T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbandingan Ketrampilan Pemecahan Masalah pada Metode Project Based Learning dan Problem Based Learning pada Mata Pelajaran TIK T1 Full text

Perbandingan Ketrampilan Pemecahan Masalah Pada Metode
Project Based Learning dan Problem Based Learning
Pada Mata Pelajaran TIK
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Oleh:
Luluk Indah Vajriyani
702011093
Program studi Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2017

2

3


4

5

1.

Pendahuluan

Ketrampilan penyelesaian masalah sangat penting dalam kehidupan seharihari maupun dalam dunia pendidikan. Khususnya dalam pelaksaan pembelajaran
yang menjadikan siswa mampu meningkatkan ketrampilan pemecahan masalah
sesuai dengan materi atau topik yang sedang dibahas. Siswa dituntut untuk
berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, untuk menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan
masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan
pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa,
karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik [1].
Diharapkan siswa memiliki ketrampilan pemecahan masalah menggunakan
metode pembelajaran yang tepat yaitu Project Based Learning dan Problem
Based learning. Sesuai dengan potensi project based leraning dalam membentuk

kemampuan pemecahan masalah siswa salah satunya, ketrampilan yang dibangun
di dalam kelasnya, seperti ketrampilan membangun tim, membuat keputusan
kooperatif, pemecahan masalah, dan pengolahan tim. Potensi dalam problem
based learning tidak jauh berbeda dengan project based learning yaitu
memberikan kebebasan penuh dalam menyelesaikan masalah[2].
Hal ini berarti (PjBL) dan (PBL) memiliki potensi yang sama dalam
membentuk ketrampilan pemecahan masalah siswa. Ketrampilan pemecahan
masalah siswa biasanya dilakukan dengan pembelajaran saintifik. Pembelajaran
saintifik terdiri atas kegiatan mengamati, merumuskan pernyataan, penyelesaian
masalah, dan menarik kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan
dan sikap [3]. Pendekatan saintifik akan tampak jelas jika siswa terlibat dalam
model pembelajaran tertentu, yaitu PjBL dan PBL [3]. Jadi metode pembelajaran
PjBL dan PBL dapat digunakan dalam pembentukan ketrampilan pemecahan
masalah siswa.
Metode project based learning (PjBL) dan problem based learning (PBL)
biasanya digunakan pada mata pelajaran MIPA, seperti penelitian yang terdahulu
terbukti bahwa kedua metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah [3]. Selain kemampuan pemecahan masalah kedua metode
tersebut terbukti meningkatkan kecerdasan emosional siswa [3]. Metode PjBL dan
PBL perlu diuji dalam pembelajaran TIK dikarenakan dalam pembelajaran TIK

kemampuan pemecahan masalah sangat diperlukan.
Hal ini berarti (PjBL) dan (PBL) memiliki potensi yang sama dalam
membentuk ketrampilan pemecahan masalah siswa. Ketrampilan pemecahan
masalah siswa biasanya dilakukan dengan pembelajaran saintifik. Pembelajaran
saintifik terdiri atas kegiatan mengamati, merumuskan pernyataan, penyelesaian
masalah, dan menarik kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan
dan sikap [3]. Jadi metode pembelajaran PjBL dan PBL dapat digunakan dalam
pembentukan ketrampilan pemecahan masalah siswa.
Selain itu, siswa di pembelajaran berbasis proyek dilaporkan mendapat
dukungan otonomi yang lebih tinggi, atau guru yang mereka anggap instruktur
mereka memberi kesempatan mendukung untuk bertindak dan berpikir

