BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI DAN ASURANSI KREDIT - Peran Asuransi Kredit Dalam Mengatasi Kredit Macet

BAB II
TINJAUAN UMUM PERJANJIAN ASURANSI
DAN ASURANSI KREDIT
A. Pengertian dan Persyaratan Perjanjian Asuransi
1.

Pengertian Asuransi
Banyak definisi yang telah diberikan terhadap istilah asuransi, dimana secara

sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini
bisa dimaklumi, karena mereka dalam mendefinisikannya disesuaikan dengan
sudut pandang yang mereka gunakan dalam memandang asuransi, dimana sesuai
dengan uraian di atas bahwa asuransi dapat dipandang dari beberapa sudut.
Menurut Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Republik Indonesia : “Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu”. 15 Berdasarkan definisi
asuransi di atas, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi

kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak penanggung (insure) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak terntentu (tidak diketahui sebelumnya).
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
Menurut Mehr dan Cammack : “Asuransi merupakan suatu alat untuk
mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure
dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat
diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata
oleh mereka yang tergabung”.16
15

Pengertian asuransi. http://khairat.wordpress.com/2012/05/17/pengertian-asuransi/,
diakses pada tanggal 10 Mei 2012.
16
Pengertian Asuransi. http://khairat.wordpress.com/2012/05/17/pengertian-asuransi/
diakses pada tanggal 10 Mei 2012


14
Universitas Sumatera Utara

Definisi asuransi menurut C. Arthur William Jr dan Richard M. Heins,
yang mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu :
“Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan
oleh seorang penanggung bilamana persetujuan dua orang atau lebih atau badan
mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas kiranya mengenai definisi
asuransi yang dapat mencakup semua sudut pandang antara lain adalah sebagai
suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian, dengan cara
manggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama atau hampir
sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya dapat
diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara
proposional oleh semua pihak dalam gabungan itu. 17
Pengertian asuransi menurut undang undang tentang usaha perasuransian
(UU Republik Indonesia No. 2/1992) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung

jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Pengertian asuransi menurut Herman Darmawi asuransi merupakan
suatu kontrak atau perjanjian pertanggungan resiko antar tertanggung dengan
penanggung. Penanggung akan berjanji membayar kerugian yang disebabkan
resiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung
membayar premi secara periodik kepada penanggung jadi, tertanggung
mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran
tertentu dengan relatif kecil. 18
17

Pengertian Asuransi. http://www.blackdeviant.web.id/2011/08/pengertian-asuransi.html
diakses pada tanggal 10 Mei 2012
18
Herman Darwani, 2004, Manajemen Asuransi, Jakarta : PT. Bumi Aksara, hal. 2

Universitas Sumatera Utara


2.

Persyaratan Perjanjian Asuransi
Perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus, maka di samping

ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat khusus
yang diatur dalam KUHD. Syarat-syarat suatu perjanjian yaitu kesepakatan
para pihak, kewenangan berbuat, objek tertentu, dan klausa yang halal sedangkan
syarat yang diatur dalam Pasal 251 KUHD.
a.

Kesepakatan
Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian asuransi.
Kesepakatan tersebut pada pokoknya meliputi :
1) benda yang menjadi objek asuransi
2) pengalihan resiko dan pembayaran premi
3) enevemen dan ganti kerugian
4) syarat-syarat khusus asuransi
5) dibuat secara tertulis yang disebut polis
Pengadaan perjanjian antara tertanggung dan penanggung dapat

dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dilakukan secara langsung
artinya kedua belah pihak mengadakan perjanjian asuransi tanpa melalui
perantara. Dilakukan secara tidak langsung artinya kedua belah pihak
mengadakan perjanjian asuransi melalui jasa perantara. 19 Penggunaan jasa
perantara memang dibolehkan menurut undang-undang. Dalam Pasal 260
KUHD ditentukan, apabila asuransi diadakan dengan perantaraan seorang
makelar maka polis yang sudah ditandatangani harus diserahkan dalam
19

Ibid

Universitas Sumatera Utara

waktu 8 (delapan) hari setelah perjanjian dibuat. Dalam Pasal 5 huruf (a)
Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 ditentukan Perusahaan Pialang Asuransi
dapat menyelenggarakan usaha dengan bertindak mewakili tertanggung dalam
rangka transaksi yang berkaitan dengan kontrak asuransi.
Kesepakatan antara tertanggung dan penanggung itu dibuat secara
bebas, artinya tidak berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak
tertentu. Kedua belah pihak sepakat menentukan syarat-syarat perjanjian

asuransi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 ditentukan bahwa
penutupan asuransi atas objek asuransi harus didasarkan pada kebebasan
memilih penanggung kecuali bagi Program Asuransi Sosial. Ketentuan ini
dimaksudkan untuk melindungi hak tertanggung agar dapat secara bebas
memilih perusahaan asuransi sebagai penanggungnya. Hal ini dipandang perlu
mengingat tertanggung adalah pihak yang paling berkepentingan atas objek
yang diansuransikan, jadi sudah sewajarnya apabila mereka secara bebas tanpa
pengaruh dan tekanan dari pihak manapun dalam menentukan penanggungnya. 20
b. Kewenangan (authority)
Kedua pihak tertanggung dan penanggung berwenang melakukan
perbuatan hukum yang diakui oleh undang-undang. Kewenangan berbuat
tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat objektif.
Kewenangan subjektif artinya kedua belah pihak sudah dewasa, sehat ingatan,
tidak berada di bawah perwalian (trusteeship), dan pemegang kuasa yang sah.
20

