IMPLEMENTASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN TABUKAN TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE | Mantiri | JURNAL EKSEKUTIF 17171 34596 1 SM

IMPLEMENTASI PROGRAM KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN TABUKAN
TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE
Michael S. Mantiri1

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Implementasi Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan masyarakat Kecamatan
Tabukan Tengah, dengan fokus penelitian sosialisi program, mekanisme penyaluran
dana, kinerja pendampingan KUBE, dan efektivitas program pada kelompok sasaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pemberdayaan masyarakat pada
Kelompok Usaha Bersama di Kecamatan Tabukan Tengah meskipun belum mencapai
hasil yang optimal tetapi secara implementatif program tersebut cukup efektif dan
berhasil sesuai sasaran terhadap penyaluran dana kepada Kelompok Usaha Bersama.
Program pemberdayaan masyarakat pada Kelompok Usaha Bersama mempunyai
implikasi yang signifikan dalam upaya menurunkan angka kemiskinan di daerah
tersebut, secara imlpementatif Program pemberdayaan masyarakat pada Kelompok
Usaha Bersama masih dihadapkan pada mekanisme/prosedur admnistrasi yang
birokratis dan melibatkan berbagai unsur pelaksana hasil yang dicapai belum optimal,
meski demikian secara empirik program pemberdayaan masyarakat ini sudah cukup
berhasil. Secara impelementatif program pemberdayaan masyarakat pada Kelompok

Usaha Bersama Kecamatan Tabukan Tengah sudah sesuai sasaran, terutama terhadap
penyaluran dana sudah tepat sasaran dan diberikan kepada yang warga miskin yang
tergolong dalam Kelompok Usaha Bersama. Kemudian dari segi besarnya bantuan
dana juga sudah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Kata Kunci : Implementasi, program KUBE, Pemberdayaan Masyarakat.

1

Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP-Unsrat.

Pendahuluan
Sejak tahun 2011, pemerintah
telah menetapkan kebijakan tentang
Penanganan Fakir Miskin berdasarkan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2011,
dalam
UU
ini

tentang
Penanganan Fakir Miskin adalah upaya
yang terarah, terpadu dan berkelanjutan
yang dilakukan pemerintah daerah atau
masyarakat dalam bentuk kebijakan,
program dan kegiatan pemberdayaan,
pendampingan serta fasilitas untuk
memenuh kebutuhan dasar setiap
warga. Dalam hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa kemiskinan dapat
dilihat dari aspek kondisi yang miskin
artinya ditinjau dari kepemilikan
sumber daya dan perolehan harta benda
tidak memadai untuk hidup, baik itu
dari segi sumber daya alam seperti
pemilikan lahan, sumber daya manusia
seperti kesehatan atau gizi yang kurang
dan
kalaupun
berpenghasilan

penghasilannya sangat rendah, sehingga
berada dala, situasi serba kekurangan.
KUBE merupakan salah-satu program
unggulan Kementerian Sosial dalam
rangka
mengentaskan
kemiskinan
melalui pemberdayaan masyarakat.
Skema yang diluncurkan menekankan
pada peningkatan dan pengelolaan
pendapatan melalui Usaha Ekonomi
Produktif (UEP). Indikator capaian
keberhasilan program KUBE adalah
terwujudnya kemandirian keluarga fakir
miskin penerima bantuan UEP. KUBE
sebagai
upaya
penanggulangan
kemiskinan
dilaksanakan

dengan
strategi
penguatan
kelompok,
pemberian bantuan stimulan usaha dan
pendampingan yang menggunakan
pendekatan pekerjaan sosial.
Kecamatan Tabukan Tengah
Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai
salah satu yang melaksanakan program
tersebut
belum
terlepas
dari
kemisikinan, sehingga upaya untuk
mengentaskan kemiskinan melalui

pemberdayaan
masyarakat
belum

menunjukkan hasil yang optimal. Hasil
awal observasi menunjukkan bahwa
secara implementatif program tersebut
masih dihadapkan pada suatu kendala
antara lain: 1) terbatasnya sumber daya
manusia yang profesioanal dalam
mengelola keuangan, 2) kurangnya
pemahaman para penerima bantuan
modal usaha, 3) kurang efektifnya
pengawasann dalam penggunaan modal
usaha, 4) terbatasnya tenaga kerja
terampil, 5) serta kurang kesadaran
masyarakat untuk mengikuti petunjuk
program pemberdayaan yang telah
disosialisasikan, mengingat program
memiliki implikasi cukup baik dalam
rangka penanggulangan kemiskinan,
walaupun
demikian
secara

