HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN POTEN

HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN POTENSI
SUMBER DAYA MANUSIA
Dosen: Drs. Ahmad Hanany Naseh, MA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tauhid

Disusun oleh:
Winda Sulistyarini

16410057

Dian Latifah Afriani

16410058

Roudhatun Nafi’ah

16410096

Kharisma Alam

16410097


Miss A-Esah Dadeh

16410101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA TAHUN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat
waktu dengan judul “Hubungan Takdir dengan Peningkatan Potensi Sumber Daya
Manusia” yang mencangkup tentang pengertian takdir, konsep takdir dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan hubungan takdir dengan sumber
daya manusia.
Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah tauhid, dan kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen dan teman-teman yang
membaca makalah ini. Tentunya makalah ini masih sangat jauh dari sempurna,

maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Yogyakarta, 29 November 2016

Penulis

2

DAFTAR ISI
COVER

Kata pengantar.......................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................5
C. TUJUAN..........................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAKDIR...............................................................................7
B. KONSEP TAKDIR........................................................................................10
C. HUBUNGAN TAKDIR DENGAN PENINGKATAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA........................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap
orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya dari awal dan
akhir. Hal ini dinyatakan dalam al-qur'an bahwa segala sesuatu yang terjadi
terhadap diri seorang sudah tertulis dalam induk kitab. Namun pemahaman
seperti ini tidak bisa berdiri sendiri atau belum lengkap, karena dengan hanya
memahami seperti tersebut diatas dapat menyebabkan seseorang bingung
untuk menjalani hidup dan menyikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan

kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan
manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa
yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan berpikirnya memang dapat
membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan yang
canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai dengan
keinginannya. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi
dalam menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan
berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia
itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk
menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu
dinilainya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai
kesombongan yang dilarang juga (Al-Hadiid QS. 57:23). Dengan disusunnya
makalah ini diharapkan bersama agar kita bukan menunggu takdir, namun
mengusahakan takdir demi harapan memunculkan semangat potensi sumber
daya manusia kedepan yang baik.

4


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian takdir?
2. Bagaimana konsep takdir?
3. Bagaimana hubungan takdir dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia?
C. TUJUAN
Makalah tentang hubungan takdir dengan peningkatan potensi sumber daya
manusia, ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui makna dan konsep takdir
2. Untuk dapat menjelaskan hubungan takdir dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia

5

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAKDIR
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Allah dan tetkait
dengan takdir-Nya. Seperti firman Allah:


(٤٩:‫إناكلشيءخلقناه بقدر )القمر‬
“Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al-Qomar :
49)

(٢:‫وخلق كلشيءفقدرهتقديرا )الفرقان‬
“dan Dia menciptakan segala seuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan
tepat.” (QS. Al-Furqon : 2)
Segala sesuatu di alam semesta, yang diciptakan dan ditakdirkan oleh Allah,
tidaklah berdiri sendiri, namun semuanya ada dalam bentuk “bangunan besar”
alam semesta yang dalam istilah Marx disebut “super atruktur”. Bangunan besar
alam semeta ini di bangun oleh bangunan-bangunan di bawahnya yang saling
berelasi membangun bangunan besar alam semeta. Setiap bangunan yang
membangun bangunan besar alam semeta ini dibangun oleh unsur-unsur yang
membangun, begitu seterusnya sampai pada unsur-unsur terkecil yang begitu
banyak dan tak terhitung, yang kesemuanya berelasi dan berjalin menjadi satu
membangun bangunan besar alam semesta. Ini berarti bahwa semua yang ada di
alam semesta ini saling berpengaruh satu sama yang lainnya. Kemudian, apa
takdir itu dan bagaimana kaitannya dengan segala sesuatu di alam semesta ini?
Untuk menjawab persoalan ini, pembahasan makna takdir akan dimulai dari

