PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKU

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN INKUIRI
MATERI UJI AMILUM DAN VITAMIN UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Edwiga Rika Febriliyanti
SDN Gabahan
edwigarika@gmail.com
Abstrak
Pembelajaran yang berlangsung satu arah membuat siswa menjadi kurang
aktif terutama pada pembelajaran IPA dimana keterampilan bersikap ilmiah masih
sangat kurang dan hasil belajar masih dibawah 60. Penelitian ini bertujuan
mengembangkan perangkat pembelajaran inkuiri pada uji amilum dan vitamin,
menentukan validitas, dan menentukan keefektifan perangkat pembelajaran. Data
dikumpulkan melalui lembar observasi keterampilan bersikap ilmiah dan tes. Teknik
analisis data menggunakan deskriptif persentase dan uji peningkatan menggunakan Ngain. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran terbukti valid dan
efektif. Hal ini ditunjukkan dari meningkatnya sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

1

satu nilai karakter bangsa yang
mempunyai indikator menciptakan
suasana kelas yang mengundang rasa

ingin tahu dan eksplorasi lingkungan
secara terprogram.
Ilmu Pengetahuan Alam
dikembangkan
oleh
manusia
didasarkan pada tujuan unutk
memahami gejala alam. Rasa
keingintahuan telah mendorong
ilmuwan untuk melakukan proses
inkuiri ilmiah yang meliputi :
memikirkan dan megeksplorasi
gejala,
merumuskan
hipotesis,
memikirkan cara pengujian hipotesis,
mengumpulkan
data
melalui
pengamatan

dan
pengukuran,
kemudian membandingkan data atau
fakta (Lawson, 1995). Bila data
sudah
sesuai
maka
hipotesis
mendapat dukungan namun bila tidak
sesuai maka hipotesis ditolak atau
harus dimodifikasi dan proses ilmiah
terus berlanjut hingga ditemukan
sesuatu jawaban atau produk berupa
hukum-hukum
alam.
Menurut
Liliasari (2011) belajar IPA sebagai
cara berpikir meliputi keyakinan,
rasa ingin tahu, hubungan sebab
akibat, pengujian diri dan skeptis,

keobyektifan, dan berhati terbuka.
Selanjutnya akan dibahas
mengenai pengembangan perangkat
pembelajaran
dan
model
pembelajaran IPA yang efektif dapat
meningkatkan aktivitas sikap ilmiah
siswa dan hasil belajar siswa.

1. PENDAHULUAN
Pendidikan
memegang
peranan penting menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan
berfungsi
sebagai
pengembangan kemampuan watak
setiap individu. Untuk mewujudkan

hal itu guru harus dapat menciptakan
suasana dan lingkungan belajar yang
membuat anak menjadi aktif, kreatif,
dan dapat berpikir kritis sehingga
dapat
menguasai
materi
pembelajaran. Proses pembelajaran
IPA saat ini hanya menekankan pada
aspek kognitif dimana siswa
menghafal fakta-fakta tanpa disertai
aktivitas
yang
dapat
mengembangkan aktivitas lainnya.
Aktivitas seperti
inilah
yang
membuat siswa cenderung bersifat
pasif dan sikap ilmiah yang

diperlukan dalam pembelajaran IPA
pun menjadi kurang. Pembelajaran
seperti ini pula yang membuat hasil
belajar siswa selalu rendah.
Agar tujuan pembelajaran
IPA dapat tercapai bagi sekolah
tingkat dasar maka harusnya disertai
bekerja dengan sikap ilmiah sebagai
pendekatan dalam pembelajaran.
Proses eksplorasi, menemukan, dan
penerapan dalam pembelajaran IPA
digunakan sebagai acuan untuk
mencapai seperti apa yang dilakukan
oleh ilmuwan (Lawson, 1995). Sikap
rasa ingin tahu juga merupakan salah

