Hubungan Ekspresi Matriks Metalloproteinase-9 (MMP-9) Dengan Derajat Destruksi Tulang Pada Penderita OMSK Tipe Bahaya di RSUP Haji Adam Malik Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan penyakit yang sering

dijumpai

pada

bagian

penyakit

Telinga

Hidung

dan


Tenggorok.

Penanganan OMSK memerlukan biaya yang tidak sedikit, meskipun di era
antibiotik yang kuat saat ini. Penyakit ini umumnya dijumpai pada
penderita dengan sosio ekonomi yang rendah serta di lingkungan kumuh
(Memon et al, 2008; Deb & Ray, 2012).
Penyakit OMSK merupakan suatu hasil dari episode otitis media akut
yang ditandai dengan keluarnya cairan terus-menerus dari telinga tengah
melalui perforasi timpani dimana hal ini merupakan penyebab penting dari
gangguan pendengaran (WHO, 2004). OMSK dengan atau tanpa
kolesteatoma menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia dan
menjadi beban khususnya dinegara-negara berkembang (WHO, 2004;
Thornton et al, 2011).
Sebelumnya tingkat morbiditas dan mortalitas OMSK tinggi akibat
kurangnya perhatian yang serius terhadap penyakit ini. Akan tetapi
meskipun saat ini frekuensi komplikasi dari penyakit ini telah mengalami
penurunan signifikan akibat efektifitas pengobatan yang diberikan, tetap
saja komplikasi erosi tulang akibat penyebaran kolesteatoma dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal. OMSK dengan kolesteatoma dapat

menyebar

melalui

telinga

tengah

dan

mengakibatkan

komplikasi

intrakranial dan ekstrakranial (Baig et al, 2011).
Kolesteatoma adalah salah satu komplikasi dari OMSK yang
merupakan suatu lesi non-neoplastik dari jaringan keratin (Frickmann &
Zautner, 2012). Kolesteatoma merupakan suatu epitel keratinizing
stratified squamous yang dihasilkan dari pengelupasan atau deskuamasi


1
Universitas Sumatera Utara

2

epitel skuamosa (Maru & Pop, 2006). Asal pembentukan awal
kolesteatoma tidak dapat diketahui dengan pasti, namun kolesteatoma
merupakan penyakit yang berkembang secara lambat namun pasti serta
memiliki progresifitas destruktif yang tinggi sehingga dapat mendestruksi
jaringan keras maupun lunak yang berada disekitarnya (Yousuf et al,
2011).
Kekambuhan berulang dan destruksi tulang merupakan gambaran
yang

relevan

pada

patofisiologi


kolesteatoma,

yang

membuat

kolesteatoma menjadi berbahaya dan sulit diobati (Maniu et al, 2014).
Kolesteatoma mungkin melibatkan osikel, pembuluh darah, saraf wajah,
dan

bahkan

Kolesteatoma

menyerang
juga

telinga

dapat


bagian

menyebabkan

dalam

dan

intrakranial.

timbulnya

gangguan

pendengaran, tinnitus, vertigo, kehilangan keseimbangan, dan komplikasi
berat lainnya seperti meningitis, trombosis sinus sigmoid, kelumpuhan
wajah, dan abses otak (Rezende et al, 2012).
Perkembangan dan proliferasi dari kolesteatoma terbentuk secara
simultan dan terus menerus. Ini mungkin merupakan induksi dari

