara positif sedangkan kesempatan investasi berpengaruh secara negatif.

Saragih (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai indikator yang mewakili profitabilitas dan Market to Book Value of Assets (MVA/BVA), Market to Book

Value of Equity (MVE/BE), Capital Addition to Book Value of Assets (CAP/BVA)


(33)

indikator yang mewakili Investment Opportunity Set. Hasil uji secara simultan atau secara serempak (Uji Statistik F) menunjukkan bahwa variabel ROE (Return

on Equity), NPM (Net Profit Margin), MVA/BVA (Market to Book Value of

Assets), dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)

secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai. Sedangkan hasil uji secara individual atau secara parsial (Uji Statistik t) menunjukkan bahwa hanya variabel Return on Equity (ROE) dan NPM (Net

Profit Margin) yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen

tunai sedangkan variabel bebas lain yaitu MVA/BVA (Market to Book Value of

Assets) dan Property, Plant & Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividen tunai.

B. Profitability (Profitabilitas)

1. Pengertian Profitability (Profitabilitas)

Pada umumnya profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2001:120). Setiap perusahaan selalu berupaya agar memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi.

2. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas terdiri dari 2 jenis rasio (Syamsuddin, 2000:63) yaitu: a) Jika ditinjau berdasarkan hubungan antara laba dengan penjualan, rasio


(34)

1) Gross Profit Margin

Rasio ini merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan bersih atau rasio antara penjualan kotor dengan penjualan bersih.

Gross Profit Margin =

Penjualan Kotor Laba

2) Operating Profit Margin

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba operasi dengan penjualan.

Operating Profit Margin =

Penjualan

(EBIT) Bunga

dan Pajak Sebelum Laba

3) Net Profit Margin

Margin laba bersih merupakan keuntungan penjualan setelah dikurangi seluruh biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan.

Net Profit Margin =

Penjualan Bersih Laba

b) Berdasarkan hubungan antara laba dengan investasi, rasio profitabilitas dapat dibedakan atas:

1) Return on Investment

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva.

Retun on Investment =

Aktiva Total

Bersih Laba


(35)

2) Return on Equity

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba setelah pajak dengan modal sendiri atau ekuitas pemilik.

Return on Equity =

Ekuitas Total

Bersih Laba

3) Return on Assets

Rasio ini merupakan perbandingan antara laba usaha dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan aset yang dimiliki.

Return on Assets =

Aktiva Total

Bersih Laba

C. Investment Opportunity Set (IOS)

1. Pengertian Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set merupakan kombinasi antara aktiva yang

dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan Net Present

Value (NPV) positif (Myers, 1977 dalam Saputro, 2003). Secara umum dapat

dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan

expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan

demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain.


(36)

2. Proksi Investment Opportunity Set (IOS)

Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk memahami pemikiran IOS. Proksi IOS dapat digolongkan menjadi tiga jenis (Erlina, 2007:43) yaitu:

a. Proksi IOS berbasis pada harga (Price-Based Proxies)

Proksi ini menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar saham. Proksi ini didasari pada anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut:

1) Market to Book Value Equity ( MVE/BVE)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran MVE/BVE mencerminkan bahwa pasar menilai return atas investasi perusahaan pada masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan ekuitasnya. Rasio MVE/BVE dapat dihitung (Hartono, 1999 dalam Erlina 2007:44) dengan cara berikut ini :

MVE/BVE =

Ekuitas Jumlah

Penutup Harga

Beredar


(37)

2) Market to Book Value of Assets (MVA/BVA)

Rasio ini menjelaskan gabungan antara aset di tempat dengan kesempatan investasi. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio MVA/BVA, semakin tinggi kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan tersebut yang berkaitan dengan aset di tempat. Rumus yang digunakan (Kallapur dan Trombley, 1999 dalam Erlina, 2007:43) sebagai berikut:

MVA/BVA =

Aset Jumlah Saham) Penutup Harga Beredar (Saham Ekuiti Jumlah Aset

Jumlah − + ×

3) Property, Plant, and Equipment to Book Value of Assets (PPE/BVA)