2

2. PENERAPAN
MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI
UNTUK MENUMBUHKAN
SIKAP ILMIAH SISWA

siswa.
Pembelajaran
dapat
memberikan hasil yang optimal
apabila siswa mempunyai aktivitas
yang tinggi dalam mengikuti
pembelajaran.
Guru memiliki peran yang
sangat besar dalam mengembangkan
aktivitas siswanya. Aktivitas akan
abngkit bila diberikan permasalahan.
Upaya meningkatkan pembelajaran
aktif guru perlu menciptakan suasana
belajar yang banyak memberi
kesempatan kepad siswa unnutk
memecahkan masalah, melakukan

percobaan, mengembangkan gagasan
atau konsep siswa sendiri. Melalui
kegiatan
dapat
dilakukan
pengamatan dari segi intelektual
seperti kecerdasan, bakat, dan
kecakapan nyata, juga dari segi
efektif seperti sikap, minat, dan
motivasi.
Pembelajaran
inkuiri
mempunyai tujuan agar siswa
mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atas
persoalan-persoalan
yang
dihadapinya dengan mengadakan
percobaan sendiri, terlatih dalam cara
berpikir ilmiah, adan menemukan

bukti kebenaran dari suatu teori yang
sedang dipelajari (Roestiyah, 2008).
Dengan
demikian
penerapan
pembelajaran inkuiri tidak hanya
akan membantu siswa dalam
memahami konsep, tetapi siswa
mampu mengutarakan secara lisan

Aktivitas belajar siswa adalah
sejumlah keterlibatan siswa selama
kegiatan proses pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran
inkuri. Proses pembelajaran yang
terjadi melibatkan guru dan siswa.
Proses pembelajaran akan bermakna
apabila siswa terlibat secara aktif
dalam
proses

pembelajaran.
Sardiman
(2010)
memberikan
petunjuk bahwa yang lebih banyak
melakukan aktivitas di dalam
pembentukan diri adalah siswa itu
sendiri, sedang guru memberikan
bimbingan dan merencanakan segala
kegiatan yang diperbuat oleh siswa.
Aktivitas yang ditunjukkan sisw akan
menentukan kualitas pembelajaran.
Penerimaan pelajaran jika dengan
aktivitas siswa sendiri, kesan itu
tidak akan berlalu begitu saja, tetapi
dipikirkan,
diolah
kemudian
dikeluarkan lagi dlam bentuk yang
berbeda (Slameto,2010). Dalam

kegiatan belajar mengajar siswa akan
bertanya, mengajukan pendapat,
dapat berdiskusi dengan guru. Bila
siswa menjadi partisipasi yanga ktif,
maka akan memliki pengetahuan
yang baik. Nasution (2004) juga
berpendapat
bahwa
pengajaran
modern mengutamakan aktivitas

3

jawaban dan dugaan sementara, dan
mengkomunikasikan hasilnya.
Model pembelajaran inkuri
tersebut dapat memfasilitasi siswa
untuk memecahkan masalah hingga
menemukan sendiri solusinya. Solusi
itu merupakan produk pengetahuan

baru bagi siswa yang dapat berupa
konsep, prinsip, teori, atau hukumhukum alam (Wiyanto, 2011). Untuk
mencapai pada solusi yang ingin di
capai menurut Sanjaya (2009)
menyatakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran
inkuiri
adalah:
orientasi, merumuskan masalah,
mengajukan
hipotesis,
mengumpulkan
data,
dan
merumuskan kesimpulan.
Pembelajaran
dengan
pendekatan
inkuiri
yang
mensyaratkan keterlibatan aktif
siswa
diharapkan
dapat
meningkatkan prestasi belajar dan
sikap anak terhadap pelajaran IPA,
khususnya kemampuan pemahaman
dan
komunikasi
siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri
merupakan
pendekatan
pembelajaran
yang
berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir
ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa
lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreatifitas dalam
memecahkan masalah. Siswa benarbenar ditempatkan sebagai subyek
yang belajar, peranan guru dalam