sisi bahasa, yang kemudian direlasikan dengan pemahaman-pemahaman takdir
yang termuat di dalam Al-Qur'an dan Hadits, pendapat para ulama, dan yang juga
tidak kalah penting adalah penemuan-penemuan ilmiah di bidang sains dan
6

teknologi tentang alam semesta (ayat-ayat kauniyah), yang juga memiliki peran
besar di dalam memahami takdir Allah.
Takdir berasal dari bahasa arab ‫ قدرا‬-‫يقدر‬-‫ قدر‬.‫ القدر‬memiliki beberapa makna,
diantaranya adalah “‫( ”الكم‬hukum), “‫(”القضاء‬ketetapan), “‫( ”القضاءاموافق‬ketetapan
yang sesuai), dan “‫(”الحديد‬batasan). Semua makna ini merupakan realitas-realitas
yang tidak bisa diabaikan, dan ada di dalam kata “takdir”. Realitas-realitas ini
saling berelasi membentuk jaringan dan merupakan unsur-unsur yang membangun
makna takdir1. Jadi “takdir” adalah “hukum Allah”. Hukum yang ditetapkan
berdasarkan pada kekuatan, daya, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang
ditetapkan hukumnya. Jika takdir Allah dikaitan dengan segala sesuatu di alam
semeata ini telah ditetapkan hukumnya oleh Allah, berdasarkan daya dan
kekuatan, ukuran, dan batasannya sediri, yang hal ini berarti memiliki potensi,
sifat ini tidak berdiri sendiri-sendiri, melaikan saling mempengaruhi satu dengan
lainnya, dan membentuk bangunan unsur yang lain, yang berarti membentuk
hukum yang lain pula.

Jika diandaikan bahwa “segala sesuatu atau setiap unsur” pembentuk
bangunan besar alam semasta itu berjumlah 10 dan berupa unsur A, B, C, D, E, F,
G, H, I, dan J, maka A memiliki hukum dan karekteristiknya sendiri yang berbeda
dengan B, demikian pula B memiliki hukum dan karekteristik yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Jika A terpengaruh oleh B dan sebaliknya B terpengaruh
oleh A kemudian bergabung menjadi satu nonhuman baru yaitu AB, maka AB
memiliki hukum dan karekteristiknya sendiri yang berbeda dengan A maupun
B.2AB bukanlah A atau B, akan tetapi having an dari keduanya Dengan kata lain,
A memiliki takdirnya sendiri, B memiliki takdirnya sendiri, dan AB memiliki
takdir yang berbeda dengan A maupun B.
Karena tidak ada unsur di alam semesta ini yang berdiri sendiri-sendiri dan
tidak ada pula yang tetap, akan tetapi selalu berubah karena adanya saling
pengaruh antara unsur, maka setiap perubahan itu akan membentuk hukum atau
takdir yang lain. Dengan demikian, takdir ibarat bangunan yang dibangun oleh
1Pokja Akademik, Tauhid,(Yogyakarta: PokjaAkademik, 2005),hlm. 47
2Ibid hlm 48

