Pengaruh kepemilikan manajerial, Investment Opportunity Set (IOS) dan Price to Book Ratio terhadap konservatisme akuntansi

PENGARUH KEPE PEMILIKAN MANAJERIAL, INVESTMEN NT OPPORTUNITY SET (IO (IOS), DAN PRICE TO BOOK RATIO TERH RHADAP KON ONSERVATISME AKUNTANSI

SKRIPSI Diajukan untuk Melengk engkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-S Syarat

untuk Mencapai G ai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi i Fakultas E as Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh: NUR WAHYUDIYATI

F 1306593

FAKULTAS EKONOMI UNIV IVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

MOTTO

Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi seuntai maaf yang tulus.

Pemaaf yang sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh. (Mahatma Gandhi)

Sesungguhnya setiap kebaikan itu menciptakan cahaya dalam hati, sinar pada wajah, kekuatan pada fisik,dan keluasan pada rezeki. Dan sesungguhnya pada

setiap kejahatan itu menciptakan kegelapan dalam hati, rona hitam pada wajah,

kelemahan pada fisik dan kesempitan pada rezeki. (Abdullah bin Abbas)

Aku adalah diriku sendiri, dan bukan orang lain. ( my self)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan untuk : © Mamaku atas doa dan semuanya

© Kakak-kakakku tercinta © ”Cahaya”ku tersayang © Sahabat dan teman-temanku © Almamaterku

KATA PENGANTAR

Assalaamu ’alaikum w.w Dengan memanjatkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar sarjana ekonomi jurusan Akuntansi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Setulus hati penulis menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas semua limpahan rahmat, karunia dan ridhoNya yang telah diberikan untukku dan juga untuk semua manusia yang hidup di dunia ini.

2. Prof. DR. Bambang Sutopo M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Jaka Winarna, Drs., M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi waktu, saran dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Mama, terima kasih yang tiada kiranya atas semua perhatian, kasih sayang, pengorbanan dan doa tiada henti-hentinya untukku. Maaf jika sampai sekarang 5. Mama, terima kasih yang tiada kiranya atas semua perhatian, kasih sayang, pengorbanan dan doa tiada henti-hentinya untukku. Maaf jika sampai sekarang

6. Semua keluargaku, mas-mas dan mba-mbakku…terima kasih atas semua doa dan dukungannya.

7. Semua sahabat dan teman-temanku, makasih, selalu kompak dan tetep semangat.

8. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun penulis nantikan untuk menjadikan skripsi ini lebih sempurna di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Surakarta, April 2010

Penulis

D. Price to Book Ratio dan Konservatisme Akuntansi ……...... 27

E. Kerangka Pemikiran ……………………………………..…. 30 BAB III METODA PENELITIAN

31

A. Jenis Penelitian ………………………………………....

31

B. Data, Populasi, dan Sampel ……………………………..

C. Variabel Penelitian Dan Pengukurannya

32

1. Variabel Independen ……………………………….

33

2. Variabel Dependen …………………………………

33

3. Variabel Kontrol ……………………………………

D. Analisis Data

34

1. Analisis Deskriptif …………………………………..

34

2. Uji Normalitas Data …………………………………..

3. Uji Asumsi Klasik

a. Pengujian Multikolinearitas …………………….… 35

35

b. Pengujian Autokorelasi …………………….……..

36

c. Pengujian Heterokedastisitas …………………..….

4. Pengujian Hipotesis

d. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R²) ..................... 38

e. Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F)……… 38

f. Pengujian Signifikansi Parameter Individu (Uji T) …. 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Kerangka Pemikiran …………………………………….. 29 Gambar IV.1 Uji Heteroskedastisitas …………………………………… 46

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Kriteria Pengambilan Sampel …………………………

40 Tabel IV.2 Statistik Deskriptif …………………………………….

41 Tabel IV. 3 Uji Normalitas Data .....................................................

43 Tabel IV.4 Uji Multikolinearitas .....................................................

44 Tabel IV.5 Uji Autokorelasi ........................................................

45 Tabel IV.6 2 Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R )...................................

47 Tabel IV.7 Koefisien Regresi Simultan (Uji F)................................

48 Tabel IV.8 Uji Signifikansi Parameter Individu (Nilai T)................... 49

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Perusahaan Sampel

2. Data Penelitian

3. Statistik Deskriptif

4. Regresi

5. Surat Pernyataan Skripsi

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN PRICE TO BOOK RATIO TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI NUR WAHYUDIYATI

F 1306593

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kepemilikan manajerial, investment opportunity set (IOS) dan price to book ratio terhadap konservatisme akuntansi.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling . Periode penelitian tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :1). Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi -0.064 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.491. 2). Investment opportunity set (IOS) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0.067 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.323. 3). Price to Book Ratio berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar -0.009 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.009.

