Hubungan Ekspresi Matriks Metalloproteinase-9 (MMP-9) Dengan Derajat Destruksi Tulang Pada Penderita OMSK Tipe Bahaya di RSUP Haji Adam Malik Medan Chapter III VI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat analitik, dengan design cross sectional.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen THT-KL FK USU/RSUP H. Adam
Malik Medan. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2016. Pemeriksaan
imunohistokimia dilakukan di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam
Malik Medan.
3.3. Populasi, Sampel dan Besar Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh kolesteatoma penderita dengan diagnosis
OMSK

tipe

bahaya

yang


ditegakkan

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan telinga, foto rontgen mastoid/CT-Scan mastoid pasien yang
telah berobat di Divisi Otologi Departemen THT-KL FK USU/RSUP H.
Adam Malik Medan dan telah dilakukan timpanomastoidektomi serta telah
dibuat sediaan blok parafin.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah kolesteatoma penderita OMSK tipe
bahaya yang telah menjalani operasi timpanomastoidektomi dan diambil
kolesteatomanya serta telah dibuat sediaan blok parafin.
Kriteria inklusi : Sediaan blok parafin kolesteatoma penderita OMSK
tipe bahaya yang diambil dari tindakan operasi
timpanomastoidektomi yang masih baik dan bisa
dilakukan pemeriksaan imunohistokimia.
3.3.3. Besar Sampel
Sampel penelitian adalah kolesteatoma seluruh penderita OMSK yang

telah dikumpulkan dan dijadikan blok parafin dan dihitung banyaknya
menggunakan rumus sampel sebagai berikut :

29
Universitas Sumatera Utara

30

n = Z2 P.Q / d2
dimana:
n

= Besar sampel

Z

= Nilai Z untuk derajat kepercayaan 95% (α=0,05) yaitu 1,96

P


= Proporsi kolesteatoma pada penderita OMSK tipe bahaya
(11%, menurut Baig, 2011)

Q

= 1- P ( 1- 0,11)

d

= Derajat ketepatan kesimpulan penelitian (0,1)

menjadi
n = (1,96)2 (0,11)(0,89) / (0,1)2=(0,37) / (0,01)= 37
Maka besar sampel yang didapatkan adalah = 37. Untuk mendapatkan
sampel, maka 37 ± 10 persen (3,7) dibulatkan menjadi 40 sampel.
3.4. Teknik pengambilan sampel
Sampel diambil dengan menggunakan blok parafin dihitung mundur
sejak dari tahun dilaksanakannya penelitian ini ke belakang (retrospektif).
3.5. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas : adalah variabel yang diduga mempengaruhi terjadinya

keberadaan komplikasi akibat kolesteatoma. Variabel ini adalah
ekspresi MMP-9.
b. Variabel tergantung : adalah akibat, yaitu derajat tulang dan komplikasi
OMSK tipe bahaya.
3.6. Prosedur Lengkap, Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1. Prosedur lengkap
Prosedur lengkap penelitian berupa :
a. Diagnosis OMSK tipe bahaya ditegakkan melalui anamnesis, gejala
klinis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa foto
mastoid posisi schuller / CT-Scan Temporal.
b. Pemeriksaan

kolesteatoma

dilakukan

melalui

pemeriksaan


histopatologi jaringan kolesteatoma.
c. Pemeriksaan

ekspresi

MMP-9

dilakukan

dengan

pewarnaan

imunohistokimia dengan hasil positif atau overekspresi dinilai dari
hasil pulasan warna coklat pada sitoplasma sel - sel epitel

Universitas Sumatera Utara

31


kolesteatoma. Penilaian imunoreaktifitas MMP-9 dinilai dengan
menjumlahkan hasil skor luas dengan skor intensitas sehingga
diperoleh skor imunoreaktif MMP-9.
Sel yang positif dinilai dengan

Intensitas staining dinilai dengan

skor sebagai berikut (P) :

skor sebagai berikut (I) :