7

unsur-unsur yang saling berelasi membentuk takdir. Takdir akan selalu berubah

selama setiap unsur terus saling berpengaruh. Ini berarti bahwa didalam takdir ada
causalitas dan proses, dan bahkan setiap proses itu sediri adalah hukum atau
takdir. Hukum atau takdir Allah begitu banyak sebanyak unsur yang diciptakan
oleh Allah di alam semesta ini, dan bahkan sebanyak kelipatannya unsur-unsur
yang diciptakan oleh Allah. Karena begitu banyaknya hukum atau takdir Allah,
maka takdir dianggap sebagai rahasia Allah yang tidak bisa diketahui oleh
manusia dan bahkan takdir Allah itu hanya bisa diketahui oleh manusia setelah
mereka masuk surga.3
Tidak semua takdir atau hakum Allah tidak bisa diketahui oleh manusia. Akan
tetapi banyak takdir Allah yang bisa diketahui oleh manusia melalui berbagai
penelitian dan penemuan-penemuan ilmiahnya tentang alam semesta, baik dalam
bidang fisika, kimia, biologi, astronomi, dan lainnya, yang ternyata setiap unsur di
alam semesta ini memiliki hukumnya masing-masing, dan kesemuanya berjalan
sesuai dengan hukum atau takdir Allah.
Takdir Allah, menurut pendapat sebagian ulama, telah ditetapkan sejak zaman
azali, dalam arti “qadim” (dahulu) dan “tidak memiliki permulaan” sebagaimana
qadim dan tidak bermulanya Allah. Inilah yang dipahami oleh sebagai besar
ulama salaf dan Ahlu Sunnah wal Jama'ah. Di dalam hadits disebutkan bahwa
takdir Allah ditetapkan pada saat Allah menciptakan qalam (Pena), baru kemudian
menciptakan langit dan bumi4. Dalam konteks ini, azali bearti “memiliki

permulaan” yaitu pada saat Allah menciptakan qalam, dan bearti “terus berlanjut
atau istimrar” yaitu pada saat Allah menciptakan bumi dan langit atau alam
semesta. Segala sesuatu di alam semesta ini memiliki takdir atau hukumnya
sendiri-sendiri dan saling berpengaruh membentuk hukum atau takdir yang baru.
Qalam konteks ini, azali berarti “selalu berlanjutnya wujud” pada setiap saat dan
tempat. Dengan demikian, maka takdir Allah terus berlanjut dan selalu ada pada
setiap saat dan tempat, sejak mula pertama kali Allah menciptakan hingga hari
kiamat, yang dalam bahasa juga disebut “azali”. Jika demikian, maka tidak ada

3Ibid hlm 49
4Ibid him 50

8

kontradiksi antara takdir yang azali dengan takdir Allah pada saat menciptakan
manusia di dalan kandungan, katana keduanya merupakan keberlanjutan wujud
takdir.
Takdir Allah (pada saat Allah menciptakan qalam atau pena), oleh sebagian
besar ulama, dipahami sebagai qadla dan bersifat global (ijmaly) karena belum
terealisasi dan belum memiliki pijakannya yaitu alam semesta. Qadla baru

direalisasikan secara rinci (tafsyiliy) ketika Allah menciptakan langit dan bumi,
dan disebut “takdir”, namun secara jelas yang dikehendaki Allah, di dalam hadits
yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, adalah takdir dan bukan qadla, yaitu
dengan kata “‫”تبمقاديركلشيء‬. Dalam konteks ini takdir Allah bisa dikatakan dan
dipahami sebagai “program besar Allah” yang begitu rinci dan detail yang berupa
hukum-hukum bagi setiap unsur5. Dengan demikian, setiap unsur terkecil di dalam
semesta ini memiliki hukum atau takdirnya.
Jika demikian, takdir Allah mengenai umur manusia, rizki, mati, bahagia dan
susahnya yang sudah ditetapkan atau ditakdirkan oleh Allah, mestinya tidak
dipahami sebagai sesuatu yang sudah pasti dan ada begitu saja, akan tetapi harus
dipahami sebagai “sesuatu yang adanya dibangun oleh berbagai macam takdir
yang saling berelasi dan mepengaruhi manusia”6, membentuk umur manusia,
rizki, mati, bahagia dan susahnya. Takdir Allah tentang umur dan mati misalnya,
tidak berarti bahwa setiap manusia telah ditetapkan umurnya sehingga pada saat
manusia sampai pada umur yang ditetapkan maka manusia harus mati. Akan tetapi
manusia berada dalam ruang dan waktu, dan berjalan sesuai hukum dan takdir
Allah di manusia. Manusia memang tidak mengetahui berapa umurnya dan kapan
akan mati, tetapi manusia bisa mengusahakan agar umurnya menjadi panjang dan
tidak cepat mati dengan cara mengikuti, mengesuaikan, dan mengikapi berbagai
hukum atau takdir Allah yang ada di alam semesta. Makanan yang sehat dan
bergizi akan mempengaruhi kesehatan manusia, dan selanjutnya kesehatan
mempengaruhi umur manusia. Manusia yang sehat jasmani dan rohani akan