Rasio PPE/BVA digunakan dengan dasar pemikiran PPE/BVA bahwa prospek pertumbuhan perusahaan tergambar dengan besarnya aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Rumus yang digunakan (Hartono, 1999 dalam Erlina, 2007:45) sebagai berikut:

PPE/BVA = Aset Buku Nilai Mesin dan Peralatan Buku Nilai

b. Proksi IOS berbasis pada investasi (Investment-Based Proxies)

Proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Penelitian dan pembangunan (R & D) merupakan investasi, dan selanjutnya akan menghasilkan kesempatan investasi untuk perusahaan. Rasio-rasio yang sering digunakan oleh peneliti antara lain:


(38)

1) Capital Expenditure to Market Value of Assets (CEP/MVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CEP/MVA dapat dihitung dengan cara berikut ini:

CEP/MVA = Penutup) Harga Beredar (Saham Ekuiti Jumlah -Aset Jumlah Tetap Aset Buku Nilai Tetap Aset Buku

Nilai t t -1

× +

2) Capital Expenditure to Book Value Asset (CEP/BVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada aset tetap maka akan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CEP/BVA dapat dihitung dengan cara berikut ini:

CEP/BVA = Aset Jumlah Tetap Aset Buku Nilai Tetap Aset Buku

Nilai tt -1

3) Capital Additions to Book Assets Value (CAP/BVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rasio CAP/BVA dapat dihitung dengan cara berikut ini:

CAP/BVA = Aset Buku Nilai Tahun 1 dalam Modal Tambahan


(39)

4) Capital Addition to Market Value of Assets (CAP/MVA)

Rasio ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa semakin besar pertambahan modal yang dilakukan oleh perusahaan maka akan semakin tinggi kadar investasi yang dilakukan perusahaan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

CAP/MVA = Aset Total Tahun Satu dalam Modal Tambahan

c. Proksi IOS berbasis pada varians (Variance-Measures Proxies)

Proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya:

1) Varriance of Total Return (VARRET)

Variance of total return merupakan variasi return yang diperoleh

investor. Semakin besar varians return, semakin besar penyebaran nilai

return dan semakin besar pula ketidakpastian atau risiko dari suatu

investasi. Rumus yang digunakan (Saputro, 2003:73) sebagai berikut: VARRET = Saham) Penutupan Harga Beredar Saham (Lembar Ekuitas Total Aset Total Bunga Biaya Dividen Beredar) Saham Lembar Saham Penutupan Harga ( × + − + + ×


(40)

2) Beta assets (BETA)

Rasio ini dihitung dengan menggunakan (Saputro, 2003:74) rumus sebagai berikut:

BETA =

Saham) Penutupan Harga Beredar Saham (Lembar Ekuitas Total -Aset Total Saham) Penutupan Harga Beredar Saham (Lembar Saham Beta × + × × D. Dividen

Dividen merupakan distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit (Dyckman et al, 2001:439). Pada umumnya apabila pendapatan perusahaan stabil, maka untuk pembayaran dividen juga akan stabil. Kebijaksanaan dividen perusahaan sangat penting karena alasan-alasan (Tampubolon, 2004:183) sebagai berikut:

1. Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi pemegang saham.

2. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital

budgeting perusahaan tersebut.

3. Kebijaksanaan dividen akan mempengaruhi cash flow perusahaan.

4. Kebijaksanaan dividen dapat menurunkan nilai modal saham perusahaan karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utang/modal (debt equity) rasio perusahaan.

Kebijakan pembagian dividen tergantung pada RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap (tidak mengalami perubahan) dan bisa mengalami perubahan, (ada kenaikan dan penurunan) dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Salah satu informasi yang


(41)

dipandang cukup penting bagi investor yaitu informasi tentang naik turunnya dividen tunai yang dibagikan perusahaan karena informasi tersebut mengandung muatan informasi yang berkenaan dengan prospek keuntungan yang akan diperoleh para investor atau calon investor dalam melakukan penilaian perusahaan (Jogiyanto, 2003:109).

