Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer
Vol. 2, No. 6, Juni 2018, hlm. 2067-2074 http://j-ptiik.ub.ac.id
Analisis Perbandingan Sistem Manajemen Bandwidth Berbasis Class-Based
Queue Dan Hierarchical Token Bucket Untuk Jaringan Komputer
1 2 3 Bagas Prawira Adji Wisesa , Aswin Suharsono , Widhi YahyaProgram Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 1 2 3 Email : bagaswisesa@ymail.com, aswin@ub.ac.id, widhi.yahya@ub.ac.id
Abstrak
Semakin berkembangnya aplikasi internet dan penggunanya yang semakin banyak dapat mempengaruhi kualitas jaringan internet. Setiap aplikasi internet memiliki kebutuhan trafik yang berbeda-beda. Seperti Voice over Internet Protocol (VoIP), layanan real-time yang bersifat delay-
sensitive dan File Transfer Protocol (FTP) yang bersifat delay-tolerant. Dengan manajemen
bandwidth yang baik, dapat mengatur bandwidth sesuai dengan kebutuhan aplikasi. Selain itu,
manajemen bandwidth juga dapat meminjamkan bandwidth yang telah dialokasikan sesuai dengan prioritasnya agar dapat mengoptimalkan penggunaan bandwidth yang ada. Mengimplementasikan metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) pada jenis trafik yang berbeda seperti VoIP dan FTP. Parameter Quality of Service (QoS) yang dihitung meliputi delay,
jitter dan throughput. Dari hasil pengujian, metode Hierarchical Token Bucket (HTB) lebih tepat
diterapkan pada trafik VoIP dan juga FTP. Berdasarkan parameter QoS, nilai yang didapat VoIP saat menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) tanpa prioritas yaitu delay 14.35 ms, jitter 0.25 ms dan throughput 0.15 Mbit/s. Sedangkan pada FTP yaitu delay 31.93 dan throughput 0.37 Mbit/s.
Kata kunci Manajemen Bandwidth, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP
:
Abstract
Voice over Internet Protocol (VoIP) service, which is delay-sensitive and File TransferProtocol (FTP) services with delay-tolerant. With bandwidth management, bandwidth can be set
according to the needs of the application. In addition, bandwidth management can also lend out
bandwidth has been allocated in accordance with priorities in order to optimize the use of bandwidth.
Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB) method is bandwidth
management mechanism based on the priority class that can be run in the ubuntu operating system.
This study applies the Class-Based Queue (CBQ) method and Hierarchical Token Bucket (HTB)
method on different types of traffic such as VoIP and FTP. Parameters of Quality of Service (QoS),
which include delay, jitter and throughput. From the results of testing, Hierarchical Token Bucket
(HTB) method more appropriately applied to VoIP traffic and also FTP. QoS parameters, in
accordance with the value obtained when using the VoIP Hierarchical Token Bucket (HTB) method
without priority i.e. delay at 14.35 ms, jitter and throughput ms 0.25 and 0.15 MBit/s. While at FTP
i.e. delay 31.93 ms and 0.37 MBit/s throughput.Keywords : Bandwidth Management, Class-Based Queue, Hierarchical Token Bucket, VoIP, FTP
yang diberikan. Untuk mengatur trafik sesuai 1.