maupun tulisan. Dengan kata lain,
siswa memiliki kemampuan untuk
menjelaskan,
menyebutkan,
memberikan contoh, dan menerapkan
konsep terkait dengan pokok
bahasan.
Pembelajaran
inkuiri
mengupayakan agar siswa tidak
menjadi pasif tetapi lebih partisipatif
sehingga
pembelajaran
yang
diharapkan akan dapat tercapai.
Menurut Mc Dermott et al.,
sebagaimana dikutip oleh Wiyanto
(2004) hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan pendekatan inkuiri
berhasil
meningkatkan
minat,
mengembangkan kemampuan ilmiah
seperti menjelaskan, memprediksi,
merancang
percobaan,
mengumpulkan dan menganalisis
data,
menarik
kesimpulan,
berkomunikasi, serta menghasilkan
retensi belajar yang baik.
Menurut NRC, sebagaimana
dikutip oleh Hook (2009) inkuiri
adalah berbagai kegiatan yang
dilakukan siswa mulai dari observasi,
menyusun pertanyaan kemudian
mencari jawaban di berbagai buku
teks atau referensi, merencanakan
dan
menerapkan
penyelidikan
menggunakan
bukti
untuk
menjelaskan
pertanyaan,
menggunakan
alat
unutk
mengumpulkan
dan
mengintepretasikan data, menyusun

4

pembelajaran dengan pendekatan
inkuri adalah sebagai pembimbing
dan fasilitator. Tugas guru adalah
memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk
dipecahkan. Namun dimungkinkan
juga bahwa masalah yanga kan
dipecahkan dipilih oleh siswa.
Tugas guru selanjutnya adalah
menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan
masalah.
Bimbingan
dan
pengawasan guru masih diperlukan,
tetapi intervensi terhadap kegiatan
siswa dalam pemecahan masalah
harus dikurangi. Trianto (2007)
menyatakan
bahwa
dalam
mengembangkan
sikap
inkuiri
dikelas, guru mempunyai peranan
sebagai
motivator,
fasilitator,
penanya, administrator, pengarah,
manajer, dan rewarder.
Menurut
Sund
and
Trowbridge, sebagaimana dikutip
oleh Sagala (2003) macam-macam
inkuiri yaitu : 1) Guide Inquiry
merupakan model pembelajaran
inkuiri yang dalam pelaksanaannya
guru menyediakan bimbingan atau
petunjuk yang cukup luas bagi
siswa. Guru harus memberikan
pengarahan dan bimbingan kepada
siswa dalam melakukan kegiatankegiatan yang dilakukan oleh siswa.
2) Modified Inquiry merupakan
model inkuiri yang mempunyai ciri
guru hanya memberikan masalah

melalui pangamatan, percobaan atau
prosedur
penelitian
untuk
memperoleh jawaban, 3) Free
Inquiry merupakan model diman
siswa harus mengidentifikasi dan
merumuskan macam masalah yang
dipelajari dan dipecahkan, 4)
Inquiry Role Approach merupaka
model
pembelajaran
inkuiri
pendekatan
peranan
yang
meilbatkan siswa dalam kelompok
yang terdiri dari 4 orang, 5)
Invitation Into Inquiry merupakan
model pembelajaran inkuri yang
memberikan suatu undangan dan
memunculkan
suatu
problema
kepada para siswa dan melalui
pertanyaan yang telah direncanakan
mengundang
siswa
untuk
melakukan beberapa kegiatan.
Dalam Hamruni (2009)
model
pembelajaran
inkuiri
mempunyai beberapa keunggulan
yaitu :
Menekankan kepada
pengembangan
aspek
kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara
seimbang, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar, mampu
melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas ratarata sehingga siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak
terhambat oleh siswa yang lemah
dalam belajar.
Menurut Lawson (1995) sikap
ilmiah pada dasarnya adalah sikap

