ANALISIS KRITIS TERHADAP DIMENSI IDEOLOGIS REFORMASI AGRARIA DAN CAPAIAN PRAGMATISNYA

ANALISIS KRITIS TERHADAP DIMENSI IDEOLOGIS REFORMASI AGRARIA DAN CAPAIAN PRAGMATISNYA

Ali Imron

Fakultas Hukum Universitas Merdeka Malang Jl. Terusan Raya Dieng No. 62-64 Malang E-mail: aim2353@yahoo.com

Abstract

An idea about agrarian reform was stated againin all over the world. This phenomenon was followed by various studies about the model and the concept of agrarian reform and even it became the agendaofsome international organizations, state governmentand various social organizations in rural areas in developed countries. Ups and downs of the agrarian reform program that the core was on the landreformin Indonesia was done without something special and clear target although the strong will of the founding fathers hadbeen formulated clearly in both the constitution and UUPA. Essentially in both principle norms there was an effort to form life and structure in a society, nation, and country more fairly. The factors which influenced the policy inconsistency, considering the agrarian reform, were not only dealing with social-economy, but it also had an ideological background. The main design of the agrarian reform was not enough to be formed by the law and political actors, but it was also done by economy actors and it even had to involve people organization proportionally, mainly to avoid the pragmatism behavior.

Key words: Agrarian Reform, landreform, pragmatism behavior

Abstrak

Gagasan mengenai penataan struktur agraria atau agrarian reform bergulir kembali ke permukaan di berbagai belahan dunia. Fenomena tersebut diikuti berbagai studi tentang model dan konsep reforma agraria bahkan sudah menjadi agenda dari berbagai badan internasional, pemerintahan negara maupun berbagai gerakan organisasi sosial pedesaan di negara-negara berkembang. Pasang-surut program reforma agraria yang berintikan pada landreform di Indonesia berjalan tanpa greget dan sasaran jelas, sekalipun tekad dari para the founding fathers sudah terumus dengan jelas di dalam konstitusi maupun UUPA. Secaca esensiil di dalam kedua norma dasar itu terkandung suatu upaya untuk menata kehidupan dan struktur bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara lebih adil. Faktor yang mempengaruhi inkonsistensi kebijakan tersebut, mengingat reforma agraria tidak saja merupakan hal-hal yang bertalian dengan sosial-ekonomi semata, namun juga memiliki latar ideologis. Desain pokok pembaruan agraria memang tidak cukup dirancang para aktor politik dan hukum, tetapi juga pelaku ekonomi dan bahkan harus melibatkan organisasi rakyat secara proporsional, utamanya untuk menghindari perilaku pragmatism.

Kata Kunci: Landreform, Perilaku Pragmatisme, Reformasi Agraria

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

Indonesia sebagai Negara yang berbasis pada kehi- Di tengah pergerakan perjuangan berbagai dupan rakyatnya yang agraris, dewasa ini tengah komponen bangsa untuk menggelorakan pembaru- menghadapi persoalan-persoalan agraria yang an agraria, terdapat suatu moment penting yang sudah pada tahap sangat kronis, yang membutuh- perlu dicermati yaitu sekitar pertengangan tahun kan penanganan secara serius oleh seluruh kom- 2005, ketika itu Kepala BPN-RI Joyo Winoto men- ponen anak bangsa. Keterlibatan semua komponen canangkan kembali gagasan reforma agraria, masyarakat menjadi keharusan karena memang dengan menyusun rencana Program Pembaruan masalah agraria yang sedang dihadapi sudah Agraria (PPAN). Namun dalam perjalanannya, menjadi persoalan bangsa Indonesia, sehingga baik kontselasi politik nasional saat ini sepertinya belum pemerintah, masyarakat dan pengusaha bahkan cukup kondusif untuk menggelorakan gerakan pihak militer harus terlibat dalam mengatasi per- reforma agraria dalam arti sesungguhnya. soalan agraria ini.

Belum sempat pimpinan BPN-RI menyelesai- Permasalahan agraria yang terjadi pada saat kan konsep reforma agraria yang ideal-rasional,

ini adalah merupakan akumulasi kasus-kasus keburu didahului pernyataan Presiden Yudoyono penguasaan dan pemanfaatan pertanahan yang pada awal tahun 2007 dalam pidatonya di TVRI, timpang dan tidak adil di masa lampau yang tidak bahwa pemerintah berencana mendistribusikan 9, kunjung teratasi. Ketimpangan penguasaan dan

25 juta hectare tanah-tanah negara kepada para pemanfaatan tanah tersebut sudah berlangsung petani miskin (Tri Budiarto, www.hukum.

sejak masa penjajahan dan belum ada upaya yang kompasiana.com). memadai untuk mengakhirinya hingga kini, per-

Kesan yang muncul atas tanggapan tindakan lakuan kuasa politik di negara tersebut berimbas

pada munculnya rasa ketidak adilan sosial yang pemerintah membagi-bagi tanah itu adalah seolah- merupakan tujuan pendirian negara ini. Berbagai olah reforma agraria itu hanya sekedar distribusi persoalan penghambat terwujudnya cita-cita tanah, dan naifnya bahwa menurut tafsiran peme- kesejahteraan rakyat dan keadilan sosial semakin rintah, reforma agraria hanya terbatas membagi mengukuhkan bahwa sesungguhnya gerakan tanah-tanah negara (dikuasai langsung negara), se- pembaruan agraria merupakan jalan yang wajib mentara hamparan luas tanah-tanah yang dikuasai ditempuh dalam proses pembangunan nasioanal orang-perorangan dan/atau badan usaha (tanah yang berkeadilan.

yang secara tidak langsung dikuasai Negara) tidak akan disertakan sebagai obyek program redistri-

Hakikatnya gerakan pembaruan agraria

busi tanah itu.

adalah suatu usaha, kegiatan dan gerakan yang dilakukan secara kolektif, dengan tujuan untuk me-

Pada hal, tujuan utama reforma agraria ada- rombak tata sosial dan utamanya struktur penguasa- lah merombak struktur sosial-ekonomi masya-

an dan pengelolaan sumber-sumber agraria, ka- rakat, menata ulang struktur sebaran penguasaan, rena pranata bidang keagrariaan yang ada dipan- pemilikan dan pemanfaatan tanah untuk kepen- dang sebagai konstruksi bangunan hukum yang tingan masyarakat ekonomi lemah, maka secara tidak mengabdi pada keadilan dan upaya pening- ideal kedua kategori tanah tersebut akan terkena katan kesejahteraan rakyat. Memang apabila perombakan dan penertiban kembali penguasaan- dilihat dari pengalaman perjalan sejarah kemer- nya. Janji-janji untuk menyelanggarakan reforma dekaan Republik ini, proses perintisan gagasan agraria yang sebenar-benarnya itu sering dilon- reforma agraria belum sampai pada agenda ber- tarkan oleh pemerintah, tetapi hal itu hanya sebatas sama.