PENDAHULUAN
dengan bandwidth yang ada, dilakukan Pada perkembangan teknologi saat ini, manajemen bandwidth. Manajemen bandwidth layanan internet menjadi kebutuhan utama adalah sekumpulan teknik yang mengatur trafik sebagai sarana komunikasi dan bertukar untuk tujuan menjaga kegunaan jaringan selama informasi. Perkembangan teknologi informasi kondisi kemacetan (Chen, 2007). diikuti dengan semakin tingginya penggunaan
Manajemen bandwidth dilakukan dengan layanan internet. Hal ini menyebabkan menggunakan scheduling alghoritm, traffic performa layanan internet menjadi buruk ketika
shapping , limitasi bandwidth dan teknik
trafik yang dibutuhkan melebihi bandwidth antrian. Manajemen bandwidth dapat mengatur
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya
2067 alokasi bandwidth untuk trafik yang memiliki kebutuhan berbeda, seperti layanan Voice over
Internet Protocol (VoIP) yang membutuhkan
link-sharing, traffic priority dan peminjaman bandwidth antar kelas. Metode Class-Based Queue (HTB) menggunakan metode shape & drop dari token bucket filter untuk membatasi bandwidth . Paket data memasuki bucket
Queue (CBQ) tetapi tidak dengan metode Hierarchical Token Bucket HTB karena belum
IPv6 dapat menerapkan metode Class-Based
unjuk kerja dari metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket HTB pada IPv6. Beban trafik pada penelitian ini adalah video streaming saja. Penelitian ini berfokus pada pengalamatan IP. Pengalamatan
“Analisa Unjuk Kerja Aplikasi CBQ dan HTB pada Jaringan Komputer Untuk Pembatasan Bandwidth Berbasis I Pv6” dilakukan analisis
Quality of Service (QoS) seperti, delay, jitter
dan throughput digunakan untuk melihat pengaruh penerapan manajemen bandwidth yang diusulkan.
2.1 Kajian pustaka
2.1.1 Konsep Dasar Internet Protocol
pengiriman paket yang tepat waktu, pengiriman dengan latency, jitter yang rendah dan
Internet terus tumbuh pada tingkat yang fenomenal. Hal ini terlihat dari popularitas yang luiar biasa dari World Wide Web (WWW) yang luar biasa. Terdapat perluang bisnis untuk menjangkau pelanggan dari etalase virtual. Selama beberapa tahun terakhir, internet telah mengalami dua masalah penyekalaan utama karena telah berjuang untuk memberikan pertumbuhan yang terus menerus dan tidak terputus. Malasahnya yaitu, kelebihan dari ruang alamat Internet Protocol (IP) versi 4 (IPv4) dan kebutuhan untuk mengarahkan lalu lintas karena semakin banyaknya jumlah jaringan yang terhubung dengan internet. Masalah pertama berkaitan dengan penghentian dari ruang alamat IPv4 mendefinisikan alamat 32-bit yang berarti hanya ada 232 (4.294.967.296) alamat IPv4 yang tersedia. Jumlah alamat IP yang terbatas ini akhirnya akan habis (ICANN, 2011).
menggunakan aliran token dengan kecepatan konstan, jika token dalam bucket tidak tersedia maka paket data akan dimasukkan kedalam antrian dan kelebihannya akan buang.
Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) merupakan teknik antrian yang mendukung
Dari penelitian sebelumnya, tidak satupun yang memberikan kondisi trafik yang memiliki kebutuhan berbeda. Kenyataannya, ada banyak aplikasi internet yang memerlukan trafik dengan kebutuhan yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan testbed dengan implementasi metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket HTB pada trafik VoIP dan FTP. Parameter
scheduler bertugas untuk mendistribusikan bandwidth yang berlebih sesuai dengan struktur link-sharing (F & B, 1999).
pada tiap kelas leaf. Sedangkan link-sharing
link-sharing antar kelas. Metode Class-Based Queue (CBQ) didasarkan pada interaksi antara general scheduler dan link-sharing scheduler. General scheduler bertugas menjamin layanan
Metode Class-Based Queue (CBQ) adalah mekanisme penjadwalan yang memberikan
operasi linux sehingga dapat diimplementasikan secara gratis.
bandwidth ini dapat berjalan dalam sistem
mekanisme manajemen bandwidth berdasarkan kelas prioritas, selain itu kedua manajemen
Internet Protocol (VoIP) dan FTP. Metode Class-Based Queue (CBQ) dan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) adalah
Dengan alokasi bandwidth yang tepat, diharapkan mampu menjalankan aplikasi yang memiliki kebutuhan berbeda seperti Voice over
Transfer Protocol (FTP) yang yang bersifat burst data. Layanan FTP melakukan transmisi bandwidth yang relative tinggi (Paul, 2013).
dengan layanan transfer data menggunakan File
bandwidth yang cukup (Salah, 2006). Berbeda
mendukung sistem pengalamatan ipv6.
