PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH. pdf
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATERI
BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16 CIREBON
JURNAL
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana pendidikan
Oleh
TRI KURNIA WULANDARI
NPM. 109070125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) PADA MATERI BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16
CIREBON
Oleh
TRI KURNIA WULANDARI
NPM. 109070125
Disetujui dan disahkan oleh
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) PADA MATERI BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16
CIREBON
Tri Kurnia Wulandari
(Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon)
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa terhadap pembelajaran matematika. Salah satu penyebabnya yaitu adanya
kecenderungan peranan guru, dimana proses pembelajaran masih didominasi oleh gurunya.
Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model SFE dan STAD.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kelas eksperimen I diperoleh rata-rata tes
awal adalah 25,38 dan tes akhir 77,47 sehingga terdapat peningkatan sebesar 52,09
sedangkan pada kelas eksperimen II mendapat rata-rata tes awal sebesar 24,85 dan tes
akhir 71,03 sehingga mengalami peningkatan sebesar 46,18. Hal ini didukung oleh hasil uji
t pada taraf signifikan α = 5% diperoleh thitung < ttabel yaitu 2,09 > 1,99 maka H0 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran
matematika dengan menggunakan model SFE lebih berhasil dibandingkan dengan model
STAD dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran tipe SFE, Model Pembelajaran tipe STAD, Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.
merupakan
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan
bagi perkembangan bangsa dan negara.
Salah satu bidang studi yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
adalah
matematika.
Matematika merupakan bidang ilmu
yang memiliki kedudukan yang penting
dalam pengembangan dunia pendidikan.
Hal ini disebabkan karena matematika
dasar
bagi
pengembangan disiplin ilmu yang lain.
yang sangat penting bagi perkembangan
dan perwujudan diri individu, terutama
ilmu
Hasil belajar siswa pada bidang
studi
matematika
menggembirakan.
kurang
Berdasarkan
data
Institute of Education (2012), hasil
penelitian statistik yang dilakukan secara
internasional
dalam
Trends
in
International Mathematics and Science
Study
(TIMSS)
menunjukan
bahwa
Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42
negara untuk penguasaan pelajaran di
bidang matematika. Rendahnya hasil
belajar
matematika
bukan
hanya
Proses pembelajaran hanya menekankan
disebabkan karena matematika yang
pada
sulit,
disampaikan
melainkan
disebabkan
oleh
penyampaian
informasi
yang
kepada
siswa,
guru
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
sedangkan
antara lain: motivasi belajar siswa,
informasi yang diberikan oleh guru.
peranan
Kondisi
metodelogi
pembelajaran,
kemampuan siswa dalam penguasaan
Berdasarkan hasil observasi pada
melaksanakan
PPL
dan
hasil
wawancara dengan guru matematika
SMPN
16
2013/2014
umumnya
Cirebon
tahun
ajaran
mengindikasikan
pada
kemampuan
pemecahan
masalah matematika siswa relatif masih
rendah. Kondisi tersebut pada saatnya
berpengaruh pada kemampuan siswa
dalam
menyelesaikan
pemecahan
masalah
soal-soal
masalah.
merupakan
dari
berakibat
pada
konsep dan pemecahan masalah relatif
rendah.
Salah
satu
alternatif
pembelajaran yang memungkinkan dapat
mengembangkan
kemampuan
dan
meningkatkan
pemecahan
matematika
seperti
masalah
pada
model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Facilitator and Explaining (SFE) dan
sebagai pembanding dalam penelitian ini
adalah
Student
Teams
Achievement
Divisions (STAD).
Model
Pemecahan
bagian
tersebut
menerima
pembelajaran,
situasi dan kondisi lingkungan belajar.
saat
hanya
dalam
guru
pemilihan
siswa
tipe
SFE
pembelajaran
merupakan
kooperatif
suatu
sangat
pembelajaran
proses
mempresentasikan ide atau pendapat
pembelajaran maupun penyelesaiannya,
pada siswa lainnya. Menurut Suprijono,
siswa
memperoleh
(2009: 128) model SFE mempunyai arti
pengalaman menggunakan pengetahuan
model yang menjadikan siswa dapat
serta keterampilan yang sudah dimiliki
membuat peta konsep maupun bagan
untuk
untuk meningkatkan kreatifitas siswa
kurikulum
peting
matematika
karena
yang
dalam
dimungkinkan
diterapkan
pada
pemecahan
dan
masalah yang bersifat tidak rutin.
Pada
umumnya
proses
pembelajaran yang terjadi di kelas hanya
berlangsung satu arah (one way system).
prestasi
dimana
model
belajar
siswa.
siswa
Model
pembelajaran SFE menjadikan siswa
sebagai fasilitator dan di ajak berpikir
secara kreatif sehingga menghasilkan
pertukaran
informasi
yang
lebih
mendalam dan lebih menarik serta
metode
menimbulkan rasa percaya diri pada
Explaining (SFE) memberikan pengaruh
siswa. Model pembelajaran kooperatif
positif terhadap kemampuan komunikasi
STAD merupakan salah satu dari tipe
matematika
model pembelajaran kooperatif dengan
penelitian yang dilakukan oleh Erniwati
menggunakan kelompok-kelompok kecil
(2011) berjudul “Upaya Meningkatkan
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-
Kemampuan
5 orang siswa secara heterogen (Trianto,
Matematika Siswa Kelas VIII SMP
2009:
pembelajaran
Negeri 2 Depok dengan Menggunakan
kooperatif model STAD memberikan
LKS Berbasis PMR Melalui Model
kesempatan
68).
Dalam
kepada
Student
Facilitator
siswa.
and
Selanjutnya
Pemecahan
Masalah
siswa
untuk
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
berdiskusi dalam kelompok
kelas
Pada Pokok Bahasan Panjang Garis
sehingga akan tercipta suasana belajar
Singgung Lingkaran”. Hasilnya, secara
yang
keseluruhan
lebih
aktif,
efektif
dan
menyenangkan.