5

yang diperlihatkan oleh para
ilmjwan saat mereka melakukan
kegiatan sebagai seorang ilmuwan.
Dengan
perkataan
lain
kecenderungan
individu untuk
bertindak atau berperilaku dalam
memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah
ilmiah.
Kemampuan
bersikap
ilmiah
merupakan
perluasan
dari
keterampilan proses sains yang
dihubungkan dengan pencapaian
sebagai bekal hidup yang perlu
dikembangkan.
Karakteristik
pembiasaan sikap ilmiah menurut
Wenning (2005) adalah sebagai
berikut : 1) observasi merupakan
kegiatan
pengamatan
yang
dilakukan
oleh
siswa
untuk
memperoleh suatu kesimpulan hasil
percobaan,
2)
menafsirkan
pengamatan merupakan kegiatan
memunculkan
kesimpulan
sementara atas percobaan yang
dilakukan, 3) mengelompokkan alat
dan
bahan
untuk
kegiatan
percobaan, 4) meramalkan hasil
percobaan,
5)
berkomunikasi
dengan teman sekelompok ketika
berlangsung dan mendiskusikan
hasil percobaan, 6) hipotesis
merupaka kebenaran sementara hasil
percobaan yang telah dilakukan, 7)
merencanakan percobaan yang akan
dilakukan, 8) menerapkan konsep
yang
telah
didapat
sebelum

melakukan
mengajukan
belum jelas.
3.

percobaan,
9)
pertanyaan apabila

PENGEMBANGAN
PERANGKAT
PEMBELAJARAN INKURI
Prosedur
penelitian
pengembangan
menggunakan
model 4-D yang terdiri dari 4 tahap
yaitu define, design, develop, dan
disseminate. Tujuan tahap define
adalah mendefinisikan syaratsyarat pembelajaran yang diawali
dengan analisis. Pada tahap design
menyiapkan rancangan perangkat
pembelajaran. Pada tahap develop
menghasilkan
perangkat
pembelajaran yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dari pakar
(Hamdani, 2011).
Tahap define adalah tahap
pendefinisian yang diawali dengan
menganalisa komponen perangkat
pembelajaran dan peserta didik
dengan langkah-langkah yaitu
menganalisis kurikulum dan kajian
materi pelajaran serta menganalisa
tugas. Tahap design dimulai
dengan
menyusun
perangkat
pembelajaran
dan
instrumeninsturmennya.
Penyusunan
perangkat
pembelajaran
merupakan langkah awal setelah
tahap
define.
Penyusunan
instrumen adalah tindak lanjut dari

6

penyusunan
perangkat
pembelajaran. Pada tahap develop
pengembangan
perangkat
pembelajaran
inkuiri
diawali
dengan validasi dan real teaching.
Hasil validasi yang telah direvisi di
uji coba kemudian diterapkan
dalam pembelajaran.
Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran :
a. Silabus
Silabus
adalah
rencana
pembelajaran pada suatu dan
atau kelompok mata pelajaran
atau tema tertentu yang
mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi poko,
kegiatam
pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber atau bahan
atau alat belajar (Soehendro,
2006). Silabus dibuat dengan
model pembelajaran inkuiri.
Silabus yang dikembangkan
berupaya memadukan antara
aktivitas dan hasil belajar siswa.
Ciri pada silabus adalah pada
indikator
dan
kegiatan
pembelajaran
menampilkan
kegiatan yang bersifat inkuiri
yang kegiatannya mengundang
pertanyaan bagi siswa dan
kemudian siswa aktif mencari
sendiri jawaban tersebut.
b. RPP
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran adalah rencana

yang menggambarkan prosedur
dan
pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan
dijabarkan
dalam
silabus.
Lingkup rencana pembelajaran
paling luas mencakup satu
kompetensi dasar atas satu
indikator
atau
beberapa
indikator untuk satu kali
pertemuan atau lebih. RPP yang
digunakan dalam penelitian ini
dibuat untuk dua kali pertemuan
dan
didalamnya
disusun
menggunakan
model
pembelajaran inkuiri. Ciri dari
RPP ini adalah pada kegiatan
pembelajaran
menampilkan
kegiatan
inkuiri.
Kegiatan
inkuiri yang dilakukan mulai
dari konsep dan penekanan
aktivitas
belajar
melalui
percobaan atau pengamatan.
c. Bahan Ajar
Bahan ajar adalah bahan
pembelajaran yang disiapkan
guru untuk disajikan sebagai
konsep yang harus dikuasai
siswa. Bahan pembelajaran
disusun berdasarkan silabus dan
RPP yang menggunakan model
inkuiri
dengan
harapan
mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.

