Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP

FIRMPERFORMANCE

STUDI KASUS PADA BUMN (2008-2011) OLEH :

Lenny Silaban 080503049

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, 22 Mei 2012 Yang membuat pernyataan,

Lenny Silaban NIM : 080503049


(3)

KATA PENGANTAR

Segala kemuliaan bagi Yesus Kristus karena hanya karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah : ”Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis, yaitu AyahandaOsmar Silaban dan Ibunda Erika Manaluatas semua dukungan dan cinta kasih yang tiada habisnya sekaligus sebagai sumber motivasi bagi penulis.

Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberi bimbingan, bantuan, saran, serta dukungan dan doa dalam penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail M.M., Ak.,selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Kepada para dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik dan menjadi sumber inspirasi dan motivasi, khususnya kepada Bapak Syarif Fauzie, S.E., Ak., M.Ak., Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ibu Dra. Narumondang Bulan Siregar, M.M., Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak., dan Drs. Chairul Nazwar, Ak.

6. Tidak lupa juga penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada keluargaku yang selalu mendukung dan mendoakan penulis, kepada Abang Joster, Abang Dandis, Abang Napitupulu, Abang Jeffry, Abang Cornel, Kakak Rumintang, Kakak Sinta, Kakak Delfi, Kakak Pretty, Kakak Derliana, dan juga kepada keponakan-keponakanku Windy, Angga, Rio, Wisda, Phristine, Febryan, Marvel, Keenan, dan Irenea.

Penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkan dan menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 22 Mei 2012 Penulis,

Lenny Silaban NIM 080503049


(5)

ABSTRAK

HUBUNGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP FIRM PERFORMANCE

STUDI KASUS PADA BUMN (2008-2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara investment opportunity set (IOS) terhadap firm performance. Penelitian ini berfokus pada perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) karena masih sedikit penelitian yang dilakukan pada BUMN khususnya penelitian mengenai kesempatan berinvestasi. Beberapa pihak eksternal membutuhkan informasi yang lebih banyak mengingat keberadaan beberapa BUMN yang sudad go-public. Penelitian ini menggunakan investment opportunity set (IOS) sebagai variabel independen, firm performance sebagai variabel dependen, dan pertumbuhan perusahaan serta komposisi dewan komisaris sebagai variabel kontrol. Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis regresi berganda. Data yang diperlukan diperoleh dari www.idx.co.id dan sebagian diperoleh dari laporan annual yang diperoleh dari website BUMN sendiri.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara investment opportunity set (IOS) dengan firm performance, sementara itu terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel kontrol yaitu pertumbuhan dan komposisi dewan komisaris terhadap firm performance.

Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Firm Performance,


(6)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN INVESTMENT OPPORTUNITY SET AND FIRM PERFORMANCE

STUDY CASE AT STATE OWN COMPANIES (2008-2011)

The purpose of this research is to find out the relatioship of investment opportunity set (IOS) and firm performance. This research focused on state own companies (BUMN) because there is still only a few research on BUMN especially about opportunity investment. Some externals need to know more about the condition of BUMN which have been going-public because it shows the existence of BUMN in capital market.

This research uses investment opportunity set (IOS) as independent variable, firm performance on dependent variable position, and company’s growth with board composition as control variale. To get the result of these variables, researcher uses descriptive analysis, correlation analysis, and regression linear. The needed datas come from www.idx.co.id and some from annual report that issued by BUMN on its website.

The result of this research finds that there is a positive relationship between investment opportunity set and firm performance and in the meantime there are negative relationship between both control variabels namely company’s growth with board composition and firm performance.

Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Firm Performance, Company’s Growth, Board Composition


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ...ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Earning Management ... 10

2.1.2 Investment Opportunity Set (IOS) ... 13

2.1.3 Laporan Keuangan ... 17

2.1.4 Pertumbuhan Perusahaan ... 18

2.1.5 Komposisi Dewan Komisaris ... 19

2.1.6 Peneliti Sebelumnya ... 19

2.2 Kerangka Konseptual ... 23

2.3Hipotesis Penelitian ... 24

2.3.1 Investment Opportunity Set dan Firm Performance ... 24

2.3.2 Hubungan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Firm Performance ... 25

2.3.3 Hubungan Komposisi Dewan Komisaris Terhadap Firm Performance ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Batasan Operasional ... 28

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 29

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 29

3.3.2 Variabel Independen (Independent Variable)... 29

3.3.3 Variabel Kontrol (Control Variable) ... 31


(8)

3.5 Jenis Data ... 34

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.7 Teknik Analisis ... 35

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 35

3.7.2 Analisis Korelasi ... 35

3.7.3 Model Regresi Berganda ... 35

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis DeskriptifPenelitian ... 36

4.2Analisis Korelasi ... 40

4.3Analisis Regresi Berganda ... 42

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 42

4.3.1.1 Uji Normalitas ... 43

4.3.1.2 Uji Pendekatan Kolmogrov-Smirnov ... 46

4.3.1.3Uji Heteroskedastisitas ... 47

4.3.1.4 Analisis Multikolonieritas ... 49

4.4 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 52

4.4.1 Analisis Regresi Berganda ... 52

4.4.2 Koefisien Determinasi (�2)……….55

4.4.3 Uji Parsial (t-Test) ... 57

4.4.4 Uji Simultan (F-Test) ... 59

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 62

5.3 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal.

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu………... 20

3.1. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel… 32 3.2. Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian……. 34

4.1. Descriptive Statistic………... 37

4.2. Analisis Korelasi……… 41

4.3. Uji Kolmogrov-Smirnov……… 46

4.4. Uji Multikolinearitas dengan Nilai Korelasi…….. 50

4.5. Uji Multikolinearitas dengan Nilai Tolerance…... 51

4.6. Analisis Regresi Berganda………. 53

4.7. Koefisien Determinasi………... 56

4.8. Uji Statistik t……….. 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

No.

Gambar Judul Hal.

3.1. Kerangka Hipotesis……… 22 4.1. Uji Normalitas dengan Analisis Grafik

Histogram……… 44 4.2. Normalitas dengan Analisis Normal

Probability Plot... 45 4.3. Grafik


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran Judul Hal.

1 Daftar Sampel Penelitian……… 67

2 Hasil Perhitungan Ratio di Excel……….. 68

3 Analisis Deskriptif……… 70

4 Analisis Korelasi………... 71


(12)

ABSTRAK

HUBUNGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP FIRM PERFORMANCE

STUDI KASUS PADA BUMN (2008-2011)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara investment opportunity set (IOS) terhadap firm performance. Penelitian ini berfokus pada perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) karena masih sedikit penelitian yang dilakukan pada BUMN khususnya penelitian mengenai kesempatan berinvestasi. Beberapa pihak eksternal membutuhkan informasi yang lebih banyak mengingat keberadaan beberapa BUMN yang sudad go-public. Penelitian ini menggunakan investment opportunity set (IOS) sebagai variabel independen, firm performance sebagai variabel dependen, dan pertumbuhan perusahaan serta komposisi dewan komisaris sebagai variabel kontrol. Untuk mengetahui hasil dari penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif, analisis korelasi, dan analisis regresi berganda. Data yang diperlukan diperoleh dari www.idx.co.id dan sebagian diperoleh dari laporan annual yang diperoleh dari website BUMN sendiri.

Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara investment opportunity set (IOS) dengan firm performance, sementara itu terdapat hubungan yang negatif antara kedua variabel kontrol yaitu pertumbuhan dan komposisi dewan komisaris terhadap firm performance.

Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Firm Performance,


(13)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN INVESTMENT OPPORTUNITY SET AND FIRM PERFORMANCE

STUDY CASE AT STATE OWN COMPANIES (2008-2011)

The purpose of this research is to find out the relatioship of investment opportunity set (IOS) and firm performance. This research focused on state own companies (BUMN) because there is still only a few research on BUMN especially about opportunity investment. Some externals need to know more about the condition of BUMN which have been going-public because it shows the existence of BUMN in capital market.

This research uses investment opportunity set (IOS) as independent variable, firm performance on dependent variable position, and company’s growth with board composition as control variale. To get the result of these variables, researcher uses descriptive analysis, correlation analysis, and regression linear. The needed datas come from www.idx.co.id and some from annual report that issued by BUMN on its website.

The result of this research finds that there is a positive relationship between investment opportunity set and firm performance and in the meantime there are negative relationship between both control variabels namely company’s growth with board composition and firm performance.

Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Firm Performance, Company’s Growth, Board Composition


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pasar modal, sebagai tempat bertemunya lenders dan borrowers untuk

melakukan permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, telah mampu menjalankan tugas perekonomiannya sebagai alternatif pendanaan perusahaan selain perbankan. Keterbatasan pinjaman yang diberikan pihak perbankan membuat perusahaan melakukan penjualan saham di pasar modal demi mewujudkan struktur modal perusahaan yang kuat. Struktur modal yang baik akan meningkatkan minat para investor untuk menanamkan modal di perusahaan yang bersangkutan, hal ini tentu saja akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan. Menurut Kusuma (2008 : 1) “pertumbuhan perusahaan memungkinkan terjadinya pemupukan tabungan yang progresif, penambahan modal dan diversifikasi produk.” Pertumbuhan perusahaan yang fluktuatif menyebabkan perusahaan kadang mengalami masa pertumbuhan yang pesat dan ada kalanya justru mengalami penurunan. Pertumbuhan perusahaan menjadi harapan bagi perusahaan sendiri dan para investor serta kreditor. Perusahaan yang berada pada kondisi bertumbuh tentu saja akan meningkatkan peluang berinvestasi.

Pertumbuhan perusahaan akan meningkatkan peluang investasi yang baik di masa yang akan datang. Dari pertumbuhan perusahaan diharapkan dapat memberikan aspek positif terhadap peluang investasi. Karena semakin besar


(15)

peluang dalam berinvestasi, semakin besar juga peluang perusahaan untuk bertumbuh.

Untuk mengurangi kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi dimasa depan, investor memerlukan berbagai macam informasi mengenai kinerja dan kondisi perusahaan. Para peneliti akuntansi dan keuangan memiliki pandangan yang beragam tentang penilaian kinerja perusahaan. Ada yang beranggapan bahwa kinerja suatu perusahaan itu tercermin di laporan keuangan, sebagian lagi beranggapan bahwa kinerja perusahaan itu justru tercermin di nilai investasi yang akan dikeluarkan di masa mendatang. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan akan menjadi acuan bagi investor untuk mengambil keputusan berinvestasi. Karena informasi yang disajikan merupakan alat dalam menilai posisi keuangan perusahaan dan pencapaian-pencapaian perusahaan. Namun menurut Gumanti dan Puspitasari (2005) kinerja perusahaan tidak selalu tercermin dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan, namun tercermin dari nilai investasi yang akan dikeluarkan dimasa mendatang.

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang menunjukkan laba yang telah diperoleh perusahaan pada satu periode. Menurut Skousen, Stice, Stice (2009 : 9) “tujuan keseluruhan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan.” Perusahaan sendiri harus mampu menyediakan laporan keuangan yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya, karena laporan tersebut digunakan oleh investor sebagai dasar pengambilan keputusan.


(16)

Laporan keuangan harus dilaporkan atas dasar akrual, dimana transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui pada saat terjadi bukan pada saat kas dibayar atau diterima, serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan. Penyusunan laporan keuangan dengan dasar akrual akan memberikan informasi yang lebih akurat. Adriani (2011) menyatakan bahwa laba yang diukur atas dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik atas kinerja perusahaan dibandingkan arus kas operasi karena dasar akrual mengurangi masalah waktu dan mismatching yang terdapat dalam penggunaan arus kas dalam

jangka pendek.

Laporan keuangan yang dilaporkan atas dasar akrual akan memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba atau earning

management dalam menaikkan atau menurunkan angka dalam laporan laba

rugi. Copeland, 1968 (dalam Utami, 2003) mendefenisikan manajemen laba sebagai, “some ability to increase or decrease reported net income at will

dengan kata lain manajemen laba merupakan tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggug jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang. Menurut Sulistyanto (2002 : 1),“manajemen laba seolah-olah telah menjadi budaya perusahaan (corporate cultural) yang dipraktekkan semua

perusahaan di dunia.” Tindakan rekayasa manajerial ini tentu saja menghancurkan tatanan ekonomi serta moral.


(17)

Manajemen laba timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer sebagai agent memiliki tanggung jawab dalam

hal mengoptimalkan keuntungan para pemegang saham (principal), namun

disisi lain manajer sendiri memiliki tujuan untuk mensejahterakan mereka, hal ini membawa manajer dalam melakukan tindakan manajemen laba untuk menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja perusahaan. Tindakan manajemen laba ini menunjukkan bahwa manajer bertindak oportunitis, yaitu mengambil keuntungan pribadi.

Laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan mampu meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Jika ternyata ada kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajer hal ini tentu saja akan menyebabkan rendahnya kualitas laba. Jika laba yang dilaporkan sesuai dengan fakta yang terjadi, maka laba dapat dikatakan berkualitas tinggi karena dapat digunakan oleh users dalam mengambil keputusan. Laba yang

berkualitas adalah laba yang memiliki karakteristik relevan, reliabilitas, dan komparabilitas.Menurut Subramanyam (2010 : 109), “laba merupakan informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang” sehingga dapat dilihat bahwa laba dapat menjadisalah satu ukuran kinerja perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap kandungan informasi laba, bahwa melalui perannya dalam menjalankan fungsi pengawasan, komposisi dewan komisaris dapat mempengaruhi manajemen dalam


(18)

menyusun laporan keuangan sehingga dapat diperoleh suatu laporan laba yang berkualitas (Adriani, 2011).

Istilah investment opportunit set (IOS)pertama sekali diperkenalkan oleh

Myers, 1977 (dalam Syakhroza, 2007) dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Menurut Myers, IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan dimasa yang akan datang. IOS merupakan suatu kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan

datang dengan net present value positif. Dari beberapa penelitian terdahulu,

IOS lebih banyak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

IOS bukan merupakan pertumbuhan riil yang dicapai perusahaan saat ini, namun kesempatan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang. Pengukuran dimasa mendatang ini membuat IOS diukur dari investasi perusahaan di research dan development dan aktiva tetap. Pengukuran IOS dapat diukur

dengan faktor tunggal atau kombinasi beberapa faktor. Sebagian besar IOS dihitung dengan menggunakan ukuran data-data pasar modal, seperti harga saham, dan market value of equity sebagai proksi dari IOS. Smith dan Watss,

1992 (dalam Syakhroza, 2007) menyatakan bahwa IOS membutuhkan pembuatan keputusan dalam lingkungan yang tidak pasti dan konsekuensinya tindakan manajerial menjadi tidak unobservable yang dapat menyebabkan

prinsipal tidak mengetahui apakah manajer telah melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginan prinsipal atau tidak.


(19)

Kinerja perusahaan (firm performance) dapat diukur dengan rasio

keuangan dari neraca dan laporan keuangan, return dan perubahan stock

market, atau Tobin’s q yang mana mengkombinasikan nilai pasar dengan nilai

akuntansi. Pengukuran kinerja perusahaan lebih ditekankan pada hipotesa biaya. Penelitian lain menyatakan bahwa pengukuran kinerja perusahaan yang lebih cocok adalah dengan menguji teori biaya keagenan (agency cost theory)

karena dapat mengendalikan pengaruh harga pasar lokal dan faktor eksternal lainnya. Disamping itu, teori biaya keagenan ini juga dapat mengendalikan benchmark bagi kinerja perusahaan jika biaya keagenan diminimalisasikan.

Efesiensi laba digunakan untuk menilai kinerja perusahaan karena dari besarnya laba dapat diketahui seberapa baik manajer dalam meningkatkan pendapatan dan meminimalisasikan biaya. Kinerja perusahaan di mata investor akan tercermin dari harga saham yang ditetapkan, karena kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen dapat dilihat dari harga saham di pasar modal. Namun, harga saham di pasar modal tidak dapat sepenuhnya dijadikan acuan nilai fundamental perusahaan karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham.

Berdasarkan teori tentang penilaian, harga saham dapat dihitung dengan mendiskontokan arus kas yang diterima oleh investor dimasa mendatang. Arus kas dapat berupa dividen, sedangkan dividen jika perusahaan memiliki keuntungan. Sehingga secara tidak langsung ukuran keuntungan perusahaandapat dijadikan proksi nilai perusahaan dimasa mendatang (Syakhroza, 2007).


(20)

Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat dinilai kesehatannya dari target kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan BUMN tersebut. Menurut Syakhroza (2007), tingkat kesehatan perusahaan dapat dipasang sebagai salah satu bentuk target kinerja yang harus dicapai oleh manajemen BUMN. Meskipun tingkat kesehatan tidak mempengaruhi gaji dan bonus, namun tingkat kesehatan merupakan salah satu bentuk kinerja yang akan diperhatikan. Semakin tinggi kualitas laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin bagus kinerja perusahaan. Kebijakan-kebijakan yang dijalankan, terutama kebijakan dividen dan pendanaan, banyak dihubungkan dengan IOS. Jika perusahaan memiliki IOS maka tingkat dividen cenderung dikurangi, karena perusahaan membutuhkan sumber dana internal yang lebih tinggi. Penelitian kinerja perusahaan di BUMN sendiri dimaksudkan untuk memberikan informasi tambahan demi peningkatan pengetahuan. Di tahun 2012 BUMN yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 16 perusahaan.