Kata kunci : konservatisme, kepemilikan manajerial, IOS, price to book ratio

THE EFFECT OF MANAGERIAL OWNERSHIP, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) AND PRICE TO BOOK RATIO TO ACCOUNTING CONSERVATISM NUR WAHYUDIYATI

F 1306593

ABSTRACT

The objective of this research is to test the effect of managerial ownership, investment opportunity set and price to book ratio to accounting conservatism. Population in this research is manufacturing company enlisted at Indonesian Stock Exchange. Purposive sampling used to take the samples. Research period 2006 to 2008. Multiple regression used to test hypothesis.

Result of this research indicate that : 1). Managerial ownership do not have an effect on conservatism. This result shown from regression’s coefficient -0.064 with significance level 0.491. 2). Investment Opportunity set do not have an effect on accounting conservatism. This result shown from regression’s coefficient - 0.067 with significance level 0.323. 3). Price to Book Ratio have an effect on accounting conservatism. This result shown from regression’s coefficient -0.009 with significance level 0.009.

Key word : conservatism, managerial ownership, IOS, price to book ratio

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Informasi yang disampaikan melalui laporan keuangan ini digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip – prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya. Dalam upaya untuk menyempurnakan laporan keuangan tersebut lahirlah konsep konservatisme. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan keuntungan lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009).

Sari (2004) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan prinsip yang mengundang pro dan kontra. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan metode yang konservatif akan cenderung bias dan tidak menunjukan hal yang sebenarnya sehinga tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan yang hendak menilai resiko perusahaan. Sedangkan pihak pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme akan menjadi hal yang baik Sari (2004) menyatakan bahwa akuntansi konservatif merupakan prinsip yang mengundang pro dan kontra. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun berdasarkan metode yang konservatif akan cenderung bias dan tidak menunjukan hal yang sebenarnya sehinga tidak dapat digunakan oleh para pengguna laporan keuangan yang hendak menilai resiko perusahaan. Sedangkan pihak pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme akan menjadi hal yang baik

Kiryanto dan Supriyanto (2006) menjelaskan bahwa definisi akuntansi konservatif umum yang digunakan bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk aktiva dan pendapatan serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan beban. Apabila laba konservatisme tersebut didasarkan pada efisiensi kontrak maka kekayaan (neraca) juga akan konservatisme sehingga laba yang diperoleh perusahaan tersebut akan menambah kekayaan pemilik (modal). Wardhani (2008) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi dalam perusahaan diterapkan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisme dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan adalah komitmen manajemen dan pihak internal perusahaan dalam memberikan informasi yang transparan, akurat dan tidak menyesatkan bagi investornya.

Lo (2005) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan memilih prinsip atau kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva dan meninggikan penilaian utang. Pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan menjadi bias sehingga tidak dapat dijadikan alat oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi risiko perusahaan. Di lain pihak, yang mendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate.

Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa dalam masalah keagenan, manajer memiliki insentif untuk menunda pengakuan kerugian karena hal ini dapat berdampak pada pelaporan laba tahun ini. Manajer dapat saja mengambil keuntungan pribadi dalam penundaan pengakuan rugi ini, karena adanya keuntungan pribadi yang didapatkan oleh manajer seperti mendapatkan bonus atau prestise sebagai manajer perusahaan besar. Masalah keagenan muncul ketika kepentingan antara pemegang saham dan manajer tidak sejalan. Semakin besar kepemilikan manajerial menunjukkan pertahanan manajer yang semakin besar. Manajer memiliki kecenderungan untuk Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa dalam masalah keagenan, manajer memiliki insentif untuk menunda pengakuan kerugian karena hal ini dapat berdampak pada pelaporan laba tahun ini. Manajer dapat saja mengambil keuntungan pribadi dalam penundaan pengakuan rugi ini, karena adanya keuntungan pribadi yang didapatkan oleh manajer seperti mendapatkan bonus atau prestise sebagai manajer perusahaan besar. Masalah keagenan muncul ketika kepentingan antara pemegang saham dan manajer tidak sejalan. Semakin besar kepemilikan manajerial menunjukkan pertahanan manajer yang semakin besar. Manajer memiliki kecenderungan untuk

Fala (2007) menyatakan bahwa teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Manajemen dengan kontrol kepemilikan besar memiliki insentif yang lebih rendah untuk melakukan self-serving behavior yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dan bisa jadi memiliki lebih banyak kecenderungan untuk menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme untuk meningkatkan kualitas laba. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dengan menerapkan konservatisme akuntansi.

Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berperan dalam upaya mengurangi konflik yang terjadi antara pemegang saham dan manajer yang secara potensial terjadi karena adanya invesment opportunity set (IOS). IOS mempengaruhi nilai perusahaan karena berkaitan dengan aspek tingkat pertumbuhan perusahaaan. Kebijakan investasi yang tepat akan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan yang berarti ada potensi untuk peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Namun demikian manajer terkadang memiliki orientasi negatif dengan melakukan investasi dengan NPV negatif yang terkadang merugikan perusahaan. Untuk menghindari perilaku manajer yang melakukan tindakan oportunis dalam melakukan investasinya maka pemegang saham menghendaki perusahaan untuk menerapkan akuntansi yang konservatif.

Pae et al, (2005) menyatakan bahwa price to book ratio berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Price to Book Ratio menunjukkan reaksi pasar terhadap apa yang terjadi di perusahan yang terwujud pada harga saham perusahaan. Investor akan bereaksi dengan naiknya harga saham bila ada informasi yang positif dari perusahaan dan sebaliknya. Price to Book Ratio yang rendah mengindikasikan adanya kesulitan keuangan perusahaan atau isu lain berkaitan dengan isu likuditas perusahaan yang direaksi secara negatif oleh pasar, sehingga apabila P/B rendah maka permintaan akan akuntansi yang konservatif menjadi semakin tinggi.

Penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian Lafond dan Rouchowdhury (2007) yang menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan

IOS terhadap kebijakan akuntansi konservatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Lafond and Rouchowdhury (2007) menggunakan pendekatan pasar dengan mengacu pada Basu (1997), sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan akrual yang mengacu pada Givoly and Hayn (2002). Penelitian sebelumnya dilakukan di USA dengan periode penelitian tahun 1994 sampai dengan tahun 2004, sedangkan penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan tahun sampel 2006 sampai dengan tahun 2008. Penelitian ini menambahkan satu variabel yaitu Price to Book Ratio yang mengacu pada penelitian Pae et al, (2005).

Berdasar pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), DAN PRICE TO BOOK RATIO TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi?

2. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi?

3. Apakah Price to Book Ratio berpengaruh signifikan terhadap konservatisme akuntansi?

C. Tujuan Penelitian

1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap konservatisme akuntansi.

2. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Investment opportunity set terhadap konservatisme akuntansi.

3. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh Price to Book Ratio terhadap konservatisme akuntansi.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak manajemen perusahaan terutama mengenai keunggulan atau kekurangan dari penerapan akuntansi konservatif.

2. Bagi investor, pemahaman akan akuntansi konservatif diharapkan akan membuat investor lebih mengerti akan apa yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga dapat membuat keputusan bisnis yang tepat.

3. Bagi pihak regulator, dalam hal ini BAPEPAM, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai pentingnya penerapan akuntansi konservatif sehingga diharapkan BAPEPAM dapat membuat peraturan yang mendukung penerapan akuntansi konservatif.

4. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian serta dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan konservatisme.

E. Sistematika Penulisan

BAB I

: Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penulisan penelitian. Selain itu dibahas juga tentang perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II

: Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Bab ini membahas beberapa telaah literatur yang mendukung hipotesis dalam penelitian ini. Meliputi berbagai review penelitian terdahulu dan teori yang digunakan dalam menyusun hipotesis penelitian.

BAB III : Metoda Penelitian

Bab ini membahas tentang populasi, sampel dan teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel dan metode analisis data.

BAB IV

: Analisis dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang pengolahan data, pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasannya.

BAB V

: Kesimpulan

Bab ini akan menguraikan kesimpulan hasil penelitian serta saran bagi pihak-pihak yang terkait dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya.