Ibid

Universitas Sumatera Utara


Kewenangan objektif artinya tertanggung mempunyai hubungan sah dengan
benda objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan miliknya sendiri.
Sedangkan penanggung adalah pihak yang mewakili Perusahaan Asuransi
berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan. Apabila asuransi yang diadakan
untuk kepentingan pihak ketiga maka tertanggung yang mengadakan
asuransi itu mendapat kuasa atau pembenaran dari pihak ketiga yang
bersangkutan. 21
Kewenangan pihak tertanggung dan penanggung tersebut tidak hanya
dalam rangka mengadakan perjanjian asuransi, melainkan juga dalam hubungan
internal di lingkungan Perusahaan Asuransi bagi penanggung, dan hubungan
dengan pihak ketiga bagi tertanggung, misalnya jual beli objek asuransi,
asuransi untuk pihak ketiga. Dalam hubungan dengan perkara asuransi
di muka pengadilan, pihak tertanggung dan penanggung adalah berwenang
untuk bertindak mewakili kepentingan pribadinya atau kepentingan Perusahaan
Asuransi.
3. Objek tertentu (fixed object)
Objek tertentu dalam Perjanjian Asuransi adalah objek yang diasuransikan
dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan
dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan, dapat pula berupa jiwa

atau raga manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan kepentingan yang
melekat pada harta kekayaan yang terdapat pada Perjanjian Asuransi Kerugian.
Sedangkan objek tertentu berupa jiwa atau raga manusia terdapat pada Perjanjian

21

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Asuransi Jiwa. Pengertian objek tertentu adalah bahwa identitas objek asuransi
tersebut harus jelas. Apabila berupa harta kekayaan, harta kekayaan apa,
berapa jumlah ukurannya, dimana letaknya, alamatnya dan sebagainya. 22
4.

Klausa yang halal (legal cause)
Klausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu tidak

dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak
bertentangan dengan kesusilaan. Contoh asuransi yang berkuasa tidak halal adalah

mengasuransikan benda yang dilarang undang-undang untuk diperdagangkan,
mengangsuransikan benda tetapi tertanggung tidak mempunyai kepentingan,
jadi hanya spekulasi yang sama dengan perjudian. Asuransi bukan perjudian dan
pertaruhan. 23
Berdasarkan klausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh
tertanggung dan penanggung adalah beralihnya risiko atas objek asuransi yang
diimbangi dengan pembayaran premi, penanggung menerima peralihan risiko
atas objek asuransi. Jika dibayar, maka risiko beralih. Jika premi tidak dibayar,
risiko tidak beralih.
5.

Pemberitahuan
Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai

keadaan objek asuransi. Kewajiban ini dilakukan pada saat melakukan asuransi.
Apabila tertanggung lalai, maka akibat hukumnya asuransi batal. Menurut ketentuan
Pasal 251 KUHD, semua pemberitahuan yang salah, tidak atau benar,
atau penyembunyian keadaan yang diketahui oleh tertanggung tentang objek
22


Ibid
Ibid

23

Universitas Sumatera Utara

asuransi, mengakibatkan asuransi itu batal. Kewajiban pemberitahuan itu
berlaku juga apabila setelah diadakan asuransi terjadi pemberatan risiko atas
objek asuransi.
Kewajiban pemberitahuan Pasal 251 KUHD tidak bergantung pada itikad
baik atau tidak dari tertanggung. Apabila tertanggung keliru memberitahukan,
tanpa kesengajaan, juga mengakibatkan batalnya asuransi, kecuali jika tertanggung
dan penanggung telah memperjanjikan lain. Biasanya perjanjian seperti ini
dinyatakan dengan tegas dalam polis dengan klausula “sudah diketahui”. 24

B. Tujuan Asuransi dan Polis
1.

Tujuan Asuransi

Tujuan asuransi terdiri atas 4 (empat) yaitu berupa pengalihan risiko,

pembayaran ganti kerugian, pembayaran santunan dan kesejahteraan anggota. 25
a. Pengalihan Risiko
Tertanggung menyadari bahwa ada ancaman bahaya terhadap harta
kekayaan miliknya dan terhadap jiwanya, dia akan menderita kerugian atau
korban jiwa atau cacat raganya. Secara ekonomi, kerugian material atau
korban jiwa atau cacat raga akan mempengaruhi perjalanan hidup seseorang
atau ahli warisnya. Tertanggung sebagai anak pihak yang terancam bahaya
merasa berat memikul beban resiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi.

