HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERI

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU
PERSONAL HIGIENE ANAK JALANAN
BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YMS BANDUNG

Oleh
Sheizi Prista Sari S.Kep., Ners

Mengetahui,
Kepala Bagian Keperawatan Komunitas
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran

Mamat Lukman, SKM, S.KP., M.Si.
NIP. 140 176 719

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2007

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN PERILAKU PERSONAL
HIGIENE ANAK JALANAN BIMBINGAN RUMAH SINGGAH YAYASAN

MASYARAKAT SEHAT BANDUNG
Sheizi Prista Sari

ABSTRAK
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 membuat semakin
banyak keluarga miskin yang terpinggirkan. Konsekuensi logis dari fenomena tersebut
adalah meningkatnya jumlah anak usia sekolah bahkan prasekolah yang “dipekerjakan”
oleh orang tua untuk menopang kehidupan keluarga, atau merupakan kompensasi
terputusnya kegiatan belajar/ sekolah. Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar
kemungkinan bagi anak untuk terjerumus kejalanan. Anak jalanan sering diidentikan
sebagai komunitas yang kurang memperhatikan perilaku hidup sehat, termasuk yang
berhubungan dengan personal higiene. Menurut L. Green perilaku seseorang yang
berhubungan dengan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi,
faktor pendukung, dan faktor pendorong. Untuk Upaya intervensi, perlu dilakukan
terlebih dahulu analisa terhadap faktor-faktor tersebut.
Penelitian yang berjudul “Hubungan faktor Predisposisi dengan Perilaku
Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah Yayasan Masyarakat Sehat
(YMS) Bandung” ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan faktor predisposisi
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, usia, kepercayaan, serta nilai dan tradisi
dengan perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan rumah singgah YMS

Bandung. Subjek penelitian diperoleh secara total sampel dengan jumlah 62 orang
responden. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan
analisa data statistik uji chi kuadrat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi dan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
faktor pengetahuan, faktor sikap, faktor usia, serta faktor nilai dan tradisi dengan
perilaku personal higiene responden dengan tingkat kebermaknaan hubungan semua
faktor tersebut adalah sedang. Oleh sebab itu, intervensi perilaku dengan meningkatkan
faktor-faktor tersebut akan memberi perubahan yang cukup berarti terhadap perubahan

1

2
perilaku. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kepercayaan dengan
perilaku personal higiene responden. Dari penelitian juga diketahui bahwa masih
banyak responden yang memiliki perilaku personal higiene yang tidak baik, sehingga
dengan memperhatikan keterkaitan faktor predisposisi diatas, upaya perbaikan perilaku
perlu dilaksanakan.

PENDAHULUAN

Perilaku anak termasuk dalam hal kesehatan, sangat dipengaruhi oleh
lingkungan fisik dan sosial serta nilai-nilai yang ada pada lingkungan mereka. Apabila
anak berada pada lingkungan yang positif, maka perilaku yang terbentuk adalah
perilaku yang positif pula, begitu pun sebaliknya (Whaley dan Wongs, 1995: 13).
Anak jalanan adalah anak yang berusia 6-18 tahun yang menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk bekerja dan menggantungkan hidup dijalanan. Jumlah anak
jalanan terus bertambah, sampai tahun 2003 saja terdapat sekitar 20.665 orang anak
jalanan di Jawa Barat, dan 4.626 diantaranya berada di Kotamadya Bandung (Lembaga
Perlindungan Anak, 2003). Kontak sosial anak jalanan cenderung terbatas pada
lingkungan jalanan dan memiliki sedikit sekali waktu untuk kontak dengan lingkungan
keluarga dan sekolah. Hal ini tentunya berdampak negatif bagi mereka, tidak terkecuali
dalam hal kesehatan (WHO, 2003). Pada tahun 2003, dilaporkan penyakit anak jalanan
rumah singgah Yayasan Masyarakat Sehat (YMS) Bandung sebagai berikut :
Tabel 1.1 Data Kesehatan Anak Jalanan YMS tahun 2003
No
1
2
3
4
5

6
7
8
9
9

Jenis Penyakit
Diare
Gatal-gatal dan infeksi kulit
Sakit gigi
Flu, pilek, demam
Anemia
Cacingan
Demam Berdarah
TBC
Kecelakaan
Typhoid
Total