7

Hasil
pengembangan
perangkat pembelajaran yang telah
dilakukan pada menunjukkan
bahwa perangkat pembelajaran
dapat
digunakan.
Hal
ini
ditunjukkan dengan tercapainya
hasil
belajar
siswa
dan
terlaksananya semua variabel.
Karakteristik
perangkat
pembelajaran yang dikembangkan
pada silabus adalah secara
berkelompok membuktikan materi
uji
amilum
dan
vitamin
menggunakan metode inkuiri.
Pada RPP karakteristik
yang ada adalah siswa secara
berkelompok
melakukan
percobaan dan dalam kegiatan
tersebut
dapat
menimbulkan
pertanyaan mengenai apa yang
mereka coba dan untuk selanjutnya
mereka dapat mencari jawaban
atas pertanyaan mereka itu melalui
serangkaian kegiatan.

d. LKS
Lembar Kerja Siswa adalah
lembar kegiatan yang berisi
informasi dan perintah atau
instruksi dari guru kepada siswa
untuk
mengerjakan
suatu
kegiatan belajar dalam bentuk
kerja, prkatik atau dalam bentuk
penerapan hasil belajar untuk
mencapai suatu tujuan.
e. Evaluasi
Sebagai tolok ukur keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran
serta untuk melihat efektivitas
model yang dikembangkan
maka perlu dilakukan evaluasi.
Evaluasi yang utama adalah
dalam bentuk pemberian tes
hasil belajar.
Pengembangan perangkat
pembelajaran adalah serangkaian
proses
atau
kegiatan
yang
dilakukan untuk menghasilkan
suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan
yang telah ada. Trianto (2007)
menyatakan bahwa suatu produk
atau program dikatakan valid
apabila produk tersebut dapat
merefleksikan jiwa pengetahuan.
Suatu produk dikatakan praktikal
apabila produk tersebut dapat
digunakan. Suatu produk dikatakan
efektif apabila dapat memberikan
hasil sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.

4. HASIL
PENERAPAN
INKUIRI
TERHADAP
SIKAP ILMIAH SISWA
Hasil penelitian dengan
menggunakan pembelajaran metode
inkuri pada materi uji amilum dan
vitamin menunjukkan peningkatan
sikap ilmiah siswa. Hal ini terlihat
dari meningkatnya persentase ratarata sikap ilmiah siswa selama
mengikuti proses pembelajaran.

8

namuna ada beberapa siswa yang
belum mengerti dan memahami.
Pada kegiatan praktikum yang
dilaksanakan secara berkelompok
ada beberapa siswa yang tidak
terlibat langsung dan hanya melihat
apa yang dilakukan temannya. Pada
pertemuan 2 sikap rasa ingin tahu
menunjukkan peningkatan sebesar
83%. Siswa sudah memahami
materi yang disampaikan dan mulai
aktif mencari jawaban sendiri atas
pertanyaan-pertanyaan
yang
muncul ketika kegiatan praktikum
berlangsung.
Pada
pertemuan
1
keterampilan bersikap obyektif
yang meliputi deskripsi tentang
mencari jawaban sesuai kenyataan
yang ada menunjukkan persentase
73%.
Pada
pertemuan
2
menunjukkan peningkatan sebesar
77%.
Pada aspek keterampilan
bersikap kritis yang meliputi
deskripsi tentang bertanya jika
belum mendapatkan jawaban yang
memuaskan dan aktif menunjukkan
persentase sebesar 73% pada
pertemuan 1. Pada pertemuan 2
ketermpilan bersikap kritis ini
menunjukkan peningkatan sebesar
81%. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa sudah berani dan aktif untuk
bertanya jika belum mendapatkan
jawaban yang memuaskan terutama

Peningkatan ini disebabkan model
inkuiri memberikan kebebasan
kepada siswa untuk mencari
jawaban atas materi sedang mereka
kerjakan melalui praktik, observasi,
dan diskusi.
Tabel 1: Perbandingan
setiap aspek sikap ilmiah
No
1
2
3
4
5
6

Aktivitas
yang
dinilai
Sikap rasa ingin tahu
Sikap obyektif
Sikap kritis
Sikap tekun
Sikap
ingin
menemukan
Sikap terbuka
Rata-rata

persentase

RPP 1 RPP 2 gain
%
%
76
83 0,31
73
77 0,15
73
81 0,30
80
91 0,55
78
80 0,09
78
76