1. Pengertian Dividen Kas

Dividen kas adalah sumber aliran kas untuk pemegang saham dan memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Laba ditahan merupakan pendapatan yang tidak dibagikan sebagai dividen, karenanya merupakan bentuk pembiayaan intern (Sundjaja dan Barlian, 2003:380). Pembayaran dividen kas kepada pemegang saham perusahaan diputuskan oleh direksi perusahaan. Dalam hal pembagian dividen kepada para pemegang saham suatu perusahaan membutuhkan pertimbangan yang matang, hal ini disebabkan pihak manajemen harus memikirkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (going concern principal).

2. Kebijakan Pembagian Dividen

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan di masa yang akan datang.


(42)

Ada beberapa bentuk pemberian dividen secara kas atau cash dividend yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Bentuk kebijakan dividen tersebut (Sutrisno, 2000:323) adalah:

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

Kebijakan pemberian dividen yang stabil artinya dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi. Kebijakan pembayaran dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan:

1) Dapat meningkatkan harga saham sebab dividen yang stabil diprediksi memiliki risiko yang kecil.

2) Dapat memberikan kesan pada investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang.

3) Akan menarik investor yang akan memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen yang Meningkat

Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Kebijakan ini sangat diharapkan oleh para investor karena memberikan dampak positif dan memuaskan bagi perusahaan tersebut.

c. Kebijakan Dividen dengan Rasio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh, maka


(43)

semakin besar dividen yang dibayarkan. Demikian pula sebaliknya, jika laba kecil dividen yang dibayarkan juga kecil.

d. Kebijakan Pemberian Dividen Reguler Ditambah Ekstra

Kebijakan dengan cara ini, perusahaan menentukan jumlah pembayaran dividen per lembar yang dibagikan kecil, kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungannya mencapai jumlah tertentu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham (Sutrisno, 2000:304) antara lain:

a) Posisi Solvabilitas Perusahaan

Perusahaan yang berada dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

b) Posisi Likuiditas Perusahaan

Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, sehingga

perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend


(44)

likuiditas. Perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen yang lebih besar.

c) Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang, yaitu hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Hutang yang jatuh tempo berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan yang akan memperkecil dividend payout ratio.

d) Rencana Perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang , menambah modal sendiri, yang berasal dari pemilik, dan juga bisa diperoleh dari

internal resources berupa memperbesar laba yang ditahan. Semakin pesat


(45)

e) Kesempatan Investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen. f) Stabilitas Pendapatan

Perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

g) Pengawasan Terhadap Perusahaan

Pemilik perusahaan tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri. Kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Perusahaan yang dibelanjai dari hutang, resikonya cukup besar sehingga perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.


(46)

4. Teori-teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori yang mendasari kebijakan dividen (Keown et al, 2000 dalam Pradessya, 2006) antara lain:

a) Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ketidakrelevanan dividen adalah teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba serta resiko bisnisnya, dengan kata lain nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan (atau pertumbuhan).

b) Bird In the Hand Theory

Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan merupakan hal yang tidak penting, secara tidak langsung membuat para investor berasumsi bahwa pendapatan yang mereka harapkan melalui perolehan modal akan berbeda besarnya dengan pendapatan yang berasal dari dividen. Dividen lebih bisa diramalkan daripada pendapatan modal, manajemen dapat mengontrol dividen tetapi tidak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin akan menerima pendapatan dari perolehan modal daripada dividen. Mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan terwujud sebagai dividen dimasa yang akan


(47)

datang (it can fly away). Pandangan yang mengatakan dividen lebih pasti daripada perolehan modal disebut ”bird in the hand theory” (teori burung ditangan).

c) Dividen Rendah Meningkatkan Nilai Saham

Pandangan ketiga adalah dividen yang rendah mempengaruhi harga saham, sehingga dividen dapat merugikan investor. Pendapat ini didasarkan pada perbedaan perlakuan pajak antara pendapatan dividen dan perolehan modal. Saham yang memungkinkan penundaan pajak (dividen rendah perolehan modal tinggi) mungkin akan dijual pada harga premi yang relatif sama terhadap saham yang telah dikenakan pajak. Dividen yang rendah akan membantu investor menunda pajak pendapatan sehingga memaksimumkan

return setelah pajak atas investasinya, sedangkan dividen yang tinggi akan

meningkatkan pembayaran pajak pendapatan investor akibatnya return setelah pajak yang diperolehnya berkurang.