Jumlah

25 orang
19 orang
11 orang
8 orang
3 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
72 orang

Persentase
34,72%
26,39%
15,28%
11,11%
4,17%
2,78%
1,39%

1,39%
1,39%
1,39%
100%

Sumber : Lembaga Perlindungan Anak Jabar, 2004

Tabel 1 diatas memperlihatkan tiga penyakit dengan angka tertinggi, yaitu diare,
gatal-gatal dan infeksi kulit, serta penyakit gigi. Menurut Depkes RI (2000) kejadian

3
diare erat kaitannya dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti pemeliharaan
personal higiene. Begitu juga halnya dengan penyakit kulit dan gigi.
Personal higiene adalah perawatan diri dimana individu mempertahankan
kesehatannya, dan dipengaruhi oleh nilai serta keterampilan (Mosby, 1994). Di dalam
dunia keperawatan, personal higiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
senantiasa terpenuhi. Personal higiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer
yang spesifik. Personal higiene menjadi penting karena personal higiene yang baik akan
meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana
dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit. Personal higiene yang tidak

baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit , seperti penyakit kulit,
penyakit infeksi, penyakit mulut, dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat
menghilangkan fungsi

bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit (Sudarto, 1996).

Apalagi bagi anak jalanan yang memiliki akses terbatas kepelayanan kesehatan,
tentunya tindakan pencegahan perlu dikedepankan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melyana pada tahun 2003 tentang perilaku
higiene perorangan di kalangan anak jalanan didapatkan hasil bahwa 47% dari mereka
memiliki perilaku yang tidak baik, 43% memiliki perilaku yang cukup baik, dan hanya
10% saja yang memiliki perilaku higiene yang baik. Lewrence Green dalam
Notoatmodjo (1997) menyatakan bahwa konsep dan perilaku seseorang yang berkaitan
dengan kesehatan pada dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor. Ketiga faktor itu adalah
faktor predisposisi (Predisposing Factors), faktor-faktor yang mendukung (Enabling
Factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (Reinforcing Factors).
Oleh sebab itu, sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga
faktor pokok tersebut. Sementara faktor predisposisi merupakan faktor internal individu
yang sangat berpengaruh terhadap perilaku.
Atas dasar pertimbangan inilah peneliti tertarik melakukan penlitian untuk

melihat bagaimana hubungan antara faktor predisposisi dengan perilaku personal
higiene anak jalanan. Diharapkan dengan penelitian ini nantinya didapatkan informasi
akurat dan selanjutnya dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang terkait dan
masyarakat pada umumnya untuk berperan serta mengatasi permasalahan anak jalanan.

4
BAHAN DAN CARA
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, yaitu jenis penelitian
yang dilakukan terhadap variabel yang diteliti dan mencari hubungan diantara variabelvariabel tersebut. Hipotesa penelitian dirancang berdasarkan tujuan yang akan dicapai
dimana H 0 = Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan
variabel dependen, dan H1 = jika ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
Variabel
Variabel Independen pada penelitian ini adalah faktor predisposisi personal higiene
anak jalanan dengan sub variabel pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai dan tradisi,
serta usia. Sementara variabel dependennya adalah perilaku pesonal higiene
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah anak jalanan dibawah bimbingan Rumah Singgah
YMS di Bandung. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara total sampel, yaitu

seluruh anak jalanan bimbingan Rumah singgah YMS Cicadas Bandung yang berusia 618 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dengan cara Observasi dan wawancara menggunakan
kuesioner. Kuesioner disusun untuk mendapatkan data tentang karakteristik responden
dan mengidentifikasi faktor-faktor predisposisi sebagai variabel independen melalui
pertanyaan tertutup (closed ended item). Observasi dilakukan untuk mendapatkan data
tentang status personal higiene responden dengan menggunakan format cecklist
observasi. Untuk perilaku mandi, keramas, dan menyikat gigi observasi dilakukan
dengan melihat tanda-tanda bahwa perilaku tersebut sudah dilakukan. Hal ini atas
pertimbangan bahwa tidak memungkinkan perilaku tersebut diobservasi secara
langsung. Sementara untuk perilaku yang lain dilakukan observasi langsung.
Analisa Data
Analisa univariat diukur dengan melihat distribusi frekuensi. Analisa bivariat dilakukan
untuk mengetahui adanya hubungan antara subvariabel faktor predisposisi dengan
perilaku personal higiene. Analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesa ini
adalah analisa koefisien kontingensi dari Chi Square ( X 2 ). Uji hipotesis dilakukan

