Tabel 1 : Indikator Perekonomian Indonesia

  

Pengaruh Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Pasca Krisis Moneter di Indonesia

Oleh :

Edwin Basmar, SE., MM.

  

Dosen STIM Nitro Makassar

Abstrak

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar dan Investasi secara langsung dan tidak langsung.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Penerimaan Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Investasi tetapi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, (2) Pengeluaran Pemerintah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Investasi tetapi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. (3) Suku Bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi. (4) Kurs Nilai Tukar berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Investasi tetapi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi. (5) Investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Paska Krisis ekonomi Moneter di Indonesia.

  

PENDAHULUAN

  Krisis 1997/1998 telah menyebabkan beban hutang pemerintah meningkat sangat besar dihitung dari rasio PDB, pada tahun 1999 rasio utang telah mencapai 96 persen. Beban utang dalam negeri dari penerbitan obligasi dan BLBI mencapai 60 persen dari PDB ( Nasution, 2000 ).

  Meski demikian, mengingat titik krisis semakin kuat dan berkepanjangan, maka pemerintah menitik beratkan pada bekerjanya Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter di dalam menangani krisis yang telah mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan di Indonesia.

  Kebijakan fiskal akan mempengaruhi perekonomian melalui Penerimaan Negara dan Pengeluaran Negara. Di samping pengaruh dari selisih antara penerimaan dan pengeluaran (deficit atau surplus), perekonomian juga dipengaruhi oleh jenis sumber penerimaan negara dan bentuk kegiatan yang dibiayai pengeluaran negara. Dari perhitungan Penerimaan dan Pengeluaran Negara tersebut akan diperoleh besarnya

  

surplus atau defisit APBN. Namun hal yang paling penting diperhatikan adalah menjaga

  Dalam hal pembiayaan defisit APBN dengan menerbitkan obligasi negara akan menambah jumlah uang yang beredar dan akan menimbulkan tekanan inflasi Membaiknya kinerja ekonomi pada penghujung 1998 sebenarnya menjadi titik tumpu dalam proses pemulihan ekonomi dalam tahun aggaran 1999/2000. Namun pada pertengahan 2008 ekonomi dunia tengah berada dalam kondisi ketidakpastian badai financial global dipicu oleh gejolak financial di Amerika Serikat akibat kasus subprime pada pertengahan 2007. Dampak dari krisis subprime mortgage telah membebani

  mortgage

  indikator perekonomian Indonesia diantaranya depresiasi tajam kurs rupiah yang menembus angka Rp 11.000 perdollar AS.

  Indikator Perekonomian Indonesia

  Tabel 1 : 2008 Indikator 1998/1999 1999/2000

  Jan Sep Des Inflasi ( % ) 45.4 - 1.17

  7.36

  12.14

  11.9 Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.819 7.527 9.406 9.341 11.559 Harga Minyak (US$/barel) Pertumbuhan Ekonomi (%)

  13

  10.5 92.09 111.75

  97.6 IHSG

  • 13.8 3.6 6.32 (Q1) 6.39 (Q2) 6.11 (Q3) 2732 2164 1223

  Sumber : Anggito Abimanyu 2009

  Oleh karena itu Kebijakan Fiskal dan kebijakan Moneter tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain di dalam pencapaian target-target ekonomi yang telah ditetapkan. Koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter sangat diperlukan untuk menetapkan dan mencapai target-target moneter dan defisit fiskal secara konsisten dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang cukup tinggi dan stabil. Oleh karenanya itu faktor kebijakan fiskal dan kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi fokus kajian dalam studi ini.

  Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana Pengaruh Penerimaan Pajak dan Pengaruh Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pasca Krisis Moneter secara langsung maupun tidak langsung melalui transmisi Investasi. (2) Bagaimana Pengaruh Suku Bunga dan Pengaruh Kurs Nilai Tukar terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pasca Krisis Moneter secara langsung maupun tidak langsung melalui transmisi Investasi.

  Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui (1) Pengaruh Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar, terhadap Investasi. (2) Pengaruh Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar, terhadap Pertumbuhan Ekonomi. (3) Pengaruh Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar dan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

  Hasil studi ini diharapkan dapat berguna untuk (1) Memberikan sumbangan dalam menghadapi masalah-masalah perkonomian agar kiranya pertumbuhan ekonomi di Indonesia pasca krisis ekonomi moneter dapat lebih meningkat. (2) Memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan di bidang Ekonomi, Politik, Sosial dan Keamanan dan lainnya untuk dapat menciptakan kondisi negara yang lebih stabil agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi Moneter dapat lebih meningkat lagi melalui Investasi.

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEBIJAKAN FISKAL

  1. PENERIMAAN PAJAK

  Pajak mempunyai beberapa fungsi yang antara lain adalah fungsi anggaran sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.

  Selain itu pajak dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak atau sering disebut kebijakan fiskal. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Disisi lain penerimaan pajak dapat digunakan sebagai stabilitas perkonomian karena pemerintah dapat menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, penerimaan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

  Penerimaan Pajak oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

  2. PENGELUARAN PEMERINTAH

  Secara umum pengeluaran pemerintah terdiri dari dua kelompok besar, pengeluaran rutin, dan pengeluaran pembangunan. Pengeluran rutin mencakup berbagai pengeluran yang diupayakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah, guna mendukung pelaksanaan program pembangunan. Disamping itu pengeluran rutin juga menampung pos-pos yang berkaitan dengan berbagai pengeluran, untuk pengeluran rutin mempunyai peranan dan fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar roda pemerintahan. Hal ini terlihat dari peranan pengeluaran untuk belanja pegawai, belanja pembelian inventaris, belanja pemeliharaan barang, belanja perjanan dinas dan belanja-balanja lain aparatur pemerintah (Noor 2002).

  Pengeluaran pembangunan dimaksudkan sebagai pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik. Pengeluaran pembangunan berkaitan erat dengan usaha pemeritah di dalam meningkatkan kesejahtraan seluruh yaitu memakai tabungan pemerintah untuk berbagai kegiatan Investasi. Dengan selalu terbatasnya dana pembangunan di bandingkan dengan kebutuhan Investasi, maka harus diadakan penentu prioritas Investasi (Noor 2002).

  Dalam teori ekonomi makro sebagaimana dikemukakan oleh (Dernberg, 1965, Hell dan Taylor 1966), bahwa kebijakan fiskal melalui belanja pemeritah mempunyai tiga dampak utama makroekonomi, yaitu dampak pengeluran, dampak finanasial, dan dampak penawaran.

B. KEBIJAKAN MONETER

  1. SUKU BUNGA

  Tingkat suku bunga menurut Keynes. Dalam konsep yang dikenal dengan teory

  

Liquidity Preference bahwa tingkat suku bunga mencapai ekuilibrium melalui intraksi

  penawaran uang dengan permintaan aggregat publik untuk memegang uang. Dimana uang ekuivalen dengan valuta dan rekening giro (demand deposit), yang tidak membayar bunga (atau membayar bunga sangat rendah), tetapi sangat liquid dan bisa digunakan bagi transaksi.

  Permintaan akan uang berhubungan negatif dengan suku bunga. Pada tingkat suku bunga yang rendah, publik memegang banyak uang kerena mereka tidak kehilangan banyak uang dan karena resiko kenaikan suku bunga (penurunan nilai obligasi) mungkin besar. Jika suku bunga tinggi publik ingin memegang obligasi daripada uang karena tingginya biaya likuiditas (yaitu kehilangan pembayaran-pembayaran bunga) dan karena penurunan suku bunga akan memberikan keuntungan dalam nilai obligasi

  Turunnya suku bunga SBI diharapkan dapat semakin mendorong aktivitas perekonomian melalui penurunan suku bunga kredit perbankan. Akan tetapi kerena berbagai penyebab, penurunan suku bunga ini belum sepenuhnya ditransmisikan dalam penurunan suku bunga kredit yang diharapkan mendorong Investasi dan konsumsi masyarakat. Masih relatif tingginya suku bunga kredit ditengah-tengah masih adanya ketidakpastian prospek usaha tentu saja akan mengurangi semangat sektor dunia usaha untuk melakukan investasi. Walaupun dilihat dari beberapa indikator fungsi intermedisi perbankan melalui penyaluran kredit telah menunjukkan perbaikan, namun pertumbuhan itu belum cukup menjadi pelumas dalam mendorong perekonomian ekonomi Indonesia untuk kembali pada tingkat yang seharusnya.