d) Teori Dividen Residu

Teori dividen residu adalah teori yang menyatakan bahwa dividen dibayar dari modal yang sama setelah selesai mendapat keuntungan investasi keuangan. Perusahaan memiliki biaya pengembangan, yang mungkin secara langsung mempengaruhi keputusan dividen maka perusahaan harus menerbitkan jumlah sekuritas yang lebih besar untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan untuk kegiatan investasi.


(48)

e) Teori Dividen Isyarat (Dividend Signaling Theory)

Signal atau isyarat adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dividend signaling theory merupakan suatu teori yang mendasari dugaan bahwa pengumuman dividen kas mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan adanya reaksi harga saham.


(49)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal secara historis telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat dalam situsnya

1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.


(50)

3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup.

5. 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar

Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950).

7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif.

8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek mengalami kevakuman.

9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

10. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.


(51)

12. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.

13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

15. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17. 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem comput er JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakuka n mulai Januari 1996.

19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.

20. 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.

21. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote


(52)

22. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi suatu organisasi, karena dengan adanya struktur organisasi maka tugas, fungsi, dan tanggung jawab, garis perintah dan koordinasi dapat diketahui dengan jelas sehingga pelaksanaan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi yang terdapat di Bursa Efek Jakarta adalah sebagai berikut:

DEWAN KOMISARIS

No Nama Jabatan

1. I Nyoman Tjager Komisaris Utama

2. Mustofa Komisaris

3. Chaeruddin Berlian Komisaris 4. Johnny Darmawan Komisaris 5. Felix Oentoeng Soebagjo Komisaris

DEWAN DIREKSI

No Nama Jabatan

1. Ito Warsito Direktur Utama

2. Eddy Sugito Direktur Penilaian Perusahaan

3. Wan Wei Yiong Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa

4. Uriep Budhi Prasetyo Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan 5. Friderica Widyasari

Dewi

Direktur Pengembangan

6. Adikin Basirun Direktur Teknologi Informasi & Manajemen Risiko


(53)

DAFTAR NAMA PEJABAT KEPALA DIVISI / KEPALA SATUAN

No Jabatan Nama

Direktorat Utama

1. Sekretaris Perusahaan Irmawati Amran

2. Divisi Hukum Dewi Arum

Prasetyaningtyas

3. Satuan Pemeriksa Internal Widodo

Direktorat Penilaian Perusahaan

4. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil I Gede Nyoman B.Y. 5. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa Umi Kulsum

6. Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang Saptono Adi Junarso

Direktorat Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa

7. Divisi Perdagangan Saham Andre PJ Tolle 8. Divisi Perdagangan Surat Utang & Derivatif Erna Dewayani

9. Divisi Keanggotaan Andi Sudhana

Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan

10. Divisi Pengawasan Transaksi Hamdi Hassyarbaini 11. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa Kristian S. Manullang

Direktorat Pengembangan

12. Divisi Riset Edison Hulu

13. Divisi Pengembangan Usaha Hari Purnomo

14. Divisi Pemasaran Isharsaya

15. Chief Economist Edison Hulu

Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko

16. Divisi Operasional Teknologi Informasi Yohanes Liauw 17. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis Teknologi

Informasi

Didit Agung Laksono 18. Divisi Manajemen Risiko Mohammad Mukhlis

Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia

19. Divisi Keuangan Yohanes A. Abimanyu

20. Divisi Sumber Daya Manusia Mirna Kurniawati

21. Divisi Umum -


(54)

C. Profil Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 emiten. Profil masing-masing perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. PT Aqua Golden Missisippi Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Februari 1973 dan bergerak dalam industri air minum dalam kemasan. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 01 Maret 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 7500,- per lembar sahamnya dan memiliki 13.162.473 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Pulo Lentut No.03 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Tirta Investama sebesar 50.09%.