89
84

0,50
0,31

Pada RPP 1 rata-rata
pencapaian sikap ilmiah siswa
sebesar 76%. Pada RPP 2 rata-rata
pencapaian sikap ilmiah siswa
sebesar 84%. Berdasar data
pengamatan, secara keseluruhan
peningkatan sikap ilmiah siswa
termasuk kategori sedang. Hal ini
dapat dilihat dari gain skor sebesar
0,31. Dari hasil observasi pada
pertemuan 1, sikap rasa ingin tahu
yang meliputi memperhatikan
materi yang disampaikan dan
mencari jawaban atas pertanyaan
yang
belum
terpecahkan
menunjukkan persentase sebesar
76%. Siswa mendapatkan materi
yang disampaikan secara jelas

9

ketika
kegiatan
praktikum
berlangsung.
Keterampilan
bersikap
tekun yang memuat deskripsi
tentang selalu mengerjakan tugas
dengan baik dan selalu tepat waktu
dan akti pada pertemuan 1
menunjukkan persentase sebesar
80%.
Pada
pertemuan
2
keterampilan
bersikap
tekun
menunjukkan peningkatan sebesar
91%. Pada pertemuan 1 siswa aktif
mengerjakan tugas dengan baik
namun tidak sesuai waktu yang
disediakan dan pada pertemuan 2
sudah mengerjakan tugas dengan
baik dan tepat waktu.
Sikap ingin menemukan
yang memuat deskripsi tentang
mencari jawaban sendiri atas
permasalahan yang dihadapi dan
aktif menunjukkan
persentase
sebesar 78% pada pertemuan 1
sedangkan pada pertemuan 2
menunjukkan peningkatan sebesar
80%. Siswa sudah aktif dalam
melakukan
praktikum
yang
menggunakan
metode
inkuiri
dimana siswa mencari jawaban
sendiri atas pertanyaan-pertanyaan
yang muncul ketika kegiatan
praktikum berlangsung.
Sikap terbuka yang memuat
deskripsi tentang dapat menerima
saran dan pendapat orang lain pada
pertemuan
1
menunjukkan
persentase sebesar 78% sedangkan

pada pertemuan 2 menunjukkan
peningkatan sebesar 89%. Hasil
praktikum yang dibuat menjadi
sebuah laporan dan selanjutnya
dipresentasikan oleh satu kelompok
dan ditanggapi oleh kelompok yang
lain menunjukkan bahwa siswa
telah dapat berpendapat dan
menerima saran dari orang lain.
5. HASIL
PENERAPAN
INKUIRI
TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA
Hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari proses belajar. Hasil
belajar juga dapat diartikan sebagai
kemampuan aktual yang diukur
secara langsung. Hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki
siswa
setelah
menerima
pembelajaran dari guru dan dapat
dijadikan ukuran atau kriteria
dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan.
Pyle (2008) mengatakan
bahwa
penerapan
model
pembelajaran inkuiri pada siswa
dapat meningkatkan aktivitas, sikap
ilmiah, dan hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan hasil belajar
antar siswa yang mendapat
pembelajaran secara konvensional
dengan siswa yang mendapat
pembelajaran
dengan
metode

10

berupa
sikap
menerima,
memberikan
respon,
menilai,
organisasi, dan karakterisasi; 3)
ranah
psikomotor
adalah
kemampuan yang menyangkut
kegiatan oto dan fisik meliputi
keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda,
dan
koordinasi
neuromuscular.
Berdasarkan
teori
Taksonomi Bloom, hasil belajar
pada ranah kognitif merupakan
kemampuan
intelektual
siswa
dalam berpikir sehingga untuk
mengukur
kemampuan
siswa
didapatkan dengan menggunakan
tes. Setelah melakukan kegiatan
dan menujukkan bahwa hasil pretes
sebelum siswa mendapat perlakuan
menunjukkan bahwa rata-rata kelas
sebesar 59. Pembelajaran yang
berlangsung satu arah membuat
siswa menjadi tidak berkembang,
tidak aktif, dan tidak menguasai
materi yang diberikan. Hasil postes
yang dilakukan setelah siswa
mendapatkan
pembelajaran
menggunakan metode inkuiri pada
uji amilum dan vitamin C
menunjukkan peningkatan dengan
rata-rata kelas sebesar 72 dengan
gain skor sebesar 0,32. Terjadinya
peningkatan hasil belajar kognitif
siswa dalam pembelajaran IPA
dengan menggunakan
metode
inkuiri
menunjukkan
bahwa
perangkat pembelajaran yang telah