24

Ibid
Abdulkadir Muhammad, 1999 Hukum Asuransi Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
1999, hal. 12
25

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengulangi atau menghilangkan beban resiko tersebut, pihak tertanggung
berupaya mencari jalan kalau ada pihak lain yang bersedia mengambilalih
beban resiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi
yang disebut premi. Dalam dunia bisnis, Perusahaan Asuransi selalu siap
dalam menerima tawaran dari pihak tertanggung mengadakan asuransi dengan
tujuan mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.
Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung),
sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai berakhirnya
jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung
beruntung memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari
tertanggung.
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila sampai
berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa kematian atau
kecelakaan yang menimpa diri tertanggung maka tertanggung akan
memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung sesuai dengan isi
perjanjian asuransi. Dengan demikian premi yang dibayar oleh tertanggung
itu seolah-olah sebagai tabungan pada penanggung. Timbulnya perbedaan
dengan asuransi kerugian karena pembayaran premi pada asuransi jiwa
dilakukan secara berkala biasanya secara bulanan. Dalam jangka waktu yang
cukup lama premi yang disetor kepada penanggung dapat berfungsi sebagai
modal usaha dengan mana tertanggung diberi hak untuk menikmati hasilnya
setelah jangka waktu asuransi berakhir tanpa terjadi enevemen.

Universitas Sumatera Utara

b. Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam hal tidak terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian,
maka tidak ada masalah terhadap risiko yang ditanggung oleh penanggung.
Dalam praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu sungguh-sungguh
terjadi. Ini merupakan kesempatan baik bagi penanggung mengumpulkan premi
yang dibayar oleh beberapa tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya.
Jika pada suatu ketika sungguh-sungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan
kerugian (risiko berubah menjadi kerugian), maka tertanggung yang
bersangkutan akan dibayarkan ganti kerugian seimbang dengan jumlah
asuransinya. Dalam praktiknya kerugian yang timbul itu bersifat sebagian
(partial loss), tidak semuanya berupa kerugian total (total loss). Dengan demikian,
tertanggung mengadakan asuransi bertujuan untuk memperoleh pembayaran
ganti kerugian yang sungguh-sungguh dideritanya.
Jika dibandingkan dengan jumlah premi yang diterima dari beberapa
tertanggung, maka jumlah ganti kerugian yang dibayarkan kepada tertanggung,
maka jumlah ganti kerugian itu tidaklah begitu besar jumlahnya. Kerugian yang
diganti oleh penanggung itu hanya sebagian kecil dari jumlah premi yang
diterima dari seluruh tertanggung. Dari sudut perhitungan ekonomi, keadaan ini
merupakan faktor pendorong perkembangan Perusahaan Asuransi, di samping
faktor tingginya pendapatan perkapita warga negara.
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila dalam
jangka waktu asuransi terjadi peristiwa kematian atau kecelakaan yang
menimpa diri tertanggung, maka penanggung akan membayar jumlah asuransi
yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam polis. Jumlah asuransi

Universitas Sumatera Utara

yang disepakati ini merupakan dasar perhitungan premi dan untuk
memudahkan penanggung membayar sejumlah uang akibat terjadinya
peristiwa kematian atau kecelakaan. Jadi pembayaran sejumlah uang itu bukan
sebagai ganti kerugian, karena jiwa atau raga manusia bukan harta kekayaan,
dan tidak dapat dinilai dengan uang.
c. Pembayaran Santunan
Asuransi kerugian dan asuransi jiwa diadakan berdasarkan perjanjian
bebas (sukarela) antara penanggung dan tertanggung (voluntary insurance).
Tetapi undang-undang mengatur asuransi yang bersifat wajib (compulsary
insurance), artinya tertanggung terikat dengan penanggung karena
perintah undang-undang, bukan karena perjanjian. Asuransi jenis ini
disebut asuransi sosial (social security insurance). Bertujuan melindungi
masyarakat dari ancaman bahaya kecelakaan mengakibatkan kematian
atau cacat tubuh. Dengan membayar sejumlah kontribusi (semacam
premi), tertanggung berhak memperoleh perlindungan dari ancaman bahaya.
Tertanggung yang membayar kontribusi tersebut adalah mereka
yang terikat pada suatu hubungan hukum tertentu yang ditetapkan
undang-undang, misalnya hubungan kerja, penumpang angkutan umum.
Apabila mereka mendapat musibah kecelakaan dalam pekerjaannya atau
selama angkutan berlangsung, mereka (atau ahli warisnya) akan memperoleh
pembayaran santunan dari penanggung (BUMN), yang jumlahnya telah
ditetapkan oleh undang-undang. Jadi, tujuan mengadakan asuransi sosial
menurut pembentuk undang-undang adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat, dan mereka terkena musibah diberi santunan sejumlah uang.

