KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI id. doc

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Komunikasi dan Etika Bisnis
Dosen Pengampu : Eka Setia Laksmana S.E.,M.M

Oleh :
Sutiyanah Sofiyani

(31113164)

Safitri Intan Febrianti

(31113158)

Titik Nurhayati

(31113167)

Naila Fadhina

(31113097)


Dina Fadaniyah

(31113082)

Akuntansi A3
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SERANG RAYA
SERANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayat-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Komunikasi Antarpribadi” ini sebagai tugas
dari dosen mata Komunikasi Dan Etika Bisnis pada semester enam untuk syarat
memenuhi ketuntasan belajar.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini tentu masih ada kekurangan. Untuk
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk

kesempurnaan.
Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin,.

Serang, 02 Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Praktis

1.4.2 Manfaat Teoris

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
2.1.2 Pengertian komunikasi AntarPribadi
2.2 Tujuan Komunikasi Antarpribadi
2.3 Sifat Komunikasi Antarpribadi
2.4 Gaya Kepemimpinan
2.4.1 Teori X dan Y dari Dauglas Mxgrager
2.4.2 Empat Gaya Kepemimpinan
2.4.3 Gaya Kepemimpinan situasional

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Mendengarkan Sebagai Keahlian Antarpribadi
3.2 Hambatan-Hambatan Dalam Komunikasi Antarpribadi

3.3 Komunikasi Antarpribadi Secara Efektif

3.4 Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Yang Efektif Terhadap
Kinerja Karyawan
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2

Saran

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan hubungan dengan
sesamanya. Setiap individu dengan individu lainnya akan memberikan informasi

yang bermanfaat dan berguna bagi seluruh orang-orang disekitarnya. Suatu
kewajiban bagi setiap manusia untuk dapat bekerjasama dan mencapai tujuan yang
dikehendakinya. Komunikasi merupakan proses yang dilaksanakan oleh manusia
untuk memberikan informasi yang akurat. Dalam suatu perusahaan, untuk
mempermudah proses komunikasi dibentuklah suatu organisasi. Namun, pada era
globalisasi saat ini masih terdapat kendala dalam menyampaikan informasi yang
efektif. Sumber daya manusia dalam perusahaan merupakan faktor yang penting
untuk setiap kegiatan perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus mampu mengelola
dan mengendalikan sumber daya manusia yang dimilikinya karena adanya sumber
daya manusia yang dikelola dengan baik akan mencapai tujuan perusahaan yang
baik pula.
Sumber daya manusia merupakan asset yang terpenting. Banyaknya
teknologi pada zaman seperti sekarang yang semakin canggih secara keseluruhan
karena adanya kerjasama yang baik dari hasil yang diciptakan oleh manusia.
Namun, karena kurangnya komunikasi antarmanusia dengan yang lainnya
menyebabkan masih terdapat penghambat dalam berinteraksi. Terutama antar
individu dengan yang lainnya. Dalam suatu perusahaan terdapat berbagai
karakteristik individu. Banyak perbedaan dalam pengalaman, pendidikan, status,
pemikiran, tujuan, kebutuhan, harapan dan sebagainya. Kewajiban seorang
pemimpin dalam mengendalikan perbedaan setiap individunya untuk membentuk

suatu kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Maka, komunikasi
merupakan aspek penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Seluruh kegiatan dan aktifitas tidak akan berjalan dengan baik bila tidak
adanya komunikasi yang efektif antar individu yang lainnya. Terciptanya
komunikasi yang efektif akan menimbulkan kenyamanan dan keharmonisan bagi
semua pihak. Para karyawan dapat termotivasi dalam bekerja ketika lingkungan
tempat kerjanya sangat kondusif. Namun, ketika komunikasi berjalan tidak baik,
maka akan menimbulkan ketidaknyamanan antar individu.

Hasil pekerjaan setiap karyawan perusahaan sudah tentu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pekerjaan dan komunikasi yang efektif. Sikap dan perilaku kerja
dengan kreativitas yang tinggi sesuai karakteristik pekerjaan secara positif dan
menjaga komunikasi yang efektif dengan klien dapat menumbuhkan semangat kerja
serta meminimalisir kemangkiran kerja karyawan. Para karyawan akan merasa
aman, nyaman, tenang dan terus berupaya melakukan inovasi.
Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu dalam mencapai
organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu terjadi dalam organisasi
apapun adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi pertukaran informasi,
gagasan dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting dalam menunjang
kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk

mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang begitu dinamik
dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian sebuah
organisasi terutama timbulnya salah paham dan konflik. Komunikasi memelihara
motivasi dengan memberikan penjelasan kepada para pegawai tentang apa yang
harus dilakukan, seberapa baik mereka mengerjakannya dan apa yang dapat
dilakukan

untuk meningkatkan kinerja jika sedang berada dibawah standar.