5Ibid hlm 51
6Ibid hlm 52

9

cenderung panjang umur dan tidak cepat mati, ini adalah hukum atau takdir
Allah7.
Do'a, silatulrahim, sodaqoh, dan berbuat baik juga merupakan bagian dari
sekian banyak unsur yang membangun takdir tetang umur, mati, rizki, bahagia dan
susah manusia. Oleh karenanya, do'a, silaturahim, shadakah, dan perbuatan baik
dikatakan sebagai hal-hal yang bisa mengubah takdir. Setiap perbuatan baik, akan
berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Do'a adalah bagian dzikir, dan dzikir
menjadikan hati manusia tenang jika hati tenang, sejara psikis dia juga sehat.
Dengan silaturahim manusia bisa memecahkan berbagai persoalan hingga banyak
pikiran atau stres, ia tidak akan mudah sakit. Di samping itu, dengan siraturahim
bisa terjalin relasi-relasi, yang dalam kontaks bisnis, akan banyak mendatangkan
rizki. Sodaqoh menjadikan manusia tidak mudah khawatir, tidak mudah susah,
dan akan cenderung merasa aman dari lingkungannya. Semua hal ini merupakan
hukum-hukum yang bisa mempengaruhi dan mengubah takdir manusia tentang
mati, umur, rizki, bahagia, dan susahnya8.
B. KONSEP TAKDIR
Islam mengenal takdir dengan sebutan qadha dan qadar. Sebagian ulama
menafsirkan qadha sebagai hubungan sebab akibat dan qadar sebagai ketentuan
Allah sejak zaman ajali. Jadi secara singkat qadha adalah pelaksanaan dalam
tataran operasional yang dipilih oleh manusia untuk selanjutnya menemui
qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal perbuatannya.
Percaya atau iman terhadap takdir Tuhan merupakan salah satu rukun iman
yang harus dipercayai oleh setiap orang yang mengaku dirinya Islam. Namun
mempercayai takdir Tuhan masih menyisakan berbagai persoalan pemahaman
yang rumit, karena keberadaannya yang bersifat ghoib, abstrak, dan tidak mudah
dipahami nalar manusia, sebagai rukun-rukun iman yang lain9.

7Ibid hlm 53
8Ibid hlm 54
9Ibid hlm 39

10

Takdir memiliki empat tingkatan yang mana keempat tingkatan tersebut wajib
kita imani, antara lain:
1.

Al-Ilmu
Bahwa seseorang harus meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu

baik secara global maupun terperinci. Dia mengetahui apa yang telah terjadi
dan apa yang akan terjadi. Karena segala sesuatu diketahui oleh Allah, baik
yang detail maupun jelas atas setiap gerak-gerik makhluknya. Sebagaimana
firman Allah:

ِ‫مففاَ ففففي‬
‫م م‬
‫وم ف‬
‫فاَت ف م‬
‫م م‬
‫مهمففاَ إ فل ل همففوم ومي مععل مفف م‬
‫ب ل م ي مععل م م‬
‫عنِد مه م م‬
‫ح ال عغمي ع ف‬
‫ق م‬
‫س م‬
‫حب لةة‬
‫ط ف‬
‫ممهاَ ومل م م‬
‫ال عب مرر موال عب م ع‬
‫ماَ ت م ع‬
‫منِ وممرقمةة إ فل ل ي مععل م م‬
‫حر ف و م م‬
‫ت ال معرض ومل م مر ع‬
ِ‫س إ فل ل ففففي‬
‫مففاَ ف‬
‫ففففيِ ظ مل م م‬
‫طفف ة‬
‫ب ومل م ميففاَب ف ة‬
‫ف‬
ِ‫ن‬
‫ب م‬
‫ك فمتاَ ة‬
‫مفبي ة‬
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan
Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan
bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis
dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-an`am 59)

2.