wacana, atau kalau tidak bisa dikatakan sebagai

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

upaya mengalihkan issue atau tujuan pencitraan negara terhadap potensi agraria yang tidak lagi politik semata.

diorientasikan sebesar-besar untuk kemakmuran Mencuatnya anggapan seperti itu dinilai be- rakyat. Pengalaman di banyak negara lain di dunia,

berapa kalangan adalah sangat logis, mengingat membuktikan bahwa keberhasilan pembangunan apabila dikalkulasi faktanya maka dalam periode di bidang industri senantiasa diawali oleh gerakan pemerintahan saat ini sudah empat kali Presiden restrukturisasi penguasaan tanah melalui program menyampaikan wacana itu: pertama, pidato landreform , yang memposisikan tanah sebagai unsur Presiden di pelataran Candi Prambanan Yogya- strategis modal pembangunan bidang pertanian karta pada akhir tahun 2008, melalui program dan industri. Artinya, mereka setelah melaksana- Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Pertanahan kan landreform secara langsung dapat pemperli- (Larasita) presiden pernah berjanji akan melak- hatkan hasil yang lebih nyata melalui upaya pe- sanakan pembaruan agraria; kedua, pidato SBY nataan kembali penguasaan dan pemilikan tanah pada peresmian peluncuran kendaraan Larasita, yang lebih berkeadilan dan dapat dirasakan oleh juga dikemukan akan dilaksanakan pembaruan seluruh lapisan masyarakat. agraria; ketiga, pada tanggal 22 Oktober 2010 di

Sebaliknya apabila program landreform dija- Istana Bogor, dihadapan para petani – sambil lankan setengah hati, tanpa target yang dilandasi terisak tangis dan menitikkan air mata – Presiden oleh gerakan utama (ultimate movement) mencip- mengaku terharu melihat banyaknya petani miskin takan kesejahteraan petani, maka respon yang di Indonesia yang tidak punya tanah, sehingga muncul dari sebagian masyarakat adalah peme- perlu melaksanakan pembaruan agraria; keempat, rintah bagi-bagi tanah untuk akumulasi kekayaan, pada tanggal 14 Juni 2012 ketika Presiden melantik sehingga bebas mau diapakan saja termasuk dijual- Kepala BPN Hendarman Supandji menggantikan belikan, digadaikan atau diagunkan utang dengan Djoyo Winoto, mengamanatkan kepada pejabat tujuan yang tidak pfroduktif. Tindakan-tindakan yang baru dilantik itu menyangkut pelaksanaan kontra produktif berdasar pertimbangan pemi- dua hal pokok, yaitu (1) menjalankan reforma kiran yang dangkal itu, dapat dikatakan sebagai agraria; dan (2) menyelesaikan sengketa per- bentuk perilaku pragmatisme anggota masyarakat tanahan dan konflik agraria (www.kpa.or.id).

penerima manfaat pembagian tanah negara yang Fakta membuktikan, hingga saat ini apa yang telah diberikan secara cuma-cuma. diwacanakan sebagai reforma agraria itu hanyalah

janji kosong belaka. Antara lain bukti ketidak Masalah Akumulatif Struktur Pengelolaan seriusan tersebut tercermin bahwa sampai saat ini Sumber-Sumber Agraria di Indonesia

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pem- baruan Agraria, sebagai tidak lanjut amanat Tap

Pada masa pra kemerdekaan politik agraria MPR No. IX Tahun 2001 tentang Pembaruan yang dikembangkan adalah politik agraria ko-

Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam itu lonial, yang menempatkan tanah jajahan menjadi belum pernah ada dan ditandatangani. Di samping sumber kekayaan negara induk. Dalam masa itu, beberapa kebijakan politik yang dijalankan pe- kolonial ini dapat dikatakan sebagai masa kebijakan merintah seringkali justru bertentangan dengan se- pertanahan yang penuh ketidak-adilan. Tanah- mangat pelaksanaan pembaruan agraria.

tanah rakyat dirampas secara paksa dan rakyat Inti reforma agraria adalah melakukan pena- dijadikan buruh tani dalam sistem tanam paksa. taan kembali penguasaan dan pemilikan sumber-

Masa kolonial inilah embrio timbulnya gejo- sumber agraria yang timpang, akibat salah urus lak perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indo-

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

nesia. Tindakan penjajah Belanda yang di dasarkan nataan kembali masalah pertanahan, sebelum jauh asas domein dalam Agrarische Wet Staatblad No 55 menjangkau industrialisasi (Soetijkno dalam Th. 1870 ini, secara jelas tidak mengakui keber- Heryanti, 2011, 5). adaan hak ulayat dan juga kepemilikan masyarakat

Untuk menghancurkan kekuatan ekonomi Indonesia atas tanahnya karena tanpa adanya bukti swasta asing – khususnya dominasi Belanda –

hak tertulis. Soekarno mengeluarkan Perpu/UU No. 86 Th 1958 Alasan tersebut menjadi dalih bagi pemerin- tentang nasionalisasi perusahaan (baik perorangan tah kolonial untuk mengambil tanah-tanah rakyat atau badan hukum) milik Belanda yang berada di yang tidak bisa dibuktikan kepemilikannya, se- wilayah Indonesia. Sebagai akibat dari undang- hingga kebijakan ini sangat merugikan masyarakat undang nasionalisasi, muncul berbagai kebijakan Indonesia. Undang-undang tersebut pada hake- tentang nasionalisasi pada tingkat peraturan pelak- katnya melindungi kepentingan penjajah terkait sanaannya. konsesi perkebunan swasta yang membudidaya-

Setelah melalui proses yang panjang yaitu kan tanaman keras dengan untung besar untuk melaui Panitia Agraria Yogya (1948), Panitia Jakarta

pasar Internasional. (1951), Panitia Suwahjo (1956), Rancangan Soenarjo Kebijakan mengenai tanah-tanah tersebut (1958) dan Rancangan Sadjarwo (1960), maka pada banyak menimbulkan sengketa pada masa penja- tanggal 24 September 1960 lahirlah U.U. No. 5 Th. jahan Belanda, namun tidak pernah diselesaikan 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria secara tuntas, baik penyelesaian di jalur hukum (UUPA). Sebagai respon situasi dan kondisi yang maupun jalur politik agraria, sehingga sampai melatarbelakangi, UUPA dengan sendirinya meru- Belanda meninggalkan Indonesia persoalan per- pakan model pembaruan agraria yang populis tanahan bekas erfpaht perkebunan Belanda itu me- untuk menggantikan UU Agraria sebelumnya yang ninggalkan bibit-bibit konflik agraria (Santoso, tidak pro rakyat. 2012: 30).