Aktivitas diperkantoran senantiasa disertai dengan tujuan yang ingin

dicapai

bersama dalam kelompok dan masyarakat. Budaya komunikasi dalam konteks
komunikasi organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah
komunikasi antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu
dengan pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing- masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing- masing.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya

kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi maupun
cita-cita kelompok untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Komunikasi merupakan
sarana untuk mengadakan koordinasi antara berbagai subsistem dalam perkantoran.
Menurut Kohler ada dua model komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja
dan mencapai tujuan perkantoran ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses

komunikasi yang berfungsi untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem)
perkantoran. Kedua, komunikasi interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang
berjalan secara berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai
sebagai dasar penyesuaian di antara sub- sub sistem dalam perkantoran maupun
antara perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intemsitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
Dalam hal komunikasi yang terjadi antar pegawai kompetensi komunikasi
yang baik akan mampu memperoleh dan mengembangkan tugas yang diembannya,
sehingga tingkat kinerja suatu organisai (perkantoran) menjadi semakin baik. Dan
sebaliknya, apabila terjadi komunikasi yang buruk akibat tidak terjalinnya
hubungan yang baik, sikap yang otoriter atau acuh, perbedaan pendapat atau
konflik yang berkepanjangan, dan sebagainya, dapat berdampak pada hasil kerja
yang tidak maksimal.
Peningkatan kinerja pegawai secara perorangan akan mendorong kinerja

sumber daya manusia secara keseluruhan dan memberikan feedback yang tepat
terhadap perubahan perilaku, yang direfleksikan dalam kenaikan produktifitas.
Komunikasi interpersonal akan menjadi baik apabila penggunaannya diwaktu dan
saat yang tepat, apabila tidak maka akan terjadi kesalahpahaman pengertian dalam
berkomunikasi atau yang sering disebut dengan miss communication.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah mendengarkan termasuk keahlian antarpribadi?
2. Apa saja hambatan dalam komunikasi antarpibadi ?
3. Bagaimana agar komunikasi antarpersonal berjalan efektif ?
4.
Apakah Komunikasi yang efktif berpengaruh terhadap kinerja
karyawan?
1.3


Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui dan menganalisis :
1.
2.
3.
4.

Mengetahui mendengarkan termasuk keahlian antarpribadi.
Mengetahui hambatan dalam komunikasi antarpribadi.
Mengetahui Bagaimana agar komunikasi antarpersonal berjalan efektif.
Mengetahui pengaruh Komunikasi yang efktif berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.

1.4

Manfaat Penulisan
Penulisan ini di harapakan dapat memberikan hasil yang berarti dan
bermanfaat sejalan dengan tujuan penulisamn di atas. Hasil dari penulisan ini di
harapakan dapat berguna baik secara teoritis (keilmuan) maupun praktis bagi
siapapun.

1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana cara
Berkomunikasi antarpribadil secara efektif dengan bekal ilmu yang
diperoleh selama kuliah dan diterapkan kedalam aplikasi dilapangan dalam
penelitian ini
1. Bagi Perusahaan
Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan masukan
yang bermanfaat bagi pengembangan perusahaan untuk sekarang dan
dimasa yang akan datang.
1.4.2

Manfaat Teoritis

Penulisan diharapkan menjadi sumber pengetahuan dan bahan
kepustakaan serta sebagai referensi untuk penelitian selanjuntya yang lebih
luas dan mendalam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Komunikasi
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang
diterima oleh komunikan. Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat
pesan yang setara bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut,
pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran

dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan
dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian.
Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat
menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan
makna).
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Dalam sebuah organisasi atau perusahaan, para pelaku yang berada di dalam
perusahaan akan saling berkaitan dan terlibat secara intensif dengan komunikasi.
Semua pihak memerlukan informasi dalam aktivitasnya karena untuk menentukan
kelangsungan hidup perusahaan.
Ketika menyampaikan informasi atau memberikan informasi bukanlah hal
yang mudah. Sebagian besar para karyawan kesulitan untuk menyampaikan
informasi kepada pemimpinnya, ataupun pemimpin dalam menyampaikan dan
memberikan informasi untuk karyawan. Ada beberapa definisi mengenai
komunikasi menurut para ahli, seperti menurut
Menurut Lawrence Kincaid & Wilbur Schramm (1985:6) menyatakan
bahwa, Komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi
secara bersama dan pertalian antara para pelaku komunikasi dalam proses
informasi.
Adapula definisi menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Onong Udjana
Effendy (2005:10) menyatakan bahwa, Komunikasi adalah upaya sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas- asas penyampaian informasi serta pembentukan
pendapatan dan sikap.
Berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh Don Hellriegel & John W.
Slocum yang dikutip oleh Yayat Hayati Djatmiko (2003:56),Komunikasi adalah
kegiatan dimana manajer mencurahkan segala besar dari waktunya.”