5
dengan membandingkan X 2 hitung dengan X 2 tabel pada taraf signifikasi 5% dan
derajat kebebasan bervariasi untuk setiap subvariabel. Bila hasil X 2 hitung lebih besar

dari X 2 tabel, berarti dapat disimpulkan Ho ditolak dan H1 diterima. Lalu kekuatan
hubungan dilihat berdasarkan besarnya nilai C.
HASIL PENELITIAN
Faktor – Faktor Predisposisi Yang Mempengaruhi Perilaku Personal Higiene
Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku personal higiene yang
meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tingkat perkembangan, nilai dan tradisi,
dijelaskan sebagai berikut:
Diagram 1. Pengetahuan Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene
50,00%

25,81%

29,03%

29,03%
16,13%

0,00%
tidak
baik


kurang cukup

baik

pengetahuan

Diagram 2. Sikap Anak Jalanan Tentang Pelaksanaan Personal Higiene
100,00%
58,06%
41,94%

0,00%
favorable

unfavorable
sikap

Diagram 3. Usia Anak Jalanan

6

100.00%
presentase

61.29%
38.71%

0.00%
usia sekolah

usia remaja

tingkat perkembangan

Diagram 4. Kepercayaan Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal Higiene
100.00%
64.52%
35.48%

0.00%
favorable

unfavorable

kepercayaan

Diagram 5. Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Terhadap Pelaksanaan Personal
Higiene
100.00%
45.16%

54.84%

0.00%
favorable

unfavorable

nilai dan tradisi

Perilaku Personal Higiene
Diagram 6. Perilaku Personal Higiene
60.00%

51.61%
30.65%

8.06%

9.68%

0.00%
tidak baik kurang

cukup

perilaku

baik

7
Hubungan Antara Faktor Predisposisi dengan Perilaku Personal Higiene
Tabel 1. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Perilaku Personal Higiene
Perilaku
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Tidak Baik
Total
Persentase
Analisa
Korelasi

Baik
6
0
0
0
6
9,68%

Cukup Kurang
3
2
0
0
5
8,06%

P value = 31,692

4
4
9
2
19
30,64%

Tidak
Baik
5
4
9
14
32
51,62%

Total

Persentase

18
10
18
16
62

29,03%
16,13%
29,03%
25,81%

X 2 tabel = 16,919

100%
C = 0,672

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah
variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer
(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 31,692 > chi kuadrat tabel = 16,919
maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku personal higiene (hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal
higiene berarti). Besar hubungan antara pengetahuan dengan perilaku personal higiene
yaitu sebesar 0,672 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.
Tabel 2. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku Personal Higiene

Perilaku
Sikap
Favorable
Unfavorable
Total
Persentase
Analisa
Korelasi

Baik
6
0
6
9,68%

Cukup Kurang
5
0
5
8,06%

P value = 17,223

14
5
19
30,64%

Tidak
Baik
11
21
32
51,62%

X 2 tabel = 7,815

Total

Persentase

36
26
62

58,06%
41,94%
100%
C = 0,538

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah
variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer
(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan

8
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 17,223 > chi kuadrat tabel = 7,815
maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku
personal higiene (hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene berarti).
Besar hubungan antara sikap dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar 0,538
nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.
Tabel 3. Hubungan Antara Usia dengan Perilaku Personal Higiene
Perilaku
Usia

Baik

Cukup Kurang

Tidak
Baik
18
14
32
51,62%

Total

Usia Sekolah
1
2
3
24
Usia Remaja
5
3
16
38
Total
6
5
19
62
Persentase 9,68% 8,06% 30,64%
Analisa
P value = 9,589
X 2 tabel = 7,815
Korelasi

Persentase
38,71%
61,29%
100%
C = 0,423

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah
variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer
(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas dengan
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 9,589 > chi kuadrat tabel = 7,815
maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan perilaku
personal higiene (hubungan antara usia dengan perilaku personal higiene berarti). Besar
hubungan antara tingkat perkembangan dengan perilaku personal higiene yaitu sebesar
0,423 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang sedang.
Tabel 4.