(21)

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah investment opportunity set berpengaruh terhadap firm

performance pada BUMN yang sudah go public ?

2. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap firm performance?

3. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadapfirm

performance?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh investment opportunity set terhadap firm

performance di perusahaan BUMN.

2. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadapfirm

performance.

3. Untuk menganalisis pengaruh komposisi dewan komisaris terhadapfirm performance.


(22)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan mengenai manajemen laba, terutama di perusahaan BUMN.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya terutama di bidang Akuntansi Ekonomi.

3. Bagi praktisi, dapat memberi masukan dalam pengambilan keputusan investasi, khususnya di perusahaan BUMN.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Earning Management

Secara umum manajemen laba dapat didefenisikan sebagai upaya manajer untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui

kinerja dan kondisi perusahaan (Sulistyanto, 2002 : 6). Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki informasi yang jauh lebih banyak dibandingkan informasi yang dimiliki oleh para pemegang saham.

Ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh pihak manajer dan pemegang saham akan memicu munculnya kondisi yang disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi dapat

diartikan sebagai suatu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara manajer sebagai penyedia informasi (preparer) dengan pihak

pemegang saham. Adanya asimetri informasi akan memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara principal dan agent untuk saling mencoba

memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Tingkat asimetri informasi akan cenderung relatif tinggi pada perusahaan dengan tingkat kesempatan investasi yang besar (Suwendra, 2007).

Earning disebabkan karena adanya dasar akrual dalam pelaporan keuangan


(24)

modifikasi laporan keuangan dalam menghasilkan jumlah laba yang dinginkan. Sulistyanto (2002 : 12) menyatakan bahwa informasi dalam laporan keuangan yang harus diikuti oleh para pihak yang bertanggungjawab adalah bahwa laporan keuangan itu harus memberikan informasi yang relevan, netral, lengkap, serta mempunyai daya banding dan daya uji. Pada dasarnya laporan keuangan dipakai sebagai alat untuk mengetahui kinerja yang telah dipakai perusahaan secara utuh, tidak hanya kinerja kas tetapi juga kinerja nonkas.

Manajemen laba merupakan sesuatu yang harus diperhatikan karena melibatkan pelanggaran yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka menarik minat para investor. Sulistyanto (2002 : 4) menyatakan bahwa manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan menunda informasi keuangan. Manajemen laba dilakukan oleh manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk menjabat sebagai manajer di perusahaan tersebut diperiode selanjutnya. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi sehingga menyebabkan publik meragukan integritas dan kredibilitas para pelaku dunia usaha.

Ujiyantho dan Pramuka (2007 : 2) mengatakan perilaku manipulasi yang dilakukan oleh agent dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme

monitoring agar tercipta keselarasan (alignment) antar pihak yang

berkepentingan, yaitu:

- Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) sehingga kepentingan pemegang saham dapat


(25)

disejajarkan dengan kepentingan manajer (Jensen dan Meckling, 1976).

- Kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba berkurang.

- Melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors). Dechow et al. (1996) dan Beasly (1996) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses laporan keuangan.

Manajemen laba, secara umum, dapat dikelompokkan dalam tiga dasar basis pengukuran yang digunakan, yaitu:

- Model berbasis akrual

Model yang menggunakan discretionary accruals sebagai proksi

manajemen laba. Model ini dikembangkan oleh Healy (1985), DeAngelo (1986), Jones (1991), serta Dechow, Sloan, dan Sweeney (1995).

- Model yang berbasis specific accruals

Merupakan pendekatan yang menghitung akrual sebagai proksi manajemen laba dengan menggunakan item laporan keuangan tertentu dari industri tertentu. Model ini dikembangkan oleh McNichols dan Wilson, Petroni, Beaver dan Engel, Beneish, serta Beaver dan McNichols.

- Model distribution of earnings, dikembangkan oleh Burgtahler dan


(26)

Dari ketiga model di atas, hanya model berbasis agregate accrual yang

diterima secara umum sebagai model yang memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba karena sejalan dengan akuntansi berbasis akrual.

2.1.2. Investment Opportunity Set (IOS)

Investment opportunity set (IOS) merupakan nilai sekarang dari

pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat investasi dimasa depan.IOS merupakan tersedianya alternatif investasi dimasa datang bagi perusahaan.Menurut Gaver and Gaver, 1993 (dalam Syakhroza, 2007) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungandibandingkan denganperusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Gaver and Gaver, 1993 (dalam Syakhroza, 2007) juga berpendapat bahwa IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran yang akan datang, yang pada saat ini sebagai alternatif investasi yang expected return nya lebih besar.

Selanjutnya IOS dijadikan sebagai dasar untuk menentukan klasifikasi potensi pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Perusahaan bertumbuh memiliki pertumbuhan margin, laba, dan penjualan tinggi. Perusahaan berfokus pada tujuan perusahaan, seperti memaksimalkan return kepada para pemegang sahamnya. Salah satu kontribusi penting yang dapat dilihat dari besarnya


(27)

return yang diperoleh oleh shareholders. Besarnya return yang diperoleh oleh

pemegang saham menunjukan pertumbuhan perusahaan atau set kesempatan berinvestasi.

Nilai IOS suatu perusahaan dapat mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan. Nilai IOS, dalam Solechan (2009), bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang (future

discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan

investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari

biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan.

Dengan asumsi set kesempatan investasi secara rata-rata mengarah ke investasi aktual, IOS diduga kuat memiliki korelasi dengan realisasi pertumbuhan perusahaan periode berikutnya.Investment Opportunity Set

perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi, sifatnya yang tidak dapat diobservasi menyebabkan IOS memerlukan proksi. Proksi ini digunakan untuk mengukur set kesempatan investasi perusahaan karena IOS tidak dapat diamati oleh pihak eksternal perusahaan.

Kallapur dan Trombley, 1999 (dalam Kusuma, 2008) mengklasifikasikan proksi IOS ke dalam tiga kelompok:

1. Proksi berdasarkan harga

Prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan yang sebagian dinyatakan dalam harga pasar, maka perusahaan yang berpotensi tumbuh akan mempunyai nilai pasar relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya. Prospek pertumbuhan sebagian dinyatakan dalam harga saham.


(28)

Satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberikan peluang investasi berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Prosi berdasarkan varian

Suatu opsi akan lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva.

Pada umumnya proksi yang digunakan untuk mengukur nilai IOS adalah: - Rasio nilai buku aktiva tetap pada nilai buku perusahaan [PPE/V]. PPE/V

= [Nilai Buku aktiva tetap] : [nilai buku perusahaan].

- Rasio market to book value of equity [MVE/BE]. MVE/BE = [Jumlah

saham beredar x harga jual saham] : [total ekuitas].

- Rasio earning to price [E/P]. E/P = [laba bersih per saham] : [harga jual

saham].

- Rasio market value of the firm to book value of assets [A/V]. A/V = [total

aktiva – total ekuitas + (saham beredar x harga jual saham)] : [total aktiva] - Rasio tambahan modal saham pada nilai perusahaan [CAP/V]. CAP/V =

[tambahan modal saham dalam satu tahun] : [nilai pasar ekuitas + nilai buku utang]

- Rasio tambaham modal saham pada nilai buku aktiva [CAP/A]. CAP/A = [tambaham modal saham dalam tahun] : [nilai buku aktiva]

Perusahaan yang berpotensi tumbuh akan memiliki skor nilai pasar terhadap nilai bukunya. Perlu selalu dilakukan perbaikan dan pengembangan terhadap proksi-proksi yang telah ada, karena setiap proksi terutama proksi yang digunakan secara individual akan mengandung measurement error.


(29)

Secara umum, IOS menggambarkan peluang investasi yang sangat tergantung dengan expenditure dimasa mendatang. IOS dapat diukur melalui market

value to book value of assets ratio yang secara sistematis dapat

diformulasikan:

�����=

����������� − ������������+

(�������������������������������) �����������

Penggunaan rasio ini atas dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dari harga saham. Dalam Adriani (2011) rasio ini berbanding lurus dengan nilai IOS, semakin besar market value to book value

of assets, maka semakin bagus nilai IOSnya.