2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
Pada penelitian lainya yang berjudul
RTP video. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan Low-Latency Queuing (LLQ) memberikan dampak yang baik untuk RTP suara dibandingkan dengan RTP video.
Latency Queuing (LLQ) pada RTP suara dan
implementasi manajemen bandwidth Low-
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul
2.1.2 Real-Time Protocol
RTP adalah protocol yang dikembangkan oleh IETF (Internet Engineering Task Force) dan digunakan secara luas. Standart RTP sebenarnnya mendefinisikan sepasang protokol,
“QoS Mechanism for RTP voice and RTP video based on Queuing Techinques“ dilakukan yaitu RTP dan Real-Time Transport Control
Protocol (RTCP). Yang pertama digunakan
Datagram Protocol (UDP), IP dan header Ethernet . Paket suara ke jaringan data untuk
bandwidth yang tidak terpakai dari kelas agensi
agensi yang tidak menggunakannya atau membagi ke agensi yang lainnya. Dengan kemampuan link-sharing, agensi yang lain dapat berbagi bandwidth diantara trafik yang sudah dialokasikan. Memperbolehkan
bandwidth yang berlebih dapat digunakan dari
penjadwalan yang menyediakan link-sharing antara agensi, protokol atau servis. Sistem ini memperbaiki penggunaan dari jalur untuk beberapa agensi karena link-sharing menjamin
2.1.5.1 Class-Based Queue Class-Based Queue adalah mekanisme
Manajemen bandwidth adalah istilah umum yang diberikan untuk sekumpulan teknik dan alat yang digunakan untuk mengurangi kebutuhan kritikal pada segmen dalam jaringan. Tujuan dari majemen bandwidth adalah untuk mengoptimalkan kinerja jaringan sehingga performansi jaringan dapat lebih terjamin.
2.1.5 Manajemen Bandwidth
menyediakan playout yang lancar. Paket kemudian diteruskan ke depacketizer dan akhirya menuju decoder , yang akan merekonstruksi sinyal suara yang asli (Chaffin, 2006).
buffer untuk menyerap jitter dalam delay untuk
menuju penerima. Pada penerima, terdapat komponen penting yang bernama playback
menjadi paket-paket dan menambahkan User
untuk pertukaran data multimedia sedangkan yang terakhir digunakan untuk secara berkala mengirim informasi kontrol yang terkait dengan aliran data tertentu. Data RTP menggunakan nomor port genap dan informasi control RTCP menggunakan nomor port ganjil yang lebih tinggi berikutnya. Karena RTP dirancang untuk mendukung berbagai macam aplikasi, ia menyediakan mekanisme fleksibel dimana aplikasi baru dapat dikembangkan tanpa berulang kali merevisi protokol RTP itu sendiri. Untuk setiap aplikasi, RTP mendefinisikan profil dan satu atau lebih format. Profil ini menyediakan berbagai informasi yang memastikan pemahaman umum tentang bidang di header RTP untuk kelas aplikasi tersebut (Peterson & Davide, 2003).
packetizer mengencapsulasi sampel suara
Gambar 1 mengidentifikasi komponen voip end-to-end dari pengirim ke penerima. Proses pertama adalah bagian encoder, yang menerima sampel sinyal suara asli secara berkala dan memberikan bit tetap untuk setiap sampel. Setelah encoder adalah packetizer,
Gambar 1. Komponen End-to-end VoIP
data multimedia (video atau suara) untuk ditransmisikan melalui jaringan internet. Dalam proses transmisi terjadi perubahan data dari data suara analog menjadi data digital. Lalu, data digital diubah kembali menjadi data analog untuk penerima (Salah, 2006).
