T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Media Sosial sebagai Strategi Konvergensi pada Radio di Salatiga: Studi Kasus Penggunaan Media Sosial pada Radio Suara Salatiga FM, Radio Zenith FM, dan Radio Elisa FM T1

BAB V
PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DALAM MEDIA
RADIO
Dalam bab ini peneliti ingin memaparkan rumusan masalah dari bab satu
yaitu bagaimana penggunaan media sosial sebagai strategi konvergensi pada radio di
Salatiga. Seperti yang telah tertulis bahwa tujuan peneliti ingin menjelaskan
bagaimana penggunaan media sosial sebagai bentuk konvergensi pada radio-radio di
Salatiga. Dalam hal ini, peneliti berfokus untuk melihat bagaimana pernggunaan
media sosial pada radio komersil di Salatiga. Ketiga radio tersebut adalah radio Suara
Salatiga, Zenith, dan Elisa.
Berangkat dari teori Niche, teori ini mengatakan bahwa siapa yang ingin
hidup harus beradaptasi dengan lingkungannya. Dalam dunia media pun, teori ini
sangat bisa diterapkan. Ketika media saling bersaing untuk mencari pendengar atau
penonton, maka media harus beradaptasi dengan sekitarnya. Misalkan di era digital
ini media analog seperti radio harus tetap bertahan. Cara bertahannya pun dilihat dari
lingkungan sekitarnya. Jika lingkungannya banyak menggunakan media baru, maka
radio harus beradaptasi dengan hal itu
Teori Niche memiliki dua hal penting di dalamnya. Pertama niche breadth
dan kedua niche overlap. Niche breadth adalah daerah penunjang yang dapat
didefinisikan juga untuk menunjukan adanya ketergantungan antara populasi suatu
mahluk dengan penunjang kehidupannya. Sementara niche overlap menunjukan

tingkat ketergantungan populasi terhadap satu jenis penunjang kehidupan yang sama.
Teori Niche yang dikembangkan oleh Dimmick dan Rohtenbuller, menyebutkan
bahwa media memiliki 3 penunjang kehidupan. Ketiga hal tersebut adalah capital,
types of content, dan types of audience. Secara berurutan, ketiganya berbicara
mengenai pemasukan media, konten program, dan sasaran media mereka.
Penggunaan media sosial dapat dimasukkan kedalam types of content dari teori
Niche.
Penggunaan media sosial oleh radio di Salatiga menandakan adanya
konvergensi media. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Meike & Young, ada
dua hal yang mempengaruhi media sehingga dikatakan media tersebut
berkonvergensi. Pertama mengenai ekspansi media untuk tetap bertahan dalam
lingkungan media, yang kedua adalah bagaimana media mengadopsi dan beradaptasi
dengan teknologi dalam penggunaan media baru. Penggunaan media baru ini
nantinya akan semakin beragam. Ada yang menggunakan media sosial ada pula yang

lainnya. Penggunaan media baru dan media sosial dalam hal ini termasuk dalam
bagaimana media mengadopsi dan beradaptasi dengan teknologi. Pada akhirnya
semua media konvensional mulai melakukan konvergensi, khususnya dalam
beradaptasi dan mengadopsi teknologi demi bertahan di lingkungan media. Selain
teori mengenai konvergensi media yang dikemukakan oleh Meike & Young, teori

Niche juga mempengaruhi bagaimana cara media konvensional atau analog untuk
bertahan di lingkungan media yang terus bertumbuh.
Melalui teori konvergensi media dan teori Niche, dapat diartikan bahwa media
konvensional dapat bertahan bila menggunakan media baru terutama media sosial
dalam perkembangannya. Penggunaan media sosial yang secara aktif, tidak hanya
dapat mempertahankan media di lingkungannya, tepi juga dapat menarik pendengar.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menjelaskan bagaimana peran media sosial yang
dimiliki dan digunakan oleh ketiga radio komersil di Salatiga, yaitu radio Suara
Salatiga, Zenith, dan Elisa.