1. 10%

1. Lemah

2. 11 – 50%

2. Moderate

3. 51 – 100%


3. Kuat

Untuk skor akhir digunakan skor imunoreaktif. Skor imunoreaktif
diperoleh dengan menjumlahkan skor luas dengan skor intensitas
(Kato et al, 2014), dengan penilaian:
1. Tidak Overekspresi MMP-9 : skor imunoreaktif 0–3
2. Overekspresi MMP-9

: skor imunoreaktif 4–6

d. Pemeriksaan destruksi tulang diukur dari CT-Scan Temporal dan
durante operasi dengan derajat menurut Kuczkowski et al (2011)
sebagai berikut :
1. Derajat ringan

: erosi skutum dan osikel

2. Derajat sedang : destruksi tegmen dan seluruh osikel
3. Derajat berat


: destruksi seluruh osikel, tulang labirin, kanalis
fasialis dan liang telinga luar

Prosedur Kerja :
a. Pengambilan bahan kolesteatoma, kolesteatoma diambil pada saat
operasi dengan menggunakan kuret Lempert dan dimasukkan dalam
formalin 10%.
b. Prosedur pewarnaan imunohistokimia sebagai berikut:
1. Dilakukan pemotongan jaringan 3-4 mm dari blok parafin,
kemudian dikeringkan di suhu 370 C dan panaskan di atas slide
warmer 600 C.
2. Dilakukan deparafinasi (xylol I, xylol II, xylol III), diikuti dengan
rehidrasi (alkohol abs, 96%, 80%)
3. Dicuci dengan air mengalir, yang diikuti dengan blocking endogen
peroksida.

Universitas Sumatera Utara

32


4. Cuci kembali dengan air mengalir, diikuti dengan antigen retrieval
decloacking chamber.
5. Dicuci dalam phosphate buffered saline (PBS).
6. Blocking

dengan

background

sniper,

dilanjutkan

dengan

pemberian antibodi primer.
7. Pencucian dalam PBS, diikuti tindakan universal link dan dicuci
kembali dalam PBS.
8. Trekavidin-Horseradish Peroxidase (Trekavidin-HRP) label, diikuti

pencucian dalam PBS.
9. Pemberian kromogen 3,3’-diaminobenzidine (DAB), dicuci dengan
air mengalir, dan dilakukan counter stain dengan hematoxylin,
kemudian cuci dengan air mengalir.
10. Dilakukan tacha bluing, kemudian dicuci dengan air mengalir, dan
didehidrasi (absorpsi alkohol 80%, 96%) dan dilakukan clearing
(xylol I, xylol II, xylol III).
11. Dilakukan mounting (ecomount) + gelas penutup.
12. Penilaian

gambaran

imunohistokimia

dengan

mikroskop

fluoresens oleh dokter spesialis patologi anatomi.
3.6.2 Alat penelitian

Penelitian ini membutuhkan beberapa bahan, reagen dan peralatan
sebagai berikut:
a. Catatan medis penderita dan status penelitian penderita
b. Formulir persetujuan ikut penelitian
c. Bahan untuk pemeriksaan histopatologi
Formalin 10%, blok parafin, aqua destillata, hematoxyllin-eosin
menggunakan

mikroskop

merk

Olympus

BX

51

dengan

pembesaran 400x.
d. Bahan untuk pemeriksaan immunohistokimia
Xylol, alkohol absolut, alkohol 95%, alkohol 80%, alkohol 70%,
H 2 0 2 0,5% dalam methanol, Phosphat Buffer Saline (PBS), antibodi
monoclonal