implementatif program tersebut masih
dihadapkan pada suatu persoalan
sehingga dimana program tersebut
belum dapat mengentaskan kemiskinan
melalui pemberdayaan masyarakat
secara keseluruhan di daerah.
Kerangka Dasar Teori
James E. Anderson dalam
Subarsono (2009:2) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai kebijakan
yang ditetapkan oleh badan-badan dan
aparat pemerintah. Walaupun disadari
bahwa
kebijakan
publik
dapat
dipengaruhi oleh para aktor dan faktor
dari luar pemerintah. Dalam buku ini
kebijakan publik dipahami sebagai
pilihan kebijakan yang dibuat oleh

pejabat atau badan pemerintah dalam
bidang tertentu, misalnya bidang
pendidikan, politik, ekonomi, pertanian,
industri, pertahanan, dan sebagainya.
Merille S. Grindle dalam Ekowati
(2005:35)
bahwa
implementasi
kebijakan adalah suatu fungsi dari
implementasi program. Implementasi
kebijakan sangat tergantung atas
implementasi program dengan asumsi
bahwa program-program kenyataannya

secara tepat menjadi tujuan kebijakan.
Jadi pada dasarnya implementasi
kebijakan sama dengan implementasi
program itu sendiri. Menurut Effendi
(2002:2) pembangunan adalah “suatu
upaya meningkatkan segenap sumber

daya yang dilakukan secara berencana
dan berkelanjutan dengan prinsip daya
guna yang merata dan berkeadilan”.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
pembangunan
berorientasi
pada
pembangunan masyarakat, dimana
pendidikan menempati posisi yang
utama dengan tujuan untuk membuka
wawasan dan kesadaran warga akan
arah dan cita-cita yang lebih baik.
Moeljarto (1995:172), mengemukakan
pemberdayaan
sebagai
proses
pematahan dari hubungan atau relasi
subyek dengan obyek. Proses ini
mementingkan
adanya

pengakuan
subyek akan kemampuan atau daya
power yang dimiliki obyek. Pemberian
kuasa atau kebebasan dan pengakuan
dari subyek ke obyek dengan
memberikan
kesempatan
untuk
meningkatkan
hidupnya
dengan
memakai sumber yang ada merupakan
salah satu manifestasi dari mengalirnya
daya tersebut.
Kemiskinan adalah kondisi
sosial ekonomi warga masyarakat yang
tidak mempunyai kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan pokok yang layak
bagi
kemanusiaan.

Kemiskinan
merupakan
masalah
dalam
pembangunan yang ditandai oleh
pengangguran dan keterbelakangan,
yang kemudian meningkat menjadi
ketimpangan.
Program
Nasional
pemberdayaan Fakir Miskin merupakan
suatu upaya untuk penanggulangan
kemiskinan.
Program
tersebut
dillakukan
dengan
pendekatan
kelompok usaha bersama (KUBE) yaitu
melalui pemberian modal usaha yang