Dari uraian definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi sangat
penting dalam organisasi untuk mencapai tujuan perusahaan karena mencakup pada
dua orang atau lebih yang sangat mempengaruhi keefektifan dalam melakukan
tugas dan aktivitasnya.
2.1.2 Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi antarpribadi
sebagai komunikasi antar dua orang yang berlangsung secara tatap muka
(komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah : (a) spontan dan informal, (b)
saling menerima feedback secara maksimal, (c) partisipan berperan fleksibel.
Littlejohn (1999) memberikan definisi komunikasi interpersonal (interpersonal
communication) adalah komunikasi antara individu- individu.
Agus M. Hardjana (2003 : 85) mengatakan, komunikasi antarpribadi adalah
interaksi tatap muka antardua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima pesan
dan menanggapi secara langsung pula. Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy
Mulyana (2008 : 81) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara orang-0orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal maupun nonverbal.
Selanjutnya Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono (2001 : 205)
memaparkan, komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berbentuk tatap
muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal, serta saling
berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antarindividu
didalam kelompok kecil. Dan menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal
adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain
atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik segera. (Onong U. Effendy, 2003 : 30)
Sementara itu dari Situs Wikipedia dapat diunduh definisi yang lebih rinci,
“Interpersonal communications is usually defined by communication scholars in

numerous ways, usually describing participant who are dependent upon one another
and have a shared history. Communication channels, the conceptualization of
medium that

carry messages from sender to receiver, take two distinct forms :

direct and indirect”(http://en.wikipedia.org).

Berdasarkan

kutipan

tersebut,

tampak bahwa komunikasi antarpribadi biasanya didefinisikan oleh para ahli
komunikasi dengan berbagai cara, biasanya menggambarkan peserta yang
tergantung pada satu sama lain dan memiliki kepentingan bersama Saluran
komunikasi atau media yang membawa

pesan dari pengirim kepenerima,

mengambil dua bentuk yang berbeda : langsung dan tidak langsung.
Menurut Djoko Purwanto (2006: 21) Komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi yang dilakukan antara individu yang satu dengan yang lain baik yang
terjadi dalam suatu masyarakat maupun dalam organisasi dengan menggunakan
media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami untuk mencapai
tujuan tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan proses
penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang
terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan
tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan
yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Berdasarkan pengertian
tersebut, paling tidak ada 4 hal tertentu yang perlu diperhatikan dalam mencermati
definisi Komunikasi antarpribadi yakni :
1. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
2. Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap
muka.
3. Bahasa yang digunakan biasanya bersifat informal (tidak baku) , kadang-kadag
menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan atau bahasa campuran.
4. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal atau pribadi bila komunikasi
terjadi dalam suatu masyarakat, dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila
komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.

Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antar pribadi merupakan bentuk
komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk
mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

Pada pemahaman atas prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam
berbagai pengertian tersebut, dapatlah dikemukakanpengertian yang sederhana,
bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
penyampaian dan penerimaan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima
(receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan
terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat
saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi

tidak

langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu. Komunikasi
efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Moss (1974 : 9-13) paling tidak
menimbulkan lima hal, yaitu :
1.

2.

3.

Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang
dimaksud oleh komunikator.
Kesenangan
Tidak semua komunikasi diajukan untuk menyampaikan informasi yang
membentuk pengertian.
Pengaruh pada sikap
Paling sering seseorang melakukan komunikasi untuk memengaruhi orang
lain. Persuasi didefinisikan sebagai “proses memengaruhi pendapat, sikap dan

tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologi sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri” (Kamus Ilmu Komunikasi,
1979)
4.

Hubungan sosial yang baik
Komunikasi yang ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik.
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Manusia ingin
berhubungan dengan orang lain secara positif.

5.

Tindakan
Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar
lagi memengaruhi sikap. Dan jauh lebih sukar lagi mendorong orang bertindak.
Namun efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang
dilakukan komunikator.

2.2

Tujuan Komunikasi Antar Pribadi
Tujuan komunikasi antarpribadi antara lain sebagai berikut :
1. Menyampaikan informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki
berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk
menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat
mengetahui informasi tersebut. Contoh : seorang mahasiwa yang sudah kuliah akan
memberikan informasi perkuliahan dan beasiswa kepada adik kelasnya.
2

Berbagi pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk

berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan. Contoh : ketika si A telah belajar di luar negeri, dia akan
menceritakan dan berbagi pengalaman yang di alaminya selama di luar negeri
3. Menumbuhkan simpati

Misalnya ketika seorang bercerita tentang permasalahan yang sedang
dihadapi kepada sahabatnya, maka akan tumbuh rasa simpati dari sahabatnya
kepadanya sehingga akan timbul rasa ingin membantu untuk menyelesaikan
permasalahannya.
4. Melakukan kerja sama
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan
kerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau
untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Contoh : dalam
tugas mata kuliah biasanya ada tugas kelompok yang terdiri dari dua, tiga orang
atau lebih. Maka dengan komunikasi maka akan timbul kerjasama supaya dapat
menyelesaikan tugas kelompoknya dengan baik.
5. Menceritakan kekecewaan atau kekesalan
Komunikasi

antarpribadi

juga

dapat

digunakan

seseorang

untuk

menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan
rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban pikiran. Kadang disebut
dengan plong ketika telah bercerita apa yang selama ini dipendam. Contoh :
seorang anak akan curhat kepada ibunya tentang apa yang dirasakannya, baik itu
rasa kekecewaan atau kekesalan terhadap temannya di sekolah.
6.