MMP-9

Thermo

Fisher

(MA5-15886),

Envision,

Choromogen Diamino Benzidine (DAB), Lathium Carbonat jenuh,

Universitas Sumatera Utara

33

Tris EBTA, Hematoxylin, aqua destillata dan menggunakan
mikroskop Olympus BX 51 dengan pembesaran 400x.
e. Alat untuk pemeriksaan immunohistokimia
Sistem

visualisasi

immunohistokimia

(Envision

kit),

mesin

pemotong jaringan (microtome), silanized slide.
f. Alat untuk pemeriksaan destruksi tulang : CT- Scan temporal,
dimana hasil dari CT-Scan temporal tersebut di baca oleh seorang
radiolog. Selain dari CT-Scan temporal, destruksi tulang di lihat
juga selama durante operasi, dapat dengan mata telanjang dan
dapat

juga

dengan

bantuan

Microscop

Olympus

dengan

pembesaran 200x.
3.6.3 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolesteatoma dari
penderita OMSK tipe bahaya yang diperoleh pada saat tindakan operasi
dan telah dibuat menjadi sediaan blok parafin. Blok parafin diperiksa
secara imunohistokimia dengan menilai imunoreaktifitas MMP-9.
3.7. Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai jenis kelamin, umur, dan komplikasi diperoleh dari
rekam medis pasien di RSUP H. Adam Malik Medan. Data mengenai
ekspresi MMP-9 diperoleh dari hasil pemeriksaan imunohistokimia MMP-9
terhadap blok parafin jaringan kolesteatoma di Instalasi Patologi Anatomi
RSUP H. Adam Malik Medan.
3.8. Analisis Data
Analisis akan dilakukan terhadap data yang dikumpulkan. Analisis
univariat dilakukan dengan mendistribusikan data dalam bentuk tabel dan
gambar. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara
variabel menggunakan uji Chi square atau Kruskal-Wallis dimana α=0,05
(CI 95%). Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan
menggunakan program SPSS.
3.9. Manajemen Data
Dalam penelitian ini, data utama adalah data sekunder yaitu blok
parafin dari jaringan kolesteatoma. Data sekunder lain diperoleh dari
rekam media penderitanya.

Universitas Sumatera Utara

34

Data

sekuder

dikumpulkan

menggunakan

lembaran

observasi

(lampiran). Data hasil pemeriksaan merupakan data sekunder yang
diperoleh dari Departemen Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik
Medan.

Lembar

pemeriksaannya

sesuai

dengan

laporan

dari

pemeriksaan.
Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara manual untuk
kemudian ditampilkan menggunakan ukuran statistik. Data-data deskriptif
akan ditampilkan menggunakan tabel tunggal dan gambar, data-data
analitik ditampilkan menggunakan tabel silang.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantung maka dilakukan uji statistik Chi square atau Kruskal-Wallis
pada α=0,05 dengan hipotesis statistik sebagai berikut:
H0 =

tidak ada hubungan antara ekspresi MMP-9 dengan derajat
destruksi tulang akibat kolesteatoma pada penderita OMSK tipe
bahaya di RSUP.H.Adam Malik Medan

Ha =

ada hubungan antara ekspresi MMP-9 dengan derajat destruksi
akibat kolesteatoma pada penderita OMSK tipe bahaya di
RSUP.H.Adam Malik Medan

3.10. Definisi Operasional
3.10.1. Umur
Definisi: umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun.
Cara ukur : usia dihitung dalam tahun menurut ulang tahun
terakhir.
Alat ukur : perhitungan usia berdasarkan kalender Masehi.
Hasil ukur : usia dibagi atas:
a. 6-24 tahun
b. 25-43 tahun
c. 44-62 tahun
d. >62 tahun
3.10.2. Jenis kelamin yaitu ciri biologis yang membedakan orang yang
satu dengan lainnya, terdiri atas laki-laki dan perempuan.