5.1. Penggunaan Media Sosial Pada Radio Suara Salatiga, Zenith,
Dan Elisa
Demi bertahannya media radio di era digital, media ini menggunakan media
sosial. Selain karena masyrakat yang dekat dengan media sosial saat ini, penggunaan
media sosial di radio juga bisa menambah pendengar dan tetap dekat dengan
pendengar. Karena itu radio Zenith FM, Elisa FM, dan Suara Salatiga FM memilih
menggunakan media sosial untuk dapat dekat dengan pendengarnya dan bisa menarik
pendengar baru dari media sosial. Media sosial yang digunakan pun beragam dan
ketiga radio tidak hanya memiliki 1 media sosial
Tabel 1.1

Media Sosial Yang Digunakan Oleh Radio Dan Jumlah Pengikutnya
Media Sosial

Nama

Lainnya
Radio

Facebook

Twitter

Instagram

Zenith FM


(20.964)



(3.327)


(188)


(Bigo Live)

Elisa FM


(301)


(568)

-

-


Suara Salatiga


(9.838)

-

-


(website:
Suarasalatiga.com)

Sumber : Analisa data primer, tahun 2017
Penggunaan media sosial di berbagai media radio sudah dimulai sejak media
sosial menjadi tren dikalangan masyarakat. Seperti yang terlihat pada tabel diatas,
radio Zenith, Elisa dan Suara Salatiga menggunakam media sosial lebih dari 1 jenis.
Namun ketiga radio memiliki 1 media sosial yang sama yaitu Facebook. Dengan
jumlah pengikut yang berbeda, Facebook Zenith FM memiliki pengikut terbanyak
dan Elisa FM memiliki pengikut paling sedikit diantara ketiga radio. Media sosial

Facebook dipilih karena paling dekat dengan masyarakat. Selain itu media sosial
Facebook dipilih karena mudah penggunaannya dan penyebaran informasinya sangat
cepat
“Facebook bisa dibilang paling mainstream ya. Untuk
semua pengguna smartphone punya facebook. terus
juga waktu itu belum terlalu naik daun yang namanya
smartphone, tapi facebook sudah ada terus juga banyak
usernya, dan pola penyebaran kontennya kan cepat” 1
Penggunaan media sosial facebook ini memang dirasa cukup memberikan
pengaruh terutama untuk tetap dekat dengar para pendengarnya. Penggunaan media
sosial ini didasari oleh fenomena maraknya media sosial dikalangan masyarakat.
Penggunaannya pun cukup mudah. Hampir semua kalangan masyarakat bisa
mempunyai media sosial tersebut. Cara membuat akunnya cukup memiliki sebuah
akun email. Dalam proses pertemanannya, penggunaan facebook juga mudah. Selain
itu adanya fitur fanpage, di mana pengguna facebook dapat mengikuti dan
mengetahui posting terbaru dari akun yang disukai. Fanpage biasanya dimiliki oleh
public figure atau perusahaan atau sebuah lembaga, dan semua orang yang memiliki
akun Facebook dan merasa tertarik dengan fanpage tersebut bisa dengan mudah
mengikutinya. Kemudahan dalam penggunaannya menjadi suatu alasan khusus
banyak lembaga atau instansi, termasuk radio di Salatiga menggunakan Facebook

dalam perkembangannya untuk berinteraksi dengan pendengarnya.
Elisa FM mulai menggunakan media sosial sejak 2-3 tahun yang lalu. Elisa
FM lebih menekankan pada penggunaan fanpage facebook. Dalam fanpage-nya ini
diberikan informasi dan promosi baik acara on-air ataupun off-air. Adapun yang
1

Hasil wawancara dengan Sony, Program Director Elisa FM. 7 Juni 2017

bertugas dalam memperbarui status bukanlah divisi khusus atau staff lainnya,
melainkan sang penyiar. Penyiar yang saat itu bertugas, diperbolehkan untuk
mengganti status di fanpage Elisa FM. Kegiatan mempromosikan acara on-air atau
off-air ini tidak hanya melalui fanpage Elisa FM, melalui facebook personal sang
penyiar pun diperbolehkan untuk mempromosikan acaranya. Namun dalam
penggunaan dan perkembangannya Elisa FM merasakan hambatan dalam media
sosial.
Selain tidak adanya staff khusus untuk meng-update status dalam fanpage
Facebook ataupun media sosial yang lain, Elisa FM menganggap bahwa penggunaan
media sosial dalam radionya kurang berpengaruh. Hal ini dikarenakan segmentasi
usia pendengar Elisa FM yang merupakan usia keluarga atau 30 tahun ke atas.
Menurut Sony selaku Program Director Elisa FM, masyarakat umumnya usia muda