2.1.3. Laporan Keuangan

Kieso, Warfield, Weygant (2011 : 6) berpendapat bahwa financial reporting is

the financial information a company provides to help users with capital

allocation decisions about the company. Adapun tujuan dari laporan keuangan

adalah untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan mengevaluasi kinerja sebuah perusahaan di masa lalu dan dalam peramalan kinerjanya di masa yang akan datang (Stice, Stice, and Skousen, 2008 : 9). Dalam Kieso, Warfield, Weygandt (2011 : 7) tujuan umum dari laporan keuangan adalah “to provide financial information about the reporting entity that is useful to

present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making


(30)

keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai laporan entitas yang berguna untuk menunjukkan potensi ekuitas para investor, para pihak yang memberi pinjaman, dan para kreditor dalam memmbuat keputusan sebagai penyedia modal. Laporan keuangan menyediakan informasi perusahaan secara keseluruhan yang dinyatakan dalam bentuk keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009 : 01.7)

laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan untuk menilai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang terdiri dari laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode, catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Pasar global yang semakin berkembang luas telah membawa dunia usaha untuk menyamakan standar laporan keuangan yang kini dikenal dengan International Financial Reporting Standard (IFRS). Di Indonesia sendiri,

IFRS mulai diterapkan tertanggal 1 Januari 2012. Menurut IFRS, terdapat empat unsur yang terdapat dalam laporan keuangan (financial statement),

yaitu:

- The Statement of Financial positon (neraca)

- The Income Statement atau Statement of Comprehensive Income (Laporan

Laba Rugi).

- The Statement of Cash Flow (Laporan Arus Kas)


(31)

Catatan yang dilampirkan merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan (Keiso, Weygandt, Warfield, 2011 : 5).

2.1.4. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan (growth) merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

meningkatkan ukuran (size) perusahaan (Kusuma, 2008). Pengertian IOS dan

pertumbuhan perlu dibedakan, karena IOS sendiri jika memiliki net present

value positif juga akan memberikan pengaruh terhadap ukuran (size)

perusahaan. Hal yang membedakan IOS dengan growth ialah bahwa tidak

semua growth memberikan net present value positif. Semakin besar tingkat

pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan perusahaan akan dana dalam rangka membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut.

Tingkat pertumbuhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang melakukan ekspansi. Semakin tinggi ekspansi, semakin besar akan kebutuhan dana (Kusuma, 2008). Pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size. Pertumbuhan perusahaan merupakan

salah satu faktor penting set kesempatan investasi. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi memerlukan investasi yang tinggi. Asosiasi antara IOS dan kinerja tercermin dari pertumbuhan perusahaan, mulai dari pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan.


(32)

2.1.5. Komposisi Dewan Komisaris

Secara umum, dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Utami dan Rahmawati, 2005). Keberadaan dewan komisaris sangatlah penting, karena mengingat adanya kepentingan dari pihak manajemen untuk melakukan manajemen laba. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris.

Hasil penelitian Utami dan Rahmawati (2005) menemukan bahwa makin besar komposisi dewan komisaris maka semakin berkurang aktivitas manajemen laba. Struktur komposisi dewan komisaris oleh beberapa peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja perusahaan.

2.1.6. Peneliti Sebelumnya

Penelitian terhadap IOS sudah banyak dilakukan di beberapa negara. Di Indonesia sendiri sudah dilakukan beberapa penelitian tentang analisis IOS di beberapa perusahaan, mulai dari perusahaan swasta sampai BUMN. Berikut beberapa hasil penelitian yang berhasil diperoleh oleh penulis.


(33)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Tatang Ary Gumanti dan Novi Puspitasari (2004) Siklus Kehidupan Perusahaan dan Kaitannya dengan Investment

Opportunity Set, Risiko, dan Kinerja Perusahaan Dependen: Investment Opportunity Set Independen: Kebijakan dividen, resiko sistematis (yang diukur dengan beta koreksi),

leverage, dan profitabilitas.

Menemukan bahwa dividend yield dengan arah negatif,

profitabilitas dengan arah positif, dan risiko (beta koreksi) dengan arah positif akan berpengaruh signifikan terhadap IOS. Rini Budi Utami dan Rahmawati (2005) Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ

Dependen: Manajemen Laba Independen: Komposisi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Hasil pengujian ditemukan bahwa

komposisi dewan direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba perusahaan manufaktur. Ardi Hamzah (2006) Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Aktivitas, Solvabilitas, Dan Investment Opprtunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEJ Tahun 2001-2005 Dependen: Investment Opprtunity Set Independen: rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan solvabilitas

Hasil penelitian dengan regresi berganda antara variabel-variabel

independen berupa rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas, dan

solvabilitas terhadap variabel dependen berupa IOS berpengaruh secara signifikan pada tahap pendirian (start up) dan ekspansi awal (initial expansion), kedewasaan (mature), dan decline tidak berpengaruh secara signifikan. Untuk pengujian regresi secara parsial pada tahap


(34)

pendirian hanya rasio aktivitas dan solvabilitas yang berpengaruh secara signifikanpada IOS, sedangkan pada tahap ekspansi awal hanya rasio aktivitas

yangberpengaruh secara signifikan pada IOS. Pada tahap ekspansi akhir, kedewasaan, dan decline tidak ada satu pun rasio keuangan dalam penelitian ini yang berpengaruhsecara signifikan terhadap IOS. Akhmad Syakhroza (2007) Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Peningkatan Value of The

Firm, dengan

Corporate Social Responsibility (CSR), dan Kontrak Kompensasi Sebagai Moderating Variabel

Studi Kasus pada BUMN (2003-2006) Independen: Investment Opportunity Set (IOS) Dependen: value of the firm

Moderating variabel: corporate social responsibilty serta kontrak kompensasi Variabel kontrol: Size dan Leverage

Data yang digunakan adalah data sekunder. Hasil pengujian menemukan bahwa semakin tinggi IOS maka perusahaan akan memiliki nilai di masa mendatang dan akan dinilai tinggi oleh investor.


(35)

Fitijanti dan Hartono (2009) Set Kesempatan Investasi: Konstruksi Proksi dan Analisis Hubunganya dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen Dependen: Set Kesempatan Investasi Independen: Kebijakan Pendanaan dan Dividen Kontrol: Ukuran perusahaan Hasil penelitian menunjukkan proksi IOS hanya satu tahun pertama setelah penetapan level IOS perusahaan. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa harus senanstiasa dilakukan analisis sensitivitas rasio individual yang berkaitan dengan pertumbuhan, karena tidak ada satupun rasio individual yang dapat mewakili level IOS secara empiris Nafi’ Inayati Zahro (2010) Analisis Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen dan Leverage Perusahaan Dependen: Kebijakan Dividen dan Leverage Perusahaan Independen: Set Kesempatan Investasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dengan IOS yang tinggi nilai

perusahaannya lebih banyak ditentukan oleh aktiva tidak berwujud dibandingkan aset riilnya.

SUMBER: Hasil Olahan Data Penulis (2012)

Tabel 2.1 di atas menunjukkan telah ada beberapa penelitian yang sudah menggunakan investment opportunity set sebagai variabel penelitian, baik sebagai

variabel independen maupun dependen waktu sebelumnya dan melalui penelitian-penelitian terdahulu inilah yang menjadi masukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang sejenis. Melalui hasil penelitian yang telah diteliti sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu, maka ini menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.


(36)

2.2. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, dan tinjauan pustaka yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti membuat kerangka konseptual yang disusun dengan model berikut:

H1

H2

H3

Keterangan: = Variabel Independen

= Variabel Kontrol

Gambar 3.1Kerangka Hipotesis SUMBER: Teori yang Dikembangkan untuk Penelitian 2012

Firm performancemenunjukkan pencapaian perusahaan, melalui kerangka

konseptual di atas ingin dilihat faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadapfirm performance. Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel

dependen adalahfirm performance, sedangkan yang menjadi variabel independen Investment Opportunity

Set (IOS)

Firm Performance Pertumbuhan Perusahaan

Komposisi Dewan Komisaris


(37)

adalahinvestment opportunity set (IOS) dengan variabel kontrol pertumbuhan

perusahaan (growth) dan komposisi dewan komisaris. Adapun tujuan peneliti

memilih kedua variabel kontrol tersebut adalah karena adanya hubungan antara peningkatan kinerja perusahaan (firm performance) yang dipengaruhi oleh

peningkatan pertumbuhan perusahaan serta dari beberapa penelitian yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti bahwa adanya pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap kualitas laporan keuangan yang dikaitkan dengan firm

performance.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen.

