BAB I PENDAHULUAN - Strategi Peningkatan Pendapatan Usahatani Ubi Kayu Di ” (Studi Kasus : Desa Lau Bekeri, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Salah satu jenis pangan yang sudah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani diseluruh Indonesia adalah ubi kayu. Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat terbanyak. Di Indonesia, ubi kayu menjadi makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Ubi kayu menjadi makanan alternatif pengganti makanan pokok ketika Indonesia kekurangan bahan pangan ( beras ). Pada tahun 1968 Indonesia menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia (Jafar, 2003). Ubi kayu merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah beras dan jagung, dengan kondisi daerah penelitian yang cocok dalam mengembangkan ubi kayu akan sangat mudah mendapatkan keuntungan, disamping itu ubi kayu memiliki biaya penanaman dan pemeliharaan yang lumayan rendah, semantara hasilnya atau produksinya sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani yang cukup tinggi (Nuryani,S dan Soedjono, 1994).

  Ubi kayu merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki produktivitas paling tinggi per satuan luas lahan bila dibandingkan dengan tanaman padi, jagung dan ubi jalar. Meskipun demikian peranan ubi kayu sebagai penyedia karbohidrat masih lebih rendah dibanding dengan padi, dan jagung.

  Peran ubi kayu juga semakin pudar setelah hadirnya terigu impor yang tersedia secara meluas yang dapat terjangkau oleh seluruh masyarakat. Panganan dari bahan terigu semakin tersebar dan beragam, sementara panganan dari bahan ubi kayu relatif tidak berkembang. Seiring dengan itu pula pendapatan petani ubi kayu hampir tidak mengalami peningkatan, bahkan ikut menurun. Untuk meningkatkan kembali pamor ubi kayu sebagai alternatif sumber karbohidtrat perlu dibuat suatu strategi penyediaan karbohidrat di Indonesia bersumber dari ubi kayu.

  Ubi kayu merupakan sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori bagi banyak orang. Biasanya produksi ubi kayu berasal dari pertanian dalam skala kecil yang kebanyakan memiliki lahan yang diolah seadanya. Dengan kata lain, kurangnya kepercayaan petani dalam mengembangkan ubi kayu. Sementara jika diolah dengan sungguh-sungguh dan dalam skala besar akan menambah kontribusi yang lebih besar bagi daerah tersebut dan cukup menguntungkan bagi petani ubi kayu (Sundari, 2010). Kekurangan pangan akan menyebabkan kerawanan ekonomi bagi suatu negara, oleh karena itu ubi kayu penting untuk dikembangkan. Di beberapa daerah yang sulit diperoleh beras, ubi kayu digunakan sebagai bahan makanan cadangan sehingga masyarakat sebagai bahan makanan pokok.

  Dalam mengembangkan usahatani, kegiatan utama yang dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningktan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembagunan pertanian. Produksi dan produktivitas ubi kayu pada petani masih rendah karena penggunanan varietas unggul belum memasyarakat dan teknik budi dayanya masih tradisional. Namun langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menumbuhkan pola agribisnis di daerah-daerah sentra produksi. Di samping itu, untuk memacu penganekaragaman produk dan stabilitas harga (pasar) perlu ditumbuhkembangkan industri-industri pengolahan hasil yang berwawasan agroindustri berbahan baku ubi kayu (Rukmana, 1997).

  Untuk meningkatkan produktivitas, maka strategi pemberdayaan petani menjadi penting, upaya yang digunakan untuk memenuhi strategi adalah dengan meningkatkan pengetahuan petani melalui penyuluhan, penyediaan bibit yang bermutu dan harga terjangkau oleh ekonomi petani sehingga perlu didukung oleh permodalan (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Petani merupakan subjek utama yang menentukan kinerja produtivitas usahatani yang dikelolanya. Secara naluri petani menginginkan usahataninya memberikan manfaat tertinggi dari sumber daya yang dikelola. Produktivitas sumber daya usahatani tergantung pada teknologi yang diterapkan. Oleh karena itu, kemampuan dan kemauan petani dalam menggunankan teknologi yang didorong oleh aspek social dan ekonomi merupakan syarat mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian dalam rangka meningkatkan produktivitas di suatu daerah (Yusdja,dkk, 2004) Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbeda- beda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan.

  Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani harus mempertimbangkan harga jual produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya. Keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani akibat efektivitas dan efesiensi usahatani yang rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh diluar harapan yang dikhayalkan petani (Fadholi,1991). Permasalahan dalam pengembangan komoditi ubikayu secara umum adalah penerapan teknologi belum optimal, penggunaan benih bermutu masih rendah, penggunaan pupuk berimbang dan organik masih rendah, kompetisi lahan dengan komoditi lainnya, harga kurang menarik dibandingkan komoditas lain, masih dianggap sebagai tanaman sela dalam sistem budidaya, pemasaran kurang terjamin, lemahnya akses petani terhadap sumber permodalan/pembiayaan usaha, dan kelembagaan dan kemitraan usaha belum berkembang Sumatera utara merupakan salah satu daerah potensial untuk menghasilkan ubi kayu. Dari tabel 1 dapat dilihat sentra produksi ubi kayu di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara mulai tahun 2007 hingga tahun 2011. Data ini merupakan data yang dipublikasikan melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara.

  Tabel 1. Produksi Tanaman Ubi Kayu Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2011

Kabupaten/Kota 2007 2008 2010 2011

2009

  

1. N i a s 3 021 7 963 51 298 5 981 2 857

2 982 3 238 1 799 1 967 1 951

  2. Mandailing Natal

  

3. Tapanuli Selatan 13 541 18 269 8 854 9 955 7 377

14 361 27 986 33 506 34 076 31 057

  4. Tapanuli Tengah 16 000 26 068 37 451 38 398 43 852

  5. Tapanuli Utara

  

6. Toba Samosir 7 681 7 949 10 560 29 760 35 933

3 393 4 451 2 428 164 114

  7. Labuhanbatu

  

8. A s a h a n 15 384 10 565 18 536 18 464 17 265

144 954 309 303 373 304 351 575 327 185

  9. Simalungun

  

10. D a i r i 2 567 5 808 6 280 10 778 8 595

2 412

  • 52 848 345

  11. K a r o

  

12. Deli Serdang 78 800 75 497 167 017 78 734 116 834

6290 7 974 9 244 10 793 39 827

  13. L a n g k a t

  

14. Nias Selatan 8 665 15 870 72 585 53 452 10 724

  15. Humbang Hasundutan 4 274 12 883 12 469 13 845 24 324 463 405 441 2 502 2 781

  16. Pakpak Bharat 2 495 4 985 16 163 7 379 8 102

  17. Samosir

  

18. Serdang Bedagai 96 726 155 389 111 066 148 734 292 398

  19. Batu Bara x 16 205 22 994 23 436 63 159

  

20. Padang Lawas Utara x x 8 925 7 457 8 518

x x 10 482 7 882 4 068

  21. Padang Lawas

  22. Labuhanbatu Selatan x x x 1 426 1 091

  23. Labuhanbatu Utara x x x 3 391 3 817

  24. Nias Utara x x x 5 545 6 067

  25. Nias Barat x x x 851 1 668

  71. S i b o l g a

  • 72. Tanjungbalai 351 387 390 1 062 484

    4 461 7 106 9 091 10 210 10 290

  73. Pematangsiantar

  

74. Tebing Tinggi 3 273 6 610 7 148 8 695 7 889

4 737 4 616 7 533 7 260 2 348

  75. M e d a n

  

76. B i n j a i 2 372 2 863 3 147 3 678 1 236

1 780 1 971 4 521 4 877 7 052

  77. Padangsidimpuan

  

78. Gunungsitoli x x x 2 398 2 503

438 573 736 771 1 007 284 905 571 1 091 711 Sumatera Utara

  Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012

  Perkembangan sektor pertanian, khususnya dalam pengembangan tanaman ubi kayu sangat diharapkan menunjang sasaran pembangunan Kabupaten Deli Serdang sebagai daerah yang sebagian penduduknya bekerja disektor pertanian. Dimana diantara sebagian penduduknya mengusahakan tanaman ubi kayu.

  Disamping itu sektor ini juga diharapkan sangat mendorong peningkatan pendapatan petani regional yang akhirnya meningkatkan pendapatan penduduk di daerah ini.

  1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1)

  Bagaimana pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ? 2)

  Faktor internal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ? 3)

  Faktor eksternal apa yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian ? 4)

  Bagaimana strategi peningkatan pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk menganalisis pendapatan usahatani ubi kayu di daerah penelitian .

  2) Untuk mengidentifikasi faktor internal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian.

  3) Untuk mengidentifikasi faktor eksternal yang terdapat pada pendapatan usahatani ubi kayu didaerah penelitian.

  4) Untuk menentukan strategi peningkatan pendapatan usahatani didaerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

  Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1) Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2) Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan . 3)

  Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Petanian Universitas Sumatera Utara Medan.