SFE
dan
STAD diharapkan dapat menjadi solusi
bagi guru dalam upaya meningkatkan
pemecahan
masalah
matematis siswa. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan hasil kajian dari beberapa
penelitian yang relevan dengan model
pembelajaran
diantaranya
SFE
adalah
dan
STAD
penelitian
yang
dilakukan oleh Tika Mufrika (2011)
dalam
penelitiannya
“Pengaruh
Model
yang
berjudul
Pembelajaran
Kooperatif Metode Student Facilitator
and
pemecahan
masalah matematika siswa di setiap
Model pembelajaran
kemampuan
kemampuan
Explaining
(SFE)
Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa”. Dalam hasil penelitiannya, Tika
Mufrika melaporkan bahwa penggunaan
siklusnya
terjadi
peningkatan
yang
sangat baik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran yang telah
dittetapkan
mampu
kemampuan
meningkatkan
pemecahan
masalah
matematika siswa.
Berdasarkan
latar
belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a. Apakah
terdapat
kemampuan
perbedaan
pemecahan
masalah
antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan
model
SFE
dan
STAD?
b. Apakah terdapat peningkatan yang
signifikan
pada
siswa
yang
pembelajarannya
menggunakan
model SFE dan STAD?
c. Bagaimana respons siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan
yang
pembelajarannya
model
pembelajaran
menggunakan
kooperatif
tipe
Student Teams Achievement Divisions
(STAD).
Metode yang digunakan dalam
menggunakan model pembelajaran
penelitian ini adalah metode penelitian
SFE?
d. Bagaimana respons siswa terhadap
eksperimen
yang
melibatkan
dua
pembelajaran matematika dengan
kelompok atau dua kelas. Menurut
menggunakan model pembelajaran
Arikunto (2010: 9), “Metode eksperimen
STAD?
adalah
suatu
hubungan
cara
sebab
untuk
akibat
mencari
(hubungan
kausal) antara dua faktor yang sengaja
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi
ditimbulkan
oleh
peneliti
dengan
populasi adalah seluruh kelas VII SMP
mengeliminasi atau mengurangi atau
Negeri 16 Cirebon tahun pelajaran
menyisihkan faktor-faktor lain yang
2013/2014 yang terdiri dari delapan
mengganggu.
kelas. Teknik pengambilan sampel yang
penelitian eksperimen mencoba meneliti
dilakukan adalah purposive sampling.
ada tidaknya hubungan sebab-akibat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
Caranya adalah dengan membandingkan
cara
bukan
satu atau lebih kelompok eksperimen
didasarkan atas random/daerah, tetapi
yang diberikan perlakuan dengan satu
adanya tujuan tertentu yaitu sesuai
atau lebih kelompok pembanding yang
dengan pertimbangan peneliti sendiri
tidak menerima perlakuan.
mengambil
sehingga
dapat
subjek
mewakili
Dengan
kata
lain,
Sebagai upaya untuk mendapatkan
populasi.
Karena itu dicari dua kelas yang
data
dan
informasi
yang
lengkap
memiliki kemampuan yang relatif sama,
mengenai hal-hal yang ingin dikaji
yaitu kelas VII A dan VII B. Kelas VII
melalui penelitian ini, maka dibuatlah
A sebagai kelas eksperimen I yang
seperangkat instrumen yang meliputi
pembelajarannya menggunakan model
instrumen tes maupun non tes. Instrumen
pembelajaran kooperatif tipe Student
tes dalam penelitian ini yaitu soal uraian
Facilitator and Explaining (SFE) dan
yang telah diujicobakan sebanyak 10
kelas VII B sebagai kelas eksperimen II
soal, yang akan digunakan sebagai soal
pretes
dan
postes.
Soal
tersebut
masing-masing kelompok sampel
diujicobakan terlebih dahulu pada kelas
berasal
lain, yang berguna untuk mengetahui
berdistribusi normal atau tidak.
validitas, reabilitas, indeks kesukaran,
3. Melakukan uji homogenitas data
dan daya pembeda. Instrumen non tes
pretes dan postes. Uji homogenitas
dalam penelitian ini berupa angket
varians digunakan untuk mengetahui
siswa.
untuk
apakah kedua kelas yaitu kelas
siswa
terhadap
eksperimen I dan eksperimen II
matematika
dengan
mempunyai varians yang sama atau
Angket
mengetahui
bertujuan
respons
pembelajaran
dari
menggunakan model pembelajaran SFE
tidak.
dan STAD.
mempunyai
Setelah data terkumpul dilanjutkan
dengan pengolahan data tes awal dan tes
akhir dimana kedua kelompok telah
diberikan
perlakuan
yang
berbeda.
populasi
Jika
kedua
varians
yang
kelompok
yang
sama
maka dikatakan kedua kelompok
homogen.
4. Melakukan uji t untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan kemampuan
Pengolahan data yang digunakan untuk
pemecahan
menguji
siswa pada kelas eksperimen I dan
hipotesis
dalam
penelitian
matematis
eksperimen II setelah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung
masalah
statistik
deskriptif,
untuk mengetahui nilai maksimum,
pembelajaran.
5. Untuk
melihat
peningkatan
nilai minimum, rata-rata dan standar
kemampuan
deviasi dari kemampuan pemecahan
matematis
masalah matematis berdasarkan nilai
eksperimen I dan kelas eksperimen
pretes dan postesdan menghitung
II maka dilakukan analisis terhadap
skor
pemecahan
data gain. Data gain yang diolah
masalah awal dan skor pemecahan
diperoleh dari selisih antara skor
masalah akhir pada masing –masing
pretes dan postes kelas eksperimen.
kelas
Dengan rumus sebagai berikut.
kemampuan
yang
menjadi
sampel
pemecahan
siswa
masalah
pada
kelas
penelitian.
2. Melakukan
uji
normalitas
data
pretes dan postes untuk menentukan
apakah data yang diperoleh dari
Meltzer (2002: 3)
Indeks
gain
diinterpretasikan
tersebut
dengan
menggunakan
kriteria
yang
diungkapkan oleh Hake (1998: 8)
varians
Tabel 2
Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 1
Kriteria Indeks Gain
Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
6. Mengkaji peningkatan kemampuan
pemecahan
masalah
yang
disajikan dalam Tabel 2 berikut.
sebagai berikut.