Hubungan Antara Kepercayaan dengan Perilaku Personal

Higiene
Perilaku
Kepercayaan
Favorable
Unfavorable
Total
Persentase
Analisa
Korelasi

Baik

Cukup

Kurang

5
1
6
9,68%

2
3
5
8,06%

13
6
19
30,64%

P value = 2,424

Tidak
Baik
20
12
32
51,62%

X 2 tabel = 7,815

Total

Persentase

40
22
62

61,52%
35,48%
100%
C = 0,224

9
Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah
variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer
(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 2,424 < chi kuadrat tabel = 7,815
maka Ho diterima, jadi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan
dengan perilaku personal higiene (hubungan antara kepercayaan dengan perilaku
personal higiene tidak berarti). Besar hubungan antara kepercayaan dengan perilaku
personal higiene

yaitu sebesar

0,224 nilai tersebut menunjukan hubungan yang

rendah tapi pasti.
Tabel 5. Hubungan Antara Nilai dan Tradisi dengan Perilaku Personal
Higiene
Nilai dan
Tradisi
Favorable
Unfavorable
Total
Persentase
Analisa
Korelasi

Perilaku
Baik
5
1
6
9,68%

Cukup Kurang
5
0
5
8,06%

P value = 15,282

10
9
19
30,64%

Tidak
Baik
8
24
32
51,62%

X 2 tabel = 7,815

Total

Persentase

28
34
62

45,16%
54,84%
100%
C = 0,513

Jika diperhatikan tabel di atas, besarnya Korelasi ( hubungan ) antara 2 buah
variabel dan keberartiannya dapat dilihat pada bagian Koefisien kontingensi Cramer
(c), perbandingan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel. Berdasarkan tabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa uji keberartian hubungan antara dua variabel diatas Dengan
taraf kekeliruan sebesar 5 %, chi kuadrat hitung = 15,282 > chi kuadrat tabel = 7,815
maka Ho ditolak, jadi terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dan tradisi dengan
perilaku personal higiene (hubungan antara nilai dan tradisi dengan perilaku personal
higiene berarti). Besar hubungan antara nilai dan tradisi dengan perilaku personal
higiene
sedang.

yaitu sebesar 0,513 nilai tersebut menunjukan keeratan hubungan yang

10
Pembahasan
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan
Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan perilaku personal higiene responden. Tingkatan kebermaknaan
hubungan adalah tingkat sedang dan hubungan bersifat positif. Hal ini berarti bahwa
jika pengetahuan anak jalanan semakin baik, maka perilaku personal higiene mereka
juga akan semakin baik. Hal ini sesuai dengan teori Lewrence Green yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2003).
Tingkat keeratan hubungan antara pengetahuan yang sedang menunjukan bahwa
upaya memperbaiki perilaku dengan meningkatkan pengetahuan perlu dilakukan.
Walaupun hubungan yang terjadi

berada pada tingkat sedang tetapi keberartian

hubungan yang diperoleh menunjukan bahwa perubahan perilaku dengan meningkatkan
pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Rogers (dalam Notoatmodjo, 1993) yang menyatakan bahwa pengetahuan/ kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku., dan perilaku yang
didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan
stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang akan
meningkatkan pengetahuan mereka.
Pembina rumah singgah YMS Bandung menyatakan bahwa pernah dilakukan
penyuluhan kesehatan kepada binaannya. Pernyataan ini dapat didukung dengan hasil
penelitian yang menunjukan bahwa terdapat 45,26% responden yang sudah memiliki

11
pengetahuan baik dan cukup baik. Namun dengan melihat hasil penelitian keseluruhan,
tentunya apa yang sudah dilakukan perlu dievaluasi lagi.
Hubungan Sikap dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan

Bimbingan

Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
sikap dengan perilaku personal higiene responden dengan tingkat keeratan hubungan
sedang. Hal ini menunjukan bahwa sikap positif anak jalanan yang ditunjukan oleh
sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap personal
higiene akan memberi dampak yang positif juga bagi perilaku personal higiene mereka.
Teori L. Green yang menyatakan bahwa sikap adalah salah satu predisposisi untuk
munculnya perilaku dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang akan
dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan
untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen sikap.
Sikap merupakan bentuk dari perilaku seseorang yang masih tertutup dan ini
menggambarkan kesiapan ia untuk melakukan suatu tindakan (Notoatmodjo, 2003).
Perbaikan perilaku anak jalanan dengan memperbaiki sikap mereka akan membawa
hasil yang cukup berarti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 58,06%
responden sudah memiliki sikap yang mendukung terhadap perilaku personal higiene
yang baik, namun masih ada juga 41,94% responden yang masih memiliki sikap yang
tidak mendukung. Jika dilihat hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
masih terdapat hampir setengahnya responden belum siap untuk berperilaku personal
higiene yang baik. Dalam artian bahwa mereka mungkin belum siap untuk bertanggung
jawab terhadap kebersihan diri sendiri, mereka belum siap untuk berdiskusi/memikirkan

12
hal-hal yang menyangkut kebersihan diri, atau bahkan mungkin mereka belum siap
untuk sekedar mendengar dan memperhatikan hal-hal yang menyangkut kebersihan diri.
Pembentukan sikap yang positif tidaklah bisa diwujudkan dalam waktu singkat.
Respon seseorang dimulai dari perhatiannya terhadap suatu stimulus sampai dapat
bertanggung jawab atas dirinya sendiri terhadap stimulus yang diberikan, memerlukan
proses yang bertahap. Pembentukan sikap harus dimulai dari adanya kepercayaan
terhadap pemberi stimulus. Melalui pembinaan, sikap akan lebih dapat terbentuk dari
pada hanya sekedar pengajaran sesaat. Dan ini tentunya juga harus diselaraskan dengan
proses peningkatan pengetahuan.
Hubungan Usia dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan
Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
usia responden dengan perilaku personal higiene mereka dengan tingkat keeratan
hubungan sedang. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan perilaku yang cukup
berarti antara anak jalanan usia sekolah dengan anak jalanan usia remaja. Hal ini sesuai
dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa faktor usia akan mempengaruhi perilaku
seseorang.
Analisa korelasi memang tidak menunjukan kelompok usia mana yang memiliki
perilaku lebih baik. Tapi kalau kita lihat hasil data penelitian, diketahui bahwa anak usia
sekolah sebagian besar berperilaku yang tidak baik walaupun tidak sedikit pula anak
usia remaja yang berperilaku tidak baik.
Biasanya anak usia sekolah memiliki ketergantungan tinggi terhadap
lingkungan. Mereka masih membutuhkan banyak perhatian untuk dapat berbuat sesuai
norma yang ada. Tapi jika kurang terpapar dengan pendidikan, tentunya mereka akan

13
terbawa arus lingkungan, dan berbuat sesuai pengaruh terbesar yang mereka rasakan.
Usia remaja adalah usia pencarian identitas diri. Biasanya diusia ini mereka tidak
mudah untuk diarahkan karena merasa sudah punya prinsip sendiri, padahal dilain sisi
mereka juga tidak mau kehilangan perhatian.
Kedua sasaran yang berbeda karakter dan ciri khas ini tentunya memerlukan
pendekatan yang berbeda pula. Diharapkan melalui hasil penelitian ini dan memahami
psikologi perkembangan usia remaja dan sekolah, penanganan anak jalanan khususnya
yang berkaitan dengan perilaku personal higiene akan lebih dapat berjalan seefisien dan
seefektif mungkin.
Hubungan Kepercayaan dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan
Bimbingan Rumah Singgah YMS Bandung
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kepercayaan dengan perilaku personal higiene responden. Hasil ini bertolak
belakang dengan teori L.Green yang menyatakan bahwa kepercayaan akan
mempengaruhi perilaku. Keadaan ini dapat dimungkinkan oleh berbagai faktor,
misalnya kesalahan dalam instrumen penelitian atau faktor kepercayaan ini memiliki
pengaruh yang sangat kecil sekali tehadap perilaku sehingga dianggap tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan perilaku tersebut.
Hal ini dapat berarti juga bahwa secara langsung kepercayaan tidak memberi
pengaruh terhadap perubahan perilaku pada anak jalanan, dalam artian bahwa terdapat
anak jalanan yang sudah memiliki kepercayaan kesehatan yang bagus tapi itu tidak
mempengaruhi perilaku mereka karena ada faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi
perilaku tersebut. Namun seperti halnya yang disampaikan Notoatmodjo (1993) bahwa
kepercayaan merupakan komponen yang akan membentuk sikap yang utuh. Disinilah