Universitas Sumatera Utara

d. Kesejahteraan Anggota
Apabila berberapa orang berhimpun dalam suatu perkumpulan dan
membayar kontribusi (iuran) kepada perkumpulan, maka perkumpulan itu
berkedudukan

sebagai

penanggung

sedangkan

anggota

perkumpulan

berkedudukan sebagai tertanggung. Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan
kerugian atau kematian bagi anggota (tertanggung), perkumpulan akan
membayar sejumlah uang kepada anggota (tertanggung) yang bersangkutan
Wirjo Prodjodikoro menyebut asuransi seperti ini mirip dengan
“perkumpulan koperasi”. Asuransi ini merupakan asuransi saling menanggung
(onderlinge verzekering) atau asuransi usaha bersama (mutual insurance)
yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan anggota.
Menurut pendapat Mehr dan Cammack tujuan asuransi ini adalah suatu
alat yang bertujuan untuk mengurangi resiko keuangan dengan cara pengumpulan
unit unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar individu
dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang di ramalkan itu dipikul merata oleh
mereka yang tergabung. 26
Menurut pendapat Mark R.Green asuransi adalah suatu lembaga yang
bertujuan untuk mengurangi resiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam
suatu pengelolaan sejumlah objek yang cukup besar jumlahya, sehingga kerugian
tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu.

26

Tujuan asuransi para ahli.http:/id.shvoong.com/business-management investing/definisi/tujuan
asuransi para ahli/ diakses pada tanggal 25 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

Menurut C. Arthur William Jr. dan Richard M. Heins berpedapat bahwa
asuransi itu bertujuan sebagai alat pengaman terhadap kerugian finansial yang
dilakukan oleh seorang penanggung dan sebagai alat persetujuan dengan mana
lebih dari dua atau lebih orang atau badan mengumpulkan dana untuk
menanggulangi kerugian finansial. 27
2.

Polis Asuransi
Polis merupakan bukti telah lahirnya perjanjian Asuransi secara tertulis.

Menurut 255 KUHD dimana perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis
dan dalam bentuk akta yang memuat segala kesepakatan yang berkaitan dengan
ketentuan yang sesuai dengan UU atau bersifat umum. Sebuah polis harus
memuat ini perjanjian sebagian diatur dalam pasal 256 KUHD dan sebagai syarat
syarat polis secara umum adalah sebagai berikut :
a.

Polis harus memuat kapankah asuransi dibuat sebagai contoh hari, tanggal,
dan lain-lain gunanya menentukan sejak kapan perjanjian itu dimulai dan
berlaku dan ini mengenai kapankah resiko itu beralih

b.

Polis harus membuat nama para pihak yang melakukan perjajian
pertanggungan sebagai contoh siapa penanggung, siapa tertanggung,
apakah dia bertanggung sendiri atau untuk kepada orang lain

c.

Dalam pasal 256 polis harus memuat mengenai uraian benda pertanggungan
sebagai contoh tentang jenis bendanya, ukurannya, sifatnya, letaknya,
jumlahnya. Gunanya : para pihak dalam pertanggungan tidak keliru,
kalau ternyata para pihak tidak memberitahukan secara detail maka perjanjian
batal demi hukum
27

Tujuan asuransi para ahli.http:/id.shvoong.com/business-management investing/definisi/tujuan
asuransi para ahli/ diakses pada tanggal 25 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

d.

Berapa jumlah/nilai yang akan dipertanggungkan atau nilai ganti rugi yang
akan dimintakan, jumlah pertanggungan dikaitkan dengan nilai benda dan
minimal harus sama dengan nilai benda dengan jumlah pertanggungan atau
jumlah maksimum diterima seseorang.

e.

Bahaya-bahaya yang akan dijadikan acuan dalam pertanggungan sebagai
contoh banjir, bencana alam, kebakaran

f.

Polis harus memuat premi pertanggungan. Premi yaitu kontrak prestasi/imbalan
baik dari seorang tertanggung kepada penanggung premi biasanya dihitung
berdasarkan persentase dari jumlah pertanggungan semakin besar premi
maka peralihan resiko semakin besar.

g.

Polis harus memuat semua keadaan dan semua syarat syarat yang harus
disepakati oleh para pihak. 28
Pada dasarnya yang dijual oleh perusahaan asuransi adalah janji-janji

yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis.
Kontrak asuransi merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang
ditanggung dan jumlahnya yang akan dibayarkan.
Akan tetapi masalah pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat
konsep instrumen hukum. Penyusunan dokumen itu didahului oleh analisis
yang intensif terhadap perekonomian pertimbangan-pertimbangan teknis untuk
menentukan bukan saja apa jenis asuransi yang hendak dicantumkan, tetapi juga
tarifnya serta pembatasan-pembatasannya. Secara teknis hal tersebut dikenal
sebagai keputusan-keputusan underwriting (proses seleksi untuk menetapkan jenis
28

Polis asuransi.http:/unjlau.blogspot.com/2011/03/hukum-asuransi.html diakses pada tanggal
25 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

penawaran resiko yang harus diterima), 29 yang mana keputusannya harus dibuat
oleh spesialis-spesialis seperti insinyur, ahli statistik, dokter, ahli cuaca, dan ahli
ekonomi. 30
Bagi rata rata pemegang polis, kontrak asuransi tampak panjang dan rumit.
Kerumitan itu terutama disebabkan oleh susunan kalimatnya yang khas mengikuti
bahasa yang lazim dalam bidang hukum. Secara praktis kunci untuk memahami
suatu polis adalah melakukan analisis mengenai perjanjian pertanggungan
yang lazim, pembatasan-pembatasannya, pengecualian-pengecualiannya, dan
syarat-syaratnya. Pada umumnya analisis itu akan mengungkapkan bahwa polis
asuransi tidaklah membingungkan seperti dugaan semula.