Al-Kitabah
Bahwa Allah mencatat semua itu dalam lauhil mahfuz, sebagaimana
firman-Nya:

‫أ مل مم تعل م م‬
‫عم‬
‫ن‬
‫ض إف ل‬
‫مأ ل‬
‫مففاَ ففففيِ ال ل‬
‫سفف م‬
‫م م‬
‫ه ي مععل م م‬
‫ن الل ل م‬
‫ع مع ع‬
‫ماَء موالعر ف‬
‫ن ذ مل ف م‬
‫ذ مل ف م‬
‫سيرر‬
‫ك ع مملىَ الل لهف ي م ف‬
‫ب إف ل‬
‫ك ففيِ ك فمتاَ ة‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya
yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya yang
demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj : 70)

3.

Al-Masyiyah

11

Kehendak Allah ini bersifat umum. Bahwa tidak ada sesuatu pun di
langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan iradat/masyiah (kehendak
/keinginan) Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak
diinginkannya selamanya. Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan
oleh Dzat Allah atau yang dilakukan oleh makhluk-Nya. Sebagaimana
dalam firman-Nya:

‫نِ فمي م م‬
‫ن‬
‫كو م‬
‫كم ع‬

‫م‬
‫م‬
‫قو م‬
‫ممره م إ فمذا أ ممراد م م‬
‫ه‬
‫ن يم م‬
‫شعيئْاَ ا أ ع‬
‫ل لم م‬
‫ماَ أ ع‬
‫إ فن ل م‬

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.” (QS.
Yasin: 82)

4.

Al-Khalqu
Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan di bumi melainkan Allah sebagai
penciptanya, pemiliknya, pengaturnya, dan menguasainya, dalam firmanNya dijelaskan:

‫إ فلناَ مأنمزل عمنِاَ إ فل مي عفف م‬
‫ه‬
‫ب ب فففاَل ع م‬
‫ك ال عك فت مففاَ م‬
‫حقر مفاَع عب مففد ف الل لفف م‬
ِ‫ن‬
‫م ع‬
‫ه ال ر‬
‫خفلصِاَ ا ل ل م‬
‫م‬
‫دي م‬
“Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta'atan
kepada-Nya”. (QS. Az-Zumar : 2)

Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu
mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha,
dan berusahapun telah Allah dijadikan sebagai kewajiban. “Tugas kita
hanyalah senantiasa berusaha, biar hasil Allah yang menentukan”, itulah
kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang
menegaskan pentingnya mengusahakan qadha untuk selanjutnya menemui
qadarnya. Dan ada 3 hal yang sering disebut sebagai takdir, yaitu jodoh, rizki,
dan kematian.
Macam-macam takdir ada dua, yakni:
1.

Takdir mubram, yaitu ketentuan atau hukum (qadha dan qadar) yang
pasti akan terjadi kepada siapa pun, ia merupakan sebuah hukuman yang
12

pasti dan tidak bias dihindari. Misalnya ketentuan tentang kapan kita
dilahirkan, di mana kita akan meninggal, terjadinya hari kiamat.
2.

Takdir Muallaq, yaitu takdir yang tergantung kepada usaha (ikhtiar)
manusia. Misalnya jika seseorang mau bekerja keras, maka ia dapat
merubah keadaan hidupnya menjadi lebih layak10.