sudah jarang mendengarkan radio bahkan hampir tidak ada. Sementara program Elisa
FM di waktu Prime Time diisi oleh program untuk orang tua yang notabene tidak
terlalu bergantung pada smartphone atau media sosial. Sehingga jika menggunakan
media sosial yang ditargetkan adalah anak muda sementara anak muda tidak
mendengarkan radio, dan ketika ditargetkan usia orang tua mereka tidak
menggunakan media sosial. Hal inilah yang menjadi kontradiktif dalam penggunaan
media sosial di Elisa FM.
Keterbatasan dan tidak adanya SDM yang memadai, kegiatan memperbarui
status di Fanpage Elisa FM menjadi sekedar saja. Tidak adanya SDM atau staff
khusus yang mengatur media sosial di radio ini dikarenakan asumsi tidak banyaknya
pendengar usia 30 tahun keatas yang memiliki media sosial. Sehingga, menurut pihak
radio, penggunaan media sosial tidak terlalu penting dan adanya staff khusus dalam
mengatur media sosial yang dimiliki radio tidak dibutuhkan atau dalam hal ini bisa
dikelola oleh penyiar dan staff radio lainnya. Selain itu radio ini juga tidak memiliki
konten khusus yang bisa dibahas di fanpage radionya. Sehingga hal atau informasi
yang diberikan di fanpage Elisa FM cenderung sesuka hati si penyiar. Tidak adanya
konten khusus juga dikarenakan lokasi Salatiga. Lokasi Salatiga yang sangat berbeda
dengan kota besar dan radio di Salatiga yang cakupan radius siarnya tidak sejauh
radio dikota besar menjadi alasan media sosial tidak memiliki dampak yang besar dan
jelas. Dalam Elisa FM, kegiatan mem-posting di media sosial pun bukan menjadi

keharusan atau standard operasional radio.
Berbeda dengan Elisa FM, Suara Salatiga lebih menekankan penggunaan
media sosial melalui website nya. Meski memiliki Facebook dengan pengikut yang
lebih banyak dari Elisa Fm, radio ini sangat menekankan kegiatan streaming
bukannya postingan dalam media facebook. Penggunaan media sosial oleh Suara

Salatiga dilakukan karena melihat pendengar yang semakin beralih dari media
konvensional ke digital. Beralihnya pendengar ke sistem digital, dilihat sebagai
peluang Suara Salatiga FM ke format streaming. Karena berada dibawah awasan
pemerintah kota, sehingga media sosial yang terus ditekankan adalah website
resminya dan streaming melalui website pemerintah kota. Hal tersebut karena
fanpage facebook yang dimiliki oleh Suara Salatiga tidak resmi, atau tidak berada
dalam pemerintah kota. Sehingga saat ditanyakan apakah Suara Salatiga memiliki
media sosial selain suarasalatiga.com jawabannya adalah
“Kalau media sosial kita enggak, meskipun radio ini kan masih
nginduk di pemkot. Jadi radio ini masih dibawah awasan
pemerintah kota. Makanya kita juga menginduk ke humasnya
kota, meskipun secara resmi kita tidak.”2
Karena masih menginduk dengan pemerintah kota, sehingga informasi yang
di-update lebih mengarah pada berita local. Segmentasi radio yang mengarah ke

ranah umum, membuat radio ini memiliki berbagai macam acara. Namun lebih
ditekankan pada pemberitaan local seputar Salatiga. Dalam hal meng-update berita
dalam media sosial, baik facebook maupun website, dilakukan oleh penyiar yang saat
itu bertugas. Hampir serupa dengan Elisa FM, radio Suara Salatiga juga mengalami
keterbatasan SDM khususnya yang bertugas untuk mengelola setiap media sosial.
Keterbatasan SDM ini dikarenakan pengelolaan yang menginduk pada pemerintah
kota. Karena Suara Salatiga berada di bawah wewenang pemerintahan, sehingga
dalam hal staff dan SDM semuanya disediakan dan diatur oleh pemerintah kota.
Walaupun sama dalam hal keterbatasan SDM, yang membedakan Suara Salatiga
dengan radio Elisa adalah, dalam hal konten. Suara Salatiga memiliki konten khusus
yang umumnya berkaitan dengan salatiga, seperti berita lokal mengenai apa yang
sedang terjadi di Salatiga dan beirtanya tidak jauh-jauh dari pemerintahan kota
sendiri.
Diantara radio lainnya, Zenith memiliki media sosial yang beragam dengan
jumlah pengikut terbanyak. Penggunaan media sosialnya diawali dengan tren
penggunaan media sosial di masyarakat. Zenith FM pun mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan teknologi tersebut. Radio Zenith terus
mengembangkan penggunaan media sosial sesuai dengan media sosial yang
digunakan masyarakat. Ketika masyarakat menggunakan facebook makan Zenith
menggunakan facebook juga. Fenomena ini terlihat dari banyaknya media sosial yang


