BAB I PENDAHULUAN - Tugas Belajar Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan untuk menghasilkan sumber daya

  manusia yang berkualitas yaitu manusia yang cerdas dan terampil serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani, serta mempunyai semangat patriotisme terhadap bangsa dan negara sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan masing-masing. Untuk menghasilkan sumber daya yang demikian maka pemerintah menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah dan sampai pada perguruan tinggi sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan pembangunan.

  Guru, murid, dan bahan ajar merupakan unsur yang dominan dalam proses pembelajaran di kelas. Ketiga unsur ini saling berkaitan, saling mempengaruhi serta saling menunjang antara satu dengan yang lainnya. Jika salah satu unsur tidak ada, kedua unsur yang lain tidak dapat berhubungan secara wajar dan proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Jika proses belajar mengajar ditinjau dari segi kegiatan guru, maka akan terlihat bahwa guru memegang peranan strategis. Menurut Majid (2005:91) dalam konteks ini guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penilaian. Oleh karena itu guru dituntut dapat bekerja dengan teratur dan konsisten, tetap kreatif dalam menghadapi pekerjaannya. Kemantapan dalam bekerja hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola kerja seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai sasaran pendidikan.

  Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi harapan bangsa indonesia, peningkatan mutu pendidikan ini dapat dilaksanakan dengan jalan meningkatkan mutu guru dari setiap lembaga pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan yang ditempuh.

B. Batasan Masalah

  Agar masalah penelitian lebih fokus kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah penelitian hanya pada ruang lingkup tentang

PENYIKAPAN GURU TERHADAP TUGAS-TUGASNYA.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana menjadi guru profesional dalam mengajar?

  2. Apa saja peranan guru dan bagaimana cara kerja seorang guru?

  3. Bagaimana menyikapi tugas guru?

  D. Tujuan

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, serta batasan masalah yang diajukan diatas maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui bagaimana seorang guru yang profesional.

  2. Mengetahui peranan seorang guru dan cara kerja guru.

  3. Mengetahui penyikapan terhadap tugas dari seorang guru.

  E. Manfaat

  Dari hasil tugas yang telah dibuat penulis, diharapkan dapat memberikan manfaat yang sangat penting antara lain:

  1. Bagi penulis hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bekal dalam mengembangkan berbagai ilmu yang pernah diperoleh dalam beberapa matakuliah di kampus.

  2. Bagi pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai penambahan wawasan dalam mengapresiasikan karya sastra.

BAB II PEMBAHASAN A. Profesionalisme Guru dalam Mengajar Guru merupakan faktor yang sangat domainan dan paling penting dalam pendidikan

  formal. Pada umumnya guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi. Oleh karena itu guru seyogyanya memiliki prilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh.

  Jabatan seorang guru adalah jabatan profesional. Nana Sujdana (1988:12) mengemukakan “secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau memperoleh pekerjaan lain”.

  Profesionalisme dapat diartikan secara luas. Bisa dipandang melalui proses pendidikan, bisa pula dipandang melalui proses pelatihan. Namun pekerjaan profesional, seperti profesional dokter, mengacu pada proses pendidikan yang harus dipenuhi. Dengan kata lain profesionalisme sangat tergantung pada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Hampir disemua negara, masyarakat masih mengakui bahwa dokter adalah profesiyang lebih tinggi, sebaliknya guru masih dipandang sebagai profesi yang sangat rendah.

  Rendahnya pengakuan dari masyarakat terhadap profesi guru disebabkan beberapa faktor. Faktor pertama adalah pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia berpengetahuan. Kekurangan akan tenaga guru pada daerah yang terpencil menjadika peluang untuk mengangkat guru yang tidak mempunyai kewenangan profesional. Faktor kedua adalah disebabkan oleh guru itu sendiri. Banyak guru yang tidak menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesi tersebut.

  Menurut jurnal managemen pendidikan “Educational Leadership” Maret 1993 (sebagaimana dimuat kembali oleh Mingguan Guru No. 656, pebruari 1997) hal.2 tentang profesionalisme guru sebagai berikut: (a) guru harus memiliki komitmen pada murid dalam proses belajarnya. Ini berarti komitmen seorang profesional adalah kepentingan siswanya, (b) profesionalisme menguasai secara mendalam suatu bahan/mata pelajaran yang akan disampaikan secara metode yang diajarkan kepada anak didik. (c) profesionalisme harus bertanggungjawab mesti memantau hasil belajar murid-muridnya melalui berbagai teknik evaluasi mulai dari cara pengamatan terhadap prilaku sampai test hasil belajar, (d) guru harus mampu berfikir secara sistematis. (e) seorang guru merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Dari kelima butir tadi, butir kelima harus digaris bawahi. Pada dasarnya guru harus belajar dan belajar terus untuk mengembangkan ilmu serta mengamalkannya yang disesuaikan dengan keadaan zaman.