Klasifikasi
dan simpangan baku
Data
Statistik
Jumlah siswa
Terbesar
Terkecil
Rentang
Rata-rata
Varians
Simpangan
Baku
Eksperimen I
Pretes
Postes
34
34
43
97
15
47
28
50
25,38
77,47
32,90
166,62
Eksperimen II
Pretes Postes
34
34
35
95
8
44
27
51
24,85
71,03
52,25
162,94
5,74
7,23
12,90
12,76
matematis
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
siswa melalui uji signifikan nilai
Untuk
bahwa rata-rata tes awal kelompok
menganalisis hasil eksperimen yang
eksperimen I sebesar 25,38 dan tes akhir
menggunakan pre-test dan post-test
77,47 sehingga dari rata-rata hasil tes
one group design menurut Arikunto
awal
(2010: 349) menggunakan rumus
peningkatan sebesar 52,09 sedangkan
sebagai berikut.
rata-rata tes awal kelompok eksperimen
pretes
dan
√
postes.
(Arikunto,
∑
dan
tes
akhir
mengalami
II sebesar 24,85 dan tes akhir 71,03
sehingga dari rata-rata hasil tes awal dan
tes akhir mengalami peningkatan sebesar
2010: 349)
Jika thitung > ttabel maka peningkatan
46,18. Artinya terdapat perbedaan rata-
kemampuan
rata kenaikan kelas eksperimen I dengan
pemecahan
masalah
kelas eksperimen II. Hal ini diperkuat
matematis signifikan.
dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu
2,09 > 1,99 maka H0 ditolak. Ini berarti
PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan belajar mengajar
terdapat
perbedaan
kemampuan
dengan model pembelajaran SFE dan
pemecahan masalah matematis siswa
STAD terlebih dahulu diadakan pretes
yang mendapat pembelajaran dengan
dan postes setelah kegiatan belajar
model pembelajaran kooperatif tipe SFE
mengajar
dilaksanakan.
dengan yang mendapat pembelajaran
Berdasarkan hasil perhitungan kedua
dengan model pembelajaran kooperatif
data
nilai
tipe STAD, yaitu kemampuan pemecahan
tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai,
masalah matematis siswa yang mendapat
tersebut
tersebut
dapat
diketahui
pembelajaran
dengan
model
yang
pembelajarannya
pembelajaran kooperatif tipe SFE lebih
model
baik dibanding dengan yang mendapat
disebabkan karena adanya hubungan
pembelajaran dengan model kooperatif
dengan
tipe STAD.
menggunakan model pembelajaran SFE
Dari
hasil
diperoleh
penelitian
adanya
kemampuan
matematis
peningkatan
pemecahan
siswa
yang
masalah
yang
signifikan
menggunakan model pembelajaran SFE
dan
STAD.
Hal
ini
terlihat
dan
menggunakan
SFE
proses
dengan
Hal
STAD.
itu
pembelajaran
model
pembelajaran
yang
STAD
dimana setiap siswa dilibatkan langsung
dalam
proses
pembelajaran
sesuai
dengan gaya belajar yang dimiliki siswa
masing-masing.
dari
peningkatan nilai rata-rata hasil pretes ke
hasil postes sebesar 52,09 yaitu dari 25,8
menjadi 77,47 pada kelas eksperimen I.
86,5
90
84,1
85,9 85,3
85
82,4
80,6
79,4
80
77,6
75,9
73,5
75
70
Hal
ini
juga
diperkuat
dengan
65
1
berdasarkan uji gain diperoleh rata-rata
2
3
4 5 6 7 8
Persentase (%)
9
10 11
peningkatan uji gain sebesar 0,68 dengan
interpretasi
peningkatannya
sedang.
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
thitung >
Diagram 1
Persentase respon siswa kelas
eksperimen I
ttabel yaitu 22,67 > 2,04.
Sedangkan pada kelas eksperimen II
terlihat dari peningkatan nilai rata-rata
87 82,9 87,6 82,9
77
100
70
78,8 77,6 78,2 77
50
hasil pretes ke hasil postes sebesar 46,18
yaitu dari 24,85 menjadi 71,03 pada
kelas eksperimen II. Hal ini juga
diperkuat dengan berdasarkan uji gain
diperoleh rata-rata peningkatan uji gain
sebesar
0,67
dengan
interpretasi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
persentase
Diagram 2
Persentase respon siswa kelas
eksperimen II
peningkatannya sedang. Berdasarkan uji
signifikan diperoleh thitung > ttabel yaitu
Dari hasil rekapitulasi jawaban
33,5 > 2,04. Hal ini berarti terdapat
angket pada diagram 1 dan diagram 2
peningkatan yang signifikan pada siswa
menunjukkan bahwa siswa memberikan
respons
yang cukup baik terhadap
pembelajaran
matematika
menggunakan
model
dengan
aktifitas siswa pada proses belajar
sehingga siswa menjadi lebih aktif.
pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD. Pada
model pembelajaran SFE banyak siswa
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
yang menjawab sangat setuju dan setuju
pembahasan
pada pernyataan positif serta hasil rata-
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
rata persentase respons siswa pada
1. Kemampuan pemecahan masalah
kelompok eksperimen I yaitu 81,12%
matematis siswa yang mendapat
dengan kriteria sangat kuat, yang artinya
pembelajaran
dengan
model
respons siswa terhadap pembelajaran
pembelajaran
SFE
(kelas
dengan
model
eksperimen I) mendapat rata-rata tes
pembelajaran kooperatif tipe SFE adalah
awal adalah 25,38 dan tes akhir
baik. Hal tersebut disebabkan karena
77,47 sehingga rata-rata tes awal
dalam
SFE
dan tes akhir terdapat peningkatan
memberikan siswa keberanian untuk
sebesar 52,09 sedangkan dengan
mengeluarkan
menggunakan
proses
pembelajaran
penelitian
maka
dan
pendapatnya
model pembelajaran STAD (kelas
memberikan
penjelasan
eksperimen II) mendapat rata-rata
terhadap siswa lain sehingga siswa lebih
tes awal sebesar 24,85 dan tes akhir
memahami materi. Sedangkan Pada
71,03 sehingga rata-rata tes awal
model pembelajaran STAD banyak siswa
dan
yang menjawab sangat setuju dan setuju
peningkatan sebesar 46,18. Selain
pada pernyataan positif serta untuk hasil
itu diperkuat dengan uji t diperoleh
rata-rata persentase respons siswa pada
thitung > ttabel yaitu 2,09 > 1,99 maka
kelompok eksperimen II yaitu 79,90%
H0 ditolak. Ini berarti terdapat
dengan
perbedaan kemampuan pemecahan
kemudian
ide
hasil
kriteria
kuat,
yang
artinya
tes
respons siswa terhadap pembelajaran
masalah
dengan
mendapat
menggunakan
model
akhir
matematis
mengalami
siswa
pembelajaran
yang
dengan
pembelajaran STAD adalah baik. Hal
model pembelajaran kooperatif tipe
tersebut disebabkan karena dalam proses
SFE
pembelajaran STAD menekankan pada
pembelajaran
dengan
yang
dengan
mendapat
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Dari hasil penelitian yang diperoleh
adanya
peningkatan
kemampuan
3. Berdasarkan hasil persentase tiap
item
pernyataan
pada
angket
matematis
respons siswa diperoleh hasil rata-
siswa yang signifikan menggunakan
rata persentase respons siswa pada
model pembelajaran SFE dan STAD.
kelompok
Hal ini terlihat dari peningkatan
81,12% dengan kriteria sangat kuat,
nilai rata-rata hasil pretes ke hasil
yang artinya respons siswa terhadap
postes sebesar 52,09 yaitu dari 25,8
pembelajaran dengan menggunakan
menjadi
kelas
model pembelajaran kooperatif tipe
eksperimen I. Hal ini juga diperkuat
SFE adalah baik. Artinya siswa
dengan
menyukai pembelajaran matematika
pemecahan
masalah
77,47
pada
berdasarkan
uji
gain
eksperimen
I
diperoleh rata-rata peningkatan uji
dengan
gain
pembelajaran kooperatif tipe SFE.
sebesar
0,68
dengan
interpretasi peningkatannya sedang.
menggunakan
yaitu
model
4. Berdasarkan hasil persentase tiap
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
item
thitung > ttabel yaitu 22,67 > 2,04.
respons siswa diperoleh hasil rata-
Sedangkan pada kelas eksperimen II
rata persentase respons siswa pada
terlihat dari peningkatan nilai rata-
kelompok
rata hasil pretes ke hasil postes
79,90% dengan kriteria kuat, yang
sebesar 46,18 yaitu dari 24,85
artinya
menjadi
kelas
pembelajaran dengan menggunakan
juga
model pembelajaran STAD adalah
eksperimen
71,03
II.
pada
Hal
ini
pernyataan
pada
eksperimen
respons
yaitu
terhadap
baik.
gain diperoleh rata-rata peningkatan
pembelajaran matematika dengan
uji
menggunakan model pembelajaran
sebesar
0,67
dengan
interpretasi peningkatannya sedang.
siswa
II
diperkuat dengan berdasarkan uji
gain
Artinya
siswa
angket
menyukai
kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
Berdasarkan
thitung > ttabel yaitu 33,5 > 2,04. Hal
kesimpulan di atas, maka terdapat
ini berarti terdapat peningkatan yang
beberapa saran sebagai berikut.
signifikan
1. Model pembelajaran kooperatif tipe
pada
siswa
pembelajarannya
model SFE dan STAD.
yang
menggunakan
SFE
dapat
alternatif
pembahasan
digunakan
dalam
dari
sebagai
pembelajaran
matematika di kelas, karena hasil
kemampuan
penelitian
matematis siswa dapat meningkat.
menunjukkan
pembelajaran
dengan
bahwa
model
4. Mengingat
kooperatif tipe SFE lebih dapat
respons
meningkatkan
penerapan
pemecahan
siswa
kemampuan
masalah
matematis
dibandingkan
dengan
pemecahan
siswa
yang
memberikan
positif
model
masalah
terhadap
pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD
dalam
pembelajaran
matematika
pembelajaran yang menggunakan
pada
model kooperatif tipe STAD.
pecahan. Maka diharapkan kepada
pokok
bahasan
bilangan
2. Pembelajaran matematika dengan
guru dapat menggunakan model
menggunakan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe SFE
kooperatif tipe SFE dan STAD dapat
dan STAD tidak hanya diterapkan
digunakan guru sebagai salah satu
pada
alternatif
pecahan saja tetapi juga pada pokok
dalam
pembelajaran
matematika, karena hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
yang
pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD.
3. Mengingat sebagian besar siswa
memberikan respons yang positif
terhadap pembelajaran matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe SFE
dan STAD, maka diharapkan kepada
guru
agar
dapat
memanfaatkan
kondisi tersebut dan menjadikan
motivasi kepada siswa untuk selalu
aktif dan tidak takut lagi dalam
belajar
matematika,
bahasan
bilangan
bahasan lain.
terdapat
peningkatan yang signifikan pada
kelas
pokok
agar
DAFTAR PUSTAKA
Meltzer. (2002). Gain Ternomalisasi.
Terdapat di
http://docstos.com/docs/68059517/
normalisasi-homogenitasujitvaliditas-teliaditasteliasbilitasigain. (29 mei 2013)
Hake,
R. R. (1998). Analyzing
Change/Gain Scores. Woodland
Hills: Dept. of Physics, Indiana
University. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu
/~sd
i/AnalyzingChangeGain.pdf (29 mei 2013)
Arikunto,S.(2010).
Prosedur
Penelitian:Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suprijono,A.
(2009).
Cooperative
Learning: Teori & Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT
TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATERI
BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16 CIREBON
JURNAL
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian sarjana pendidikan
Oleh
TRI KURNIA WULANDARI
NPM. 109070125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) PADA MATERI BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16
CIREBON
Oleh
TRI KURNIA WULANDARI
NPM. 109070125
Disetujui dan disahkan oleh
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS
SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR
AND EXPLAINING (SFE) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD) PADA MATERI BILANGAN PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 16
CIREBON
Tri Kurnia Wulandari
(Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon)
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa terhadap pembelajaran matematika. Salah satu penyebabnya yaitu adanya
kecenderungan peranan guru, dimana proses pembelajaran masih didominasi oleh gurunya.
Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan
masalah antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model SFE dan STAD.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kelas eksperimen I diperoleh rata-rata tes
awal adalah 25,38 dan tes akhir 77,47 sehingga terdapat peningkatan sebesar 52,09
sedangkan pada kelas eksperimen II mendapat rata-rata tes awal sebesar 24,85 dan tes
akhir 71,03 sehingga mengalami peningkatan sebesar 46,18. Hal ini didukung oleh hasil uji
t pada taraf signifikan α = 5% diperoleh thitung < ttabel yaitu 2,09 > 1,99 maka H0 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dengan yang
mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran
matematika dengan menggunakan model SFE lebih berhasil dibandingkan dengan model
STAD dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran tipe SFE, Model Pembelajaran tipe STAD, Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis.
merupakan
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan
bagi perkembangan bangsa dan negara.
Salah satu bidang studi yang mendukung
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
adalah
matematika.
Matematika merupakan bidang ilmu
yang memiliki kedudukan yang penting
dalam pengembangan dunia pendidikan.
Hal ini disebabkan karena matematika
dasar
bagi
pengembangan disiplin ilmu yang lain.
yang sangat penting bagi perkembangan
dan perwujudan diri individu, terutama
ilmu
Hasil belajar siswa pada bidang
studi
matematika
menggembirakan.
kurang
Berdasarkan
data
Institute of Education (2012), hasil
penelitian statistik yang dilakukan secara
internasional
dalam
Trends
in
International Mathematics and Science
Study
(TIMSS)
menunjukan
bahwa
Indonesia pada peringkat ke-38 dari 42
negara untuk penguasaan pelajaran di
bidang matematika. Rendahnya hasil
belajar
matematika
bukan
hanya
Proses pembelajaran hanya menekankan
disebabkan karena matematika yang
pada
sulit,
disampaikan
melainkan
disebabkan
oleh
penyampaian
informasi
yang
kepada
siswa,
guru
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
sedangkan
antara lain: motivasi belajar siswa,
informasi yang diberikan oleh guru.
peranan
Kondisi
metodelogi
pembelajaran,
kemampuan siswa dalam penguasaan
Berdasarkan hasil observasi pada
melaksanakan
PPL
dan
hasil
wawancara dengan guru matematika
SMPN
16
2013/2014
umumnya
Cirebon
tahun
ajaran
mengindikasikan
pada
kemampuan
pemecahan
masalah matematika siswa relatif masih
rendah. Kondisi tersebut pada saatnya
berpengaruh pada kemampuan siswa
dalam
menyelesaikan
pemecahan
masalah
soal-soal
masalah.
merupakan
dari
berakibat
pada
konsep dan pemecahan masalah relatif
rendah.
Salah
satu
alternatif
pembelajaran yang memungkinkan dapat
mengembangkan
kemampuan
dan
meningkatkan
pemecahan
matematika
seperti
masalah
pada
model
pembelajaran kooperatif tipe Student
Facilitator and Explaining (SFE) dan
sebagai pembanding dalam penelitian ini
adalah
Student
Teams
Achievement
Divisions (STAD).
Model
Pemecahan
bagian
tersebut
menerima
pembelajaran,
situasi dan kondisi lingkungan belajar.
saat
hanya
dalam
guru
pemilihan
siswa
tipe
SFE
pembelajaran
merupakan
kooperatif
suatu
sangat
pembelajaran
proses
mempresentasikan ide atau pendapat
pembelajaran maupun penyelesaiannya,
pada siswa lainnya. Menurut Suprijono,
siswa
memperoleh
(2009: 128) model SFE mempunyai arti
pengalaman menggunakan pengetahuan
model yang menjadikan siswa dapat
serta keterampilan yang sudah dimiliki
membuat peta konsep maupun bagan
untuk
untuk meningkatkan kreatifitas siswa
kurikulum
peting
matematika
karena
yang
dalam
dimungkinkan
diterapkan
pada
pemecahan
dan
masalah yang bersifat tidak rutin.
Pada
umumnya
proses
pembelajaran yang terjadi di kelas hanya
berlangsung satu arah (one way system).
prestasi
dimana
model
belajar
siswa.
siswa
Model
pembelajaran SFE menjadikan siswa
sebagai fasilitator dan di ajak berpikir
secara kreatif sehingga menghasilkan
pertukaran
informasi
yang
lebih
mendalam dan lebih menarik serta
metode
menimbulkan rasa percaya diri pada
Explaining (SFE) memberikan pengaruh
siswa. Model pembelajaran kooperatif
positif terhadap kemampuan komunikasi
STAD merupakan salah satu dari tipe
matematika
model pembelajaran kooperatif dengan
penelitian yang dilakukan oleh Erniwati
menggunakan kelompok-kelompok kecil
(2011) berjudul “Upaya Meningkatkan
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-
Kemampuan
5 orang siswa secara heterogen (Trianto,
Matematika Siswa Kelas VIII SMP
2009:
pembelajaran
Negeri 2 Depok dengan Menggunakan
kooperatif model STAD memberikan
LKS Berbasis PMR Melalui Model
kesempatan
68).
Dalam
kepada
Student
Facilitator
siswa.
and
Selanjutnya
Pemecahan
Masalah
siswa
untuk
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
berdiskusi dalam kelompok
kelas
Pada Pokok Bahasan Panjang Garis
sehingga akan tercipta suasana belajar
Singgung Lingkaran”. Hasilnya, secara
yang
keseluruhan
lebih
aktif,
efektif
dan
menyenangkan.