2

Hasil wawancara dengan Rian, coordinator siaran dan radio Suara Salatiga. 9 Juni 2017

digunakan. Zenith FM menggunakan Facebook, Twitter, Instagram, bahkan Bigo
Live.
Berbeda dengan Elisa dan Suara Salatiga, Zenith FM memiliki media sosial
Bigo Live. Dimana melalui media sosial tersebut pendengar dapat berinteraksi secara
langsung dengan cara tatap muka dengan si penyiar. Diakui pihak zenith bahwa setiap
postingan dalam media sosialnya memiliki responden, dan yang paling sering
direspon oleh pendengar adalah Bigo Live dengan total 1.393 pengikut. Selain itu
bergabungnya Zenith FM dengan CPP Networking membuat radio ini semakin jelas
melakukan konvergensi media. Dengan bergabungnya Zenith dengan CPP Network
mengharuskannya memanfaatkan media sosial semaksimal mungkin hingga menjadi
standard operasional mereka. Kegiatan meng-update setiap postingan dalam media
sosial Zenith FM pun dilakukan oleh staff khusus, dan menjadikannya sebuah
kelebihan dibanding radio lainnya. Konten yang diberikan pun beragam, namun lebih
ke info kesehatan dan perkembangan teknologi. Meski memiliki konten yang berbeda
dengan media sosial radio lain, namun radio ini tetap bertahan melebihi radio lainnya
dalam penggunaan media sosial

5.2. Penggunaan Media Sosial dalam Mempertahankan Radio Dalam
Menarik Audiens
Dalam penggunaannya, ketiga radio tersebut mengatakan bahwa media sosial
memiliki peran khusus dalam radionya terutama dalam bertahan di era digital ini.
Keaktifan media sosial yang ketiga radio ini gunakan sangat berpengaruh dalam
menarik audiens. Tetapi tidak hanya untuk mempertahankan dan menarik pendengar
baru, media sosial dalam radio juga memiliki kegunaan dan peran lainnya.

5.2.1. Penggunaan Media Sosial Pada Radio Suara Salatiga
Berbeda dengan Elisa FM, Suara Salatiga FM sangat memanfaatkan era
digital ini. Melihat bahwa pendengarnya atau masyarakat mulai beralih dari media
konvensional ke digital, Suara Salatiga menyediakan fasilitas streaming bagi
pendengarnya. Merasa bahwa media radio konvensional mulai ditinggalkan, Suara
Salatiga mulai gembor dengan fasilitas streamingnya. Meskipun berada di bawah
naungan pemerintah kota, Suara Salatiga juga memiliki media sosial lain selain
website dimana para pendengarnya bisa melakukan kegiatan streaming. Suara
Salatiga memiliki facebook, namun tidak resmi bahkan tidak diakui pada saat peneliti
melakukan wawancara dengan pihak Suara Salatiga. Walau begitu, pihak Suara
Salatiga mengatakan bahwa melalui website dan streaming radio ini radio mengalami