disalurkan melalui perbankan. Pada
tahap mengembangkan KUBE, P2FM

dilaksanakan
melalui
mekanisme
Bantuan
Langsung
Pemberdayaan
Sosial (BLPS) dengan penguatan modal
usaha memfasilitasi kelompok fakir
miskin
untuk
mengelola
Usaha
Ekonomi
Produktif (UEP),
dan
meningkatkan
aktivitas
sosial
kelompok. Dalam pelaksanaannya
Kementrian Sosial akan bekerja sama
dengan pihak PT Bank Rakyat
Indonesia (BRI) untuk penyaluran dana
stimulant UEP.
Kelompok Usaha Bersama Fakir
Miskin (KUBE-FM) adalah himpunan
dari keluarga yang tergolong miskin
dengan keinginan dan kesepakatan
bersama membentuk suatu wadah
kegiatan, tumbuh dan berkembang atas
dasar
prakarsa
sendiri,
saling
berinteraksi antara satu dengan yang
lain, dan tinggal dalam satuan wilayah
tertentu
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan
produktivitas
anggotanya, meningkatkan relasi sosial
yang harmonis, memenuhi kebutuhan
anggota, memecahkan masalah sosial
yang dialaminya dan menjadi wadah
pengembangan usaha bersama (Depsos
RI, 2005). Implementasi Program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
dalam
Pemberdayaan
masyarakat
Kecamatan Tabukan Tengah adalah
pelaksanaan Program KUBE dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin adalah
Program Nasioanal yang merupakan
suatu
upaya
penanggulangan
kemiskinan, yang di berikan kepada
setiap Daerah Kota/Kabupaten ,yang
Program tersebut dilakukan dengan
pendekatan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) yaitu melalui pemberian modal
usaha
yang
disalurkan
melalui
perbankan. Pada tahap mengembangkan
KUBE, P2FM dilaksanakan melalui
mekanisme
Bantuan
Langsung
Pemberdayaan Sosial (BLPS) dengan
penguatan
modal
usaha,
yang
memfasilitasi kelompok fakir miskin

yang tergolong dalam Kelompok Usaha
Bersama untuk mengelola Usaha
Ekonomi
Produktif (UEP),
dan
meningkatkan
aktivitas
sosial
kelompok. Pada kelompok fakir miskin.
Metode Penelitian
Penelitian
yang
dilakukan
penulis termasuk penelitian deskriptif
dan
akan
dianalisisi
dengan
mengggunakan
metode
kualitatif.
Penelitian deskriptif sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki
dengan
menggambarkan
atau
melukiskan keadaan subyek atau obyek
penelitian
seseorang,
lembaga,
masyarakat
dan
lain-lain
yang
didasarkan pada fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya.
Fokus Penelitian ditetapkan
sebagai berikut: a.Sosialisasi Program
b.Mekanisme Prosedur Penyaluran
Dana c.Kinerja Pendampingan KUBE
d.Efektivitas Program pada kelompok
sasaran faktor-faktor yang mendukung
dan penghambat dalam Implementasi
Program Kelompok Usaha Bersama
(KUBE)
pada
pemberdayaan
masyarakat
Kecamatan
Tabukan
Tengah.
Hasil Penelitian
Sosialisasi Program Adapun
yang menjadi sasaran dari Program
pemberdayaan KUBE pemberdayaan
Fakir Miskin pada periode tahun 2014
sampai dengan 2015 dapat di jelaskan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumber
daya manusia aparatur dan tenaga
kesejahteraan Sosial Masayarakat
sebanyak 10% pertahun.
2. Menurunnya jumlah penduduk
miskin dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial ditengahtengah masyarakat.
3. Meningkatnya
jumlah
dan
kemampuan
masyarakat
baik

berupa
kelembagaan
maupun
perorangan dalam penanganan
masalah kesejahteraan sosial.
Dalam hal sosialisasi program
yang dilakukan petugas pelaksana
terhadap masyrakat miskin, meskipun
hal tersebut telah dilakukan tetapi
secara aplikatif belum optimal, dan hal
tersbut dapat dilihat dari frekuensi
pertemuan yang dilakukan pada
masyarakat miskin relative kecil
sehingga
sebagian
masih
kecil
masyarakat yang tidak mengetahui
mengenai program tersebut. Melalui
petemuan formal, media cetak televisi
dan radio yang frekuensinya masih
rendah.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kegiatan
sosialisasi Program pemberdayaan
masyarakat dalam Kelompok Usaha
Bersama secara aplikatif belum
mencapai kepada rumah tangga sasaran.
Hal tersebut dapat dilihat dari
penyampaian informasi, baik melalui
pertemuan formal, media cetak maupun
media Televisi dan radio masih rendah,
maka cukup beralasan jika dalam
sosialisasi program belum mencapai
kesemua
rumah
tangga
sasaran
(masyarakat miskin). Dengan demikian
sosialiasi
program
pemberdayaan
masyarakat dalam Kelompok Usaha
Bersama masih belum efektif, karena
aksesbilitas informasi yang disampaikan
belum nyampai kepada kelompok
sasaran terkecuali bagi mereka yang
tercantum dalam Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) telah mendapatkan
informasi secara lengkap. Hal tersebut
telah diakui oleh petugas pelaksana
yang melakukan kegiatan program
tersebut. Hasil dapat disimpulkan
bahwa data tersebut menunjukkan
betapa kecilnya frekuensi bentuk
sosialisasi pada Program KUBE P2FM
yang dilaksanakan melalui Dinas Sosial
Provinsi dan Kota beserta para petugas