BAB II TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Konservatisme Akuntansi

Konservatisme adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989). Konservatisme, dari sudut pandang manajemen atau penyusun laporan keuangan didefinisikan sebagai metoda akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metoda akuntansi, tetapi juga estimasi yang Konservatisme adalah reaksi yang hati-hati (prudent reaction) menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko yang inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aktiva. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan. Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989). Konservatisme, dari sudut pandang manajemen atau penyusun laporan keuangan didefinisikan sebagai metoda akuntansi berterima umum yang melaporkan aktiva dengan nilai terendah, kewajiban dengan nilai tertinggi, menunda pengakuan pendapatan, serta mempercepat pengakuan biaya. Definisi ini menunjukkan bahwa akuntansi konservatif tidak saja berkaitan dengan pemilihan metoda akuntansi, tetapi juga estimasi yang

Basu (1997) menginterpretasikan konservatisme sebagai kecenderungan akuntan menggunakan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui good news sebagai keuntungan dibanding mengakui bad news sebagai kerugian. Perbedaan pengakuan terhadap kedua informasi laba menyebabkan asymetric timeliness karena perbedaan sensitifitas laba terhadap bad news dan good news . Watts (2003) mendifinisikan konservatisme sebagai perbedaan permintaan akan verifiability dalam mengakui laba atau kerugiaan. Konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang penerapannya akan menyebabkan angka laba dan aset menjadi rendah dan biaya dan hutang menjadi tinggi. Penerapakan akuntansi yang konservatif akan menjadikan perusahaan untuk lebih mengantisipasi tidak adanya laba dan lebih cepat mengakui terjadinya kerugian.

Lo (2005) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan memilih prinsip atau kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva dan meninggikan penilaian utang. Pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan menjadi bias Lo (2005) mendefinisikan konservatisme sebagai suatu pandangan pesimistik dalam akuntansi. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi dengan memilih prinsip atau kebijakan yang memperlambat pengakuan pendapatan, mempercepat pengakuan biaya, merendahkan penilaian aktiva dan meninggikan penilaian utang. Pada kenyataannya terdapat pro dan kontra seputar penerapan prinsip konservatisme. Para pengkritik konservatisme menyatakan bahwa prinsip ini menyebabkan laporan keuangan menjadi bias

Givoly dan Hayn (2000) dan Watts (2003) menunjukkan perspektif jangka panjang terhadap konservatisma. Givoly dan Hayn (2000) mendefinisikan konservatisma sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan keuntungan. Watts (2003) menyatakan konservatisma menyebabkan understatement terhadap laba dalam perioda kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada perioda-perioda berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada perioda tersebut. Secara ringkas, mereka menyatakan bahwa konservatisma akuntansi menyebabkan understatement yang persisten dari laba laporan kumulatif dan aset bersih sepanjang perioda waktu.

Juanda (2007) menyatakan bahwa konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang jika diterapkan akan menghasilkan angka-angka laba dan aset cenderung rendah, serta angka-angka biaya dan utang cenderung tinggi. Kecenderungan seperti itu terjadi karena konservatisme menganut prinsip memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Akibatnya, laba yang dilaporkan cenderung terlalu rendah (understatement). Perkembangan yang terjadi justru menunjukkan bahwa eksistensi praktik konservatisme akuntansi semakin meningkat. Eksistensi konservatisme yang dipraktikkan masing-masing perusahaan bisa berbeda, karena adanya berbagai alternatif pilihan metoda akuntansi. Di samping itu, disebabkan pula oleh adanya perbedaan kondisi masing-masing perusahaan.

Watts (2003) menyatakan bahwa konservatisme tidak dapat dilepaskan dari efficient contracting theory. Berdasarkan efficient contracting theory maka konservatisme menyatakan bahwa besarnya laba yang diantisipasi merupakan fungsi langsung dari kemampuan perusahaan dalam mengestimasi laba perusahaan di masa yang akan datang. Secara intuitif, prinsip konservatisme ini bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi pada masa mendatang. Berdasarkan hal tersebut penulis menduga bahwa penerapan akuntansi konservatif dapat dijadikan media prediktif tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

Sari dan Adhariani (2009) menyatakan bahwa jika ditinjau lebih jauh ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda–beda. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan (2007), PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan. Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang Sari dan Adhariani (2009) menyatakan bahwa jika ditinjau lebih jauh ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda–beda. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aktiva tetap dan penyusutan (2007), PSAK No. 19 mengenai aktiva tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan. Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung konsep konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang

Lasdi (2008) menyatakan bahwa beberapa metoda berikut menunjukkan bahwa standar akuntansi yang berlaku mengijinkan manajer untuk memilih berbagai metoda yang dapat diterapkan dalam kondisi atau transaksi yang sama, sehingga memungkinkan perusahaan menggunakan metoda yang dirasa paling tepat. Kebebasan memilih standar akuntansi dapat menghasilkan angka-angka yang berbeda dalam laporan keuangan yang pada akhirnya akan menyebabkan laba yang cenderung konservatif. Beberapa metoda dan estimasi akuntansi dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang menyebabkan konservatisma diskresioner (tetapi bukan hanya konservatisma dikresioner) dalam pelaporan keuangan adalah (Widya, 2004; dan Lo, 2005):

1. PSAK No. 1 (Revisi 1998) tidak mengatur ketentuan mengenai taksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dalam penyajian laporan keuangan, padahal terdapat beberapa cara estimasi kerugian piutang.

2. PSAK No. 13 mengenai akuntansi untuk investasi, menyatakan bahwa biaya dapat ditentukan berdasarkan FIFO, rata-rata tertimbang, atau LIFO. Nilai pasar dapat ditentukan berdasarkan portofolio agregat, dalam total atau menurut urutan kategori investasi, atau investasi individual, secara konsisten.

3. PSAK No. 14 memberikan kebijakan kepada manajemen untuk menghitung biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk 3. PSAK No. 14 memberikan kebijakan kepada manajemen untuk menghitung biaya persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk

4. PSAK No. 16 mengijinkan manajemen untuk mengestimasi masa manfaat suatu aktiva tetap didasarkan pertimbangan yang berasal dari pengalaman perusahaan ketika masa manfaat aktiva yang digunakan.

5. PSAK No. 17 mengijinkan manajemen memilih metoda penyusutan untuk mengalokasikan jumlah aktiva yang bisa disusutkan dengan suatu dasar sistematis sepanjang masa manfaatnya. Metoda yang digunakan dipilih berdasarkan pola yang diharapkan atas manfaat keekonomian dan secara konsisten digunakan dari perioda ke perioda kecuali terdapat perubahan dalam pola yang diharapkan atas manfaat ekonomis aktiva tersebut.

6. PSAK No. 19 meminta manajemen untuk memilih metoda amortisasi garis lurus untuk aktiva tidak berwujud, kecuali jika suatu perusahaan mempunyai metoda lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Perioda amortisasi harus dapat dievaluasi oleh perusahaan secara teratur untuk menentukan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Pada umumnya masa manfaat suatu aktiva tidak berwujud tidak akan melebihi 20 tahun sejak tanggal aktiva siap digunakan.

Pengukuran Konservatisme Literatur terdahulu menyebutkan berbagai cara untuk mengukur tingkat konservatisme. Penman dan Zhang (2002, 2000) dalam Dewi (2003) menggunakan conservatism index (C-score) sebagai proksi konservatisme neraca, dan earnings quality indicator (Q-score) untuk menghitung tingkat konservatisme laporan laba rugi. C-score menunjukkan tingkat estimasi cadangan akibat penggunaan metoda akuntansi konservatif. Q score menunjukkan kualitas laba akibat penggunaan metoda yang konservatif. Ukuran konservatisme lainnya berdasarkan pada observasi bahwa konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan bad news atau good news terefleksi dalam laba pada waktu yang tidak sama. Hal ini disebabkan karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan harus segera diakui sehingga mengakibatkan bad news lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan good news (Givoly dan Hayn 2002, 2000; Beekes, Pope, dan Young 2002; Ball, Kothari, dan Robin 1999; Basu 1997, Holthausen dan Watts 2001).

Hasil penelitian Gigler dan Hemmer (2001) bertentangan dengan penelitian yang menyebutkan bad news lebih cepat terefleksi dalam harga sekuritas. Gigler dan Hemmer (2001) yang mengembangkan sebuah teori mengenai hubungan antara bias dalam laporan keuangan dan dorongan bagi manajer untuk menerbitkan laporan sukarela dengan tepat waktu, membuktikan bahwa perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis/liberal Hasil penelitian Gigler dan Hemmer (2001) bertentangan dengan penelitian yang menyebutkan bad news lebih cepat terefleksi dalam harga sekuritas. Gigler dan Hemmer (2001) yang mengembangkan sebuah teori mengenai hubungan antara bias dalam laporan keuangan dan dorongan bagi manajer untuk menerbitkan laporan sukarela dengan tepat waktu, membuktikan bahwa perusahaan yang menerapkan akuntansi optimis/liberal

Konservatisme juga diukur menggunakan akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow. Net income yang digunakan adalah net income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan cash flow yang digunakan adalah cash flow operasional. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif (Givoly dan Hayn 2002). Hal ini disebabkan karena laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh oleh perusahaan pada perioda tertentu.