perkembangan dalam jumlah pendengar. Website yang telah ada sejak 2 tahun lalu
dirasa mempunyai efek yang jelas bagi radio Suara Salatiga, hal ini dikarenakan
survey yang dilakukan pihak Suara Salatiga sendiri.
Cara Suara Salatiga bertahan dengan menggunakan media sosial, difokuskan
pada penggunaan website dan konten yang dimasukan dalam website tersebut. Setiap
konten yang dimasukkan dalam website selalu seputar Salatiga, kemudian
dimasukkan informasi dan tips-tips yang nantinya dibacakan oleh penyiar. Dalam
proses streaming pihak Suara Salatiga mengungkapkan bahwa pendengar bisa
berinteraksi di dalamnya.
“Teman-teman dari streaming bisa mendengarkan di sana
kemudian interaksi di sana. Bukan hanya mendengarkan
mereka juga bisa menuliskan di sana, request lagu disana, jadi
dampaknya sangat-sangat banyak”3
Meski tidak banyak memiliki responden di media sosialnya, Suara Salatiga FM tetap
beranggapan bahwa melalui media straming dapat memajukan radionya. Radio ini
beranggapan bahwa memasuki era IT ini mau tidak mau radio harus mengikuti
perkembangan jaman dengan menggunakan media sosial. Walaupun di awal
mengalami kesulitan, yaitu terbatasnya SDM dan kuota computer untuk mengakses
media sosial sendiri. Kurang SDM yang ditugaskan untukmengakses media sosial
secara sendiri dan tidak bisanya Suara Salatiga untuk mengadakan SDM secara
mandiri karena menginduk pada pemerintah kota menjadikannya hambatan yang
sampai sekarang belum terselesaikan.
Walaupun begitu Suara Salatiga tetap bertahan dalam penggunaan media
sosial dan cukup berkembang menurut survey yang dilakukan radio tersebut. Suara
Salatiga mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial memiliki dampak khusus
terutama dalam penyebaran informasi. Informasi yang disalurkan di radio dapat
dengan mudah pula di dapat melalui media sosial. Kecepatan penyebaran informasi
yang hampir berimbang ini menjadi salah satu kelebihan media sosial digunakan
dalam radio. Selain itu. Suara Salatiga juga mengatakan bahwa melalui media sosial,
media radio dapat mencari iklan dan kemudian di siarkan dalam radio. Meski berada
dibawah naungan pemerintah kota Salatiga, namun format radio ini adalah komersil
dan public, sehingga bisa menerima iklan dan lainnya. Hal tersebut menjadi peran
lain yang dimiliki media sosial pada radio Suara Salatiga, yaitu dapatnya media
menjalin kerja sama atau membangun relasi khususnya dalam hal iklan. Pemanfaatan
media sosial sebagai penarik iklan dan penggunaan website untuk streaming menjadi
3

Wawancara dengan Rian, coordinator siaran dan radio

ciri bahwa Suara Salatiga telah melakukan konvergensi media, khususnya dalam
mengadaptasi dan mengadopsi teknologi yang ada. Meskipun tidak banyak di respon
di media sosial Facebook, namun melalui streaming websitenya, radio ini dapat tetap
berinteraksi dan mempertahankan eksistensi radionya.

5.2.2. Penggunaan Media Sosial Pada Radio Zenith
Dilihat dari penggunaan media sosialnya, radio Zenith merupakan satusatunya radio yang memanfaatkan media sosial dengan maksimal dan baik. Bahkan
cara radio Zenith bertahan adalah dengan menggunakan media sosial. Karena dengan
menggunakan media sosialnya, radio ini dapat menambah pendengar baik di dalam
kota maupun luar Salatiga. Menjadi kelebihan Zenith adalah tidak fokusnya mereka
dengan pendengar dalam kota saja. Hal ini dikarenakan mereka tergabung dengan
CPP network sehingga radius siarnya bisa lebih luas dan otomatis mendapat
pendengar di luar Salatiga. Bergabungnya dengan CPP network, mengharuskan
Zenith FM mengunggah status baru sesuai dengan standard operasionalnya. Sehingga
tidak diragukan lagi, Zenith FM memiliki petugas atau staff khusus untuk bagian
meng-update setiap media sosial yang dimiliki Zenith FM. Dengan adanya SDM
yang memadai hambatan saat mengunakan media sosial pun tidak ada.
Selain itu mereka menggunakan media sosial Bigo Live, dimana sangat
interaktif antara pendengar dengan penyiar. Karena berupa live chat yang aktif
menggunakan kamera, sehingga dirasa menarik oleh pendengar dan audiens.
Penggunaan Bigo Live daripada media sosial dengan konten video atau live chat
lainnya dipilih karena penggunaannya yang terbilang mudah dan pada saat itu sedang
trend dikalangan anak muda dan masyarakat. Terbukti melalui Bigo Live, terdapat
audiens yang melihat sekaligus merespon si penyiar. Melalui aplikasi atau media
sosial ini juga, Zenith dapat terus bertahan, karena media sosial ini yang paling sering
direspon oleh audiens. Berdasarkan wawancara peneliti, Zenith memang
mempertahankan medianya melalui media sosial. Bahkan Zenith Fm tidak ragu untuk
menambah media sosial lagi, bila ada media sosial yang baru dan tren dikalangan
audiens.
Dengan menggunakan berbagai macam media sosial, sesuai dengan
perkembangan zaman, Zenith FM berusaha untuk terus berinteraksi dengan
pendengarnya. Selain itu melalui beragamnya media sosial ini dapat menambah
pendengar bahkan penonton bagi pengikut Bigo Live yang berada di luar kota
Salatiga. Zenith FM pun merasa bahwa media sosial memiliki dampak yang besar
dalam meningkatkan jumlah audiens. Bagi radio Zenith, media sosial memiliki peran