pelaksana pendamping yang ternyata
belum mencapai target sasaran kepada
warga masyarakat miskin yang ada di
wilayah Kecamatan Tabukan Tengah.
Mekanisme
Penyaluran
Dana
Mekanisme penyaluran dana bantuan
untuk fakir miskin tidak terlepas dari
sistem dan prosedur Admnistrasi
pelayanan yang dilakukan oleh instansi
yang kompeten. Dalam hal ini terjadi
berbagai persoalan, sehingga pencairan
dana P2FM oleh KUBE dari rekening
BRI mengalami hambatan hingga
periode waktu telah menndekati batas
maksimum sesuai ketentuan anggaran
Negara,
maka
Direktur
Jendral
Pemberdayaan
Sosial
memiliki
kewenangan melakukan intervensi dan
memerintahkan BRI untuk mencairkan
dana Kepada KUBE. Mekanisme
intervensi yang dilakukan adalah
dengan
menerbitkan
surat
pemberitahuan kepada BRI di wajibkan
mencairkan dana P2FM kepada KUBE
sesuai dengan surat pemberitahuan dari
Direktur Jendral Pemberdayaan Sosial
dalam kurun waktu selambat-lambatnya
1 minggu. Meskipun demikian, tetap
dilakukan verivikasi singkat oleh BRI
setempat dan terdapat persyaratan
minimum yang tetap harus dipenuhi
oleh KUBE yaitu:
1. Nama-nama pengurus dan Anggota
Kube harus sesuai dengan yang
tercantum di dalam surat Keputusan
Direktur Jendral Pemberdayaan
Sosial.
2. Terdapat Proposal Pemanfatan dana
KUBE yang telah ditandatangani
oleh Ketua dan sekretaris KUBE.
Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mekanisme/prosedur untuk pencairan
bantuan dana stimulant bagi fakir
miskin
belum
sesuai
pelayanan
(kesederhanaan, tranfaransi, ketepatan
waktu dan efesiensi. Karena masih
dihadapkan pada prosedur yang panjang

atau birokratis sehingga diperlukan
waktu relatif lama. Disamping itu juga
diperlukan kecermatan karena setiap
pengurus harus mengetahui mekanisme
yang
ditentukan
berdasarkan
pemanfatatannya,
yaitu
untuk
pemberdayaan masyarakat miskin dan
untuk biaya operasional pemantauan
dan
pengendalian.
Berdasarkan
mekanisme yang berlaku justru dua
narasumber
tersebut
secara
tanggapannya berbeda, sebagaimana
ditampilkan pada gambar bagan
mekanisme penyaluran dana tersebut
telah menampilkan adanya mekanisme
yang kurang mencerminkan esensi,
karena prosesnya yang begitu panjang,
dan disisi lain banyaknya persyaratan
yang harus terpenuhi, maka tidaklah
heran jika para pengurus Kelompok
Usaha Bersama ketika mencairkan dana
stimulant
selalu
dipandu
oleh
pendamping. Hasil disimpulkan bahwa
masih adanya perbedaan persepsi
dengan masyarakat warga miskin yang
tergolong dalam KUBE dengan Pihak
pelaksana Dinas Sosial terhadap
mekanisme pencairan dana untuk
Program KUBE masih dihadapkan
prosedur yang mereka pikir prosedur itu
panjang dan diperlukan waktu relatif
lama. Karena dilihat dari banyaknya
persayaratan yang harus dipenuhi di
setiap anggota-anggota KUBE untuk
mencairkan dana yang untuk diberikan
kepada anggota-anggota KUBE di
wilayah Kecamatan Tabukan Tengah.
Kinerja
pendampingan
merupakan salah satu indikator terhadap
keefektifan Program Kelompok Usaha
Bersama
dalam
Pemberdayan
mayarakat. Dalam hal ini yang
dimaksud
pendampingan
adalah
seseorang yang bertugas untuk menjalin
hubungan antara pendamping dengan
KUBE, dan masyarakat sekitarnya
dalam rangka memecahkan masalah,
memperkuat
dukungan,
mendaya