SFE
dan
STAD diharapkan dapat menjadi solusi
bagi guru dalam upaya meningkatkan
pemecahan
masalah
matematis siswa. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan hasil kajian dari beberapa
penelitian yang relevan dengan model
pembelajaran
diantaranya
SFE
adalah
dan
STAD
penelitian
yang
dilakukan oleh Tika Mufrika (2011)
dalam
penelitiannya
“Pengaruh
Model
yang
berjudul
Pembelajaran
Kooperatif Metode Student Facilitator
and
pemecahan
masalah matematika siswa di setiap
Model pembelajaran
kemampuan
kemampuan
Explaining
(SFE)
Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa”. Dalam hasil penelitiannya, Tika
Mufrika melaporkan bahwa penggunaan
siklusnya
terjadi
peningkatan
yang
sangat baik. Sehingga dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran yang telah
dittetapkan
mampu
kemampuan
meningkatkan
pemecahan
masalah
matematika siswa.
Berdasarkan
latar
belakang
masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a. Apakah
terdapat
kemampuan
perbedaan
pemecahan
masalah
antara siswa yang pembelajarannya
menggunakan
model
SFE
dan
STAD?
b. Apakah terdapat peningkatan yang
signifikan
pada
siswa
yang
pembelajarannya
menggunakan
model SFE dan STAD?
c. Bagaimana respons siswa terhadap
pembelajaran matematika dengan
yang
pembelajarannya
model
pembelajaran
menggunakan
kooperatif
tipe
Student Teams Achievement Divisions
(STAD).
Metode yang digunakan dalam
menggunakan model pembelajaran
penelitian ini adalah metode penelitian
SFE?
d. Bagaimana respons siswa terhadap
eksperimen
yang
melibatkan
dua
pembelajaran matematika dengan
kelompok atau dua kelas. Menurut
menggunakan model pembelajaran
Arikunto (2010: 9), “Metode eksperimen
STAD?
adalah
suatu
hubungan
cara
sebab
untuk
akibat
mencari
(hubungan
kausal) antara dua faktor yang sengaja
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi
ditimbulkan
oleh
peneliti
dengan
populasi adalah seluruh kelas VII SMP
mengeliminasi atau mengurangi atau
Negeri 16 Cirebon tahun pelajaran
menyisihkan faktor-faktor lain yang
2013/2014 yang terdiri dari delapan
mengganggu.
kelas. Teknik pengambilan sampel yang
penelitian eksperimen mencoba meneliti
dilakukan adalah purposive sampling.
ada tidaknya hubungan sebab-akibat.
Pengambilan sampel dilakukan dengan
Caranya adalah dengan membandingkan
cara
bukan
satu atau lebih kelompok eksperimen
didasarkan atas random/daerah, tetapi
yang diberikan perlakuan dengan satu
adanya tujuan tertentu yaitu sesuai
atau lebih kelompok pembanding yang
dengan pertimbangan peneliti sendiri
tidak menerima perlakuan.
mengambil
sehingga
dapat
subjek
mewakili
Dengan
kata
lain,
Sebagai upaya untuk mendapatkan
populasi.
Karena itu dicari dua kelas yang
data
dan
informasi
yang
lengkap
memiliki kemampuan yang relatif sama,
mengenai hal-hal yang ingin dikaji
yaitu kelas VII A dan VII B. Kelas VII
melalui penelitian ini, maka dibuatlah
A sebagai kelas eksperimen I yang
seperangkat instrumen yang meliputi
pembelajarannya menggunakan model
instrumen tes maupun non tes. Instrumen
pembelajaran kooperatif tipe Student
tes dalam penelitian ini yaitu soal uraian
Facilitator and Explaining (SFE) dan
yang telah diujicobakan sebanyak 10
kelas VII B sebagai kelas eksperimen II
soal, yang akan digunakan sebagai soal
pretes
dan
postes.
Soal
tersebut
masing-masing kelompok sampel
diujicobakan terlebih dahulu pada kelas
berasal
lain, yang berguna untuk mengetahui
berdistribusi normal atau tidak.
validitas, reabilitas, indeks kesukaran,
3. Melakukan uji homogenitas data
dan daya pembeda. Instrumen non tes
pretes dan postes. Uji homogenitas
dalam penelitian ini berupa angket
varians digunakan untuk mengetahui
siswa.
untuk
apakah kedua kelas yaitu kelas
siswa
terhadap
eksperimen I dan eksperimen II
matematika
dengan
mempunyai varians yang sama atau
Angket
mengetahui
bertujuan
respons
pembelajaran
dari
menggunakan model pembelajaran SFE
tidak.
dan STAD.
mempunyai
Setelah data terkumpul dilanjutkan
dengan pengolahan data tes awal dan tes
akhir dimana kedua kelompok telah
diberikan
perlakuan
yang
berbeda.
populasi
Jika
kedua
varians
yang
kelompok
yang
sama
maka dikatakan kedua kelompok
homogen.
4. Melakukan uji t untuk mengetahui
ada tidaknya perbedaan kemampuan
Pengolahan data yang digunakan untuk
pemecahan
menguji
siswa pada kelas eksperimen I dan
hipotesis
dalam
penelitian
matematis
eksperimen II setelah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menghitung
masalah
statistik
deskriptif,
untuk mengetahui nilai maksimum,
pembelajaran.
5. Untuk
melihat
peningkatan
nilai minimum, rata-rata dan standar
kemampuan
deviasi dari kemampuan pemecahan
matematis
masalah matematis berdasarkan nilai
eksperimen I dan kelas eksperimen
pretes dan postesdan menghitung
II maka dilakukan analisis terhadap
skor
pemecahan
data gain. Data gain yang diolah
masalah awal dan skor pemecahan
diperoleh dari selisih antara skor
masalah akhir pada masing –masing
pretes dan postes kelas eksperimen.
kelas
Dengan rumus sebagai berikut.
kemampuan
yang
menjadi
sampel
pemecahan
siswa
masalah
pada
kelas
penelitian.
2. Melakukan
uji
normalitas
data
pretes dan postes untuk menentukan
apakah data yang diperoleh dari
Meltzer (2002: 3)
Indeks
gain
diinterpretasikan
tersebut
dengan
menggunakan
kriteria
yang
diungkapkan oleh Hake (1998: 8)
varians
Tabel 2
Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 1
Kriteria Indeks Gain
Interpretasi
Tinggi
Sedang
Rendah
6. Mengkaji peningkatan kemampuan
pemecahan
masalah
yang
disajikan dalam Tabel 2 berikut.
sebagai berikut.