2.3. Hipotesis Penelitian

2.3.1. Investment Opportunity Set (IOS) dan Firm Performace

Investasi dimasa mendatang tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya.

IOS digunakan sebagai dasar untuk menilai kinerja perusahaan. Dengan IOS, dapat diukur tingkat pertumbuhan perusahaan, apakah perusahaan dalam klasifikasi bertumbuh atau tidak bertumbuh. Pertumbuhan perusahaan dapat mengukur nilai perusahaan. Ketika nilai suatu perusahaan sudah dapat diukur maka akan diketahui seberapa baik kinerja perusahaan. Kenaikan kinerja yang dihasilkan dari berbagai alternatif pilihan kesempatan investasi perusahaan di


(38)

masa yang akan datang adalah IOS. Myers, 1977 (dalam Syakhroza, 2007) menyatakan bahwa semua biaya variabel adalah bagian dari IOS.

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah:

�1 = Firm performance dipengaruhi oleh investment opportunity set (IOS)

2.3.2. Hubungan pertumbuhan perusahaan terhadap firm performance Tingkat pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi (Kusuma, 2008). Perusahaan yang sedang tumbuh tentu saja membutuhkan dana yang lebih besar, hal ini menyebabkan perusahaan untuk menahan sebagian besar pendapatannya dan menahan earning. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin besar dana

yang dibutuhkan oleh perusahaan dan semakin rendah jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Dari penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah


(39)

2.3.3. Hubungan Komposisi Dewan Komisaristerhadap Firm Performance Dalam hubungannya dengan pelaporan keuangan dalam tindakan manajemen laba, laporan keuangan sering dibuat menjadi tolok ukur dalam penilaian kinerja perusahaan. Salah satu laporan keuangan yang dibuat untuk mengukur kinerja perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi atau Statement of

Comprehensive Income seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang

digunakan oleh perusahaan. Hal ini tentu saja menyebabkan laba yang dilaporkan belum tentu mencerminkan laporan keuangan yang sebenarnya. Perbedaan laba yang dilaporkan dalam laporan komperhensif akibat perbedaan metode akuntansi menyebabkan para pihak yang berkepentingan menilai kinerja perusahaan dari cash flow. Dalam hal ini, statement of cash flow

memiliki nilai lebih dalam penilaian kinerja perusahaan. Pradhono (2004) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa arus kas (cash flow)

menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan biaya yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan.

Salah satu pengukuran firm performance yang digunakan adalah net profit

margin yang menunjukkan kemampuan penjualan perusahaan untuk

menghasilkan laba bersih. Laporan keuangan sebagai sumber informasi perusahaan tidak terlepas dari proses penyusunan laporan tersebut. Karena kebijakan dan keputusan yang diambil akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Earning management merupakan


(40)

salah satu faktor yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Pihak manajemen akan memilih untuk menggunakan metode tertentu demi mewujudkan tujuan pencapaian laba yang ditargetkan, karena pada dasarnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Demikian juga halnya dengan dewan komisaris yang memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan.Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dikembangkan adalah:

�3 = Komposisi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap firm performance.


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang diambil dari data laporan keuangan tahunan perusahaan. Penelitian ini menganalisis firm performance (kinerja

perusahaan) di BUMN. Firm performance dinilai dengan menggunakan IOS

atau set peluang investasi, karena IOS dapat berfungsi untuk menilai kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan. Oleh karena itu IOS difungsikan sebagai variabel independen dan firm performance sebagai variabel dependen.

Sedangkan pertumbuhan perusahaan dan komposisi dewan komisaris difungsikan sebagai variabel kontrol, dimana variabel ini merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar.

3.2.Batasan Operasional

Kinerja perusahaan dinilai oleh kemampuan perusahaan dalam melakukan investasi dimasa depan. IOS diterapkan dalam perusahaan-perusahaan yang sudah go public. IOS menggunakan ukuran pertumbuhan harga saham dan

market value. BUMN sendiri yang sudah go public masih berjumlah 16

perusahaan, hasil penelitian Syakhroza (2007) menemukan bahwa penelitian seperti ini tidak memungkinkan melakukan analisis dengan menggunakan market value. Penelitian yang cocok dilakukan adalah dengan menggunakan


(42)

tiga pendekatan yaitu pertumbuhan aktiva perusahaan, dukungan aktiva terhadap penjualan yang terjadi, dan capital expenditure.

Pertumbuhan aktiva menunjukkan bahwa adanya harapan perusahaan untuk meningkatkan jumlah penjualan dimasa yang akan datang. Peningkatan penjualan ini akan otomatis meningkatkan laba yang diperoleh dan akan mempengaruhi peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan yang mampu mencapai target akan mampu menciptakan potensi perusahaan dimasa depan. Capital expenditure from investment akan menunjukkan komitmen perusahaan

untuk melakukan investasi pada aktiva yang diharapkan dan menghasilkan laba dimasa mendatang (Syakhroza, 2007).

3.3. Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.3.1. Variable Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah firm performance. Dalam

penelitian ini, proksi yang digunakan untuk mengukur firm performance

adalah rasio laba bersih perusahaan dengan membagikan jumlah laba bersih pada periode sekarang terhadap penjualan.

3.3.2. Variabel Independen (Independent Variabel)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Investment Opportunity Set

(IOS). Berdasarkan hasil penelitian Syakhroza (2007) yang telah melakukan penelitian terdahulunya pada perusahaan BUMN terdapat tiga proksi untuk


(43)

mengukur investment opportunity setyang digunakan. Tiga proksi tersebut

adalah:

- Pertumbuhan aktiva

Pada peneliti terdahulu, yang menjadi dasar penelitian selanjutnya si penulis, Syakhroza (2007) menggunakan dua pendekatan untuk mengukur rasio pertumbuhan aktiva yaitu pertumbuhan aktiva tetap dan pertumbuhan total aktiva perusahaan. Namun, dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah satu variabel saja yaitu pertumbuhan total aktiva perusahaan. Rasio ini dipilih oleh penulis karena rasio ini lebih mendukung proksi yang digunakan oleh penulis untuk mengukur variabel dependen. Rumus rasio yang digunakan oleh penulis dalam menghitung pertumbuhan total aktiva yaitu dengan membagikan selisih antara total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sekarang dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sebelumnya terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan pada periode sebelumnya.

- Kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan

Sama halnya dengan pengukuran pertumbuhan total aktiva, peneliti sebelumnya Syakhroza (2007) juga menggunakan dua proksi pengukuran yaitu aktiva tetap terhadap total penjualan dan total aktiva terhadap penjualan. Namun, atas dasar pertimbangan dimana pada pengukuran proksi pertumbuhan aktiva sudah menggunakan total aktiva maka dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah


(44)

satu proksi saja yaitu total aktiva terhadap total sales. Rumus yang

digunakan untuk mengukur rasio kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba yaitu dengan membagikan total aktiva yang dimiliki perusahaan dengan penjualan.

- Capital Expenditure

Penelitian terdahulu Syakhroza (2007) menggunakan empat proksi untuk mengukur capital expenditure yaitu cash flow dari kegiatan

investasi dibagi penjualan, pembelian aktiva tetap dan investasi dibagi penjualan, cash flow dari kegiatan investasi dibagi total aktiva, dan

pembelian aktiva tetap dan investasi dibagi total aktiva. Karena sebelumnya penulis sudah memfokuskan pengukuran terhadap total aktiva, maka penulis hanya memilih salah satu proksi pengukuran pengeluaran investasi yaitu cash flow dari kegiatan investasi dibagi

total aktiva.

3.3.3. Variabel Kontrol (Control Variable)

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah: - Pertumbuhan perusahaan

Diukur dengan menghitung: • Pertumbuhan penjualan • Pertumbuhan laba

• Pertumbuhan nilai buku ekuitas - Komposisi Dewan Komisaris.


(45)

Tabel 3.1

Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel No

.

Variabel Defenisi Operasional

Pengukuran

1. Firm

Performance

(Y)

Kinerja perusahaan diukur dengan menghitung net profit margin.