Bagian penting dari politik agraria pada Hampir selama dua setengah abad, feodalis- masa rezim Orde Lama adalah diluncurkannya me dan kolonialisme menciptakan massa rakyat Program Landreform yang dilaksanakan antara hidup dalam kemiskinan dan ketertindasan, yang tahun 1962-1965. Semula rencana program redis- kemudian menggugah gagasan dan gerakan patrio- tribusi tanah akan dilaksanakan dalam dua tahap, tisme kemerdekaan di Indonesia, untuk menying- pertama, meliputi daerah-daerah Jawa, Madura, kirkan unsur-unsur negara kolonial Hindia Belanda Bali dan kepulauan Nusa Tenggara; kedua, meliputi yang terdiri atas gabungan kepentingan kaum bagian Indonesia lainnya; dan seluruh program feodal dan kaum kapitalis asing, berikut tatanan redistribusi tanah diharapkan selesai dalam waktu masyarakat yang diciptakannya. Keadaan ini yang

3 sampai 5 tahun.

kemudian memicu semangat dan tekad untuk Digulirkannya program landreform pada masa melakukan revolusi, yakni suatu perubahan yang Orde Lama adalah salah satu upaya mencegah

cepat, radikal dan menyeluruh tatanan masyarakat terjadinya konflik dan sengketa yang berkepan- lama menuju suatu tatanan masyarakat baru.

jangan pasca kemerdekaan, namun program Menyadari situasi seperti ini, para pendiri tersebut gagal karena: 1. Kelambanan praktek- Republik Indonesia dengan mengadopsi pengalam- praktek pemerintah dalam kaitannya dengan hak an berbagai Negara maju bahwa dalam menyusun menguasai Negara; 2. Tuntutan organisasi massa program pembangunan, terutama yang memihak petani yang ingin meredistribusi tanah sesegera rakyat, perlu terlebih dahulu dilandasi dengan pe- mungkin, sehingga menimbulkan aksi sepihak; 3.

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

Unsur-unsur anti landreform melakukan berbagai otoriter dan praktek-praktek manipulasi dan keke- mobilisasi kekuatan untuk menggagalkan lan- rasan terhadap penduduk yang mempertahankan dreform; 4. Terjadinya sengketa antara anti landre- haknya. Sementara itu badan peradilan yang dise- form dengan yang mendukung landreform yang diakan untuk mengadili keputusan-keputusan pe- merupakan pelebaran dari sengketa kekerasan jabat publik dan/atau untuk memperjuangkan pada tingkat elit Negara (Mu’adi, 2008, 169).

hak-haknya, tidak dapat dijangkau oleh penduduk- Kegagalan program landreform juga berdasar- penduduk korban dan para pembelanya karena

kan alasan karena terselenggara pada suatu masa masalah aksessibilitas, mahal dan belum dapat transisi terus-menerus. Hal ini dapat diuraikan de- menjamin pemenuhan rasa keadilan masyarakat. mikian, bahwa sepanjang tahun 1959 hingga tahun

Pada masa reformasi ini timbul reaksi ter- 1967 yaitu masa demokrasi terpimpin merupakan hadap kondisi sebelumnya, yaitu dilakukannya periode akhir pemerintahan Soekarno, yang diciri- koreksi mendasar terhadap politik agraria Orde kan dengan konflik politik yang kuat antara militer Baru. Koreksi tersebut harus mengedepankan ke- (khususnya Angkatan Darat) dengan gerakan kiri daulatan rakyat atas penguasaan dan pemanfaatan (khususnya PKI). Keadaan ini meyebabkan politik sumber-sumber agraria. Secara idiil, koreksi ini agraria terhenti di tengah jalan, maka belum sampai tetap meneguhkan visi bahwa penguasaan dan pe- tuntas melaksanakan program landreform di Indo- manfaatan sumber-sumber agraria dijalankan nesia, pemerintahan Orde Lama berakhir.

untuk mencapai kemajuan, keadilan sosial dan Selanjutnya sebagai tandingan terhadap stra- kemakmuran rakyat (pada hakikatnya amanah itu

tegi populisme yang dicanangkan pemerintah sudah diletakkan dasar-dasarnya oleh UUPA Orde Lama, terbentuknya pemerintahan Soeharto sebagai suatu konsepsi yang berintikan pembaruan menetapkan ideologi baru, yakni pembanguna- agraria). nisme (developmentalism) yang merupakan wajah

Hakekat dari koreksi tersebut bukan hanya baru kapitalisme, program landreform digantikan pada tataran teknis, melainkan dimulai dari koreksi dengan program transmigrasi. Pergantian rezim filosofis tentang hubungan Negara dan Rakyat, pemerintahan tersebut tidak menjadikan konflik yang intinya kekuasaan Negara terbatas dan di- pertanahan mereda, tetapi semakin meningkat batasi. Koreksi ini akan dan harus diefektifkan intensitasnya. Maka untuk mengatasi persoalan itu, untuk memberikan dasar keabsahan hukum (lega- pemerintah Orde Baru menggunakan cara litas) dan sekaligus pembenaran (legitimasi) bagi kekerasan dan tekanan-tekanan dalam menangani rakyat agar mereka secara lebih bermakna dapat segala perselisihan karena pemerintah harus dapat berpartisipasi dalam setiap aktifitas pembangunan, menciptakan stabilitas nasional, pertumbuhan khususnya yang berkenaan dengan pengelolaan, ekonomi dan pemerataan.

pemilikan dan pemanfaatan sumber-sumber Pemerintah Orde Baru yang gagal mewujud- agraria dan ikut sebagai pemegang hak dan untuk

kan keadilan agraria karena telah menyingkirkan menikmati hasil-hasil pembangunan. Bertolak dari akses rakyat terhadap tanah dan sumber daya dasar-dasar tersebut, fungsi-fungsi sumber-sum- agraria lainnya yang telah dipunyainya. Sudah ber agraria ditempatkan sebagai sarana pem- menjadi pemandangan umum bahwa sengketa berdayaan masyarakat agar dapat melepaskan diri yang pada mulanya sederhana, kemudian berubah dari ketergantungan atau kemungkinan akan te- menjadi konflik yang sangat rumit karena kewe- reksploitasi dari kekuatan-kekuatan pemodal besar. nangan dan manajemen yang sentralistik tersebut

Secara terbuka pelaksanaan pembaruan agraria penerapannya dikawal oleh mesin birokrasi yang di era reformasi dikumandangkan kembali melalui

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

Tap MPR No. IX Th 2001 yang memberikan mana yang diamanatkan oleh Tap MPR No IX Th. mandat baik kepada DPR maupun Presiden, yakni 2001 dalam institusi-institusi negara yang sekarang pertama, menjalankan pembaruan agraria; kedua, ada (www.kpa.or.id/up-content/up h. 50-51). menegaskan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam yang bekeadilan dan

Latar Ideologis Reforma Agraria Indonesia

berkelanjutan. Sementara sebagai arahan kebijakan, Tap

Gagasan-gagasan mengenai penataan MPR ini menghendaki: 1. Dilakukan peninjauan struktur agraria atau agrarian reform bergulir

kembali segala peraturan perundang-undangan kembali ke permukaan di berbagai belahan dunia. dan peraturan di bidang agraria yang selama ini Fenomena tersebut diikuti berbagai studi tentang sifatnya sektoral, tumpang-tindih dan tidak model dan konsep reforma agraria bahkan sudah mengandung semangat untuk mengedepankan menjadi agenda dari berbagai badan internasional, kepentingan rakyat banyak dalam hal penguasaan, pemerintahan negara maupun berbagai gerakan pemanfaatan dan pengelolaan tanah dan organisasi sosial pedesaan di negara-negara sumberdaya alam lainnya; 2. Dilakukannya berkembang. Pasang-surut program reforma penataan kembali penguasaan, pemilikan, agraria di Indonesia berjalan tanpa greget dan penggunaan dan pemanfaatan tanah yang sasaran jelas, sekalipun tekad dari para the found- berkeadilan yang lebih dikenal dengan landreform, ing fathers sudah terumus dengan jelas di dalam sekaligus dilakukan pendataan dan inventarisasi konstitusi maupun UUPA. tanah untuk kepentingan landreform; 3.