gunakan berbagai sumber dan potensi
dalam pemenuhan kebutuhan hidup,
serta meningkatkan akses anggota
terhadap pelayanan sosial dasar,
lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan
public lainnya. Sedangkan kinerja
pendampingan
dimaksud
dalam
penelitian ini adalah merupakan hasil
kerja yang dicapai oleh seorang
pendamping
dalam
melaksanakan
program pemberdayaan fakir miskin
pada suatu komunitas tertentu.
Dari hasil observasi penelitian
menunjukan bahwa kinerja pendamping
cukup menunjang terhadap pelaksanaan
Program pemberdayaan fakir miskin
pada Kelompok Usaha Bersama.
Dengan kemampuan yang dimiliki
kemudian ditunjang dengan skill yang
berdasarkan
spesialisasinya
justru
hasilnya cukup baik sebagiamana yang
disampaikan oleh beberapa informan.
Mengenai
pencapaian
kinerja
pendamping dapat terindikasi oleh
efektifitas program Pemberdayaan Fakir
miskin pada Kelompok Usaha Bersama
yang dilaksanakan oleh tiap-tiap
kelompok sasaran. Dengan demikian
peran pendamping cukup besar terhadap
pelaksanaan Program Pemberdayaan
fakir Miskin pada Kelompok Usaha
Bersama di kecamatan tabukan tengah,
karena adanya pendamping yang
ditempatkan di kelompok sasaran
cenderung rencana kerja yang telah di
tentukan dapat lebih terarah dan
terkendali. Hasil peneltian dapat dilihat
bahwa kinerja pendampingan Program
KUBE dalam pemberdayaan fakir
miskin di tingkat Kecamatan khususnya
Tabukan Tengah sudah cukup baik dan
keberadaannya yang sangat membantu
dalam
proses
kegiatan
dalam
pelaksanaan program Pemberdayaan
Fakir miskin dalam Kelompok Usaha
Bersama tersebut. Dan pelaksanaan dari
program
KUBE
tesebut
dalam
pendampingannya memperlibatkan dari

Dinas Sosial dan Kecamatan Tabukan
Tengah
dalam
penggabungan
terlaksananya program KUBE dalam
pemberdayaan fakir miskin. Serta
Keberhasilan lain dapat dilihat dari
aktivitasnya dalam memberikan binaan
terhadap anggota KUBE tentang cara
penyusunan proposal pengembangan
usaha dan juga mengarahkan terhadap
pemanfaatan dana bantuan untuk Usaha
Ekonomi
Produktif
di
tiap-tiap
kelompok yang dibinanya. Keberhasilan
pendamping cukup beralasan , selain
mereka memiliki tingkat pendidikan
yang memadai juga punya komitmen
yang kuat untuk mengatasi kemiskinan.
Efektivitas
Program
pada
kelompok sasaran merupakan output
dari program pemberdayaan fakir
miskin dalam Kelompok Usaha
Bersama yag dimana program tersebut
dilaksanakan.
Berbicara
tentang
keefektivan
pelaksanaan
program,
tidaklah lepas dari ketepatan waktu
pencairan dana program dan sekaligus
pemanfaatannya.
Sebagaimana
diketahui bahwa pencairan dana pada
program pemberdayaan bagi fakir
miskin sangat dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya
yang seringkali secara administrasi
menciptakan keterlambatan. Dengan
demikian
keefektifan
program
pemberdayaan fakir miskin dalam
Kelompok Usaha Bersama kepada
kelmpok sasaran dapat dilihat dari
pemanfaatan dana bantuan yang
digulirkan
melalui
program
pemberdayaan fakir miskin. Adapun
pemanfaatan dana program yang
dimaksud adalah:
1. Dana stimulan Usaha Ekonomi
Produktif, program pemberdayaan
fakir miskin pada kelompok Usaha
Bersama
hanya
dipergunakan/dimanfaatkan untuk
kegiatan yang secara langsung
mendukung
peningkatan