C. Prinsip-prinsip dalam Perjanjian Asuransi
Dalam menjalankan program kerjanya tentunya perusahaan asuransi
memiliki prinsip-prinsip yang akan dijadikannya sebagai program kerja,
yakni sebagai berikut :
1.

Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest)
Dalam Pasal 250 KUH Dagang disebutkan bahwa :
“apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan
untuk diri sendiri atau apabila seseorang, yang untuknya telah diadakan
suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak
mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu,
maka penanggung tidaklah diwajibkan memberi ganti rugi.”
Jadi di sini harus dapat dibuktikan bahwa tertanggung memiliki
kepentingan terhadap objek asuransi, atau dengan kata lain kepentingan itu
harus benar-benar ada. Bila tertanggung tidak mempunyai tidak mempunyai
kepentingan atas benda yang diasuransikan, maka penanggung tidak diwajibkan
membayar klaim kepentingan ganti kerugian. 31
29

http://google.underwritingpolis-premi.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2012
Hukum Asuransi dan Polis. http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasarhukum-asuransipolis/. Diakses pada tanggal 25 Juni 2012
31
Prinsip Asuransi, http://www.kesimpulan.com/2009/05/prinsip-asuransi.html, diakses pada
tanggal 25 Juni 2012
30

Universitas Sumatera Utara

Menurut ketentuan Pasal 599 KUHD, dianggap tidak mempunyai
kepentingan adalah orang yang mengasuransikan benda

yang oleh

undang-undang dilarang diperdagangkan, dan kapal yang menyangkut
barang yang dilarang tersebut. Apabila diasuransikan juga maka asuransi
tersebut batal.
Di dalam Pasal 268 KUH Dagang dikatakan bahwa suatu
pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan
dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan
oleh undang-undang.
2.

Prinsip Itikad Baik (good faith)
Prinsip itikad baik dalam KUH Perdata terdapat dalam Pasal 1338
ayat (3). Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa “suatu perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik. Prinsip itikad baik secara khusus diatur
di dalam pasal 251, KUHD.
“setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betatapan itikad
baik padanya, tidak demikian sifatnya, sehingga seandainya telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup
atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan”.
Dalam Pasal 251 ini dituntut adanya itikad baik dari tertanggung untuk
memberitahukan secara benar mengenai objek asuransi. Semua pemberitahuan
yang salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui
oleh tertanggung tentang objek asuransi mengakibatkan asuransi itu menjadi
halal.

Universitas Sumatera Utara

Penjelasan lain tentang prinsip itikad baik(utmost good faith)
menurut buku H Zainudin Ali M.A adalah dimana dalam hal perjanjian
asuransi unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung itu sangat
penting. Penanggung percaya bahwa tertanggung akan memberikan segala
keterangannya dengan benar. Di lain pihak tertanggung juga percaya kalau
terjadi peristiwa penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya ini
dasarnya adalah itikad baik prinsip itikad baik ini harus dilaksanakan dalam
setiap perjanjian (pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata) termasuk perjanjian
asuransi.
3. Prinsip keseimbangan (indeminity principle)
Asas keseimbangan merupakan asas penting karena resiko yang
dialihkan kepada penanggung diimbangi dengan jumlah premi yang
dibayar oleh tertanggung. Meskipun dapat diperjanjikan dengan resiko
yang ditanggung oleh penanggung, tidak berarti bahwa asas keseimbangan
diabaikan. Kedua belah pihak yang mengadakan asuransi tetap harus
berprestasi secara timbal balik. Prestasi yang timbal balik ini merupakan ciri
yang membedakan asuransi dengan perjanjian untung-untungan.
Asas keseimbangan mempunyai arti penting apabila terjadi enevemen
yang menimbulkan kerugian. Kerugian yang harus diganti itu merupakan
kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung. Diatur dalam
pasal-pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278 KUHD.

Universitas Sumatera Utara

4. Prinsip subrogasi
Menurut pasal 284 KUH Dagang : “seorang penanggung yang telah
membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan
sitertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang
ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut, dan sitertanggung itu
adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak
penanggung terhadap orang orang ketiga itu.”
Penggantian kedudukan semacam ini di dalam hukum perdata
disebut subrogasi. Supaya ada subrogasi dalam asuransi diperlukan 2 (dua)
syarat yaitu : 32
a. Tertanggung mempunyai hak terhadap penanggung dan terhadap pihak
ketiga;
b. Adanya hak tersebut karena timbul kerugian sebagai akibat perbuatan pihak
ketiga
Dalam hukum asuransi, apabila tertanggung telah mendapatkan hak
pengganti kerugian dari penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak
dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak kepada pihak
ketiga itu beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian
kepada tertanggung. Ketentuan ini bertujuan untuk mencegah jangan sampai
terjadi bahwa tertanggung memperoleh ganti kerugian berlipat ganda,
yang bertentangan dengan asas keseimbangan atau memperkaya diri tanpa hak.
Adapun tujuan dari subrogasi ini adalah :
32