Bahwa esensinya, di dalam kedua norma Diselesaikannya konflik-konflik agraria dan dasar itu terkandung suatu upaya untuk menata pengelolaan sumberdaya alam dengan berpegang kehidupan dan struktur bermasyarakat, berbangsa pada prinsip menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan bernegara secara lebih adil. Faktor yang termasuk memperkuat kelembagaan yang akan mempengaruhi inkonsistensi kebijakan tersebut, bertugas melaksanakan penyelesaian sengketa mengingat reforma agraria tidak saja merupakan agraria; dan 4. Mengupayakan pembiayaan bagi hal-hal yang bertalian dengan sosial-ekonomi program pembaruan agraria dan penyelesaian semata, namun juga memiliki latar ideologis. konflik-konflik agraria maupun dalam pengelolaan Desain pokok pembaruan agraria memang tidak sumberdaya alam.

cukup dirancang para aktor politik dan hukum, Apabila diperhatikan tentang substansi Tap tetapi juga pelaku ekonomi dan bahkan harus

MPR No. IX Th 2001 tersebut, utamanya prakondisi melibatkan organisasi rakyat secara proporsional. yang wajib dibentuk adalah: 1. Memperkuat

Sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indo- kelembagaan dan kewenangan dalam pelaksanaan nesia, pasang-surut perdebatan tentang reforma Tap MPR ini; 2. Diperlukan suatu komitmen yang agraria diwarnai oleh kebijakan beberapa fase jelas tentang pembiayaannya. Artinya, pembaruan dominasi politik yang berkuasa ketika itu. Bertolak agraria harus dijadikan mata anggaran tersendiri dari situasi dan kondisi demikian, pembicaraan di dalam RAPBN/RAPBD. Tersedianya mata tentang reforma agraria di Indonesia tentu tidak anggaran ini mencerminkan konsistensi komitmen dapat dilepaskan dari dinamika politik, landasan politik yang turun dalam bentuk kebijakan publik. ideologi maupun intervensi dari kekuatan kapitalis Namun menimbang konstelasi kelembagaan internasional di masa lampau. Apa yang telah pemerintahan yang ada sekarang ini, perkiraan tertanam pada masa lalu itu masih meninggalkan para pemerhati keagrariaan masih sulit untuk bekas-bekas yang berpengaruh terhadap corak dan meletakkan agenda pembaruan agraria sebagai- struktur agraria masa kini. Sehingga gagasan re-

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

forma agraria yang hendak dicanangkan sekarang ini, perlu pertimbangan dari faktor kesejarahan terbangunnya struktur agraria serta didasari studi yang lebih komprehensif.

Masa Pencerahan yang Memotivasi Gagasan Pembaruan Agraria

Dominasi kolonialisme yang berdampak “involusi pertanian” dan mengakarnya “kemiskinan bersama” masyarakat petani (sebutan Geertz dalam Aprianto www.syarikat.org/article), mem- beri deskripsi awal atas pengalaman pahit kehi- dupan rakyat di bawah kungkungan kapitalisme dan feodalisme bangsa Belanda. Pengalaman pahit tersebut tergambar jelas bagaimana kuasa politik kolonial yang pada awalnya hadir sebagai Kongsi Dagang, kemudian mejalankan proses eksplorasi sumber daya alam serta eksploitasi atas manusia pribumi, dalam rangka menghimpun permodalan dan kekayaannya melalui kebijakan tanam paksa dan kerja rodi. Bentuk-bentuk praktek penghisap- an tersebut kemudian mendapat legitimasi dengan kebijakan politik agraria pemerintah kolonial melalui Agrarische Wet Stb. 1870 No. 55 dan Agrarische Besluit Stb. 1870 No. 118. Bertolak dari landasan hukum itulah penguasaan sumber-sumber agraria disusun kembali secara tegas melalui peraturan yang diterbitkan oleh kuasa politik secara sah.

Penataan struktur sumber-sumber agraria dari pengusa politik kolonial yang dirancang se- cara tidak adil itu, sudah barang tentu menghadapi resistensi dari kelompok masyarakat tani. Kere- sahan sosial di Indonesia yang lahir akibat praktek kapitalisme penjajah Belanda tersebut berkembang dalam bentuk perampasan harta dan penindasan masyarakat pribumi yang nota bene adalah kaum tani. Berbagai studi mengenai ketimpangan struk- tur agraria di tanah air pada masa pasca penerapan agrarische wet, menunjukkan betapa maraknya ben- tuk-bentuk perlawanan baik fisik maupun ideologi-politik dari golongan tani/masyarakat pribumi (Aprianto www.syarikat.org/article).

Berbagai perlawanan yang muncul itu pada hakikatnya merupakan respon serius atas penya- lah-gunaan kekuasaan, baik di dalam wilayah politik, ekonomi, sosial dan budaya oleh kaum ko- lonialis-kapitalis Barat. Fakta empiris yang menun- jukkan gejala perlawanan massa rakyat semakin meningkat tersebut, sekaligus merupakan strategi yang berlawanan dengan colonial mode of develop- ment suatu tindakan yang berlandaskan cita hukum kolonial. Perlawanan tersebut tidak saja (semata- mata) merupakan sikap anti kolonialisme dan feodalisme dari Barat, tetapi juga bentuk per- lawanan langsung atas perluasan sistem produksi dan ekstraksi komoditas baru untuk perusahaan- perusahaan kapitalis kolonialis yang berskala global.

Nasionalisme kebangsaan Indonesia yang telah terbangun dan dikumandangkan pada pro- klamasi 17 Agustus 1945, bukan lahir secara tiba- tiba akibat peristiwa alamiah di luar perkiraan. Kebangsaan Indonesia tumbuh dan disatukan oleh tekad untuk bergerak secara bersama-sama dari sejarah penderitaan dan penindasan masa lalu. Oleh karena itu, kebangsaan Indonesia merupakan suatu kenyataan yang bersifat etis, sebagai perwujudan keinginan luhur berupa semangat untuk menghapus segala praktik penghisapan ma- nusia atas manusia. Semangat ini pada dasarnya telah tertanam kuat di lubuk hati rakyat Indone- sia dalam bentuk gotong-royong, tolong-menolong tidak hanya bermakna kebersamaan, tetapi juga kerelaan dan kerendahan hati untuk berkorban demi kepentingan yang lebih besar dan hakiki demi tercapainya keadilan sosial.