6

independen dibandingkan dengan siswa di metode berbasis masalah.[4] Temuan
ini menunjukkan bahwa berbeda lingkungan belajar yang berpusat pada siswa
non-tradisional dapat mendukung hasil yang berbeda terkait dengan metode
pembelajaran.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji perbedaan metode PjBL dan
PBL dalam membentk ketrampilan siswa dalam pemecahan masalah dengan cara

membandingkan kedua metode PjBL dan PBL. Manfaat yang didapatkan dari
penelitian ini adalah mengetahui metode mana yang tepat dalam meningkatkan
ketrampilan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran TIK. Manfaat yang di
dapat dengan mengetahui metode mana yang tepat dalam meningkatkan
ketrampilan pemecahan masalah yaitu guru dapat menggunakan metode yang
sesuai dengan keadaan siswa di kelas. Begitu juga dengan siswa dapat
melaksanakan pemebelajaran dengan nyaman dan dalam meningkatkan
ketrampilan pemecahan masalah siswa dapat melihat ketrampilannya.
2.

Kajian Pustaka

Problem solving skill atau ketrampilan pemecahan masalah merupakan
proses mental tingkat tinggi dan memerlukan proses berpikir yang kompleks.
Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu sebagai berikut siswa dapat
memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan
rencana, dan memeriksa kembali pemecahan masalah yang didapatkan [5].
Kemampuan yang dihasilkan dari pemecahan masalah yang tepat menjadikan
siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Tidak
hanya output akan tetapi proses dalam pemecahan masalah juga sangat penting

[6]. Kesesuaian TIK dengan problem solving skill, dalam pembelajaran TIK
dengan materi microsoft access siswa dituntut untuk menyelesaikan permasalahan
yang kompleks seperti langkah dalam pembuatan tabel sampai dengan data base.
Disini kemampuan pemecahan masalah siswa sangat dibutuhkan, terutama
pelajaran TIK di SMK TI jurusan TKJ dan multimedia, dalam menghasilkan suatu
produk siswa harus memikirkan dampak positif dan negatif dari sesuatu yang
mereka hasilkan. Tidak hanya produk akan tetapi kemampuan pemecahan
masalah dapat digunakan dalam pembuatan suatu proyek atau dalam kerja
kelompok.
PjBL menekankan pada kegiatan belajar yang relatif berdurasi panjang,
berpusat pada pembelajar, dan terintegrasi dengan praktik dan isu-isu dunia nyata,
yang dapat melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir
proyek-proyek dalam pembelajaran [7]. PjBL berfokus pada konsep-konsep dan
prinsip-prinsip utama dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam pemecahan
masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi peluang siswa bekerja secara
otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan puncaknya menghasilkan
produk karya siswa bernilai dan realistik [8]. Bentuk kemampuan yang di
dapatkan dari pembelajaran PjBL menjadikan siswa jadi lebih aktif didalam
belajar, banyak ketrampilan yang berhasil dibangun dari proyek di dalam
kelasnya, seperti ketrampilan membangun tim, membuat keputusan kooperatif,

pemecahan masalah kelompok, dan pengolahan tim [3].

7

Karakteristik PjBL sangat tepat dalam pembentukan kemampuan
pemecahan masalah sesuai dengan karakteristiknya terdapat masalah yang
pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. Tahap-tahap dalam PjBL yang
pertama penentuan pertanyaan mendasar pada tahap ini siswa di diminta untuk
mengajukan pertanyaan terkait dengan microsoft access. Tahap selanjutnya
mendesain perencaan proyek (design a plan for project) pada tahap ini guru
memberikan instruksi terkait pembuatan proyek dan masalah yang dihadapi dalam
pembutan proyek, siswa mempersiapkan keperluan. Selanjutnya memonitor
peserta didik dan kemajuan proyek selain itu guru melihat ketrampilan pemecahan
masalah siswa. Tahap selanjutnya menguji hasil (assess the outcome) dari proyek
dan pemecahan masalah. Tahap terakhir mengevaluasi pengalaman merupakan
tahap dimana siswa dapat menemukan solusi dari masalah, dari tahap ini guru
dapat melihat ketrampilan pemecahan masalah siswa.
PBL suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada
pembelajar yang dimulai dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang
dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata [9].