Prinsip Asuransi, http://www.kesimpulan.com/2009/05/prinsip-asuransi.html, diakses pada
tanggal 25 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

a. Untuk mencegah tertanggung memperoleh ganti kerugian melebihi hak
yang sesunguhnya;
b. Untuk mencegah pihak ketiga membebaskan diri dari kewajibannya
membayar ganti kerugian.
5. Prinsip sebab akibat
Tidak setiap kerugian (loss) akibat enevemen harus mendapat ganti
kerugian. Perlu diperhatikan lebih dahulu apakah enevemen yang ditanggung
oleh penanggung dan dicantumkan dalam polis. Antara enevemen yang
terjadi dengan kerugian yang timbul ada hubungan klausal (sebab-akibat).
Enevemen adalah sebab dan kerugian adalah akibat. Penanggung berkewajiban
untuk mengganti kerugian kepada tertanggung apabila peristiwa yang menjadi
sebab timbulnya kerugian itu disebutkan dalam polis.
6. Prinsip kontribusi
Pada pasal 278 KUH Dagang disebutkan bahwa : “apabila dalam satu
satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh berbagai
penanggung telah diadakan penanggungan yang melebihi harga, maka mereka
itu bersama sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk
mana mereka telah menandatangani polis tadi, memikul hanya harga yang
sebenarnya yang dipertanggungkan.”
Maksud dari isi pasal ini yakni apabila suatu polis ditandatangani
oleh berberapa penanggung, maka masing-masing penanggung itu hanya
menanggung sesuai dengan imbangan dari yang sudah mereka tanda tangani
dalam polis.

Universitas Sumatera Utara

7. Prinsip follow the fortunes
Prinsip ini menghendaki bahwa tindakan penanggung ulang tidak
boleh mempertimbangkan secara tersendiri terhadap objek asuransi,
akibatnya segala sesuatu termasuk peraturan dan perjanjian yang berlaku
bagi penanggung pertama berlaku juga bagi penanggung ulang.
Prinsip ini hanya berlaku terhadap reasuransi. Penanggung ulang harus
mengikuti suka duka penanggung pertama.

D. Pengertian dan Jenis-jenis Asuransi Kredit
1.

Pengertian Asuransi Kredit
Pengertian asuransi kredit itu sendiri pada dasarnya tidak diatur secara

tegas di dalam KUHD. Namun adanya asuransi kredit dimungkinkan oleh
pasal 247 KUHD berdasarkan kata-kata antara lain yaitu “bahwa dimungkinkannya
adanya bentuk-bentuk asuransi antara lain di luar KUHD, dengan demikian
sifat Pasal 247 KUHD hanyalah menyebut berberapa contoh saja atau sifat pasal
tersebut adalah numeratif bukan limitatif.
Hal tersebut diperkuat pula dengan ketentuan Pasal 268 KUHD yang
menyatakan bahwa semua kepentingan dapat diasuransikan asal memenuhi
syarat-syarat, yaitu dinilai dengan uang, diancam oleh suatu bahaya, tidak
dikecualikan oleh undang undang.
Asuransi kredit merupakan salah satu layanan jasa yang diberikan oleh
perusahaan asuransi sebagai lembaga keuangan yang menjembatani sektor rill dan
sektor financial guna mengikatkan kepercayaan perbankan dalam kebijakan kreditnya.33
33

Dasar-dasar Asuransi. http://www.bataviapakuan.com/page/30529/dasar-asuransi.html,
diakses pada tanggal 10 Juni 2012

Universitas Sumatera Utara

Dalam asuransi kredit yang menjadi tertanggung adalah bank, sedangkan
yang diasuransikan adalah risiko kredit yaitu tidak diperolehnya kembali kredit
yang telah dikeluarkan oleh tertanggung kepada nasabahnya, sedangkan yang
menjadi penanggung adalah perusahaan asuransi kredit (PT. Askrindo).
2. Jenis-jenis Asuransi Kredit
Jenis-jenis asuransi kredit itu sendiri menurut Ali A. Hamisi ada 7 yakni :
a. Asuransi Piutang Dagang
Asuransi piutang dagang ini bertujuan untuk melindungi kreditur terhadap
kegagalan atau ketidak sanggupannya menagih piutang sanksi (bad debts)
karena musnahnya record acounting oleh bencana tertentu seperti kebakaran,
dan lain-lainya.
b. Asuransi Deposito
Asuransi deposito ini merupakan asuransi terhadap kerugian deposito
karena kegagalan bank atau asosiasi tabungan dan pinjaman.
c. Asuransi Kredit Pinjaman
Asuransi ini umumnya untuk pinjaman pembangunan perumahan.
Dalam tahun 1934, berdiri FHA (Federal Housing Administration-Administrasi
Perumahan Federal) di Amerika Serikat. FHA ini menanggung sampai kira-kira
sepertiga dari semua rumah yang dibangun dalam tahun 1969. Sekarang program
FHA telah diperluas menjadi rehabilitasi rumah, perumahan untuk orang tua,
perumahan percobaan, perumahan desa, masyarakat baru.