Reforma agraria adalah jalan yang dipilih oleh para pemimpin bangsa kita di awal pendirian Negara ini untuk mewujudkan cita-cita keadilan sosial itu. Gagasan reforma agraria secara subs- tantif, bukan saja merubah struktur penguasaan sumber-sumber agraria yang lebih berkeadilan, lebih jauh dari itu reforma agraria juga menyirat- kan pesan atas perubahan struktur sosial yang lebih setara di antara komponen bangsa.

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

Penataan dan pemanfaatan sumber-sumber Batasan reforma agraria menurut sudut pan- agraria itu harus dijauhkan dari praktek-praktek dang yang lebih luas, meliputi komponen: 1. Pem- penindasan si lemah oleh si kuat dan cara-cara baruan hukum agraria; 2. Penghapusan hak-hak penghisapan manusia atas manusia (explotation de asing dan konsesi-konsesi kolonial atas tanah; 3. l’home par l’home ). Kandungan cita-cita untuk meng- Menghapus praktik penghisapan feodalisme secara adakan perombakan dan penataan ulang struktur berangsur-angsur; 4. Perombakan struktur pemi- agraria melalui jalan reforma agraria, adalah meng- likan dan penguasaan tanah serta hubungan arah pada perombakan struktur sosial-politik yang hukum yang bersangkutan dengan penguasaan berkeadilan demi terwujudnya kesejahteraan tanah; 5. Perencanaan persediaan dan peruntukan rakyat. Maka unsur-unsur pembaruan agraria itu bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di meliputi tindakan perombakan dan penataan ulang dalamnya secara berencana, sesuai dengan daya atas: (a) pola penguasaan dan kepemilikan sumber- kesanggupan dan kemampuannya (BPN-RI, 2007, sumber agraria; (b) peruntukan sumber-sumber 17). agraria; dan (c) kebijakan politik agraria non-

Adapun batasan reforma agraria dalam arti kolonial.

sempit atau dalam tataran implementasi identik dengan kebijakan landreform, yaitu perombakan

Reforma Agraria dalam Bingkai Postulat

struktur penguasaan dan pemilikan tanah serta

Pembangunan Berkeadilan

hubungan hukum mengenai penguasaan tanah. Karena landreform secara langsung dapat pem-

Pecahnya revolusi kemerdekaan 17 Agustus perlihatkan hasil yang lebih nyata melalui upaya 1945 merupakan langkah awal perwujudan ke- penataan kembali penguasaan dan pemilikan tanah daulatan sebagai Negara berkebangsaan untuk me- yang lebih berkeadilan dan dapat dirasakan oleh lakukan perubahan agraria. Namun untuk men- seluruh lapisan masyarakat. capai tujuan tersebut masih tergantung dari komit-

Pelaksanaan landreform dalam arti sempit ter- men dari kuasa politik pemerintahan dalam mela-

sebut, yaitu implementasi pendistribusian tanah kukan perubahan agraria secara radikal. Sekalipun

untuk keuntungan petani yang mengerjakan tanah dalam kenyataannya, greget untuk melakukan

secara intesif, serta pembatasan hak-hak individu perubahan agraria itu kadang-kadang masih men-

atas sumber daya tanah. Kegiatan pendistribusian dapat penolakan dan tantangan, tetapi payung

itu mempunyai makna dasar yang berhubungan hukum agraria yang berpokok-pangkal pada

dengan suatu perubahan yang disengaja dalam UUPA sudah berketetapan, bahwa untuk mencapai

bingkai konsep land tenure, yaitu suatu upaya tujuan revolusi Indonesia harus dihapuskan kelas-

penyusunan kembali sistem penguasaan dan pemi- kelas tuan tanah, mengurangi buruh tani dan mem-

likan tanah, pengendalian penggunaan hak-hak berikan tanah hanya kepada mereka yang menger-

atas tanah serta hal-hal lain yang berhubungan de- jakan sendiri, melalui pelaksanaan landreform.

ngan tanah.

Reforma agraria sebagai strategi dan lang- Redistribusi tanah dilatarbelakangi oleh ke-

kah pembangunan, telah dibuktikan melalui sejarah adaan, dalam pada mana terdapat sebagian besar

perjalanan bangsa-bangsa di dunia. Berdasarkan tanah pertanian yang luas dimiliki oleh orang ter-

pengalaman berbagai Negara, bahwa keberhasilan tentu saja, pada sisi lain terdapat tanah-tanah pembangunan industri tidak akan pernah dicapai sempit yang dikuasai oleh sebagian masyarakat tanpa diawali oleh gerakan reforma agraria yang tani yang penghidupannya sangat tergantung dari mampu mewujudkan kehidupan bersama yang ber- usaha pertanian. Pendistribusian tanah dengan keadilan.

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

pola tersebut, diharapkan akan adanya kenaikan intensitas kinerja para petani sebagai pemilik hak atas tanah yan baru dan pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup keluargnya.

Dampak yang secara tidak langsung, redis- tribusi tanah dapat mengakibatkan terjadinya suatu peningkatan produksi di bidang pertanian secara bertahap dan berkelanjutan. Sekaligus tindakan ter- sebut sebagai cara untuk mengakhiri pola pengua- saan tanah yang melebihi batas kewajaran, karena dalam beberapa kasus tertentu keadaan tersebut menyebabkan tindakan penelantaran tanah dan inefisiensi produktivitas tanah pertanian. Hal itu relevan dengan tujuan pelaksanaan redistribusi tanah di Indonesia, yaitu untuk lebih meningkat- kan penghasilan dan taraf hidup petani serta se- bagai landasan atau prasyarat untuk menyeleng- garakan pembangunan ekonomi menuju masya- rakat adil dan makmur (BPN RI, 2007, 19).

Pemenuhan kebutuhan tanah dan penguatan hak atas tanah yang dimiliki petani serta pening- katan kesejahteraan petani penerima reditribusi tanah, harus diperhatikan oleh pemerintah. Usaha peningkatan kesejahteraan para petani penerima redistribusi tanah, dapat dilakukan melalui pem- binaan, bimbingan dan bantuan dalam rangka menggandakan penghasilan petani. Usaha tersebut merupakan usaha berkesinambungan dan dila- kukan secara lintas sektoral antar kementerian, lembaga-lembaga kemasyarakatan maupun keikut- sertaan pihak swasta yang terkait dengan bidang usaha pertanian guna pemberdayaan masyarakat petani pada lokasi redistribusi tanah.