Hal itu lah yang menjadikan PBL tepat dalam pembelajaran di mata pelajaran TIK
materi microsoft access khususnya di SMK.
PBL memiliki potensi yang sesuai dengan asumsi siswa bahwa siswa
beranggapan hanya penerima pasif informasi yang diberikan guru, hal ini tumbuh
berdasarkan pengalaman belajar yang dialami siswa berpartisipasi dalam PBL
peran yang dituntut adalah sesuatu yang berbeda [9]. Potensi PBL yaitu, sangat
besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk
siswa,memberikan kebebasan penuh kepada siswa dalam menyelesaikan masalah,
dan dapat meningkatkan problem solving skill siswa.
Tahap-tahap dalam problem based learning meliputi, merumuskan masalah
tahap ini siswa melihat masalah apa yang dihadapi dalam materi microsoft access,
selanjutnya menganalisis masalah setelah melihat masalah yang ada siswa
menganalisa masalah dengan suatu pertanyaan dan pernyataan yang diajukan
kepada guru, menata gagasan siswa secara sistematis pada tahap ini guru
memberikan masukan atau gagasan dari pertanyaan dan pernyataan siswa,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya siswa mengembangkan masukan
yang diberikan oleh guru, menganalisa proses pemecahan masalah siswa sudah
menemukan solusi dari masalah yang dihadapi, dan tahap terakhir mengevaluasi
proses pemecahan masalah pada tahap ini guru memberikan solusi yang lain dari
yang siswa hasilkan.

Persamaan dari PjBL dan PBL yaitu memiliki potensi yang sama dalam
ketrampilan pemecahan masalah, meningkatkan motivasi siswa, melatih siswa
untuk bekerja secara kelompok, dan meningkatkan keaktifan siswa. Persamaan
dari PjBL dan PBL yaitu PjBL menekankan dalam pembuatan proyek secara
sistematis, sedangkan PBL lebih menekankan dalam penyelesaian masalah.
Pendekatan saintifik akan tampak jelas jika siswa terlibat dalam model
pembelajaran tertentu, yaitu PjBL dan PBL [4].

8

3.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen tipe Single Group Design yaitu
studi kasus 1 tembakan (one shot case study) [10]. Penelitian ini dilakukan di
lingkungan pendidikan yang nyata, dengan menggunakan intervensi yaitu
kegiatan belajar, penggunaan teknologi dan desain pedagogis tertentu. Data
kuantitatif merupakan hasil melalui observasi dengan metode pembelajran PJBL

dan PBL yang dikenakan kepada dua kelompok kelas, satu kelompok jurusan TKJ
dan 1 kelompok jurusan multimedia. Satu kelompok dikenai metode pembelajaran
PjBL dan satu kelompok dikenai PBL tanpa ada kelompok kontrol. Hasil
observasi yang dilakukan adalah untuk melihat ketrampilan pemecahan masalah
siswa.
Analisis yang dilakukan pada data kuantitatif adalah melihat besarnya
pengaruh kemampuan pemecahan masalah siswa antara kedua kelompok yang
telah dikenai metode pembelajaran PJBL dan PBL. Pengambilan sampel
menggunakan Random Assigment Sampling [10]. Dengan jumlah sampel
sebanyak 20 siswa SMK PGRI 3 Salatiga dari 2 jurusan yaitu 10 siswa dari
jurusan TKJ dan 10 siswa dari jurusan Multimedia. Untuk mengetahui perbedaan
keterampilan pemecahan masalah siswa dari kedua metode maka dilakukan uji
beda independent t-tes terhadap nilai gain atau peningkatan. Hipotesis yang
digunakan adalah H0 : PJBL dan PBL memiliki kemampuan yang sama terhadap
problem solving skill. Dan H1 : PJBL dan PBL tidak memiliki kemampuan yang
sama terhadap problem solving skill.
4.