2. PT Astra Internasional Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 Februari 1957 dan bergerak dalam bidang otomotif dan komponennya. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 04 April 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 14.850,- per lembar sahamnya dan memiliki 4.048.355.314 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No.8 Sunter Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah Jardine Cycle & Carriage Limit sebesar 50.09%.


(55)

3. PT Astra Otoparts Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 20 September 1991 berdasarkan akta notaris No.5 dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang perdagangan suku cadang kendaraan bermotor, industri logam dan industri plastik. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Juli 1998 dengan harga perdana (Initial Public

Offering) sebesar Rp 575,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki

771.157.280 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Raya Pegangsaan Dua Km 22 Kelapa Gading Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Astra Internasional Tbk sebesar 84,91%. 4. PT Sepatu Bata Tbk

PT Sepatu Bata Tbk pertama kali didirikan pada tanggal 15 Oktober 1931 di Indonesia dengan akta notaris No.64. PT Sepatu Bata Tbk adalah anggota Bata Shoes Organization yang mempunyai kantor pusat di Toronto Kanada. Perusahaan ini bergerak di bidang penghasil sepatu dan sandal serta terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 24 Maret 1982 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 1.000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor pusat di Graha Bata Jl. RA.Kartini Kav.28 Cilandak Barat Jakarta Selatan. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. Barfin (Nederland) B.V. : 67.19% b. HSBC-Fund Services Clients A/C 500 : 9.12% c. Nothern Investment Company Ltd : 7.58%


(56)

5. PT Colourpark Indonesia Tbk

PT Colourpark Indonesia Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 15 September 1988 dan bergerak dalam industri Wholesale (Durable &

Non-Durable Goods). Perusahaan ini memulai kegiatan komersialnya pada tahun

1989, hasil produksi dipasarkan ke dalam dan luar negeri. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 30 November 2001 dengan harga perdana (Initial Public Offering) Rp 250,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 306.338.500 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Cideng Barat No.15 Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah:

a. PT Bukit Jaya Semesta : 58% b. PT Optima Kharya : 13% c. Crendwell Pte. Ltd : 5% 6. PT Citra Tubindo Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Agustus 1983 dan bergerak dalam bidang produk-produk metal. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 28 November 1989 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 14.850,- per lembar sahamnya dan memiliki 80.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Wisma Metropolitan I, 11th FI Jl. Jendral Sudirman Kav.29 Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah:

a. Citra Agramasinti Nusantara P. b. Vallourec & Mannesmann Tubes


(57)

c. Cbag A/C Ing Sin-Crystal Glb. d. Sumitomo Metal Industries Ltd. 7. PT Delta Djakarta Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 15 Juni 1970 dan bergerak dalam industri makanan dan minuman. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 27 Februari 1984 dengan harga perdana (Initial

Public Offering) sebesar Rp 2.950,- per lembar sahamnya dan 16.013.181

lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Inspeksi Tarum Barat, Desa Setiadharma, Kec. Tembun Bekasi. Pemegang saham perusahaan ini adalah:

a. San Miguel Malaysia (L) Pte. Ltd : 58 % b. Pemerintah Daerah DKI Jakarta : 23% 8. PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Maret 1982 dan bergerak dalam bidang industri kimia. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 08 Agustus 1990. Perusahaan ini memiliki sebesar

62.972.910.000 lembar jumlah saham yang beredar. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Jl. Tanjung Pura No. 263, Pontianak. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. PT Dutapermana Makmur : 49.67% b. Phillippe Debnicki : 5.00% c. Budi Satria Sanusi : 1.07% d. Siang Hadi Widjaja : 0.74%


(58)

e. Koperasi Karyawan Sejahtera : 1.00% 9. PT Goodyear Indonesia Tbk

PT Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited pada tanggal 26 Januari 1971. Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 22 Desember 1980 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 1000,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 41.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Pemuda No.27 Bogor. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. The Goodyear Tire & Rubber Company : 85.00%

b. Sukanta Tanudjaja : 6.64%

10. PT Gudang Garam Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 26 Juni 1958 dan bergerak dalam industri rokok. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 27 Agustus 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 10.250,- per lembar sahamnya dan 1.924.088.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Semampir II/1 Wisselboard 21091 s/d 21096 Kediri. Pemegang saham perusahaan ini adalah:

a. PT Suryaduta Investama : 66.80% b. PT Suryamitra Kusuma : 5.32%


(59)