Net Profit Margin

= Laba Bersih

Penjualan 2. Investment

opportunity set (IOS) (�1)

Pertumbuhan aktiva perusahaan, kemampuan aktiva terhadap penjualan yang terjadi, dan capital expenditure frominvestment terhadap total aktiva. a. PertumbuhanAktivaPerusahaan

= Total Aktiva�− Total Aktiva�−�

Total Aktiva�−�

b.Kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan

= Total Aktiva

Penjualan

c.Capital Expenditure from investment

= Cash Flow dari kegiatan investasi

Total Aktiva

3. Pertumbuhan Perusahaan (�2)

Pertumbuhan penjualan,

pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas, dan pertumbuhan aset.

a. Pertumbuhan Penjualan =TotalPenjualanNeto t−TotalPenjualanNeto t−1

TotalPenjualanNeto t−1

b. Pertumbuhan Laba

=

Labat−Labat−1

Labat−1

c.Pertumbuhan Niai Buku Ekuitas

= Total Ekuitast− Total Ekuitast−1

Total Ekuitast−1

4. Komposisi Dewan Komisaris (�3)

Komposisi dewan komisaris ditunjukkan dengan ada tidaknya dewan komisaris independendalam susunan dewan suatu sampel perusahaan

% KDD = ∑ DK Independen ∑ Komisaris

x 100%

SUMBER: Hasil olahan penulis 2012


(46)

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu perusahaan yang akan dijadikan sampel

adalah perusahaan yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan tertentu.

Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Merupakan lembaga pemerintah (BUMN).

b. Terdaftar di BEI sejak tahun 2008 dan sudah mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut selama tahun 2008-2011.

c. Bukan merupakan perusahaan keuangan (perbankan, pembiayaan, dan asuransi). Hal ini dikarenakan peneliti menggunakan proksi penjualan dalam melakukan pengukuran.


(47)

Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No. Nama Perusahaan KODE

1 PT Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI

2 PT Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM

3 PT Garuda Indonesia Tbk (GIA) (Persero) GIAA

4 PT Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR

5 PT Kimia Farma (Persero) Tbk KAEF

6 PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk PGAS

7 PT Tambang Batu Bara Bukit Asam (PTBA) (Persero) Tbk PTBA

8 PT Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR

9 PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) TLKM

10 PT Timah (Persero) Tbk TINS

11 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk WIKA

SUMBER: Lampiran 1

3.5.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi, sudah dalam bentuk publikasi. Data laporan tahunan perusahaan diambil pada periode tahun 2008-2011. Data yang digunakan merupakan data yang dapat diperoleh dari website www.idx.co.id dan sebagian dari situs perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian.


(48)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari www.idx.co.id dan website perusahaan. Penelitian menggunakan laporan tahunan perusahaan, karena dalam laporan ini sudah terdapat laporan-laporan yang berkaitan dengan kinerja perusahaan.

3.7.Teknik Analisis

3.7.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan profil data sampel yang meliputi mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar dari variabel-variabel yang akan diteliti.

3.7.2. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan hubungan linear antara dua variabel. Uji korelasi ini tidak menunjukkan hubungan fungsional karena tidak membedakan antara variabel independen dan variabel dependen.

3.7.3. Model Regresi Berganda

Analisis ini akan menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y).Kinerja perusahaan diproksi dengan kinerja laba dan dividen perusahaan. Berdasarkan teori penilaian perusahaan, harga saham yang dikeluarkan dihitung dari nilai sekarang atas dividen yang akan diterima oleh investor di masa yang akan datang. Sedangkan dividen di masa yang akan datang dilihat berdasarkan jumlah laba yang dihasilkan.


(49)

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan analisis data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, hasil dari pengolahan data, dan pembahasan dari hasil pengolahan data.

4.1. Analisis Deskriptif Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian yang meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar

deviasi.

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah laba bersih, pertumbuhan aktiva, kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pertumbuhan nilai buku ekuitas, pertumbuhan aset, dan komposisi dewan komisaris.

Adapun hasil pengolahan descriptive statistic dari setiap variabel yang diteliti

dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1


(50)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

FP 44 .012 .346 .14035 .107563

PTAK 44 -.161 .535 .14535 .160865

KAML 44 .515 4.381 1.32340 1.032238

PEINV 44 -.258 .218 -.06723 .072419

PTPJ 44 -.281 3.870 .22451 .604253

PTLB 44 -.766 10.123 .79746 2.165951

PNBE 44 -1.111 11.623 .44027 1.752280

KDK 40 .200 .600 .39075 .077039

Valid N (listwise) 40 Sumber: Hasil Pengolahan Data penulis 2012

Tabel 4.1 mengindikasikan bahwa jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 44 sampel data. Proksi-proksi yang disebutkan pada tabel diatas akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Firm Performance (Y)

Firm performance menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan total

penjualan. Perusahaan dengan rasio pada firm performance yang tinggi

mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki tingkat kinerja yang bagus. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa statistik deskriptif terhadap rasio firm

performance memiliki nilai minimum sebesar 0.012, nilai maksimum 0.346

dan nilai rata-rata sebesar 0.1403 dengan standar deviasi sebesar 0.10756, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan kinerja perusahaan.


(51)

Rasio pertumbuhan aktiva menunjukkan besarnya perbandingan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada periode sekarang terhadap total aktiva pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan rasio pertumbuhan aktiva yang tinggi mengindikasikan bahwa pertumbuhan aktiva perusahaan sedang berkembang dan membaik. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat nilai mínimum sebesar -0.161 nilai maksimum 0.535, nilai rata-rata 1.1453, dan stándar deviasi 0.16087, hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan aktiva pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian masih mengalami pertumbuhan yang rendah.

3. Kemampuan aktiva menghasilkan penjualan (��)

Rasio ini menunjukkan besarnya perbandingan antara total aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap penjualan. Perusahaan dengan rasio kemampuan aktiva menghasilkan penjualan yang rendah mengindikasikan bahwa penjualan perusahaan dalam keadaan bagus. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat nilai mínimum sebesar 0.52, nilai maksimum 4.38, nilai rata-rata 1.3234, dan standar deviasi 1.03224 hal ini mengindikasikan terdapat kenaikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

4. Capital Expenditurefrom investment to total assets (��)

Rasio ini menunjukkan besarnya perbandingan antara jumlah kas bersih dari aktivitas investasi terhadap total aktiva pada periode sekarang. Semakin besar nilai rasio semakin besar pengeluaran investasi untuk kegiatan investasi dan hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan dalam keadaan sedang bertumbuh. Pada Tabel 4.1 mengindikasikan nilai


(52)

mínimum sebesar -0.26, nilai maksimum sebesar 0.22, nilai rata-rata sebesar -0.0672, dan stándar deviasi sebesar 0.7242, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kenaikan pengeluaran untuk investasi namun belum signifikan.

5. Pertumbuhan penjualan (��)

Rasio ini mengindikasikan perbandingan antara selisih penjualan pada periode sekarang dengan penjualan periode sebelumnya terhadap jumlah penjualan periode sebelumnya. Semakin tinggi rasio menunjukkan pertumbuhan penjualan yang cukup bagus. Pada Tabel 4.1 mengindikasikan nilai mínimum -0.28, nilai maksimum 3.87, nilai rata-rata 0.2245, dan standar deviasi 0.60425, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan penjualan pada perusahaan.

6. Pertumbuhan laba (��)

Rasio ini mengindikasikan perbandingan antara selisih laba pada periode sekarang dengan periode sebelumnya dengan periode laba sebelumnya. Semakin tinggi rasio maka tingkat pertumbuhan laba semakin tinggi. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai mínimum sebesar -0.77, nilai maksimum 10.12, nilai rata-rata 0.7975, dan stándar deviasi 2.16595, hal ini menunjukkan bahwa dalam periode empat tahun (2008-2011) telah terjadi pertumbuhan laba yang cukup signifikan pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian.


(53)

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara selisih nilai buku ekuitas periode sekarang dengan periode sebelumnya terhadap nilai buku ekuitas periode sebelumnya. Tingkat rasio yang tinggi mengindikasikan pertumbuhan ekuitas yang tinggi. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat nilai mínimum -1.111, nilai maksimum 11.623, nilai rata-rata 0.44, dan standar deviasi 1.75 , hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan nilai ekuitas yang cukup signifikan pada perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

8. Komposisi dewan komisaris ()

Rasio ini menunjukkan perbandingan antara jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah dewan komisaris. Nilai mínimum 0.200, nilai maksimum 0.60, nilai rat-rata 0.39, dan standar deviasi 0.077

4.2. Analisis Korelasi

Analisis ini dilakukan untuk mengukur tingkat kekuatan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Dalam penelitian ini, korelasi antara variabel diukur dengan menggunakan Spearman Rank Correlation. Korelasi

Spearman atau sering juga disebut sebagai korelasi Tata Jenjang yang digunakan dengan menguji hipotesis hubungan antara dua variabel untuk melihat kuat lemahnya hubungan dan arah hubungan antara dua variabel.