Ukuran lain yang dapat digunakan untuk mengetahui konservatisme laporan keuangan adalah nilai aktiva yang understatements dan kewajiban yang overstatements. Proksi pengukuran ini menggunakan rasio market-book value yang mencerminkan nilai pasar aktiva relatif terhadap nilai buku aktiva perusahaan. Rasio yang bernilai lebih dari 1, mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya. Rasio ini digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) dalam Dewi (2003) ketika meneliti tingkat konservatisme.

B. Kepemilikan Manajerial dan konservatisme Akuntansi

Wardhani (2008) menyatakan bahwa konservatisma akuntansi dalam perusahaan diterapkan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisma dalam pelaporan keuangan Wardhani (2008) menyatakan bahwa konservatisma akuntansi dalam perusahaan diterapkan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisma dalam pelaporan keuangan

Lasdi (2008) menyatakan bahwa beberapa penjelasan pengontrakan telah lebih dulu menunjukkan eksistensi dan pengaruh pervasif dari konservatisme yang menyebabkan manajer mempunyai insentif untuk mengambil informasi apapun dari laba laporan yang akan berpengaruh negatif terhadap kompensasinya. Pemegang klaim yang rasional akan mengurangi kompensasi manajerial melalui pengaruh ekspektasian dari penyalahgunaan jabatan tersebut. Munculnya prinsip konservatisme dan laporan keuangan auditan dapat dianggap berasal dari upaya manajerial untuk membatasi dari pada mengeksploitasi posisi terinformasi secara asimetris dari manajer relatif terhadap pemegang klaim. Debtholders dan kreditur lainnya juga meminta informasi tepat waktu tentang bad news karena nilai opsi dari klaimnya lebih sensitif terhadap penurunan dibanding peningkatan dalam nilai perusahaan. Sehingga konservatisme dikatakan memainkan peran yang bersifat efisien ex ante dalam kontrak antara pihak-pihak yang terkait di dalam perusahaan. Dengan kata lain, jika akuntansi tidak diatur, maka pihak-pihak pengontrakan akan dengan sukarela menyetujui bahwa angka-angka akuntansi yang digunakan untuk membatasi aliran kas diantara mereka seharusnya ditentukan secara konservatif.

Ahmed and Duellman (2007) menyatakan bahwa semakin besar porsi dari kepemilikan manajerial semakin besar pula tekanan dari outsider untuk Ahmed and Duellman (2007) menyatakan bahwa semakin besar porsi dari kepemilikan manajerial semakin besar pula tekanan dari outsider untuk

Lasdi (2008) menyatakan bahwa dalam kasus kompensasi insentif, jika tanpa ukuran laba yang dapat diverifikasi, manajer dapat menerima pembayaran lebih yang akan mengakibatkan nilai saham yang lebih rendah bagi pemegang saham, bahkan setelah penyesuaian dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh manajer, pemegang saham tidak mampu memperoleh kembali kelebihan pembayaran kepada manajer. Laba yang diukur secara konservatif memberikan beberapa insentif yang tepat waktu dan menangguhkan kompensasi kepada manajer untuk aliran kas masa yang akan datang yang tidak dapat diverifikasi dalam perioda sekarang. Hipotesis bonus memprediksi bahwa manajer dengan perencanaan kompensasi berdasar laba cenderung untuk menyatakan laba secara berlebihan. Di lain pihak, ketika laba berada di atas batas atas atau di bawah batas bawah, maka manajer cenderung Lasdi (2008) menyatakan bahwa dalam kasus kompensasi insentif, jika tanpa ukuran laba yang dapat diverifikasi, manajer dapat menerima pembayaran lebih yang akan mengakibatkan nilai saham yang lebih rendah bagi pemegang saham, bahkan setelah penyesuaian dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh manajer, pemegang saham tidak mampu memperoleh kembali kelebihan pembayaran kepada manajer. Laba yang diukur secara konservatif memberikan beberapa insentif yang tepat waktu dan menangguhkan kompensasi kepada manajer untuk aliran kas masa yang akan datang yang tidak dapat diverifikasi dalam perioda sekarang. Hipotesis bonus memprediksi bahwa manajer dengan perencanaan kompensasi berdasar laba cenderung untuk menyatakan laba secara berlebihan. Di lain pihak, ketika laba berada di atas batas atas atau di bawah batas bawah, maka manajer cenderung

Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa masalah keagenan yang terjadi antar manajer dengan pemegang saham menciptakan permintaan yang tinggi akan penerapan akuntansi konservatif. Pemikiran ini ditetapkan dengan asumsi kondisi ceteris paribus dan tidak ada permintaan tetap secara konstan dari penyebab yang lain seperti kontrak hutang. Watts (2003) menyatakan bahwa dalam kasus kompensasi insentif, jika tanpa ukuran laba yang dapat diverifikasi, manajer dapat menerima pembayaran lebih yang akan mengakibatkan nilai saham yang lebih rendah bagi pemegang saham, bahkan setelah penyesuaian dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh manajer, pemegang saham tidak mampu memperoleh kembali kelebihan pembayaran kepada manajer. Laba yang diukur secara konservatif memberikan beberapa insentif yang tepat waktu dan menangguhkan kompensasi kepada manajer untuk aliran kas masa yang akan datang yang tidak dapat diverifikasi dalam perioda sekarang.

Ahmed and Duellman (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan akuntansi konservatif perusahaan. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan oleh pihak eksternal terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan setelah dikontrol dengan jenis industri, ukuran perusahaan, leverage dan growth opportunities. Hasil penelitian ini Ahmed and Duellman (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan akuntansi konservatif perusahaan. Selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan oleh pihak eksternal terhadap kebijakan akuntansi konservatif perusahaan setelah dikontrol dengan jenis industri, ukuran perusahaan, leverage dan growth opportunities. Hasil penelitian ini

Wardhani (2008) menyatakan bahwa dalam konteks konservatisme, kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini memiliki dua pandangan yang berbeda. Kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi faktor pendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehingga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula. Namun, apabila kepemilikan mereka tersebut justru mendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap perusahaan, maka mereka akan lebih cenderung untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih liberal.

Fala (2007) menyatakan bahwa teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari Fala (2007) menyatakan bahwa teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi. Manajer memberikan informasi melalui laporan keuangan bahwa mereka menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme yang menghasilkan laba yang lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aktiva yang tidak overstate. Understatement laba dan aktiva bersih yang relatif permanen yang ditunjukkan melalui laporan keuangan merupakan suatu sinyal positif dari

Lafond dan Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa para manajer cenderung manjadi sumber utama dari informasi tentang kinerja saat ini dan kinerja masa depan perusahaan. Adanya keterbatasan horizon dan kewajiban memunculkan adanya insentif bagi manajer menyatakan nilai secara overstate dengan cara melaporkan laba saat ini lebih tinggi, meningkatkan harapan akan arus kas masa depan dan menghasilkan agency cost. Agency cost diperburuk dengan upaya manajemen untuk mentransfer kekayaan kepada diri sendiri. Hal tersebut tentunya menyimpang dari fungsi utama manajemen yaitu mengelola perusahaan secara efisien dan menciptakan nilai lebih bagi pemegang saham.

Widya (2004) dengan menggunakan proksi struktur kepemilikan perusahaan, juga menemukan hubungan positif antara corporate governance perusahaan dan konservatisme akuntansi. Keduanya menunjukkan bahwa struktur kepemilikan yang terkonsentrasi pada individu tertentu, terutama pada manajer, mempengaruhi pilihan manajemen terhadap konservatisme akuntansi untuk memaksimalkan kompensasi dengan manajemen laba yang menaik. Sehingga penelitian ini memprediksi bahwa semakin besar tingkat kepemilikan manajerial mendorong perusahaan untuk tidak memilih akuntansi konservatif.

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

konservatisme akuntansi.