Universitas Sumatera Utara

35

3.10.3. OMSK tipe bahaya
Definisi : radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran
timpani dan riwayat keluarnya sekret purulen dari telinga tersebut
lebih dari tiga bulan dengan kolesteatoma (Chole & Nason 2009).
Cara ukur: diagnosis OMSK berdasarkan anamnesis, gejala klinis,
pemeriksaan fisik dan otologi.
Alat ukur : pemeriksaan Foto Mastoid dan CT Scan Mastoid.
Hasil ukur : dari anamnesis terdapat hasil yang sesuai dengan
penyakit OMSK tipe bahaya, dari Foto Mastoid dan CT Scan
Mastoid tampak gambaran kolesteatoma.
3.10.4. Kolesteatoma
Definisi: suatu kista epitelial yang dilapisi oleh stratified squamosa
epithelium

yang

berisi

deskuamasi

epitel

(keratin)

yang

terperangkap dalam rongga timpanomastoid atau di bagian
manapun dari tulang temporal yang berpneumatisasi, yang
dipastikan dengan pemeriksaan histopatologi (Meyer, Strunk &
Lambert 2006).
Cara ukur : pemeriksaan histopatologi jaringan kolesteatoma
Alat ukur : dengan pewarnaan hematoksilin eosin menggunakan
mikroskop merk Olympus BX 51 pembesaran 400x.
Hasil ukur : adanya kombinasi dari material keratin dan stratified
squamous epithelium pada sediaan jaringan.
3.10.5. Matriks Metalloproteinase-9 (MMP-9)
Definisi: MMP-9 adalah suatu enzym gelatinase B (92kDa) yang
memiliki fungsi sebagai degradasi osteoid dan remodeling jaringan
(Vitale & Ribeiro 2007).
Cara ukur : ekspresi MMP-9 ditentukan dengan pewarnaan
immunohistokimia.
Alat ukur: dengan melihat perpaduan antara reaksi kimiawi (reaksi
antara enzim dengan substrat) dan reaksi imunologi yaitu reaksi
antara antigen dengan antibodi menggunakan mouse antihuman

Universitas Sumatera Utara

36

monoclonal antibodies (mAbs) MMP-9 menggunakan mikroskop
Olympus BX 51 pembesaran 400x.
Hasil ukur: positifitas/overekspresi MMP-9 dinilai dari hasil pulasan
warna coklat pada sitoplasma sel-sel epitel kolesteatoma.
Penilaian imunoreaktifitas MMP-9 dinilai dengan menjumlahkan
hasil skor luas dengan skor intensitas, sehingga didapatkan skor
imunoreaktif MMP-9.
Skor luas dinilai :
0 : tidak dijumpai sitoplasma terwarna coklat
1 : dijumpai sitoplasma terwarna coklat < 10% jumlah sel
2 : dijumpai sitoplasma terwarna coklat 10-50% jumlah sel
3 : dijumpai sitoplasma terwarna coklat > 50% jumlah sel
Skor intensitas dihitung :
0 : negatif

1 : lemah

2 : moderat

3 : kuat

3.10.6. Derajat

destruksi

kerusakan

tulang

mendestruksi

akibat

kolesteatoma

tulang

yang

merupakan

diakibatkan

oleh

kolesteatoma dengan derajat menurut Kuczkowski et al (2011)
sebagai berikut :
a. Derajat ringan

: erosi skutum dan osikel.

b. Derajat sedang

: destruksi tegmen dan seluruh osikel.

c. Derajat berat

: destruksi seluruh osikel, tulang labirin,
Kanalis fasialis dan liang telinga luar.

Universitas Sumatera Utara

37

3.10.7. Komplikasi OMSK tipe bahaya
Definisi: Penyakit yang timbul sebagai akibat dari destruksi tulang
oleh kolesteatoma pada OMSK tipe bahaya.
Cara ukur: berdasarkan gejala dan tanda klinis penderita OMSK
tipe bahaya
Alat ukur: pemeriksaan CT-Scan Mastoid, Head CT-Scan dan
durante operasi.
Hasil ukur : terdapat komplikasi intratemporal atau intrakranial:
a. Komplikasi Intratemporal : Abses retroaurikular/subperiosteal,
fistel retroaurikular, mastoiditis, petrositis, paralisis nervus
fasialis, labirinitis,
b. Komplikasi Intrakranial : Abses ekstradural, Abses subdural,
Meningitis,

Abses

otak,

Tromboflebitis

sinus

lateralis,

Hidrosefalus otikus
3.11. Etika Penelitian
Semua penderita yang diambil kolesteatomnya untuk dijadikan sebagai
sampel

telah

diberikan

penjelasan

dan

menandatangani

lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent) bahwa segala
informasi tentang penelitian ini hanya ditujukan untuk kepentingan ilmu
pengetahuan THT-KL dan tidak untuk kepentingan lainnya serta telah
mendapat persetujuan dari komisi etik sebelumnya (Etichal Clearence).