C. HUBUNGAN

TAKDIR

DENGAN

PENINGKATAN

KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA
Hakikat manusia hidup di bumi selain untuk beribadah kepada Allah
SWT juga untuk mempercayai adanya takdir beserta rukun-rukun iman yang
lainnya. Dimana takdir tersebut tidak bisa dibantah oleh siapapun termasuk
orang yang paling berkuasa di dunia ini dan juga manusia tersebut tidak bisa
lari dari yang namanya takdir Tuhan walaupun sejauh mungkin dia berlari. Di
samping itu, manusia juga makhluk yang musayyar, yaitu sama seperti benda,
tanam-tanaman, dan hewan yang berarti tidak mempunyai kebebasan untuk
menerima atau menolak apa yang ditakdirkan untuknya, karena semuanya
telah di bentuk dan ditentukan, misalnya tentang kelahirannya di dunia,
gerak-gerik refleks organ tubuhnya, warna kulitnya, ukuran tubuhnya,
kematiannya dan lain-lain sebagainya, akan tetapi manusia itu berbeda
dengan makhluk-makhluk lainnya karena diberi akal. Sedangkan manusia
juga makhluk yang mukhayyar artinya memiliki kebebasan untuk menerima
atau menolak, misalnya tehadap segala sesuatu yang dia inginkan untuk
mengikuti di dalam perbuatan yang baik atau pun buruk dan melakukan
sesuatu berdasarkan kemauannya sendiri dalam kehidupannya itu. Semuanya
memang tergantung kepada Allah SWT akan tetapi manusia mempunyai
pilihan dalam hidupnya karena Allah telah memberikan sikap Qadariyah,
yaitu hanya manusialah sepenuhnya yang menentukan perbuatannya sendiri
tanpa ada campur tangan dari Allah SWT tersebut tetapi Allah SWT telah
menyuruh manusia untuk berbuat kebaikan bukan berbuat kejahatan. 11

10Wiji Hidayati, IlmuKalam, (Yogyakarta: Ombak, 2013), hlm. 115-116

13

Takdir adalah suatu ketetapan akan garis kehidupan seseorang. Setiap
orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupannya ketika dia lahir
hingga kematian menjemputnya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan
dalam al-qur’an bahwa segala sesuatu terhadap diri seseorang itu sudah
tertulis dalam induk kitab yaitu al-qur’an. Namun pemahaman seperti ini
tidak bisa berdiri sendiri atau dikatakan belumlah lengkap, karena dengan
hanya memahami seperti di atas dapat menyebabkan seseorang bingung
dalam menjalani kehidupannya dan mensikapinya dan mempercayai takdir
Tuhan masih menyisakan berbagai persoalan yang rumit.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan suatu kesadaran akan
kelemahan terhadap dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud
kelemahan manusia itu ialah ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak
akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan kemampuan berfikirnya memang
dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi, dan perencanaan yang
canggih. Akan tetapi segala semua yang telah diusahakan realisasinya tidak
selalu sesuai dengan keinginannya karena sesungguhnya manusia itu hanya
akan tahu takdirnya setelah terjadi.
Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi
dalam menjalani hidupnya di dunia ini dan telah diperintahkan oleh Allah
SWT untuk berusaha dan berdoa untuk mengubahnya. Usaha yang dilakukan
oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah SWT
melarangnya untuk menepuk dada atau berbangga kalau itu adalah hasil
karyanya sendiri. Bahkan apabila usaha itu gagal dan manusia tersebut
bersedih hati serta bermuram durja dan menganggap dirinya itu adalah
sumber kegagalan, maka Allah juga akan menganggap hal itu adalah suatu
kesombongan yang dilarang juga (Al-Hadid QS. 57: 23)12

11 Batamy Anggae,Hubungan Manusia dengan Takdir.
http://Anggaebatamy.blogspot.co.id/2015/04/hubunganmanusia -dengantakdir-a.html. (diakses 30 November 2016, 10:43)
12 Ibid.,