Menumbuhkan motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain

untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuar dari
dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang
cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan cara-cara
seperti pemberian insentif yang bersifat financial maupun non financial,
memberikan pengakuan atas kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada
karyawan yang berprestasi. Contoh : ketika seorang sahabat mendengarkan keluhan
temannya, maka sahabat itu akan terus mensupport dan memberi motivasi kepada
temannya untuk tetap teguh, sabar dan kuat dalam menghadapi permasalahannya.

2.3

Sifat Komunikasi AntarPribadi
Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi dapat dibedakan atas dua
bagian,
1.

Komunikasi diadik (dyadic communication)
Merupakan komunikasi yang berlangsung antardua orang. Orang
pertama adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi
adalah komunikan yang menerima pesan tersebut. Dalam komunikasi ini
komunikator selalu memusatkan perhatiannya hanya kepada diri komunikan
seorang tersebut, sehingga ketika dialog terjadi

2.

antara keduanya

selalu

berlangsung serius dan intensif.
Komunikasi triadik (triadic communication)
Merupakan komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga
orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Jika misalnya A
yang menjadi komunikator, maka ia pertama-tama akan menyampaikan
komunikasi kepada B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi akan beralih
kepada komunikan C secara berdialogis. (Rohim, 2009 : 70)
Sedangkan menurut sifatnya, komunikasi interpersonal atau komunikasi antar

pribadi dapat dibedakan atas dua macam (Canggara, 2004 : 32) yaitu :
1.

Komunikasi Diadik (Dyadic Communication) ialah proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik
menurut Pace dapat dilakukan dalam 3 bentuk yakni :
a) Percakapan : Berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal.
b) Dialog : Berlangsung dalam situasi yang lebih intim, lebih dalam dan lebih
personal.
c) Wawancara : Sifatnya lebih serius, yakni adanya pihak yang dominan pada
posisi bertanya dan lainnya berada pada posisi menjawab.

2.

Komunikasi kelompok kecil (Small Group Communication) ialah proses
komunikasi yang berlangsung tiga orang atau lebih secara tatap muka, di
mana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Dan komunikasi kecil ini
banyak dinilai sebagai tipe komunikasi antarpribadi karena :

a) Anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi yang berlangsung
secara tatap muka.
b) Pembicaraan berlangsung secara terpotong-potong dimana semua peserta
bisa berbicara dalam kedudukan yang sama, dengan kata lain tidak ada
pembicaraan tunggal yang mendominasi.
c) Sumber penerima sulit di identifikasi. Dalam situasi seperti saat ini
semua anggota bisa berperan sebagai sumber dan juga sebagai penerima.
Karena itu, pengaruhnya bisa bermacam- macam. Misalnya : si A bisa
terpengaruh si B, dan si C bisa mempengaruhi si B. Proses komunikasi
seperti ini biasanya banyak ditemukan dalam kelompok studi dan
kelompok diskusi.
Tidak ada batas yang menentukan secara tegas berapa besar jumlah
anggota suatu kelompok kecil. Biasanya antara 2-3 atau bahkan ada yang
mengembangkan sampai 20-30 orang, tetapi tidak ada yang lebih dari 50
orang. Sebenarnya untuk memberi batasan pengertian terhadap konsep
komunikasi interpersonal tidak begitu mudah. Hal ini disebabkan adanya
pihak yang memnberi definisi komunikasi interpersonal sebagai proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau secara tatap muka.
2.4

Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan di satu bidang sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang

lain untuk bersama-sama melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin
adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya
kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian
satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Pada tahun 1950, Douglas McGregor (1906-1964), seorang psikolog yang
mengajar di MIT dan menjabat sebagai presiden Antioch College 1.948-1.954,
mengkritik baik klasik dan hubungan manusia tidak memadai untuk sekolah

sebagai kenyataan di tempat kerja. Dia percaya bahwa asumsi yang mendasari
kedua sekolah mewakili pandangan negatif tentang sifat manusia dan pendekatan
lain yang berdasarkan manajemen yang sama sekali berbeda serangkaian asumsi
yang diperlukan. McGregor meletakkan ide-idenya dalam buku klasiknya 1957
artikel berjudul "The Human Side of Enterprise" dan buku tahun 1960 dengan nama
yang sama, di mana ia memperkenalkan apa yang kemudian disebut humanisme
baru.
Teori perilaku menurut Douglas McGregor adalah teori yang menjelaskan
bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin
pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor
dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer atau pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai atau
karyawan yaitu teori x atau teori y. Teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa
manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut teori X dan
mana yang menganut teori Y. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teori X
dan Y.
2.4.1 Teori X dan Y dari Douglas Mxgregor
1.

Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk

pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan
dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi
yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas
jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus
diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang
diinginkan perusahaan.
Didalam organisasi para pekerja pada umumnya berusaha bekerja
sedikit mungkin, tidak memiliki gairah untuk menemukan cara kerja yang
lebih baik, mereka pada umumnya kurang pandai, bekerja secara pasif,
senang menghasut, senang menipu diri sendiri, tidak pernah dapat

mengemukakan gagasan baru, sering tidak masuk kerja dengan berbagai
alsan yang dicari-cari.
McGregor menyatakan bahwa pendekatan konvensional untuk
mengelola didasarkan pada tiga proposisi utama, yang disebut Teori
X:Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi
berakhir. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha
mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan
memodifikasi perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan
resisten-untuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk,
dihargai,

dihukum,

dan

dikendalikan.

Kegiatan

mereka

harus

diarahkan.Tugas manajemen yang demikian hanya menyelesaikan sesuatu
Menurut asumsi teori X dari McGregor, orang-orang ini pada
hakekatnya yaitu sebagai berikut:
a) Tidak menyukai bekerja
b) Tidak menyukai kemauan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah.
c) Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalahmasalah organisasi.
d) Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
e) Harus diawasi secar ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan
organisasi.
Teori ini masih banyak digunakan oleh organisasi karena para
manajer bahwa anggapan-anggapan itu benar dan banyak sifat-sifat yang
diamati perilaku manusia, sesuai dengan anggapan tersebut. Namun teori ini
tidak dapat menjawab seluruh pertanyaan yang terjadi pada organisasi.
Untuk menjawab kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor
memberikan alternatif teori lain yang dinamakan teori Y yaitu teori yang
berdasarkan pada kenyataannya. Asumsi teori Y ini menyatakan bahwa

orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti
yang diduga oleh teori X.
2.

Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia

seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian
serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Para pekerja
memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami
tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Didalam
organisasi para pekerja pada umumnya senang bekerja, meraka meraska
pekerjaan sebagai hobby, bekerja dengan penuh keaktifan, rasa tanggung
jawab yang besar, rajin, disiplin, penuh rasa pengbdian, ada gairah untuk
maju, selalu berusaha menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak
gagasan baru diajukan, lebih senang mengarahkan diri sendiri, mengontrol
diri sendiri. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang
dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumsi teori Y mengenai
manusia adalah sebagai berikut:
Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktivaaktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan,
jika keadaan sama-sama menyenangkan.
Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa
dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.Kemampuan
untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi
secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan. Motivasi tidak saja
berlaku pada kebutuhan-kebutuhan social, penghargaan dan aktualisasi diri
tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika
dimotivasi secara tepat.

Dengan memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan
selanjutnya bahwa merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk
melepaskan

tali

pengendali

dengan

memberikan

kesempatan

mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing individu. Motivasi
yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya sendiri sebaik
mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk
mencapai tujuan organisasi.
Dalam hal ini motivasi dan kemampuan karyawan merupakan salah
satu aspek atau faktor yang dapat meningkatkan sinergik (synergistic effect).
Maka

pembinaan

terhadap

sumber

daya

manusia

tidak

pada

penyelenggaraan latihan (training) saja, tetapi juga didukung dengan
pengembangan atau pembinaan selanjutnya (development).
Menurut Mitchell (dalam Winardi , 2000) tujuan dari motivasi
adalah memperediksi perilaku perlu ditekankan perbedaan-perbedaan antara
motivasi, perilaku dan kinerja (performa). Motivasilah penyebab perilaku;
andai kata perilaku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja
tinggi.
Penelitian teori X dan Y menghasilkan teori gaya kepemimpinan
ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan
dan penciptaan struktur. Kesesuaian Perilaku X dan Y dengan gaya
kepemimpinan
1.

Teory X
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam teori X maka

kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat
tercapai adalah gaya kepemimpinan directing, gaya kepemimpinan
coaching, dan gaya kepemimpinan otokrasi. Pengarahan yang seharusnya
dilakukan adalah bersifat keras, hukuman bnyak dilakukan terhadap
pelanggaran, pengontrolan harus dilakukan secara ketat, sentralistis,
tindakan tegas.

2.

Teory Y
Berdasarkan ciri-ciri manusia yang termasuk dalam teori Y maka

kesesuaian gaya kepemimpinan yang tepat agar tujuan organisasi dapat
tercapai adalah gaya kepemimpinan delegating, gaya kepemimpinan
participation , dan gaya kepemimpinan kendali bebas. Pengarahan yang
dilakukan lebih bersifat mengikuti, pengontrolan longgar, cara memimpin
demokratis, banyak pelimpahan wewenang, banyak mengikutsertakan
bawahan dalam pembuatan keputusan.
2.4.2