2.1.4 Voice over Internet Protocol VoIP adalah teknologi yang menggunakan
menyediakan semua fungsi yang memungkinkan program ini berkomunikasi, namun ini adalah komponen penting yang memfasilitasi komunikasi antara dua atau lebih pengguna. SIP mendukung fungsi tambahan seperti call waiting, call transfer dan panggilan konferensi dengan mengirimkan sinyal yang diperlukan untuk mengaktifkan dan nonaktifkan fungsi ini sama seperti operator telepon tidak peduli bagaimana komunikasi terjadi. SIP bekerja dengan sejumlah komponen dan dapat berjalan diatas beberpa protocol transportasi yang berbeda untuk mentransfer media antara peserta (Chaffin, 2006).
singlemedia atau multimedia. SIP tidak
sesi interaktif di jaringan IP. Program yang menyediakan komunikasi real-time antar peserta dapat menggunakan SIP untuk mengatur, memodifikasi dan mengakhiri hubungan antara dua computer atau lebih. Program yang dapat menggunakan SIP mencakup pesan instan, voice over IP (VoIP), telekonferensi video, virtual reality, game multi pemain dan aplikasi lainnya yang menggunakan
Protocol (IP). SIP dirancang untuk memulai
standart untuk multimedia melalui Internet
2.1.3 Session Initiation Protocol Session Initiation Protocol (SIP) adalah
untuk di berikan ke kelas lainnya. Gambar 2 adalah konsep dari kemacetan di router yang menggunakan metode CBQ. Router CBQ menyatukan penggolongan paket yang menggunakan kelas/routing/firewall database
2.1.5.2 Hierarchical Token Bucket
delay yang di rekomendasikan oleh International Telecommunication Union
4 Jelek > 450 ms
3 Sedang 300
2 Baik 151
1 Sangat Baik < 150 ms
No Kategori Besar Delay
Tabel 1. Standarisasi pemakaian delay
sampai 400 ms. Pada sisi penerima dari aplikasi VoIP biasanya akan mengabaikan setiap paket yang melebihi batas delay tertentu. Misal, lebih dari 400 ms paket yang terlambat datang lebih dari ambang batas secara efektif akan hilang.
pengolahan data dan antrian pada router. Untuk aplikasi percakapan real-time seperti VoIP,
ke pemetaan paket ke dalam kelas dan daftar paket yang nantinya akan dimasukkan ke daftar paket masuk (Chereddi, 2009).
2.1.6.1 Delay Delay adalah akumulasi dari transmisi,
Quality of Service didefinisikan sebagai kemampuan memberikan jaminan dan perbedaan layanan dalam jaringan internet. Jaminan layanan adalah layanan untuk menyediakan yang sesuai untuk memenuhi persyaratan seperti bandwidth, jitter dan delay. Sedangkan perbedaan layanan adalah kemampuan jaringan untuk memperlakukan paket yang berbeda dengan cara yang berbeda. QoS pada voip biasanya digambarkan dari segi layanan dan kualitas suara. Kualitas layanan dihubungkan pada keterlambatan dan ketersediaan setelah panggilan dan tarif panggilan. Dibawah ini merupakan parameter QoS.
2.1.6 Quality of Service
Gambar 3. Konsep Token Bucket Filter
throughput , metode HTB harus meng-generate token untuk paket yang berada pada bucket jika token itu tersedia. Pada Gambar 3 adalah gambar konsep token bucket filter (JL, 2004).