B. Peranan dan Cara Kerja Guru

  Guru adalah orang yang diberi tugas mengajar dan mendidik siswa di sekolah. Oleh karena itu peranan guru adalah sangat penting sekali di dalam menyiapkan generasi muda guna pembangunan bangsa dan negara ke depan. Di tangan gurulah terletak masa depan bangsa, tanpa guru maka bangsa ini tak akan mengalami banyak kemajuan. Oleh karena itulah guru dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa, karena pengabdian yang dilakukan oleh guru tidak diberikan jasa berupa pangkat seperti di kalangan meliter. peranan guru di dalam membina siswa di sekolah adalah sebagai berikut :

  Pertama, guru sebagai teladan. Guru sebagai teladan maka peranannya adalah untuk

  ditiru dan dicontoh oleh siswa. Oleh karena itu guru harus menunjukan prilaku yang baik dihadapan siswa-siswanya. Sebagai contoh mengajar di kelas tepat waktunya. Tidak pernah bolos mengajar tanpa izin kepala sekolah, rajin mengajar dan sebagainya. Guru yang bertanggung jawab adalah guru yang melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh demi kepentingan siswa siswanya. Tidak bersikap acuh tak acuh terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para siswanya.

  Kedua, guru sebagai motivator. Guru sebagai motivator, maka peranan guru adalah

  memberikan surport kepada siswa-siswa agar belajar dengan sungguh-sungguh demi masa depannya. Guru memberikan penguat baik yang bersifat positif ( Positive Reinforcement ) maupun yang bersifat negatif ( Negative Reinforcement ).

  Ketiga, guru sebagai pengawas. Guru sebagai pengawas maka peranan guru adalah mengontrol prilaku-prilaku siswa agar tidak menyimpang dari aturan aturan sekolah.

  Bilamana prilaku siswa menyimpang dari aturan-aturan sekolah maka siswa tersebut perlu diberikan nasehat-nasehat dan arahan-arahan agar tidak melakukan hal seperti itu lagi. Sebagai contoh misalnya siswa sering tidak masuk sekolah maka siswa tersebut perlu dipanggil dan ditanyakan sebab-sebabnya selanjutnya diarahkan agar tidak melakukan perbuatan seperti itu lagi.

  Dalam proses pelaksanaannya yaitu dalam proses belajar-mengajar, maka guru sebagai tenaga pengajar dan sekaligus pendidik memegang peranan yang penting di dalam mencapai tujuan itu. Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus memiliki kemampuan professional. Kemampuan professional yang harus dimiliki oleh guru antara lain kemampuan di dalam mengelola proses belajar mengajar dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang ilmu yang diajarkan. Kemampuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut :

  1. Guru harus mampu menyusun program pengajaran

  2. Guru harus menguasai bidang studi yang diajarkan

  3. Guru harus mampu memilih dan menggunakan metode mengajar

  4. Guru harus mampu memilih dan menggunakan media

  5. Guru harus mampu mengelola interaksi belajar mengajar

  6. Guru harus mampu mengelola kelas

  7. Guru harus mampu mengevaluasi

  8. Guru harus mampu membimbing siswa

  9. Guru harus mampu mengelola administrasi 10. Guru harus mampu melakukan penelitian untuk kepentingan pengajaran.

  Dengan memiliki kemampuan sebagaimana disebutkan di atas, maka dapatlah diharapkan guru sebagai tenaga pengajar dan sekaligus sebagai pendidik akan dapat melaksanakan tugasnya secara baik. Namun tidak semua guru pada saat berada di kelas dalam melaksanakan tugas nya melaksanakan fungsinya sebagai pendidik.