Empat Gaya Kepemimpinan
Adapun gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi, maka

komunikasi antarpribadi yaitu manager dan bawahan (karyawan) harus tetap terjaga
dengan baik ,Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yaitu:
1. Pengarahan (directing)
Gaya kepemimpinan pengaraha tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup
dalam menjalankan tugas tertentu. Disamping itu, tugas pekerjaan yang
harus diselesaikan cenderung komplek dan rumit. Oleh karena itu, seorang
manager harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa
yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan
tersebut harus diselesaikan.
b. Pembekalan (coaching)
Gaya kepemimpinan pembekalan tepat digunakan pada situasi
dimana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam
menyelesaikan pekerjaan. Di samping itu, para karyawan memiliki motifasi
yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Dalam hal
ini, seorang manager perlu juga membrikan penjelasan seperlunya terhadap
tugas dab pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh karyawan.

c. Dukungan (supporting)
Gaya kepemimpinian dukungan tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut
dan telah mengembangkan hubugan yang baik dengan seorang manajer.
Dalam hal ini, seorang manager lebih banyak terlibat dalam berbagai
keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari
para pegawai yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja.
d. Pendelegasian (delegating)
Gaya kepemimpinan pendelegasian tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas
pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima
pendelegasian tugas dari manajer. Meskipun telah mendelgesakin sebagian
tugas pekerjaannya, seorang manager juga harus tetap melakukan
pemantaunan

(monitoring)

atas

kinerja

para

karyawannya,

untuk

memastikan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan
2.4.3

Gaya kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth Blanchard.

Kepemimpinan situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan pada
saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan
yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan
oleh pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan
dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu (Thoha, 1983:65).
Dari teori diatas, dapat disimpulkan bahwa model ini didasarkan pada tiga variable
situasi, yaitu :
1.
2.

Perilaku Tugas
Kadar bimbingan dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin
Perilaku Hubungan
Kadar dukungan sosioemosional yang disediakan oleh pemimpin

3.

Kematangan (maturity) bawahan
Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Model kepemimpinan ini lebih menekankan pada tingkat kematangan

(maturity) bawahan, yang terdiri dari :
1. Kemampuan ( job maturity)
Seorang yang tinggi dalam kematangan kerja memiliki kemampuan untuk
2.

melakukan pekerjaan.
Kemauan ( psychological maturity )
Seorang yang melakukan pekerjaan tanpa pengarahan dari atasannya.
Seorang pemimpin harus mengetahui tingkat kematangan pengikutnya agar

pemimpin dapat melakukan adaptasi kepemimpinan terhadap tuntutan lingkungan
dimana dia memperagakan kepemimpinannya.
Dimana seorang pemimpin harus mempunyai fleksibelitas yang bervariasi.
Kebutuhan yang berbeda pada anak buah membuat dia harus diberlakukan berbeda
pula, walaupun banyak praktisi yang menganggap tidak praktis kalau dalam setiap
kali mengambil keputusan harus terlebih dahulu mempertimbangkan setiap variable
situasi.
Kematangan individu dalam teori kepemimpinan situasional HerseyBlanchard dibedakan dalam 4 kategori kematangan yang masing- masing punya
perbedaan tingkat kematangan sebagai berikut

:

1) M1 : Tingkat kematangan anggota rendah
Ciri-cirinya

anggota tidak mampu dan tidak mau melaksanakan tugas,

maksudnya: Kemampuan anggota dalam melaksanakan tugas rendah dan anggota
tersebut juga tidak mau bertanggung jawab. Penyebabnya tugas dan jabatan yang
dijabat memang jauh dari kemampuan , kurang mengerti apa kaitan antara tugas
dan tujuan organisasi, mempunyai sesuatu yang diharapkan tetapi tidak sesuai
dengan ketersediaan dalam organisasi.
2) M2 : Tingkat kematangan anggota rendah ke Sedang atau Moderat Rendah

Ciri- cirinya à anggota tidak mampu melaksanakan tapi mau bertanggung
jawab, yaitu walaupun kemampuan dalam melaksanakan tugasnya rendah tetapi
memiliki rasa tanggung jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi. Mereka yakin
akan pentingnya tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai.Penyebabnya
àanggota belum berpengalaman atau belum mengikuti pelatihan dan pendidikan
tetapi memiliki motivasi tinggi, menduduki jabatan baru dimana semangat tinggi
tetapi bidangnya baru dan selalu berupaya mencapai prestasi, punya harapan yang
sesuai dengan ketersediaan yang ada dalam organisasi.
3) M3: Tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau moderat tinggi.
Ciri- cirinya à anggota mampu melaksanakan tetapi tidak mau. Yaitu mereka
yang mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal
tidak

yakin

akan

keberhasilan

sehingga

tugas

tersebut

tidak

dilaksanakan.Penyebabnya à anggota merasa kecewa atau frustasi misalnya : baru
saja mengalami alih tugas dan tidak puas dengan penempatan yang baru.
4) M4 : Tingkat Kematangan Anggota Tinggi
Ciri- cirinya à anggota mau dan mampu, yaitu : mempunyai kemampuan
yang tinggi dalam menyelesaikan tugas ataupun memecahkan masalah dan punya
motivasi tinggi serta besar tanggungjawabnya. Mereka adalah yang berpengalaman
dan punya kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas. Mereka mendapat
kepuasan atas prestasinya dan yakin akan selalu berhasil.

kepemimpinan

situasional

(situational

leadership),

sebagaimana

dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard. Ada tiga kemampuan atau keterampilan
penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional
tersebut, yang kita akan jelaskan satu per satu.
1.