IP dan layer 2 (MAC). Metode HTB mempunyai dasar kelas hirarki dimana ada tiga tipe kelas, yaitu root, inner dan leaf. Kelas root berada pada puncak hirarki dan semua trafik keluar melalui kelas ini. Kelas inner mempunyai kelas induk dan kelas anak. Kelas ini mempunyai fungsi untuk menyampaikan informasi bagaimana bandwidth yang lebih dibagi untuk kelas anak yang menyertainya. Terakhir, kelas leaf adalah kelas sambungan, berada dalam hirarki paling dasar. Kelas ini bertugas untuk mengontrol lalu lintas dalam kelas itu saja. Trafik yang datang mengalami klasifikasi dimana klasifikasi ini menggunakan filter sehingga dapat mengetahui jenis trafik dan prioritasnya yang mendapatkan perlakuan berbeda. Sebelum trafik berada pada kelas leaf dilakukan klasifikasi menggunakan filter dengan aturan yang berbeda, filter dapat dilakukan dengan servis, alamat IP atau alamat jaringan. Proses ini disebut dengan proses klasifikasi. Selanjutnya, ketika kelas sudah di klasifikasi sekarang adalah proses penjadwalan dan pembatasan bandwidth. Metode HTB menggunakan konsep token dan bucket untuk mengontrol bandwidth . Untuk mengatur
Metode HTB merupakan sebuah disiplin antrian. Sebuah disiplin antrian yang bisa menjadi black box yang dapat mengatur antrian paket dalam perjalannnya menggunakan algoritma didalamnya. Terdapat diantara layer
Gambar 2. Class-Based Queue pada Router
- – Telecommunication (ITU-T) adalah 150 ms
- – 300 ms
- – 450 ms
2.1.6.2 Jitter
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 4 dibawah ini.
Sedangkan VoIP server dan FTP client ditempatkan pada R2 untuk meneriman dan menghasilkan trafik RTP dan RTP.
client dan FTP server ditempatkan pada R1.
Trafik FTP yang dikonfigurasi dengan menggunakan proftpd sebagai server FTP. Skema pengalamatan IP dilakukan yaitu jaringan 192.168.1.0/24 terhubung ke R1 dan jaringan 192.168.2.0/24 terhubung ke R2. Rute statis dikonfigurasi diantara kedua router. VoIP
data real-rime. H1 sebagai UAC dan H3 sebagai UAS.
User Agent Client (UAC) dan User Agent Server (UAS) untuk transmisis dan menerima
manajeman bandwidth pada trafik. Untuk menjalankan trafik VoIP, tool yang digunakan adalah SIPp yang telah dikonfigurasi sebagai
router ini dipakai untuk menerepkan
Perancangan sistem keseluruhan terdiri dari dua buah router yang dijalankan menggunakan sistem operasi Ubuntu 14.04 dan
Gambar 5. Topologi jaringan
Pada gambar 5 menjelaskan gambaran topologi jaringan.
4.1 Perancangan Sistem
PERANCANGAN & IMPLEMENTASI
Gambar 4. Metodologi penelitian 4.
cukup untuk menjalankan aplikasi, dengan ini dapat menentukan besarnya lalu lintas yang berasal dari aplikasi yang melalui jaringan.
Salah satu komponen penting dari end-to-
processor limitations , kongesti jaringan, buffering inefficient , error transmisi, traffic load dan beberapa factor lainnya. Aspek utama throughput adalah ketersediaan bandwidth yang
berhasil diterima perdetik melalui sebuah media komunikasi. Throughput diukur setelah transmisi data dilakukan karena suatu sistem akan menambah delay yang disebabkan
2.1.6.3 Throughput Thoughput adalah banyaknya bit yang
4 Jelek 125 - 225 ms
3 Sedang 75 - 125 ms
2 Baik 0 - 75 ms
1 Sangat Baik 0 ms
Peak Jitter
No Kategori Degradasi
Tabel 2. Standarisasi pemakaian jitter
kualitas kondisi jaringan untuk melihat kondisi jaringan dalam rentang waktu yang berbeda.
delay . Nilai jitter digunakan sebagai parameter
sebuah paket yang di generate dari sumber sampai diterima oleh penerima dapat berfluktuatif dari paket ke paket. Fenomena ini disebut dengan jitter atau bisa disebut variasi
end delay adalah variasi antrian delay pada router . Karena variasi delay ini, waktu ketika
3. METODOLOGI PENELITIAN
4.2 Perancangan Manajemen Bandwidth
Tabel 3. Konfigurasi SIPp untuk UAC
4.4.2 Hierarchial Token Bucket
Aplikasi HTB yang digunakan adalah HTBinit. Konfigurasi awal yang dilakukan dalam file /etc/sysconfig/htb. Direktori berisi file konfigurasi Htbinit yang digunakan. File yang digunakan yaitu eth0, eth0-2.root, eth-
2:10.rtp, eth0-2:20.ftp.