14
peranan kepercayaan diperlukan walaupun hubungan yang terjadi antara kepercayaan
adalah hubungan yang sangat lemah. Semakin baik kepercayaan seseorang maka akan
semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhirnya membuat semakin baik
pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut.
Hubungan Nilai dan Tradisi Anak Jalanan Bimbingan Rumah Singgah YMS
Bandung dengan Perilaku Personal Higiene
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
nilai dan tradisi responden dengan perilaku personal higiene mereka. Sekali lagi teori L.
Green dapat diberlakukan dan terbukti dalam penelitian ini. Tingkat keeretan hubungan
adalah tingkatan sedang yang berarti bahwa perbaikan/ pengembalian nilai dan tradisi
yang menyimpang kenilai dan tradisi seharusnya, akan membawa perubahan cukup
berarti bagi perubahan perilaku personal higiene responden.
Keberadaan anak dijalanan memang membawa banyak dampak, baik fisik
mental, maupun sosial. Lingkungan yang keras membuat mereka hidup dalam aturan
main yang mereka buat sendiri dan tidak mustahil bertentangan dengan nilai dan norma
masyarakat. Terbukti dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa lebih banyak
responden yang memiliki nilai dan tradisi tidak mendukung (54,84%) dari pada yang
memiliki nilai dan tradisi yang mendukung terhadap perilaku personal higiene.
Selanjutnya faktor nilai dan tradisi yang tidak mendukung ini mempengaruhi mereka
untuk berperilaku yang tidak baik pula. Ini menunjukan bahwa masalah kebersihan diri
seolah-olah sudah menyatu dengan anak jalanan. Image dimasyarakat yang sering
mengidentikkan anak jalanan dengan komunitas yang kurang menghargai kebersihan
memang tidak dapat disalahkan. Namun kita juga harus mengakui bahwa banyak juga
diantara mereka yang tetap memiliki nilai dan tradisi yang baik. Dan satu hal lagi, kita

15
juga harus memahami lebih jauh nilai dan tradisi mana sebenarnya dari mereka yang
sudah menyimpang dari semestinya. Apakah benar diantara mereka berlaku nilai dan
tradisi yang mengatakan bahwa mereka berpenampilan kurang bersih sebagai cara untuk
menarik simpati orang, ataukah nilai dan tradisi yang lain?
Dari analisa kuisioner yang diberikan kepada responden didapatkan kesimpulan bahwa
sebagian besar mereka (bahkan hampir 100%) menyatakan tidak setuju kalau jika
mereka bekerja dengan keadaan kotor akan mendapat penghasilan lebih banyak, malah
sebaliknya. Jadi kuranglah tepat kalau kita mengatakan anak-anak jalanan sengaja
berpenampilan kurang bersih untuk menarik perhatian dan belas kasih masyarakat.
Keterangan lain juga menunjukan bahwa tradisi/ kebiasaan mereka yang tidak
mendukung adalah kebiasaan setelah bekerja. Pada umumnya mereka sehabis bekerja
langsung istirahat tanpa mandi dan bebersih dulu, apalagi kalau mereka tidak pulang
kerumah singgah. Sangat tidak mungkin mereka yang tidur di rumah kardus pinggir
jalan akan mengingat harus mandi, sikat gigi, dan ganti pakaian terlebih dahulu. Namun
tentunya masih ada harapan untuk merubah semua ini. Masalah nilai dan tradisi
memang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dukungan dan pengkondisian lingkungan
benar-benar harus diperhatikan.
Solusi yang terbaik adalah dengan mengembalikan anak jalanan kelingkungan
dimana seharusnya mereka berada, yaitu lingkungan keluarga dan sekolah, karena
disinilah keberlangsungan transfer informasi dapat dijamin. Dilingkungan ini juga
pelurusan kembali nilai-nilai dan tradisi yang melenceng dari norma masyarakat dapat
dicapai secara bertahap.