  Walaupun kinerja inflasi saat ini telah menunjukkan perkembangan yang menggembirakan bukan berarti kebijakan moneter tidak memiliki tantangan lagi. Sejumlah permasalahan masih menghalang yaitu (1) Transmisi kebijakan moneter terkait belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan. (2) Bagaimana menyikapi volatilitas nilai tukar dalam masa free floating (3) Tantangan kredibilitas kebijakan moneter pasca program IMF

  2. KURS NILAI TUKAR

  Prasetiantono (2000:122) menjelaskan bahwa dalam era globalisasi, hubungan ekonomi yang tidak mengenal batas teritorial suatu negara sangat berpengaruh terhadap pembayaran internasional. Penyusunan neraca perdagangan internasional melibatkan mata uang negara lain atau bisa disebut valuta asing (valas) yang berbeda, sehingga diperlukan satu sistem perbandingan nilai yang di sebut kurs valas.

  Selanjutnya Prasetiantono (2000:25) menjelaskan bahwa penentuan kurs valuta asing merupakan hal penting bagi pelaku ekonomi. Karena kurs valuta asing sangat mempengaruhi jumlah biaya yang harus dikeluarkan serta besarnya manfaat ( keuntungan ) yang akan diperoleh dalam transaksi barang dan jasa. Sistem keuangan internasional berhubungan erat dengan kovertibilitas mata uang yang melahirkan berbagai macam sistem penetapan mata nilai uang masing-masing negara yang disebut sistem kuras valuta asing.

  Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya studi mengenai volatilitas jangka pendek yang dilakukan terhadap nilai tukar negara-negara Eropa sejak priode rezim nilai tukar tetap Bretton Woogs sampai dengan tahun 1997 mengungkapkan bahwa perilaku nilai tukar riil adalah rezim dependen, yaitu tergantung pada sistem nilai tukar yang berlaku. Dengan demikian the nonnetrality hypotesis of exchange rate arrangement semakin kuat. Studi-studi tersebut membuktikan bahwa volatilitas nilai tukar riil dalam rezim nilai tukar. Hasil studi diatas bertentangan dengan pendapat Fridman (1953) dan Sohmen (1961) yang menyatakan bahwa dalam rezim nilai tukar mengambang nilai tukar riil akan lebih stabil karena fleksibilitas nilai tukar nominal akan meng-offset dampak dari perbedaan laju inflasi terhadap daya saing internasional suatu negara.

  C.

  INVESTASI

  Teori Investasi dari Tobin mengatakan bahwa stok kapital dan Investasi yang diinginkan berhubungan positif dengan q, yaitu rasio antara nilai pasar dari modal terpasang perusahaan dengan biaya pengganti modal terpasang perusahaan tersebut (Mankiw, 2003).

  Keynes (1936) mengatakan bahwa peningkatan Investasi akan meningkatkan PDB (output) secara berlipat ganda melebihi besarnya peningkatan Investasi semula. Sebaliknya, penurunan Investasi akan menurunkan PDB (output) secara berlipat ganda melebihi besarnya penurunan Investasi semula. Konsep ini dikenal dengan nama efek pengganda.

  Investasi mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Alasannya yaitu pertama, Investasi mampu menciptakan pendapatan dan yang kedua Investasi dapat membesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan

  

stock modal ( Todaro, 2000 ). Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Harrod

  Domar bahwa Investasi tidak hanya mempengaruhi permintaan melalui efek pengganda, tetapi juga mempengaruhi penawaran melalui pengaruhnya terhadap peningkatan kapasitas produksi.

D. PERTUMBUHAN EKONOMI

  Tambunan (2004), bahwa pertumbuhan ekonomi bisa bersumber dari sisi permintaan agregat ataupun sisi penawaran agregat. Dikemukan pula bahwa dari sisi penawaran, faktor-faktor yang paling penting adalah kapital, tenaga kerja, teknologi, dan faktor-faktor penting yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran Investasi swasta, pengeluran pemerintah dan ekspor netto.

  Indikator penting yang dapat digunakan untuk mengukur besarnya pertumbuhan ekonomi suatu negara/daerah salah satunya adalah nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atau nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut sukirno (2002) Poroduk Domestik Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian dalam masa satu tahun.

  Pembahasan tentang pertumbuhan ekonomi secara sistematis diawali oleh ajaran Smith (Smith, 1776, dalam Jhingan, 2000) inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasakan terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner. Posisi stasioner terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan. Kalaupun ada pengangguran, hal itu bersifat sementara.

  Ackley (1986) menyatakan bahwa sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dibagi menjadi dua yaitu (1) Pertumbuhan faktor supplies tenaga kerja dan kapital yang digunakan (2) Pertumbuhan faktor produktif sering disebut technical progress, bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Dimana dinyatakan tingkat pengangguran yang minimal empat persen pertahun akan mencapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai.

METODE PENELITIAN

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terkait dengan masalah yang dikaji dalam studi ini. Semua data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tahunan untuk setiap variabel penelitian mulai dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009.

  Sehingga dalam melakukan analisis regresi, maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan (Simultaneos Equation Model) yang dapat melihat efek langsung dan efek tidak langsung dari Pengeluaran Pemerintah, Penerimaan Pajak, Suku Bunga dan Kurs Nilai Tukar terhadap Investasi serta Pertumbuhan Ekonomi. Model analisis penelitan ini nampak dalam gambar berikut ini

  1 + b

   X1 1 - b

  1

  • α

   X2 α 2 + b 2 + b 5+ Z

  

Y

  3 - b

  • α

3 X3

  α

  4 (PMA) & b 4 (PMDN)

  4

  • ( PMA ) & α ( PMDN ) b

  4

  X4 Berdasarkan kerangka konseptual seperti pada gambar di atas, maka dapat

  diregresi dengan menggunakan model Ln sebagai berikut: Y = f ( X 1, X 2, X 3,

  X

  4 )

  Z = f ( X 1, X 2, X 3, X 4, Y)

  α α α α

  Y =

  1

  2

  • α

  3

  1 ε

  1 X

  2 X

  3 X

  4 X 4 +µ

  Z = b + b

4 Y + ε b

  2

  1 X 1 + b

  2 X 2 + b

  3 X 3 + b

  5 X 4 +µ

  • Ln Y = Ln + + α α

  1 Ln X 1 α

  2 Ln X 2 α

  3 Ln X 3 α

  4 Ln X 4 +µ

  1 Z = Ln b + b

  1 Ln X 1 + b

  2 Ln X 2 + b

  3 Ln X 3 + b

  4 Ln Y + b

  5 X 4 +µ

  2 Dimana X 1,

  X 2, X 3, Y dan Z adalah skala Rasio (Rupiah), sementara X

  4 adalah persen

  (Bunga) dimana X

  1 = Penerimaan Pajak, X 2 = Pengeluaran Pemerintah, X 3 = Suku Bunga,

  X 4 = Kurs Nilai Tukar, Y = Investasi, Z = Pertumbuhan Ekonomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  

A. PENGARUH PENERIMAAN PAJAK, PENGELUARAN PEMERINTAH, SUKU

BUNGA, KURS NILAI TUKAR TERHADAP INVESTASI

  Setelah dilakukan estimasi pada model persamaan struktural tersebut dengan menggunakan program AMOS versi 7.0 ditemukan nilai hasil estimasi, untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel yang dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini

  Tabel 2 : Hasil Estimasi Parameter Pengaruh Variabel Eksogen Terhadap Variabel

  Endogen

  Variabel Eksogen Variabel Endogen Nilai CR P Penerimaan Pajak Investasi 2,113*** 5,324 0.000 Pertumbuhan Ekonomi 1,000 0,000 0.000 Pengeluaran Pemerintah Investasi - 6,819*** - 4,998 0.000 Pertumbuhan Ekonomi 9,026 1,736 0.083 Suku Bunga Investasi - 0,051*** - 3,570 0.000 Pertumbuhan Ekonomi - 0,300*** - 4,010 0.000 Kurs Nilai Tukar Investasi - 1,104 - 2,572 0.010 Pertumbuhan Ekonomi - 5,678*** - 5,261 0.000 Investasi Pertumbuhan Ekonomi 1,593 2,067 0.039

  Sumber : Data Olahan

  

B. PENGARUH PENERIMAAN PAJAK, PENGELUARAN PEMERINTAH, SUKU

BUNGA, KURS NILAI TUKAR, DAN

INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

  Selanjutnya untuk dapat melihat pengaruh langsung, tidak langsung, dan total pengaruh variabel Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, Kurs Nilai Tukar terhadap variabel Investasi dan Perumbuhan Ekonomi dapat di tunjukkan seperti tampak pada tabel 3 dibawah ini :

  Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total Pengaruh Variabel Variabel terikat Direct Indirect Total bebas Penerimaan Investasi 2.113 0.000 2.113 Pajak

  Pertumbuhan Ekonomi 1.000 3.367 4.367 Pengeluaran Investasi - 6.819 0.000 - 6.819 Pemerintah Pertumbuhan Ekonomi 9.026 - 10.866 - 1.840 Suku Bunga Investasi - 0.051 0.000 - 0.051 Pertumbuhan Ekonomi - 0.300 - 0.081 - 0.380 Kurs Nilai Investasi - 1.104 0.000 - 1.104 Tukar Pertumbuhan Ekonomi - 5.678 - 1.759 - 7.438 Investasi Pertumbuhan Ekonomi 1,593 0,000 1,593

  Sumber : Data Olahan

  Untuk mengetahui besaran pengaruh dari setiap variabel terhadap pertumbuhan ekonomi paska krisis moneter di Indonesia, baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung dapat dilihat dari tabel 4 dibawah ini.

  Tabel 4 : Pengaruh Setiap Variabel Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi Variabel Nilai

  

Penerimaan Pajak 1,000

Pengeluaran Pemerintah 9,026 Suku Bunga - 0,300

Kurs Nilai Tukar - 5,678

  Penerimaan Pajak – Investasi 3,367 Pengeluaran Pemerintah – Investasi - 10,866

Suku Bunga – Investasi - 0,081

Kurs Nilai Tukar – Investasi - 1,759

  Investasi 1,593 Sumber : Data Olahan

  Berdasarkan hasil analisis penelitian diatas, maka pembahasan ini akan mendiskusikan tentang pengaruh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam hal ini adalah Penerimaan Pajak, Pengeluaran Pemerintah, Suku Bunga, dan Kurs Nilai Tukar secara berurutan.

1. Penerimaan Pajak

  Berdasarkan pada tabel 2 dan 3 nampak bahwa Penerimaan Pajak secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi, hal ini dikarenakan Indonesia dipandang dapat mengatasi masalah perekonomian yang dirasakan pada krisis ekonomi yang juga banyak melanda negara berkembang lainnya mengakibatkan para investor tetap beranggapan bahwa berinvestasi di Indonesia masih memberikan peluang keuntungan yang lebih banyak walaupun masih pajak yang ditetapkan oleh pemerintah juga tinggi

  Selain itu pula, dalam anggaran APBN tahun 2009 pertumbuhan penerimaan pajak masih sekitar 20 persen untuk mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 telah dipersiapkan serangkaian kebijakan, diantaranya adalah insentif perpajakan, kebijakan untuk penguatan sektor riil, dan pemberian stimulus fiskal, perlindungan sosial dan penyerapan tenaga kerja dan infrastruktur.

  Namun demikian realisasi penerimaan pajak ini akan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu akibat krisis sektor keuangan (subprime morgage) di Amerika Serikat yang mulai teridentifikasi pada pertengahan tahun 2007 dan diperburuk dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia yang menyebabkan turunnya kinerja Ekspor Indonesia dan juga turunnya daya beli masyarakat. Namun pada tahun 2007 realisasi penerimaan perjenis pajak mengalami pertumbuhan yang bervariasi mulai dari sebesar 17,56 persen sampai dengan 26,14 persen dibandingkan dengan priode yang sama tahun sebelumnya.

  Sementara itu untuk meningkatkan perlindungan Investasi dalam tahun Anggaran 1996/1997 Indonesia telah melakukan penandatangan perjanjian peningkatan dan perlindungan atas penanaman modal (Investasi Guarantee Agremant/IGA) dengan delapan Negara, antara lain Finlandia, Sri Lanka, Ukraina, Uzbekistan, Jordania, Vietnam, dan Turki, sehingga pada tahun 1997 ini Indonesia telah menandatangi perjanjian IGA dengan 33 negara. Berbagai langka kebijaksanaan yang dilakukan telah berhasil mendorong tingkat Investasi. Selama 4 tahun repelita (31 Juli 1997), pemerintah telah mengeluarkan persetujuan penanaman modal dalam rangka PBDN sebesar Rp 285,10 T dan dalam rangka PMA sebesar 110,70 M dollar AS. Berdasarkan data yang ada, tingkat realisasi rata-rata adalah 47,96 persen dan PMA adalah 53.44 persen sehingga seluruh realisasi Investasi sebesar Rp 104,45 T dalam bentuk PMDN dan 45,80 M dollar AS dalam bentuk PMA.

2. Pengeluaran Pemerintah

  Berdasarkan tabel 2 dan 3 nampak bahwa pengeluaran pemerintah secara langsung berpengaruh negatif terhadap Investasi dan juga terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini dikarenakan pengeluaran yang dikeluarkan penerintah pada dasarnya didominasi oleh pembelanjaan rutin yang mana tujuan pengeluaran ini diupayakan untuk membiayai kegiatan oprasional pemerintah, guna mendukung pelaksanaan program pembangunan dan bukan di arahkan pada pengeluaran pembangunan yang ditujukan untuk membangun sarana fisik dan infrastruktur lainnya, tidak lain merupakan kegiatan Investasi yang dilakukan oleh pemerintah yang dapat mendorong bagi perkembangan kegiatan Investasi masyarakat. Sehingga mengakibatkan para investor merasa belum yakin untuk menanamkam modal di Indonesia

  Sejalan dengan itu tingkat kemiskinan menyebar diseluruh pelosok negeri, beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hampir sejumlah 60 persen penduduk, sekitar 70 juta orang, benar-benar hidup miskin pada tahun 1970. oleh karenanya itu pemerintah berusaha agar, angka kemiskinan menurun secara bertahap dan dengan signifikan. Dan sejak tahun 1970 sampai 1987 Indonesia mencapai rata-rata penurunan tahunan tertinggi mengenai kemiskinan di antara negara-negara yang diteliti oleh bank dunia.

  Disisi lain Tenaga kerja sektor industri tumbuh rata-rata 5.6 persen per tahun selama priode tahun 1971 sampai 1985, dan dengan rata-rata 7.2 persen selama lima tahun berikutnya. Penyumbang utama pertumbuhan dalam ketenagakerjaan adalah lapangan kerja yang tercipta pada industri-industri ekspor dengan kebutuhan tenaga kerja intensif.

  Ketika kebijakan upah harus tetap sensitif terhadap perlunya penciptaan ketenagakerjaan, kebijakan ini juga harus mengakui bahwa upah yang lebih tinggi untuk para pekerja merupakan sasaran utama pembangunan ekonomi. Upah yang meningkat berpengaruh langsung pada pendapatan yang lebih tinggi dan menurunkan tingkat kemiskinan dan pada akhirnya akan meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahtraan.

  Sejalan dengan hal tersebut diatas Selanjutnya untuk mengantisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia yang disebabkan terjadinya turbulensi dan krisis ekonomi global yang semakim mendalam respon dilakukan melalui perubahan APBN 2008 lebih awal. Dalam APBN-P 2008 telah dilakukakan penyesuaian kebijakan alokasi belanja, hal ini dimaksudkan agar tujuan agar alokasi tujuan belanja dapat tercapai yaitu mendorong momentum pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

3. Suku Bunga

  Berdasarkan tabel 2 dan 3 nampak bahwa Suku Bunga secara langsung berpengaruh negatif terhadap Investasi dan pertumbuhan ekonomi dihipotesiskan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi mengakibatkan Investasi akan menurun dan demikian pula sebaliknya namun berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa walaupun tingkat suku bunga yang masih tinggi tidak mempengaruhi pertambahan Investasi di Indonesia.

  Berdasarkan hasil temuan tersebut suku bunga memegang peranan yang sangat penting dalam Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi dikarenakan seseorang akan melakukan penghematan dengan cara untuk mendapatkan hasil yang maksimum untuk suku bunga yang tinggi dan pihak lain khususnya di sektor bisnis akan membayar bunga atas penggunaan dana tabugan guna membiayai penggantian atau perluasan pabrik, serta peralatan produksi mereka. Bagi mereka bunga merupakan biaya yang harus di bayar, karena itu mereka akan meminjam dan mengInvestasikan lebih banyak bila tingkat suku bunga rendah, dan begitu sebaliknya.