Universitas Sumatera Utara

38

3.12. Kerangka Kerja

Rekam Medis

Blok Parafin Kolesteatoma
(n =40)

CT-Scan, Jenis

Laboratorium Patologi Anatomi

Kelamin, Usia,
Komplikasi,

Pemeriksaan
Immunohistokimia untuk
MMP-9

Overekspresi

Tidak Overekspresi

Pengambilan Data

Analisa Data

Universitas Sumatera Utara

39

3.13

Jadwal Penelitian

Kegiatan penelitian digambarkan melalui tabel berikut :
Tabel 3.2. Jadwal Penelitian
N
o

Jenis kegiatan

1

Persiapan proposal

2

Persentasi Proposal

3

Pengumpulan, Pengolahan

Waktu
V

VI

VII

VIII

data/ Pembuatan Laporan
4

Seminar hasil

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai hubungan ekspresi MMP-9 dengan derajat
destruksi tulang akibat kolesteatoma pada penderita OMSK di RSUP. H.
Adam Malik Medan sebagai berikut :
4.1 Distribusi penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Umur.
Distribusi penderita OMSK tipe bahaya berdasarkan jenis kelamin dan
umur dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Umur
Jumlah
(n = 40)

Persentase
(%)

Laki – laki

27

67,5

Perempuan

13

32,5

6 – 24 tahun

23

57,5

25 – 43 tahun

13

32,5

44 – 62 tahun

3

7,5

> 62 tahun

1

2,5

Karakteristik
Jenis Kelamin

Umur (Tahun)

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa dari sebanyak 40 orang
sampel penderita OMSK tipe bahaya dijumpai bahwa frekuensi tertinggi
adalah penderita dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 27 sampel
(67,5%) dan terdapat 13 orang penderita (32,5%) berjenis kelamin
perempuan. Tabel diatas juga menunjukkan bahwa frekuensi tertinggi dari
penderita OMSK tipe bahaya berdasarkan umur adalah kelompok usia
6-24 tahun yaitu sebesar 23 penderita (57,5%) diikuti oleh kelompok umur
25-43 tahun sebanyak 13 penderita (32,5%), 44-62 tahun sebanyak 3
penderita (7,5%), sedangkan frekuensi yang terendah dijumpai pada
kelompok umur >62 tahun sebanyak 1 penderita (2,5%).
40
Universitas Sumatera Utara

41

4.2 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Komplikasi
Distribusi penderita OMSK tipe Bahaya berdasarkan tingkat komplikasi
yang ditemukan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Komplikasi
Komplikasi
Intratemporal

Jumlah
(n=40)
35

Persentase
(%)
87,5

5

12,5

40

100

Intrakranial
Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui dari 40 sampel yang diperiksa
didapati bahwa seluruh 35 penderita OMSK tipe bahaya pada penelitian
ini mengalami komplikasi intratemporal (87,5%), sedangkan untuk
komplikasi intrakranial dijumpai pada 5 orang sampel (12,5%).
4.3 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Derajat
Destruksi Tulang.
Distribusi proporsi penderita OMSK tipe bahaya berdasarkan derajat
tulang tersaji dalam tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Derajat
Destruksi Tulang.
Derajat Destruksi
Tulang
Ringan

Jumlah
(n=40)
3

Persentase
(%)
7,5

Sedang

19

47,5

Berat

18

45

40

100

Jumlah

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa derajat destruksi tulang yang
paling banyak ditemukan adalah destruksi derajat sedang sebanyak 19
orang (47,5%), diikuti oleh derajat berat sebanyak 18 orang (45%) dan
yang paling sedikit dijumpai adalah pada destruksi tulang derajat ringan
sebanyak 3 sampel (7,5%).