Pendekatan Pragmatis dalam Pelaksanaan Program Landreform

Reforma Agraria Berorientasi pada Ketepatan Penyelenggaraan Landreform

Berdasar pengalaman empiris dari beberapa Negara industri maju menunjukkan, bahwa

tahapan untuk mencapai take off menuju pem- bangunan ekonomi berkelanjutan yang digerakkan oleh sektor industri dan jasa berbasis ilmu dan tek- nologi modern, sulit dicapai tanpa didahului de- ngan pencapaian pembangunan sektor pertanian yang kuat. Dengan kata lain, sektor pertanian yang handal merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa.

Penyelenggaraan reforma agraria di Indo- nesia sebagaimana yang secara implicit diamanat- kan oleh Tap MPR No. IX Tahun 2001, secara garis besar dapat dirumuskan dalam dua kategori, pertama, penataan kembali sistem politik dan sistem hukum agraria khususnya struktur hukum per- tanahan; kedua, menyelenggarakan “landreform plus”, yaitu program landreform yang dikemas bersama dengan kegiatan pembinaan, pengenda- lian dan bantuan-bantuan tertentu kepada petani penerima tanah obyek landreform, baik pada waktu proses maupun pasca redistribusi tanah.

Prosterman et.al (2007, 825) mematok enam tahapan yang sangat krusial dalam pelaksanaan re- distribusi tanah program landreform, dengan penekanan bahwa hal yang menyangkut prosedur, mekanisme dan peran berbagai pihak di dalamnya harus didefinisikan secara jelas. Hal-hal yang disyaratkan dalam tahapan-tahapan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Tahap identifikasi tanah- tanah dan memperkirakan jumlah penerima manfaat dilevel provinsi dan kabupaten; 2. Tahap identifikasi desa-desa yang terkait dengan masing- masing obyek reforma agraria; 3. Tahap penemuan jumlah keluarga yang akan menerima tanah, rata- rata ukuran bidang tanah yang dialokasikan, serta keluarga mana yang bakal menerima; 4. Tahap pengorganisasian keluarga-keluarga yang akan berpartisipasi dalam pelaksanaan reforma agraria;

5. Tahap alokasi tanah untuk para keluarga sasaran, menguatkan hak mereka atas tanah dan pendaf- taran haknya. 6. Tahap pemberdayaan terhadap keluarga-keluarga penerima hak atas tanah.

Berkenaan dengan prosedur dan mekanisme redistribusi tanah yang diselenggarakan dalam

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

rangka program landreform di Indonesia, sudah di- dari kelebihan batas maksimum, absente dan bekas rintis sejak dicanangkannya reforma agraria tanah swapraja; b. Tanah-tanah yang telah dite- seperti yang diamanatkan oleh Undang-undang gaskan menjadi obyek landreform; 2. Tanah obyek No. 5 Tahun 1960 tentang UUPA. Program itu di- landreform yang telah diredistribusi, namun susun dan dijalankan oleh suatu Badan Eksekutif penerima manfaatnya tidak memenuhi kewaji- yaitu Panitia Petimbangan Landreform. Panitia bannya sebagai penerima redistribusi; 3. Tanah- Pertimbangan landreform dimaksud disusun secara tanah yang dikuasai langsung oleh Negara yang hierarkhis, meliputi: 1. Panitia Pertimbangan akan ditegaskan oleh Kepala Badan Pertanahan Landeform Pusat, yang diketuai oleh Menteri Dalam Nasional, meliputi: a.Berdasar Keputusan Menteri Negeri; 2. Panitia Pertimbangan Landreform Pertanian dan Agraria No. SK.30/Ka /1962 tentang Provinsi, yang diketuai oleh Gubernur Kepala Penegasan Tanah-tanah yang akan dibagikan Daerah; 3. Panitia Pertimbangan Landreform Kabu- dalam rangka Pelaksanaan Landreform, sebagai- paten/Kota, yang diketuai oleh Bupati/Walikota. mana dimaksud dalam Psl. 1 huruf d P.P No. 224

Th. 1961: 1) Bagian-bagian dari tanah partikelir/ Pada awalnya panitia ini dibentuk berdasar- eigendom (lebih dari 10 bow; - 1 bow = 7,14 hektare)

kan Keputusan Presiden No. 131 Tahun 1961, yang terkena U.U. No. 1 Th. 1958: a) Yang meru- kemudian diubah melalui Keputusan Presiden No. pakan tanah pertanian; b) Yang tidak diberikan 262 Tahun 1964. Pada masa pemerintahan Orde kembali kepada bekas pemilik sebagai ganti rugi; Baru, peraturan tersebut dipandang sudah tidak dan c) Yang tidak dapat diberikan dengan hak milik sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat, berdasar Pasal 5 U.U. No. 1 Th. 1958. 2) Tanah sehingga diubah dengan Keputusan Presiden No. bekas hak erfpacht: a) Yang merupakan tanah per-

55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tatakerja tanian; b) Yang sekarang sudah dikuasai langsung Penyelenggaraan Landreform. Keputusan Presiden oleh Negara; 3) Menurut Keputusan Kepala BPN ini selanjutnya ditintak-lanjuti dengan diterbit- RI No. 25 Th. 2002 tetang Pedoman Pelaksanaan kannya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 37 Permohonan Penegasan Tanah Negara Menjadi Tahun 1981 tentang Pembentukan Panitia Pertim- Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/Landreform: bangan Landreform dan Keputusan Menteri

a) Tanah Negara bebas; b) Tanah bekas erfpacht; c) Dalam Negeri No. 38 Tahun 1981 tentang Perincian Tanah bekas HGU yang telah berakhir jangka Tugas dan Tatakerja Pelaksanaan Landreform.

waktunya dan tidak diperpanjang oleh pemegang Kegiatan pembagian tanah obyek landreform hak atau telah dicabut/ dibatalkan oleh pemerintah; yang telah dilaksanakan di seluruh Indonesia sejak

d) Tanah kehutanan yang telah digarap/dikerjakan periode Tahun 1960 mencapai 1.159.527,273 hektare oleh rakyat dan telah dilepaskan haknya oleh

dengan jumlah penerima 1.510.762 satuan keluarga instansi yang bersangkutan; e) Tanah bekas gogolan; petani, dan masing-masing keluarga rata-rata me-

f) Tanah bekas hak adat/ulayat; 4) Tanah di lokasi nerima 0,77 hektare. Berdasarkan buku petunjuk hasil kegiatan Investasi Penguasaan, Pemilikan,

pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah obyek Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T), yang landreform, yang disusun oleh Direktorat berpotensi untuk ditindak lanjuti dalam Landreform Deputi Bidang Pengaturan dan redistribusi tanah. Penataan Pertanahan, tanah-tanah yang dialokasi-

Ketentuan yang berkenaan dengan tata- kan untuk kegiatan redisribusi tanah obyek landre- laksana pengajuan permohonan penunjukan obyek form, meliputi (Rusli Tandi www.redistribusitanah.blog landreform beserta tata cara penegasan haknya, spot.com): 1. Tanah obyek landreform yang belum diatur dalam Keputusan Kepala BPN RI No. 25 Th. pernah diredistribusi, terdiri atas: a. Tanah-tanah 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan yang terkena ketentuan landreform yang berasal Penegasan Tanah Negara Menjadi Obyek Peng-