inkuiri. Pembelajaran IPA yang
menggunakan metode inkuiri siswa
menjadi
lebih
tertarik
dan
menyenangkan ketika melakukan
serangkaian percobaan materi uji
amilum dan vitamin C. Pada
pembelajaran konvensional guru
mwmwgang peranan yang dominan
sedangkan
siswa
cenderung
bersikap pasif. Guru menggunakan
model pembelajaran konvensional
dan banyak didominasi oleh guru
akan mengakibatkan keaktifan
siswa menjadi rendah (Lie, 2002).
Siswa melakukan pengamatan
praktikum uji amilum dan vitamin
dengan segala pertanyaan yang
muncul mengenai hasil apakah
yang
didapat
ketika
siswa
meneteskan lugol ke berbagai
macam
makanan.
Berdiskusi
dengan kelompoknya mengenai
hasil
pengamatan
dan
memepresentasikan
hasilnya
merupakan
kegiatan
yang
dilakukan siswa untuk dapat
mengekspresikan
seluruh
pengalaman yang didapat ketika
kegiatan berlangsung (Nurnberger,
2009).
Berdasarkan
teori
Taksonomi Bloom, hasil belajar
dicapai melalui tiga ranah, yaitu :
1)
ranah
kognitif
berupa
pengetahuan,
pemahaman,
penerapan,
menganalisa,
dan
membuat produk; 2) ranah afektif

11

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

dikembangkan tepat jika diterapkan
dikelas.
Pada
ranah
afektif,
kemampuan yang dinilai adalah
melalui observasi sikap ilmiah yang
dimunculkan
siswa
ketika
percobaan berlangsung. Sikap
ilmiah meliputi sikap rasa ingin
tahu, sikap obyektif, sikap kritis,
sikap
tekun,
sikap
ingin
mengemukakan, dan sikap terbuka.
Sikap ilmiah sisa pada pelajaran
IPA
menujukkan peningkatan
setelah pembelajaran menggunakan
inkuiri.
Pada ranah psikomotorik,
kemampuan
siswa
dalam
menerapkan alat dan bahan
menujukkan kemudahan dalam
menggunakannya
dan
siswa
mengamati kegiatan praktikum
dengan teliti. Berikut adalah
pencapaian ketuntasan siswa.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Nama
Siswa
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13

Nilai

Kriteria

64
68
64
68
64
64
84
84
40
64
68
68
64

Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

72
68
80
76
64
48
68
68
64
76
72
64
72
64
76
80
80
68
64
64
68
64

Tuntas
Tuntas
Tuuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas

Berdasarkan
tabel
2
menujukkan bahwa ada 2 siswa yang
tidak tuntas belajar dan 33 siswa tuntas
belajar. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar setelah
menggunakan metode inkuri.

Tabel 2: Pencapaian Ketuntasan
Penguasaan Konsep
No

R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35

6.

PENUTUP

Pengembangan
perangkat
pembelajaran yang menerapkan metode
inkuri mulai dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
bahan ajar, dan Lembar Kerja Siswa
(LKS) terbukti efektif mendukung
kegiatan
belajar
siswa
dan
menunjukkan hasil bahwa kemampuan
siswa dalam bersikap ilmiah dari aspek
sikap rasa ingin tahu, sikap obyektif,

