Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan perairan
DAMPAK-DAMPAK YANG DITIMBULKAN
DARI PROSES PENAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN
1. Polusi Debu dan Kerusakan Jalan
Proses penambangan memang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan fasilitas-fasilitas umum suatu daerah. Namun, dampak negatif tersebut dapat diminimalisir
dengan melaksanakan dan mengawasi secara ketat proses pencegahan-pencegahan yang telah
direkomendasikan sebelumnya. Salah satu dampak yang ditimbulkan ialah pada proses hauling
(pengangkutan), terutama pada penyaluran bahan olahan menuju konsumen atau menuju kapal
muat (proses shipment). Polusi debu yang ditimbulkan dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Selain itu, polusi debu juga dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan mengurangi jarak
pandang pengendara sehingga dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Jika dump truck yang
digunakan mengangkut bahan galian melebihi kemampuan jalanan dalam menopang, lamakelamaan akan membuat jalan menjadi rusak dan umur jalanan menjadi lebih pendek dari yang
diperkirakan.
Pengawasan yang ketat adalah salah satu solusi terbaik untuk meminimalisir dampak negatif
dari proses penambangan. Polusi debu dapat dikurangi dengan cara menyiram ban truck sebelum
keluar dari wilayah penambangan. Penyiraman jalan secara rutin juga menjadi solusi terbaik dalam
mengurangi polusi jalan. Untuk menjaga agar jalan tidak mengalami kerusakan, maka truck
pengangkut harus menaati ketentuan yang berlaku mengenai berat muatan yang dapat diangkut.
2. Polusi Udara
Udara yang tercemar oleh gas-gas beracun dan gas-gas perusak ozon telah menjadi
permasalahan umum dalam setiap industri dunia. Begitu pula dalam industri pertambangan.
Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan peningkatan Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida
(SO2), Karbon Monoksida (CO), dan lain-lain, kesemuanya ini dapat menyebabkan berbagai masalah
lingkungan. Hujan asam, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan timbulnya penyakitpenyakit gangguan alat pernapasan menjadi dampak negatif dari peningkatan gas-gas berbahaya di
udara. Kerusakan alam yang ditimbulkan akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
Salah satu solusi yang dapat meminimalisir pencemaran udara adalah mewajibkan dan
mengawasi secara ketat untuk dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi
industri atau usaha yang menghasilkan limbah. Gerakan-gerakan penghijauan hutan, memperluas
hutan lindung, dan juga penghijauan perkotaan menjadi solusi alternatif dan efektif serta mudah
dilakukan di lingkungan sekitar kita.
3. Pencemaran Air oleh Mineral Berat.
Proses penambangan sesungguhnya membuat ketidakstabilan komponen-komponen dalam
tanah sehingga perlu dilakukan penanganan-penanganan tertentu untuk menghidari dampak dari
ketidakstabilan ini. Air menjadi momok yang menakutkan dalam pertambangan, kemampuan air
yang memasuki setiap celah tanah dapat membawa zat-zat beracun atau zat-zat berbahaya. Ketika
terkontaminasi dengan mineral berat, air menjadi beracun dan dapat merusak apapun yang
dilaluinya. Tanah, tumbuhan, dan binatang-binatang dapat rusak dan mati. Limbah-limbah buangan
hasil proses pengolahan bahan galian yang dibuang sembarang tanpa melalui proses yang tepat
dapat merusak ekosistem.
Penanganan yang khusus harus diterapkan dalam pembuangan limbah-limbah pengolahan
bahan galian, seperti treatment terhadap air disekitar lokasi tambang dan uji laboratorium terhadap
limbah buangan. Pengawasan yang ketat baik dari pihak pengelolah dan pemerintah. Serta
penanganan terhadap penambang-penambang liar yang tidak bertanggung jawab.
4. Degradasi Lahan
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas
manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak
diinginkan. Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi degradasi lahan, namun
beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan merupakan hasil secara tidak
langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi
lahan memiliki dampak terhadap produktivitas pertanian, kualitas lingkungan, dan memiliki efek
terhadap ketahanan pangan. Diperkirakan hingga 40% lahan pertanian yang ada di dunia saat ini
telah terdegradasi.
Degradasi lahan ini dapat dicegah dengan perencanaan reklamasi yang baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Perubahan kondisi lingkungan pasca penambangan harus
diimbangi dengan kegiatan reklamasi. Reklamasi ini dapat membuat kembali suasana lingkungan
yang kondusif untuk kelangsungan hidup flora dan fauna. Top soil yang mengandung unsur hara dan
telah dikupas pada proses penambangan, dapat digunakan untuk menyuburkan lahan bekas
penambangan sebelum dilaksanakan reklamasi.
5. Polusi Suara
Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan
oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya
menjadi bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau
tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara bersifat
setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air. Suara yang dihasilkan dari Blasting dan suara
dari alat-alat berat yang digunakan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat di sekitar
lingkungan pertambangan.
Polusi suara juga memberi dampak negatif kepada para pekerja,
sehingga menimbulkan gangguan pada indra pendengaran.
Polusi suara hanya dapat dihindari dengan menjauh dari lingkungan sumber bunyi. Para
pekerja tambang dapat menggunakan peredam bunyi pada telinga (penutup telinga) untuk
mengurangi efek dari suara yang ditumbulkan oleh mesin dan bahan peledak.