Hasil dan Pembahasan


Siswa SMK PGRI 3 Salatiga membenarkan bahwa metode project based
learning dan problem based learning sama-sama dibutuhkan dalam pemecahan
masalah. Sesuai dengan tabel di bawah ini menunjukan bahwa rata-rata atau mean
dari keadaan akhir siswa dari kedua metode tersebut adalah sama. Berdasarkan
postes yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut sebagai bukti bahwa
metode pembelajaran PJBL dan PBL memiliki kemampuan yang sama dalam
pembentukan kemampuan pemecahan masalah siswa atau problem solving skill
siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan kemampuan pemecahan
masalah siswa di dalam penelitian ini dipaparkan dalam statistik deskriptif yang
memuat nilai rata-rata dan gain. Pemaparan dan pendeskripsian dilakukan
terhadap data kemampuan pemecahan masalah yang dibelajarkan dengan metode
pembelajaran Project based learning maupun yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Problem based learning. Ringkasan statistik kemampuan
pemecahan masalah dengan metode pembelajaran project based learning dan
problem based learning disajikan pada tabel 1.

9

Tabel 1 Statistik deskriptif Hasil Observasi Ketrampilan Pemecahan Masalah

dengan Metode Pembelajaran Project based learning (PjBL) dan Problem Based
Learning (PBL)

Kelompok
PjBL
PBL

Mean
1,32
1,3

Pre
St.dev
0,487
0,52

Mean
2,58
2,47

post
St.dev
0,44
0,43

Gain
Mean
0,75
0,68

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat dari hasil observasi kelompok kelas TKJ
sebelum dikenai metode PjBL menghasilkan mean atau rata-rata 1,32 dengan nilai
penyebaran atau standar deviasi 0,487. Hasil observasi dari kelompok kelas
Multimedia sebelum dikenai metode PjBL menghasilkan nilai rata-rata atau mean
1,3 dengan penyebaran atau standar 0,52. Hasil observasi untuk kelompok kelas
TKJ setelah dikenai metode PjBL menghasilkan niali rata-rata atau mean 2,58 dan
nilai penyebarab ata standar deviasi 0,44. Untuk kelompok kelas multimedia
sesuai dengan hasil observasi menghasilkan nilai rata-rata atau mean 2,47 dan
nilai penyebarab atau standar deviasi 0,43.
Dari hasil tersebut dibuktikan dengan uji beda antara peningkatan atau gain
PJBL dan PBL dengan hasil nilai signifikan 0,125. Hasil tersebut menunjukkan
perbedaan yang tidak signifikan karena 0,125 lebih besar dari 0,05 oleh sebab itu
H0 diterima, yaitu PjBL dan PBL memiliki kemampuan yang sama terhadap
problem solving skill siswa.

10

Tabel 2 Rata-rata nilai Postes dan Pretest dari 10 siswa PJBL dan 10 siswa PBL

No

Indikator

Sub-Indikator

1

Memahami masalah

Siswa memberikan informasiinformasi tentang Microsoft
Access

80

80

Siswa memberikan pertanyaanpertanyaan tentang Microsoft
Access

80

80

Siswa dapat memilih cara
pemecahan masalah

80

80

Siswa dapat menjelaskan
langkah-langkahnya

70

70

Siswa dapat menjelaskan
langkah-langkahnya

80

70

Siswa dapat meberikan alasan
mengapa memilih langkah itu
Siswa dapat membagi tugas

80

80

80

80

Siswa dapat memecahkan
masalah sesuai langkah-langkah
yang mereka pilih

70

80

Siswa dapat memecahkan
masalah dengan cara yang
mereka pilih

80

70

Siswa dapat memberikan hasil
yang benar
Siswa dapat memeriksa kembali
langkah-langkah yang mereka
gunakan sesuai dengan cara
yang mereka pilih