pelepasan faktor-faktor dari matriks kolesteatoma oleh suatu stimulasi
autokrin melalui sel-sel inflamasi dari connecting tissue (Sudhoff et al,
2000). Studi terbaru menunjukkan bahwa variasi dalam sistem seluler
terhadap produksi matriks metalloproteinase (MMP) dan penghambat
spesifik Tissue Inhibitors of Metalloproteinases (TIMPs) berkontribusi
terhadap patofisiologi kolesteatoma terutama dalam proses terjadinya
erosi tulang (Maniu et al, 2014). Keseimbangan antara MMP dan TIMP
sangat penting dalam menentukan integritas dari matriks ekstraselular
(Rezende et al, 2012).
Bernal Sprekelsen dkk (2001) mencatat bahwa metalloproteinases
dan fibroblast basic growth factor dapat menjelaskan aktivitas proliferasi
dan sifat destruktif kolesteatoma. MMP merupakan zinc dan calsiumdependent yang disintesis endopeptidase oleh berbagai jenis sel seperti
fibroblas, keratinosit, makrofag, dan sel endotel. Peningkatan kadar
MMP-9, MMP-2, MMP-1, MMP-8 dan MMP-13 pada kolesteatoma telah

Universitas Sumatera Utara

3

dilaporkan. MMP-9 (92 kDa) secara spesifik dapat terlihat pada area

dengan infiltrasi sel inflamasi (Rezende et al, 2012).
Sampai saat ini belum ada literatur yang khusus membahas mengenai
MMP-9 pada pasien OMSK tipe bahaya di rumah sakit di Indonesia. Di
RSUP H. Adam Malik Medan telah dilakukan beberapa penelitian tentang
ekspresi beberapa sitokin serta hubungannya dengan derajat destruksi
tulang maupun terhadap komplikasi yang diakibatkan oleh kolesteatoma.
Aruan (2014) pada penelitiannnya tentang TNF-α melaporkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara eksprespi TNF-α dengan
derajat destruksi tulang. Sementara itu, Novita (2014) menemukan adanya
hubungan yang bermakna antara ekspresi Ki-67 terhadap derajat derajat
destruksi tulang namun tidak bermakna terhadap keberadaan komplikasi.
Yarisman (2015) juga menemukan ada hubungan antara ekspresi
receptor activator NF-ķβ ligand (RANKL) dengan derajat destruksi tulang
dan komplikasi akibat kolesteatoma. Sampai saat ini, belum dijumpai
penelitian tentang hubungan ekspresi MMP-9 dengan derajat destruksi
tulang dan komplikasi pada pasien dengan OMSK tipe bahaya di RSUP H.
Adam Malik Medan, sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
ekspresi MMP-9 dengan derajat destruksi tulang dan komplikasi pada
pasien OMSK tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian ini yaitu: bagaimanakah hubungan antara ekspresi MMP-9
dengan derajat destruksi tulang pada kolesteatoma penderita Otitis Media
Supuratif Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara ekspresi MMP-9 dengan derajat
destruksi tulang pada kolesteatoma penderita Otitis Media Supuratif
Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

4

1.3.2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik penderita OMSK tipe bahaya
berdasarkan jenis kelamin.
2. Untuk mengetahui karakteristik penderita OMSK tipe bahaya
berdasarkan umur.
3. Untuk mengetahui komplikasi pada penderita Otitis Media Supuratif

Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
4. Untuk mengetahui derajat destruksi tulang penderita pada Otitis
Media Supuratif Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
5. Untuk mengetahui tingkat ekspresi MMP-9 pada penderita Otitis
Media Supuratif Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
6. Untuk

mengetahui

apakah

peningkatan

ekspresi

MMP-9

meningkatkan derajat destruksi tulang pada penderita Otitis Media
Supuratif Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
7. Untuk


mengetahui

apakah

peningkatan

ekspresi

MMP-9

meningkatkan komplikasi pada penderita Otitis Media Supuratif
Kronik tipe bahaya di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat antara lain:
1.4.1. Untuk memulai penelitian menjadikan ekspresi MMP-9 sebagai
marker faktor prognostik kolesteatoma.
1.4.2. Dapat memberikan informasi tentang peran MMP-9 terhadap
destruksi tulang pada OMSK tipe bahaya.
1.4.3. Dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya sehingga dapat

ditemukan peran obat–obatan yang dapat menghambat ekspresi
MMP-9 dalam penatalaksanaan OMSK tipe bahaya.

Universitas Sumatera Utara