IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR dalam PAD
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR PADA PERKOTAAN KABUPATEN BONDOWOSO
SEBAGAI LANGKAH AWAL DALAM MENGATASI KEKUMUHAN
Upaya mengatasi permasalahan permukiman kumuh merupakan isu utama dalam
pembangunan perkotaan di Indonesia. Hal ini dikarenakan penanganan yang selama ini sudah
dilakukan ternyata berbanding lurus dengan perkembangan kawasan kumuh baru [CITATION
Kem161 \l 1033 ]. Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyusun RPJMN tahun 2015-2019
yang mengandung tiga output priorias nasional untuk mewujudkan kawasan permukiman yang
layak huni dan berkelanjutan, yaitu pelayanan air minum, penanganan kawasan kumuh, dan
pelayanan sanitasi. Target yang diberikan kelak dapat diukur terhadap Key Performance Indicators
yaitu 100-0-100, artinya 100% capaian pelayanan akses air minum, 0% permukiman kumuh di
kawasan perkotaan, dan 100% capaian pelayanan akses sanitasi pada lima tahun ke depan.
Kawasan perkotaan Kabupaten Bondowoso masih memiliki beberapa area yang termasuk
dalam kawasan permukiman kumuh di Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, dengan
mempertimbangkan target yang sangat tinggi dalam penyelesaian kekumuhan dan waktu yang
sangat singkat dalam pencapaian targetnya, maka pada bulan Juni-Agustus 2017 silam dilakukan
identifikasi kebutuhan infrastruktur berdasarkan data eksisting yang menggambarkan kondisi
infrastruktur di kawasan kumuh perkotaan Kabupaten Bondowoso.
Penentuan lokasi kawasan permukiman kumuh pada perkotaan Kabupaten Bondowoso
didahului oleh proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Proses pendataan meliputi proses identifikasi lokasi dan penilaian lokasi. Sementara
itu, penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas dilakukan berdasarkan beberapa kegiatan
identifikasi yang meliputi identifikasi kondisi kekumuhan, identifikasi legalitas lahan serta
pertimbangan lainnya. Pada dasarnya, ciri-ciri permukiman kumuh di perkotaan Kabupaten
Bondowoso ditandai oleh kepadatan penduduk yang tinggi, lingkungan permukiman yang tidak
dilengkapi prasarana sanitasi lingkungan seperti saluran drainase dan pembuangan sampah, rumah
yang berkepadatan tinggi, ruangan yang sempit, kurangnya penghawaan dan pencahayaan,
ketidakteraturan garis batas sempadan bangunan, kualitas bahan bangunan rendah, dihuni oleh
golongan masyarakat yang berpenghasilan dan pendidikan rendah.
Gambar 1 Kondisi Drainase di Perkotaan Kabupaten Bondowoso
Gambar 1 Kondisi Persampahan di Perkotaan Kabupaten Bondowoso
Sumber : Laporan Akhir Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten
Bondowoso
Pada wilayah studi terdapat kawasan perumahan yang secara ilegal berkembang dan juga
terdapat kawasan perumahan yang merupakan hak waris maupun dari hasil pembelian tanpa bukti
kepemilikan. Sehingga pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Bondowoso
setidaknya dapat melakukan resetlement maupun pemugaran dan peremajaan kawasan sesuai
dengan karakter kawasan. Berdasarkan pola penanganan tersebut, maka disimpulkan bahwa
konsep penanganan kawasan permukiman kumuh di wilayah studi meliputi pemugaran
(rehabilitasi infrastruktur), peremajaan (peningkatan cakupan layanan infrastruktur) dan
resettlement (permukiman kembali). Konsep resettlement diterapkan untuk kawasan permukiman
kumuh yang berada di kawasan sempadan sungai. Namun, untuk penerapan di lapangan dapat
menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah setempat dan kondisi permukiman kumuh tersebut.
Program penanganan yang dianjurkan terfokus pada wilayah prioritas tertinggi, yaitu pada
kawasan Selo Kambang, Purbosari, Krajan dan Blumban agar dapat tertangani hingga tahun 2019.
Disamping itu, beberapa rekomendasi dianjurkan sebagai upaya pencegahan, peningkatan kualitas
di bidang perumahan, jalan lingkungan, air bersih, sanitasi, persampahan, drainase, dan sistem
pengaman bahaya kebakaran.
Proses identifikasi kebutuhan infrastruktur pada kawasan kumuh perkotaan Kabupaten
Bondowoso merupakan salah satu tahapan awal penanganan yang bersifat sangat mendasar. Data
kebutuhan infrastruktur selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam upaya penanganan
permukiman layak huni dan berkelanjutan. Disinilah arti penting kegiatan identifikasi kebutuhan
infrastruktur di kawasan kumuh perkotaan.