12

sikap kritis, sikap tekun, sikap ingin
menemukan, dan sikap terbuka
meningkat dan hasil belajar yang
semula banyak yang tidak tuntas
menjadi banyak yang tuntas.
Adapun
kelebihan
penerapan
model inkuiri pada materi uji amilum
dan vitamin C adalah : 1) pembelajaran
berpusat pada siswa, 2) meningkatkan
keterampilan bersikap ilmiah siswa
dalam pelajaran IPA dengan kegiatan
praktikum yang dilakukan siswa,
berdiskusi dengan teman sekelompok,
dan mempresentasikan hasil praktikum
sehingga menuntut siswa untuk
melakukan
kegiatan
ilmiah,
3)
memberikan pengalaman belajar secara
langsung
karean siswa melakukan
kegiatan
praktikum
kemudian
menghubungkan dengan teori yang
ada, 4) mengembangkan keterampilan
siswa dalam memecahkan masalah dan
keberanian dalam mempresentasikan
hasil praktikum, 5) mengembangkan
kerjasama
dan
keterampilan
berkomunikasi
siswa
yang
memungkinkan untuk belajar dalam
kelompok.
Selain kelebihan, model inkuiri
yang diterapkan juga mempunyai
kelemahan yaitu : 1) kegiatan
praktikum yang dilakukan secara
berkelompok membuat beberapa siswa
tidak mau terlibat langsung dan hanya
melihat kegiatan yang dilakukan oleh
teman
dalam
kelompoknya,
2)
membutuhkan biaya yang cukup

banyak karena untuk membeli berbagai
macam kebutuhan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Hamruni. 2009. Strategi dan Modelmodel
Pembelajaran
Aktif
Menyenangkan. Yogyakarta:UIN
Sunan Kalijaga
Hook, S.J.V. 2009. Developing an
Understanding of Inquiry by
Teachers and Graduate Student
Scientists through a Collaborative
Professional
Development
Program. Electronic Journal of
Science Education, 13(2): 30-61.
Tersedia
di
hhtp//ejse.
Southwestern.edu (diakses 17-22011)
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching
adn Development of Thinking.
California:
Wadsworth
Publishing Company.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning,
Mempraktikkan
Cooperative
Learning di ruang-ruang Kelas.
Jakarta: Gramedia.

13

Liliasari.
2011.
Membangun
Masyarakat
Melek
Sains
Berkarakter Bangsa melalui
Pembelajaran.
Makalah
dipresnetasikan pada Seminar
Nasional Pendidikan IPA, Unnes
Semarang, 16 April.

Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi
Belajar
Mengajar .
Jakarta:
Grafindo.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya .
Jakarta: Rineka Cipta.

Nasution, S. 2004. Didaktik Asas-asas
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto.
2007.
Model-model
Pembelajaran Inovatif: Konsep,
Landasan Teoritis-Praktis dan
Implementasinya.
Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Nurnbeger, J. 2009. Understanding of
Inquiry. Electronic Journal of
Science Education, 11(2): 35-50.
Tersedia
di
http//ejse.southwestern.edu
(diakses 17-2-2013)

Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Terpadu dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka.

Pyle. E.J. 2008. A Model of Inquiry for
Teaching
earth
Science.
Electronic Journal of Science
Education, 12(2): 1-19. Tersedia
di
http//ejse.southwestern.edu
(diakses 10-1-2012)

Trianto.
2011.
Model-model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wenning, C.J. 2005. Levels of Inquiry:
Hierarchies
of
Pedagogical
Practices and Inquiry Processes.
Journal of Physics Teacher
Education Online, 2(3):1-10.
Tersedia
di
www.phy.ilstu.edu/jpte (diakses
18-12-2011)

Roestiyah. 2008. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran.
Bandung:
Alfabeta.
Sanjaya,
W.
2009.
Strategi
Pembelajaran
Berorientasi
Standar
Proses
Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Wiyanto. 2004. Kegiatan Laboratorium
IPA untuk Mengembangkan
Kemampuan Berpikir. Prosiding
Makalah Konvensi Nasional

14

Pendidikan Indonesia (Konaspi)
V di Surabaya , 9 Oktober 2004.
ISBN: 979-445-001-4.

Wiyanto. 2011. Pembelajaran Sains
untuk Mengembangkan Karakter
Unggul. Makalah dipresentasikan
pada Seminar Nasional IPA,
Unnes Semarang, 6 April.

15