yang sangat besar dalma mempertahankan dan menarik jumlah pendengar. Melalui
media sosialnya Zenith berusaha untuk tetap dekat dengan para pendengarnya.
Karena itu Zenith FM memiliki banyak media sosial yang memang diminati oleh
kebanyakan pendengarnya. Dalam hal media sosial, Zenith mengikuti trend media
sosial apa yang paling diminati dan akhirnya radio ini membuat media sosial itu. Hal
ini guna untuk mendekatkan diri dengan pendengarnya dan menarik pendengar baru.
Bergabungnya Zenith dengan CPP Network dan penggunaan media sosialnya
menunjukan radio ini terus berkembang dengan cara berkonvergensi. Seperti apa
yang dijelaskan oleh Meike & Young bahwa ciri media yang berkonvergensi adalah
melakukan ekspansi dan adaptasi dengan teknologi. Dalam hal ini bergabungnya
Zenith dengan CPP Network adalah bentuk memperlebarnya perusahaan atau
lembaga Zenith. Dengan bergabungnya Zenith ke CPP Network, maka semakin luas
radius siaran sehingga tidak hanya mendapat pendengar di Salatiga tapi juga di luar
Salatiga. Penggunaan media sosial yang menjadi standard operasional media juga
menjadi bukti bahwa media ini berkonvergensi dan terus berkembangnya. Banyaknya
media sosial yang digunakan oleh radio ini, menunjukan bahwa media ingin tetap
dekat dengan pendengar dan masyarakat. Kebanyakan media sosial yang digunakan
adalah media sosial yang mudah digunakan dan sangat akrab dengan masyarakat.
Sehingga radio dapat dengan mudah tetap terkoneksi dengan pendengarnya. Aktifnya
radio dalam mengikuti acara-acara off air juga cukup membantu masyarakat untuk
tetap mengenal dan mengetahui radio Zenith. Belum lagi, radio beberapa kali ikut
tergabung dengan program kuis atau lomba di Salatiga, sehingga masyarakat juga
terus mengenal dan tetap ingat akan nama radio.

5.2.3. Penggunaan Media Sosial Pada Radio Elisa
Namun jawaban sedikit berbeda dari Elisa FM. Pihak Elisa FM mengatakan
bahwa media sosial bisa memiliki peran khusus untuk bertahan, bisa juga tidak. Hal
tersebut dikarenakan kecenderungan radio di salatiga khususnya Elisa FM.
Kecenderungan tersebut adalah untuk bertahan hidup di era digital. Bukan untuk
mengembangkan programnya, radio-radio di Salatiga menggunakan media sosial
hanya untuk bertahan.
“…di Salatiga itu kecenderungan radio yg hidup di sini
cenderung bertahan hidup aja bukan developing our program,
beda sama kota-kota lain. Memang di sini bisa tapi menuju ke
arah sana susah, dan pemanfaatan media sosial disini ada
perlunya ada enggaknya. Perlunya memang menjaring