14

Takdir sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup
manusia, dengan adanya takdir membuat seorang individu untuk lebih
bersemangat dalam beramal ibadah, bersemangat dalam menjalani hidup
diiringi dengan tercapainya keridhaan Allah SWT. Selain itu manusia di dunia
ini akan mengetahui betapa rendahnya kemampuan diri sehingga ia tidak
merasa sombong dan yang paling bisa segala-galanya serta menumbuhkan
jiwa keberanian hati untuk menghadapi berbagai tantangan serta menguatkan
keinginan di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai orang muslim dan umat
Nabi Muhammad SAW yang telah diberi nikmat anugrah yang luar biasa
yakni Agama Islam, agama penyempurna semua diantara banyak hal dengan
pedoman Al-Qur’an dan Hadist . Tentunya dengan nikmat yang luar biasa
tersebut, kita juga dianugrahi akal fikiran untuk menyerap hal-hal yang baik
dan meninggalkan hal-hal yang buruk. Sebagai manusia yang berintelektual,
kita tidak boleh berpasrah kepada takdir, menunggu dan menunggu hingga
semua diserahkan seakan-akan sudah mengetahui takdir. Namun, yang
diharapkan ialah agar kita berjuang untuk takdir, berjuang dengan baik.
Karena takdir pada dasar yang sebenarnya ialah berfungsi untuk menyadarkan
potensi manusia, agar mereka bisa menggali segala potensi untuk perjuangan
kehidupannya di dunia dan di akhirat, begitulah hubungan takdir dengan
sumber daya manusia yakni takdir bukan di tunggu, namun di gali dan
diperjuangkan. Karena takdir juga harus disertai dengan potensi demi
tercapainya harapan yang diinginkan. Berjuanglah untuk takdir ,kemudian
apabila semua usaha yang baik telah diwujudkan barulah berpasrah.
Sesungguhnya Alloh sebaik-baiknya pemberi dan maha penyayang hambanya
yang mau berusaha.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
“Takdir” adalah “hukum Allah”. Hukum yang ditetapkan berdasarkan
pada kekuatan, daya, ukuran, dan batasan yang ada pada sesuatu yang
ditetapkan hukumnya.
Takdir memiliki empat tingkatan yang mana keempat tingkatan
tersebut wajib kita imani, antara lain : Al-Ilmu, Al- Kitabah, Al-Masyiyah, AlKhalqu. Macam-macam takdir ada dua yakni takdir mubram dan takdir
mu’allaq.
Takdir sebagai pembangkit potensi sumber daya manusia. Takdir
sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, dengan
adanya takdir membuat seorang individu untuk lebih bersemangat dalam
beramal ibadah, bersemangat dalam menjalani hidup diiringi dengan
tercapainya keridhaan Allah SWT. Selain itu manusia di dunia ini akan
mengetahui betapa rendahnya kemampuan diri sehingga ia tidak merasa
sombong dan yang paling bisa segala-galanya serta menumbuhkan jiwa
keberanian hati untuk menghadapi berbagai tantangan serta menguatkan
keinginan di dalamnya.
B. SARAN
Dibalik pembuatan makalah tentang takdir dan potensi ini tentunya
masih banyak kekurangan atau kesalahan baik dalam proses pembuatan,
penulisan, dsb. Namun demi kemaslahatan agar kedepannya lebih baik lagi,
tentu saran yang bersifat membangun akan sangat bermanfaat bagi kami demi
lebih menyempurnakan makalah ini lebih baik dari sebelumnya kembali.
Mohon maaf dengan kesalahan dan kekhilafan penyusun. Kesempurnaan
hanya milik Allah SWT dan penyusun hanya bersifat menyampaikan. Karena

16

sebaik-baik manusia ialah yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima Kasih.

17

DAFTAR ISI
1. Akademik, Pokja, Tauhid, (Yogyakarta: Pokja Akademik, 2005).
2. Hidayati, Wiji, Ilmu Kalam, (Yogyakarta: Ombak, 2013).
3.

Batamy Anggae,Hubungan Manusia dengan Takdir.
http://Anggaebatamy.blogspot.co.id/2015/04/hubunganmanusia -dengantakdir-a.html. (diakses 30 November 2016, 10:43)

18