4.5 Implementasi Trafik
4.5.1 Trafik VoIP
Aplikasi yang digunakan untuk melakukan panggilan pada pengujian ini adalah SIPp.
1
4.4.1 Class-Based Queue
2
3 ./sipp
Tabel 4. Konfigurasi SIPp untuk UAS
1
2 ./sipp
Tabel 3 adalah perintah SIPp untuk menghasilkan panggilan dari IP 192.168.1.2 menuju 192.168.2.3 sebanyak 25 panggilan, dengan autentifikasi nama bagas menggunakan
Metode CBQ adalah salah satu metode manajemen bandwidth yang sangat mudah dipahami dan memungkinkan terjadinya sharing bandwidth. Tool yang digunakan untuk penerapan metode CBQ ini adalah cbq.init- v0.7.1.
4.4 Implementasi Manajemen Bandwidth
Metode HTB adalah hasil dari pengembangan dari teknik antrian CBQ.
Gambar 6. Kelas CBQ
4.3.2 Trafik FTP Proftpd digunakan sebagai server FTP.
SIPp dapat menghasilkan panggilan menggunakan skenario xml pada UAC dan UAS. SIPp dapat mendukung media transmisi seperti suara dan video.
4.3.1 Trafik VoIP Trafik VoIP menggunakan aplikasi SIPp.
4.3 Perancangan Trafik
RTP. Konfigurasi metode HTB pada penelitian ini menggunakan tool HTBinit.
4.2.1 Class-Based Queue
Metode CBQ adalah teknik klasifikasi data yang paling terkenal karena konfigurasinya yang mudah dan memungkinkan sharing bandwidth .
Pada proftpd terdapat file yang berukuran 5 Mbyte. Trafik FTP akan dilakukan dengan cara mengunduh file tersebut. User yang mengunduhnya adalah user dengan alamat 192.168.2.3.
4.2.2 Hierarchical Token Bucket
membuat class dengan bandwidth sebesar 512 Kbit. Class mempunyai dua klien, yaitu H1 dan H2. Masing-masing klien mendapat bandwidth sebesar 256 Kbit. Setelah itu, masing-masing klien dimasukkan ke dalam prioritas yang akan ditentukan pada saat pengujian.
interface yang dilalui trafik. Vboxnet0
Penjelasan pada gambar 6 dalam perancangan metode CBQ, vboxnet0 adalah
- –sf uac_pcap.xml –i 192.168.1.2 192.168.2.3
- –s b
- –m 25
Gambar 7. Class dan qdic HTB
- –sn uas 192.168.1.2 – i 192.168.2.3
Total bandwidth pada jaringan adalah 512 Kbit, dengan masing-masing trafik mendapatkan rate 256 Kbit. Class root dengan id 1:2 digunakan untuk dapat melakukan proses peminjaman. Class dengan id 1:10 mewakili trafik RTP sedangkan id 1:20 mewakili trafik skenario uac_pcap.xml. Sedangkan Tabel 4, UAS SIPp yang menerima panggilan dari 192.168.1.2 dengan menggunakan skenario default SIPp.
4.5.2 Trafik FTP
Server FTP yang digunakan adalah proftpd. Untuk membangkitkan trafik FTP diperlukan klien dan server FTP. Pertama,
service proftpd pada server harus dijalankan Gambar 9. Grafik delay CBQ dan HTB seperti Gambar 8.
Gambar 8. FTP Client Gambar 10. Grafik jitter CBQ dan HTB
Pada Gambar 5.7, klien mengakses proftpd Nilai delay dan jitter saat menggunakan dengan perintah ftp 192.168.1.3. Setelah metode CBQ lebih tinggi dibandingkan dengan terhubung dengan server, dilakukan proses menggunakan HTB. autentifikasi. Klien memasukkan nama dan password yang telah didaftarkan pada server.