pendengar baru memang bisa tapi gak bisa dijamin seratus
persen…”4
Meski memiliki pengikut diatas 100 orang di Facebook, namun Elisa FM mengatakan
bahwa pengikutnya tersebut kebanyakan dari luar Salatiga yang mungkin
notabenenya tidak mendengarkan Elisa FM, sehingga tidak memiliki dampak yang
jelas bagi perkembangan radio di Salatiga. Selain karena segmentasi yang mendasar
di Elisa FM, lokasi Salatiga pun menjadi alasan Elisa FM menggunakan media sosial
bukan untuk bersaing dan mengembangkan programnya. Setiap postingan di media
sosial Elisa FM tidak mendapat respon yang banyak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa sedikit dari pendengar Elisa FM yang memperhatikan media sosial radio
tersebut. Hambatan semakin dirasa Elisa FM ketika melihat media sosial tidak
memiliki dampak besar dalam mengembangkan radio. Sehingga Elisa FM
menggunakan media sosial hanya untuk bertahan.
Elisa FM akhirnya bertahan tidak dengan menggunakan media sosial. Radio
ini bertahan dengan cara off-air ataupun biaya operasional yang didapat dari iklan.
Tidak lepas dari biaya operasional, cara Elisa FM bertahan selain menggunakan
media sosial adalah dengan menyediakan paket penjualan iklan untuk customer
baru.Selain itu Elisa FM juga sedang melakukan re-branding dari radio yang total
entertainment ke radio yang total edukasi. Transformasi yang dilakukan pastinya akan
merubah target dan segmentasi sedikit. Perubahan ini berdasarkan filosofi atau
keinginan owner Elisa FM. Perubahan konten program ini juga didasarkan dengan
pemikiran owner bahwa semua radio bisa menghibur, tapi tidak semua radio bisa
mengedukasi. Strategi bertahan Elisa FM ini tidak dilihat dan dimiliki oleh radioradio lainnya di Salatiga. Menjadi peluang tersendiri bagi Elisa FM untuk bertahan
dan menarik pendengar yang sesuai dengan segmentasi usianya.
Selain dengan mengadakan re-branding dalam radionya, Elisa FM juga
tengah menggodok program-program baru yang sesuai dengan tema barunya yaitu
edukasi. Program baru yang sedang digodok nanitnya akan terus memberikan
informasi dan edukasi, namun tidak selalu dalam format formal melainkan Elisa FM
membungkus informasi edukasi tersebut menjadi menarik. Tidak memanfaatkan
media sosial, menjadi kelebihan dan kelemahan bagi Elisa FM. Kelebihan media
raido ini tidka menggunakan media sosial adalah lebih terfokusnya acara program dan
sesai dengan target yang disasar. Sementara menjadi kelemahan, karena memang sulit
bertahan di era digital tanpa menggunakan media sosial.

4

Wawancara dengan Sony, program director Elisa FM

Penyebaran informasi pun akhirnya kembali lagi ke sistem manual atau
konvensional dimana promosi dilakukan melalui saat on-air atau off-air atau bahkan
melalui media cetak dan bukannya media online. Karena penyebaran informasi yang
dilakukan secara online, dirasa oleh pihak Elisa FM kurang efektif karena target usia
pendengar mereka bukannya usia remaja menengah yang aktif dalam penggunaan
media sosial, melainkan usia dewasa 30 tahun keatas. Dimana pengguna dengan usia
tersebut tidak fokus dalam media sosial, dan memiliki hanya untuk sekedar punya.
Dalam mempromosikan target baru radio yaitu edukasi, Elisa FM bekerja sama
dengan beberapa sekolah tertentu. Karena sebentar lagi memasuki tahun ajaran baru,
sehingga setiap sekolah di Salatiga membutuhkan promosi salah satunya dengan cara
menaruh iklan di Elisa FM.
Dalam hal ini, media sosial memiliki peran yang sangat berbeda di Elisa FM.
Jika radio lainnya menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan
pendengarnya atau pun menarik pendengar baru, radio Elisa menggunakan media
sosial hanya untuk sekedar bertahan. Radio ini menjelaskan bahwa perbedaan
segmentasi usia dan acara menjadi penyebab radioini tidak fokus dengan media
sosial. Media sosial digunakannya untuk mencari relasi khususnyadalma hal menaruh
iklan dalam radio tersebut untuk radio itu dapat bertahan. Jika Zenith dan Suara
Salatiga menekankan pada konten program mereka yang memiliki segmentasi umum
dan remaja, radio Elisa memiliki segmentasi usia keluarga dan segmentasi acara
edukasi, sehhingga fokusnya sangat berbeda dengan dua radio sebelumnya.