  Menurut Majid (2005:91) dalam konteks ini guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi, dan penilaian.

  a. Merencanakan Pembelajaran Proses belajar mengajar perlu direncanakan agar dalam pelaksanaannya pembelajaran berlangsung dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan pemikiran tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan program belajar mengajar memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pembelajaran. Untuk membuat perencanaan pembelajaran yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur- unsur perencanaan pembelajaran yang baik. Menurut Hunt (1999:24) dalam Majid (2005:94), unsur-unsur perencanaan pembelajaran tersebut adalah mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi dan skenario yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan, dan kriteria evaluasi. Mulyasa (2004:80), mengemukakan pengembangan persiapan mengajar harus memperhatikan minat dan perhatian peserta didik terhadap materi yang dijadikan bahan kajian. Dalam hal ini peran guru bukan hanya sebagai transformator, tetapi harus berperan sebagai motivator yang dapat membangkitkan gairah belajar siswa.

  b. Melaksanakan Pembelajaran Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses yang diatur dengan tahapan- tahapan tertentu, agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran menurut Majid (2005:104) meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Usman (1994:120) mengemukakan pelaksanaan pembelajaran mengikuti prosedur memulai pelajaran, mengelola kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan waktu, siswa, dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil pelajaran, dan mengakhiri pelajaran. Sudirman, dkk. (1991:77) pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu tes awal, proses, dan tes akhir.

  Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan pembelajaran dapat deskripsikan dari tiga kegiatan utama, yaitu membuka pembelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan menutup pembelajaran.

  c. Mengevaluasi Pembelajaran Penilaian merupakan usaha untuk memperoleh informasi tentang perolehan belajar siswa secara menyeluruh, baik pengetahuan, konsep, sikap, nilai, maupun proses. Usman

  (1994:126) guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) jenis penilaian sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan, (2) sesuai dengan tujuan, (3) sesuai dengan bahan pelajaran, (4) hasilnya ditafsirkan.

  Hasil penilaian yang dilakukan guru perlu ditindaklanjuti. Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir selain terdapat murid yang dapat menguasai materi pelajaran tidak jarang masih ada murid yang tidak menguasai materi pelajaran dengan baik sebagaimana tercermin dalam nilai atau hasil belajar lebih rendah dari kebanyakan murid-murid sekelasnya. Berkaitan dengan hal ini, menurut Majid (2005:236) ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru, antara lain melaksanakan pengajaran perbaikan, pengajaran pengayaan, program akselerasi, pembinaan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan peningkatan motivasi belajar.

C. Penyikapan Tugas Guru

  Dalam Undang-undang No.2 Tahun 1989 dengan Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar, yang pada pendidikan dasar dan menengah disebut guru, dan pada jenjang yang lebih tinggi disebut dosen”. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, istilah kopetensi menunjuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperolehnya melalui pendidikan atau latihan. Kopetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi sertifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan perbuatan (performence) karena ia merupakan tingkah laku yang dapat diamati meskipun seringkali terlibat proses yang tidak tampak seperti klarifikasi dan penilaian informasi atau pengambilan keputusan yang dilakukan sebelum perbuatan yang tampak dilaksanakan. Karena itu kopetensi profesional ditandai oleh rasionalitas, sebab perbuatan profesional selalu dilakukan dengan keadan penuh tanggung jawab.

  Sebagai seorang guru, dalam usahanya mencapai tujuan pendidikan yang mengacu pada dimensi kemanusiaan dan aspek-aspek kepribadian dan dengan bekal komptensi profesional yang mereka miliki, selanjutnya di dalam melaksanakan tugasnya guru harus bersikap hati- hati, sabar, disiplin, kreatif, dam rendah hati.

  a. Kehati-hatian Untuk melaksanakan suatu tugas yang menyangkut sejumlah kompetensi, misalnya melaksanakan belajar mengajar, guru harus berhati-hati. Karena kegiatan tersebut diperlukan lebih dari sekedar keterampilan, untuk menampilkan kompetensi dalam melaksanakan tugas mengajar diperlukan berbagai hal. Guru dalam melaksanakan tugasnya juga harus berhati-hati karena pelaksanaan kompetensi bersifat transsaksional. Seorang guru di dalam kesempatan yang berbeda-beda, sesuai dengan tujuan, materi peralatan terlebih-lebih karaktristik siswanya. Guru harus menganalisis situasi, selamjutnya menyusun rencana persiapan mengajar. b. Kerendah hati Largeveld (Santi Arbi, 1992: 10)mengatakan, bahwa anak didik adalah seorang yang ingin menjadi pribadinya sendiri. Dia banyak mengalami pengaruh yang tidak disengaja. Pengaruh-pengaruh tersebut terolah secara pribadi dan apa yang diterimanya menjadi bagian dirinya sendiri. Semua pertimbangan tersebut menyadarkan pendidik, bahwa ia harus rendah hati, karena pendidik bukan satu- satunya faktor yang menentukan perkembangan anak, masih banyak faktor yang lain, terutama yang datang dan dalam anak itu sendiri, yaitu dorongan aktualisasi sesuai dengan individualitas masing-masing.