(54)

Analisis Korelasi

Correlations

FP PTAK KAML PEINV PTPJ PTLB PNBE KDK

Spearman's rho FP Correlation Coefficient 1.000 .195 .656**

-.295 .064 .168 .393**

-.272

Sig. (2-tailed) . .206 .000 .052 .682 .275 .008 .074

N 44 44 44 44 44 44 44 44

PTAK Correlation Coefficient .195 1.000 -.021 -.063 .788**

.525**

.521**

-.388**

Sig. (2-tailed) .206 . .890 .687 .000 .000 .000 .009

N 44 44 44 44 44 44 44 44

KAML Correlation Coefficient .656**

-.021 1.000 -.220 -.037 -.164 .046 -.151

Sig. (2-tailed) .000 .890 . .151 .812 .287 .767 .327

N 44 44 44 44 44 44 44 44

PEINV Correlation Coefficient -.295 -.063 -.220 1.000 .010 -.057 -.128 .339*

Sig. (2-tailed) .052 .687 .151 . .946 .714 .408 .024

N 44 44 44 44 44 44 44 44

PTPJ Correlation Coefficient .064 .788** -.037 .010 1.000 .554** .408** -.302*

Sig. (2-tailed) .682 .000 .812 .946 . .000 .006 .046

N 44 44 44 44 44 44 44 44

PTLB Correlation Coefficient .168 .525**

-.164 -.057 .554**

1.000 .575**

-.273

Sig. (2-tailed) .275 .000 .287 .714 .000 . .000 .073

N 44 44 44 44 44 44 44 44

PNBE Correlation Coefficient .393** .521** .046 -.128 .408** .575** 1.000 -.249

Sig. (2-tailed) .008 .000 .767 .408 .006 .000 . .103

N 44 44 44 44 44 44 44 44

KDK Correlation Coefficient -.272 -.388**

-.151 .339*

-.302*

-.273 -.249 1.000

Sig. (2-tailed) .074 .009 .327 .024 .046 .073 .103 .

N 44 44 44 44 44 44 44 44


(55)

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat korelasi antara variabel dependen dengan variabel dependen. Firm performancesebagai variabel dependen memiliki

korelasi yang positif terhadap pertumbuhan aktiva, kemampuan aktiva menghasilkan laba, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, dan pertumbuhan ekuitas namun memiliki korelasi yang negatif terhadap pengeluaran investasi dan komposisi dewan komisaris. Dalam tabel dapat dilihat bahwa firm performance paling dipengaruhi oleh variabel pertumbuhan

yaitu pertumbuhan ekuitas sebesar 0.656 diikuti variabel IOS yaitu kemampuan aktiva menghasilkan laba sebesar 0.393 pada tingkat kepercayaan 90%.

Dapat dilihat bahwa tidak semua unsur-unsur yang digunakan untuk mengukur IOS dan pertumbuhan memiliki korelasi yang signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4.3. Analisis Regresi Berganda

Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antar beberapa variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini, mencari hubungan antara �1,�1�,�1�,�2�,�2�,�2�,�3 terhadap Y.

4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar dapat diperkirakan yang tidak bias dan efisien maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Kriteria yang digunakan adalah:


(56)

4.3.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat menyimpulkan bahwa data dapat dipakai dalam penelitian. Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis grafik dan uji statistik. Uji normalitas dengan analisis dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot

dan uji statistik dapat dilakukan dengan uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan yaitu dengan melakukan uji analisis grafik.


(57)

Gambar 4.1.Uji Normalitas dengan analisis grafik histogram SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Hasil pengolahan data pada Gambar4.1 menunjukkan bahwa variabel berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan dari grafik histogram yang memberikan pola distribusi yang tidak menceng (skewness) ke kiri atau ke kanan dan histogram menunjukkan bahwa kurva berbentuk lonceng.


(58)

Gambar 4.2. Normalitas dengan analisis normal probability plot

SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data berdistribusi dengan normal, hal ini dapat dilihat dari persebaran data yang berada di sekitar garis linear.


(59)

4.3.1.2. Uji Pendekatan Kolmogrov-Smirnov

Varians yang mengikuti garis diagonal kadang belum tentu berdistribusi dengan normal. Maka, untuk memastikan bahwa data yang berada di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan Uji Kolmogrov Smirnov (1 sampel KS) dengan melihat data residualnya apakah berdistribusi secara normal atau tidak. Kriteria yang digunakan adalah

- Asymp.Sig (2-tailed) > 0,05 =Data residual berdistribusi normal - Asymp.Sig (2-tailed)< 0,05 = Data residual tidak terdistribusi normal.

Tabel 4.3

Uji Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .09074437 Most Extreme Differences Absolute .151

Positive .151

Negative -.075

Kolmogorov-Smirnov Z 1.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .270

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(60)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0.270 (0.270 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa variabel residual berdistribusi secara normal.

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi mempunyai varians yang sama antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut (Situmorang dkk 2010:98). Jika varians sama maka terjadi homoskedastisitas dan jika berbeda telah terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang homoskedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Sccatterplot. Heteroskedaetisitas tidak terjadi jika titik-titik

yang ada menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Grafik untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilihat di Gambar 4.3 di bawah ini.


(61)

Gambar 4.3. Grafik Sccatterplot

SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Pada grafik Scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak yang tersebar dengan baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu secara jelas. Persebaran titik-titik secara acak ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi.


(62)

4.3.1.4. Analisis Multikolinieritas

Multikolonieritas merupakan variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna (Situmorang dkk, 2010 : 153). Uji ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan antarvariabel independen dalam model regresi. Pengujian multikolonieritas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai (VIF) > 10 dan nilai tolerance < 0,1 maka dalam model penelitian terjadi multikolonieritas.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, kriteria yang digunakan adalah:

- Variance Inflation Factor (VIF) > 10 = Terjadi multikolinearitas - Variance Inflation Factor (VIF)< 10 = Tidak terjadi

multikolonieritas

- Tolerance > 0,1 = Terjadi multikolonieritas - Tolerance < 0.1 = Tidak terjadi multikolonieritas


(63)

Tabel 4.4.

Uji Multikolonieritas dengan Nilai Korelasi

Coefficient Correlationsa

Model KDK KAML PTPJ

PEIN

V PTLB PNBE PTAK 1 Correlations KDK 1.000 .051 -.149 -.086 .258 .396 .206 KAML .051 1.000 .061 .139 .029 .107 .014 PTPJ -.149 .061 1.000 .123 -.074 -.019 -.519 PEINV -.086 .139 .123 1.000 .042 .072 -.111 PTLB .258 .029 -.074 .042 1.000 .168 -.204 PNBE .396 .107 -.019 .072 .168 1.000 .009 PTAK .206 .014 -.519 -.111 -.204 .009 1.000 Covariances KDK .017 9.964 .000 -.002 .000 .000 .003 KAML 9.964 .000 2.753 .000 3.325 1.522 2.559 PTPJ .000 2.753 .001 .001 -1.729 -5.608 -.002 PEINV -.002 .000 .001 .046 6.985 .000 -.003 PTLB .000 3.325 -1.729 6.985 5.942 1.234 .000 PNBE .000 1.522 -5.608 .000 1.234 9.081 1.056 PTAK .003 2.559 -.002 -.003 .000 1.056 .014 a. Dependent Variable: FP

SUMBER: Hasil analisis data penulis 2012

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa seluruh nilai variance masih berada di bawah 0.95 atau 95%. Maka, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.


(64)

Tabel 4.5.

Uji Multikolonieritas dengan Nilai Tolerance

Coefficientsa Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .051 .063 .809 .424

PTAK .141 .119 .210 1.187 .243 .629 1.591

KAML .050 .015 .479 3.343 .002 .964 1.037 PEINV -.099 .215 -.067 -.461 .648 .948 1.055 PTPJ -.006 .030 -.032 -.187 .852 .687 1.455

PTLB .003 .008 .069 .443 .661 .820 1.219 PNBE -.003 .010 -.053 -.341 .735 .820 1.219

KDK -.010 .130 -.013 -.077 .939 .734 1.361 a. Dependent Variable: FP

SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa bahwa semua data tolerance

memiliki nilai lebih besar dari 0.1 dan nilai variance inflation factor lebih

besar dari 5%, hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi multikolonieritas.


(65)

4.4. Pengujian Hipotesis Penelitian 4.4.1. Analisis Regresi Berganda

Analisis persamaan regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi berganda diperoleh dengan cara memasukkan data input variabel ke fungsi regresi.