produktivitas yang dijalankan oleh
KUBE.
2. Pembelian atau pemanfaatan dana
stimulant UEP oleh KUBE harus
sesuai dengan proposal dan
dibuktikan
dengan
faktur
pembelian barang atau bukti
lainnya.
3. Contoh pemanfaatan dan KUBE
diantaranya adalah untuk membeli
input, produksi seperti bahan
mentah atau membeli peralatan
utama maupun penunjuk produksi.
4. Jika ada perubahan penggunaan
dana stimulant UEP yang telah
dicairkan, maka semua anggota
harus melakukan musyawarah
kembali.
5. Pemanfaatan dana pada Program
pemberdayaan fakir miskin tidak
diperkenakan untuk kegiatan yang
tidak terkait langsung dengan UEP,
misalnya membeli alat tulis kantor
dan honorarium pengurus kegiatan.
Demikian
halnya
dalam
pemanfaatannya juga sesuai dengan
rencana kerja atau proposal yang
diajukan oleh masing-masing kelompok
sasaran. Keefektifan program terhadap
penyaluran dana hal tersebut dapat
dilihat dari jumlah dana yang diterima
oleh masing-masing kelompok KUBE.
Di wilayah Kecamatan Tabukan Tengah
terdapat 5 Kelompok Usaha Bersama
dan tiap kelompok sasaran mendapat
bantuan dana sebesar Rp. 20.000.000
dan
jumlah
tersebut
kemudian
dibagikan kepada anggota Kelompok
KUBE dan masing-masing anggota
kelompok terdiri dari 10 orang, dengan
demikian
masing-masing
anggota
kelompok KUBE telah menerima
bantuan dana sebesar 20 juta. Dari hasil
observasi
di
obyek
penelitian
menunjukkan bahwa penyaluan dana
bantuan bagi fakir miskin yang
tergolong dalam Kelompok Usaha
Bersama tepat sasaran, baik dari

besarnya dana maupun yang berhak
menerima. Demikian pula dalam
pemanfaatannya juga tidak ada yang
menyimpang dari acuan program,
bahkan semua dana yang diterima pada
masing-masing anggota digunakan
untuk peningkatan produktivitas, dapat
disimpulkan bahwa untuk keefektifan
kelompok sasaran program fakir miskin
pada Kelompok Usaha Bersama ini
sudah cukup efektif, namun hanya ada
sedikit keterlambatan waktu pencairan
dananya. Akan tetapi untuk sasaran
dana yang tersalurkan sudah tepat
sasaran ke anggota kelompok masingmasing KUBE. dan penggunaan
dananya sesuai dengan rencana dan
petunjuk yang sudah dibuat dalam
program tersebut.
Kesimpulan
1. Pada proses Implementasi Program
Kelompok Usaha Bersama dalam
pemberdayaan
masyarakat
di
Kecamatan Tabukan Tengah, kurang
efektifnya pelaksanaan sosialisasi
Program Pada Kelmpok Usaha
Bersama KUBE dalam memberikan
sosialisasi kepada masyarakat miskin
yang tergolong dalam Kelompok
Usaha Bersama. Hal tersebut
terindikasi oleh informasi yang
disampaikan oleh petugas pelaksana
dan dari segi data yang di dapatkan,
justru belum menyebar ke semua
masyarakat miskin yang tergolong
dalam KUBE, dengan demikian
pelaksanaan program fakir miskin ini
belum semuanya efektif.
2. Struktur Pada proses implementasi
Program Kelompok Usaha Bersama
dalam Pemberdayaan Fakir Miskin
menurut
warga
miskin
yang
tergolong dalam Kelompok Usaha
Bersama, pada mekanisme/prosedur
penyaluran dana serta Administrasi
yang masih birokratis dan banyak
melibatkan instansi terkait sehingga