Setelah berhasil login, klien dapat mengunduh file yang ada pada server dengan perintah get. Pada penelitian ini, file yang digunakan adalah file word dengan ukuran 5 Mbyte.
5. PENGUJIAN
5.1 Pengujian Tanpa Prioritas
Mekanisme manajemen bandwidth bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang
Gambar 11. Grafik throughput CBQ dan HTB
sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini, menerapkan metode CBQ dan metode HTB
Throughput pada saat menggunakan
tanpa prioritas. Tujuannya agar terlihat unjuk metode CBQ lebih rendah dibandingkan dengan kerja dari masing-masing mekanisme yang metode HTB. diterapkan.
5.2 Pengujian dengan prioritas
Mekanisme manajemen bandwidth bertujuan untuk membagi bandwidth agar tiap pengguna mendapatkan jatah bandwidth yang sesuai dengan porsinya. Pada pengujian ini, menerapkan metode CBQ dan metode HTB dengan menggunakan prioritas. Aplikasi VoIP mendapatkan prioritas 1 sedangkan aplikasi FTP mendapatkan prioritas 5. Tujuannya agar terlihat unjuk kerja dari masing-masing mekanisme yang diterapkan. ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai jitter dan delay VoIP yaitu 0.19 ms dan 13.53. Sedangkan, saat menggunakan metode CBQ, nilai jitter dan delay VoIP saat tidak menggunakan prioritas yaitu 0.30 ms dan 15.13 ms. Pada saat menggunakan prioritas, nilai dan delay VoIP yaitu 0.26 ms dan 14.54
jitter ms.
Parameter yang dihitung pada trafik FTP yaitu delay dan throughput. Saat menggunakan
Gambar 122. Grafik delay CBQ dan HTB
metode HTB, nilai delay dan throughput saat tidak menggunakan prioritas yaitu 32.39 ms dan
0.36 Mbit/s. Pada saat menggunakan prioritas, nilai delay dan throughput FTP yaitu 31.92 ms dan 0.37 Mbit/s. Sedangkan saat menggunakan metode CBQ, nilai delay dan throughput yaitu 47.26 ms dan 0.25 Mbit/s. pada saat menggunakan prioritas yaitu 47.23 ms dan 0.25 Mbit/s./s.
7. DAFTAR PUSTAKA Gambar 13. Grafik jitter CBQ dan HTB Chaffin, L. (2006). Building a VoIP Network
with Nortel's Multimedia Communication Pada saat mendapatkan prioritas. Aplikasi Server 5100 1st Edition. yang menggunakan metode CBQ kembali
Chen, T. M. (2007). The Handbook of mendapatkan nilai delay dan jitter yang lebih Computer Networks. Texas: Southern besar dibandingkan dengan yang menggunakan Methodist University. metode HTB
Chereddi, C. (2009). Class Based Queue (CBQ) for Link Sharing and Resource Management (The Linux Implementation). Osmania University. Ilyas, S.
A. (2008). VoIP Handbook Applications, Technologies, Reliability, and Security. CRC Press.
JL, V. (2004). A Hierarchical Token Bucket Algorithm to Enhance QoS in IEEE 802.11: Proposal, Implementation and Evaluation.
Peterson, L., & Davide, B. (2003). Computer
Gambar 13. Grafik throughput CBQ dan HTB
Networks System Approach 3th. Morgan Kaufmann Publishers.
Salah, K. (2006). On the Development of VoIP in Ethernet Network: Methodology and Untuk mengimplementasikan manajemen Case Study.
6. KESIMPULAN
bandwidth Class-Based Queue dan Hierarchical Token Bucket pada router Ubuntu
dapat menggunakan aplikasi Cbqinit dan Htbinit. Konfigurasi dilakukan dengan membuat file untuk setiap kelas hirarki. File berisi rate dan burst yang didapat untuk setiap kelas.
Analisis manajemen bandwidth
Hierarchical Token Bucket tanpa menggunakan
prioritas, nilai jitter dan delay VoIP saat tidak menggunakan prioritas yaitu 0.25 ms dan 14.35