Klasifikasi
dan simpangan baku
Data
Statistik
Jumlah siswa
Terbesar
Terkecil
Rentang
Rata-rata
Varians
Simpangan
Baku
Eksperimen I
Pretes
Postes
34
34
43
97
15
47
28
50
25,38
77,47
32,90
166,62
Eksperimen II
Pretes Postes
34
34
35
95
8
44
27
51
24,85
71,03
52,25
162,94
5,74
7,23
12,90
12,76
matematis
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
siswa melalui uji signifikan nilai
Untuk
bahwa rata-rata tes awal kelompok
menganalisis hasil eksperimen yang
eksperimen I sebesar 25,38 dan tes akhir
menggunakan pre-test dan post-test
77,47 sehingga dari rata-rata hasil tes
one group design menurut Arikunto
awal
(2010: 349) menggunakan rumus
peningkatan sebesar 52,09 sedangkan
sebagai berikut.
rata-rata tes awal kelompok eksperimen
pretes
dan
√
postes.
(Arikunto,
∑
dan
tes
akhir
mengalami
II sebesar 24,85 dan tes akhir 71,03
sehingga dari rata-rata hasil tes awal dan
tes akhir mengalami peningkatan sebesar
2010: 349)
Jika thitung > ttabel maka peningkatan
46,18. Artinya terdapat perbedaan rata-
kemampuan
rata kenaikan kelas eksperimen I dengan
pemecahan
masalah
kelas eksperimen II. Hal ini diperkuat
matematis signifikan.
dengan uji t diperoleh thitung > ttabel yaitu
2,09 > 1,99 maka H0 ditolak. Ini berarti
PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan belajar mengajar
terdapat
perbedaan
kemampuan
dengan model pembelajaran SFE dan
pemecahan masalah matematis siswa
STAD terlebih dahulu diadakan pretes
yang mendapat pembelajaran dengan
dan postes setelah kegiatan belajar
model pembelajaran kooperatif tipe SFE
mengajar
dilaksanakan.
dengan yang mendapat pembelajaran
Berdasarkan hasil perhitungan kedua
dengan model pembelajaran kooperatif
data
nilai
tipe STAD, yaitu kemampuan pemecahan
tertinggi, nilai terendah, rata-rata nilai,
masalah matematis siswa yang mendapat
tersebut
tersebut
dapat
diketahui
pembelajaran
dengan
model
yang
pembelajarannya
pembelajaran kooperatif tipe SFE lebih
model
baik dibanding dengan yang mendapat
disebabkan karena adanya hubungan
pembelajaran dengan model kooperatif
dengan
tipe STAD.
menggunakan model pembelajaran SFE
Dari
hasil
diperoleh
penelitian
adanya
kemampuan
matematis
peningkatan
pemecahan
siswa
yang
masalah
yang
signifikan
menggunakan model pembelajaran SFE
dan
STAD.
Hal
ini
terlihat
dan
menggunakan
SFE
proses
dengan
Hal
STAD.
itu
pembelajaran
model
pembelajaran
yang
STAD
dimana setiap siswa dilibatkan langsung
dalam
proses
pembelajaran
sesuai
dengan gaya belajar yang dimiliki siswa
masing-masing.
dari
peningkatan nilai rata-rata hasil pretes ke
hasil postes sebesar 52,09 yaitu dari 25,8
menjadi 77,47 pada kelas eksperimen I.
86,5
90
84,1
85,9 85,3
85
82,4
80,6
79,4
80
77,6
75,9
73,5
75
70
Hal
ini
juga
diperkuat
dengan
65
1
berdasarkan uji gain diperoleh rata-rata
2
3
4 5 6 7 8
Persentase (%)
9
10 11
peningkatan uji gain sebesar 0,68 dengan
interpretasi
peningkatannya
sedang.
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
thitung >
Diagram 1
Persentase respon siswa kelas
eksperimen I
ttabel yaitu 22,67 > 2,04.
Sedangkan pada kelas eksperimen II
terlihat dari peningkatan nilai rata-rata
87 82,9 87,6 82,9
77
100
70
78,8 77,6 78,2 77
50
hasil pretes ke hasil postes sebesar 46,18
yaitu dari 24,85 menjadi 71,03 pada
kelas eksperimen II. Hal ini juga
diperkuat dengan berdasarkan uji gain
diperoleh rata-rata peningkatan uji gain
sebesar
0,67
dengan
interpretasi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11
persentase
Diagram 2
Persentase respon siswa kelas
eksperimen II
peningkatannya sedang. Berdasarkan uji
signifikan diperoleh thitung > ttabel yaitu
Dari hasil rekapitulasi jawaban
33,5 > 2,04. Hal ini berarti terdapat
angket pada diagram 1 dan diagram 2
peningkatan yang signifikan pada siswa
menunjukkan bahwa siswa memberikan
respons
yang cukup baik terhadap
pembelajaran
matematika
menggunakan
model
dengan
aktifitas siswa pada proses belajar
sehingga siswa menjadi lebih aktif.
pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD. Pada
model pembelajaran SFE banyak siswa
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan
yang menjawab sangat setuju dan setuju
pembahasan
pada pernyataan positif serta hasil rata-
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
rata persentase respons siswa pada
1. Kemampuan pemecahan masalah
kelompok eksperimen I yaitu 81,12%
matematis siswa yang mendapat
dengan kriteria sangat kuat, yang artinya
pembelajaran
dengan
model
respons siswa terhadap pembelajaran
pembelajaran
SFE
(kelas
dengan
model
eksperimen I) mendapat rata-rata tes
pembelajaran kooperatif tipe SFE adalah
awal adalah 25,38 dan tes akhir
baik. Hal tersebut disebabkan karena
77,47 sehingga rata-rata tes awal
dalam
SFE
dan tes akhir terdapat peningkatan
memberikan siswa keberanian untuk
sebesar 52,09 sedangkan dengan
mengeluarkan
menggunakan
proses
pembelajaran
penelitian
maka
dan
pendapatnya
model pembelajaran STAD (kelas
memberikan
penjelasan
eksperimen II) mendapat rata-rata
terhadap siswa lain sehingga siswa lebih
tes awal sebesar 24,85 dan tes akhir
memahami materi. Sedangkan Pada
71,03 sehingga rata-rata tes awal
model pembelajaran STAD banyak siswa
dan
yang menjawab sangat setuju dan setuju
peningkatan sebesar 46,18. Selain
pada pernyataan positif serta untuk hasil
itu diperkuat dengan uji t diperoleh
rata-rata persentase respons siswa pada
thitung > ttabel yaitu 2,09 > 1,99 maka
kelompok eksperimen II yaitu 79,90%
H0 ditolak. Ini berarti terdapat
dengan
perbedaan kemampuan pemecahan
kemudian
ide
hasil
kriteria
kuat,
yang
artinya
tes
respons siswa terhadap pembelajaran
masalah
dengan
mendapat
menggunakan
model
akhir
matematis
mengalami
siswa
pembelajaran
yang
dengan
pembelajaran STAD adalah baik. Hal
model pembelajaran kooperatif tipe
tersebut disebabkan karena dalam proses
SFE
pembelajaran STAD menekankan pada
pembelajaran
dengan
yang
dengan
mendapat
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Dari hasil penelitian yang diperoleh
adanya
peningkatan
kemampuan
3. Berdasarkan hasil persentase tiap
item
pernyataan
pada
angket
matematis
respons siswa diperoleh hasil rata-
siswa yang signifikan menggunakan
rata persentase respons siswa pada
model pembelajaran SFE dan STAD.
kelompok
Hal ini terlihat dari peningkatan
81,12% dengan kriteria sangat kuat,
nilai rata-rata hasil pretes ke hasil
yang artinya respons siswa terhadap
postes sebesar 52,09 yaitu dari 25,8
pembelajaran dengan menggunakan
menjadi
kelas
model pembelajaran kooperatif tipe
eksperimen I. Hal ini juga diperkuat
SFE adalah baik. Artinya siswa
dengan
menyukai pembelajaran matematika
pemecahan
masalah
77,47
pada
berdasarkan
uji
gain
eksperimen
I
diperoleh rata-rata peningkatan uji
dengan
gain
pembelajaran kooperatif tipe SFE.
sebesar
0,68
dengan
interpretasi peningkatannya sedang.
menggunakan
yaitu
model
4. Berdasarkan hasil persentase tiap
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
item
thitung > ttabel yaitu 22,67 > 2,04.
respons siswa diperoleh hasil rata-
Sedangkan pada kelas eksperimen II
rata persentase respons siswa pada
terlihat dari peningkatan nilai rata-
kelompok
rata hasil pretes ke hasil postes
79,90% dengan kriteria kuat, yang
sebesar 46,18 yaitu dari 24,85
artinya
menjadi
kelas
pembelajaran dengan menggunakan
juga
model pembelajaran STAD adalah
eksperimen
71,03
II.
pada
Hal
ini
pernyataan
pada
eksperimen
respons
yaitu
terhadap
baik.
gain diperoleh rata-rata peningkatan
pembelajaran matematika dengan
uji
menggunakan model pembelajaran
sebesar
0,67
dengan
interpretasi peningkatannya sedang.
siswa
II
diperkuat dengan berdasarkan uji
gain
Artinya
siswa
angket
menyukai
kooperatif tipe STAD.
Berdasarkan uji signifikan diperoleh
Berdasarkan
thitung > ttabel yaitu 33,5 > 2,04. Hal
kesimpulan di atas, maka terdapat
ini berarti terdapat peningkatan yang
beberapa saran sebagai berikut.
signifikan
1. Model pembelajaran kooperatif tipe
pada
siswa
pembelajarannya
model SFE dan STAD.
yang
menggunakan
SFE
dapat
alternatif
pembahasan
digunakan
dalam
dari
sebagai
pembelajaran
matematika di kelas, karena hasil
kemampuan
penelitian
matematis siswa dapat meningkat.
menunjukkan
pembelajaran
dengan
bahwa
model
4. Mengingat
kooperatif tipe SFE lebih dapat
respons
meningkatkan
penerapan
pemecahan
siswa
kemampuan
masalah
matematis
dibandingkan
dengan
pemecahan
siswa
yang
memberikan
positif
model
masalah
terhadap
pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD
dalam
pembelajaran
matematika
pembelajaran yang menggunakan
pada
model kooperatif tipe STAD.
pecahan. Maka diharapkan kepada
pokok
bahasan
bilangan
2. Pembelajaran matematika dengan
guru dapat menggunakan model
menggunakan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif tipe SFE
kooperatif tipe SFE dan STAD dapat
dan STAD tidak hanya diterapkan
digunakan guru sebagai salah satu
pada
alternatif
pecahan saja tetapi juga pada pokok
dalam
pembelajaran
matematika, karena hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
yang
pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe SFE dan STAD.
3. Mengingat sebagian besar siswa
memberikan respons yang positif
terhadap pembelajaran matematika
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe SFE
dan STAD, maka diharapkan kepada
guru
agar
dapat
memanfaatkan
kondisi tersebut dan menjadikan
motivasi kepada siswa untuk selalu
aktif dan tidak takut lagi dalam
belajar
matematika,
bahasan
bilangan
bahasan lain.
terdapat
peningkatan yang signifikan pada
kelas
pokok
agar
DAFTAR PUSTAKA
Meltzer. (2002). Gain Ternomalisasi.
Terdapat di
http://docstos.com/docs/68059517/
normalisasi-homogenitasujitvaliditas-teliaditasteliasbilitasigain. (29 mei 2013)
Hake,
R. R. (1998). Analyzing
Change/Gain Scores. Woodland
Hills: Dept. of Physics, Indiana
University. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu
/~sd
i/AnalyzingChangeGain.pdf (29 mei 2013)
Arikunto,S.(2010).
Prosedur
Penelitian:Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suprijono,A.
(2009).
Cooperative
Learning: Teori & Aplikasi
PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Trianto. (2009). Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.