Tabel 4.6. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .051 .063 .809 .424

PTAK .141 .119 .210 1.187 .243 .629 1.591

KAML .050 .015 .479 3.343 .002 .964 1.037

PEINV -.099 .215 -.067 -.461 .648 .948 1.055

PTPJ -.006 .030 -.032 -.187 .852 .687 1.455

PTLB .003 .008 .069 .443 .661 .820 1.219

PNBE -.003 .010 -.053 -.341 .735 .820 1.219

KDK -.010 .130 -.013 -.077 .939 .734 1.361

a. Dependent Variable: FP SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012


(66)

Dari Tabel 4.6. dapat disusun persamaan regresi berganda:

FP = 0.051 + 0.141 PTAK + 0.050 KAML – 0.099 PEINV –0.006 PTPJ + 0.003 PTLB - 0.003 PTEQ – 0.010 KDK + ε

Dari persamaan regresi di atas dapat dilihat bahwa capital expenditure

yang digunakan sebagai salah satu variabel untuk mengukur proksi IOS bernilai negatif. Demikian juga halnya dengan variabel yang digunakan untuk mengukur proksi pertumbuhan perusahaan, terdapat dua variabel yaitu pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan nilai buku ekuitas yang memiliki nilai negatif. Berdasarkan hasil penelitian Kusuma (2008) yang memiliki permasalahan yang sama setiap rasio yang diperoleh dari setiap proksi dihitung rata-ratanya untuk memperoleh satu nilai rasio dari setiap proksi IOS dan pertumbuhan perusahaan. Data inilah yang digunakan sebagai data input dalam prosedur analisis faktor, maka dari hasi analisis faktor untuk variabel IOS diperoleh rasio untuk IOS sebesar 0.031 bertanda positif dan rasio untuk pertumbuhan sebesar 0.02 bertanda negatif. Maka persamaan regresi baru adalah

Y= � − �+ �− �+ �


(67)

Keterangan: α = konstanta

β1 = koefisien regresi IOS

β2 = koefisien regresi pertumbuhan

β3 = koefisien regresi komposisi dewan komisaris ε = error

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dinyatakan:

1. Konstanta sebesar 0.051 menyatakan bahwa apabila variabel independen bernilai nol maka nilai kinerja perusahaan adalah sebesar 0.051

2. Koefisien investment opportunity set (IOS) sebesar 0.031 hal ini

menyatakan bahwa setiap kenaikan sebesar 1% maka akan diikuti dengan kenaikan kinerja perusahaan sebesar 0.031 atau 3.10 %. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa �1 diterima atau dengan kata lain firm performance dipengaruhi oleh IOS.

3. Koefisien pertumbuhan sebesar 0.02 hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan sebesar 1% maka akan diikuti dengan penurunan kinerja perusahaan sebesar 0.02. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa �2 ditolak atau dengan kata lain pertumbuhan perusahaan tidak mempengaruhi firm performance.


(68)

4. Koefisien komposisi dewan komisaris sebesar 0.010 bertanda negatif hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan sebesar 1% maka akan diikuti dengan penurunan kinerja perusahaan sebesar 0.010. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa �3 ditolak atau dengan kata lain komposisi dewan komisaris tidak mempengaruhi kinerja perusahaan. Untuk menguji ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Godness of fit-nyayang meliputi nilai

koefisien determinasi (R2 ), nilai statistik F dan nilai statistik t.

4.4.2. Koefisien Determinasi (��)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau prediktornya. Range nilai pada �2 adalah 0 <�2> 1. Varian yang mendekati nol semakin tidak baik. Kelemahan dalam penggunaan koefisien ini adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen yang digunakan maka koefisien determinan akan semakin bertambah walaupun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan ke dalam model. Oleh karena itu, banyak peneliti yang menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R square untuk


(69)

Tabel 4.7. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .537a .288 .150 .09918

a. Predictors: (Constant), KDK, KAML, PTPJ, PEINV, PTLB, PNBE, PTAK

b. Dependent Variable: FP SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Tabel 4.7 di atas mengindikasikan bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0.288 hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 28.8%. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 28.8% kinerja perusahaan dipengaruhi oleh IOS dan 71.2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam penelitian.

4.4.3 Uji Parsial (t-Test)

Uji parsial bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual atau parsial terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan uji dua sisi dengan derajat kebebasan sebesar 5% agar kemungkinan terjadinya gangguan kecil. Dalam penelitian ini diperoleh sampel pada sebelas perusahaan dengan periode pengamatan selama empat tahun, maka total sampel


(70)

sebanyak 44 laporan tahunan perusahaan. Nilai t-tabel dengan jumlah sampel (n)=44; jumlah variabel (k)= 7; taraf signifikansi α=5%; degree of freedom (df) = n - k = 44 - 7= 37 sehingga diperoleh nilai tabel sebesar

1.687.

Kriteria yang digunakan dalam hipotesis adalah uji t ini dilakukan dengan membandingkan signifikansi t-hitung dengan ketentuan:

• Jika t hitung < t tabel pada α 5%, maka Ha tidak dapat diterima, • Jika t hitung > t tabel pada α 5%, maka Ha diterima.


(71)

Tabel 4.8. Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .051 .063 .809 .424

PTAK .141 .119 .210 1.187 .243 .629 1.591

KAML .050 .015 .479 3.343 .002 .964 1.037 PEINV -.099 .215 -.067 -.461 .648 .948 1.055

PTPJ -.006 .030 -.032 -.187 .852 .687 1.455 PTLB .003 .008 .069 .443 .661 .820 1.219

PNBE -.003 .010 -.053 -.341 .735 .820 1.219 KDK -.010 .130 -.013 -.077 .939 .734 1.361 a. Dependent Variable: FP

SUMBER: Hasil olahan data penulis 2012

Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan aktiva, capital expenditure, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba,

pertumbuhan nilai buku ekuitas, dan komposisi dewan komisaris yang digunakan untuk mengukur signifikansi terhadap variabel independen memiliki nilai yang jauh lebih besar diatas 0.05 atau 5%.Jadi dapat disimpulkan bahwa hanya kemampuan aktiva menghasilkan laba yang


(1)

Coefficient Correlationsa

Model KDK KAML PTPJ

PEIN

V PTLB PNBE PTAK

1 Correlations KDK 1.000 .051 -.149 -.086 .258 .396 .206

KAML .051 1.000 .061 .139 .029 .107 .014

PTPJ -.149 .061 1.000 .123 -.074 -.019 -.519

PEINV -.086 .139 .123 1.000 .042 .072 -.111

PTLB .258 .029 -.074 .042 1.000 .168 -.204

PNBE .396 .107 -.019 .072 .168 1.000 .009

PTAK .206 .014 -.519 -.111 -.204 .009 1.000

Covariances KDK .017 9.964 .000 -.002 .000 .000 .003

KAML 9.964 .000 2.753 .000 3.325 1.522 2.559

PTPJ .000 2.753 .001 .001 -1.729 -5.608 -.002

PEINV -.002 .000 .001 .046 6.985 .000 -.003

PTLB .000 3.325 -1.729 6.985 5.942 1.234 .000

PNBE .000 1.522 -5.608 .000 1.234 9.081 1.056

PTAK .003 2.559 -.002 -.003 .000 1.056 .014


(2)

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions

(Constant) PTAK KAML PEINV PTPJ PTLB PNBE KDK

1 1 4.123 1.000 .00 .01 .01 .02 .01 .01 .00 .00

2 1.140 1.902 .00 .04 .03 .02 .18 .18 .02 .00

3 .968 2.063 .00 .00 .01 .00 .01 .00 .72 .00

4 .708 2.414 .00 .01 .00 .01 .28 .62 .01 .00

5 .465 2.976 .00 .07 .02 .80 .06 .00 .03 .01

6 .293 3.754 .01 .17 .73 .05 .22 .01 .01 .02

7 .267 3.927 .01 .57 .13 .06 .21 .11 .04 .08

8 .036 10.695 .97 .13 .07 .04 .04 .06 .17 .87

a. Dependent Variable: FP

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value .0666 .2962 .1403 .05775 44

Residual -.13395 .18890 .00000 .09074 44

Std. Predicted Value -1.277 2.699 .000 1.000 44

Std. Residual -1.351 1.905 .000 .915 44


(3)

(4)

(5)

(6)

Uji One-Sample Kollmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 44

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .08332312

Most Extreme Differences Absolute .130

Positive .130

Negative -.078

Kolmogorov-Smirnov Z .860

Asymp. Sig. (2-tailed) .450

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Cash Dividend Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013

1 49 103

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan GoodCorporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Perusahaan

5 40 108

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN - Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 1 9

Hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Firm Performance, Studi Kasus pada BUMN (2008-2011)

0 0 11