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

aturan Penguasaan Tanah/Landreform, syarat-sya- rat dan mekanismenya dirumuskan sebagai be- rikut: 1. Permohonan penegasan tanah obyek lan- dreform diajukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang bersangkutan; 2. Permohonan harus dilampiri de- ngan surat-surat sebagai berikut: a. Riwayat tanah, yang memuat data-data fisik atas tanah; b. Surat keterangan pendaftaran tanah (SKPT); c. Peta situasi (hasil pengkuran keliling); d. Peta penggu- naan tanah; e. Daftar nama, alamat dan luas tanah masing-masing penggarap; f. Berita acara sidang Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kota, apabila tanah yang dimohon penegasannya pernah disidangkan atau direkomendasikan dari bupati/ walikota setempat; g. Surat keputusan pencabutan/ pembatalan HGU apabila tanah yang diusulkan berasal dari HGU yang sudah/belum habis masa jangka waktunya dan rekomendasi dari Dinas Pekebunan Kabupaten/Kota setempat; h. Pelepas- an hak dari: 1) Instansi kehutanan, apabila tanah yang dimohon penegasannya berasal dari tanah kehutanan; 2) Kepala/Ketua Adat setempat, apabila tanah yang dimohon penegasannya berasal dari bekas tanah Adat/Ulayat/Marga yang diketahui oleh Kepala Desa dan Camat setempat.

2. Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi menerus- kan permohonan tersebut kepada Kepala BPN disertai pertimbangannya.

Keberhasilan program landreform yang dise- lenggarakan di suatu wilayah, selain ditentukan ketersediaan tanah yang menjadi obyeknya, juga sangat ditentukan pada kriteria penerima manfaat secara tepat. Pada prinsipnya tanah yang dialo- kasikan sebagai obyek redistribusi pada program landreform, adalah diperuntukkan bagi petani miskin.

Kriteria atau kategori miskin ini harus disu- sun secara hati-hati dan mendalam dengan mem- perhatikan standar kemiskinan tertentu. Penyusun- an kelompok penerima manfaat, selayaknya di-

dasarkan pada pendekatan hak-hak dasar rakyat (basic rights approach) yang merupakan hak univer- sal dijamin konstitusi. Berangkat dari pedoman da- sar tersebut, dapat ditentukan tiga variabel pokok dalam menentukan kriteria, yaitu kriteria kepen- dudukan, sosial-ekonomi dan penguasaan tanah, dari ketiga kriteria ini ditetapkan kriteria umum, kriteria khusus dan urutan prioritas.

Urut-urutan prioritas dalam kegiatan pen- distribusian tanah obyek landreform bagi para petani yang secara riil memang sangat membu- tuhkan tanah tersebut, Psl. 8 Peraturan Pemerintah No. 224 Th. 1961 menentukan, bahwa pembagian tanah obyek landreform kepada para petani yang bersangkutan berpegang pada prioritas sebagai berikut: 1. Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; 2. Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah yang bersang- kutan; 3. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan; 4. Penggarap yang belum sam- pai tiga tahun mengerjakan tanah yang bersang- kutan; 5. Penggarap yang mengerjakan tanah pe- milik; 6. Penggarap tanah-tanah yang oleh peme- rintah diberi peruntukan lain berdsar Psl. 4 ayat (2) dan ayat (3) peraturan ini; 7. Penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 hektare; 8. Pemi- lik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 hertare; 9. Petani atau buruh tani lainnya.

Apabila dalam tiap-tiap prioritas tersebut di muka terdapat: 1. Petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak dari dua derajat dengan be- kas pemilik, dengan ketentuan sebanyak-banyak- nya lima orang; 2. Petani yang terdaftar sebagi veteran; 3. Petani janda pejuang kemerdekaan yang gugur; 4. Petani yang menjadi korban kekacauan; maka kepada mereka itu diberikan pengutamaan di atas petani-petani lain yang ada di dalam golongan prioritas yang sama.

Profil Landreform Plus (Acces Reform)

Pasca kegiatan pembagian tanah-tanah obyek landreform, diperlukan kepastian adanya

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

jaminan keberlanjutan manfaat tanah yang di- sanakan sejak awal pelaksanaan redistribusi tanah terima oleh subyek landreform. Artinya, kegiatan dan secara berlanjut hingga middle process serta redistribusi tanah tidak berhenti sampai proses penyelesaian asset feform sampai pada kegiatan penerbitan tanda bukti sertifikat hak atas tanah pasca landreform secara berkesinambungan. (asset reform) yang diberikan kepada subyek Karena kegiatan tersebut dimulai sejak dilakukan redistribusi, tetapi dilanjutkan dengan membe- studi kelayakan sampai operasional pendistri- rikan fasilitas untuk membuka akses penerima busian obyek landreform, maka dapat diiden- manfaat terhadap modal, peningkatan kapasitas, tifikasi potensi lokasi setempat dan kemudian di- manajemen, akses pasar dan pendampingan (acces tentukan bentuk acces reform yang hendak di- reform ). Acces reform merupakan rangkaian aktivitas kembangkan. yang saling terkait dan berkesinambungan, agar

Teknisnya, antara lain menyangkut sumber diperoleh kepastian keberlanjutan manfaat yang potensi yang sesuai dengan sifat dan lingkungan

akan diterima subyek reforma agraria. tanah-tanah yang bersangutan, bantuan teknis dan Kegiatan acces reform yang mencakup bebe- manajerial yang diperlukan, bentuk bantuan per- rapa rangkaian unsur tindakan yang saling terkait modalan yang dibutuhkan, pihak-pihak tertentu itu perlu direncanakan, serta dikendalikan secara yang harus dilibatkan serta bentuk pembinaan dan cermat dan melembaga yang meliputi: 1. Penyedia- pendampingan yang dilakukan, dan sebagainya. an infra struktur dan sarana produksi; 2. Pembina-

Pengelolaan acces reform dapat dikembangkan an dan bimbingan teknis kepada penerima man- dalam berbagai alternatif model, tetapi srtuktur

faat; 3. Dukungan modal; dan 4. Dukungan dis- dasarnya kurang-lebih mengikuti model dalam tribusi pemasaran serta dukungan lain. Rangkaian diagram alir berikut ini (Shohibudin, Salim 2012, kegiatan acces reform tersebut, seyogianya dilak- 25):

Analisis Kritis terhadap Dimensi Ideologis Reformasi Agraria dan Capaian Pragmatisnya

Ali Imron

Menurut kerangka pengembangan acces re- secara individu, atau melakukan usaha bersama form ini penerima manfaat dapat memilih alternatif dengan membentuk kelompok tani. Apabila mem- untuk mengelola tanah secara perorangan atau bentuk kelompok tani maka diawali dengan mela- membentuk usaha bersama ataupun kelompok tani. kukan penggabungan tanah untuk kegiatan usaha Apabila membentuk kelompok tani maka perlu bersama tertentu. Guna pengembangan usaha dilakukan penggabungan tanah untuk kegiatan lebih lanjut, kelompok tani tersebut bersama usaha bersama tertentu. Selanjutnya kelompok tani Pemerintah Daerah atau BUMD beserta Badan ini bersama dengan Pemerintah Daerah atau Badan Usaha lain (investor), dapat membentuk badan Usaha Milik Daerah dan Badan Usaha lain atau usaha patungan misalnya di bidang perkebunan. Investor, dapat membentuk badan usaha patung- Dalam rangka untuk menopang kelancaran jalan- an, misalnya di bidang perkebunan. Untuk mendu- nya usaha patungan itu, lembaga perbankan atau kung usaha patungan ini Bank atau Lembaga lembaga keuangan lainnya diharapkan dapat mem- Keuangan lainnya diharapkan dapat memberikan ber dukungan modal usaha. dukungan modal.