80

70

70

80

Siswa dapat mengevaluasi hasil
dengan dan langkahlangkahnya

80

70

2

3

4

Merencanakan
pemecahan masalah

Melakukan
rencana
pemecahan masalah

Memeriksa
kembali
pemecahan masalah

Mean SubIndikator
PjBL PBL

Dari tabel 2 tersebut dapat dijabarkan bahwa pada indikator memahami
masalah menghasilkan rata-rata atau mean yang sama. Hal itu disebabkan oleh
tahap awal dari PjBL dan PBL adalah sama yaitu penentuan masalah dan rumusan

11

masalah. Pada indikator merencanakan pemecahan masalah ada satu sub indikator
yang menghasilkan mean berbeda yaitu sub indikator siswa dapat menjelaskan
langkah-langkahnya pada PJBL mean nya 80 dan pada PBL mean nya 70 hal ini
disebabkan pada PJBL terdapat tahap merencanakan proyek pemecahan masalah
sedangkan pada PBL hanya tahap merumuskan masalah.
Pada indikator melakukan rencana pemecahan masalah ketiga sub indikator
menghasilkan mean yang berbeda. Yaitu pada sub indikator Siswa dapat
memecahkan masalah sesuai langkah-langkah yang mereka pilih pada PJBL mean
nya 70 dan pada PBL 80 dikarenakan pada PJBL tahap ini guru yang lebih
berperan sedangkan pada PBL siswa aktif dalam menganalisis masalah. Sub
indikator selanjutnya yaitu siswa dapat memecahkan masalah dengan cara yang
mereka pilih dan siswa dapat memberikan hasil yang benar pada sub indikator ini
mean dari PJBL 80 dan mean dari PBL 70 dikarenakan tahap pada PJBL
mengasilkan produk dan menguji hasil sedangkan pada PBL tidak ada tahap
tersebut.
Pada indikator memeriksa kembali pemecahan masalah kedua sub indikator
menghasilkan mean yang berbeda pula. Pada sub indikator siswa dapat
memeriksa kembali langkah-langkah yang mereka gunakan sesuai dengan cara
yang mereka pilih mean dari PJBL 70 dan mean dari PBL 80 hal itu disebabkan
oleh tahap pada PJBL hanya memeriksa dari proyeknya sedangkan pada PBL
lebih ke pemecahan masalahnya. Sub indikator yang terakhir yaitu siswa dapat
mengevaluasi hasil dengan dan langkah-langkahnya dari sub indikator ini mean
dari PJBL 80 sedangkan mean dari PBL 70 hal itu disebabkan karena pada PJBL
tahap mengevaluasi pengalaman sedangkan di PBL tahap mengevalusi
pemecahan masalah jadi tahap mengevaluasi pengalam pada PJBL lebih lengkap
dibandingkan dengan hanya mengevaluasi pemecahan masalah.
5.

Diskusi

Siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran memberikan manfaat
terhadap proses dan hasil dari kegiatan belajar. Beberapa manfaat dari
penggunaan metode pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi siswa,
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, meningkatkan kolaborasi
antar siswa, meningkatkan ketrampilan mengelola sumber, siswa terlatih dalam
memecahkan masalah, dan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Candice Stefanou, Jonathan D Stolk, Michael Prince, John C Chen
and Susan M Lord yaitu investigasi perbandingan dua metode PJBL dan PBL
kedua metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan pengembangan diri siswa
[12].
Siswa menyatakan bahwa metode pembelajaran PJBL dan PBL tepat
digunakan untuk pembelajaran siswa SMK. Kedua metode tersebut sesuai dengan
materi di SMK yang menuntut untuk siswa selalu aktif. Seperti pernyataan yang
dikemukakan oleh Rusman Model PBL dan PJBL merangsang pembelajaran aktif
dengan meminta siswa untuk meringkas kata-kata sendiri yang telah mereka