11. HM Sampoerna Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 27 Maret 1905 dan bergerak dalam industri rokok. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 15 Agustus 1990 dengan harga perdana (Initial Public

Offering) sebesar Rp 12.600,- per lembar sahamnya dan 4.383.000.000

lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Rangkuti Industri Raya 18 Surabaya. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Philip Morris Indonesia sebesar 97%.

12. PT Kageo Igar Jaya Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 30 Oktober 1975 dan bergerak dalam industri plastics dan packaging. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 5 November 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 5.100,- per lembar sahamnya dan 1.050.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Pegangsaan II Km 2,5 Kelapa Gading Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Kalbe Farma sebesar 63.10%.

13. PT Intanwijaya Internasional Tbk

PT Intanwijaya Internasional Tbk didirikan pada tanggal 23 April 1982 dan bergerak dalam industri kimia. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 24 Juli 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 500,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 90.517.778.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan


(60)

berkantor pusat di Wisma IWI Lantai 5 Jl. Perjuangan Jalur Lambat Tomang Tol, Jakarta Barat. Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari: a. Tazran Tanmizi : 9.62%

b. Marzuki Tanmizi : 8.25% c. Syamsinar Ngaisah : 19.24% 14. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma pada tanggal 14 Agustus 1990. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 14 Juli 1994 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 6.200,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini memiliki 8.780.426.500 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Sudirman Plaza, Indofood Tower 27th FI Jl. Jend. Sudirman Kav.76-78 Jakarta. Adapun pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. CAB Holdings Limited : 46.53% b. PT Indofood Sukses Makmur : 9.69% 15. PT Indo-Rama Synthetics Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 03 April 1974 dan bergerak dalam industri tekstil dan garmen (pembuatan pakaian). Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 03 Agustus 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 200,- per lembar sahamnya dan 654.351.707 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan


(61)

ini berkantor pusat di Graha Irama 17th FI Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-1 Kav.1 & 2. Pemegang saham perusahaan terdiri dari:

a. PT Irama Unggul

b. Indorama International Finance Plc c. HSBC-Fund Services Clients A/C 500

d. SSB C61 V International Finance Corporation e. Kenneth Rudy Kamon

16. PT Kimia Farma Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 23 Januari 1969 dan bergerak dalam industri farmasi (obat-obatan). Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 04 Juli 2001 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 200,- per lembar sahamnya dan 5.554.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Veteran No.9 Jakarta. Peme gang saham perusahaan ini adalah Negara Republik Indonesia yaitu sebesar 90.03%.

17. PT Lautan Luas Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Januari 1951 dan bergerak dalam industri kimia dan sejenisnya. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 21 Juli 1997 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 2.950,- per lembar sahamnya dan 780.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. AIP II KS. Tubun Raya No.77 Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah PT Caturkarsa Megatunggal sebesar 63.04%.


(62)

18. PT Lion Metal Works Tbk

PT Lion Metal Works Tbk berdiri pada tanggal 16 Agustus 1972 dan bergerak dalam bidang industri logam dan sejenisnya. Perusahaan ini terdaftar (listing) perusahaan yang go public pada tanggal 20 Agustus 1993. Kantor pusat perusahaan ini berada di Jl. Raya Bekasi Km.24,5 Cakung, Jakarta Timur.

19. PT Lionmesh Prima Tbk

PT Lionmesh Prima Tbk berdiri pada tanggal 14 Desember 1982 dan bergerak dalam bidang industri logam dan sejenisnya. Perusahaan ini terdaftar (listing) perusahaan yang go public pada tanggal 04 Juni 1990. Perusahaan ini memiliki 9.600.000.000 lembar jumlah saham yang beredar. Kantor pusat perusahaan ini berada di Jl. Raya Bekasi Km.24,5 Cakung, Jakarta Timur. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. Lion Holdings, Pte. Ltd. Singapura : 25.55% b. Trinidad Investment, Pte. Ltd. Singapura : 6.67% c. PT Kuo Capital Raharja : 5.40% 20. PT Merck Indonesia Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 14 Oktober 1970 dan bergerak dalam industri farmasi. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go

public pada tanggal 23 Juli 1981 dengan harga perdana (Initial Public

Offering) sebesar Rp 1.900,- per lembar sahamnya dan 22.400.000 lembar


(63)

Gedong 8 Pasar Rebo Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini adalah Merck Holding GmbH sebesar 74%.

21. PT Multi Bintang Indonesia Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 03 Juni 1929 dan bergerak dalam produksi bir dan minuman lainnya. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 15 Desember 1981 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 3.520,- per lembar sahamnya dan 27.070.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Daan Mogot Km.19 Tangerang. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. Heineken International BV : 75% b. Hollandsch Administratiekantoo : 7% c. Public of Indonesia

22. PT Mayora Indah Tbk

PT Mayora Indah Tbk didirikan pada tanggal 17 Februari 1977 dan bergerak dalam industri perdagangan makanan dan minuman serta agen/wakil. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 04 Juli 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 3.000,- per lembar sahamnya dan 776.584.000 lembar jumlah saham yang beredar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Tomang Raya No.21-23 Jakarta. Pemegang saham terbesar perusahaan ini adalah Unita Branindo sebesar 32.93%.


(1)

(2)

(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 155

Normal Parametersa,,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.93277763E2

Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .090

Negative -.056

Kolmogorov-Smirnov Z 1.115

Asymp. Sig. (2-tailed) .166

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Olahan SPSS 17.00 for windows


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 107.739 37.467 2.876 .534

ROE .984 .562 .152 1.749 .082

NPM 1.694 1.987 .079 .852 .395

MVABVA -40.546 14.746 -.216 -2.750 .052

PPEBVA 116.813 67.830 .143 1.722 .087

CAPMVA 2.704 27.963 .009 .097 .923

VARRET 7.202 18.771 .035 .384 .702

a. Dependent Variable: absut

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .293a .086 .049 197.15663 1.696

a. Predictors: (Constant), VARRET, PPEBVA, MVABVA, ROE, CAPMVA, NPM


(5)

UJI MULTIKOLINEARITAS

REGRESI LINEAR BERGANDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 243.185 69.277 3.510 .001

ROE 2.180 1.040 .187 2.096 .038 .775 1.290

NPM -1.865 3.675 -.049 -.508 .612 .673 1.486

MVABVA -41.549 27.265 -.123 -1.524 .130 .949 1.054

PPEBVA 141.326 125.421 .096 1.127 .262 .853 1.172

CAPMVA 13.820 51.706 .025 .267 .790 .716 1.397

VARRET 53.376 34.709 .144 1.538 .126 .701 1.427

a. Dependent Variable: Dividen_Kas

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .293a .086 .049 197.15663

a. Predictors: (Constant), VARRET, PPEBVA, MVABVA, ROE, CAPMVA, NPM


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 540119.157 6 90019.860 2.316 .036a Residual 5752869.205 148 38870.738

Total 6292988.362 154

a. Predictors: (Constant), VARRET, PPEBVA, MVABVA, ROE, CAPMVA, NPM

b. Dependent Variable: Dividen_Kas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 243.185 69.277 3.510 .001

ROE 2.180 1.040 .187 2.096 .038

NPM -1.865 3.675 -.049 -.508 .612

MVABVA -41.549 27.265 -.123 -1.524 .130

PPEBVA 141.326 125.421 .096 1.127 .262

CAPMVA 13.820 51.706 .025 .267 .790

VARRET 53.376 34.709 .144 1.538 .126


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Deviden Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

2 116 92

Pengaruh Investment Opportunity Set Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

1 81 115

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Investment Opportunity Set dan Profitabilitas terhadap Return Saham dan Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 59 170

Pengaruh Profitability Dan Investment Opportunity Set Terhadap Dividen Tunai Pada Perusahaan Terbuka Di Bursa Efek Jakarta

0 47 6

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103