Selain model sebagai diuraikan di muka, pe- Rekomendasi terhadap Pelaksanaan Program tani penerima manfaat juga dapat memilih opsi lain Landreform

yaitu membentuk suatu badan usaha milik petani (BUMP) yang pembentukannya difasilitasi oleh

Landreform dimaknai sebagai upaya penataan Pemerintah atau Pemerintah Daerah guna meng- kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

optimalkan pengusahaan tanahnya. PUMP ini da- pemanfaatan tanah berdasar hukum agraria, dan pat pula terlibat dalam proses produksi turunan acces reform merupakan proses penyediaan akses dari kegiatan produksi badan usaha patungan. bagi penerima manfaat terhadap sumber-sumber BUMP ini merupakan salah satu model dari acces ekonomi yang berasal dari potensi tanah terdistri- reform yang sedang dikembangkan oleh berbagai busi. Sejalan dengan pemaknaan tersebut, Badan pegiat pembangunan pedesaan.

Pertanahan Nasional mencanangkan Program Pem- baruan Agraria Nasional (PPAN) pada pertengah-

Di dalam model BUMP ini, kontribusi petani an tahun 2005. Namun demikian dalam perjalanan-

penerima manfaat dapat dikelompokkan de dalam nya, konstelasi politik nasional agaknya belum

tiga kemungkinan pilihan, yaitu sebagai penyedia kondusif untuk menggelorakan gerakan pembaru-

tenaga kerja terutama apabila tidak memiliki tanah, an agraria sesungguhnya yang berintikan program

sebagai pemilik saham apabila mereka berkeingin- landreform plus acces reform.

an menjadikan tanahnya sebagai asset modal da- lam proses produksi kegiatan BUMP, dan sebagai

Program landreform yang berhasil, ditandai pemilik tanah jika mereka lebih memilih mengelola oleh kepastian penguasaan tanah yang menjamin

tanahnya sendiri di dalam BUMP. Kemudian penghidupan dan kesempatan kerja bagi petani, terhadap tanah-tanah tersebut dapat dikembang- tataguna tanah yang mampu memperbaiki penge- kan usaha-usaha produktif yang dapat menunjang lolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, dan meningkatkan perekonomian petani, kedaulatan pangan, kemampuan produktivitas disamping fasilitas pengelolaan usaha dalam aneka yang mampu membuat keluarga petani me-re- bentuknya.

investasi dan memiliki daya beli yang tinggi. Kalau Pola pengembangan acces reform tersebut hal ini terjadi, sektor pertanian kita akan menjadi

subyek landreform penerima redistribusi tanah sandaran hidup mayoritas rakyat serta sekaligus dapat memilih alternatif dalam mengelola tanah mampu menyokong industrialisasi nasional.

Jurnal Cakrawala Hukum

Vol.5, No.2 Desember 2014: 107–122

Pengalaman praktis yang dapat diangkat se- diikuti rencana evaluasi dan verifikasi dampak bagi bagai studi komparasi dalam kajian ini salah satu- penghidupan yang berkelanjutan bagi para petani. nya adalah pelaksanaan redistribusi tanah obyek Suatu ancaman serius bagi program pembaruan landreform di Wilayah Kerja Kantor Pertanahan agraria nasional adalah praktek jual beli tanah hasil Kabupaten Malang. Sebaran redistribusi tanah redistribusi, perbuatan tersebut tentu sangat ber- obyek landreform di Kabupaten Malang dalam sifat kontra produktif terhadap tujuan landreform kurun waktu antara tahun 2008 hingga 2012 yang bermuatan keadilan agraria untuk kesejah- mencapai luas tanah 44.651.220 M2, yang terbagi teraan petani yang termarginalisasi. kedalam 21.536 bidang dan masing-masing telah

Praktek penjualan atau pengalihan lahan diterbitkan sertifikat hak atas tanah, serta men- obyek redistribusi tanah oleh penerima tersebut,

cakup 18.471 kepala keluarga petani miskin, tentu secara umum disebabkan karena sangat kurangnya diharapkan akan menghasilkan revitalisasi sektor kesadaran masyarakat atas hakikat tujuan program pertanian dan pedesaan yang kokoh.

landreform , di samping itu tentunya juga kurang Namun demikian pendistribusian tanah yang matangnya perencanaan dan persiapan dari penye- terkesan kurang greget dari pihak penyelenggara lenggara kegiatan redistribusi tanah, tanpa dikuti itu ternyata hanya gerakan bagi-bagi tanah tanpa program lanjutan (access reform). diikuti tindakan lanjutan (access reform), alasan

Berbagai faktor sosial dan tekanan kebu- klasik yang mengemuka diantaranya adalah tuhan ekonomi tertentu yang memotivasi praktik

minimnya ketersediaan dana pertanahan dan ke- pengalihan hak atau jual-beli tanah pasca redis- agrariaan, keterbatasan kapasitas pemerintah lokal tribusi, misalnya menggunakan nama fiktif, cara dan ketiadaan organisasi tani yang kuat dan ter- “pinjam nama” yaitu pemilik nama memang yang integrasi.

layak sebagai penerima tetapi karena tidak mampu Gambaran nyata di lapangan menyiratkan membayar uang kompensasi, sehingga tanah hasil kesan bahwa program landreform adalah tidak lebih redistribusi itu dikuasai orang kaya dengan hanya dari sekedar bagi-bagi tanah Negara kepada pe- memberi imbalan ala kadarnya kepada si pemilik tani dan penduduk setempat, seperti terjadi di nama, dan lain alasan yang dapat digunakan untuk kawasan perkebunan NV Onderneming Soemboel mengelabuhi petugas redistribsi dari Kantor itu sebenarnya merupakan program lanjutan yang Pertanahan. dicanangkan di awal tahun 1960 berdasarkan

Dengan demikian prinsip penting “tanah amanat UUPA. Tanah redistribusi bekas penguasa- untuk penggarap” sering terabaikan oleh penye-

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26