  c. Kreatifitas Kreatifitas dapat dirumuskan sebagai suatu proses yang memanifestasikan diri dalam kelancaran, kelenturan dan keaslian dalam pemikiran. Kelancaran berarti mampu memberikan banyak gagasan dalam waktu yang terbatas. Kelenturan mampu melihat beberapa kemungkinan menggunakan suatu benda, berbagai sudut pandang dari suatu masalah. Keaslian mampu memberi jawaban tak terduga, tak terpikirkan oleh yang lain. Dalam melakukan tugasnya guru harus mempunyai kekreativitas, karena pekerjaan mengajar yang menyangkut perkembangan pembelajaran.

  d. Kesabaran Sesuai dengan manusia adalah makhluk individual, maka peserta didik dalam proses pendidikan ia akan menjadi dirinya sendiri, sehingga dia bersifat selektif ia tidak begitu menerima tuntunan dari pendidikannya kadang-kadang menolak atau tidak mematuhinya. Akibatnya dalam proses pendidikan anak tidak mengerjakan perintah atau anjuan pendidik akhirnya mereka melanggar larangan yang telah ditentukan. Dalam masalah seperti ini akan menumbuhkan sifat pada guru untuk tidak putus asa dalam usahanya. Menurut Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendidikan Indonesia, bzhwa : Pedidik harys berhamba kepada sang anak. Dari uraian tersebut maka kesabaran merupakan sifat yang mutlak harus dimiliki oleh guru untuk menghadapi rintangan-rintangan dalam pekerjaan.

  e. Disiplin

  Disiplin berarti ketaatan atau kesetiaan pada peraturan atau ketentuan yang ada. Guru harus mengikuti disiplin bukan dalam artu dia harus kolot, yang mengartikan disiplin sebagai taat ketentuan berdasarkan pelaksanaan atau otoritas dari luar, disiplin yang bersifat lahiriah,atau yang bersifat otomatis. Dalam artian moderen disiplin guru yaitu ketaatan pada peraturan atas dasar ras tanggungjawab, sehingga orang akan melaksanakan peraturan bukan adanya pengawasan dari luar, tapi adanya kontrol dalam dirinya sendiri. Beberapa ketaatan yang dituntut guru tenaga kependidikan antara lain kepada peraturan undang-undang atau kedinasan yang berlaku, taat pada perintah kedinasan yang diberi oleh atasan yang berwenang, taat pada ketentuan jam kerja, taat dalam memberi layan pada msyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan bidang tugasnya dan taat untuk bersikap sopan santun dalam melaksanakan tugas.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam menyikapi tugas-tugasnya guru harus mempunyai sifat hati-hati, sabar, kreatif, dan

  rendah hati dalam melaksanakan tugas kependidikannya terhadap peserta didik, karena dengan adanya rasa itu guru akan bisa mengatasi masalah-masalah yang ada dan yang menyagkut anak didik. Upaya-upaya memberdayakan guru dapat dilakukan dengan cara: 1. Pengembangkan karier, 2. Peningkatkan mutu guru, 3. Mengatasi beban psikologis dengan cara merampingkan beban kurikulum tanpa mengurangi target kurikulum untuk jenjang pendidikan yang sesuai. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya. Dalam perannya guru harus mempunyai: Pertama, guru sebagai teladan, Kedua, guru sebagai motivator, Ketiga, guru sebagai pengawas. Bilamana guru mampu menjalankan perananya , maka dapatlah diharapkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan oleh guru di sekolah akan mampu menghasilkan siswa-siswa yang educated dan bermoral.

B. Saran

  Diharapkan kepada pembaca khususnya seorang guru dalam menyikapi tugas-tugasnya diharapkan guru bisa mengatasinya dengan baik agar bisa memberikan pembelajar secara efektif. Semoga makalah ini menjadi sebuah acuan untuk menuju kesuksesan dalam mengajar dan mencerdaskan anak bangsa.

DAFTAT PUSTAKA

   http://cancer55.wordpress.com/2011/02/06/36/ Mulyasa, E. (2004:80). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya