JOURNALS OF NERS COMMUNITY

JOURNALS OF NERS COMMUNITY

Journals of Ners Community terbit mulai tahun 2010, dengan frekuensi penerbitan dua kali setahun. Jurnal ini memuat artikel berupa hasil penelitian, kajian analitis

di bidang kesehatan/ keperawatan.

SUSUNAN PENGURUS JOURNALS OF NERS COMMUNITY

SK No.011/PSIK.UG/SK/V/2010

Pelindung :

Prof. Dr. H. Sukiyat, SH., M.Si (Rektor Universitas Gresik)

Penasehat :

dr. Rizaniansyah Rusli, Sp.PD (Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan) Roihatul Zahroh, S.Kep.,Ns., M.Ked (Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan)

Penyunting: Ketua Penyunting

Siti Nur Qomariah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Sekretaris

Dwi Rusvita H., SST

Penyunting Pelaksana

Yuanita Syaiful, S.Kep.,Ns.,M.Kep Retno Twistiandayani, S.Kep.,Ns.,M.Kep Mono Pratiko Gustomi, S.Kep.,Ns.,M.Kes Nur Hidayati, S.Kep.,Ns.,M.MKes Lina Madyastuti R., S.Kep.,Ns Rita Rahmawati, S.Kep.,Ns Khoiroh Umah, S.Kep.,Ns

Pemasaran dan Pendanaan

Bustanul Ulum, SE.

Alamat Redaksi :

Kampus PSIK-Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. Arief Rahman Hakim No.2B, Gresik 61111 Telp. (031) 60623362, Fax. (031) 3978628 email : nersik@yahoo.com

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya akhirnya Journals of Ners Community Fakultas Ilmu Kesehatan Kampus PSIK Universitas Gresik dapat terselesaikan dengan frekuensi penerbitan dua kali dalam setahun. Journals of Ners Community mulai terbit tahun 2010. Jurnal ini memuat artikel berupa hasil penelitian, pemikiran, kajian, analitis di bidang keperawatan dan kesehatan.

Jurnal yang tampil dihadapan sidang pembaca saat ini merupakan terbitan Volume 6 No. 2 November 2015 merupakan edisi kedua dalam setahun ini. Journals of Ners Community berusaha menyajikan hasil-hasil penelitian terkini yang relevan dalam bidang keperawatan dan kesehatan. Lingkup kali ini berfokus pada aspek masalah perawatan dan kesehatan yang dijabarkan pada pengaruh, keefektifan, serta hubungan – hubungannya. Semua aspek tersebut didasarkan pada tujuan pendidikan tenaga kesehatan yang berorientasi pada penyediaan tenaga kesehatan dalam bidang keperawatan yang terampil dan professional di bidangnya.

Akhir kata, mudah-mudahan terbitan Journals of Ners Community Kampus PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Volume 6 No. 2 November 2015 dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

DAFTAR ISI (CONTENT) HALAMAN (PAGES)

1. Penerapan Diabetes Self Management Education Meningkatkan Pengetahuan, Sikap Dan Pengendalian Glukosa Darah (Diabetes Self Management Education (DSME) toward Knowledge-Attitude and Control Blood Glucose)

Roihatul Zahroh, Mumun Azkiyawati................................

107 - 114

2. Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Anggota Keluarga Yang Merawat Anak Skizofrenia (Phenomenological Study: Family Members Coping Mechanisms Treating Schizophrenia Children)

Rindayati, Indah Winarni, Retno Lestari...........................

115 - 130

3. Terapi Progressive Muscle Relaxation Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (Progressive Muscle Relaxation Therapy Increase Quality of Life Patients with Type 2 Diabetes Mellitus)

Abdul Rokhman, Ahsan, Lilik Supriati..............................

131 - 142

4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Penerimaan Diri Ibu Yang Mempunyai Anak Autis (Correlation Family Support with Self Acceptance of Mother Who Have Children with Autism)

Retno Twistiandayani, Susi Ratna Handika.......................

143 - 149

5. Penerapan Model Dokumentasi Asuhan Keperawatan Problem Oriented Record (Por) Terhadap Kinerja Perawat (Effect Of Problem Oriented Record (Por) Nursing Documentation Model On The Performance Of Nurse)

Mono Pratiko Gustomi, Churin’in......................................

150 - 157

6. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Kecemasan Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah (Correlation Of Parent Roles And Hospitalization Anxiety To The Preschool Age Children Patients)

Lina Madyastuti Rahayuningrum, Maf’ulah.....................

158 - 165

7. Hubungan Faktor Komunikasi Dengan Insiden Keselamatan Pasien (Correlation of Communication Factor with Patient Safety Incident)

Siti Nur Qomariah, Uyan Ari Lidiyah.................................

166 - 174

8. Pemberian Rebusan Daun Pacar Air (Impatiens Balsamina L) Terhadap Leukorea Remaja Putri (Henna Leaves to the Leukorea in Adolescent Girls)

Yuanita Syaiful, Chumairotur Robi’ah..............................

175 - 181

9. Hubungan Respons Time Dengan Kepuasan Pasien (Corelation of Respons Time with Patients Satisfaction)

Khoiroh Umah, Ika Putri Rizikiyah....................................

182 - 188

10. Senam Kaki Diabetes Menurunkan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetic Feet Gymnastic to Decrease Blood Sugar Levels Diabetes Mellitus type 2 Patients)

Gusti Rizaniansyah Rusli, Septi Farianingsih....................

189 - 197

11. Getah Pohon Jarak (Jatropha Curcas) Topical Mempercepat Lama Penyembuhan Luka Eksisi Mencit (Effect of Jarak Tree Topical Increase Wound Healing Excision Period of Mice)

Yeni Priyandari, Siti Arfina Titi Maulidah Umatjina........

198 - 206

Volume 06, Nomor 02, November 2015 Hal. 107 - 114

PENERAPAN DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION MENINGKATKAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENGENDALIAN GLUKOSA DARAH (Diabetes Self Management Education (DSME) toward Knowledge-Attitude and Control Blood Glucose)

Roihatul Zahroh*, Mumun Azkiyawati**

* Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Gresik Jl. A.R. Hakim No. 2B Gresik, email: roihatulzr@gmail.com ** RS Muhammadiyah Jl. KH. Kholil No. 88 Gresik

ABSTRAK

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengelolaan tepat dan disiplin guna mencegah komplikasi yang terjadi baik di rumah sakit maupun di rumah. Salah satu aspek yang memegang peranan penting dan efektif dalam pengelolaan diabetes melitus adalah pemberian edukasi dalam bentuk Diabetes Self Management Education (DSME) yang merupakan strategi perawatan mandiri untuk mengoptimalkan kontrol metabolik, mencegah komplikasi, dan memperbaiki kwalitas hidup bagi penderita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan Diabetes Self Management Education (DSME) terhadap pengetahuan, sikap, pengendalian glukosa darah pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre experimental Design One Group Pre Post Test Design. Populasi yang diteliti 34 responden di Ruang Dewasa Umum RS Muhammadiyah Gresik. Teknik sampling menggunakan purposive sampling didapatkan

31 sampel penelitian. Instrumen yang digunakan SAP Diabetes Self Management Education (DSME), lembar kuesioner DSME dan pemeriksaan GDA. Analisis menggunakan uji statistik Wilxocon Signed Rank Test dan Mc.Nemar Test dengan kemaknaan α < 0,05.

Hasil penelitian didapatkan pengetahuan cukup 55% meningkat menjadi pengetahuan baik 81%. Peningkatan sikap dari sikap positif 26% meningkat menjadi 68%. Peningkatan pengendalian kadar glukosa darah dari buruk 58% menjadi pengendalian kadar glukosa sedang

64%. Hasil analisis statistik didapatkan nilai ρ=0,000 berarti ada

Volume 6, Nomor 2, November 2015

pengaruh penerapan Diabetes Self Management Education terhadap pengetahuan, sikap, dan pengendalian glukosa darah pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

Perawat dapat menjadikan Diabetes Self Management Education (DSME) sebagai bentuk intervensi edukasi mandiri dan protap discharge planning pada pasien DM di Rumah Sakit.

Kata Kunci: Diabetes Self Management Education, Pengetahuan,

Sikap, Pengendalian glukosa darah.

ABSTRACT

One aspect that plays an important and effective in the management of diabetes mellitus is the provision of education in the form of Diabetes Self-Management Education (DSME) which is a self- care strategies to optimize metabolic control, prevent complications, and improve quality of life for the sufferer.

The research design used in this study was Preexperimental Design One Group Pre Post Test Design. Purposive sampling obtained 31 samples of research. Instruments used form of SAP, sheet questionnaire based Diabetes Self Management Education (DSME) and Random Blood Glucose. Analysis using statistical tests Wilxocon Signed Rank Test and Mc Nemar test.

The results showed there was an increase in sufficient knowledge 55% to the knowledge of good 81%. Improved attitude of positive attitude

26% increased to 68%. Increase in the control of blood glucose levels of bad 58% to moderate control glucose levels were 64%. Statistical

analysis of the results obtained value of ρ=0.000 means that there is an influence of diabetes self management education (DSME) toward knowledge and attitude in the control of blood glucose levels.

Existence of this study are expected in the nurse can make Diabetes Self Management Education (DSME) as a form of self- education intervention and discharge planning as a standard procedure in diabetes patients at the Hospital.

Keywords: Diabetes Self Management Education, Knowledge,

Attitude, and Control blood glucose levels.

PENDAHULUAN

berkembang seperti Indonesia, hal ini diduga erat kaitannya dengan peningkatan

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan jumlah populasi dan urbanisasi yang salah satu penyakit yang mengalami merubah pola hidup tradisional menuju peningkatan prevalensi dari tahun ke pola hidup modern (Tandra Hans, 2009). tahun baik di negara maju maupun negara Diabetes Melitus Tipe 2 tergolong penyakit

Penerapan Diabetes Self Management Education Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Pengendalian Glukosa Darah

kronis yang akan diderita seumur hidup. penderita. Menurut riset kesehatan dasar Pengobatan diabetes dirasa sudah maju, (RISKESDES) pada tahun 2009 jumlah namun perilaku perawatan dirumah atau penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di proses edukasi masih tetap merupakan Indonesia mencapai 2% atau sekitar 3 juta pengobatan utama yang menentukan jiwa dan mengalami peningkatan pada kesuksesan dalam pengelolaan diabetes riset serupa tahun 2012 yaitu 2,4% atau melitus. Proses edukasi bertujuan sekitar 3,5 juta jiwa dari total penduduk mempengaruhi penderita untuk mengikuti Indonesia sekitar 246.900.000 jiwa dan rekomendasi terapi yang dianjurkan oleh dari 3,5 juta jiwa baru sekitar 30% yang tenaga kesehatan dalam menerapkan melakukan pengobatan secara teratur. tiga hal, yaitu: pengetahuan, sikap, dan Data Dinas Kesehatan (DINKES) Jawa tindakan dalam perawatan penyakit Timur menyebutkan 3622 jiwa penderita Diabetes Melitus Tipe 2 agar dapat Diabetes Melitus Tipe 2 dirawat di rumah memperbaiki kadar glukosa darah dan sakit dan 161 jiwa meninggal dunia, mencegah terjadinya komplikasi jangka jumlah ini mengalami peningkatan pada pendek maupun jangka panjang serta tahun 2013 sejumlah 69018 penderita dan meminimalkan terjadinya rehospitalisasi. 172 jiwa meninggal. Kenyataannya

peningkatan

jumlah

Notoatmodjo (2003) mencoba penderita Diabetes Melitus Tipe 2

menganalisis perilaku manusia berangkat yang mengalami rehospitalisasi dan dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan

komplikasinya dikarenakan

pasien

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor gagal mengontrol kadar gula darah

pokok, yaitu faktor perilaku (behavior saat di rumah. Meskipun penderita dan

causes) dan faktor diluar perilaku (non keluarga telah menerima penjelasan dari

behavior causes). Selanjutnya prilaku itu petugas kesehatan, mereka cenderung sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga

tidak mematuhi anjuran-anjuran yang faktor : Faktor predisposisi (predisposing

diberikan dikarenakan penderita dan factor), yang terwujud dalam pengetahuan,

keluarga merasa informasi yang diberikan sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-

kepada mereka tidak adekuat sehingga nilai dan sebagainya, Faktor pendukung

mereka kehilangan nilai pentingnya (enabling factor), yang terwujud dalam informasi dan tidak tahu bagaimana cara lingkungan fisik, tersedia atau tidak mengimplementasikannya, dimana situasi

fasilitas-fasilitas atau tersebut adalah situasi yang tidak ideal

tersedianya

sarana-sarana kesehatan, misalnya obat- untuk pasien dan keluarga yang bersiap-

obatan, alat-alat steril dan sebagainya, siap pulang (Soegondo, 2013).

Faktor pendorong (reinforcing factor) Data

International Diabet yang terwujud dalam sikap dan perilaku Federation (IDF) pada tahun (2010) petugas kesehatan atau petugas lain, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang merupakan kelompok referensi dari prevalensi penderita Diabetes Melitus perilaku masyarakat. Dari pengalaman

yang cukup signifikan dari 2,67% atau dan penelitian terbukti bahwa prilaku sekitar 284 juta jiwa menjadi 2,8% yang didasari oleh penegatahuan akan atau 371 juta jiwa pada tahun (2012) lebih langgeng dari prilaku yang tidak

dari total penduduk dunia sekitar 7,2 didasari oleh pengetahuan (Notoatmojo, milyar jiwa dimana kepatuhan rata- 2007). Menurut Schumacher dan rata pasien pada terapi jangka panjang Jancksonville, Diabetes Self Management hanya mencapai 40% - 50% dari jumlah Education (DSME) merupakan suatu

Volume 6, Nomor 2, November 2015

proses pemberian edukasi kepada pasien penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 mengenai aplikasi strategi perawatan diri di Ruang Dewasa Umum sebanyak 34 secara mandiri untuk mengoptimalkan responden, dengan purposive Sampling kontrol metabolik, mencegah komplikasi, sebanyak 31 responden. Instrumen yang dan memperbaiki kualitas hidup pasien digunakan berupa SAP, lembar kuisioner diabetus melitus. Komponen dalam berdasarkan Diabetes Self Management Diabetes Self Management Education Education (DSME) dan alat ukur GDA. (DSME) yaitu: pengetahuan dasar tentang Analisis menggunakan uji statistik Wilxocon diabetes, pengobatan, monitoring (kontrol Signed Rank Test dan McNemar Test. rutin), nutrisi, olahraga dan aktivitas, stres dan psikososial, perawatan kaki, sistem pelayanan kesehatan dan sumber daya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasien Diabetes Melitus harus berusaha menjaga kadar glukosa darah dalam

Hasil penelitian yang telah batas normal, dan untuk melakukan hal dilakukan pada 31 responden menunjukkan ini mereka perlu menjaga keseimbangan bahwa sebelum pemberian Diabetes diantara jumlah glukosa yang masuk dan Self Management Education (DSME) glukosa yang hilang (Ernawati, 2013).

sebagian besar responden berpengetahuan cukup yaitu 17 Responden (55%), sesudah pemberian Diabetes Self

METODE DAN ANALISA

Management Education (DSME) berubah menjadi hampir seluruhnya responden

Jenis penelitian ini adalah Pra berpengetahuan baik yaitu 25 responden – Eksperimental Design One Group Pra (81%) dari 31 Responden. uji analisa – Post Test Design. Untuk mengetahui Wicoxon Signed Rank Test didapatkan pengaruh penerapan Diabetes Self hasil bahwa ρ = 0,00 < α < 0,05 maka Management

Education (DSME) H 0 ditolak yang berarti ada pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap dalam penerapan Diabetes Self Management pengendalian kadar glukosa darah.

Education (DSME) terhadap peningkatan Penelitian ini dilakukan di RSMG pengetahuan dalam pengendalian kadar

glukosa darah.

pada bulan Oktober 2014. Populasi dalam Tabel 1 Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Pemberian Diabetes Self

Management Education (DSME)

Post test Pengetahuan

Pre test

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test ρ = 0 , 0 0 0

Penerapan Diabetes Self Management Education Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Pengendalian Glukosa Darah

Hasil penelitian yang telah Self Management Education (DSME) dilakukan pada 31 responden menunjukkan terhadap pengendalian kadar glukosa bahwa sebelum pemberian Diabetes darah. Self Management Education (DSME)

Tabel 3 Pengendalian Kadar Glukosa bahwa sebagian kecil responden bersikap

Darah Responden Sebelum dan positif yaitu 8 responden (26%) menjadi

Sesudah Pemberian Diabetes sebagian besar responden bersikap positif

Self Management Education yaitu 21 Responden (68%). Uji analisis

(DSME)

McNemar Test didapatkan hasil bahwa

Pre test Post test yang berarti ada pengaruh penerapan

ρ = 0,00 < α < 0,05 maka H 0 ditolak

Pengendalian

kadar

Diabetes Self Management Education glukosa darah N (%) N (%) (DSME) terhadap sikap responden dalam

1 3 7 23 pengendalian kadar glukosa darah.

Baik

12 39 20 64 Tabel 2 Sikap

Sedang

18 58 4 13 Pengendalian Kadar Glukosa

31 100 31 100 Darah Sebelum dan Sesudah

Total

Pemberian

Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test Management

Sikap Pre test

Post test

Pengaruh Penerapan Diabetes Self

N (%) Management Education (DSME)

Positif

8 26 21 68 Terhadap Pengetahuan dan Sikap dalam Pengendalian Kadar Glukosa

Hasil uji statistik Wilcoxon Hasil Uji Mc Nemar Test p = 0.00 Signed Rank Test dan McNemar Test

dengan menggunakan dengan tingkat Hasil penelitian yang telah signifikasi α = 0,05 didapatkan hasil

dilakukan pada

31 responden bahwa N=31 diperoleh ρ = 0,000 untuk menunjukkan bahwa sebelum pemberian pengetahuan yang berarti ada pengaruh Diabetes Self Management Education

antara pengetahuan responden dalam (DSME) sebagian besar responden pengendalian kadar glukosa darah pada

memiliki tingkat pengendalian kadar pasien DM tipe 2, diperoleh ρ = 0,00 untuk glukosa darah buruk yaitu 18 responden

sikap yang berarti ada pengaruh antara (58%), berubah menjadi sebagian besar sikap responden dalam pengendalian

responden memiliki tingkat pengendalian kadar glukosa darah pada pasien DM

kadar glukosa darah sedang yaitu 20 tipe 2, diperoleh ρ = 0,00 untuk tingkat responden (64%) sesudah pemberian

pengendalian kadar glukosa darah yang Diabetes Self Management Education

berarti ada pengaruh pemberian Diabetes (DSME). uji analisa Wicoxon Signed Self Management Education (DSME) Rank Test didaptkan ρ = 0,000 < α < 0,05 maka H terhadap pengendalian kadar glukosa

0 ditolak yang berarti darah pada pasien diabetes mellitus type ada pengaruh penerapan Diabetes

Volume 6, Nomor 2, November 2015

Diabetes Self Management (DSME) tersebut secara utuh. Intervensi Education (DSME) merupakan suatu Diabetes Self Management Education proses pemberian edukasi kepada pasien (DSME) yang diberikan meliputi: mengenai aplikasi strategi perawatan diri pengetahuan dasar tentang penyakit secara mandiri untuk mengoptimalkan diabetes melitus, perencanaan diet yang kontrol metabolik, mencegah komplikasi, seimbang dan sesuai dengan jenis, dan memperbaiki kualitas hidup pasien jumlah, dan jam makan yang bertujuan diabetus melitus sekaligus mengurangi untuk mendapatkan asupan nutrisi penggunaan biaya perawatan klinis yang optimal dalam mempertahankan (Funnell, 2008).

glukosa darah mendekati normal, mempertahankan kadar lipid normal

Berdasarkan hasil penelitian dan dan mencapai berat badan normal.

teori diatas maka dapat disimpulkan Selain upaya perencanaan diet, olah

bahwa pengendalian kadar glukosa raga secara teratur juga diperlukan

darah pada penderita diabetes melitus type 2 dapat tercapai melalui intervensi guna meningkatkan sensifitas jaringan terhadap insulin, yang bermanfaat

edukasi dalam bentuk Diabetes Self sebagai kontrol glycemic, menurunkan

Management Education (DSME) yang berat badan dan lemak tubuh. Intervensi

dapat meningkatkan aspek kognisi dan farmakologis diberikan agar kadar

afeksi serta meningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi penderita diabetes glukosa darah penderita diabetes melitus

dapat terkontrol dengan baik, dimana melitus type 2 dan keluarga dalam

cara kerja obat tersebut merangsang melakukan pengelolahan perawatan

sel beta pangkreas mengeluarkan secara mandiri. Dimana sebagian besar

responden memiliki tingkat pengendalian insulin, meningkatkan sensifitas insulin, kadar glukosa darah buruk (58%) sebelum menghambat glukonesis dan absorbsi

glukosa (cara kerja tergantung jenis obat), pemberian Diabetes Self Management

yang bisa diperoleh dari jasa layanan Education (DSME), dan berubah

kesehatan setempat dalam menentukan menjadi sebagian besar memiliki tingkat

dosis, waktu, dan cara pemberian obat pengendalian kadar glukosa darah sedang

(64%) sesudah pemberian Diabetes Self dengan tepat. Pemantauan kadar glukosa darah secara berkala dapat mencegah

Diabetes Self Management (DSME). Hal terjadinya komplikasi, oleh karena itu

ini sesuai dengan teori proses perilaku dibutuhkan penatalaksanaan perawatan

Roger (1974) dalam Notoadmodjo (2007), kaki diabetik, untuk mencegah terjadinya

pemberian intervensi dalam bentuk edukasi Diabetes Self Management luka akibat dari diabetes yang tidak

terkendali, selain itu pengendalian stres Education (DSME) mampu meningkatkan

dan psikososial sangat membantu dalam kesadaran (Awarenes) penderita dan

mencegah dan menghambat progresif keluarga tentang pentingnya pengelolahan

komplikasi. Jika Intervensi Diabetes diabetes melitus tipe 2 secara holistik,

sehingga menjadi daya tarik (Interes) Self Management Education (DSME) dalam hal ini dirasa baik dan efektif

dalam menerapkan intervensi Diabetes dalam mengendalikan kadar glukosa

Self Management Education (DSME) darah, maka penderita diabetes melitus

melalui berbagai

pertimbangan

tipe 2 dan keluarga akan menerapkannya (Evaluation) untuk mencoba (Trial) dan

melaksanakan (Adoption) intervensi sebagai panduan dalam pengelolahan diabetus mellitus secara mandiri.

Diabetes Self Management Education

Penerapan Diabetes Self Management Education Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Pengendalian Glukosa Darah

2. Diabetes Self Management Education dalam bentuk Diabetes Self Management

Pemberian intervensi edukasi

(DSME) merupakan metode edukasi Education (DSME) bukan merupakan hal

pada pasien Diabetus Mellitus mutlak yang dapat meningkatkan prilaku

sehingga dapat dijadikan intervensi penderita dalam pengendalian kadar

keperawatan mandiri dan sebagai glukosa darah, karena banyak faktor

protap pada discharge planing yang dapat mempengaruhinya antara

(perencanaan pulang) pasien. lain, tingkat pendidikan dan usia dimana semakin tinggi tingkat pendidikan dan usia maka semakin mudah seseorang

DAFTAR PUSTAKA

menerima intervensi edukasi sehubungan dengan kematangan cara berpikir. Jenis Almatsier Sunita. (2005). Penuntun Diet. kelamin dan jenis pekerjaan berkaitan

Edisi Baru. Gramedia Pustaka dengan otoritas dan pendapatan perbulan

Utama. Jakarta juga memiliki peranan penting dalam American Diabetes Association. (2010). pemilihan jenis diet, aktifitas dan

Position statement: Standards penggunaan jasa layanan kesehatan

of Medical Care in Diabetes. yang juga berperan terhadap program

Diabetes care

pengobatan, hal ini didukung juga oleh Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian pengalaman (lama menderita diabetes

Suatu Pendekatan Praktis. Rineka melitus tipe 2) serta partisipasi aktif dari

Cipta. Jakarta keluarga dalam pengelolaan diabetes Badan Pusat Statistik. (2013). Sensus melitus tipe 2 secara menyeluruh,

Penduduk 2012. (serial on line). sehingga kadar glukosa darah penderita

http://sp2013.bps.go.id/index. diabetes melitus tipe 2 dapat terkendali

php/site/index. (diakses tanggal 9 dan meminimalkan ancaman komplikasi

juni 2014)

yang mungkin dapat ditimbulkan. Ernawati. (2013). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetus Melitus Terpadu dengan Penerapan Teori

SIMPULAN DAN SARAN

Keperawatan Self Care Orem. Mitra Wacana Media. Jakarta

Simpulan

Funnell, M. M., et.al. (2008). National Standards for Diabetes Self-

Ada pengaruh penerapan Diabetes Management Education. Diabetes

Self Management Education (DSME) terhadap pengetahuan dan sikap dalam

Care Volume 31 Supplement 1 Hidayat, A. (2010). Metode Penelitian

pengendalian kadar glukosa darah. Kesehatan Paradigma Kuantitatif.

Salemba Medika. Jakarta

Saran

International Diabetes Federation.( 2005).

1. Pasien dapat meningkatkan kualitas Panduan Global untuk Diabetes hidup dan meminimalkan komplikasi

Tipe 2. Terjemahan oleh Dr. Benny dengan melakukan pengendalian

kurniawan. Brussels: International kadar glukosa darah sesuai dengan

Diabetes Federation isi materi dalam Diabetes Self Jones, H., Berard, L. D., & Nichol,

Management Education (DSME) H.( 2008). Self-management sehingga meningkatkan program

Education. Canadian Journal of terapi.

Diabetes Volume 32 Supplement 1

Volume 6, Nomor 2, November 2015

Notoatmojo.Soekidjo. (2007). Promosi Suyanto. (2011). Metodologi dan Aplikasi Kesehatan dan Ilmu Prilaku.

Penelitian Keperawatan. Nuha Rineka Cipta. Jakarta

Medika Yogyakarta Norris, S. L., et.al.( 2002). Increasing Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Diabetes

Buku Ajar Keperawatan Medikal- Education in Community Settings.

Self-Management

Bedah Brunner dan Suddarth Am J Prev Med Volume 22

Volume 2, Edisi 8. Terjemahan Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian

oleh Agung Waluyo, dkk. Jakarta: Ilmu Keperawatan pendekatan

EGC.

praktis. Salemba Medika. Jakarta Tandra Hans (2012). Penderita Diabetes Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Boleh Makan Apa Saja, Panduan ( 2011). Konsensus Pengelolaan

Lengkap tentang Diet dan Cara dan

Mengaturnya. PT. Gramedia Mellitus Tipe 2 di Indonesia. PB

Pencegahan

Diabetes

Pustaka Utama. Jakarta PERKENI. Jakarta

Tricia S. Tang dan Martha M. (2010). Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005).

Untuk Memimpin Patofisiologi: Konsep Klinis

Panduan

Sebaya, Panduan Untuk Membina Proses-Proses Penyakit Volume 2,

Diabetes. International Diabetes Edisi 6. Terjemahan oleh Brahm

Federation

U. Pendit, dkk. EGC. Jakarta Rondhianto. (2011). Pengaruh Diabetes Self Management Education dalam Discharge Planning terhadap Self Efficacy dan Self Care Behaviour Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.(Tesis). Surabaya: Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Seputar Indonesia. (2014). Angka Kematian Diabetes Tinggi. (serial on line) http://www.seputar- indonesia.com/edisicetak/content/ view/455166/ . (diakses tanggal 9 juni 2014).

Soegondo Sidartawan dan Soewondo Pradana. (2011). Penatalaksanaan Diabetes

Melitus

Terpadu.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Soegondo Sidartawan dan Soewondo Pradana (2013). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi Dokter dan Edukator. Edisi ke-2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Volume 06, Nomor 02, November 2015 Hal. 115 - 130

STUDI FENOMENOLOGI: MEKANISME KOPING ANGGOTA KELUARGA YANG MERAWAT ANAK SKIZOFRENIA (Phenomenological Study: Family Members Coping Mechanisms Treating Schizophrenia Children)

Rindayati*, Indah Winarni**, Retno Lestari**

* Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, email: rindayati2501@gmail.com ** Staf Pengajar Program Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Mekanisme koping merupakan upaya yang dilakukan untukm engadaptasi stresor,dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan secara konstruktifmaupundestruktif. Anggota keluarga yang merawat anak skizofrenia memerlukan mekanisme koping agar tidak jatuh dalam kondisi stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi mekanisme koping anggota keluarga yang merawat anak skizofrenia (13-18 tahun).

Penelitian ini dilaksanakan di Gresik bulan Juli 2015. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma fenomenologi interpretif. Pemilihan partisipan dengan purposive sampling sebanyak 7 partisipan. Dengan kriteria partisipan: (1) memiliki pengalaman merawat anak skizofrenia minimal 1 tahun, (2) sehat secara fisik dan psikologis, (3) bersedia ikut sebagai partisipan, (4) dapat menceritakan pengalamannya dengan baik. Analisis data menurut Van Manen (1990) (1) Mempertahankan keaslian dari pengalaman hidup atau fenomena(2) Menginvestigasi pengalaman

yang ada berdasarkan fenomena (3) Merefleksikan tema-tema esensial yang menjadi karakteristik dari sebuah fenomena (4) Mendeskripsikan dan menuliskan ulang fenomena .

Hasil dari penelitian ini didapatkan delapan tema yang mewakili bagaimana mekanisme koping anggota keluarga yang merawat anak skizofrenia. Tema terdiri dari gejala skizofrenia sebagai stresor, efek stresor terhadap perasaan, tindakan dalam merawat, perubahan selama merawat, harapan anggota keluarga yang merawat, strategi koping, hambatan anggota keluarga yang merawat dan perilaku adaptasi.

Volume 6, Nomor 2, November 2015

Mekanisme koping yang digunakan anggota keluarga didapatkan adanya problem focused coping dan emotional focused coping. Adaptasi yang dilakukan adalah adaptasi adaptif dan maladaptif.

Berdasar hasil penelitian ini disarankan bagi anggota keluarga yang merawat anak skizofrenia untuk menggunakan koping yang adaptif, sehingga tetap dapat merawat anak dengan baik.

Kata kunci: Mekanisme Koping, Anggota Keluarga, Anak Skizofrenia

ABSTRACT

Coping mechanisms is the effort made to adapt to stressors, and the implementation can be done constructively or destructively. Family members who care for children with schizophrenia require coping mechanisms that do not fall under stressful conditions. This study aims to explore the coping mechanisms of family members caring for children skizofrena (13-18 years). In Gresik July 2015.

This research is qualitative using an interpretive phenomenological paradigm.Selection of participants by purposive sampling as much as 7 participants. With participants criteria: (1) have experience taking care of children with schizophrenia at least

1 year, (2) healthy physically and psychologically, (3) are willing to participate as a participant, (4) can recounts well. Analysis of the data by Van Manen (1990) (1) Maintaining the authenticity of the experience of life or phenomena (2) Investigate the experience that is based on the phenomenon (3) Reflects the themes essential

characteristic of a phenomenon (4) Describe and rewrite the phenomenon.

Results of this study found eight themes that represent how the coping mechanisms of family members who care for children with schizophrenia. The theme consists of the symptoms of schizophrenia as

a stressor, the effect of stressors on the feelings, acts of caring, changes during caring, hope family members caring, coping strategies, barriers to family members who care and behavioral adaptations. Coping mechanisms used family members found the problem focused coping and emotional focused coping. Adaptation is done is an adaptation of adaptive and maladaptive.

Based on the results of this study suggested for family members who care for children with schizophrenia to use adaptive coping, so it still can care for the child properly.

Keywords: Coping Mechanisms, Member of the Family, Child Schizophrenia

Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Anggota Keluarga Yang Merawat Anak Skizofrenia

PENDAHULUAN

tidak realistis, gangguan komunikasi yang mempengaruhi interaksi, dan

Skizofrenia pada anak dijelaskan berkurangnyaminat pada aktivitassehari- oleh Hollis et al., (2013) sebagai gangguan hari. Efek gejala negatif antara lain dapat jiwa berat atau sekelompok gangguan mempengaruhiprestasi sekolah(Starling yang ditandai dengan gejala psikotik & Feijo, 2012). berupa terjadinya perubahan persepsi,

studi populasi di pikiran, suasana hati, dan tingkah laku.

Sebuah

Israel, menemukan skizofrenia pada Remschmidt (2001) menjelaskan insiden

anak dengan usia yang lebih muda skizofrenia pada anak sebesar 0,23%,

dari17tahunmemilikimasa perawatan di dengan perincian 0,1-1% onset sebelum

rumah sakit lebih lama, dan kemungkinan usia 10 tahun, 4% onset sebelum usia 15

kesembuhan lebih kecil, dibandingkan tahun, dan 10% onset antara usia 16-20

dengan penderita dengan onset penyakit tahun. Studi pendahuluan di RSUD Ibnu

berusia lebih dari 18 tahun(Rabinowitz Sina Gresik didapatkan pasien skizofrenia

etal., 2006).

anak usia 13-18 tahun pada tahun 2013- 2015 sebanyak 13 pasien.

Skizofrenia pada anak sesuai kondisi yang dialami menyebabkan

Penyebab skizofrenia pada anak ketergantungan hidup yang tinggi pada

merupakan kombinasi dari beberapa keluarga, sehingga berdampak pada

faktor genetik, gangguan perkembangan, beratnya beban yang harus ditanggung

stres psikososial, dan adanya disfungsi keluarga, antara lain perasaan tidak biokimia (Townsend, 2014). Hasil riset

nyaman, hubungan dengan orang lain Soewadi & Pramono (2010) di RSJ

terganggu, apresiasi terhadap apa yang HB. Saanin Padang Sumatera Barat

dilakukan kurang (Fitrikasari, Kadarman, menjelaskan bahwa penyebab skizofrenia

yang paling signifikan adalah faktor sosial Woroasih & Sarjana, 2012). ekonomi, jenis kelamin dan pekerjaan.

Hollis & Rapoport (2011) menjelaskan bahwa kondisi skizofrenia

Manifestasi klinis skizofrenia

sangat mengganggu menurut Chang, Daly & Elliot (2010)

pada

anak

kehidupannya, adanya penurunan prestasi dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu

sekolah, kesulitan memperoleh pekerjaan, gejala positif dan gejala negatif. Gejala

terganggunya interaksi sosial, dan positif meliputi gangguan berpikir dan penilaian (stigma) negatif masyarakat,

persepsi yang mencakup halusinasi, yang mempengaruhi masa depannya.

delusi dan perilaku aneh. Gejala negatif Beban yang demikian merupakan stresor

meliputi penurunan energi dan motivasi, yang memerlukan meknanisme koping

afek datar, gangguan dalam memusatkan untuk melakukan adaptasi agar tidak

perhatian, menarik diri dari kehidupan terjadi stres pada anggota keluarga. sosial, jarang berbicara, dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi.

Mekanisme koping merupakan upaya yang dilakukan untuk mengadaptasi

Onset psikosis pada skizofrenia stresor, dan dalam pelaksanaannya dapat

anak biasanya

memiliki

periode

dilakukan secara konstruktif maupun prodromal (Hollis et al., 2013).

destruktif (Stuart, 2013). Mekanisme Periodeprodromal,meliputi gejalanegatif

koping yang dilakukan anggota keluarga seperti kurang konsentrasi, penurunan

yang merawat anak skizofrenia memiliki memori,

perilaku

aneh, persepsi

banyak variasi, yang dipengaruhi oleh

Volume 6, Nomor 2, November 2015

stimulus berupa kondisi anak skizofrenia, secara fisik dan psikologis, (3) bersedia tenaga pelayanan kesehatan dalam ikut sebagai partisipan dengan menanda memberikan pelayanan, dan sikap tangani surat kesediaan sebagai partisipan, lingkungan sekitar (Alligood, MR., 2013). (4) dapat menceritakan pengalamannya Stimulus pada penelitian ini adalah gejala dengan baik. skizofrenia pada anak.

Prosedur sampling dilakukan Proses

mekanisme koping dengan menggunakan teknik purposive mempengaruhi suatu human system. sampling, yaitu melibatkan partisipan Perilaku yang terbentuk mempengaruhi yang memenuhi kriteria yang telah munculnya mekanisme kontrol pada ditetapkan. Kondisi ini disebut dengan seseorang. Mekanisme kontrol ini saturasi atau redundancy (Lewis, 2010). terdiri dari regulator dan kognator yang Instrumen pengumpulan data yang merupakan subsistem dan terdiri dari digunakan dalam penelitian ini adalah 1) empat mode yaitu mode fisiologis, mode peneliti sendiri, 2) pedoman wawancara konsep diri, mode fungsi peran, dan mode mendalam, 3) catatan lapangan ( field interdependensi. Anggota keluarga yang note), 4) handphone sebagai alat perekam merawat anak skizofrenia menggunakan suara, dan catatan ingatan. mekanisme koping dari jenis problem

Prosedur pengumpulan data focused coping mechanism maupun

yang digunakan oleh peneliti adalah emotion-focused coping mechanism

indepth interview dan observasi. Indepth (Alligood, MR., 2014).

interview adalah proses penggalian Berdasarkan pada beberapa riset dan eksplorasi pengalaman secara diatas dapat diamati adanya kecenderungan mendalam dengan bertanya langsung stresor yang timbul pada anggota kepada partisipan tentang fenomena keluarga yang merawat anak skizofrenia, yang dialaminya, sehingga diharapkan serta terjadinya stres akibat pilihan partisipan dapat mengeluarkan beberapa mekanisme koping yang digunakan.

hal baru mengenai mekanisme koping Adapun penelitian ini bertujuan untuk yang selama ini digunakan (Cresswell, mengeksplorasi

mekanisme koping 2014). Pengumpulan data dilakukan anggota keluarga yang merawat anak dengan cara mendatangi partisipan skizofrenia (13-18 tahun).

dan menjelaskan tujuan penelitian, selanjutnya dilakukan tanda tangan surat persetujuan, mengadakan kontrak waktu

METODE DAN ANALISA

dan tempat wawancara, menjelaskan etik dan kerahasiaan, kemudian dilakukan

Penelitian ini adalah penelitian wawancara. kualitatif

dengan

menggunakan

paradigma fenomenologi interpretif. Penelitian dilaksanakan di Gresik dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

rumah kediaman partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah anggota

melakukan proses keluarga yang berperan paling besar dalam analisis data, teridentifikasi 8 tema merawat anak skizofrenia. Dengan kriteria yang menginterpretasikan makna dari partisipan: (1) telah memiliki pengalaman mekanisme koping anggota keluarga yang merawat anak skizofrenia dalam waktu merawat anak skizofrenia (13-18 tahun) di minimal 1 tahun, (2) dalam keadaan sehat RSUD Ibnu Sina Gresik. Kedelapan tema

Peneliti

Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Anggota Keluarga Yang Merawat Anak Skizofrenia

tersebut antara lain: (1) gejala skizofrenia “…pertama nya … seperti kalau ada sebagai stresor, (2) efek stresor terhadap

temannya bicara tidak enak, dirumah perasaan, (3) tindakan dalam merawat

dia kepikiran teruus … akhirnya dia (4) perubahan selama merawat, (5)

tidak mau sekolah”(P4). harapan anggota keluarga yang merawat, (6) strategi koping (7) hambatan anggota

Interpretasi hasil membahas keluarga yang merawat, dan (8) perilaku mengenai masing-masing tema secara adaptasi.

mendetail tidak hanya dari interpretasi peneliti namun juga dengan menggunakan

Tema gejala skizofrenia sebagai stresor teori-teori terkait dan penelitian yang terdahulu agar diperoleh hasil yang

Tema ini merupakan fokus lebih akurat. Sistematika pembahasan

awal peneliti dalam mengeksplorasi interpretasi akan dilakukan pertema

pengalaman yang telah dilakukan anggota

sebagai berikut.

keluarga yang merawat anak skizofrenia (13-17 tahun). Tema ini diperoleh dari

Dari hasil penelitian ini diketahui adanya gejala pada psikologis, gejala pada bahwa, mekanisme koping anggota kognitif, gejala pada perilaku, dan gejala keluarga yang merawat anak skizofrenia fisiologis. Gejala pada psikologis yang disebabkan adanya stressor dalam

terdapat pada anak dan dapat menjadi bentuk gejala skizofrenia pada anak atresor diceriterakan partisipan sebagai terdiri dari gejala pada psikologis, gejala berikut:

pada kognitif, gejala pada perilaku, “…dia itu takut dan benci sama semua dan gejala fisiologis. Anggota keluarga temannya yang laki-laki termasuk yang menyaksikan kondisi anak benci

berlebihan, suka berlebihan, suka ayahnya…”(P4).

memukul, dan badan kaku-kaku menjadi “…setiap hari kirim SMS sama anak- stressor bagi aggota keluarga yang

anak laki-laki kelihatannya senang merawat.Perilaku penderita gangguan sekali…”(P5).

jiwa yang dianggap keluarga paling Kondisi anak lain yang juga dapat mengganggu dan membuat keluarga stres

menjadi stresor adalah gejala pada kognitif adalah kurangnya motivasi, ketrampilan yang diungkapkan partisipan berikut ini: sosial yang rendah, perilaku makan/tidur

Gambar 1. Skema Tema 1

Volume 6, Nomor 2, November 2015

yang buruk, sukar menyelesaikan tugas dan Tema ini diperoleh sebagai sukar mengatur keuangan (Keliat, 2006). efek dari stresor terhadap perasaan dan Hasil riset Lasebikan, Victor & Ayinde, berdampak pada fisik partisipan. Efek Olatunde (2013) menginformasikan terhadap perasaan positif secara afektif pengasuh pasien skizofrenia mengalami diungkapkan partisipan berikut ini. beban yang besar dan potensial terjadi

“…Saya sadar dan sabar menerima gangguan mental. Dengan demikian

apa adanya anak saya, saya berusaha mereka memerlukan intervensi yang

selalu ikhlas…. “(P1). komprehensif

untuk

mengurangi

pertumbuhan penyakit kronis. Pernyataan Adapun efek terhadap perasaan di atas sesuai dengan penelitian Igberase, positif secara koqnitif ungkapan partisipan

Morakinyo, Lawani, James, (2015) sebagai berikut: yang menyatakan, pengasuh pasien

“… saya tetap semangat bu dan dengan skizofrenia menjadi beban besar

menghilangkan perasaan malu, bagi keluarga. Sehingga membutuhkan

percaya kalau anak saya dapat dukungan berupa pendidikan kesehatan,

sembuh dengan menurut pada anjuran keuangan dan lainnya untuk memeperbaiki

dokter”(P2).

kondisi yang ada.Hal ini dikuatan oleh Pada efek terhadap perasaan positif penyataan yang menyebutkan bahwa secara perilaku partisipan berceritera: peristiwa lingkungan yang menyebabkan

stres disebut sebagai stressor (Yusof, “Kalau ada tetangga saya yang tanya MSB., 2010).

anak saya … tidak malu saya, memang kenyataannya seperti itu..”(P1).

Tema efek stresor terhadap perasaan

Sebagaimana penjelasan partisipan Tema kedua yaitu efek stresor diatas, terdapat juga perasaan negatif dari terhadap perasaan teridentifikasi tiga adanya paparan stresor. Berikut adalah

sub tema yaitu perasaan positif, perasaan ungkapan partisipan pada perasaan negatif negatif, dan dampak perasaan pada fisik. secara afektif.

“..kalau anaknya marah-marah terus yaa sediih, dia itu sering marah- marah, sampai malam marah-marah tidak tidur…”(P4).

Berikut adalah ungkapan partisipan pada perasaan negatif secara koqnitif.

“Kasihan pokoknya campur aduk bu, campur aduk dan tidak punya bayangan

kejelasan mengenai kesembuhan dan masa depannya …”(P2).

Adapun perasaan negatif secara perilaku partisipan mengungkapkan berikut ini.

“ … Saya bingung, sedih, terus terang saja malu sama tetangga, lha anaknya

Gambar 2. Tema 2 itu dulu pendiam terus sekarang tidak

Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Anggota Keluarga Yang Merawat Anak Skizofrenia

punya malu“(P5). merawat anak skizofrenia setelah terpapar stresor dengan kondisi perasaan

Adapun dampak perasaan terhadap fisik, diungkapkan partisipan sebagai yang ada padanya. Tindakan merawat

berupa berobat ke pelayanan kesehatan berikut:

dikemukakan oleh partisipan sebagai “…Sejak anak saya sakit klas 2 SMP berikut:

sampai sekarang klas 1 SMK tubuh saya terus bertambah kurus…”(P4).

Efek stresor pada perasaan anggota keluarga yang merawat dalam penelitian ini didapatkan perasaan positif, perasaan negatif, dan dampak perasaan terhadap fisik. Pada perasaan positif secara afektif didapatkan adanya sabar, ikhlas, dan tidak pernah putus asa. Pada perasaan positif secara koqnitif yaitu adanya tetap semangat, percaya akan sembuh, istiqomah dalam mendidik, dan tetap sabar dengan hinaan. Adapun perasaan positif pada perilaku yaitu adanya tidak malu dengan tetangga dan menghilangkan rasa minder. Perasaan negatif berupa perasaan negatif secara

Gambar 3. Tema 3 afektif adanya kawatir, kasihan, sedih

tidak karu-karuan, sedih, dan sedih anak “ … itu saya bawa ke puskesmas marah. Perasaan negatif secara koqnitif

Bungah…terus kata petugasnya adanya merasa bersalah, tidak tenang,

disuruh membawa anak saya ke dr. dan agak susah. Adapun perasaan negatif

Rahayu di rumah sakit Bunder(P3). secara perilaku adanya malu karena anak

“ … berobat ke dokter Rahayu di marah, aib keluarga, malu sama tetangga,

tempat praktik pribadi obatnya mahal sungkan sama pembeli, dan tidak cerita

1 minggu habis Rp. 500.000,- (P4). kepada tetangga. Dampak perasaan pada fisik pada penelitian ini adanya sakit perut

“…setelah mau bunuh diri minum bagian atas, tekanan darah meningkat,

Baygon kontrol ke dr. Rahayu saya sakit kepala, nyeri pada dada, dan badan

laporkan terus diberi rujukkan ke RSJ tambah kurus.

Menur Surabaya, Sebagaimana penjelasan diatas

Tema tindakan dalam merawat

terdapat partisipan yang berobat ke selain Tema ketiga adalah tindakan dalam pelayanan kesehatan, inilah ceritera

merawat teridentifikasi tiga sub tema yaitu partisipan: berobat ke pelayanan kesehatan, berobat

“ … kalau kambuh sama ayahnya ke selain pelayanan kesehatan, dan upaya

langsung dibawa ke dukun, lebih individual,

sering ke dukun dari pada ke rumah Tema ini merupakan tindakan

sakit, juga pernah di bawa ke kyai yang dilakukan anggota keluarga yang

”(P4).

Volume 6, Nomor 2, November 2015

“ … ya dibawa kemana-mana ya ke

dalam merawat dukun, ke orang tua, ke kyai sampai 15 yang dilakukan oleh anggota keluarga orang katanya anak saya ya memang didapatkan berobat ke pelayanan melihat barang-barang ghoib … kesehatan, berobat ke selain pelayanan tapi sekarang disuruh ke medis saja kesehatan dan upaya individual. Anggota …”(P5).

Tindakan

keluarga yang mengobatkan anak skizofrenia ke pelayanan kesehatan

Upaya lain yang dilakukan untuk adalah ke puskesmas, rumah sakit

merawat anak adalah upaya individual. umum, rumah sakit jiwa maupun

Partisipan memaparkan tindakannya. dokter pratik perseorangan. Anggota

“ Minta makan ya diberi makan, keluarga yang merawat anak skizofrenia minta dicucikan pakaian ya saya dibawa ke sarana pelayanan kesehatan cucikan, tidak bisa ditunda sekali merupakan pengobatan modern berbasis bicara harus dilayani kalau tidak ilmiah. Pengobatan modern adalah marah-marah …” (P3).

pengobatan yang dilakukan secara ilmiah (Syamsunjaya, 2007).Menurut undang-

Stressor adalah sesuatu yang undang nomor 36 tahun 2009 tentang berpotensi menimbulkan reaksi stres kesehatan fasilitas pelayanan kesehatan (Maramis, 2009). Gejala stres dapat adalah suatu alat dan/atau tempat yang mempengaruhi tubuh, pikiran, dan digunakan untuk menyelenggarakan perasaan serta perilaku. Lazarus (1993) upaya pelayanan kesehatan baik promotif, mengatakan bahwa stres dibagi menjadi preventif, kuratif maupun rehabilitatif. dua jenis yaitu eustres dan distress. Berobat ke selain pelayanan kesehatan Eustressmerupakan istilah untuk stres yang dilakukan oleh anggota keluarga positif, dan distress merupakan kesusahan, adalah berobat ke dukun, ke orang tua, yang mengacu pada stres negatif.Quick ke kyai, dan ke ustad. Anggota keluarga dan Quick (1984) dan Hans Selye (1996) di masyarakat Jawa masih memiliki mengatakan bahwa eustres adalah upaya berobat ke dukun apabila ada hasil dari respon terhadap stres yang anggota keluarganya sakit jiwa. Beberapa bersifat sehat, positif, dan konstruktif budaya masyarakat masih mengaitkan (bersifat membangun). Ini adalah semua penyebab gangguan jiwa diakibatkan bentuk stres yang mendorong tubuh oleh kekuatan ghoib. Persepsi tersebut untuk beradaptasi dan meningkatkan menyebabkan mereka baru mendatangi kemampuan untuk beradaptasi.Quick pelayanan kesehatan atau kesehatan jiwa dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam jika gangguan jiwa yang dialami sudah Girdano (2005) mengatakan bahwa berat atau bahkan mengganggu orang distres adalah hasil dari respon terhadap lain (Depkes, 2006).Menurut Effendy stres yang bersifat tidak sehat, negatif, (1998 dalam Fitri, 2012) pada keluarga dan destruktif (bersifat merusak). Hal tertentu bila ada anggota keluarga yang tersebut termasuk konsekuensi individu sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi terhadap penyakit sistemik dan tingkat ke mantri atau dukun.Anggota keluarga ketidakhadiran

(absenteeism) yang yang mengobatkan anaknya ke kyai dan tinggi, yang diasosiasikan dengan ke ustad adalah untuk meminta do’a bagi keadaan sakit, penurunan, dan kematian. anaknya yang sakit. Hal ini sesuai dengan Kondisi anggota keluarga yang demikian penelitian yang dilakukan oleh American mempengaruhi tindakan dalam merawat Psychological Association (2001) terdapat anak skizofrenia.

peningkatan hubungan yang positif antara

Studi Fenomenologi: Mekanisme Koping Anggota Keluarga Yang Merawat Anak Skizofrenia