Universitas Sumatera Utara

d. Asuransi Obligasi
Asuransi obligasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu investasi
dan untuk menurunkan biaya bunga. Asuransi ini juga bertujuan untuk
menanggung kegagalan instrument kredit seperti obligasi.
e. Asuransi Garansi Bisnis Internasional
Sekarang ini asuransi telah terbukti berfaedah sebagai alat program
pemerintah untuk merangsang bisnis internasional. Melalui asuransi kredit ekspor
dan jaminan penanaman modal asing, pemerintah federal Amerika Serikat
telah berhasil menghilangkan rintangan-rintangan terhadap penyelenggaraan
bisnis internasional dengan mengurangi risiko pengambilan (exploration),
inconvertibility mata uang, peperangan, pembatalan izin ekspor, dan kejadian-kejadian
internasional lain di luar kontrol pengusaha itu sendiri.
f. Asuransi Kredit Barang Dagang Dalam Negeri
Di Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan sebagian besar negara-negara
Eropa, para penjual dapat memperoleh asuransi terhadap insolvency debitur dalam
negeri atas kredit penjualan barang dagang tanpa jaminan.
g. PT. Askrindo (Persero)
Berdasarkan PP No. 1 Tahun 1971 tentang penyertaan modal, Pemerintah
Indonesia mendirikan PT. Asuransi Kredit Indonesia. Tujuannya adalah untuk
membantu bank-bank dagang agar berani bersedia memberikan kredit kepada
nasabah yang kurang mampu memberikan agunan. Untuk lebih jelasnya berikut ini
merupakan maksud dan tujuan dari Askrindo :

Universitas Sumatera Utara

1) Membantu kelancaran, pengarahan dan pengamanan kredit bank-bank terutama
di bidang usaha menengah dan kecil;
2) Menutup asuransi terhadap risiko kredit lainnya di luar perbankan;
3) Menutup reasuransi dan melakukan usaha usaha yang berhubungan dengan
asuransi. 34

E. Asuransi Kredit sebagai Asuransi Jiwa
Seperti yang telah kita ketahui Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang No. 2 tahun 1992 asuransi adalah pertanggungan yaitu perjanjian
antara 2 belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari satu peristiwa tidak
pasti atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang dipertanggungkan. 35
Dalam ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992
ini mencakup dua jenis asuransi, yaitu :
1. Asuransi kerugian, dapat diketahui dari rumusan “untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita oleh tertanggung.
34
35

Ali A. Hasimi, 1993, Bidang Usaha Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 67
Op.Cit., hal. 167

Universitas Sumatera Utara

2. Asuransi jiwa, dapat diketahui dari rumusan untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Jika kita lihat contoh perusahaan asuransi kredit yang dipakai pada
BRI Unit Laucimba Cabang Kabanjahe seperti PT.ASKRINDO, pihak Bank
menggunakan perusahaan asuransi tersebut sebagai asuransi jiwa. Dimana asuransi
jiwa adalah perjanjian untuk membayar sejumlah uang karena telah diterimanya
premi, yang berhubungan dengan hidup atau meninggalnya seseorang, reasuransi
termasuk dalamnya, sedangkan asuransi kecelakaan tidak termasuk di dalam
asuransi jiwa.
Berdasarkan penelitian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
asuransi kredit dapat berperan sebagai asuransi jiwa, bukan sebagai asuransi jiwa
saja akan tetapi asuransi kredit juga berperan sebagai asuransi kerugian dan
sebagainya. Namun karena yang saya teliti adalah BRI Unit Laucimba Cabang
Kabanjahe menggunakan asuransi jiwa saya hanya dapat menjelaskan yang
asuransi jiwa saja.
Seperti yang telah kita ketahui pada contoh perusahaan asuransi kredit
di atas maka dapat penulis jelaskan PT. Askrindo memiliki fungsi sebagai
penanggung resiko atas kemacetan kredit yang dialami oleh UMKM.
Dengan adanya lembaga asuransi/penjaminan tersebut, diharapkan perbankan
melaksanakan pemberian kredit kepada UMKM secara wajar, mengingat kendala
yang ada hanya tidak tersedianya agunan.

Universitas Sumatera Utara

Pengusaha Kecil, Menengah, dan Koperasi di Indonesia pada umumnya
masih lemah dalam pengalaman, keterampilan, modal usaha dan agunan,
sehingga selama ini dipandang kurang memenuhi syarat-syarat teknis perbankan
yang pada gilirannya menjadi kendala bagi pengembangan usaha kecil dan usaha
menengah itu sendiri. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dipandang perlu
adanya lembaga Asuransi Kredit yang dapat menjembatani kesenjangan antara
Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi dengan Perbankan. 36
Lembaga ini berfungsi sebagai penanggung atau penjamin resiko
kredit macet yang diberikan kepada Usaha Kecil, Menengah, dan Koperasi.
Dengan adanya lembaga tersebut, diharapkan bank akan bersedia memberikan
kredit kepada usaha kecil, menengah, dan koperasi secara wajar.
Dengan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, maka sesuai
Peraturan Pemerintah No. 1 tanggal 1 Januari 1971, Pemerintah Republik
Indonesia melalui Departemen Keuangan dan Bank Indonesia mendirikan
lembaga khusus guna mendorong kelancaran pemberian kredit Perbankan yaitu
PT. Asuransi Kredit Indonesia atau lebih dikenal dengan sebutan “Askrindo”
yang diberi tugas menyediakan “jaminan institusional” (institusional collateral)
untuk “mendampingi” (supplementation) Perbankan di Indonesia dalam penyaluran
kredit kepada UMKM khususnya untuk memenuhi persyaratan Undang-Undang
Perkreditan pada waktu itu (UU Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967,
yaitu “Bank Umum tidak memberikan kredit tanpa jaminan”. 37
36