16
Simpulan
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku personal
higiene responden dengan keeratan hubungan pada tingkatan sedang.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku personal higiene
responden dengan tingkatan hubungan berada pada tingkatan sedang.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku personal higiene dengan usia
responden dengan keeratan hubungan sedang.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan responden dengan
perilaku personal higiene mereka.
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara nilai dan tradisi responden dengan
perilaku personal higiene mereka dengan keeratan hubungan sedang.
Saran
Berkaitan dengan masalah perilaku personal higiene anak jalanan bimbingan
rumah singgah YMS Bandung khususnya, dan anak jalanan lain pada umumnya
diperlukan upaya penanganan yang komprehensif. Sehubungan dengan

keterkaitan

faktor predisposisi dengan perilaku mereka maka :
1. Mengupayakan pembinaan dan pendidikan bagi anak jalanan. Ini bertujuan
untuk membangun pengetahuan dan sikap mereka yang baik, serta
mengembalikan kembali nilai-nilai dan tradisi yang kurang sesuai dengan yang
semestinya. Kegiatan insidental berupa kegiatan penyuluhan kesehatan dapat
terus dilakukan asalkan kegiatan ini memiliki tujuan dan sasaran yang jelas.
Tindaklanjut dari program penyuluhan ini juga perlu dipikirkan, seperti
melakukan bimbingan berkelanjutan terhadap apa yang sudah disampaikan,
atau dapat pula dengan tetap menggalang kerja sama dengan pihak yayasan
sehingga tujuan benar-benar dapat tercapai.
2.

Lebih mengoptimalkan lagi fungsi petugas kesehatan, khususnya petugas
yang berhubungan langsung dengan rumah singgah YMS Bandung, dalam
memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan kesehatan.

3. Mengoptimalkan peran program rumah singgah maupun program lainnya
dalam upaya pembinaan anak jalanan. Hendaknya pendampingan anak dijalan
lebih ditingkatkan.

17
4. Pembinaan perilaku anak jalanan sebaiknya dilakukan dengan pendekatan
secara personal. Pembinaan dapat menggunakan metode kakak asuh dengan
memberdayakan sumber daya dari berbagai kalangan seperti pelajar dan
mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Alrasyid, H. 1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung :
Program Pasca Sarjana Unpad

Aden, C. 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya Karies Gigi pada Siswa
Kelas V dan VI SDN Kebonhui di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungsari.
Unpublished Skripsi. Bandung : Program Studi Ilmu Keperawatan Unpad

Clark, M. 1999. Nursing in the Community. USA : Appleton and lange

Depkes RI. 2000. Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia

. 1995. Materi Tentang Kesehatan untuk Guru UKS. Jakarta : Ditjend.
Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga

Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Sosial. 1999. Pedoman Penyelenggaraan Anak
Jalanan mlalui Rumah Singgah. Jakarta : Departemen Sosial

Djuharie, S. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung : Yrama
Widya

Hartono. 2001. Upaya-Upaya Hidup Sehat Sampai Tua. Jakarta : Depot Informasi Obat

18
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kozier, B., Erb., Oliveri. 1991. Fundamental of Nursing : Concepts, Process, adn
Practice Volume I. California : Addison – Weslsy Publishing Company,

Inc.

Kaplan, R. 1992. Psycological Testing Principles, Aplication, and Issue. California :
Cole Publishing Company

Lembaga Perlindungan Anak. 1997. Gerakan Nasional Perlindungan Anak dan Logo
Perlindungan Anak. Bandung : LPA

Melasofia, Esti. Anak Indonesia dan ancaman Kehilangan Generasi. Dalam
http://www.unila.ac.id/index i html tanggal 20 April 2004

Melyana. 2003. Gambaran Perilaku Hygiene Perorangan dan Perilaku Berisiko Di
Kalangan Anak Jalanan Usia Remaja Di Beberapa Persimpangan Jalan Di Kota
Bandung. Unpublished Skripsi. Fakultas Kedokteran Unpad

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta

. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta : Andi Offset

. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rakhmat,J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung : Torsito

19
Siegel, S. 1996. Statistik Non Parametrik untuk Penelitian Sosial. Canada : Jhon Wiley
and Sons

Soedarto. 1996. Penyakit-Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika

Suliha, U. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: EGC

Taylor. 1989. Fundamental of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care.
Philadelphia, New York : Lippincott

Vredenbregt, J. 1991. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia

Whaley dan Wongs. 1995. Children’s Nursing. Barcelona : Mosby

World Health Organization. 2004. Modul 3 Understanding Substance Use Among Street
Children. Dalam http://www.who.int/