Universitas Sumatera Utara

42

4.4 Distribusi Penderita OMSK tipe Bahaya Berdasarkan Ekspresi
MMP-9.
Proporsi penderita OMSK tipe Bahaya berdasarkan tingkat ekspresi
MMP-9 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4.Proporsi penderita OMSK tipe Bahaya berdasarkan
tingkat ekspresi MMP-9.

Overekspresi

34

Persentase
(%)
85,0

Tidak Overekspresi

6

15,0

40

100

Ekspresi MMP-9

Jumlah

Jumlah

Pada tabel 4.4 ini juga dapat dilihat bahwa pada ekspresi MMP-9 pada
penderita OMSK tipe bahaya terbanyak adalah kategori overekspresi yaitu
sebanyak 34 sampel (85,0%), sedangkan tidak overekspresi hanya
ditemukan pada 6 sampel (15,0%).
4.5 Hubungan Ekspresi MMP-9 dengan Derajat Destruksi Tulang pada
Penderita OMSK tipe Bahaya.
Proporsi ekspresi MMP-9 yang dihubungkan dengan derajat destruksi
tulang pada sampel terlihat pada diagram 4.5 berikut.
Tabel 4.5.Proporsi ekspresi MMP-9 yang dihubungkan dengan derajat
destruksi tulang pada penderita OMSK tipe Bahaya.
Derajat Destruksi Tulang

Total

Ringan

Sedang

Berat

n

%

n

%

n

%

n

%

Tidak
Overekspresi

3

7,5

3

7,5

0

0

6

15

Overekspresi

0

0

16

40

18

45

34

85

Jumlah

3

7,5

19

47,5

18

45

40

100

MMP-9

p

0,000

Tabel 4.5 diatas menunjukkan pola ekspresi MMP-9 berdasarkan derajat
destruksi tulang. Dari hasil perhitungan statistik disimpulkan bahwa pada
MMP-9 yang overekspresi, destruksi tulang umumnya telah berada pada

Universitas Sumatera Utara

43

derajat sedang dan berat yaitu sebanyak 47,5% dan 45%. Sementara
pada derajat tulang ringan tidak dijumpai overekspresi dari MMP-9. Uji
statistik menunjukkan adanya hubungan statistik yang bermakna antara
ekspresi MMP-9 dengan derajat destruksi tulang (p=0,000).
4.6 Hubungan Ekspresi MMP-9 dengan Terjadinya Komplikasi
Intrakranial pada Penderita OMSK tipe Bahaya.
Proporsi ekspresi MMP-9 yang dihubungkan dengan komplikasi
intrakranial terlihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Hubungan ekspresi MMP-9 dengan komplikasi akibat OMSK
tipe bahaya
Komplikasi
MMP-9

Intratemporal
Ya

p

Intrakranial

% Tidak

%

Ya

%

Tidak

%

15

0

0

0

0

6

15

Tidak
Overekspresi

6

Overekspresi

29 72,5

5

12,5

5

12,5

29

72,5

Jumlah

35 87,5

5

12,5

5

12,5

35

87,5

0,42

Tabel 4.6 menunjukkan pola ekspresi MMP-9 dengan proporsi komplikasi.
Didapatkan hasil bahwa pada MMP-9 yang overekspresi dijumpai
komplikasi intratemporal sebanyak 29 sampel (87,5%) dan komplikasi
intrakranial sebanyak 5 sampel (12,5). Pada MMP-9 yang tidak
overekspresi didapatkan komplikasi

intratemporal

sebesar 6 sampel

(15%) serta tidak dijumpai sampel dengan komplikasi intrakranial. Hasil uji
statistik tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
ekspresi MMP-9 dengan komplikasi pada pasien OMSK tipe bahaya
(p=0,42).