Keterampilan analisis
Keterampilan analisis (analytical skills) merupakan keterampilan yang harus

dimiliki seorang manajer dalam melakukan evaluasi atau penilaian kinerja
karyawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Seorang manajer harus dapat
mengevaluasi apakah kinerja bawahan semakin baik atau semakin buruk
dibandingkan kinerja sebelumnya. Kalau kinerja karyawan cenderung menurun,
maka seorang manajer juga harus mampu memberikan dorongan atau motivasi
yang tepat agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik.
2.

Keterampilan fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadang kala diterapkan secara kaku, tetapi

dapat juga secara luwes tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Keterampilan
fleksibilitas (flexibility skills) merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang
manajer dalam menerapkan gaya kepemimpinan dalam situasi dan kondisi yang
tepat berdasarkan hasil analisis yang tepat pula. Dalam situasi dan kondisi yang
berbeda, maka gaya kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berbeda. Sebagai
contoh, jika pada awalnya seorang manajer menerapkan gaya kepemimpinan
directing, perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa semangat kerja
karyawan menjadi semakin baik, rasa tanggung jawab mulai tumbuh, dan mereka
dapat bekerja secara mandiri, sehingga dapat diterapkan gaya kepemimpinan
delegating.
3.

Keterampilan komunikasi
Keterampilan komunikasi (communication skills) merupakan keterampilan

yang harus dimiliki seorang manajer untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada
karyawan

termasuk

bagaimana

ia

harus

menjelaskan

perubahan

gaya

kepemimpinan

kepada

bawahannya.

Yang

terpenting

adalah

bagaimana

mengomunikasikan ide atau gagasan tersebut dengan jelas dan mudah dipahami
dengan baik oleh karyawan, sehingga dapat dihindarkan kesalahpahaman dalam
berkomunikasi

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Mendengarkan Sebagai Keahlian AntarPribadi
Kegiatan mendengarkan orang lain merupkan kegiatan yang sudah sering
dilakukan, baik yang dilakukan melalui bertatap muka maupun dalam suatu
kelompok. Seriap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika mendengarkan
sesuatu, antara lain berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi
masalah dan saling berbagi perasaan dengan orang lain.
Dalam komunikasi antar pribadi, kegiatan mendengarka sesuatu percakapan
dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami sesuatu pesan yang
disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini, istilah mendengarkan bukanlah
kegiatan yang statis tetapi dinamis, yaitu merupakan kegiatan mendengar secara
aktif percakapan dengan orang lain yang dituntut adanya konsentrasi secara penuh
dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor pengganggu dalam suatu percakapan
tersebut. Oleh karena itu, kegiatan mendengarkan itu sendiri bukanlah pekerjaan
yang mudah dan perlu latihan yang cukup. Semakin banyak berlatih mendengarkan,
maka akan semakin baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang lain.
Sebagai contoh, ketika seorang manajer sedang menyampaikan
presentasi bisnis di suatu ruang pertemuan, tiba-tiba telepon genggam salah seorang
peserta (karyawan) berdering. Dering telepon tersebut dapat membuyarkan atau
mengganggu konsentrasi para peserta yang sedang mendengarkan presentasi
tersebut.

Secara sederhana, berikut ini dapat disampaikan bagaimana
mendengar dengan aktif yang disajikan dalam sebuah bagan :

Gambar 2.2 tersebut menggambarkan bagaimana mendengar dengan aktif
mealui pikiran, emosi, dan bahasa tubuh. Dengan pikiran, seseorang dapat memilih
kata-kata yang tepat untuk disampaikan kepada pihak lain, sehingga dapat dipahami
dengan baik dan benar. Dengan emosi, seseorang dapat mengungkapan perasaannya
(suka, duka, yakin atau ragu-ragu) dalam mengadakan hubungan komunikasi
dengan orang lain. Dengan bahas tubuh, seseorang dapat lebih meyakinkan apa
yang telah disampaikan dengan kata-kata dan perasaannya, yang diungkapkan
dalam bentuk tindakan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain.
Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty, kebanyakan para manajer dalam
setiap harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan
berbica (speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai
asosiasi bisnis. Mendengarkan menjadi begitu penting sebagaimana berbicara atau
berpidato dihadapan audiens. Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan
menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain :
1.
Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat
2.

memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan.
Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima

3.

tersebut dapat dimengerti dengan baik.
Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan (karyawan) akan

4.

berdampak positif pada prestasi kerjanya.
Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman
dalam

penyampaian suatu pesan.

5.

Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang

6.

sekedar gossip.
Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari

7.

pihak lain, sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreativitas.
Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang

8.

baik dan peningkatan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan
mereka mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi didalamnya yang
tumbuh dari komunikasi yang baik.
Mengingat betapa pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka

ada beberapa saran agar dalam mendengarkan berlangsung secara efektif, antara
lain :
1.
Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari
gerakannya, kontak mata, nada suaranya, dan ekspresi wajahnya. Perhatian
Anda tersebut akan dapat membantu pemahaman terhadap apa yang
2.

dimaksudkan tersebut.
Berikan umpan balik (feedback), seperti apakah mereka sudah mengerti atau
belum, apakah ada pertanyaan, atau pernyataan setuju atau tidak setuju

3.

terhadap apa yang telah disampaikan tersebut.
Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh karena proses komunikasi yang
dilakukan secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim dan penerima

4.
3.2

pesan secara simultan.
Gunakan pengetahuan Anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk

dapat menarik manfaat yang positif bagi Anda.
Hambatan Dalam Komunikasi anatarpribadi
Di dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu
kelancaran jalannya proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang
disampaikan tidak dapat diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan
atau receiver. Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan
yang menyebabkan komunkasi tidak efektif yaitu :
1.

Status effect

Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap
manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus
tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan
tersebut

tidak

dapat

atau

takut

mengemukakan

aspirasinya

atau

pendapatnya.
2.

Semantic Problems
Faktor semantik

menyangkut

bahasa

yang

dipergunakan

komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benarbenar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan
atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian
(misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya
bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh :
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan
3.

lain-lain.
Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta
cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi
terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu
dengan yang lainnya.

4.

Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa katakata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan”
dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa
mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.

5.

Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.

6.

Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan
dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang
dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang
buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti
dengan jelas.

7.

No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan
kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver
maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh :
Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para
karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak
memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan
gagasan seorang manajer.

3.3

Komunikasi Antarpribadi Secara Efektif
Dalam bekerja, karyawan maupun pimpinan tidak lepas dari komunikasi
yang menghubungkan keduanya untuk dapat melaksanakan tugas masing-masing .
Komunikasi

merupakan kepentingan setiap orang untuk bersosialisasi dengan

orang lain. Seseorang akan sulit terhubung dengan orang lain tanpa adanya
komunikasi. Tidak dapat dibayangkan, apabila dalam sebuah perusahaan
menjalankan tugas tanpa adanya komunikasi antar setiap orang, hal ini tentu akan
menyebabkan miss communication, sehingga pekerjaan tidak dapat terselesaikan
dengan baik.

Dalam ruang lingkup sederhana, manusia membutuhkan manusia lainnya,
maka untuk mencapai kondisi tersebut dibutuhkan bentuk komunikasi efektif.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan bisa lepas dari manusia
lainnya, komunitas dan lingkungan tempat dia berdiri. Untuk bisa bersinergi dengan
tiga hal diatas maka, diperlukan sebuah proses komunikasi. Kualitas komunikasi
tergantung dari individu masing-masing dalam mengolahnya, bisa baik, biasa-biasa
saja atau bahkan buruk sekalipun. Bisa dikatakan komunikasi berlangsung sesuai
dengan kebutuhannya.
Tiap saat kita melakukan komunikasi dengan dua cara, yaitu komunikasi verbal
dan nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan
kata-kata, pengungkapannya baik lisan maupun tertulis. Sedangkan tanda-tanda
nonverbal terlihat dari gerak wajah atau gerak tubuh. Namun timbul pertanyaan,
sejauh mana efektifitas komunikasi yang kita lakukan?. Komunikasi verbal dan
nonverbal akan menjadi efektif ketika kita mampu mengkondisikannya. Kita harus
mampu membaca lawan bicara kita terlebih dahulu, agar pesan yang kita sampaikan
dapat diterima dengan baik. Sebagian orang menganggap bahasa adalah faktor yang
paling utama untuk mencapai sebuah komunikasi efektif, tapi jangan lupakan
komunikasi non verbal. Seperti diulas diatas, komuniasi nonverbal terdapat
petunjuk-petunjuk yang sangat mendukung terciptanya komunikasi efektif.
petunjuk-petunjuk tersebut diantaranya adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk proksemik (penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan)
Petunjuk kinesik (gerak tubuh)
Petunjuk wajah
Petunjuk paralinguistik (cara pegucapan lambang-lambang verbal)
Petunjuk artifaktual (penampilan, kosmetik, baju, tas dll)
Komunikasi antarpribadi bisa menjadi sebuah komunikasi yang efektif atau

sangat tidak efektif. Durasi proses komunikasi tidak selamanya menjadi tolak ukur
efektifitas komunikasi. Komunikasi efektif artiya jika komunikan, mengerti,
mempersepsi dan melaksanakan reaksi (action) atau tugas-tugas sesuai dengan
pesan yang diberikan oleh komunikatornya dan ada feed back-nya.

Komunikasi antarpribadi dikatakan sukses apabila membuahkan hasil.
Dewasa ini komunikasi antarpribadi bisa dilakukan dengan tanpa harus bertatap
muka, karena seiring perkembangan teknologi. Manusia b