Daftar Pustaka
Kementerian PU&PR Direktorat Jenderal Cipta Karya. (2016). Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian PU&PR Direktorat Jenderal Cipta Karya. (2017). Laporan Identifikasi Kebutuhan
Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Bondowoso. Surabaya: PT. Tata Guna
Matra
SEBAGAI LANGKAH AWAL DALAM MENGATASI KEKUMUHAN
Upaya mengatasi permasalahan permukiman kumuh merupakan isu utama dalam
pembangunan perkotaan di Indonesia. Hal ini dikarenakan penanganan yang selama ini sudah
dilakukan ternyata berbanding lurus dengan perkembangan kawasan kumuh baru [CITATION
Kem161 \l 1033 ]. Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyusun RPJMN tahun 2015-2019
yang mengandung tiga output priorias nasional untuk mewujudkan kawasan permukiman yang
layak huni dan berkelanjutan, yaitu pelayanan air minum, penanganan kawasan kumuh, dan
pelayanan sanitasi. Target yang diberikan kelak dapat diukur terhadap Key Performance Indicators
yaitu 100-0-100, artinya 100% capaian pelayanan akses air minum, 0% permukiman kumuh di
kawasan perkotaan, dan 100% capaian pelayanan akses sanitasi pada lima tahun ke depan.
Kawasan perkotaan Kabupaten Bondowoso masih memiliki beberapa area yang termasuk
dalam kawasan permukiman kumuh di Provinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, dengan
mempertimbangkan target yang sangat tinggi dalam penyelesaian kekumuhan dan waktu yang
sangat singkat dalam pencapaian targetnya, maka pada bulan Juni-Agustus 2017 silam dilakukan
identifikasi kebutuhan infrastruktur berdasarkan data eksisting yang menggambarkan kondisi
infrastruktur di kawasan kumuh perkotaan Kabupaten Bondowoso.
Penentuan lokasi kawasan permukiman kumuh pada perkotaan Kabupaten Bondowoso
didahului oleh proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran
masyarakat. Proses pendataan meliputi proses identifikasi lokasi dan penilaian lokasi. Sementara
itu, penentuan kawasan permukiman kumuh prioritas dilakukan berdasarkan beberapa kegiatan
identifikasi yang meliputi identifikasi kondisi kekumuhan, identifikasi legalitas lahan serta
pertimbangan lainnya. Pada dasarnya, ciri-ciri permukiman kumuh di perkotaan Kabupaten
Bondowoso ditandai oleh kepadatan penduduk yang tinggi, lingkungan permukiman yang tidak
dilengkapi prasarana sanitasi lingkungan seperti saluran drainase dan pembuangan sampah, rumah
yang berkepadatan tinggi, ruangan yang sempit, kurangnya penghawaan dan pencahayaan,
ketidakteraturan garis batas sempadan bangunan, kualitas bahan bangunan rendah, dihuni oleh
golongan masyarakat yang berpenghasilan dan pendidikan rendah.
Gambar 1 Kondisi Drainase di Perkotaan Kabupaten Bondowoso
Gambar 1 Kondisi Persampahan di Perkotaan Kabupaten Bondowoso
Sumber : Laporan Akhir Identifikasi Kebutuhan Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten
Bondowoso
Pada wilayah studi terdapat kawasan perumahan yang secara ilegal berkembang dan juga
terdapat kawasan perumahan yang merupakan hak waris maupun dari hasil pembelian tanpa bukti
kepemilikan. Sehingga pemerintah daerah, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Bondowoso
setidaknya dapat melakukan resetlement maupun pemugaran dan peremajaan kawasan sesuai
dengan karakter kawasan. Berdasarkan pola penanganan tersebut, maka disimpulkan bahwa
konsep penanganan kawasan permukiman kumuh di wilayah studi meliputi pemugaran
(rehabilitasi infrastruktur), peremajaan (peningkatan cakupan layanan infrastruktur) dan
resettlement (permukiman kembali). Konsep resettlement diterapkan untuk kawasan permukiman
kumuh yang berada di kawasan sempadan sungai. Namun, untuk penerapan di lapangan dapat
menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah setempat dan kondisi permukiman kumuh tersebut.
Program penanganan yang dianjurkan terfokus pada wilayah prioritas tertinggi, yaitu pada
kawasan Selo Kambang, Purbosari, Krajan dan Blumban agar dapat tertangani hingga tahun 2019.
Disamping itu, beberapa rekomendasi dianjurkan sebagai upaya pencegahan, peningkatan kualitas
di bidang perumahan, jalan lingkungan, air bersih, sanitasi, persampahan, drainase, dan sistem
pengaman bahaya kebakaran.
Proses identifikasi kebutuhan infrastruktur pada kawasan kumuh perkotaan Kabupaten
Bondowoso merupakan salah satu tahapan awal penanganan yang bersifat sangat mendasar. Data
kebutuhan infrastruktur selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam upaya penanganan
permukiman layak huni dan berkelanjutan. Disinilah arti penting kegiatan identifikasi kebutuhan
infrastruktur di kawasan kumuh perkotaan.
Daftar Pustaka
Kementerian PU&PR Direktorat Jenderal Cipta Karya. (2016). Buku Panduan Pelaksanaan Rencana
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP). Jakarta:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Kementerian PU&PR Direktorat Jenderal Cipta Karya. (2017). Laporan Identifikasi Kebutuhan
Infrastruktur Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Bondowoso. Surabaya: PT. Tata Guna
Matra