C. IOS dan Konservatisme Akuntansi

Adam dan Goyal (2006) menyatakan bahwa investment opportunity set merupakan angka yang menunjukkan tingkat pertumbuhan (growth opportunity ) yang dimiliki perusahaan. Dalam agency problem of free cash flow disebutkan bahwa manajer ingin investasi didanai oleh modal sendiri dari pada didanai dengan hutang. Karena hutang menganding resiko kegaglan hutang. Namun pemegang saham ingin free cash flow dibagikan dalam bentuk dividen dengan tujuan meningkatkan kemakmuran. Investasi yang dilakukan manajemen lebik baik didanai oleh hutang. Selain adanya monitoring dari pihak ketiga yaitu kreditur pembiayaan investasi dengan hutang diharapkan akan membuat manajer bekerja lebih baik karena adanya keharusan melunasi hutang. Pembiayaan investasi yang didanai oleh hutang diharapkan akan menghindarkan sifat oportunis yang berlebih bagi manajemen yang memanfaatkan investasi untuk kepentingan pribadi seperti prestise, image dan bonus.

Lasdi (2008) menyatakan bahwa penjelasan pengontrakan untuk konservatisme akuntansi diskresioner didasarkan pada teori keagenan. Menurut teori keagenan, manajer (agents), terikat dengan tindakan oportunistik untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan pemegang saham, debtholders, dan pihak pengontrakan Lasdi (2008) menyatakan bahwa penjelasan pengontrakan untuk konservatisme akuntansi diskresioner didasarkan pada teori keagenan. Menurut teori keagenan, manajer (agents), terikat dengan tindakan oportunistik untuk memaksimalkan kesejahteraannya sendiri dengan mengorbankan pemegang saham, debtholders, dan pihak pengontrakan

Lestari (2004) mengajukan beberapa metode yang digunakan untuk menghitung IOS, antara lain :

1. Proksi berdasarkan harga · Market to book value of equity = ( Jumlah saham beredar x Harga Penutupan Saham)

Total Ekuitas

· Tobin Q

= {(Jumlah saham beredar x harga penutupan) + Total Utang

+ Inventory – Aktiva Lancar} : Total Aktiva · Rasio firm value to book value of PPE (VPPE) = {Total aktiva – Total ekuitas + (lembar saham beredar x harga penutupan saham)} : aktiva tetap bersih

2. Proksi berdasarkan investasi · Capital expenditure to firm value (perubahan modal dengan harga

pasar perusahaan) CAPMVA = Modal Saham t – Modal Saham t-1

Total aktiva – Total ekuitas + (Jmlh saham beredar x Hrg penutupan)

Adam and Goyal (2007) menyatakan bahwa IOS memiliki peran yang penting dalam kebijakan keuangan perusahaan. Kebijakan IOS akan berdampak pada aspek keuangan perusahaan seperti struktur modal perusahan, kotrak hutang, kebijakan dividen, kontrak kompensasi dan kebijakan akuntansi perusahan. Kebijakan investasi yang dilakukan perusahaan melalui IOS akan mempengaruhi jumlah aktiva perusahaan. Kiryanto dan Suprianto (2006) menyatakan bahwa hipotesis biaya politik (polical cost hypothesis) menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan metode yang dapat mengurangi laba periodik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Dengan kata lain bahwa perusahaan besar cenderung lebih konservatif dari pada perusahaan kecil dan sebaliknya. Perusahaan kecil mempunyai lebih banyak komponen transitori dalam labanya dan laba perusahaan kecil cenderung lebih fluktuatif dan kurang dapat diprediksi (predictable) dari pada perusahaan besar.

Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa masalah yang potensial muncul adalah ketika kebijakan investasi dibuat berdasarkan efek dari laba perusahaan. Penerapan konservatisma yang besar potensial untuk Lafond and Rouchowdhury (2007) menyatakan bahwa masalah yang potensial muncul adalah ketika kebijakan investasi dibuat berdasarkan efek dari laba perusahaan. Penerapan konservatisma yang besar potensial untuk

Lafond and Rouchowdhury (2007) memberikan gambaran tentang hubungan antara IOS dan konservatisma akuntansi. Akuntansi secara tradisional tidak merespon perubahan nilai pertumbuhan dan aktiva tak berwujud perusahaan. Akuisisi dan perubahan nilai turunan dari aktiva biasanya tidak dicatat kecuali secara ekternal diperoleh dan dapat diverifikasi. Konsekuensinya bisa terjadi penurunan nilai karena aset yang tidak dicatat yang tentunya tidak diakui. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa IOS, pada perusahaan dimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh pertumbuhan dan aktiva tidak berwujud akan menjadikan asosiasi yang negatif antara IOS dengan hubungan antara kepemilikan manajerial dan konservatisma akuntansi.

H2 : Investment Opportunity Set berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

D. Price to Book Ratio dan Konservatisme Akuntansi