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PEMBAHASAN

OMSK adalah penyakit yang umum dijumpai di bidang THT-KL. OMSK
tipe bahaya sebelumnya dikenal dengan tipe atikoantral, biasanya muncul
dengan perforasi marginal disertai pembentukan kolesteatoma yang
merupakan ciri khas dan juga dianggap sebagai penyebab berbagai
komplikasi. Erosi tulang merupakan komplikasi yang selalu terjadi serta
melibatkan struktur intratemporal dan juga intrakranial. Di masa lalu,
perhatian penderita akan komplikasi ini relatif kurang, sehingga tindakan
pengobatan dan perawatan penyakit ini menjadi kurang efektif dan
meningkatkan angka komplikasi (Memon et al, 2008). Di era modern,
frekuensi komplikasi sangat nyata berkurang karena perawatan yang
intensif, tapi tetap saja efek berbahaya dari penyakit yang tidak aman ini
dapat menjadi masalah bagi penderitanya (Baig et al, 2011). Di negara
berkembang, komplikasinya relatif lebih tinggi yang menyebabkan
kecacatan atau bahkan kematian. OMSK dengan kolesteatoma berpotensi
bahaya karena kemampuan destruksi tulangnya, sehingga sifat destruktif
ini memungkinkan penyebaran infeksi keluar struktur telinga tengah dan
sel mastoid tulang temporal dan pada akhirnya dapat mengakibatkan
komplikasi ekstrakranial dan intrakranial (Memon et al, 2008; Baig et al,
2011).
Pada

penelitian

ini,

berdasarkan

perhitungan

jumlah

sampel

dikumpulkan sebanyak 40 sampel kolesteatoma. Didapatkan usia termuda
6 tahun dan usia tertua 63 tahun. Pada tabel 4.1 dapat dilihat distribusi
penderita OMSK tipe bahaya berdasarkan jenis kelamin, dimana yang
terbanyak didapatkan pada kelompok jenis kelamin laki – laki sebanyak
27 orang (67,5%), sedangkan kelompok jenis kelamin perempuan
dijumpai sebanyak 13 orang (32,5%). Hasil ini sesuai dengan penelitian
Yarisman (2016) yang mendapatkan kelompok laki-laki penderita OMSK
tipe bahaya di RSUP HAM lebih banyak dijumpai dibanding perempuan

44
Universitas Sumatera Utara

45

(57,5%). Ningsih (2014) mendapatkan penderita OMSK tipe bahaya
terbanyak di RSUP HAM adalah laki-laki sebesar 20 orang (66,7%)
sementara perempuan sebanyak 10 orang (33,3%). Hal yang serupa
dikemukakan Siregar (2013) yang menemukan dominasi kelompok lakilaki penderita OMSK tipe bahaya di RSUP HAM sebesar 53,78%. Aquino
et al (2011) pada penelitiannya pada 1146 penderita OMSK tipe bahaya
menemukan bahwa 66% adalah laki-laki dan 33,4% adalah perempuan.
Chole & Nason (2009) menyebutkan pada beberapa penelitian, laki-laki
lebih dominan menderita OMSK, namun tidak terdapat penelitian yang
membuktikan adanya hubungan antara OMSK dengan jenis kelamin.
Dari tabel 4.1 diatas juga dapat dilihat distribusi penderita OMSK tipe
bahaya berdasarkan umur yang terbanyak dijumpai pada kelompok usia
6-24 tahun sebanyak 23 sampel (57,5%), dan kelompok usia 25-43 tahun
sebanyak 13 sampel (32,5%). Temuan ini sesuai dengan beberapa
peneliti lainnya seperti Yarisman (2016) yang mendapatkan 47,5%
penderita berumur 0-20 tahun. Ningsih (2014) mendapatkan kelompok
usia terbanyak 16-20 tahun sebesar 26,7%, Siregar (2013) mendapatkan
kelompok usia terbanyak 11-20 tahun sebesar 31,93%. Aquino (2011)
mendapatkan kelompok usia terbanyak pada penderita OMSK tipe bahaya
adalah >16 tahun yakni sebanyak 63,70%, dan