  Selanjutnya diperlukan kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter untuk menstabilkan kondisi perekonomian di saat krisis dimana setiap perubahan tingkat bunga dan nilai tukar akan dapat mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi melalui Investasi dan ekspor non migas.

  Hal ini dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhinya, di samping suku bunga. Memang suku bunga merupakan faktor cukup penting yang mempengaruhi keputusan investasi karena ini merupakan biaya untuk menggunakan dana, tetapi ada faktor-faktor penting lain yang mempengaruhinya. Situasi deperesi atau kelesuan kegiatan ekonomi menciptakan ekspektasi keuntungan bisnis yang kurang mengembirakan hingga menyebabkan rendahnya Investasi meskipun tingkat suku bunga rendah.

  Berdasarkan tabel 2 dan 3 nampak bahwa Kurs Nilai Tukar secara langsung berpengaruh negatif terhadap Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi, dihipotesiskan bahwa Kurs Nilai Tukar yang tinggi akan mengakibatkan Investasi berkurang dan pertumbuhan penduduk juga menurun namun dalam hasil penelitian ditemukan bahwa Investasi dan pertumbuhan penduduk tetap meningkat

  Sejak tahun 1990 sampai dengan minggu kedua bulan Juli 1997, nilai tukar rupiah cukup stabil dan wajar. Pada akhir Desember 1990 kurs antara rupiah dan dollar Amerika Serikat (kurs tengah) adalah Rp 1.901,00 dan kurs ini mengalami penyesuaian menjadi Rp 2.383,00 pada akhir tahun 1996. Kestabilan nilai kurs rupiah berlanjut sampai dengan 11 Juli 1997 dimana nilai kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat Rp 2.440,00.

  Namun, dalam minggu ke dua Juli 1997, goncangan terhadap nilai kurs rupiah mulai dirasakan, yang bermula dari jatuhnya mata uang Bath Thailand. Pemerintah pada tanggal 14 Agustus 1997 melepas batas-batas kurs intervensi. Dengan pelepas batas-batas kurs intervensi, pemerintah meninggalkan sistem tukar rupiah yang mengambang terkendali menjadi sistim nilai tukar mengambang murni sehingga nilai tukar kurs rupiah ditentukan sepenuhnya oleh kekuatan pasar. Walaupun demikian, pemerintah dapat mempengaruhi nilai kurs rupiah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.

  Pelepasan batas kurs intervensi ditambah dengan ekspektasis masyarakat yang kurang mendukung stabilitas kurs rupiah mengakibatkan terjadinya fluktuasi kurs secara tajam. Hal ini dapat merugikan perekonomian Indonesia. Seperti terganggunya produksi barang dan jasa serta turunnya kepercayaan masyarakat terhadap rupiah. Dengan mempertimbangkan dampak negative tersebut, pemerintah mengeluarkan serangkaian Kebijakan Moneter dan Fiskal serta Kebijakan Sektor Riil untuk mengembalikan nilai kurs ke tingkat yang wajar. nilai kurs rupiah perlu dilaksanakan Kebijakan Monoter dan Fiskal yang ketat.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

  Kebijakan Fiskal Pemerintah pada masa krisis tidak memberikan pengaruh yang cukup berarti dikarenakan dalam masa krisis kebijakan di bidang Perpajakan dan Pengeluaran Pemerintah berjalan tidak dengan sebagaimana mestinya semetara di masa Pasca Krisis Kebijakan Fiskal telah mengadakan reformasi di semua lini instansi yang terkait sehingga diharapkan agar Kebijakan Fiskal dalam hal ini Penerimaan Pajak dan Pengeluaran Pemerintah dapat digunakan untuk mencapai tujuan berupa alokasi sumber lebih efisien dan distribusi pendapatan yang lebih merata

  Kebijakan Moneter tidak berjalan dengan sebagai mana mestinya, pada masa krisis Suku Bunga dan Kurs Nilai Tukar dapat dipertahankan meskipun pada masa krisis sempat meningkat namun Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi dapat berjalan dengan telah ditetapkan oleh Bank Indonesia pada level tertentu demikian pula dengan Kurs Nilai Tukar.