Sejarah dan Peranan Askrido. http://www.search-results.com/web?qsrc=2417&o=
APN10653A&l=dis&gct=hp&q=sejarah+dan+peranan+PT+ASKRINDO diakses pada tanggal
11 Oktober 2012
37
Berdasarkan modul Kajian Penetapan Bidang Usaha PT. Askrindo mengenai Maksud
dan Tujuan Pendirian Askrindo, hal. 1

Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal 10 Desember 1971 Berita Negara Republik Indonesia No. 99
dan tambahan No. 555 menegaskan bahwa maksud dan tujuan didirikan Askrindo
antara lain untuk menjembatani kesenjangan antara usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) yang layak (feasible), tetapi tidak memiliki agunan cukup
untuk mendapatkan kredit dari perbankan. Fungsi Askrindo adalah sebagai
penanggung resiko kredit apabila UMKM tersebut tidak mampu mengembalikan
kredit tersebut (macet). Dengan demikian, fungsi Askrindo adalah sebagai
Collateral Substitution Institution.
Askrindo didirikan sebagai lembaga asuransi karena sesuai kebutuhan
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) pada saat itu, dimana istilah
asuransi merupakan satu-satunya sarana yang disediakan untuk memberikan
jaminan agar bank mau memberikan kredit kepada Usaha Mikro, Kecil, dan
menengah meskipun disebut dan dilahirkan sebagai perusahaan Asuransi,
tetapi pada hakekatnya Askrindo telah menjalankan fungsi sebagai Lembaga
Penjamin (Credit Guarantee Institution).
PT. Askrindo merupakan perusahaan asuransi yang berbeda dengan
perusahaan asuransi kerugian sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian bahwa Askrindo termasuk perusahaan
asuransi kerugian.
Hal ini mengingat bidang usaha yang dijalankan Askrindo adalah
menangani resiko usaha yang berkaitan dengan resiko finansial dan komersial,
bukan resiko kerugian murni karena kehilangan harta benda sebagai akibat
kebakaran atau kecelakaan. Dalam hal ini, Askrindo merupakan lembaga

Universitas Sumatera Utara

penjamin (Credit Guarantee Institution) sebagai salah satu piranti penting di
sektor keuangan selain lembaga keuangan lainnya yang berperan dalam
menggerakkan perekonomian nasional. 38
PT. Askrindo sampai dengan saat ini masih berstatus sebagai perusahaan
asuransi, namun apabila dilihat dari produk-produk yang dipasarkan, maka produk
tersebut termasuk usaha di bidang penjaminan. Untuk tetap mempertahankan
eksistensi dan sustainbilitas perusahaan, maka PT. Askrindo harus menentukan
pilihan status bidang usahanya, apakah sebagai perusahaan penjaminan atau
perusahaan asuransi.

38

Op.Cit., hal. 2

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/ Pn-Mdn)

0 0 16

BAB II PENGATURAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Landasan Yuridis Partisipasi Perempuan dalam Lembaga Perwakilan Rakyat - Peranan Legislator Perempuan Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dan Anggaran (Studi Pada Leg

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Peranan Legislator Perempuan Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dan Anggaran (Studi Pada Legislator Perempuan Terpilih Di Kota Binjai 2009-2014)

0 0 24

PERANAN LEGISLATOR PEREMPUAN DALAM PELAKSANAAN FUNGSI LEGISLASI DAN ANGGARAN (STUDI PADA LEGISLATOR PEREMPUAN TERPILIH DI KOTA BINJAI 2009-2014) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat

0 0 9

BAB II PEMERINTAH DAERAH A. Pemberian Kekuasaan Yang Diberikan Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pelaksanaan Sistem Pemilukada Dalam Implikasi Pertanggungjawaban Terhadap Pemerintah Ditinjau Dari Undang-Undang Pemerintah Daerah Yang berlaku Di Indonesia

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Pekerjaan 2.1.1 Pengertian Analisis Pekerjaan - Pengaruh Analisis Pekerjaan dan Penempatan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan Divisi Primary Care PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Analisis Pekerjaan dan Penempatan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan Divisi Primary Care PT. Kalbe Farma Tbk Cabang Medan

0 0 12

I. Identitas Responden - Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Hubungan Emosional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Pematang Siantar

0 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep dan Pengertian Pemasaran - Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Hubungan Emosional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Pematang Siantar

0 0 30