dalam proses diperlukan waktu
relative
lama,
serta
kurang
menunjukkan
kesederhanaan,
sehingga untuk proses mencairkan
dana mempengaruhi waktu yang
cukup lama.
3. Pada proses Program Kelompok
Usaha
Bersama
dalam
Pemberdayaan Fakir Miskin di
Kecamatan Tabukan Tengah tidak
terlepas dari peran berbagai pihak
dan secara institusional keterlibatan
tersebut tidak terlepas dari Dinas
Sosial dan Camat Tabukan Tengah
yang
berketepatan
terhadap
pelaksanaan program pemberdayaan
masyarakat pada Kelompok Usaha
Bersama. Di samping itu yang tidak
kalah pentingnya adalah peran
petugas pendamping, seiring dengan
pelaksanaan program fakir miskin
ini, ternyata keberadaan Pendamping
sangat penting, bukan hanya sebagai
pengarah, pengatur dan pengendali
tetapi juga bertindak sebagai
fasilitator, dengan menunjukkan
adanya keselarasan antara acuan
kerja dengan pelaksanaan dilapngan
sudah cukup baik.
4. Pada Proses implementasi program
Kelompok Usaha Bersama dalam
Pemberdayaan
masyarakat
di
Kecamatan Tabukan Tengah untuk
Evektivitas pada kelompok sasaran
sudah sesuai sasaran, terutama
terhadap penyaluran dana kepada
Kelompok Sasaran sesuai dengan
besarnya bantuan yang ditentukan
pada program atau diberikan kepada
yang
berhak
menerimanya.
Kemudian dari segi besarnya
bantuan dana juga sudah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah, sedangkan dari segi
ketepatan waktu pencairan dana yang
masih sedikit problem dengan, tidak
sesuainya dengan jadwal yang telah
ditentukan.

5. Kebijakan Program pembedayaan
masyarakat ini walaupun mencapai
sasaran dan memberi efek perubahan
Pemberdayaan
ekonomi
Fakir
miskin, tetapi berbagai kendala yang
ada tentang kesesuaian jadwal dan
program pencairan dana perlu
diperbaiki (Improvment) kebijakan
Pemberdayaan
fakir
miskin
memberikan efek kepada fakir
miskin yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
Saran
1. Diharapkan
petugas
pelaksana
kegiatan
pada
program
pemberdayaan masyarakat ini, lebih
meningkatkan Sosialisasi Kepada
Rumah Tangga Sasaran (warga
miskin) yang tergolong dalam
Kelompok Usaha Bersama mengenai
program ini, dan juga dalam
sosialisasi ini dapat dilakukan
berbagai Media Cetak, Televisi
Lokal dan di Radio disekitar
Tabukan Tengah. Karena selama ini
Sosialiasasi yang dilakukan Petugas
Pelaksana masih bersifat parsial atau
belum
menyeluruh.
Sehingga
dikalangan
masyarakat
miskin
menimbulkan
persepsi
negatif.
Karena
sosialisasi
disampaikan
hanya terbatas pada warga miskin
yang tergolong dalam Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) dan belum
menyeluruh pada semua warga
miskin yang ada di wilayah
Kecamatan Tabukan Tengah.
2. Dalam
pelaksanaan
program
Kelompok Usaha Bersama, dalam
hal ini kelompok sasaran dihadapkan
pada mekanisme dan prosedur yang
birokratis, maka perlunya diharapkan
dilakukan pemangkasan birokrasi,
dengan cara memperpendek prosedur
pada mekanisme penyaluran dana
dalam
kegiatan
Program
Pemberdayaan Mayarakat, agar

masyarakat
tidak
merasa
bingung/terlalu berbelit-belit pada
persoalan mekanisme prosedur pada
mekanisme penyaluran dana bagi
masyarakat miskin yang tergolong
dalam Kelompok Usaha Bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Ekowati, Mas Roro Lilik. 2009.
Perencanaan Implementasi &
Evaluasi Kebijakan atau Program
(Suatu Kajian teoritis dan praktis),
Pustaka Cakra, Surakarta.
Grindle, M. 1980. Polities and Policy
Implementations in the third
World. Princeton University
Press.
Effendi, Bachtiar. 2002. Pembangunan
Daerah Otonomi Berkeadilan.
Yogyakarta: Uhaindo dan Offset.
E. Anderson, James. (2006). Public
Policy Making: An Introduction.
Belmont: Wadsworth.
Vidhandika Moeljarto, “Pemberdayaan
(Empowerment)”, dalam Onny S.
Prijono dan A.M.W Pranarka
(eds),
1996.
Pemberdayaan:
Konsep,
Kebijakandan
Implementasi. Jakarta: CSIS.