B. SARAN

  Pertama selain untuk mendorong perkembangan pasar finansial, juga mendukung pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal melalui pertukaran informasi. Kedua pengelolaan Fiskal dan pengelolaan Moneter hanya memanfaatkan informasi dan data yang ditertibkan oleh pihak lainnya untuk dipakai dalam penentuan target-target ekonomi.

  Ketiga diperlukan kerja sama yang erat antara otoritas moneter dan pemerintah guna memecahkan kebuntuan dari masalah yang sedang terjadi. Di samping itu, memperbaiki iklim Investasi dan menghilangkan risiko mikro struktural di sektor riil perlu segera diterapkan demi mendorong pelaksanaan pembangunan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi ke depan.

  

DAFTAR PUSTAKA

Anggito Abimanyu, Andie Megantara, 2009. Era Baru Kebijakan Fiskal, Kompas.

  Bodie, Alex Kani, Dan Alan J Markus, 2006. Investments Buku 1 Edisi 6 Salemba Empat, Mc GrawHill

  Fitriwati Djam’an, 2006. Pengaruh Kebijakan Moneter Dan Perdagangan Terhadap

  Pertumbuhan Ekonomi Melalui Ekspor Dan Investasisektor Perkebunan Di Indonesia Tahun 1984-2003 , Universitas Hasanuddin, Makassar

  Fredric S Mishkin, 2008. The Economics Of Money Banking And Financial Markets Edisi 8 Buku 1, Salemba Empat. Fredric S Mishkin, 2008. The Economics Of Money Banking And Financial Markets Edisi 8 Salemba Empat.

  Buku 2

  Hamdy Hady, 2004. Ekonomi Internasional Teori Dan Kebijakan Keuangan Internasional, Edisi 2, Ghalia Indonesia, Jakarta. Imamudin Yuliadi, 2008. Ekonomi Moneter, PT Indeks. Irham Fahmi, 2006. Analisis Investasi Dalam Prespektif Ekonomi Dan Politik, Rafika Aditama, Bandung. Indraswati Tri Abdi Reviane, 2010. Pengaruh Liberalisasi Perdagangan Terhadap Nilai Tukar,

  Penerimaan Pajak Dan Kesejahtraan Di Indonesia, Universitas Hasanuddin, Makassar

  James C Van Hover, John M Waehowiez Jr, 2005. Fundamental Of Financial Manajement

  Prinsip Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 12 Salemba Empat

  Jonny Manurung, Adler Haymans Manurung, 2008. Ekonomi Keuangan Dan Kebijakan Moneter , Salemba Empat. Libby Short, 2005. Akuntansi Keuangan Edisi 5, Andi

  Oktavianus Serang Paloboran, 1996. Kaitan Stabilitas Regional, Asean Dengan Pertumbuhan

  Ekonomi 1985-1995, Universitas Hasanuddin, Makassar

  Robert Richard Winerungan, 2009. Analisis Persepsi Investor Tentang Potensi Ekonomi

  Daerah Dan Pengaruhnya Terhadap Prospek Investasi Di Propinsi Sulawesi Utara,

  Universitas Hasanuddin, Makassar Rudiger Dornbuch, Stanly Fischer, Richard Stantz, 2008. Makro Ekonomi Edisi 10 Mc

  GrawHill Ratya Anindita, Michael, R Reed, 2008. Bisnis Dan Perdagangan Internasional, Andi Tulus Tahi Hamonangan Tambunan, 2008. Pembangunan Ekonomi Dan Utang Luar Negeri,

  Rajawali Pers Jakarta Theodorus M Tuanakotta, 2008. Menghitung Kerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi , Salemba Empat.

  W Riawan Tjandra, 2008. Akuntansi Keuangan Negara, Grasindo. Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, 2008. Keuangan Negara Dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri , Rajawali Pers Jakarta.

  Vekie. A. Rumate, 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Tingkat Bunga Terhadap

  Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengangguran Melalui Investasi Swasta Dan Ekspor Di Sulawesi Utara 1983-2007, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Khutbah Washil bin Atho' wa ma fiha minal asalib al-insyaiyah al-thalabiyah : dirasah tahliliyah

3 67 62