12

pelajari dan dengan mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara
masalah yang mereka telah pelajari.
Pendekatan saintifik akan tampak jelas jika siswa terlibat dalam model
pembelajaran tertentu, yaitu: 1) Project Based Learning 2) Problem Based
Learning 3) Penemuan terbimbing [4]. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa
metode PJBL dan PBL memiliki kemampuan dan peran yang sama dalam
kemampuan pemecahan masalah. PJBL dan PBL memberikan dampak positif
terhadap proses pembelajaran maupun nilai akhir siswa. Khususnya dalam
kemampuan pemecahan masalah [12].
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih
kompleks tidak hanya kemampuan pemecahan masalah, misalnya keaktifan siswa,
pemahaman terhadap suatu konsep, dan pengembangan metode pembelajaran
yang tepat. Dengan demikian, guru dapat memilih metode mana yang sesuai
dengan keadaan siswa dan sebagai siswa juga nyaman dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Serta memperhatikan nilai atau hasil belajar siswa serta
aspek tujuan pembelajaran lebih diperluas pada domain afektif dan psikomotor.
Selain itu penelitian dengan metode pembelajaran PJBL dan PBL biasa dilakukan
untuk mapel eksak seperti matematika dan fisika, oleh sebab itu penelitian dengan
metode PJBL dan PBL dalam mata pelajaran TIK bisa dilakukan dan
dikembangkan dengan baik.
6.

Daftar Pustaka

[1] I Dw A. Trisna Handayani., I Wayan Karyasa & I nyoman Suardana. (2015).
Komparasi Peningkatan Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Pased Learning dan Project
Based Learning. e-journal proram pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Study Pendidikan IPA, Tahun 2015
[2] Erik de Graaff., Anettte.(2007) Implementation of Problem-Based and
Project-Based Learning in Engineering.Education Inc AAEE
[3] N. K. D. Karina., I. W. Sadia., I. W. Suastra. (2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Kecerdasan Emosional Siswa SMP. e-journal proram pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Study Pendidikan IPA, Tahun 2014
[4] Candice Stefanou., Jonathan D Stolk., dkk. (2013). Self Regulation and
Autonomy in Problem and Project Based Learning Environments. Missisipi State
Univ Libraries on November 25, 2013
[5] Gd. Gunantara., Md Suarjana., Pt. Nanci Riastini. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha, Tahun 2014

13

[6] Eko Andy Purnomo., Venissa Dian Mawarsari. (2014). Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran IDEAL Problem
Solving Berbasis Project Based Learning, JKPM, Volume 1 Nomor 1 Januari
2014
[7] U. Setyorini, S.E. Sukiswo., B. Subali. (2011). Penerapan Model Problem
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Tahun 2011
[8] Bekti Wulandari., Herman Dwi Surjono. (2013). Pengaruh Problem Based
Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di
SMK.Jurnal Pendidikan Vokasi, Tahun 2013
[9] Gede Adi Yuniarta. (2015). Pengembangan Problem Based Learning dengan
MYOB Accounting Pada Mata Kuliah Komputer Akuntansi. Jurnal Pendidikan dan
Pengajaran UNDHIKSHA
[10] I M. Suarsana., G.A. Mahayukti. (2013). Pengembangan E-Modul
Berorientasi Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir
Kritis Mahasiswa. Jurnal pendidikan mahasiswa Indonesia, Tahun 2013
[11] Ardhi Prabowo. (2012). Pembelajaran Berbasis Proyek Untk Meningkatkan
Pemahaman Mahasiswa atas Permasalahan Statistika Pada Perkuliahan Studi
Kasus dan Seminar, Jurnal Kreano.
[12] Farid Pramukantoro. (2013) pengaruh Penerapan pembelajaran Berbasis
Proyek Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Menerapkan
Dasar-dasar Teknik Digital di SMKN 2 Surabaya. Jurnal Pendidikan Teknik
Elektro, Tahun 2013

14

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24