DARI PROSES PENAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN
1. Polusi Debu dan Kerusakan Jalan
Proses penambangan memang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan fasilitas-fasilitas umum suatu daerah. Namun, dampak negatif tersebut dapat diminimalisir
dengan melaksanakan dan mengawasi secara ketat proses pencegahan-pencegahan yang telah
direkomendasikan sebelumnya. Salah satu dampak yang ditimbulkan ialah pada proses hauling
(pengangkutan), terutama pada penyaluran bahan olahan menuju konsumen atau menuju kapal
muat (proses shipment). Polusi debu yang ditimbulkan dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Selain itu, polusi debu juga dapat mengganggu kenyamanan pengguna jalan dan mengurangi jarak
pandang pengendara sehingga dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Jika dump truck yang
digunakan mengangkut bahan galian melebihi kemampuan jalanan dalam menopang, lamakelamaan akan membuat jalan menjadi rusak dan umur jalanan menjadi lebih pendek dari yang
diperkirakan.
Pengawasan yang ketat adalah salah satu solusi terbaik untuk meminimalisir dampak negatif
dari proses penambangan. Polusi debu dapat dikurangi dengan cara menyiram ban truck sebelum
keluar dari wilayah penambangan. Penyiraman jalan secara rutin juga menjadi solusi terbaik dalam
mengurangi polusi jalan. Untuk menjaga agar jalan tidak mengalami kerusakan, maka truck
pengangkut harus menaati ketentuan yang berlaku mengenai berat muatan yang dapat diangkut.
2. Polusi Udara
Udara yang tercemar oleh gas-gas beracun dan gas-gas perusak ozon telah menjadi
permasalahan umum dalam setiap industri dunia. Begitu pula dalam industri pertambangan.
Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan peningkatan Nitrogen Dioksida (NO2), Sulfur Dioksida
(SO2), Karbon Monoksida (CO), dan lain-lain, kesemuanya ini dapat menyebabkan berbagai masalah
lingkungan. Hujan asam, penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan timbulnya penyakitpenyakit gangguan alat pernapasan menjadi dampak negatif dari peningkatan gas-gas berbahaya di
udara. Kerusakan alam yang ditimbulkan akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung
terhadap seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.
Salah satu solusi yang dapat meminimalisir pencemaran udara adalah mewajibkan dan
mengawasi secara ketat untuk dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) bagi
industri atau usaha yang menghasilkan limbah. Gerakan-gerakan penghijauan hutan, memperluas
hutan lindung, dan juga penghijauan perkotaan menjadi solusi alternatif dan efektif serta mudah
dilakukan di lingkungan sekitar kita.
3. Pencemaran Air oleh Mineral Berat.
Proses penambangan sesungguhnya membuat ketidakstabilan komponen-komponen dalam
tanah sehingga perlu dilakukan penanganan-penanganan tertentu untuk menghidari dampak dari
ketidakstabilan ini. Air menjadi momok yang menakutkan dalam pertambangan, kemampuan air
yang memasuki setiap celah tanah dapat membawa zat-zat beracun atau zat-zat berbahaya. Ketika
terkontaminasi dengan mineral berat, air menjadi beracun dan dapat merusak apapun yang
dilaluinya. Tanah, tumbuhan, dan binatang-binatang dapat rusak dan mati. Limbah-limbah buangan
hasil proses pengolahan bahan galian yang dibuang sembarang tanpa melalui proses yang tepat
dapat merusak ekosistem.
Penanganan yang khusus harus diterapkan dalam pembuangan limbah-limbah pengolahan
bahan galian, seperti treatment terhadap air disekitar lokasi tambang dan uji laboratorium terhadap
limbah buangan. Pengawasan yang ketat baik dari pihak pengelolah dan pemerintah. Serta
penanganan terhadap penambang-penambang liar yang tidak bertanggung jawab.
4. Degradasi Lahan
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat aktivitas
manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak
diinginkan. Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi degradasi lahan, namun
beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan merupakan hasil secara tidak
langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa disebut sebagai degradasi lahan. Degradasi
lahan memiliki dampak terhadap produktivitas pertanian, kualitas lingkungan, dan memiliki efek
terhadap ketahanan pangan. Diperkirakan hingga 40% lahan pertanian yang ada di dunia saat ini
telah terdegradasi.
Degradasi lahan ini dapat dicegah dengan perencanaan reklamasi yang baik dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Perubahan kondisi lingkungan pasca penambangan harus
diimbangi dengan kegiatan reklamasi. Reklamasi ini dapat membuat kembali suasana lingkungan
yang kondusif untuk kelangsungan hidup flora dan fauna. Top soil yang mengandung unsur hara dan
telah dikupas pada proses penambangan, dapat digunakan untuk menyuburkan lahan bekas
penambangan sebelum dilaksanakan reklamasi.
5. Polusi Suara
Polusi suara atau pencemaran suara adalah gangguan pada lingkungan yang diakibatkan
oleh bunyi atau suara yang mengakibatkan ketidaktentraman makhluk hidup di sekitarnya.
Pencemaran suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya
menjadi bising dan tidak menyenangkan. Penilaian terhadap suara yang muncul sebagai polusi atau
tidak merupakan sesuatu yang subjektif. Kerusakan yang diakibatkan pencemaran suara bersifat
setempat, tidak seperti polusi udara maupun polusi air. Suara yang dihasilkan dari Blasting dan suara
dari alat-alat berat yang digunakan dapat mengganggu kenyamanan masyarakat di sekitar
lingkungan pertambangan.
Polusi suara juga memberi dampak negatif kepada para pekerja,
sehingga menimbulkan gangguan pada indra pendengaran.
Polusi suara hanya dapat dihindari dengan menjauh dari lingkungan sumber bunyi. Para
pekerja tambang dapat menggunakan peredam bunyi pada telinga (penutup telinga) untuk
mengurangi efek dari suara yang ditumbulkan oleh mesin dan bahan peledak.